Pedoman Pelayanan Sanitasi
Pedoman Pelayanan Sanitasi
Pedoman Pelayanan Sanitasi
INSTALASI SANITASI
TAHUN 2015
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang ini berhasil disusun. Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi rumah sakit
dalam penyediaan layanan dan fasilitas di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang sehingga
dapat mengurangi masalah kesehatan masyarakat dan meminimalkan resiko terhadap kesehatan
masyarakat, rumah sakit sebagai jasa pelayanan kesehatan berpotensi tinggi menimbulkan
infeksi bagi lingkungan sekitar.
Pengelolaan sanitasi lingkungan rumah sakit yang tidak tepat dan tidak memadai dapat
menimbulkan resiko bagi kesehatan dan pencemaran lingkungan. Dengan demikian pengelolaan
sanitasi rumah sakit harus dikelola dengan tepat, sistematis serta dijadikan bagian integral dari
program pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan
Pedoman pelayanan sanitasi rumah sakit ini dapat sebagai acuan dan memberikan
panduan bagi petugas sanitasi maupun petugas kesehatan lainnya di rumah sakit dalam upaya
menyelenggarakan program sanitasi rumah sakit.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna untuk itu maka kami
mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan pedoman sanitasi rumah sakit ini dari
berbagai pihak.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I : PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan Pedoman 3
C. Ruang Lingkup Pelayanan 4
D. Batasan Operasional 4
E. Landasan Hukum 5
BAB II : STANDAR KETENAGAAN 7
A. Kualifikasi SDM 7
B. Distribusi Ketenagaan 9
C. Pengaturan Jaga 10
BAB III : STANDAR FASILITAS 11
A. Denah Ruangan 11
B. Standar Fasilitas 12
BAB IV : TATA LAKSANA PELAYANAN 14
BAB V : LOGISTIK 34
BAB VI : KESELAMATAN KERJA 35
BAB VII : PENGENDALIAN MUTU 38
BAB VIII : PENUTUP 40
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, merupakan tempat
bertemunya kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok pengunjung, kelompok
petugas kesehatan maupun kelompok lingkungan sekitar rumah sakit dimana terjadi interaksi
antara kelompok tersebut yang memungkinkan menyebarnya penyakit jika tidak didukung
oleh kondisi lingkungan rumah sakit yang baik dan saniter, juga memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan
Selain pengelolaan limbah padat medis dan non medis serta pengelolaan limbah cair
rumah sakit yang juga harus diperhatikan dalam program pelayanan sanitasi rumah sakit
antara lain pengelolaan kebersihan ruang dan bangunan, penyehatan dan pengawasan kualitas
air bersih dan air minum, penyehatan dan pengawasan kualitas makanan dan minuman,
pengendalian serangga dan binatang pengganggu, pengelolaan pertamanan, pencegahan
infeksi nosokomial, pengelolaan bahan berbahaya beracun serta upaya penyuluhan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
.
A. Latar Belakang
Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya resiko gangguan kesehatan dan pencemaran
lingkungan rumah sakit maka perlu adanya dukungan dari pihak manajemen dalam
penyelenggaraan program sanitasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yang mengacu
kepada Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, Pedoman Sanitasi
Rumah Sakit di Indonesia serta Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu meliputi :
1. Menyelenggarakan pengelolaan kebersihan ruang, bangunan, halaman rumah sakit
2. Menyelenggarakan pengeloaan limbah cair, pengelolaan limbah padat medis, pengelolaan
limbah padat non medis dan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
3. Menyelenggarakan pemantauan kualitas air bersih, air minum serta kualitas
makanan/minuman
4. Menyelenggarakan pemantauan pengendalian serangga dan binatang pengganggu
5. Menyelenggarakan pengelolaan petamanan
6. Menyelenggarakan pencegahan infeksi nosokomial
7. Menyelenggarakan pengawasan pengelolaan bahan berbahaya beracun
8. Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan sanitasi dan kesehatan lingkungan
9. Menyelenggarakan pengembangan Sumber Daya Manusia
B. Tujuan
Agar tersedianya pedoman atau panduan bagi Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
pengawasan serta pelaporan penyelenggaraan pelayanan sanitasi sehingga dapat
mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang secara menyeluruh melalui penyelenggaraan program pelayanan sanitasi dan
kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
D. Batasan Operasional
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis dan pelayanan penunjang non medis
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan, misalnya menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
individu, misalnya mencuci tangan, mencuci piring, membuang bagian makan yang rusak.
