Wawasan Kebangsaan Materi Prajab
Wawasan Kebangsaan Materi Prajab
Wawasan Kebangsaan Materi Prajab
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi peserta Prajabatan
Golongan III. Namun, mengingat modul Wawasan Kebangsaan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, penyempurnaan
modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas.
Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak,
termasuk peserta diklat, untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang
membangun akan sangat dihargai.
Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih.
ttd
Tony Rooswiyanto
NIP 19560404 198203 1 001
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ............................................................................................................ 1
1. Deskripsi Singkat ................................................................................................ 1
2. Prasyarat Kompentensi ....................................................................................... 1
3. Standar Kompentensi dan Kompentensi Dasar .................................................. 1
4. Relevansi Modul ................................................................................................. 2
V. Kegiatan Belajar 4
Nilai-Nilai Kejuangan, Membangun Karakter, dan Ketahanan Bangsa .......... 42
A. Indikator ............................................................................................................... 42
B. Uraian dan Contoh ............................................................................................... 42
1) Nilai-Nilai Kejuangan ..................................................................................... 42
2) Hakikat Mempelajari Perjuangan Bangsa ....................................................... 43
3) Jiwa dan Makna dalam Perjuangan ................................................................. 44
4) Nilai dan Prinsip yang Diwariskan ................................................................. 45
5) Membangun Karakter ..................................................................................... 46
6) Faktor-Faktor Membangun Karakter Bangsa Indonesia ................................. 47
7) Ketahanan Nasional ................... .................................................................... 47
C. Rangkuman ......................................................................................................... 50
D. Latihan 4 ............................................................................................................. 51
E. Tes Formatif ........................................................................................................ 52
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................................................................... 54
v
Wawasan Kebangsaan NKRI 2011
I. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka makna dan
hakikat serta pengejawantahan wawasan kebangsaan tersebut penting dipahami oleh
setiap warga negara Indonesia, termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya PNS
di lingkungan Kementerian Keuangan, mengingat kedudukannya sebagai salah satu
unsur aparatur negara yang berperan sebagai perekat kesatuan dan persatuan
bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahan ajar ini disusun untuk peserta Diklat Prajabatan Golongan III selaku
Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan agar memahami
wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI, yang ke depan diharapkan akan
berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Prasyarat Kompetensi
Calon Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan
persyaratan pengangkatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil Golongan III/a
antara lain mampu menunjukkan komitmen memiliki wawasan kebangsaan dalam
kerangka NKRI.
b. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta mampu:
1) menjelaskan konsep dan pengertian negara dan bangsa;
2) menjelaskan pengertian wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI;
3) menjelaskan makna identitas nasional bagi bangsa Indonesia;
4) menguraikan pengertian dan konsep integrasi nasional;
5) menguraikan dan menjelaskan nilai-nilai kejuangan, nilai dan prinsip yang
diwariskan;
6) membedakan pengertian membangun karakter dan ketahanan bangsa;
7) mengidentifikasi keragaman sosial budaya sebagai kekuatan bangsa;
8) memiliki dan menjelaskan wawasan kebangsaan sebagai kekuatan bangsa.
4. Relevansi Modul
Kegunaan modul ini bagi peserta diklat yang telah memiliki wawasan kebangsaan
dalam kerangka NKRI adalah diharapkan mampu menerapkannya dengan
sungguh-sunguh dalam tugas di unit kerjanya dan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Indikator
1) Pengertian Negara
Seperti diuraikan oleh Arief Budiman dalam bukunya Teori Negara:
Negara, Kekuasaan dan Ideologi, bahwa di Indonesia terdapat pendapat kuat
yang beranggapan bahwa negara merupakan sebuah lembaga netral, tidak
berpihak, berdiri di atas semua golongan masyarakat, dan mengabdi pada
kepentingan umum. Dengan ciri-cirinya yang seperti itulah, sebuah negara memiliki
keabsahan dalam memerintah masyarakatnya. Apabila masyarakat tidak memiliki
kepercayaan bahwa negara merupakan sebuah lembaga yang netral, hanya
memihak pada satu golongan saja, maka masyarakat akan menolak diperintah
oleh negara bersangkutan.
Netralitas sebuah negara melalui faham negara netral dan berdiri di atas
semua golongan merupakan ideologi yang ampuh bagi keabsahan berkuasanya
sebuah negara, karena kekuasaan yang diberikan kepada negara sangat besar.
Dengan kekuasaannya tersebut negara berhak mengeluarkan peraturan yang
bersifat memaksa, bahkan negara memiliki kewenangan untuk menghukum
masyarakat yang tidak mematuhi peraturan yang dibuat oleh negara. Karena
itulah, kemudian Weber mendefinisikan negara sebagai lembaga kemasyarakatan
mereka besama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus
ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu
wewenang yagn bersifat memaksa dan mengikat.
3. Max Weber: Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli
dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah
4. Robert M. MacIver: Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan
penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa
2) Sifat-sifat Negara
Dari beberapa definisi tersebut di atas, kemudian Miriam Budiardjo (2010)
merumuskan bahwa negara mempunyai sifat-sifat khusus yang merupakan
manifestasi dari kedaulatan yang dimilikinya dan yang hanya terdapat pada
Negara saja dan tidak terdapat pada asosiasi atau organisasi lainnya.
Sifat-sifat Negara tersebut pada umumnya seperti berikut.
a) Memaksa
Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian
penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarki dicegah,
maka Negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan
untuk memakai kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi,
tentara, dan sebagainya. Dalam hal demikian di negara demokratis tetap
disadari bahwa paksaan hendaknya dipakai seminimal mungkin dan
sedapat-dapatnya dipakai persuasi (meyakinkan). Unsur memaksa yang
lain misalnya, dalam pengenaan pajak. Setiap warga negara harus
membayar pajak dan orang yang menghindari kewajiban perpajakannya
dapat dikenakan denda atau disita miliknya, bahkan dapat dikenakan
hukumuan kurungan (penyanderaan = gijzeling).
b) Monopoli
Negara mempunyai sifat monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat. Dalam rangka ini Negara dapat menyatakan bahwa suatu
aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu dilarang hidup dan
disebarluaskan, oleh karena itu dianggap bertentangan dengan tujuan
masyarakat.
3) Terjadinya Negara
1) Teori Kenyataan
Bilamana pada suatu ketika unsur-unsur negara (wilayah, rakyat, pemerintah
yang berdaulat) terpenuhi, maka pada saat itu pula negara itu menjadi suatu
kenyataan.
2) Teori Ketuhanan
Timbulnya negara itu adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak akan
terjadi tanpa kehendak-Nya. Friederich Julius Stahl (1802-1861) menyatakan
bahwa Negara bukan tumbuh disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar,
melainkan karena perkembangan dari dalam. Ia tidak tumbuh disebabkan
kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan.
Ciri negara yang menganut teori Ketuhanan dapat dilihat pada Konstitusi
berbagai negara yang antara lain mencantumkan frasa: Berkat rahmat Tuhan
atau By the grace of God.
