Firda Silvia Pramashela - MODUL 5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI

SEMESTER GANJIL 2017-2018

ASIDI-ALKALIMETRI

Hari / Jam Praktikum : Senin / 13.00-16.00 WIB

Tanggal Praktikum : 13 November 2017

Kelompok : 01

Asisten : 1. Saqila Alifa


2. Fillah Muty Syahidah

FIRDA SILVIA PRAMASHELA


260110170044

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
I. Tujuan
Dapat menentukan kadar zat tertentu dengan menggunakan metode titrasi
asidi-alkalimetri
II. Prinsip
2.1 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang berkaitan dengan penetapan
berapa banyak suatu zat yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang
ditetapkan tersebut seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau analit,
menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis (Day dan
Underwood,1998).
2.2 Asidimetri
Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat
dengan menggunakan larutan asam sebagai standar untuk menentukan
menentukan seberapa banyak kadar basa yang ditentukan (Daintith,1997).
2.3 Alkalimetri
Alkalimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar keasaman suatu zat
dengan menggunakan larutan basa sebagai standar untuk menentukan menentukan
seberapa banyak kadar asam yang ditentukan (Daintith,1997).
2.4 Netralisasi
Netralisasi adalah suatu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasak dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral (Tutik,2006).

III. Reaksi
C2H2O4 + 2H2O + NaOH → C2NaHO4.2H2O + H2O
C6H8O7 + 2 NaOH → Na3(C6H5O7) + 3H2O
(Bird,1993)
IV. Teori Dasar
Analisa kuantitatif merupakan pemisahan suatu materi menjadi partikel-
partikel. Fungsinya yaitu untuk menetapkan berapa banyak suatu unsur atau zat
yang ada dalam senyawa campuran. Analisa kuantitatif berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel,
zat yang ditetapkan tersebut dalam senyawa campuran (Irfan,2000).
Analisis kuantitatif yang paling sering ditetapkan yaitu analisis titimetri
yang dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar,
yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan pada analisis
titimetri didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga mencapai titik
akhir titrasi. Analisis titimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan
basa dengan larutan standar disebut analisis asidimetri-alkalimetri. Analisis
asidimetri merupakan analisis yang apabila larutan bersifat asam. Sedangkan
analisis alkalimetri adalah analisis yang menggunakan larutan basa sebagai
larutan standar (Keenan,1991).
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara reaksi asam dengan basa.
Titrasi asam basa dibagi menjadi alkalimetri dan asidimetri. Alkalimetri adalah
merupakan titrasi yang menggunakan basa sebagai larutan standar, sedangkan
asidimetri menggunakan asam sebagai larutan standar. Proses asidimetri dan
alkalimetri merupakan proses netralisasi. (Fatimah,2015).
Alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat
asam dengan menggunakan baku basa. Titrasi alkalimetri merupakan titrasi untuk
mengetahui konsentrasi atau kadar larutan asam dengan menggunakan larutan
standar basa. Prinsip dasar dari titrasi alkalimetri adalah reaksi netralisasi. Reaksi
netralisasi yaitu reaksi ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral (Tutik,2006).
Proses netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak
bebas dari minyak dengan cara mereaksi asam lemak dengan basa sehingga dapat
membentuk sabun (Aisyah,2010).
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas
dalam rentang pH yang sempit Indikator yang baik mempunyai intensitas warna
yang sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang
harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji. Perubahan warna
indikator mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam
larutan (Oxtoby, 2001).
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
a. Beaker Gelas f. Gelas Ukur
b. Bulb g. Labu Ukur
c. Buret h. Pipet Tetes
d. Corong Kaca i. Pipet Volume
e. Erlenmeyer j. Statif dan Klem
5.2 Bahan
a. Asam Oksalat (H2C2O4)
b. Asam Sitrat (C6H8O7)
c. Aquadest
d. Fenolftalein
e. Natrium Hidroksida (NaOH)
5.3 Gambar Alat

a. Beaker Gelas

b. Bulb
c. Buret

d. Corong Kaca

e. Erlenmeyer
f. Gelas Ukur

g. Labu Ukur

h. Pipet Tetes
i. Pipet Volume

j. Statif dan Klem

VI. Prosedur
6.1 Pembakuan NaOH
Disiapkan alat dan bahan. Asam oksalat ditimbang. Selanjutnya, asam
oksalat dilarutkan dalam labu ukur dengan aquades. Larutan dituangkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan fenolftalein sebanyak 2 tetes. Kemudian, Larutan
dititrasi dengan NaOH yang telah dimasukkan ke dalam buret. Perubahan warna
larutan diamati dan volume NaOH dicatat.
6.2 Penetapan Kadar Asam Sitrat
Disiapkan alat dan bahan. Asam sitrat dilarutkan dalam labu ukur. Larutan
asam sitrat dituangkan ke dalam 3 erlenmeyer masing – masing 10mL dan
ditambahkan fenolftalein 2 tetes. Larutan dititrasi dengan NaOH yang telah
dimasukkan ke dalam buret. Perubahan warna larutan diamati dan volume NaOH
dicatat. Konsentrasi dan kadar asam sitrat dihitung.
VII. Data Pengamatan
7.1 Pembakuan NaOH
No. Perlakuan Hasil Foto

