0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan12 halaman

Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

Geologi Struktur Indonesia

Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan


Dosen : Ir. K. Hardjawidjaksana. M.Sc

Disusun oleh :
Muhamad Rizki ilahi (1015106)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA (STTMI)
BANDUNG
2017
Pendahuluan
Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara dibatasi oleh
cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan di bagian selatan oleh
Laut Jawa. Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro
Sunda. Menurut Tapponnir (1982) Lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng
Eurasia yang melejit ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua
Asia, yang terjadi kira-kira 40 50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini kemudian
dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas tektonik yang paling penting disebalah timur
adalah:
Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timurlaut, dimulai dari Pulau Jawa dan
membentuk pegunungan Meratus sekarang,
Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara
Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan jalur
Lupar.

Gambar 1. Kerangka Tektonik Pulau Pulau Kalimantan ( Kusuma & Darin 1989 dimodifikasi oleh Irfan
Yuliandri Syukri 2011 )

a. Tatanan Tektonik
Basement pre-Eosen
Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai
bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat,
Sumatra, dan semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit dan
sediment dari busur kepulauan dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan Meratus, yang
diperkirakan berasal dari subduksi Mesozoikum. Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan
terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit di (Lupar
line, Gambar 4; Tatau-Mersing line, Gambar 5 dan 6; Boyan mlange antara Cekungan
Ketungai dan Melawi), dan unit lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter
dan Supriatna (1989) menyatakan bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik berumur Trias
diantara Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan formasi
berumur Jura-Kapur.

WEST DIPPING SUBDUCTION


NW SE
MA
RIFTED FROM
SCS BASIN FA MERATU'S WEDGE GONDWANA
BA 1

SUNDA PL MICRO - CONT

80 - 60 MA INDIAN -AUSTRALIA
L.CRET. - PALEOC. PLATE PATERNOSFER -
KANGEAN BLOCK
FIRST EPISODES PLATE
SCS SPREADING
MA

BA 2 NW
FA
LUPAR WEDGE
AUSTRALIA PLATE

60 - 40 MA
PALEOC. - M. EOCENE
EAST DIPPING SUBDUCTION COLLISION MICCRO CONTINEN - MERATUS
MA = MAGMATIC ARC
BA = BACK ARC BASIN
FA = FORE ARC BASIN
SCS = SOUTH CHINA SEA

Gambar 2. NW SE Cross section Schematic reconstruction (A) Late Cretaceous, and


(B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

Permulaan Cekungan Eosen


Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di
bawah baratlaut Kalimantan (Gambar 2 dan 3) pada periode Kapur dan Tersier awal dapat
menjelaskan kehadiran ofiolit, mlanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok
Rajang di Serawak (Gambar 4), Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok
Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang
merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak Eosen.

PALEOCENE - M. EOCENE (60 - 40)


900 E 110 0 E 1300 E

RR
F
200 N

PA
SCS

LS
100 N

INDIA

MS
W. SUL.

?
00

TETHYS

I - AU
L
100 S

Gambar 3. Paleocene Middle Eocene SE Asia tectonic reconstruction.


SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction,
WSUL = West Sulawesi, I-AU = India Australia Plate, PA = Pacific plate
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)
S N
EARLY - MIDDLE EOCENE
Volcanic arc Fore-arc basin Rajang Accretionary Prism Luconia Platform
X Y

Plate motion

KUCHING SIBU MIRI


ZONE ZONE ZONE

X Lupar Line Balingian and Tinjar Provinces Lupar Platform Y


SW Sarawak Province Rajang Accretionary
( Collisional Fold Belts )
Prism

Continental Crust Coarse Clastic


PRESENT DAY Carbonate
Oceanic Crust Igneous Rocks

Gambar 4. Cross section reconstruction of North Kalimantan that show Lupar subduction in Eocene
(Hutchison, 1989, op cit., Bachtiar 2006))

Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan mempengaruhi
perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi
di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan
dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.

Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk Kalimantan
dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng
pada Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan
(Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang dihubungkan dengan
collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New
Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem sesar strike-slip berarah
barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen benua Australia (Banggai Sula) ke bagian
timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
L. OLIGOC. - E. MIOC. ( 32 - 16.2 )
90 0 E 100 0 E 110 0 E 120 0 E 130 0 E

SCS
PHIL. PL

IND
NP

10 0 N RB

MS
KUTEI B

E. SUL
00
SU

NG

6 cm / yr DA
I - AU BAN
10 0 S

AU

Gambar 5. Late Oligocene Early Miocene SE Asia tectonic reconstruction.


SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Mersing Subduction, WSUL = West Sulawesi,
E SUL = East Sulawesi I-AU = India Australia plate, PA = Pacific plate, INC = Indocina, RRF = Red
River Fault, IND = India; AU = Australia, NG = New Guinea, NP = North Palawan, RB = Reed Bank,
H = Hainan, SU = Sumba (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar 2006)

Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan
wilayah sekitarnya (Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan
Pigott, 1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Ketidak
selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut
Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya,
berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal
(Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
NW SE - DIPPING SUBDUCTION SE
INNER OUTER
SECOND EPISODE MA KUTEI B KUTEI B W. SULAWESI
SCS SPREADING
IAB BA MS BA
MERSING MA
FA
SUBDUCTION

KUCHING UPLIFT
32 - 16.2 Ma
OLIGOCENE - M. MIOCENE

- COLLISION BA - SU - W. SULA
- TERMINATION SUBDUCTION
PA - RB - TERMINATION SUBDUCTION
TRANSPRESSION / TRANSTENSION
16.2 - 0 Ma DEFORMATION
( M. MIOCENE - PRESENT )
PA - RB PALAWAN / MERATU'S
REED BANK BA - SU
UPLIFT BANGGAI /
COLLISION
W. SUL E. SUL SULA MICRO-
CONTINENT

BA - SU

Gambar 6. NW SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene Middle Miocene, and
(B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

M. MIOCENE - PRESENT ( 0 - 16 )
100 0 E 110 0 E 120 0 E 130 0 E

PHIL. PL

10 N
0

NP

KUTEI B

00
BA - SU

NG

10 0 S

I - AU

AU

Gambar 7. Middle Miocene Recent SE Asia tectonic reconstruction


(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)
Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat
penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan;
mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit., Van de Weerd
dan Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan
Armin, 1992). Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal
Miosen tengah (Harland et al., 1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).

Gambar 8. Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah. Nuay, 1985, op cit., Oh, 1987.)

Geologi Tektonik Daerah Tanjung Mangkalihat


Tinggian Mangkalihat dengan arah baratlaut tenggara, di bagian barat dibatasi oleh
tinggian Kuching yang berarah utara selatan, berupa batuan dasar berumur Pratersier. Pada
bagian selatan dibatasi oleh tinggian Meratus dan Busur Patenoster. Kelurusannya dikontrol oleh
Sesar Adang (Adang Fault) dengan arah baratlaut tenggara. Ke arah timur Cekungan Kutai
terbuka semakin dalam kearah Selat Makasar (Biantoro, dkk., 1992).

Tanjung Mangkalihat terletak di ujung timur pulau Kalimantan, secara fisiografi kawasan
Tanjung Mangkalihat merupakan tinggian yang membatasi Cekungan Kutai dan Tarakan di
bagian selatan dan utaranya. Meskipun pada kondisi geologi regional sekarang merupakan bagian
dari sundaland (Bemmelen, 1949) Tinggian Mangkalihat memiliki riwayat tektonik yang berbeda
dari bagian lain sundaland tersebut.

Sesar
Mangkalihat
Metcalfe pada 1996 menginterpretasi Mangkalihat merupakan suatu mikrokontinen yang
berasal dari gondwana bagian utara, yang mengalami rifting pada Jura Akhir dan mengalami
drifting menuju equator akibat dari pembukaan samudera cenotethys. Produk dari pembukaan
samudera cenotethys ini dapat dirunut berdasarkan tatanan tektonostratigrafi, yakni sejumlah
massa kerak akresi Daratan Sunda bagian tenggara: kerak samudra Meratus, kerak benua
Paternoster, batuan kompleks penunjaman Ciletuh-Luk Ulo-Bantimala- Barru-Biru, mikrobenua
Bayat, kepulauan di Laut Flores, dan kerak benua Sumba (Satyana, dkk., 1999).

Mikrokontinen pembentuk Mangkalihat, merupakan bagian dari terrain Paternosfer yang