4) Teori Kekuasaan
Teori Kekuasaan menyatakan bahwa negara terbentuk berdasarkan
kekuasaan. Orang kuatlah yang pertama-tama mendirikan negara, karena
dengan kekuatannya itu ia berkuasa memaksakan kehendaknya terhadap
orang lain sebagaimana dinyatakan oleh Kallikles dan Voltaire: Raja yang
pertama adalah prajurit yang berhasil.
b) Bentuk Pemerintahan
1) Kerajaan (Monarki) adalah suatu negara yang kepala negaranya adalah
seorang Raja, Sultan, atau Kaisar dan Ratu. Kepala negara diangkat
(dinobatkan) secara turun-temurun dengan memilih putera/puteri tertua
(sesuai dengan budaya setempat) dari isteri yang sah (permaisuri).
Ada beberapa macam kerajaan (Monarki)
Monarki Mutlak, yaitu seluruh kekuasan negara berada di tangan raja
yang mempunyai kekuasaan dan wewenang yang tidak terbatas,
mutlak. Perintah raja merupakan undang-undang yang harus
dilaksanakan. Kehendak negara adalah kehendak Raja (Ietat cest
moi).
Monarki Konstitusional yaitu suatu monarki, dimana kekuasaan raja itu
dibatasi oleh suatu konstitusi (undang-undang dasar). Raja tidak boleh
berbuat sesuatu yang bertentangan dengan konstitusi dan segala
perbuatannya harus berdasarkan pada Konstitusi.
Monarki parlementer yaitu suatu monarki, dimana para Menteri
bertanggung jawab kepada parlemen. Raja atau kepala negara
merupakan lambang kesatuan negara yang tidak dapat diganggu gugat
(the king can do no wrong). Yang bertanggung jawab atas kebijakan
pemerintah adalah menteri baik bersama-sama untuk keseluruhan
maupun seorangan untuk porto polionya sendiri (sistem tanggung jawab
menteri).
2) Republik, adalah negara dimana kepala negaranya seorang presiden.
Republik dapat dibedakan dalam 2 bentuk yaitu serikat dan kesatuan.
Seperti juga dalam Negara kerajaan, Negara republik juga dapat memiliki
perdana menteri (PM) yang sudah barang tentu presiden terpilih tidak lebih
dari seorang simbol, kecuali sistem pemerintahannya memberikan posisi
dominan kepada presiden yaitu dengan jalan tidak dapat dijatuhkan oleh
mosi tidak percaya parlemen, hal itu dicantumkan dalam konstitusi Negara
tersebut.
5) Unsur-Unsur Negara
Negara terdiri dari beberapa unsur yang dapat dirinci sebagai berikut
(Miriam Budiardjo, 2010):
a) Wilayah
Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan mempunyai
perbatasan tertentu. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak
hanya tanah, tetapi laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya.
b) Penduduk
Setiap negara mempunyai penduduk, dan kekuasaan negara menjangkau
semua penduduk di dalam wilayahnya.
c) Pemerintah
Setiap negara mempunyai suatu organisasi yang berwenang untuk
merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi
seluruh penduduk di dalam wilayahnya. Keputusan-keputusan ini antara lain
berbentuk undang-undang dan peraturan-peraturan lain.
d) Kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang
dan melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia.
Negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi ini untuk memaksa semua
penduduknya agar mentaati undang-undang serta peraturan-peraturannya
(kedaulatan ke dalam internal sovereignty). Disamping itu negara
memepertahankan kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara
lain dan mempertahankan kedaulatan ke luar (external sovereignty).
8) Pengertian bangsa
Bangsa merupakan kumpulan dari masyarakat yang membentuk negara,
yang dalam arti sosiologis termasuk kelompok paguyuban yang secara kodrat
ditakdirkan hidup bersama dan senasib sepenanggungan di dalam suatu negara
seperti Negara Republik Indonesia yang ditakdirkan terdiri dari berbagai suku
bangsa. Budiyanto dalam Suhady dan Sinaga (2006) mengemukakan pendapat
beberapa pakar kenegaraan sebagai berikut:
a) Ernest Renan (Perancis)
Bangsa (nation) adalah suatu solidaritas, suatu jiwa, suatu asas spiritual,
suatu solidaritas yang dapat tercipta oleh perasaan pengorbanan yang
telah lampau dan bersedia dibuat di masa yang akan datang.
b) Otto Bauer (Jerman)
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan karakter.
Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib
c) F. Ratzel (Jeman)
Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena
adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham
geopolitik).
d) Hans Kohn (Jerman)
Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu
bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa
dirumuskan secara eksak. Kebanyakan bangsa memiliki faktor-faktor
objektif tertentu yang mebedakannya dengan bangsa lain. Faktor-faktor itu
berupa persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat istiadat, kesamaan
politik, perasaan, dan agama.
e) Fredrich Hertz dalam bukunya Nationality in History and Politics
mengemukakan bahwa setiap bangsa mempunyai 4 (empat) unsur aspirasi
sebagai berikut:
a. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas
kesatuan sosial, ekonomi, politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan
solidaritas.
b. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional
sepenuhnya, yaitu bebas dari dominasi dan campur tangan bangsa
asing terhadap urusan dalam negerinya.
c. Keinginan dalam kemandirian, keunggulan, individualisme, keaslian,
atau kekhasan.
c. Rangkuman
Manusia pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang
lain. Di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia membutuhkan orang lain,
untuk itu mereka membentuk kelompok yang saling menunjang (zoon politicon).
Dalam hidup berkelompok itulah mereka membutuhkan seorang pemimpin yang
dapat mengatur melalui aturan-aturan yang dibuatnya dan harus dipatuhi oleh
semua anggota kelompok tersebut, disinilah awal mula terbentuknya negara,
meskipun sangat sederhana.
Dalam memahami terjadinya Negara, terdapat dua pendekatan yaitu
pendekatan faktual (primer) yang melihat terjadinya suatu Negara berdasarkan
kenyataan yang sebenarnya terjadi atau sudah menjadi pengalaman sejarah,
dan pendekatan teoritis (sekunder) yang melihat bagaimana asal mula
terbentuknya negara melalui metode filosofis tanpa mencari bukti-bukti sejarah
tentang hal tersebut, melainkan dengan dugaan-dugaan berdasarkan pemikiran
logis.
Pada umumnya bentuk negara yang dianut oleh negara-negara di dunia
bisa berbentuk negara kesatuan, seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia,
maupun serikat, seperti yang dianut oleh negara Amerika Serikat. Sedangkan
bentuk pemerintahannya bisa kerajaan (monarki) atau republik.
Sebagai organisasi kekuasaan, negara mempunyai sifat-sfat khusus yang
merupakan manifestasi dari kedaulatan yang dimilikinya, seperti memaksa,
monopoli, dan mencakup semua (all-encompassing). Sifat-sifat yang demikian
memang harus dimiliki oleh suatu negara, sebab negara mempunyai kewajiban
di dalam menciptakan ketertiban dalam masyarakat, disamping negara
mempunyai sifat monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat
juga kewenangan negara dalam membuat peraturan perundang-undangan yang
wajib dipatuhi oleh semua orang tanpa kecuali.
d. Latihan 1
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1 ini, cobalah
kerjakan latihan-latihan berikut ini, bila Anda mengalami kesulitan mengerjakan
latihan ini sesuaikan pemahaman Anda dengan materi yang terdapat dalam
kegiatan belajar 1.
e. Tes Formatif
b. presidensiil
c. parlementer
d. federasi
9. Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan karakter,
seperti dikemukakan oleh
a. Otto Bauer
b. Charles E. Merriam
c. Ernest Renan
d. Prajudi Atmosudirdjo
10. Memaksa mempunyai pengertian bahwa negara .
a. mempunyai wewenang untuk memaksakan kehendak di bidang politik
kepada masyarakatnya
b. dapat memaksakan agar suatu peraturan perundang-undangan
dipatuhi oleh masyarakat
c. memiliki hak di dalam lapangan administrasi negara
d. dapat memaksa agar setiap pejabat negara berorientasi pada
kepentingan negara
3. Monarki konstitusional
4. Monarki federasi
14. Berikut yang bukan merupakan sifat negara adalah .
1. memaksa
2. kedaulatan
3. monopoli
4. wilayah
15. Menurut Fredrich Hertz, bahwa setiap negara memiliki unsur-unsur keinginan
untuk mencapai hal-hal berikut .
