TBR 1 - Carpal Tunnel Syndrome
TBR 1 - Carpal Tunnel Syndrome
TBR 1 - Carpal Tunnel Syndrome
Oleh :
Edy Irwanto
Moderator :
Prof. dr. M. I. Widiastuti, PAK, Sp.S(K), M.Sc
2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
Pendahuluan ..................................................................................................................... 1
Definisi .............................................................................................................................. 3
Epidemiologi .................................................................................................................... 3
Etiologi .............................................................................................................................. 8
Patofisiologi ..................................................................................................................... 10
Diagnosis .......................................................................................................................... 14
Penatalaksanaan ................................................................................................................ 24
Prognosis ........................................................................................................................... 30
Penutup ............................................................................................................................ 31
Median neuropati pergelangan tangan atau dikenal dengan sindrom terowongan karpal
(CTS) merupakan neuropati perifer yang paling sering ditemukan. CTS ini muncul akibat
penekanan nervus medianus yang melewati terowongan karpal menuju ke pergelangan tangan.
Orang dengan CTS biasanya mengeluhkan rasa nyeri dan tebal (numbness) serta rasa kesemutan
(tingling) pada daerah yang diinervasi oleh nervus medianus terutama pada malam hari dan saat
Gambar. 1.
Sumber: http://www.handshoemouse.com/images/Carpal-Tunnel.jpg
Istilah CTS pertama kali digunakan oleh Kremer, et.al pada tahun 1953. Penyakit ini
diketahui berkaitan dengan usia, jenis kelamin, obesitas dan juga berhubungan dengan kondisi
medis seperti RA, akromegali, hipotiroid, kehamilan dan trauma. Lebih dari 15% individu
pernah mengalami gejala CTS. Prevalensi CTS sebanyak 3% pada perempuan dan 2% pada laki-
laki, prevalensi terbanyak pada wanita dengan usia yang lebih tua. Pada beberapa individu
DEFINISI
Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindrom terowongan karpal adalah kumpulan gejala
dan tanda akibat penekanan nervus medianus di rongga/terowongan karpal, tepatnya di bawah
fleksor retinakulum. Dulu sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median
thenar neuritis atau partial thenar atrophy. CTS pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma
klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal (1854). CTS
spontan pertama kali dilaporkan oleh Pieree Marie dan C. Foix pada tahun 1913. Istilah CTS
EPIDEMIOLOGI
CTS merupakan jebakan neuropati yang banyak terjadi, dipercaya sekarang ini berjumlah
sekitar 3,8% dari seluruh populasi. Satu dari lima subjek yang mengeluhkan gejala seperti nyeri,
kebas dan kesemutan di tangan dicurigai disebabkan CTS dengan melakukan pemeriksaan fisik
dan tes elektrofisiologi. Peningkatan kejadian sebanyak 276 : 100.000 penduduk per tahun.
Dengan peningkatan prevalensi pada wanita sebanyak 9,2% dan pada pria sebanyak 6%.
Prevalensi CTS di Inggris sebanyak 7-16% jauh lebih banyak dibandingkan dengan di Amerika
sebanyak 5%.3
Insidensi keseluruhan bervariasi antara 0.125% sampai 5.8% populasi, tergantung pada
kriteria yang digunakan pada populasi yang disurvei. Sementara di Inggris, insiden CTS
sebanyak 120 per 100.000 pada wanita dan 60 per 100.000 pada pria. Biasanya terjadi pada usia
antara 30 dan 60 tahun, wanita 3-5 kali lebih sering dibandingkan dengan laki-laki. Sindroma ini
merupakan kelainan saraf karena jeratan yang paling sering terjadi, 62% entrapment neurophaty
adalah CTS. Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit
bertambah. Penelitian di Mayo Clinic pada tahun 1976-1980 insidensinya 173 per 100.000
pasien wanita per tahun dan 68 per 100.000 pasien pria per tahun. Pada satu penelitian dengan
konduksi saraf didapatkan 211 pasien diantaranya 156 (45%) wanita dan 55 (8%) pria yang
mengalami gejala ini terbukti menderita CTS setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan
elektrodiagnostik. Trauma pada tangan dan pergelangan tangan semakin besar kejadiannya
sebagai penyebab sindroma ini, 5-10% mempunyai riwayat cedera yang baru maupun lama pada
pergelangannya.2
Carpal Tunnel
Terowongan karpal terletak pada bagian dasar telapak tangan yang dibentuk oleh tulang
karpal di bagian medial, dorsal dan lateral dan ditutupi pada bagian ventral oleh sebuah jaringan
fibrosa yaitu fleksor retinakulum yang di bagian radial melekat pada tuberositas tulang skapoid
dan tonjolan tulang trapezium dan pada sisi ulnaris melekat pada os pisiform dan os hamate.
