Analisis Morfologi Kota - Paper
Analisis Morfologi Kota - Paper
Analisis Morfologi Kota - Paper
Abstrak
Tesis ini mengkaji morfologi 50 kota dengan menggunakan analisis Space Syntax.
Analisis ini membandingkan jaringan jalan perkotaan di kota-kota Eropa, Amerika Serikat, Islam
dan Asia Timur. Konektivitas jalan adalah metrik utama dan jalan alami merupakan dasar
analisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana mengetahui metode Space
Syntax untuk mengungkap pola hirarki jaringan jalan perkotaan dan mempelajari scale-free and
small-world properties nya.
Data jalan dikumpulkan dari OpenStreetMap. ArcGIS 10 dengan Axwoman Extension
digunakan untuk mempelajari tingkat hirarki jaringan jalan. Matlab menyediakan platform
untuk memeriksa scale-free property dari data jalan. Software Pajek digunakan untuk mengukur
small-world behavior. Berdasarkan representasi hierarkis, sampel 50 kota diklasifikasikan ke
dalam kelompok yang berbeda dan pada scale-free and small-world properties yang dipelajari.
Dari perspektif traditionally morphological, ditemukan beberapa kota di Eropa memiliki close-
knit cellular and organic urban morphology yang erat.
Kota-kota di Amerika Serikat menunjukkan pola gridiron secara keseluruhan. Beberapa
kota Islam memiliki struktur kota khusus dengan rumah-rumah yang dikelompokkan di sekitar
jalur Cul-De-Sac. Beberapa kota di Asia Timur juga mempelajari bentuk grid. Menurut analisis
Space Sintax, jaringan jalan perkotaan yang memiliki nilai konektivitas lebih tinggi dari nilai rata-
rata adalah kurang dari 40%. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar kota, distribusi
konektivitas jalan mengikuti pembagian kekuatan hukum dan menunjukkan scale-free
properties nya. Jaringan jalan perkotaan dari semua kota sampel ditemukan memiliki small-
world property. Space Sintax tidak dapat mendeteksi semua pola morfologi yang dikenali dalam
studi traditional morphological. Metrik topologi dan penskalaan Space Sintax ini dapat
membantu mengklasifikasikan kota sesuai dengan pola jalan nya dan memberikan pemahaman
tentang perilaku manusia di dalamnya serta juga desain ruang kota. Misalnya, jaringan jalan
perkotaan dengan small-world property dapat memiliki efisiensi yang tinggi untuk arus lalu
lintas di tingkat lokal dan global sehingga harus dipertimbangkan untuk penelitian lebih lanjut.
A. PENDAHULUAN
Berbagai morfologi kota dan kota-kota itu sendiri mencerminkan periode di mana
mereka terbentuk dan berkembang. Kota-kota mungkin telah dikembangkan pada saat zaman
kuno, Abad Pertengahan, tahap awal modern, industriliasasi, hingga saat ini zaman modernisasi
(Morris, 1994). Penelitian ini mengkaji morfologi perkotaan dengan menggunakan analisis
Space Syntax dan metode Traditional Morphological. Bidang baru yaitu "Space Syntax", teori,
dan teknik ini diterapkan pada analisis konfigurasi spasial secara kuantitatif yang memberikan
ketepatan ilmiah untuk studi morfologi perkotaan (Sima & Zhang, 2009). Untuk mempelajari
fenomena spasial, GIS menyediakan platform untuk membuat representasi spasial dan
memodelkan karakteristik spasial (Frank, 1992; Pinho & Oliveira, 2009). Teori Space Syntax
dapat menemukan tingkat hierarkis fitur spasial (Sima & Zhang, 2009). Untuk lebih mengenal
daerah tempat tinggalnya, orang-orang harus memiliki pemahaman tentang struktur kotanya.