1. kesatuan nasional
2. kemerdekaan dan kebebasan nasional
3. mandiri, unggul, asli, dan khas
4. menonjol di antara bangsa-bangsa lain
Kriteria Nilai
91100 Sangat Baik
8190 Baik
7180 Cukup
6170 Kurang
060 Sangat Kurang
Apabila nilai Anda mencapai 81 atau lebih, berarti Anda telah memahami materi
kegiatan belajar ini. Namun apabila nilai Anda kurang dari 81, Anda harus
mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
a. Indikator
1) Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan
diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda,
Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih bersifat
lokal ternyata tidak membawa hasil, karena belum adanya persatuan dan kesatuan,
sedangkan di sisi lain kaum kolonial terus menggunakan politik devide et impera.
Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan
kepada kita tentang semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak pernah
padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara.
Dalam perkembangan berikutnya, muncul kesadaran bahwa perjuangan yang
bersifat nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari
seluruh bangsa Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata. Kesadaran
tersebut kemudian mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan
bangsa yang bersifat nasional itu, yang kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-
gerakan kebangsaan di bidang politik, ekonomi/perdagangan, pendidikan, kesenian,
pers dan kewanitaan.
Tekad perjuangan itu lebih tegas lagi dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928 dengan ikrar Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa
persatuan bahasa Indonesia. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai
satu tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal
17 Agustus 1945. Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap, dan
tekad yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati oleh cita-cita
moral rakyat yang luhur. Sikap dan tekad itu adalah pengejawantahan dari satu
wawasan kebangsaan.
contoh bagi bangsa lain dalam membina identitas, kemandirian dan menghadapi
tantangan dari luar tanpa konfrontasi dengan meyakinkan bangsa lain bahwa
eksistensi bangsa merupakan aset yang diperlukan dalam mengembangkan nilai
kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam Suhady dan Sinaga, 2006).
Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan
kebangsaan perlu memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang
mengandung nilai-nilai dasar yang akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan
bertingkah laku yang bermuara pada terbentuknya karakter bangsa.
menjadi suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh
anggota-anggotanya dianggap sama harmonisnya.
Berdasarkan dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
hakikatnya integrasi merupakan upaya politik/kekuasaan untuk menyatukan semua
unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk pada aturan-aturan kebijakan politik
yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi,
sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan nasional pada
masa yang akan datang untuk kepentingan bersama.
Lebih lanjut Nazaruddin Sjamsudin mengemukakan bahwa integrasi lazim
dikonsepsikan sebagai suatu proses ketika kelompok sosial tertentu dalam
masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk mewujudkan kedekatan
hubungan-hubungan sosial, ekonomi, politik. Kelompok-kelompok sosial tersebut
dapat terwujud atas dasar agama dan kepercayaan, suku, ras, dan kelas. Konsepsi
tersebut mengisyaratkan bahwa integrasi tercipta melalui proses interaksi dan
komunikasi yang efektif.
(1) Masalah pertama: membangun kembali integrasi 26ertical antara pusat dan
daerah, antara elite dan massa yang mengalami distorsi.
(2) Masalah kedua: penyembuhan bagi luka-luka bangsa atas kekerasan dan
ketidakadilan yang dilakukan pemerintah atas nama negara.
(3) Masalah ketiga: membangun integrasi horizontal di bidang sosial budaya.
kehadiran Jepang daripada ahli filsafat barat tersebut (Adnan Buyung Nasution,
1995).
Pemikiran Prof. Dr. Mr. Soepomo tentang konsep negara integralistik atau
faham negara kekeluargaan tersebut menurut banyak kalangan sangat
berpengaruh dalam perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang disusun kemudian.
Dalam pidatonya dihadapan Sidang Umum BPUPKI pada tanggal 31 Mei
1945 di Gedung Chuo Sangi In, Jl. Pejambon No. 6 Jakarta Pusat, Prof. Dr. Mr.
Soepomo menguraikan konsep negara integralistik, yaitu kesatuan antara
pemerintah dan rakyat. Dalam pidatonya tersebut, Prof. Dr. Mr. Soepomo
memberikan gambaran yang lengkap mengenai konsep negara integralistik. Titik
tolaknya ialah pendapat bawa sistem pemerintahan atau struktur negara
bergantung pada paham mengenai negara (staats ide). Dalam uraiannya ia
menjelaskan tiga perspektif mengenai negara dan masyarakat yang dikemukakan
oleh para ahli filsafat Barat klasik:
1. Perspektif individualis yang diajukan oleh Thomas Hobes, John Locke, dan JJ.
Rousseau. Menurut Soepomo, dalam perspektif ini negara merupakan
masyarakat hukum yang berdasarkan kontrak antara seluruh individu dalam
msayarakat untuk menjamin hak-hak individu dalam masyarakat.
2. Perspektif kelas yang diajukan oleh Karl Marx dan Lenin, yang memandang
negara sebagai alat golongan yang menguasai sistem ekonomi untuk
menindas golongan lain. Dalam teori ini negara mempertentangkan antara
golongan yang kuat dengan golongan yang lemah, dimana golongan yang kuat
dengan menggunakan kekuasaan negara dapat menindas golongan yang
lemah.
3. Perspektif integralistik yang ditawarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan Hegel,
yang menganggap bahwa fungsi negara bukan untuk melindungi kepentingan
pribadi atau golongan (kelas), melainkan untuk melindungi kepentingan
masyarakat secara keseluruhan.
Dalam konsep negara integralistik yang didasarkan pada ide Spinoza, Adam
Muller, dan Hegel, negara tidak untuk menjamin kepentingan individu maupun
kepentingan golongan tertentu, tetapi untuk menjamin kepentingan masyarakat
seluruhnya sebagai satu kesatuan yang integral. Mengenai konsep negara
integralistik, Soepomo menjelaskan:
Negara ialah suatu susunan masyarakat yang integral, segala
golongan, segala bagian, segala anggotanya berhubungan erat satu
c. Rangkuman
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Wawasan kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata
berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di
dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan semangat
persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan
bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa
kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pAndang/cara
memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang
untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang
dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal
dan lingkungan eksternal.
Bagi bangsa Indonesia konsep wawasan kebangsaan merupakan hal yang
sangat mendasar bagi bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya konsep itu telah
dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam Pancasila
sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Integrasi dikonsepsikan sebagai suatu proses ketika kelompok sosial
tertentu dalam masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk mewujudkan
kedekatan hubungan-hubungan sosial, ekonomi, politik. Kelompok-kelompok sosial
tersebut dapat terwujud atas dasar agama dan kepercayaan, suku, ras, dan kelas.