Kebersihan dan Sanitasi ruang bangunan adalah upaya pembersihan seluruh ruang
bangunan, peralatan medis dan non medis dan halaman rumah sakit sehingga menciptakan
kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, sehat dan nyaman bagi pasien, pengunjung
dan petugas rumah sakit.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk padat, cair dan gas.
Limbah padat medis adalah limbah padat yang dihasilkan dar kegiatan pelayanan medis
dan penunjang medis berupa limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan
bukan medis seperti limbah dari pengolahan makanan dapur rumah sakit, perkantoran,
taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif.
Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang berasla dari kegiatan pembakaran
limbah padat medis di rumah sakit dengan Incinerator, proses memasak dari dapur rumah
sakit, operasional generator set, proses anastesi di ruang operasi dan pembuatan obat
sitotoksik.
Air bersih adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang
memenuhi kualitas air bersih secara fisik, kimia dan bakteeriologi sesuai Permenkes No.
416 tahun 1990.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang
memenuhi kualitas secara fisik, kimia dan bakteeriologi air minum sesuai Kepmenkes
No. 907 tahun 2002.
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan petugas serta makanan dan minuman
yang dijual di dalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
Pemeliharaan tanaman dan taman RS adalah pemeliharaan tanaman dan taman RS untuk
menjaga agar tanaman dan taman di seluruh areal RS dalam keadaan terawat, bersih dan
indah.
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapat penderita ketika sedang
dirawat di rumah sakit dengan ketentuan :
- Pada saat pasien masuk rumah sakit/dirawat tidak didapatkan tanda-tanda klinisdan
tidak sedang dalam masa inkubasi penyakit tersebut
- Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak dirawat di rumah sakit
- Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari pada waktu
inkubasi penyakit tersebut
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun adalah suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengadaan, penyimpanan, pengemasan, penanggulangan, serta penanganan bahan
berbahaya dan beracun setelah tidak digunakan.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
NO JENIS KUALIFIKASI DAN JUMLAH TENAGA
TENAGA
SARJANA DIII STM SMA JUMLAH
KES.MAS KESEHATAN
LINGKUNGAN
JURUSAN /TEKNIK
KESEHATAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN /K3
1. Sanitarian Ahli 1 1
2. Sanitarian Terampil 3 3
3. Petugas Pengelolaan 1 2 3
Limbah
Cair/Operator
Mesin IPAL
4. Petugas pengawasan 4 4
dan pelaksana
kebersihan
halaman ruang
dan bangunan
RS
5. Petugas 3 3
PengelolaanLi
mbah Padat
Medis dan
Non Medis
6. Petugas Administrasi 1 1
Umum dan
Pengawasan
Pemeliharaan
Pertamanan
Kebutuhan SDM 1 4 2 8 15
KETERANGAN :
1. Pimpinan :
Pelaksanaan program sanitasi dan kesehatan lingkungan dikepalai oleh seorang Sarjana
Kesehatan Masyarakat jurusan Kesehatan Lingkungan sesuai dengan kualifikasi
penanggungjawab kesehatan lingkungan rumah sakit kelas A atau kelas B.