Hal ini menunjukkan bahwa pada akhir abad 19, studi morfologi perkotaan untuk landscape
dibentuk sebagai field/atribut (Whitehand, 2007). Dengan terbentuknya kota, studi morfologi
perkotaan telah difokuskan sebagai studi tentang bentuk kota.
Studi Traditional Morphological perkotaan difokuskan pada pembangunan permukiman
perkotaan dan terutama dari sudut pandang geografis. Space Syntax menyediakan pengukuran
tata ruang yang presisi dan diterapkan untuk mempelajari morfologi perkotaan dari pandangan
yang berbeda. Secara keseluruhan, penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Space
Syntax dapat mendeteksi pola morfologi yang sama seperti yang dikenali secara tradisional.
Untuk analisis bentuk perkotaan, Conzen menjelaskan bagaimana integrasi landscape
mempengaruhi perkembangan awal morfologi perkotaan (Whitehand, 2007) dan kontribusi
Conzen terutama pada penggunaan rencana kota yang menyediakan sumber untuk studi
sejarah morfologi perkotaan (Sima & Zhang, 2009). Studi morfologi perkotaan semacam ini
berasal dari pandangan geografis dan berkonsentrasi pada bagaimana elemen permukiman
membentuk struktur perkotaan. Analisis difokuskan pada sistem jalan, pola plot dan bangunan
(Sima & Zhang, 2009).
Topu dan Kubat (2007) telah melakukan perbandingan morfologis antara dua kota
bersejarah dan mereka menunjukkan bahwa pola permukiman dibentuk dengan beberapa
dampak budaya. Rangkaian jalan adalah kerangka dan jantung kota dan penting bagi aktivitas
manusia (Jacobs, 1961). Peponis, Allen, Prancis, Scoppa dan Brown (2007) telah mengukur
korelasi spasial antara konektivitas jalan dan kepadatan perkotaan, dan tindakan ini
berkontribusi terhadap pemodelan struktur ruang kota. Jalan-jalan dengan interkoneksi tinggi
bisa menarik lebih banyak arus lalu lintas, lebih banyak pejalan kaki, bahkan meningkatkan
kepadatan penggunaan lahan di daerah sekitarnya.
Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi pola morfologi dasar jaringan jalan perkotaan (50 kota dari berbagai
negara dianalisis berdasarkan budaya dan benua, yaitu kelompok kota dari : Eropa,
Amerika Serikat, Kota Islam dan Asia Timur, dimana kota-kota ini berkembang pada
waktu yang berbeda memiliki bentuk kota dan pola jaringan jalan masing-masing)
2. Membuat analisis topologi jaringan jalan perkotaan berdasarkan jalan alami dan
mengungkap pola hirarki masing-masing kota.
3. Menganalisis the scale-free dan small-world behavior dari setiap jaringan jalan
perkotaan dan untuk membandingkan kota-kota tersebut agar menemukan kesamaan
atau perbedaannya (Lokasi adalah cara dasar mengelompokkan kota sampel ini).
4. Secara keseluruhan, penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah space syntax
dapat mendeteksi pola morfologi yang sama seperti yang dikenali secara tradisional
Adapun struktur penelitian yaitu :
1. Analisis dalam penelitian ini dibuat dari perspektif kualitatif dan kuantitatif (Lihat
Gambar dibawah ini).
2. Bentuk/type dari basic city ditampilkan
3. Data OpenStreetMap digunakan dan Axwoman menyediakan platform untuk membuat
analisis topologi. Untuk mengungkap tingkat/level hirarkis jaringan jalan perkotaan,
metode head/tail breaks diterapkan. Scale-free dan small-world properties
diperiksa/dicek. Kemudian, hasil analisis kuantitatif dan discussions ditunjukkan. Adapun
kesimpulan dan pekerjaan di masa depan digambarkan di bagian akhir.