Konsepsi tersebut mengisyaratkan bahwa integrasi tercipta melalui proses interaksi
dan komunikasi yang efektif.
Pemahaman integralistik yang dianut oleh bangsa Indonesia bersumber
dari pemikiran Mr. Soepomo yang disampaikan pada sidang BPUPKI pada tahun
1945 yang merupakan salah satu aliran dalam teori tentang negara bahwa negara
dibentuk tidak untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan tetapi untuk
d. Latihan 2
1) Jelaskan pengertian wawasan kebangsaan yang Saudara ketahui!
2) Jelaskan mengenai Wawasan Kebangsaan Indonesia yang Saudara ketahui!
3) Jelaskan pengertian integrasi nasional!
4) Jelaskan konsep integrasi nasional Indonesia!
5) Mengapa konsep negara integralistik Soepomo mendapatkan tantangan dari
beberapa negarawan Indonesia, jelaskan!
e. Tes Formatif
I. Pilihlah B jika pernyataan benar, dan A jika pernyataan tersebut salah.
1. Pada awal perjuangan melawan penjajah, bangsa Indonesia masih
berjuang secara lokal.
2. Kesadaran untuk bersatu di dalam melakukan perjuangan diawali dengan
terbentuknya pergerakan pemuda nasional.
Kriteria Nilai
91 - 100 Sangat Baik
81 - 90 Baik
71 - 80 Cukup
61 - 70 Kurang
0 - 60 Sangat Kurang
Apabila nilai Anda mencapai 81 atau lebih, berarti Anda telah memahami materi
kegiatan belajar ini. Namun, apabila nilai Anda kurang dari 81, Anda harus
mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
a. Indikator
1) Pengertian
Identitas Nasional terdiri dari dua suku kata, yaitu: Identitas dan
Nasional. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), Identitas mempunyai
arti sebagai: (1) ciri-ciri atau atau keadaan khusus seseorang; (2) jati diri,
sedangkan Nasional mempunyai arti sebagai: (1) bersifat kebangsaan; (2)
berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; (3) meliputi suatu bangsa.
Secara etimologis, identitas nasional berasal dari kata Identitas dan
Nasional. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang memiliki
pengertian harfiah: ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok
atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Kata Nasional merujuk
pada konsep kebangsaan. Jadi, pegertian Identitas Nasional adalah pandangan
hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat Pancasila, dan juga sebagai Ideologi
Negara, sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara, termasuk di sini adalah tatanan hukum yang berlaku di
Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan norma
peraturan yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali.
Dengan demikian Identitas Nasional adalah sesuatu yang menjadi ciri-ciri
atau menunjukkan jati diri suatu bangsa. Bendera, atau lagu kebangsaan, atau
budaya, misalnya, merupakan ciri khas suatu bangsa yang membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Ciri khas yang lain seperti letak geografis Indonesia
yang khas, pulau-pulaunya yang berjumlah ribuan menyebar di seluruh wilayah
nusantara yang satu sama lain dipisahkan oleh lautan, suku bangsanya yang
beragam, masyarakatnya yang religious, dan kebudayaannya yang beraneka
ragam.
b) Lambang-lambang
Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis
menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini
biasanya dinyatakan dalam undang-undang, seperti Garuda Pancasila,
bendera merah putih, bahasa kesatuan Indonesia, dan lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
c) Alat-alat perlengkapan
Alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan seperti
bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari alat
perlengkapan ini seperti: bangunan yang merupakan tempat ibadah
(Borobudur, Prambanan, mesjid, pura, wihara, gereja), peralatan manusia
(pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat terbang,
kapal laut, dan lain-lain).
a. Unsur sejarah
Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah mengalami masa
penjajahan oleh Belanda selama 350 tahun, Potugis selama 400 tahun, dan
Jepang selama 3,5 tahun (Srijanti, A. Rahman H.I, dan Purwanto S.K, 2009).
b. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi
tiga unsur, yaitu: akal budi, peradaban (civility), dan pengetahuan (knowledge).
(1). Akal budi, adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
dalam interaksinya antara sesama (horizontal) maupun antara pimpinan
dengan staf, anak dengan orang tua (vertical), atau sebaliknya. bentuk
sikap dan perilaku tersebut adalah hormat menghormati antar sesama,
sopan santun dalam sikap dan tutur kata, dan hormat pada orang tua.
(2). Peradaban (civility), dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek
ideologi, politik, ekonomi, dan hankam.
(3). Pengetahuan (knowledge), pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk
identitas nasional seperti, prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba
Olimpiade Fisika dan Kimia, prestasi dalam dunia bulu tangkis, dan
sebagainya
c. Suku bangsa
Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa yang
majemuk (aneka ragam). Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku
bangsa dengan berbagai macam bahasa.
d. Agama
Identitas nasional dalam aspek agama adalah bangsa Indonesia merupakan
masyarakat yang agamis yang terdiri dari beberapa agama dan
mengembangkan kehidupan yang bertoleransi, saling menghormati antar
pemeluk agama. Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 1969, di
Indonesia terdapat beberapa agama yaitu: Islam, Katholik, Kristen, Hindu, dan
Budha, yang kemudian agama Kong Hu Cu.
e. Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan salah satu atribut bangsa di samping sebagai
identitas nasional. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional pada
Sumpah Pemuda tahun 1928.
f. Budaya unggul
Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai kemajuan
dengan cara kita harus bisa, kita harus berbuat yang terbaik. Dalam UUD
1945 dinyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan
dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.
Untuk mencapai kualitas hidup demikian, nilai kemanusiaan, demokrasi, dan
keadilan dijadikan landasan ideologis yang secara ideal dan normatif
diwujudkan secara konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan
indoktriner.
c. Rangkuman
Setiap bangsa memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan karakteristik
bangsa bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki oleh bangsa tersebut merupakan
identitas yang menjadikan bangsa tersebut berbeda dengan bangsa lainnya.
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter
dari bangsa tersebut.
Parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui sesuatu adalah menjadi
identitas nasional meliputi beberapa unsur, yaitu pola perilaku, lambang-lambang, alat
perlengkapan, dan tujuan yang ingin dicapai, sedangkan unsur-unsur identitas
nasional meliputi unsur sejarah perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa
Indonesia, suku bangsa, agama, bahasa, dan budaya unggul.
d. Latihan 3
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan identitas nasional!
2) Sebutkan parameter identitas bangsa Indonesia!
3) Dalam kehidupan yang memasuki era globalisasi ini, apakah identitas nasional
Indonesia masih relevan untuk dipertahankan?
4) Bangsa yang unggul adalah bangsa yang mampu merespon setiap perubahan.
Jelaskan pernyataan tersebut jika dikaitkan dengan sikap dan perilaku bangsa
Indonesia!
5) Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi mengapa bangsa
Indonesia sulit untuk maju, jelaskan!
e. Tes Formatif
I. Jawablah B jika pernyataan benar, dan A jika pernyataan salah
1. Identitas bangsa Indonesia merupakan sesuatu yang membedakan dengan
bangsa Amerika.
2. Identitas bangsa Indonesia tercermin pada nilai-nilai luhur Pancasila.
3. Sikap maunya menang sendiri merupakan cerminan dari watak bangsa
Indonesia.
4. Merdeka atau Mati, merupakan ungkapan yang mencerminkan bahwa bangsa
Indonesia dikenal sebagai bangsa penjajah.