2. Staf/Pelaksana :
Pelaksanaan program sanitasi dan kesehatan lingkungan dilakukan oleh tenaga pelaksana/staf
dengan ijazah jurusan kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, teknik mesin dan atau
sekolah umum yang telah mengikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah
sakit yaitu untuk :
8
B. Distribusi Ketenagaan
1 2 3 4 5 6
1 Hj. Rina Diana, SKM Kepala Instalasi Sanitasi S1 Kesling Sanitarian Ahli dan Komputerisasi Memenuhi Kualifikasi
2 Kasiroh, AmKL Sanitarian Pelaksana DIII Kesling Sanitarian Terampil dan Komputerisasi Memenuhi Kualifikasi
Memenuhi Kualifikasi Ditambah
3 Pelatihan Teknis IPAL dan
Abdul Azis Petugas Limbah Cair STM Pengelolaan Limbah Cair/ Operator IPAL Komputer Dasar
4 Pengelolaan Limbah Cair/ Operator IPAL dan Memenuhi Kualifikasi Ditambah
Ahmad Dahlan Petugas Limbah Cair STM Komputerisasi Pelatihan Teknis IPAL
5 Ngatijo Petugas Kebersihan SLTA Pengelolaan Kebersihan Memenuhi Kualifikasi
6 Heriyanto Petugas Kebersihan SLTA Pengelolaan Kebersihan Memenuhi Kualifikasi
7 Rustono Petugas Kebersihan STM Pengelolaan Kebersihan Memenuhi Kualifikasi
Sebaiknya SMA dan
8 Mempunyai Kemampuan
Eni Yusminarni Pengadministrasian Umum SLTP Administrasi Manual Komputer Dasar
Sebaiknya Penyesuaian SMA
9 Ditambah Pelatihan Teknis IPAL
Pudji Petugas Limbah Cair SD Pengelolaan Limbah Cair/ Operator IPAL dan Komputer Dasar
Petugas Limbah Padat
10
Muhamad Domestik SD Pengelolaan Limbah Padat Sebaiknya Penyesuaian SMA
11 Pulung Mursi Petugas Limbah Padat Medis SD Pengelolaan Limbah Padat Sebaiknya Penyesuaian SMA
12 Topik Hidayat Petugas Kebersihan SD Pengelolaan Kebersihan Sebaiknya Penyesuaian SMA
13 Muchtar Petugas Limbah Padat Medis SD Pengelolaan Limbah Padat Sebaiknya Penyesuaian SMA
C. Pengaturan Jaga
2. Sanitarian Pelaksana
PAV. 10
DAHLIA
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
DENAH INSTALASI SANITASI RSU KABUPATEN TANGERANG
SELASAR
INLET
BAK RUANG MESIN
PENGUMPUL
OPERASIONAL SBR
B. BAK
PENGU
C.
MPUL SBR 1 LUMPUR STERILISASI OZON
D. GENERATOR
SBR 2 SBR 3
KOLAM UJI
outlet
B. Standar Fasilitas
Fasilitas dan peralatan di Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
harus menciptakan kinerja efektif dan efisien.
13
BAB IV
14
- Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan kamar
mandi dan toilet
- Hindari adanya genangan air
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan
- Dilarang membuang bahan desifektan kedalam lubang WC
- Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita maupun karyawan dan
pengunjung
- Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk
arah
- Perbandingan toilet dengan pengunjung yaitu 1 toilet untuk 20 pengunjung wanita
dan 1 toilet untuk 30 pengunjung pria
C. Pencahayaan
- Lingkungan RS baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan
intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya
- Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja maupun untuk menyimpan
barang/peralataan harus diberi pencahayaan
- Ruang pasien harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari
serta disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik
yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan gaduh
D. Kebisingan
- Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar mandi dan
ruangan yang memerlukan Susana tenang terhindar dari kebisingan
- Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar diupayakan
untuk dikendalikan antara lain dengan cara :
1. Pada sumber bising di RS : peredaman, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan
mesin-mesin yang menjadi sumber bising
2. Pada sumber bising dari luar RS : penyekatan/penyerapan bising dengan
penanaman pohon (green belt), meninggikan tembok dan meninggikan tanah
(bukit buatan)
16
h. Pemilahan
Dilakukan pemilahan jenis limbah padat medis mulai dari sumber penghasil limbah
padat medis di ruangan khususnya ruang perawatan yaitu yang terdiri dari dari :