Terowongan ini dari bagian lateral ke medial tersusun oleh komponen utama yaitu flexor carpi
radialis, flexor policis longus, flexor digitorum superfisialis dan profundus, tendon palmaris
longus berjalan di daerah superfisial dari fleksor retinakulum. Terowongan karpal di sisi ulnaris
berbatasan dengan os hamatum, os triquetrum dan os pisiformis. Dan pada bagian radial berbatas
dengan os trapezium, os skapoid dan fleksor karpi radialis.6 Nervus ulnaris terletak di daerah
pisiform di sisi medial dari arteri ulnaris dan keduanya dilapisi oleh bagian superfisial dari
Sumber: http://classconnection.s3.amazonaws.com/704/flashcards/586704/png/carpal_tunnel1309289246287.png
Nervus Medianus
Pleksus brakhialis secara topografi terdiri atas radiks (root), trunkus (trunk), fasikulus
(cord) dan cabang (branches). Dua nervus berasal langsung dari radiks yang kemudian
membentuk fasikulus; yang pertama yaitu nervus scapular dorsalis dari C5 yang menginervasi
levator scapula dan rhomboid, yang kedua adalah nervus torakalis dari C5, C6 dan C7.
membentuk trunkus medialis. Masing-masing dari ketiga trunkus tersebut bercabang dan
membentuk divisi anterior dan posterior. Fasikulus posterior dibentuk oleh gabungan ketiga
divisi posterior. Divisi anterior dari trunkus superior dan medialis membentuk fasikulus lateralis.
Nervus medianus berasal dari fasikulus lateralis dan medialis dari pleksus brachialis yang
merupakan saraf gabungan dari radiks C6 dan T1. Nervus medianus mempersarafi sebagian
besar otot-otot fleksor lengan bawah dan otot tenar. Saraf ini juga yang memberikan sensasi pada
kulit di telapak tangan bagian lateral dan pada ujung-ujung jari, yaitu sepanjang permukaan
bagian volar ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah serta sebagian jari manis. Serabut saraf sensoris
jari telunjuk dan jari tengah memasuki radiks C7 melalui fasikulus lateralis dan trunkus medialis
sementara itu kulit ibu jari menerima serabut saraf dari radiks C6 dan sebagian dari radiks C7
melalui fasikulus lateralis dan trunkus superior atau medialis. Nervus medianus tidak
menginervasi otot-otot di lengan atas. Saraf ini memasuki lengan bawah melalui antara dua kaput
pronator teres dan mempersarafi fleksor karpi radialis, palmaris longus dan fleksor digitorum
superfisialis yang kemudian bercabang menjadi nervus interoseus anterior yang menginervasi
otot fleksor polisis longus , otot pronator quadratus dan otot fleksor digitorum profundus I dan II.