5. Mengembangkan toleransi kehidupan beragama adalah cerminan identitas
nasional.
15. Pola perilaku yang tidak mencerminkan budaya Indonesia antara lain .
1. sombong
2. tidak sopan
3. suka mengumpat
4. santun
Kriteria Nilai
91100 Sangat Baik
8190 Baik
7180 Cukup
6170 Kurang
060 Sangat Kurang
Apabila nilai Anda mencapai 81 atau lebih, berarti Anda telah memahami materi
kegiatan belajar ini. Namun, apabila nilai Anda kurang dari 81, Anda harus
mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
V. Kegiatan Belajar 4
Nilai-Nilai Kejuangan, Membangun Karakter, dan Ketahanan Bangsa
a. Indikator
1) Nilai-Nilai Kejuangan
Dari segi semantik nilai-nilai kejuangan terdiri dari dua istilah yaitu Nilai
dan Kejuangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Tahun 2002,
Nilai memiliki arti: (1) harga (dalam arti taksiran harga), (2) angka kepandaian;
biji; ponten, sedangkan Kejuangan berarti, (1) perihal berjuang; (2) berhubungan
dengan urusan berjuang.
Dengan demikian nilai kejuangan adalah konsep yang berkenaan dengan
sifat, mutu, keadaan yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan yang
menyangkut perihal perang, kelahi, lawan, dan laga. Kata nilai kejuangan
dikenakan terhadap konsepsi abstrak, anutan, faham dan pendorong yang
menyebabkan orang dapat berperang, berkelahi, berlawan dan berlaga, sehingga
bermanfaat bagi dirinya untuk menang (Suhady dan Sinaga, 2006).
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, nilai kejuangan dimaksudkan
untuk menggambarkan daya pendorong, pelawan, dan pendobrak yang mampu
membawa bangsa ini untuk membebaskan dirinya dan penjajahan dan bebas
merdeka. Nilai kejuangan diletakkan pada upaya selama bergenerasi-generasi
untuk mencapai kemerdekaan. Nilai kejuangan seperti ini dimiliki oleh generasi pra
45 dan generasi 45. Nilai kejuangan ini mewaris terus menerus dari satu generasi
ke generasi berikutnya (Suhady dan Sinaga, 2006).
Semangat juang 45 adalah semangat untuk berjuang bersama tanpa
pamrih mengusir penjajah. Setelah merdeka semangat kejuangan itu tetap relevan
Hakikat mempelajari sejarah adalah agar kita semua dapat belajar dari
pengalaman sejarah. Dengan bercermin dari pengalaman perjuangan bangsa
tersebut dapat dijadikan pelajaran bagaimana semangat para pahlawan dalam
upaya mengubah kondisi dari bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka,
bermartabat, dan diakui sejajar dengan bangsa-bangsa merdeka di dunia.
Semangat nasionalisme berperan penting bagi suatu negara. Maju
mundurnnya suatu negara dapat dilihat dari seberapa besar semangat nasinalisme
yang dimiliki. Apabila suatu negara ingin tetap bersatu dan maju, maka semangat
nasionalisme harus dimiliki oleh setiap warga negara pada umumnya, dan generasi
muda pada khususnya, mengingat generasi muda adalah generasi penerus
bangsa, penentu perjalanan bangsa di masa selanjutnya. Kita menyadari bahwa
generasi muda mempunyai kelebihan pemikiran, semangat, serta sifat kritisnya,
namun kelebihan tersebut masih kurang jika tidak diiringi dengan semangat
nasionalisme.
Generasi muda harus mempunyai sikap bangga terhadap bangsanya,
semangat kebersamaan, mengakui pengalaman sejarah dan kebudayaan
bersama, serta terikat pada adat dan tradisi. Jika generasi pemuda menyadari
pentingnya nasionalisme tersebut, maka jalan untuk memperbaiki kondisi negara
kita akan semakin terbuka lebar.
Dengan demikian sebagaimana dinyatakan oleh Suhady dan Sinaga (2006)
di atas, bahwa kemampuan pandang dari tiga dimensi tersebut harus dimiliki
sehingga perjuangan bangsa Indonesia membimbing dan menjadi edukasi dan
inspirasi bagi perjuangan selanjutnya.
a) Jiwa merdeka, yaitu jiwa yang sadar akan kemampuan sendiri tanpa
ketergantungan pada negara lain dan memiliki martabat yang sejajar dengan
bangsa-bangsa lain.
b) Jiwa persatuan dan kesatuan, yaitu sadar akan pentingnya rasa pesatuan dan
kesatuan bangsa.
c) Jiwa konsekwen tanpa pamrih dan sederhana, yaitu sadar untuk membela
prinsip-prinsip, berani berkorban serta wajar dan jujur dalam bertindak.
d) Jiwa kokoh yang tak kenal menyerah, sadar membela nilai-nilai luhur,
berinisiatif dan tak kenal menyerah.
e) Jiwa propatria, yaitu mempunyai rasa cinta yang besar terhadap tanah air.
f) Jiwa kepeloporan dan kepemimpinan, yaitu ikut aktif dalam berjuang dan
berpartisipasi dalam pembangunan bangsa.
g) Jiwa keikhlasan berjuang, yaitu ikhlas dalam membela kepentingan nasional.
5) Membangun Karakter
Keberhasilan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh besarnya sumber
daya alam yang dimiliki, tetapi kemampuan sumber daya manusianyalah yang
memegang peranan penting bagi berhasil tidaknya bangsa tersebut meraih cita-
citanya. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi dari sisi
sumber daya manusianya masih belum memiliki kualitas yang memadai, tetapi
sebaliknya, Jepang, misalnya, dari sisi sumber daya alamnya terbatas, namun
dapat ditunjang dari sisi sumber daya manusianya yang telah memiliki kualitas
yang sangat baik sehingga mereka menjadi negara yang sangat maju.
Kualitas sumber daya manusia Indonesia, termasuk Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebagai unsur utama di dalam penyelenggaraan pemerintahan harus
memiliki jiwa pengabdian yang tulus guna menunjang kesuksesan dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
PNS sebagai unsur aparatur negara sekaligus sebagai unsur abdi
masyarakat mutlak harus memiliki karakter sebagai PNS yang memiliki kesetiaan
dan ketaatan penuh pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara 1945,
Negara dan Pemerintah serta PNS bersatu padu, bermental baik, berwibawa,
berhasil guna, bersih, professional dan akuntabel dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat (Suhady dan Sinaga, 2006).
7) Ketahanan Nasional
Kita semua menyadari bahwa setiap bangsa mempunyai cita-cita luhur dan
indah yang ingin dicapainya. Orang mengatakan bahwa cita-cita yang ingin dicapai
oleh suatu bangsa mempunyai fungsi sebagai penentu dari tujuan nasionalnya.
Lazimnya dalam usaha mencapai tujuan tersebut, bangsa bersangkutan
menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang senantiasa perlu
dihadapi ataupun ditanggulangi. Oleh karena itu, suatu bangsa harus mempunyai
kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan. Umumnya inilah yang
dinamakan ketahanan nasional, yang dapat juga disebut sebagai ketahanan
bangsa (Suhady dan Sinaga, 2006).
