Teori Akuntansi Positif Dan Kontrak Efisien
Teori Akuntansi Positif Dan Kontrak Efisien
Teori Akuntansi Positif Dan Kontrak Efisien
Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
TEORI AKUNTANSI POSITIF
Hipotesis biaya politik Semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh
(The political cost hypothesis) perusahaan, semakin besar kemungkinan
manajer memilih prosedur akuntansi yang
menangguhkan pendapatan yang dilaporkan dari
periode berjalan ke periode akan datang.
Ketiga hipotesis tersebut membentuk komponen yang penting dari Teori akuntansi
positif. Ketiga hipotesis Teori akuntansi positif dapat juga ditafsirkan dari perspektif
perjanjian kontrak yang efisien.
Ketiga hipotesis Teori Akuntansi Positif dinyatakan dalam bentuk oportunis, artinya
berasumsi bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas
dibandingkan remunerasi yang diterima, kontrak hutang, dan biaya politik.
Hipotesis tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensinya, atas asumsi
kontrak kompensasi, sistem kontrol internal, manajemen perusahaan yang baik, dapat
membatasi oportunisme dan memotivasi manajer memilih kebijakan akuntansi untuk
mengendalikan biaya kontrak.
Christie dan Zimmerman (1994) menyelidiki mengenai tingkat pilihan kebijakan
akuntansi yang meningkatkan pendapatan dalam sampel yang terdiri dari perusahaan yang
menjadi target pengambilalihan. Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan
akuntansi yang oportunis sedang terjadi, pilihan seperti ini akan lebih tak terkendali dalam
perusahaan yang kemudian akan diambil, karena manajemen yang saat itu berusaha menepis
tawaran pengambilalihan dengan memaksimalkan posisi keuangan dan laba bersih yang
dilaporkan.
Guay (1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank perusahaan pada tahun pertama
perusahaan melakukannya. Ia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien akan
mendorong manajer untuk mengurangi resiko-resiko harga yang spesifik bagi perusahaan
(misalnya perusahaan migas menerapkan cegah resiko harga produksi tahun depan), karena
pengurangan resiko tersebut mendorong para manajer untuk mengambil resiko-resiko lain
yang spesifik bagi perusahaan.
Watts (2003) menyatakan bahwa akuntansi konservatif juga dapat berperan dalam
kontrak yang efisien. Disini berlaku hipotesis rencana bonus dimana hipotesis tersebut
menyiratkan bahwa para manajer tergoda untuk meningkatkan estimasiestimasi aliran kas
akan datang lebih tinggi, dan menggunakannya untuk membenarkan pencatatan pendapatan
secara premature dan penilaian aktiva terlalu tinggi, yang keduanya menggeser pendapatan
dari masa akan datang ke masa kini.
Penelitian Basu (1993) mendapati bahwa semakin konservatif akuntansinya, semakin
tinggi rating hutang perusahaan yang mengakibatkan rendahnya biaya bunga, dengan semua
hal dianggap sama. Hasil tersebut sesuai dengan kontrak hutang yang efisien karena
perusahaan menjadi semakin konservatif jika kebutuhannya makin besar. Jika manajer
berperilaku oportunistis, mereka tidak akan begitu memperhatikan biaya bunga dan
karenanya akan berusaha mengeluarkan diri dari ancaman pelanggaran persyaratan pinjaman
hutang dengan menggeser ke pendapatan periode berjalan dari pendapatan yang akan datang.