B. KAJIAN LITERATUR
Gambar. Street layouts of modern Paris and Amsterdam (A: radial street layout of modern Paris and B:
preserved street layout of central Amsterdam)
Di Timur Tengah, ada tipe lain, bentuk kota Islam. Salah satu contoh Erbil ditunjukkan
dengan struktur dasarnya. Iklim merupakan faktor utama distribusi rumah di negara-negara
Islam. Ada rumah-rumah halaman beranggota iklim yang dikelompokkan secara padat dan
mereka akses oleh lorong-lorong sempit dan tidak langsung yang membentuk jaringan jalan
perkotaan khusus. Misalnya, Sana memiliki iklim mikro dan iklim di musim panas yang
lembab dan rumah-rumah dihadapkan ke jalan dengan mengambil cahaya dan ventilasi
(Morris, 1994). Faktor iklim sangat mempengaruhi pola dasar kota-kota Islam di Timur
Tengah. Kota-kota Islam memiliki agama mereka sendiri; masjid, dinding, tempat tinggal dan
daerah lainnya membentuk komponen morfologi perkotaan. Morris (1994) menunjukkan
bahwa untuk sistem jalan kota-kota Islam, masing-masing rumah berkerumun di sekitar jalur
cul-de-sac dan akses ke rumah disediakan oleh jalan utama (Gambar 2.5).
Figure 2.5: Islamic street patterns (Morris, 1994) (A: Riyadh, B: Jiblah, C: Dubai and D: Kerman)
B.2 Teori Scale Free, Small-World, Analisis Topologi, dan Jaringan Jalan Perkotaan
Barabsi dan Albert (1999) menunjukkan adanya penskalaan dalam jaringan acak
dimana tingkat distribusi jaringan besar mengikuti distribusi kekuatan hukum (power-law),
artinya jaringan yang tingkat distribusinya sesuai dengan distribusi power law, yang disebut
dengan scale-free networks. Sedangkan, small-world property terutama dicirikan dengan 2
ukuran yaitu panjang jalur rata-rata pada satu sisi dan koefisien clustering di sisi lainnya.
Panjang jalur rata-rata adalah jumlah rata-rata dari step-step antara nodes dari grafik
dan step-step ini berada di sepanjang jalur terpendek. Koefisien clustering digunakan untuk
menggambarkan tingkat pengelompokan berdasarkan kemiripan. Ukuran-ukuran tersebut
dapat diaplikasikan untuk membuat analisis topologi dari jaringan jalan perkotaan, setelah
diubah kedalam bentuk grafik (ex: garis menjadi node/simpul dan line intersections menjadi
links of the graph). Ukuran dari centrality ini dapat menentukan seberapa penting sebuah node
didalam grafik dan memeriksa apakah jaringan jalan perkotaan memiliki scale-free property.
Semua ukuran ini dihitung berdasarkan software Pajek untuk analisis jaringan yang besar
(large network) dan visualisasi.
Untuk bagaimana secara otomatis menghasilkan axial map atau axial lines, maka kita
diasumsikan telah berhasil mengubah bentuk file axial lines ke Pajeks net file. Software
MATLAB digunakan untuk mengecek apakah tingkat distribusi dari jaringan jalan perkotaan
sesuai dengan distribusi power-law. Hal yang perlu diperhatikan dari Tutorial Small-world and
Scale-free Properties of Urban Street Networks disusun atas 4 step/langkah yaitu:
1. Menginstall software Pajek dan MATLAB dan mendownload Clausets MATLAB code
2. Import data dan menghitung computational measures
Untuk menilai apakah jaringan jalan perkotaan memiliki sifat bebas-skala (scale-free
properties), nilai derajat, kedekatan dan interferensi harus dipertimbangkan. Aplikasi
Pajek menyediakan cara untuk menghitung nilai-nilai tersebut yaitu untuk
memeriksa apakah jaringan jalan perkotaan adalah small-world network, panjang
jalur rata-rata, dan koefisien clustering perlu dihitung. Kedua nilai ini bisa diukur
melalui Pajek.