Ketahanan nasional diperlukan dalam rangka menjamin eksistensi bangsa
dan negara dari segala gangguan baik yang datangnya dari dalam maupun dari
dalam negeri. Untuk itu bangsa Indonesia harus tetap memiliki keuletan dan
ketangguhan yang perlu dibina secara konsisten dan berkelanjutan.
c. Rangkuman
Nilai kejuangan adalah konsep yang berkenaan dengan sifat, mutu, keadaan
tertentu yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan yang menyangkut perihal
perang, kelahi, lawan dan laga dan dikenal terhadap konsepsi abstrak, anutan, faham
dan pendorong yang menyebabkan orang dapat berperang, berkelahi, berlawan, dan
berlaga, sehingga bermanfaat bagi dirinya untuk menang.
Nilai kejuangan diletakkan pada upaya beberapa generasi untuk mencapai
kemerdekaan yang dimiliki oleh generasi pra 1945 dan generasi 1945 karena pada
tahun 1945 keberhasilan kemerdekaan bangsa Indonesia datang yang tentu saja
bukan dibuat hanya oleh generasi 1945 karena nilai perjuangan mewaris terus
menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu Negara Kesatuan
yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia, mengatasi semua faham
golongan, mengatasi semua faham perseorangan; tujuan negara melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial; negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan; negara berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; negara yang merdeka dan
berdaulat; anti penjajahan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.
Prinsip yang tercantum dalam UUD 1945 bahwa Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik; menjunjung tinggi hak azasi manusia dengan
kesetaraan antara individu dan masyarakat yang bersumber pada sifat kodrat individu
juga makhluk sosial sebagai kesatuan dwi tunggal; sistem sosial budaya berdasarkan
azas Bhinneka Tunggal Ika; sistem politik atas dasar kesamaan kedudukan semua
warga negara dalam hukum dan pemerintahan; sistem ekonomi yang disusun sebagai
usaha bersama atas dasar kekeluargaan; sistem pembelaan negara berdasarkan hak
dan kewajiban bagi semua warga negara; sistem pemerintahan demokrasi
berdasarkan sendi negara hukum sendi kedaulatan rakyat; pemerintahan yang
bertanggung jawab pada rakyat; pemerintahan presidentil karena Presiden
adalah Kepala Pemerintahan; pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat;
kekuasaan kehakiman yang bebas; otonomi daerah.
Membangun karakter adalah suatu proses/usaha yang dilakukan untuk
membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak/budi
pekerti, insan manusia/masyarakat sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku
yang baik.
Upaya membangun karakter bangsa Indonesia merupakan suatu proses yang
terus menerus dilakukan untuk membentuk tabiat, watak dan sifat kejiwaan yang
berlandaskan kepada semangat pengabdian dan kebersamaan bangsa Indonesia;
menyempurnakan karakter bangsa Indonesia yang ada untuk terwujudnya karakter
yang diharapkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan; membina karakter bangsa Indonesia yang ada sehingga menampilkan
karakter yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang dilandasi dengan nilai falsafah bangsa Pancasila.
Ketahanan nasional adalah tingkat keadaan keuletan dan ketangguhan bangsa
dalam menghimpun dan mengerahkan keseluruhan kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional yang ada sehingga merupakan kekuatan nasional yang mampu dan
sanggup menghadapi semua ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terhadap
keutuhan maupun kepribadian bangsa dalam mempertahankan kehidupan dan
kelangsungan cita-cita.
Ketahanan nasional yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia meliputi
ketahanan nasional bidang ideologi, bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial
budaya, bidang pertahanan keamanan.
d. Latihan 4
e. Tes Formatif
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai mempunyai arti harga, angka,
biji.
2. Kejuangan mempunyai arti: perihal berjuang, berhubungan dengan perang.
3. Hakikat mempelajari sejarah adalah agar kita semua dapat belajar dari
pengalaman masa lampau.
4. Jiwa merdeka adalah jiwa yang sadar akam kemampuan diri sendiri dan tidak
selalu menggantungkan pada orang lain.
5. Sistem nilai yang melandasi pembangunan bangsa tersirat dalam Pancasila
dan UUD 1945.
12. Hal-hal berikut yang menjadi ciri dari wawasan kebangsaan adalah .
1. menjadi sumber perumusan kebijakan pemerintahan
2. untuk pengembangan otonomi daerah
3. untuk mencegah disintegrasi bangsa
4. untuk mencegah rongrongan terhadap pemerintah pusat
Kriteria Nilai
91100 Sangat Baik
8190 Baik
7180 Cukup
6170 Kurang
060 Sangat Kurang
Apabila nilai Anda mencapai 81 atau lebih, berarti Anda telah memahami materi
kegiatan belajar ini. Namun, apabila nilai Anda kurang dari 81, Anda harus
mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
a. Indikator
a) Kemasyarakatan
Manusia bekerja sama dengan sesama manusia lain atau bermasyarakat
dalam usaha beradaptasi dengan lingkungan yang akan berjalan baik dalam
tertib sosial dalam wadah organisasi sosial yang merupakan produk sosial
budaya dan merupakan wadah perwujudan dan pertumbuhan kebudayaan.
Dalam organisasi sosial manusia hidup berkelompok dan
mengembangkan norma sosial yang meliputi kehidupan normatif, status,
kelompok asosiasi dan institusi. Organisasi sosial juga mencakup aspek fungsi
yang mewujudkan diri dalam aktivitas bersama anggota masyarakat dan aspek
struktur yang terdiri dari struktur kelompok dalam pola umum kebudayaan dan
seluruh kerangka lembaga sosial.
Setiap masyarakat mempunyai empat unsur penting yang menentukan
eksistensinya yaitu struktur sosial, pengawas sosial, media sosial dan standar
sosial.
1. Struktur sosial
Berarti setiap masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok untuk
memudahkan pelaksanaan tugas.
2. Pengawasan sosial
Pengawasan sosial mencakup sistem dari ketentuan-ketentuan yang
mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat, pengetahuan empiris
yang digunakan manusia untuk menanggulangi lingkungan dan
pengetahuan empiris yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia
seperti agama, kepercayaan, ideologi dan sebagainya.
3. Media sosial
Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sosial, diperlukan adanya sarana
komunikasi dan relasi antar anggota masyarakat. Komunikasi dan relasi itu
dilangsungkan dengan menggunakan bahasa dan alat transportasi.
4. Standar sosial
Standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku anggota
masyarakat serta menilai tingkah laku anggota masyarakat mencapai
tujuan.
b) Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang
perwujudannya tampak pada tingkah laku para anggotanya yang tercipta oleh
banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah dan
lingkungan psikologi. Masyarakat budaya membentuk pola budaya antara satu
atau beberapa fokus budaya yang dapat berupa nilai seperti keagamaan,
ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Pengertian sosial budaya adalah kondisi masyarakat / bangsa yang
mempunyai nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang
dilandasi dengan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketahanan di bidang sosial budaya adalah menggambarkan kondisi
dinamis suatu bangsa / masyarakat yang berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional dalam
menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dari dalam
maupun dari luar yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara.
Masyarakat harus dapat menilai dan menyadari bahwa suatu tradisi tertentu
pada suatu tahap perkembangan mungkin tidak sejalan sehingga merugikan
dan menghambat kemajuan.
b) Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap ketahanan di
bidang sosial budaya. Melalui pendidikan masyarakat akan memperoleh
kemampuan untuk menilai tradisi yang sudah tidak sesuai lagi. Pendidikan
bersifat mengubah secara tertib ke arah tujuan yang dikehendaki.
