0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
652 tayangan4 halaman

Hukum Membantu Orang Kafir Dalam Memerangi Kaum Muslimin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 4

Hukum Membantu Orang Kafir dalam Memerangi Kaum Muslimin

Pokok Pembahasan : Perbuatan perbuatan yang membatalkan Dua Kalimat


Syahadat

Besarnya perhatian Islam terhadap persaudaran antara sesama muslim, juga


menimbulkan efek hukum yang cukup tegas atas orang-orang yang membantu
orang kafir dalam memerangi kaum muslimin. Tentunya orang awam pun bisa
memahami bagaimana jika ada seseorang yang senang ketika saudaranya yang
seagama dizalimi, apalagi kalau sampai membantu mereka untuk menyerang kaum
muslimin. Tentu hal itu akan sangat berlawanan dengan prinsip keimanan yang
diyakininya.

Membantu orang kafir dalam memerangi kaum muslimin adalah salah satu tabiat
orang munafik.Ia merupakan bagian dari cabang kemunafikan yang selalu muncul
untuk meyerang Islam. Allh swt telah menjelaskannya dalam berbagai macam
nashal-Quran, diantaranya adalah:

*



Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang
pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin.Apakah mereka mencari kekuatan di
sisi orang kafir itu?Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allh. (QS. An-Nisa
[4]: 138-139)






Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang
munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: Kami takut
akan mendapat bencana (QS. Al-Midah [5]: 52) Para ulama pun telah sepakat bahwa
barangsiapa yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpinnya, penolongnya, atau ikut
bergabung dan membantu mereka dalam memerangi ummat Islam maka dia telah murtad,
keluar dari agama Islam.

Di antara perbuatan yang bertentangan dengan aqidah adalah memberi dukungan terhadap
orang-orang kafir diantara perbuatan itu adalah bersekutu dengan mereka melawan orang-
orang Islam, maksud bersekutu di sini adalah menolong, membantu dan mendukung orang-
orang kafir melawan kaum muslimin, bergabung dengan orang-orang kafir, membela
mereka dengan harta, pedang dan pena. Ini adalah kekufuran, bertentangan dengan iman.

Dalam al-Quran Surah Ali Imran ayat 28 Allh swt berfirman :









Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi perwakilan dengan
meninggalkan orang-orang mukmin.barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allh, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka.Dan Allh memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.Dan hanya kepada Allh
engkau kembali.(QS. Ali Imran [3]: 28).







Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas datang kepadanya petunjuk dan
mengikuti jalanorang-orang yang tidak beriman maka Kami biarkan ia leluasa dengan
kesesatannya (yakni menentang Rasul dan mengikuti jalan orang-orang kafir) kemudian
Kami seret ke dalam Jahannam.Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.(QS. An
Nis [4]: 115)






Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allh agar kamu bertakwa. (QS. Al-
Anm [6]: 153)
Syaikh Sulaiman bin Abdullah, cucunya Muhammad bin Abdul Wahhab, dalam risalahnya
Ad-Dalail Fi Hukmi Muwalati Ahli Isyraak menyebutkan lebih dari dua puluh dalil tentang
larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin atau penolong.

Diantara kumpulan dalil-dalil tersebut adalah:


Allh menegaskan bahwa orang yang mengangkat orang kafir sebagai wali maka dia
termasuk bagian dari golongan mereka.Allh swt berfirman:






Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.Sesungguhnya Allh tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. (QS. Al-Midah [5]: 51)

Imam Ath-Thabari ketika menafsirkan ayat ini berkata,Siapa saja yang menjadikan mereka
sebagai pemimpin, sekutu atau membantu mereka dalam melawan kaum muslimin, maka ia
adalah orang yang se-idiologi dan seagama dengan mereka. Karena tak ada seorangpun
yang menjadikan orang lain sebagai walinya kecuali ia ridha dengan diri orang itu,
agamanya, dan kondisinya. Bila ia telah ridha dengan diri dan agama walinya itu, berarti ia
telah memusuhi dan membenci lawannya, sehingga hukum (kedudukannya) seperti hukum
walinya. Ibnu Atiyah menjelaskan, maksudnya adalah mencintai dan mengikuti mereka
dalam seluruh tujuan yang mereka inginkan. Sementara Al-Baidhawi berkata, Barangsiapa
yang menjadikan mereka sebagai wali (penolong) maka dia termasuk dari golongan
mereka.Ayat ini menegaskan tentang wajibnya menjauhi mereka.

Kesimpulan hukum tersebut juga ditegaskan oleh para ulama lainnya, misalnya Ibnu Hazm
dalam Al-Muhalaa 13/35, Asy-Syaukani dalam Fathul Qadir 2/50, Al-Qasimi dalam Mahasinu
Tawil 6/240.
Allh swt berlepas diri dari mereka yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpinnya.Allh
swt berfirman :








Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi perwakilan dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia
dari pertolongan Allh, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. Dan Allh memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.dan hanya kepada Allh
engkau kembali.(QS. Ali Imran [3]: 28).

Imam Asy-Syaukani menjelaskan bahwa dia tidak akan mendapatkan pertolongan dari Allh
sedikitpun bahkan Allh berlepas diri darinya dalam setiap keadaan.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw mengingatkan ummatnya. Dari Abu Hurairah r.a ia
berkata, Rasulullah saw bersabda :






:

Barangsiapa membantu dalam rangka membunuh seorang mukmin dengan separuh
kalimat saja, ia akan menghadap Allh, tertulis di antara kedua matanya: Aayisun min
rohmatillah (orang yang berputus asa dari rahmat Allh). (HR. Ibnu Majah) Membantu
orang kafir dalam rangka memerangi kaum muslimin merupakan amalan yang dapat
membatalkan keimanan.
Allh berfirman:




*




Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir
(musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu
kemurkaan Allh kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka
beriman kepada Allh, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya
(Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-
penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Midah [5]:
80-81).

Ketika kota Baghdad ingin digempur oleh pasukan Tartar, sebagian kaum muslimin ada
yang ikut bergabung bersama pasukan tersebut. Mengomentari hal itu, Ibnu Taimiyah
berkata, Barangsiapa diantara mereka bergabung ke dalam pasukan Tartar maka dia lebih
berhak untuk dibunuh terlebih dahulu daripada pasukan Tartar.Karena dalam pasukan
Tartar ada pasukan yang ikut berperang karena terpaksa dan ada juga tidak. Sementara
sunnah Nabi saw telah menetapkan bahwa hukuman terhadap orang murtad lebih besar
daripada orang kafir asli disebabkan beberapa hal.

Syaikh Abdullah bin Abdul Latif Ali berkata, Saling tolong menolong dengan orang kafir
adalah kafir yaitu seperti membantu mereka dengan harta, jiwa dan pikiran.

Anda mungkin juga menyukai