1. Asam oksalat ditimbang Didapatkan massa asam


oksalat 63,5 mg dan 63,3mg

2. Asam oksalat dilarutkan Dihasilkan larutan asam


dalam labu ukur 100 mL oksalat
dengan aquades

3. Larutan asam oksalat Di dalam erlenmeyer


dipipet sebanyak 10 mL tedapat larutan asam oksalat
dan dituangkan ke dalam
erlenmeyer sebanyak 10
mL
4. Larutan asam oksalat Fenolftalein sudah
dititrasi dengan diteteskan ke dalam
fenolftalein sebanyak 2 erlenmeyer
tetes

5. Larutan asam oksalat Titrasi sudah dilakukan


dititrasi dengan NaOH hingga adanya perubahan
yang telah dimasukkan ke warna menjadi merah muda
dalam buret (rose)

6. Mencatat hasil yang Semua hasil telah dicatat


didapat

7.2 Penentuan Kadar Asam Sitrat


No. Perlakuan Hasil Foto

1. Melarutkan asam sitrat Asam sitrat dilarutkan


dalam labu ukur 100mL dalam 250 mL aquades
dengan aquades
2. Larutan asam sitrat dipipet Asam sitrat tedapat dalam
sebanyak 10 mL dan erlenmeyer
dituangkan ke dalam 3
buah erlenmeyer

3. Memasang buret pada Buret telah dipasang pada


statif statif

4. Memasukkan NaOH 0,1 N NaOH 0,1N telah


ke dalam buret dimasukkan ke dalam buret

5. Menambahkan indikator Indikator fenolftalein


fenolftalein ke dalam diteteskan 2 tetes ke dalam
erlenmeyer sebanyak 2 erlenmeyer
tetes
6. Melakukan titrasi dengan Titrasi sudah dilakukan
NaOH hingga terjadi perubahan
warna menjadi rose

7. Mencatat hasil yang Semua hasil telah dicatat


didapat

7.3 Tabel Titrasi


No. Pecobaan Volume Asam Sitrat Volume NaOH
1. I 10 ml 7,6 ml
2. II 10 ml 5,5 ml
3. III 10 ml 4,4 ml

VII. Perhitungan
a. Pembakuan NaOH
N1.V1=

Percobaan 1 = N.11=

N = 0,09163 N
Percobaan 2 = N.10,4 =

N= 0,09661 N
Rata-rata =

= 0,09412 N
b. Perhitungan Kadar Asam Sitrat

%=
Percobaan 1
VNaOH= Vakhir- Vawal
= 19-11,4 = 7,6 Ml
NnaOH= 0,1 N, BM= 210, valensi=3, BE=70, Vasam sitrat= 10 ml
%= x 100 %

`= 0,532%
Percobaan 2
VNaOH = 24,5-19 = 5,5 ml
NnaOH = 0,1 valensi= 3 BE= 70 Vasam sitrat= 10 ml

%=

= 0,385 %
Percobaan 3
VNaOH= 28,9-24,5= 4,4 ml
NNaOH=0,1 N, valensi=3, BE= 70, Vasam sitrat= 10 ml
%=