- Limbah infeksisius
- Limbah patologi
- Limbah benda tajam
- Limbah farmasi
- Limbah citotoksis
- Limbah kimiawi
- Limbah radioaktif
- Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
- Limbah kontainer bertekanan
-
i. Pewadahan
Tempat pewadahan Limbah Padat Medis yaitu :
1. Tebuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya misalnya fiberglass
2. Di setiap sumber penghasil limbah padat medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan pewadahan limbah padat non medis
3. Di tempat pewadahan limbah padat medis non tajam harus dilapisi plastik kuning
sedangkan untuk pewadahan limbah pat medis tajam ditampung pada tempat
khusus seperti savety box yang terbuat dari karton yang kuat dan aman atau botol
4. Kantong plastic atau savety box yang sudah terisi 2/3 limbah medis harus
diangkat setiap hari atau kurang dari sehari
5. Tempat pewadahan limbah padat medis khususnnya limbah infeksius dan
citotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan
dengan larutan desinfektan apabila akan digunakan kembali sedangkan kantung
plastic kuning yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut
tidak boleh digunakan lagi
j. Pengangkutan
- Pengangkutan/transportasi dari sumber penghasil limbah/ruangan ke Tempat
penampungan Sementara/TPS RS
- Kantong limbah padat medis yang sudah terikat dimasukan dalam container yang
kuat dan tertutup dan diangkut dengan menggunakan gerobak /troli khusus limbah
padat medis
- Kantong limbah padat medis yang sudah terisi harus aman dari jangkauan
manusia maupun hewan
- Pengangkutan dari Tempat penampungan Sementara/TPS RS ke Tempat
Pengolahan/Pemusnahan Akhir Limbah Padat Medis dengan menggunakan
kendaraan yang telah memiliki Ijin Pengangkutan Limbah B3/Infeksius dari
Dishub.
17
- TPS Limbah padat medis harus memiliki Ijin TPS Limbah B3/Infeksius dari
badan Lingkungan Hidup Daerah
- Bagi RS yang memiliki mesin Incinerator yang memenuhi standar maka harus
membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam
- Bagi RS yang tidak mempunyai Incinerator, maka limbah padat medis harus
dimusnahkan melalui kerjasama dengan pihak ke tiga yang memiliki Ijin
pengangkutan, pengumpulan dan pemusnahan/pengolahan dari Kementrian
Lingkungan Hidup
18
4. Di tempat pewadahan limbah padat medis non medis harus dilapisi plastik hitam,
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah maka harus diangkut setiap
hari dan tidak boleh melebihi 3 x 24 jam sehingga tidak menjadi perindukan
vector penyakit dan binatang pengganggu
h. Pengangkutan
1. Kantong limbah padat non medis yang sudah terikat dimasukan dalam container
yang kuat dan tertutup dan diangkut dengan menggunakan gerobak /troli khusus
limbah padat non medis
2. Pengangkutan limbah padat non medis dari setiap ruangan ke Tempat
Penampungan Sementara/TPS limbah padat non medis dengan menggunakan troli
tertutup
3. Pengangkutan limbah padat non medis dari Tempat Penampungan Sementara/TPS
limbah padat non medis ke TPA dengan menggunakan kendaraan/truk tertutup
i. Tempat Penampungan Sementara
1. Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara dipisahkan
antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali
2. Tidak merupakan sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi
saluran untuk cairan lindi
3. Harus kedap air, bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi
serta mudah dibersihkan
4. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat
5. Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam
j. Pengolahan Limbah Padat Non Medis
1. Lakukan upaya mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan limbah
padat dilakukan pada sumbernya
2. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali
sedangkan limbah padat organic dapat diolah menjadi pupuk
3. Limbah padat non medis yang dibuang ke lokasi atau Tempat Pembuangan Akhir