bergerak kearah equator pada Jura, kemudian masa kerak ini mengakresi bagian awal Daratan
Sunda bagian tenggara (inti benua mikroplate Schwaner) pada periode 150 - 60 Ma (Jura Akhir
Tersier Awal), produk dari amalgamasi ini yakni tinggian Meratus, yang dibuktikan dengan
hadirnya beberapa fosil ofiolit di kawasan tersebut, sementara itu, amalgamasi Mangkalihat
menghasilkan produk Suture Adio, atau kita kenal sebagai Tinggian Suikerbrood di sebelah barat
Mangkalihat. Produk dari suture ini yakni sebaran batuan metamorf dan metasedimen (Formasi
Telen) yang berumur Jura Akhir di kawasan barat Mangkalihat (Sukardi, 1995) dalam Rose
(1978).
Evolusi tektonik dari Mangkalihat ini dapat di runut pada kolom stratigrafi dan pola
struktur dari kawasan tersebut, batuan tertua dari kawasan ini yakni runtunan ofiolit yang
berumur Jura yang tersebar pada beberapa daerah di selatan Muaralasan, sebarannya di beberapa
tempat di kawasan muaralasan tersebut didominansi pula oleh sebaran batuan metasedimen yang
berumur Jura - Kapur (Formasi Telen, Sukardi 1995) dalam Rose (1978), kedua satuan batuan
dimungkinkan sebagai batuan dasar pada kawasan ini. Sedimen tertua pada Mangkalihat ini
berupa endapan laut dalam yang terdiri atas konglomerat, breksi polimik, batupasir gampingan,
dan fragmen metamorfik, satuan ini termasuk ke dalam Formasi Kelay.
Kesatuan batuan ini diidentifikasi memiliki karakteristik yang sama sebagai produk awal
dari paparan Paternosfer yang berupa sedimentasi transgresif, dari produk pada bagian selatan
paparan Paternosfer, satuan ini terendapkan secara tak selaras diatas batuan metasedimen dan
batuan Pratersier (Rose, 1978) yang membedakannya adalah fase kemenerusan waktu dari
pengendapan ini, di Mangkalihat sendiri yang merupakan paparan utara dari Paternosfer ini
terendap sejak Kapur Akhir hingga Paleogen awal sehingga diekivalenkan dengan Formasi Kelay
yang merupakan sedimen tertua di Mangkalihat.
Fase pada awal Tersier, pengangkatan secara tektonik terus terjadi pada paparan
Paternosfer ini, di zaman tersebut, seiring intensifnya sedimentasi yang berasal dari tinggian
Meratus. Implikasi fase ini adalah endapan-endapan laut dangkal yang dominan, di Paternosfer
bagian selatan ditandai terbentuknya batugamping Formasi Berai dan formasi karbonat
equivalennya, sementara analog dengan di Mangkalihat, sekuen laut dangkal pun mulai hadir,
seperti Formasi Tabalar yang dominansinya juga terdiri atas paparan batugamping.

Pengendapan yang menerus pada Paleogen (Eosen - Oligosen) di Paparan Mangkalihat


secara umum terdiri atas batupasir basal berlingkungan Neritik dan konglomerat dengan breksi
karbonatan, napal dan pada beberapa tempat di jumpai lignit (Rose, 1978). Dominansi seperti ini
menandakan pada fase tersebut, paleogeografi dari kawasan Mangkalihat adalah dari Neritik
hingga Kawasan Paludal. Satuan batuan ini diterjemahkan oleh peneliti selanjutnya ke dalam
beberapa formasi yang mendominasi di Paleogen ini, yakni Formasi Tabalar, Formasi Mangkupa,
Formasi Marah dan Formasi Karangan beragamnya litologi penyusun sekuen ini, diperkirakan
sebagi produk dari pengangkatan tektonik dibeberapa tempat terutama kawasan meratus dan
tinggian Kuching pada kala Oligosen

Sementara pada kala Neogen, Mikroplate Paternosfer lebih banyak didominansi endapan-
endapan regresif, dan dari runtunan stratigrafi, nampak menunjukan lebih muda kearah tenggara,
hal ini menandakan fase regresi menerus kearah selatan selama Miosen Akhir Awal Pliosen.
Jika dikaitkan dengan periode tektonik yang terjadi, hal tersebut diakibatkan pengangkatan dari
meratus yang terjadi pada Neogen. Implikasi dari hal ini pada kawasan Mangkalihat adalah
Mangkalihat menjadi bagian dari wilayah yang cukup potensial, kembali terendapkannya endapan
karbonat, meski tidak keseluruhannya merupakan karbonat.
Daftar Pustaka
http://inibumi.blogspot.co.id
http://suarageologi.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-tektonik-pulau-kalimantan.html
https://www.mail-archive.com/iagi-net@iagi.or.id/msg27162.html
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F3.bp.blogspot.com%2F-
Jhsyrx7B1d4%2FU2x7bZDRwvI%2FAAAAAAAAAVI%2FgbwftCo-7NA
%2Fs1600%2Ftektonik.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fsuarageologi.blogspot.com
%2F2014%2F05%2Fsejarah-tektonik-pulau-
kalimantan.html&docid=vGc9ZPqsWq4gAM&tbnid=a4iQcthpL2EN8M
%3A&vet=10ahUKEwjZ9PyGjeTWAhXMXLwKHVRsAiUQMwgrKAYwBg..i&w=648&h=8
97&bih=668&biw=1326&q=fisiografi
%20kalimantan&ved=0ahUKEwjZ9PyGjeTWAhXMXLwKHVRsAiUQMwgrKAYwBg&iact=
mrc&uact=8#h=897&imgdii=a4iQcthpL2EN8M:&vet=10ahUKEwjZ9PyGjeTWAhXMXLwK
HVRsAiUQMwgrKAYwBg..i&w=648
http://www.academia.edu/12265768/MAKALAH_SEJARAH_LEMPENG_TEKTONIK_DI_P
ULAU_KALIMANTAN_SEJARAH_LEMPENG_TEKTONIK_DI_PULAU_KALIMANTAN
_THE_HISTORY_OF_PLATE_TECTONICS_ON_THE_BORNEO_ISLAND

Anda mungkin juga menyukai