Pendidikan dalam arti luas ialah usaha untuk mendewasakan manusia agar
dapat mengembangkan potensinya serta berperan serta secara penuh dalam
menumbuhkan kehidupan sosial sesuai dengan tuntutan zaman dan untuk itu
diperlukan suatu sistem pendidikan yang kondusif sehingga mampu membawa
masyarakat ke arah pencapaian tujuan.
Sistem pendidikan mempunyai berbagai sarana, diantara yang penting adalah:
(1). Seluruh aparatur pemerintahan modern;
(2). Sarana komunikasi massa;
(3). Pendidikan formal dan non formal;
(4). Sarana massa;
(5). Kehidupan kota.
Dalam masyarakat yang berkembang inisiatif pemerintah dan potensi yang ada
merupakan yang paling kuat dan mampu menggerakkan pendidikan secara
luas.
c) Kepemimpinan nasional
Untuk membina dan membangun masyarakat modern, diperlukan
kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa. Kepemimpinan yang
demikian ditentukan oleh banyak faktor, yaitu pribadi (moral, akhlak, semangat,
dan akuntabilitas) pemimpin, komitmen pimpinan, tujuan nasional, nilai-nilai
sosial budaya, keadaan sosial atau masyarakat, sistem politik, dan ilmi
Pengetahuan.
d) Tujuan nasional
Tujuan nasional dapat merupakan unsur pengarah, pemersatu, pemberi
motivasi dan merupakan salah satu identitas nasional. Tujuan nasional selalu
berintikan falsafah negara.
e) Kepribadian nasional
Kepribadian nasional merupakan hasil perkembangan sejarah dan cita-cita
bangsa yang dirumuskan sebagai dasar kehidupan bangsa. Kepribadian
nasional ini perlu dipupuk, dibina dan dimasyarakatkan pada setiap generasi
sangat diwarnai oleh nilai dasar yang berkembang dalam masyarakat masing-
masing sehingga memberikan ciri khas/jati diri masing-masing bangsa dengan cara
memahami pandangan hidup dan falsafah hidup yang dianut oleh bangsa tersebut.
Jati diri bangsa Indonesia dapat dikenali dalam berbagai rumusan yang
merupakan kesepakatan nasional yaitu bangsa Indonesia mengakui dan meyakini
bahwa keberhasilan pembangunan nasional adalah rahmat Tuhan Yang Maha Esa
dan kesadaran serta keteguhan bangsa Indonesia pada falsafah Pancasila yang
menjadi landasan idiil pembangunan nasional; keseluruhan semangat, arah dan
gerak pembangunan dilaksanakan sebagai pengamalan Pancasila; tujuan
pembangunan nasional adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur
yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD tahun 1945
(Suhady dan Sinaga 2006).
pengambilan keputusan dengan suaru terbanyak (voting). Hal yang sama nampak
dalam kerukunan hidup beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa ada sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara para pemeluk agama
dan para penganut kepercayaan yang berbeda-beda dan ada sikap saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan.
c. Rangkuman
Pengertian sosial budaya adalah kondisi masyarakat / bangsa yang mempunyai
nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang dilandasi dengan
falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Latihan 5
1. Jelaskan pengertian sosial budaya yang saudara ketahui.
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan di bidang sosial budaya.
Yang saudara ketahui.
3. Jelaskan sosial budaya yang berkembang di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Jelaskan pengertian wawasan kebangsaan yang diterapkan oleh bangsa
Indonesia.
5. Jelaskan manfaat wawasan kebangsaan bagi perkembangan peradaban bangsa
Indonesia.
e. Tes Formatif
Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling benar!
1. Salah satu dari empat unsur penting yang menentukan eksistensi setiap
masyarakat adalah .
A. struktur sosial
B. dana sosial
C. bantuan sosial
D. lembaga sosial
6. Moral, akhlak, semangat dan akuntabilitas adalah unsur penting dalam faktor.
A. pribadi pedagang kaki lima
B. pribadi pemimpin
C. pribadi petani
D. pribadi nelayan
8. Sikap mental percaya kepada diri sendiri, rasa kebangsaan dan cinta tanah air
yang sehat dan rasional sebagai pengganti sikap mental bangsa Indonesia yang
merasa tergantung kepada bekas penjajah ....
A. Inggris
B. Portugis
C. Amerika Serikat
D. Belanda
10. Sosial dan budaya yang tumbuh dan berkembang sangat beraneka ragam seiring
dengan tempat/ wilayah/ daerah, etnis dan suku daerah yang bersangkutan dapat
.
A. sebagai pemecah bangsa
B. sebagai perekat bangsa
C. sebagai penghancur bangsa
D. sebagai pemusnah bangsa
11. Nilai sosial budaya merupakan ... untuk menyemangati operasional bila datang
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terhadap ketahanan nasional.
A. dasar kelemahan
B. dasar keraguan
C. dasar kekuatan
D. dasar keyakinan
12. Keberadaan sosial budaya sebagai kekuatan dan asset bangsa Indonesia disertai
dengan pembangunan sosial budaya merupakan dalam pembangunan nasional.
A. siraman air hujan strategis
B. batu ganjal strategis
C. pengungkit strategis
D. kunci sangat strategis
13. Sepanjang sejarah manusia dengan dimulainya kehidupan pertama manusia maka
manusia telah terikat pada tanah tempat tinggal, pada tradisi orang tua, adat
istiadat masyarakat lingkungan yang disampaikan oleh ....
A. Alvin Toffer
B. J.H.A. Logeman
C. Sutomo
D. Tjipto Mangoenkoesoemo
14. Nilai wawasan kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa
memiliki dimensi manusia yang bersifat mendasar dan fundamental
A. empat
B. lima
C. enam
D. tujuh
15. Wawasan kebangsaan mengutamakan kepada seluruh bangsa Indonesia agar ...
untuk kepentingan bangsa Indonesia.
A. membagikan uang tunai
B. membagikan sembako
C. sanggup dan rela berkorban
D. membagikan pakaian
Kriteria Nilai
91100 Sangat Baik
8190 Baik
7180 Cukup
6170 Kurang
060 Sangat Kurang
Apabila nilai Anda mencapai 81 atau lebih, berarti Anda telah memahami materi
kegiatan belajar ini. Namun, apabila nilai Anda kurang dari 81, Anda harus
mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
g. TES SUMATIF
I. BENAR/SALAH
Pilihlah B bila Benar atau S bila Salah!
1. B - S Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul
sebagai sintesa dari kemerdekaan individual dan
kemerdekaan universal menurut George Wihelm Fredrich
Hegel.
2. B - S Negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai
daerah tertentu dengan kekuasaan negara berlaku
sepenuhnya sebagai kedaulatan menurut Soenarko.
3. B - S Hakikat mempelajari dan menghayati sejarah perjuangan
bangsa adalah upaya membangkitkan kesadaran nasional
yang mengandung arti peristiwa nasional di masa lalu,
situasi nasional di masa kini dan aspirasi nasional di masa
mendatang.
4. B - S Sifat karakter suatu bangsa/masyarakat dapat dikenali dari
dua sifat yaitu karakter yang bersifat positif dan karakter
yang bersifat negatif.
11. Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di
bawah suatu pemerintahan yang sama disampaikan oleh .