Cabang utama nervus medianus memasuki pergelangan tangan melalui terowongan karpal dan
menginervasi otot abductor polisis brevis, opponent pollicis, separuh bagian lateral otot fleksor
Sumber: Mumenthaler M, Mattle H, Taub E: Diseases of the Spinal Nerve Roots and Peripheral Nerves, in
Fundamentals of Neurology, New York: Thieme; 2006 : 228
ETIOLOGI 9,10
Pergelangan tangan terdiri dari jaringan tulang, saraf, tendon, dan ligament yang
memungkinkan kita untuk melakukan banyak gerakan. Tugas-tugas rutin seperti menulis,
mengetik, menyulam, mengikat tali sepatu, membuka tutup botol semua bisa dilakukan karena
dukungan pergelangan tangan dan kontrol dari tangan. Cedera di pergelangan tangan tangan bisa
terjadi secara akut seperti pada keseleo dan fraktur atau bias juga diakibatkan oleh penggunaan
Sumber: Zagaria MAE: Carpal Tunnel Syndrome A Major Entrapment Neuropathy in The Elderly, in
US.Pharmacist A Jobson Publication, New York 2004, Vol. No: 29:09
Jaringan ini disebut sinovium. Sinovium ini melubrikasi tendon sehingga tendon dengan mudah
menggerakkan jari-jari. Penebalan sinovium mempersempit ruang pada terowongan karpal, dan
akhirnya menekan nervus medianus. Beberapa hal yang berkontribusi menyebabkan terjadinya
Kelainan medis, diabetes mellitus, reumatoid artritis dan hipotiroid, akromegali, gout,
Sumber: http://si.wsj.net/public/resources/images/PJ-BN974_RESREP_G_20130429200907.jpg
PATOFISIOLOGI 3,11
tekanan tersebut menyebabkan terjadinya iskemik pada nervus medianus bagian distal sehingga
mengganggu konduksi nervus tersebut dan menyebabkan parestesia dan rasa nyeri di sepanjang
jalur yang dipersarafi. Pada gejala klinis awal tidak menunjukkan perubahan morfologi pada
nervus medianus dan gejala masih bersifat reversibel. Akan tetapi dengan kompresi yang terjadi
secara terus menerus sehingga menyebabkan prolong iskemia dan mengakibatkan kerusakan
Patofisiologi CTS melibatkan sebuah kombinasi dari trauma mekanik, peningkatan tekanan,
Peningkatan tekanan
Telah banyak penelitian yang berhubungan dengan tekanan pada terowongan karpal.
Tekanan normal telah dicatat sebesar 2-10 mmHg. Pada saat pergelangan tangan dalam posisi
ekstensi maka terjadi perubahan yang dramatis dari tekanan cairan di dalam terowongan karpal.
Posisi ekstensi ini meningkatkan tekanan sebesar 10-fold dan posisi fleksi pergelangan tangan
meningkatkan tekanan sebesar 8-fold. Bagaimanapun juga, pergerakan pergelangan tangan yang
Cedera saraf
Tahapan yang paling penting pada cedera nervus medianus adalah terjadinya
demielinisasi yang terjadi ketika saraf dibebankan dengan kekuatan mekanik secara berulang.
Demielinisasi saraf berkembang di daerah tempat terjadinya kompresi dan kemudian bisa
menyebar ke segmen internodal dan meninggalkan akson secara utuh. Jika kompresi menetap,
aliran darah ke sistem kapiler endoneural dapat terganggu menyebabkan perubahan dalam blood-
Jeratan Saraf
Serabut saraf memiliki lapisan jaringan yaitu mesoneurium, epineurium, perineurium dan
endoneurium. Nervus medianus akan terangkat sampai 9,6 mm saat fleksi pergelangan tangan
dan berkurang perlahan saat ekstensi. Kompresi yang kronis akan menyebabkan terjadinya
fibrosis dan menghambat aliran saraf yang menyebabkan cedera dan menyebabkan jaringan
parut pada mesoneurium. Keadaan ini menyebabkan nervus mengalami perlengketan pada
jaringan sekitar sehingga terjadi traksi pada nervus pada saat bergerak. Ini merupakan dasar dari
tethered median nerve stress test (TMNST), yang dapat digunakan untuk mendiagnosis chronic
low-grade CTS.
Cedera Iskemik
observasi dari Gelberman et. al, bahwa gejala segera pulih setelah dilakukan tindakan bedah
untuk pembebasan terowongan karpal. Lundbrog et. al, menerangkan bahwa iskemia pada
anggota gerak dapat meningkatkan parestesia pada pasien CTS. Cedera iskemik pada CTS
Blood-nerve barrier dibentuk oleh sel-sel bagian dalam perineum dan sel endotel dari
kapiler endoneurial yang menyertai nervus medianus melalui terowongan karpal. Pembuluh
mikro endoneuial dibentuk dari cabang nutrien yang berasal dari arteri radialis dan ulnaris yang
akumulasi protein dan sel-sel inflamatori. Ini dapat memicu terjadinya miniature kompartemen
cairan endoneurial dan berkembang menjadi intra fasikuler udem. Pasien dengan gangguan
pembuluh darah atau terpapar dengan beban statis yang lama sangat rentan terhadap kerusakan
blood-nerve barrier.
berhubungan erat dengan terjadinya CTS idiopatik. Kelainan ini meliputi penebalan jaringan
synovial, yang disebabkan oleh aktifitas tangan yang berulang serta meningkatkan volume
jaringan di dalam kanal, yang menyebabkan peningkatan tekanan cairan di dalam terowongan
karpal. Penebalan yang paling mendalam dari jaringan synovial berada pada bagian pintu masuk
dan keluar dari kanal dimana tendon berjalan di atas titik tumpu dari fleksor retinaculum.