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan lain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku
19
1. Bagi RS yang memiliki mesin Incinerator monitoring limbah gas berupa NO2, SO2,
logam berat dan dioksin minimal 1 tahun sekali, suhu pembakaran minimal 1000C
serta dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu
2. Monitoring dan pemeriksaan kualitas udara emisi genset minimal 1 tahun sekali dan
kualitas udara ambient minimal 6 bulan sekali
3. Monitoring dan memastikan sungkup asap dan blower untuk mengalirkan asap dari
proses masak di dapur rumah sakit ke udara luar dapat berperasional dengan baik
4. Monitoring dan memastikan exaust fan dan blower kamar operasi untuk mengalirkan
udara ruang operasi yang mengandung gas anastesi untuk dialirkan ke udara luar
dapat berperasional dengan baik
5. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu
22
9. Pemeliharaan Taman
a. Membuat jadwal pemeliharaan taman seluruh areal rumah sakit
b. Pengadaan tanaman dan taman setiap 6 bulan
c. Pemeliharaan tanaman pot, taman dan rumput rumah sakit setiap hari di setiap titik
area taman dan halaman rumput secara bergantian oleh pekerja harian meliputi :
1. Tanaman dan rumput disiram kecuali bila turun hujan
2. Dahan dan ranting yang kering dipotong
3. Rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman dicabut
4. Memotong rumput yang mulai meninggi
5. Pemberian pupuk pada tanaman
6. Penyemaian tanaman dalam pot
7. Pemangkasan ranting pohon
8. Pengemburan tanah tanaman
9. Penggantian tanaman yang layu atau mati baik di indoor maupun outdor dengan
tanaman yang baru
23
10.Daun dan ranting disapu dan dikumpulkan dalam kantong plastik hitam/polybag
kemudian diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh petugas
kebersihan dan sebagian rumput dimasukan dalam lubang biopori dan membuat
pupuk kompos
d. Melakukan evaluasi pelaksanaan pemeliharaan tanaman, taman dan rumput rumah
Prioritas penempatan ruangan adalah pada ruang operasi dan ruang isolasi penyakit
menular. Bila ventilasi yang baik sukar diperoleh dengan peralatan modern maka
ruang operasi diletakkan sejauh mungkin dari tempat yang kemungkinan udaranya
tercemar, sedangkan ruang isolasi diletakkan sedemikian tidak mencemari udara
sekitarnya. Bebas dari gangguan serangga, binatang pengerat dan binatang
pengganggu lainnya.
25
26
Pada tahap ini linen kotor direndam dalam air panas (suhu antara 65
77C) selama 30 menit, sabun yang dipergunakan bleaching yang
berfungsi sebagai bahan pemutih dan juga sebagai bahan pembunuh
kuman (dapat menghancurkan bakteri vegetative).
Asam lemak seperti asam aseptic atau sodium metha silikat sering
digunakan untuk menghilangkan detergen yang masih menempel
pada linen.
6. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai di ruang perawatan pasien
a. Ruang Perawatan Bayi
Ruang perawatan minimal 2 m2/TT
Ruang isolasi minimal 3,5 m2/TT
b. Ruang Perawatan Orang Dewasa
Ruang perawatan minimal 4,5 m2/TT
Ruang isolasi minimal 6 m2/TT 28
2. Udara
a. Arah dan Kecepatan Angin
Pengaturan sistim ventilasi di buat dengan tujuan untuk menyegarkan
ruangan dengan jalan memasukkan udara bersih, menjaga suhu kamar dana
kelembabannya. Ventilasi yang dipasang saling berhadapan menentukkan aliran
udara yang sejajar, aliran udara yang searah dapat diatur sedemikian rupa
sehingga udara dapat mengalir kearah pasien dan terus dikeluarkan untuk
disaring, hal ini dapat menekan kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial.
Aliran udara yang cukup kuat masuk kedalam ruangan dapat mengangkat
pertikel partikel yang ada dilantai maupun didinding ruangan.
Sistem ventilasi diruang operasi dan ruang isolasi harus menggunakan
sistim yang dapat menyaring/membersihkan udara, udara yang akan dimasukkan
kedalam ruang operasi harus disaring/dibersihkan lebih dahulu, atau dengan
29
cara meletakkan ruang operasi sejauh mungkin dari tempat-tempat yang menjadi
sumber pencemaran udara.