= 0,308%

Rata-rata kadar =

= 0,408%
Vasam sitrat = 10 ml
=

= 0,408 ml
Dalam liter
=

= 4,08 ml dalam 1 ml asam sitrat


VIII. Pembahasan
Pada praktikum asidi-alkalimetri ini menggunakan prinsip metode analisis
kuantitatif, yaitu dengan menggunakan larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya untuk mendapatkan kosentrasi larutan yang belum diketahuinya.
Titrasi pada praktikum kali ini menggunakan titrasi asidimetri dan titrasi
alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah suatu metode pengukuran kadar kebasaan
suatu zat dengan menggunakan larutan asam sebagai standar. Standar asam yang
sering digunakan adalah asam klorida dan asam sulfat. Sebelum melakukan
standarisasi terlebih dahulu melakukan pelarutan pada asam oksalat dan NaOH.
Tujuan pelarutan ini adalah untuk mempermudah dalam menitrasi asam oksalat
dengan indikator fenolftalein sehingga dapat mengetahui kadar asam oksalat.
Pada percobaan kali ini menggunakan prinsip asidi-alkalimetri, dimana
pada percobaan ini menggunakan larutan standar sekundernya menggunakan
NaOH yang merupakan komponen basa untuk menstandarisasi larutan baku
sekunder dengan larutan baku primer atau asam oksalat. Dimana pada percobaan
kali ini larutan baku sekunder yang akan digunakan adalah NaOH (natrium
hidroksida) dan larutan baku primer H2C2O4 2H2O (asam oksalat).
Menggunakan larutan standar NaOH sebagai larutan sekunder karena
larutan NaOH bersifat higroskopis dan tidak stabil, sedangkan syarat senyawa
tersebut termasuk larutan standar primer adalah kemurniannya 100%, bersifat
stabil baik pada suhu kamar dan suhu pemanasan, maka dari itu larutan NaOH
harus distandarisasi dengan asam oksalat.
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting
dalam proses menggunakan metode analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Dalam larutan analit (A) kita menambahkan zat indikator yang berfungsi
untuk menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi sempurna dari analit dengan
pereaksi dengan adanya perubahan warna dari indikator.Indikator adalah suatu
senyawa organik kompleks merupakan pasangan asam basa konyugasi dalam
konsentrasi yang kecil indikator tidak akan mempengaruhi pH larutan. Indikator
memiliki dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk asam dan dalam bentuk
basanya.Perubahan warna ini yang sangat bermanfaat, sehingga dapat
dipergunakan sebagai indikator pH dalam titrasi. Indikator dapat digunakan untuk
menetapkan titik ekivalen dalam titrasi asam basa ataupun untuk menentukan
tingkat keasaman larutan. Pada percobaan kali ini indikator yang akan digunakan
adalah indikator phenolphtalein atau sering disebut dengan indikator PP. Indikator
PP memiliki warna asam tak berwarna, rentang pH perubahan warna antara 8,3 –
10,0 dan warna basa merah.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi
asam basa antara asam oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai basa
kuat). Pada pembuatan larutan standar natrium hidroksida indikator yang
digunakan yaitu fenophtalein (indikator PP). Indikator fenophtalein digunakan
dalam percobaan ini karena fenophtalein tak berwarna dengan pH antara 8,3-10,0
akan mempermudah dalam mengetahui bahwa dalam proses sudah mencapai titik
ekivalen. Perubahan yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah
menjadi warna merah muda (rose) yang konstan dari warna asal mula bening.
Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekivalen.
Percobaan selanjutnya adalah menentukan penetapan kadar asam sitrat.
Dimana pada percobaan ini digunakan larutan asam sitrat yang dibuat dengan cara
melarutkan asam sitrat dalam aquadest 250 ml di labu ukur berukuran 100 ml..
Setelah larut dan homogen, dimasukan sebanyak 10 mL kedalam 3 buah
erlenmeyer lalu masukkan NaOH ke dalam buret dan ditambahkan dengan
dengan indikator phenolphthalein sebanyak 3 tetes, kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH. Indikator ini dipilih karena ada asam lemah dan basa kuat yang
digunakan dalam proses titrasi. Pada larutan asam indikator ini tidak berwarna,
sedangkan pada larutan basa akan memberikan warna merah. Adapun tujuan dari
penambahan indikator PP adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi yaitu berupa
perubahan warna maupun endapan. Perubahan yang terjadi pada larutan asam
sitrat setelah dititrasi dengan larutan NaOH adalah perubahan warna larutan yang
semula berwarna bening berubah menjadi warna merah muda atau rose.
Perubahan warna ini terjadi akibat penambahan titran natrium hidroksida (NaOH)
pada sampel yang membuat larutan mengalami perubahan warna menjadi merah
muda atau rose. Dapat dikatakan bahwa, larutan telah memiliki pH di atas 7.
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, percobaan ini diulang kembali
hingga tiga kali percobaan dengan langkah seperti pada percobaan yang pertama.

IX. Kesimpulan
Dapat menentukan kadar asam sitrat menggunakan metode asidi-
alkalimetri dengan kadar sebesar 0,408% atau setara dengan 4,08 ml dalam 1 ml
asam sitrat.
Daftar Pustaka

Aisyah, Siti. 2010. Penurunan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas (FFA)
pada Proses Bleaching Minyak Goreng Bekas oleh Karbon Aktif Polong
Buah Kelor dengan Aktivasi NaCl. Jurnal Sains. Volume 1 Nomer 2: (53-
103).
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Daintith, J.1997. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta : Erlangga.
Day dan Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI. Jakarta :
Erlangga.
Fatimah, Siti. 2015. Penetapan Kadar Sakarin Minuman Ringan Gelas Plastik
yang Dijual di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Jurnal Teknologi Kimia.
Volume 2 Nomer 1 : (2).
Irfan, Anshory. 2000. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga.
Keenan,et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Tutik, Regina . 2006. Titrasi Asidimetri. Tersedia di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-
padmaningrum-dra-msi/c3titrasi-asidimetri.pdf [diakses pada tanggal 12
November 2017].

Anda mungkin juga menyukai