3. Memeriksa small-world properties dan scale-free properties yang mudah dipahami
dari jaringan jalan perkotaan di Kota-Kota
Periksa small-world properties dari jaringan jalan perkotaan. Small-world network
adalah jaringan yang sebagian besar anggotanya yang bukan neighbors dapat dicapai
dari yang lainnya dengan sejumlah kecil langkah-langkah. Enam derajat pemisahan
adalah ide yang diterapkan untuk small-world network. Untuk memeriksa apakah
jaringan memiliki small-world properties, nilai rata-rata panjang path (L) dan
koefisien clustering (CC1) dipertimbangkan.
4. Pastikan anda memahami measures untuk menganalisis jaringan jalan perkotaan
Scale-free network memiliki karakteristik bahwa distribusi derajat adalah distribusi
power-law. Untuk mengetahui apakah jaringan jalan adalah scale-free network,
maka ukuran nilai derajat (degree value) digunakan
Untuk mengungkap pola dasar sebuah kota, jalanan akan terwakili secara hierarkis.
Axwoman secara otomatis dapat menghitung parameter space sintax seperti konektivitas jalan
dan menampilkannya secara hierarkis dengan metode head/tail breaks.
C.2 Mengungkap Tingkat Hierarkis Berdasarkan Head/Tail Breaks
Head/tail breaks digunakan untuk mengklasifikasikan distribusi konektivitas jalan
dengan menggunakan nilai konektivitas rata-rata, data jalan yang sudah diklasifikasikan ke head
dan tail. Head/tail breaks mengungkap tingkat hierarki dan penskalaan dari fenomena
geografis, seperti indeks ht (Jiang & Yin, 2013). Untuk penelitian ini, head part dari data pecah
(broken) jika kurang dari 40% dari jaringan jalan (seperti terlihat pada Tabel dibawah ini).
Tabel Head/tail breaks for Erbil (Note: # = the number, % = the percentage)
# Natural roads # In head % In head Mean value
2880 730 25.4% 4.3
730 182 24.9% 9.5
182 43 23.6% 19.1
43 15 34.9% 38.7
15 5 33.3% 62.6
5 2 40.0% 98.0
Break (pemecahan) ini selalu terfokus pada jalan-jalan dengan konektivitas lebih tinggi
dari rata-rata. Jalan-jalan dengan konektivitas terbesar ditunjukkan dengan warna merah
sedangkan jalan dengan konektivitas terkecil ditunjukkan dengan warna biru (Gambar 3.2).
C.3 Memeriksa/Pengecekan Scale-Free Property
Di jaringan jalan perkotaan, frekuensi dari konektivitas jalan dapat mengikuti distribusi power-
law dan memiliki scale-free property. Power-law didefinisikan sebagai y = Cx- dalam
matematika (Clauset, Shalizi & Newman, 2009). Umumnya, distribusi power law memiliki ekor
yang panjang dan condong ke kanan (Gambar 3.3).
Untuk distribusi "long tail", dapat dilihat bahwa kejadian besar memiliki frekuensi rendah dan
itu berarti ada kejadian yang jauh lebih kecil daripada yang berukuran besar. Banyak penelitian
telah mengidentifikasi distribusi long tail di antara kehidupan sehari-hari manusia atau bidang
alam. Umumnya dalam domain spasial, kejadian jarang lebih sering terjadi daripada kejadian
yang sering terjadi (Jiang, 2010).
Scale-free property dari data diperiksa untuk melihat apakah konektivitasnya memiliki distribusi
power-law. Distribusi konektivitas dipelajari dengan memplot data pada skala logaritma. Di
Matlab, power-law fitting code dengan metode maximum likelihood dipilih untuk memeriksa
scale-free property dan distribusi data. Virkar & Clauset (2012) mencatat bahwa ada fluktuasi
besar pada bagian atas tail dari banyak distribusi dan karenanya tidak semua data mengikuti
power law. Oleh karena itu, diusulkan metode baru untuk menguji distribusi power law untuk
data binned untuk memperkuat fluktuasi dan metode baru ini menyimpan data terlebih dahulu,
dan jumlahnya kemudian dihitung (Lihat Tabel dibawah).