A. Kansil
B. R. Djokosoetono
C. Budiyanto
D. J.H.A. Logeman
12. Bila orang-orang yang hidup bebas merdeka terlepas satu sama lain berjanji
agar kepentingan bersama dapat terpelihara dan terjamin maka suatu negara telah
terjadi menurut teori ....
A. ketuhanan
B. kenyataan
C. penaklukan
D. perjanjian
13. Suatu daerah tertentu melepaskan diri dari negara yang menguasai sebelumnya
dan menyatakan diri sebagai suatu negara baru maka dalam Suhady dan Sinaga
suatu negara telah terjadi menurut teori ....
A. keTuhanan
B. penaklukan
C. kenyataan
D. perjanjian
14. Suatu negara yang merdeka dan berdaulat di seluruh negara dan yang berkuasa
hanya ada satu pemerintah pusat yang mengatur seluruh daerah dan pemerintah
pusat mempunyai wewenang untuk mengatur seluruh wilayahnya melalui
pembentukan daerah dalam wilayah negara serta pemerintahan dapat
dilaksanakan dengan sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi, merupakan
bentuk negara ....
A. kerajaan
B. kerakyatan
C. kesatuan
D. serikat
15. Suatu negara harus memenuhi syarat yaitu ada rakyat yang bersatu, ada daerah/
wilayah, ada pemerintahan yang berdaulat dan mendapat pengakuan dari negara
lain disampaikan oleh ....
A. Oppenheimer dan Lauterpacht
B. J.H.A. Logeman
C. Budiyanto
D. R. Djokosoetono
16. Unsur negara harus ada wilayah, harus ada rakyat, harus ada pemerintahan yang
berkuasa terhadap seluruh daerah dan rakyat dan harus ada tujuan disampaikan
oleh ....
A. Budiyanto
B. J.H.A. Logeman
C. Kansil
D. R. Djokosoetono
17. Bangsa terbentuk karena ada kelompok manusia yang mempunyai persamaan
karakter yang tumbuh karena adanya persamaan nasib disampaikan oleh .
A. Otto Bauer
B. J.H.A. Logeman
C. Budiyanto
D. R. Djokosoetono
18. Kebangsaan adalah tindak tanduk kesadaran dan sikap yang memandang diri
sebagai suatu kelompok bangsa yang sama dengan keterikatan sosio-kultural yang
disepakati bersama disampaikan oleh .
A. Parangtopo
B. J.H.A. Logeman
C. Budiyanto
D. R. Djokosoetono
19. Guna penerapan konsep wawasan kebangsaan perlu dipahami 2 aspek yaitu
aspek .
A. emosional & aspek spiritual
B. intelektual & aspek emosional
C. moral & aspek intelektual
D. spiritual & aspek moral
21. Integritas nasional sebagai suatu konsep dalam kaitan dengan wawasan
kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pada aliran
pemikiran/ paham .
A. integralistik
B. futuralistik
C. klasik
D. neo-klasik
22. Pemahaman integralistik yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagai suatu
Integrasi Nasional Indonesia bersumber dari Pemikiran .
A. Kansil
B. J.H.A. Logeman
C. Mr. Soepomo
D. R. Djokosoetono
23. Dengan paham integralistik/ kebersamaan maka bangsa Indonesia percaya akan
dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin menurut uraian .
A. Mr. Soepomo
B. J.H.A. Logeman
C. Budiyanto
D. R. Djokosoetono
26. Salah satu nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi
A. segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
B. hewan langka yang hidup di suaka marga satwa di seluruh dunia
C. tanaman langka yang tumbuh di hutan lindung di seluruh dunia
D. pencemaran udara di seluruh dunia
30. Salah satu dari empat unsur penting yang menentukan eksistensi setiap
masyarakat adalah ....
A. struktur sosial
B. dana sosial
C. bantuan sosial
D. lembaga sosial
31. Keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah
laku para anggotanya yang tercipta oleh banyak faktor organ biologis manusia,
lingkungan alam, lingkungan sejarah dan lingkungan psikologi disebut .
A. dinas sosial
B. kementerian sosial
C. kemasyarakatan
D. kebudayaan
32. Sikap mental percaya kepada diri sendiri, rasa kebangsaan dan cinta tanah air
yang sehat dan rasional sebagai pengganti sikap mental bangsa Indonesia yang
merasa tergantung kepada bekas penjajah ....
A. Inggris
B. Portugis
C. Amerika Serikat
D. Belanda
33. Nilai sosial budaya merupakan dasar untuk menyemangati operasional bila
datang ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terhadap ketahanan
nasional.
A. kelemahan
B. keraguan
C. kekuatan
D. keyakinan
34. Sepanjang sejarah manusia dengan dimulainya kehidupan pertama manusia maka
manusia telah terikat pada tanah tempat tinggal, pada tradisi orang tua, adat
istiadat masyarakat lingkungan, seperti yang disampaikan oleh .
A. Alvin Toffer
B. J.H.A. Logeman
C. Sutomo
D. Tjipto Mangoenkoesoemo
35. Wawasan kebangsaan mengutamakan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk ...
untuk kepentingan bangsa Indonesia.
A. membagikan uang tunai
B. membagikan sembako
C. sanggup dan rela berkorban
D. membagikan pakaian
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Asvi Warman, dan Syafuan Rozi. Renungan di Hari Kemerdekaan, Jakarta: Pusat
Penelitian Politik, LIPI, 2008.
BP7 Pusat. Pedoman Penataran P4, UUD 194, dan GBHN, 1996.
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia, 2010.
Budiman, Arief. Teori Negara: Negara, Kekuasaan dan Ideologi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 2002.
Budiyanto, Dasar-dasar Imu Tatanegara. 1997.
Cahyoyo, Hari. Ilmu Politik dan Perspektifnya, 1986.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga Tahun, 2002.
Kansil. Sistem Pemerintahan Indonesia, 1987.
Lembaga Informasi Nasional. Undang Undang Dasar Tahun 1945.
Lembaga Pengkajian Strategi & Pembangunan. Pendidikan Wawasan Kebangsaan.
Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1994.
Moerdiono. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia, 1991.
Nasution, Adnan Buyung. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia, Studi Sosio-
Legal atas Konstituante 1956-1959. Jakarta:Pustaka Utama Grafiti, 2001.
Oesman, Oetojo dan Alfian. Pancasila sebagai Ideologi. Jakarta: BP-7 Pusat, 1993.
Simanjuntak, Marsillam. Pandangan Negara Integralistik. Jakarta: PT. Anem Kosong
Anem, 1997.
Soeprapto, Saafroedin Bahar, dan Ismail Arianto. Cinta Negara Persatuan Indonesia.
Jakarta: BP-7 Pusat, 1995.
Srijanti, A. Rahman H.I dan Purwanto, SK. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Mahasiswa. Yogyakrta: Graha Ilmu, 2009.
Suhady, Idup dan A.M. Sinaga. Wawasan Kebangsaan dalam kerangka NKRI-Bahan Ajar
Diklat Prajabatan Golongan I, II & III. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia, 2006.
Tjokroamidjojo, Bintoro. Dimensi Rohani dan Wawasan Kebangsaan dalam
Pengembangan Sumber Daya Manusia, 1996.
Wahyudi, Agung. Kita adalah penerus. Lampung: Jurusan Pemerintahan FISIP Universitas
Lampung, 2004.
Yudhoyono, Susilo Bambang. http://www.minangkabauonline.com/berita-194-
integrasi-nasional.html, 2009.