Sebaiknya udara dari ruang isolasi harus disaring/dibersihkan lebih dahulu
sebelum dibuang keluar.
b. Angka Kuman
Angka kuman di ruang operasi < 350 koloni kuman/m3 udara, bebas kuman
patogen (khusunya alpha streptococcus haemoliticus dan spora gas
ganggren).
angka kuman di ruang perawatan dan isolasi <700 koloni kuman/m3 udara,
bebas kuman patogen (alpha streptococcus haemoliticus).
c. Kadar Debu
Kadar debu dalam udara ruang < 150 ug/mg udara dalam rata-rata pengukuran 24
jam.
d. Suhu Udara Ruangan
Ruang tertentu diupayakan memenuhi syarat sebagai berikut:
Ruang Operasi : 22 - 25C
Ruang Bersalin : 22 - 25C
Ruang Pemulihan : 24 - 25C
Ruang Obsevasi Bayi : 26 - 27C
Ruang Peralatan Bayi : 26 - 27C
Ruang ICU : 26 - 27C
Ruang Pendingin : - 10 s/d 5C
e. Kelembaban
Kelembaban udara masing-masing ruangan diupayakan memenuhi syarat 40-70
%, udara ruang yang terlalu lembab dapat menyebabkan tumbuhnya bermacam
macam amur dan spora. Udara yang terlalu kering menyebabkan keringnya
lapisan mukosa dan merupakan predeposisi infeksi saluran pernapasan atas.
f. Tekanan Udara Ruang
Ruang Opersai :
Tekanan udara indoor > outdor
Temperatur 70-76F
Kelembaban 50-60 % RH
Minimal pergantian udara 5 kali/jam
30
3. Penanganan Administratif
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi
tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk
menangani B3 antara lain:
a. Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
c. Cara penanganan B3 dll.
33
BAB V
LOGISTIK
- Seluruh barang operasional Instalasi Sanitasi yang telah dilakukan pengadaan oleh Unit
Layanan pengadaan RSU Kabupaten Tangerang maka dilakukan pemeriksaan oleh
Bagian Logistik RSU Kabupate Tangerang
- Permintaan barang Instalasi Sanitasi diajukan ke gudang induk RSU Kabupaten
Tangerang melalui formulir permintaan barang yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi
dan mengetahui Kepala Seksi Sarana Penunjang Non Medik
- Pengangkutan barang dari ruang logistik ke gudang atau lemari tempat penyimpanan
bahan atau barang Instalasi Sanitasi kemudian disimpan di dipergunakan sesuai
kebutuhan
- Membuat Berita Acara serah terima barang investasi/modal
- Tidak melakukan anfrah barang pada saat stok opname di gudang logistik
- Penganfrahan barang (ATK dan barang Operasional) Sanitasi ke Gudang Induk secara
on-line dengan melakukan pendataan stok awal barang yang ada di Instalasi Sanitasi
- Membuat laporan tahunan barang inventaris Instalasi Sanitasi kepada Pengurus Barang
RSU Kabapaten tangerang
34
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Untuk terlaksananya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Instalasi
Sanitasi secara optimal maka perlu dilakukan tahapan sebagai berikut :
36
2. Beban Kerja
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja dalam
melalukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tidak mendukung
merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
B. Pengendalian
1. Legislatif Control : Dibuat kebijakan yang menjamin kesehatan dan keselamatan
kerja di Instalasi Sanitasi dapat terlaksana dengan baik.
2. Administratif Control : Dibuat laporan pada setiap kejadian kecelakaan kerja untuk
mencegah terjadinya hal yang sama.
3. Medical Control : Dilaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4. Enginnering Control : Dilakukan pemeliharaan preventif dan kuratif secara berkala
terhadap mesin IPAL
37
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan sanitasi adalah pencapaian kinerja yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan sanitasi dimana disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan kepada
masyarakat di rumah sakit sesuai dengan tingkat kepuasaan masyarakat tersebut serta di pihak
lain tata cara penyelenggaraan sesuai standar yang ditetapkan.