Tabel : Binned street data for Antwerp (Note: h = the count of the binned data)
Boundaries h
[1, 2) 513
[2, 4) 2516
[4, 8) 1249
[8, 16) 374
[16, 32) 127
[32, 64) 34
[64, 128) 13
Dengan menggunakan power-law fitting code untuk data binned (Virkar & Clauset, 2012) di
Matlab, nilai alpha (power-law eksponen), log-log plot dan nilai-p diidentifikasi. Log-log plot
untuk data binned memiliki step shape seperti Gambar 3.4. Nilai p yang dimaksud diestimasikan
untuk mencari seberapa baik data konektivitas jalan sesuai dengan model power-law. Model
power law tampaknya masuk akal bila nilai p > 0,1 (Clauset, Shalizi & Newman, 2009).
Gambar 3.4: Power-law fit for binned street data of Antwerp (alpha=2.72, p=0.61)
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara kelompok
kota Eropa, Islam dan Asia Timur, dimana tingkat hirarki rata-ratanya sekitar 6,7. Satu-satunya
perbedaan yaitu tingkat hirarkis rata-rata untuk kelompok Amerika Serikat adalah sedikit lebih
besar dari tiga kelompok lainnya, namun tidak signifikan. Sementara itu, secara umum dapat
disimpulkan tingkat hierarkis yang dihasilkan metode space syntax tidak dapat mengidentifikasi
dengan jelas berbagai bentuk kota di seluruh dunia.
Scale-free behavior dan power-law fitting
Hasil dari tes alpha dan p-value yang ditampilkan menunjukkan bahwa tidak semua
distribusi jalan mengikuti distribusi power law dan memiliki nilai p lebih besar dari 0,1 (Lihat
Tabel dibawah ini).
Table : Hasil dari power-law fitting (Note: the highlighted cities do not have scale-free
behavior, Eu = European, Isl = Islamic, Esa = East Asian)
Perkiraan nilai minimum data binned lebih kecil dari 8 untuk sebagian besar kota-kota.
Jalan-jalan dengan konektivitas lebih tinggi dari perkiraan nilai minimum memiliki scale free
behavior. Dijumpai distribusi konektivitas jalan dari 19 kota tidak sesuai dengan distribusi power
law. Sebanyak 5 dari 7 kota sampel di Amerika tidak memiliki scale-free property. Hasil ini
mencerminkan pola gridiron kota-kota Amerika. Jaringan yang lurus dan kontinyu menunjukkan
sedikit perbedaan dalam konektivitas jalan.
Untuk power-law fitting di Matlab, nilai data binned minimum dihitung. Dari nilai
minimum, power-law behaviour yang paling tepat diperiksa. Dengan metode maximum
likelihood fitting, hanya batas bawah untuk rentang penskalaan yang diestimasi dan kejadian
kecil yang tidak sesuai dengan distribusi power-law dikeluarkan. Pengujian dimana rentang
skala dapat dilampaui dapat ditunjukkan pada distribusi lainnya. Metode optimasi matematis
bertujuan untuk menemukan kecocokan terbaik antara nilai dengan meminimalkan jumlah
kesalahan kuadrat yang diaplikasikan untuk mendapatkan fungsi regresi yang sesuai. Akibatnya,
distribusi rank-size dari bagian lain jalan yang tidak memiliki scale-free behavior melengkapi
distribusi logaritma untuk sebagian besar kota sampel (Gambar 4.1). Jalan-jalan di luar
jangkauan skala beberapa kota mungkin sesuai dengan distribusi polinomial atau jenis distribusi
power-law lainnya. Jalan-jalan untuk beberapa kota lain dengan konektivitas kurang dari nilai
bin minimum 4 tidak memiliki distribusi matematis yang jelas (Lampiran A).
Small-world property
Small-world property dari jaringan jalan perkotaan dievaluasi dari cara analisis topologi
lainnya. Rata-rata panjang jalur dan koefisien clustering dari jaringan jalan perkotaan untuk
beberapa kota sampel dihitung. Semua hasil dari small-world property yang diperiksa termasuk
dalam Lampiran A. Hasil yang dihitung menunjukkan bahwa semua jaringan jalan perkotaan
memiliki tingkat separasi/pemisah yang kecil dan semua pemisahan dicirikan oleh panjang jalur
rata-rata (Lactual) lebih kecil dari 8,5. Ukuran-ukuran tersebut menunjukkan bahwa Cactual >
Crandom untuk semua kota sampel dan dikonfirmasi ke small-world property (Watts dan Strogatz,
1998). Semua jaringan jalan perkotaan yang dipelajari sangat terkelompokkan secara lokal dan
memiliki small-world property serta ditemukan tidak ada perbedaan yang jelas di antara 4 tipe
kota tersebut (Lihat Tabel dibawah).
Tabel : Mean street connectivity value for the four category cities
City types Mean connectivity values
European 4.1
USA 5.1
Islamic 4.2
East Asian 5.1
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai konektivitas jalan rata-rata untuk kelompok Eropa
dan kelompok Islam hampir sama. Kelompok Amerika Serikat dan kelompok Asia Timur juga
memiliki nilai yang sama. Dari rata-rata nilai konektivitas masing-masing kelompok, tidak dapat
diketahui bagaimana nilai mean mempengaruhi pola morfologi perkotaan. Semua 4 tipe kota
memiliki small-world property dan tidak ada perbedaan mencolok yang ditemukan dari
tampilan space syntax.
Untuk analisis kualitatif, menurut faktor penentu alami dan buatan (human-made)
bahwa perbedaan bentuk perkotaan dapat diidentifikasi. Pola perkotaan dari berbagai kota di
berbagai benua memiliki keunikan tersendiri. Namun, melalui analisis kuantitatif topologi dan
penskalaan jaringan jalan perkotaan, ada kesamaan behaviors di antara 4 tipe kota tersebut.
Jaringan jalan perkotaan di kota mungkin memiliki scale free dan small world properties dan
tidak ada perbedaan yang jelas. Space syntax tidak dapat menemukan pola morfologi yang
sama seperti yang dikenali secara tradisional.
C.6 Diskusi
Perbandingan hirarkis
Struktur dasar dari bentuk kota menunjukkan bahwa jalan-jalan vital kurang umum
daripada jalan-jalan trivial. Tingkat hirarki untuk 50 kota sampel bervariasi dari 4 sampai 9.
Naarden, Philippeville dan Neuf Brisach memiliki 4 tingkat hierarki, Palmanova memiliki 5
tingkat hierarki, dan alasan untuk tingkat hirarki kecilnya yaitu kota-kota memiliki sejumlah
kecil jalan natural dan jalan-jalan tersebut tidak memiliki perbedaan yang jelas. Kota dengan
bentuk perkotaan yang berbeda mungkin memiliki tingkat hierarki yang sama sebagai tingkat
yang tidak bergantung pada jumlah jalan.
Bentuk kota juga dapat diamati melalui representasi hirarkis, artinya morfologi perkotaan
dapat mengungkapkan pola hirarki jaringan jalan. Selain hirarki, style dari berbagai bentuk kota
bisa dilihat dari representasinya, seperti bentuk kota di Amerika Serikat memiliki pola gridiron,
jalan-jalan lurus dan panjang, yang terlihat di Detroit (Gambar 5.1 B). Rumah-rumah individu di
beberapa kota Islam setelah dikelompokkan bersama dalam cul-de-sacs (Gambar 5.1 C).