Mutu pelayanan sanitasi rumah sakit adalah bagian dari peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
secara menyeluruh di bawah jajaran Wakil Direktur Pelayanan Penunjang.
Pengendalian mutu pelayanan sanitasi rumah sakit dapat dilakukan melalui Standar Pelayanan
Minimal Rumah sakit maupun dalam elemen penilaian akreditasi rumah sakit dalam kelompok
kerja Manajemen Fasilitas Kesehatan dan Pengendalian Pencegahan Infeksi Rumah Sakit
Realisasi mutu pelayanan sanitasi dapat diketahui melalui evaluasi program sanitasi
dilaksanakan setiap bulan, tigas bulan, enam bulan dan tahun yang dilaporkan kepada unit
internal yaitu kepada Direktur melalui Wakil Direktur Pelayanan Penunjang sedangkan evaluasi
program sanitasi dan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan rumah sakit ditujukan
kepada instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten Tangerang, Badan Lingkungan
Hidup Kota/Kabupaten Tangerang, Dinas Kesehatan dan BLHD Provinsi Banten, Kementrian
Kesehatan dan Kementrian Lingkungan Hidup.
Sedangkan penilaian kualitas lingkungan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota
Tangerang melalui Program Inspeksi Sanitasi Rumah Sakit serta oleh Kementrian Lingkungan
Hidup melalui Program Proper (Program Peringkat Kinerja Perusahaan) dalam pengelolaan dan
pematauan lingkungan Rumah Sakit.
Untuk memenuhi standar mutu, aspek yang harus diperhatikan :
A. Standar Input
1. Tersedia kebijakan, pedoman pelayanan sanitasi dan standar operasional prosedur yang
mencakup demuah pelayanan sanitasi.
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang meliputi :
a. Gedung Kantor Sanitasi dan Perlengkapannya.
b. Mesin IPAL.
c. TPS Limbah Domestik dan Limbah B3.
d. Peralatan pendukung Pelayanan Sanitasi.
e. Sistem Informasi Manajemen.
f. Perlengkapan Administrasi Lainnya
3. Tersediannya SDM meliputi tenaga kesehatan lingkungan atau teknik lingkungan, teknisi
mesin serta tenaga fungsional umum lainnya dengan kualifikasi yang dipersyaratkan.
4. Adanya program kerja.
5. Adanya sasaran mutu yang dicapai secara bertahap dan monitoring pencapaiannya.
6. Adanya program pengembangan dan pelatihan berkelanjutan.
38
B. Standar Proses
1. Dilaksanakannya kegiatan pelayanan sanitasi sesuai kebijakan, pedoman, dan standar
operasional yang sudah ditetapkan
2. Dilaksanakannya mutu pelayanan sanitasi secara berkesinambungan.
3. Dilaksanakannya evaluasi terhadap imput,proses dan output yang disertai dengan analisa
dan tindak lanjut.
C. Standar Output
Terselenggaranya pelayanan sanitasi yang bermutu sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1204/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Runah Sakit.
39
BAB VIII
PENUTUP
Diharapkan dengan adanya pedoman pelayanan sanitasi ini, pelaksanaaan dan program
pelayanan sanitasi yang selama ini sudah dijalankan oleh Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang dan pembinaan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang serta Badan
Lingkungan Hidup Kota Tangerang dapat ditingkatkan hasilnya.
Dengan keterbatasan Sumber Daya Manusia di Instalasi Sanitasi maka diharapkan kedepannya
dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia di Instalasi
melalui pengembangan ilmu berupa training maupun pelatihan teknis serta menambah jumlah
Sumber Daya Manusia sesuai dengan kualifikasi ketenagaan di Instalasi Sanitasi sehingga dapat
meningkatkan upaya pengelolan sanitsi dan kesehatan lingkungan lebih baik dan optimal.
Tentu saja pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kepada seluruh
pembaca diharapkan bantuan dan masukan berharga bagi penyempurnaan pedoman pelayanan
sanitasi dan kesehatan lingkungan ini dimasa mendatang.
40