Beberapa kota kerajaan di China kuno, seperti Xian, memiliki pola jalan grid dan bentuk cincin
hirarkis (Gambar 5.1 D). Kota-kota Asia Timur lainnya, misalnya Kyoto di Jepang, juga memiliki
pola jalan grid. Jelas bahwa bentuk-bentuk kota di berbagai benua berbeda-beda yang dibentuk
iklim, topografi, ekonomi, politik atau faktor lainnya. Representasi hierarkis berdasarkan jalan
natural menyediakan cara untuk dokumentasi karakteristik pola jalan yang berbeda. Dalam
penelitian ini, perbedaan luas antara kota sampel akan diklasifikasikan secara kualitatif,
sementara kesamaannya akan diperiksa dengan metode kuantitatif.
Metode klasifikasi
Dalam penelitian ini, kota sampel dikelompokkan menurut lokasi dan morfologi
perkotaannya. Ada 4 jenis pola morfologi perkotaan yang umumnya dikenali dengan penelitian
traditional morphological: pola gridiron, pola curvilinear (lengkung), pola geometris dan
kombinasi ketiga lainnya. Kota-kota di berbagai wilayah mungkin memiliki pola urban yang
sama. Misalnya, kota Yunani Athena, kota Prancis, Turin, semua kota sampel di AS dan
beberapa kota di Asia Timur memiliki pola gridiron (pola ini paling sering terjadi di Amerika
Serikat).
Banyak kota juga memiliki pola curvilinear, seperti di Kota-kota Eropa dan Islam yakni
Verona, Zaragoza, Florence, Mekah, dan Riyadh. Naarden dan Palmanova yang dibangun
sebagai benteng cenderung memiliki pola geometris termasuk juga Paris dan Erbil. Untuk setiap
kategori geografis, beberapa kota memiliki morfologi perkotaan yang kompleks. Kita tidak
dapat mempelajari kekhasan dalam pola morfologi berdasarkan geografi atau lokasi.
Mengelompokkan kota sampel menurut pola jalannya adalah pendekatan yang lebih baik.
Metode space syntax tidak mendeteksi pola morfologi secara tradisional namun mampu
mengungkapkan kesamaan antara jaringan jalan perkotaan. Kurangnya perbedaan di antara
keempat kategori tersebut mungkin mencerminkan bagaimana kota-kota dibangun, contohnya
beberapa kota Islam dirancang oleh perencana Eropa dan beberapa kota di AS didirikan oleh
Inggris. Kesamaan dalam hasil mungkin juga mencerminkan sedikit kota sampel.
Uji skala untuk beberapa kota khusus
Pola hirarkis kota dianalisis secara topologi. Power-law behavior digunakan untuk analisis
penskalaan jaringan jalan perkotaan. Tes tersebut menunjukkan meskipun nilai p yang mengacu
pada 0,1 untuk kota Paris adalah 0,878, jaringan jalan perkotaan tidak memiliki power-law
fitting yang memadai. Alasan untuk mendapatkan passable p yaitu fitting dimulai dari jalan
dengan nilai konektivitas yang sangat besar, misalnya fitting dimulai pada 64 dan hanya
sebagian kecil dari distribusi yang sesuai dengan power-law (Lihat Gambar dibawah). Jelas
bahwa nilai alpha untuk Paris relatif besar yaitu 3,5. Ada batasan untuk pengujian power-law di
Matlab, sehingga saat data diperiksa, nilai p harus dinilai dengan baik. Kesesuaian power-law
tidak hanya bergantung pada nilai p yang diuji.
Gambar : Power-law fit for the streets of Paris which without scale-free property
D. KESIMPULAN
Studi ini menyajikan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (terutama analisis topologi
jaringan jalan perkotaan) dari berbagai bentuk kota. Pemodelan dari small-world network bisa
diterapkan untuk pekerjaan masa depan. Hasil kualitatif menunjukkan morfologi kota
dipengaruhi oleh faktor pembentuk alami dan buatan. Kota-kota di belahan Dunia memiliki
bentuk perkotaan dan jaringan jalan perkotaan yang special. Tingkat hierarkis tidak tergantung
pada jumlah jalan. Pola tata letak menunjukkan bahwa kota-kota di Eropa, di AS, kota-kota
Islam dan di Asia Timur memiliki perbedaan namun juga memiliki sifat scale-free dan small-
world properties yang mirip. Untuk kebanyakan kota sampel, distribusi konektivitas jalan
mengikuti undang-undang kekuasaan dan memperlihatkan scale-free property. Semua kota-
kota sampel memiliki small-world property, panjang jalur rata-rata yang kecil, dan koefisien
clustering yang tinggi. Dari cara penskalaan, terlihat bahwa jalan-jalan dengan konektivitas lebih
tinggi daripada nilai rata-rata kurang dari 40% dari jaringan jalannya. Untuk jalanan di luar
jangkauan penskalaan sesuai dengan distribusi logaritma, dan jalan-jalan di beberapa kota lain
sesuai dengan distribusi polinomial atau jenis distribusi power-law lainnya.
Melalui perspektif traditionally qualitative, dapat dilihat bahwa morfologi kota dari
berbagai benua ditentukan oleh berbagai faktor dan dari empat kategori kota-kota tersebut
memiliki keunikan tersendiri. Namun, dari analisis kuantitatif jaringan jalan perkotaan dengan
metode space syntax, ditemukan bahwa kekhasan tidak ada. Tidak ada perbedaan mencolok
antara analisis topologi jaringan jalan perkotaan di 50 kota. Pola morfologi perkotaan tertentu
(special) dapat dikenali dari cara tradisional pada studi morfologi, namun pola ini tidak dapat
dijumpai dari cara baru dengan metode space syntax. Space syntax tidak sensitif terhadap
pengujian perbedaan di antara kota-kota sampel.
Beberapa hal yang dapat menjadi pekerjaan dimasa depan dari hasil studi ini meliputi :
Dari jaringan jalan perkotaan yang direpresentasikan secara hierarkis, orang dapat
menemukan jalan-jalan yang saling berhubungan erat dan akan berguna untuk pemilihan
jalur/rute jalan. Pola hierarkis dapat membantu orang untuk memilih tempat tinggalnya.
Jika seseorang ingin memiliki lingkungan tempat tinggal yang layak, maka dapat dipilih area
yang dikelilingi jalan-jalan dengan konektivitas rendah.
Kota-kota khusus/tertentu dengan pola jalan yang jelas bisa dipilih. Seperti diketahui
bahwa kota-kota berbeda menurut lokasi, namun lokasi bukanlah satu-satunya faktor yang
utama. Untuk studi selanjutnya, kota-kota dari berbagai negara dapat diklasifikasikan
menurut pola jalannya. Lebih banyak sampel kota di seluruh dunia dapat dipilih untuk
dianalisis dan dilihat apakah kota tersebut memiliki pola gridiron, pola curvilinear, pola
geometris atau lainnya. Kota sampel yang besar secara statistik dapat menemukan
perbedaan morfologi perkotaan, dimana kota dengan pola morfologi yang sama dapat
dikelompokkan bersama-sama dan ukuran spasial dapat dibandingkan di antara kelompok
yang berbeda untuk mendeteksi perbedaannya.
Studi ini memberikan cara untuk menganalisis morfologi perkotaan dengan cara tradisional
dan cara baru. Hal ini memberikan ide untuk mempelajari lebih lanjut morfologi perkotaan
dari perspektif multi-dimensi.
Pemodelan small-world network dapat diaplikasikan untuk mempelajari fenomena
geografis. Untuk pekerjaan masa depan, arus lalu lintas dapat diinvestigasi dengan analisis
topologi jaringan jalan perkotaan. The scale-free property dan small-world property dapat
dikombinasikan secara bersama untuk mempelajari efisiensi jaringan jalan untuk arus lalu
lintas serta dapat digunakan pola dasar jaringan jalan perkotaan untuk lebih mengenal
morfologi kota.