Inflamasi
Tenosinovitis merupakan inflamasi dari jaringan synovial tendon fleksor juga bisa
disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam terowongan karpal sehingga menyebabkan CTS.
Keadaan ini telah dikonfirmasi dengan adanya peningkatan prostaglandin E2 dan vascular
endothelial growth factor (VEGF) pada biopsy jaringan synovial dari pasien dengan gejala CTS.
Dalam respon terhadap cedera, terjadi peningkatan densitas dari fibroblast, ukuran serabut
kolagen, proliferasi vaskuler dan kolagen tipe III pada jaringan koneksi synovial. Jaringa parut
konstriktif dapat terbentuk disekitar nervus medianus yang dapat menyebabkan jeratan nervus.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran utama pada CTS yaitu nyeri pada tangan, rasa kesemutan, dan kebas pada
daerah distribusi nervus medianus bagian distal (ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian
radial jari manis) dan menurunnya kekuatan mencengkram serta menurunnya fungsi dari tangan
yang terkena. Gejala cenderung bertambah berat pada malam hari karena banyak pasien dengan
CTS tidur dengan posisi tangan dalam keadaan fleksi sehingga meneyebabkan iritasi nervus
medianus dan memperberat gejala pada malam hari. Gejala juga muncul pada siang hari disaat
melakukan aktifitas yang membutuhkan fleksi pada pergelangan tangan secara berulang. Pasien
sering menyatakan bahwa gejala berkurang jika pasien tersebut mengibas-ngibaskan tangannya,
tanda ini disebut flick’s sign. Pada beberapa pasien lokasi nyeri dapat terjadi di bagian proksimal
dari bagian yang terkompresi, mengenai lengan bawah dan juga sampai ke bahu. Otot yang
mengontrol abduksi dan oposisi ibu jari dapat melemah dan atrofi (thenar atrofi) pada keadaan
lanjut.3,10
1. Penderita sering terbangun waktu tidur malam hari karena rasa kebas pada tangan, dan
juga nyeri yang menjalar dari pergelangan tangan sampai ke bahu serta rasa kesemutan
yang sangat mengganggu pada daerah tangan dan jari (brachialgia paraestethica
nocturna). Mengibaskan tangan (The flick’s sign) dapat mengurangi gejala. Gejala
2. Gejala dirasakan sepanjang hari terutama pada saat penderita berada pada satu posisi
dalam waktu yang lama atau melakukan gerakan berulang menggunakan pergelangan
tangan. Ketika gangguan motorik muncul penderita sering mengeluhkan benda yang
dipegang sering jatuh karena jari-jari penderita sudah tidak dapat merasa lagi.
3. Pada stadium akhir telah terjadi atrofi otot tennar, pada fase ini gejala sesorik sudah
berkurang Juga terdapat nyeri pada otot tennar, terdapat kompresi yang berat, atrofi dan
Banyak pasien melaporkan bahwa gejala yang muncul berada di luar dari daerah
distribusi nervus medianus. Keadaan ini telah dikonfirmasi melalui studi secara sistematis oleh
Stevens et. al. Pada 159 pasien yang telah didiagnosis dengan elektrodiagnostik sebagai
penderita CTS didapatkan hasil bahwa gejala paling sering dirasakan pada jari-jari tangan yang
dipersarafi oleh saraf medianus dan juga saraf ulnaris dibandingkan dengan jari yang dipersarafi
oleh satu saraf medianus saja. Dilaporkan juga bahwa lokasi dari gejala terdapat di luar dari
daerah jari-jari tangan. 21% pasien mengeluh nyeri dan parestesi di lengan bawah; 13,8% gejala
nyeri pada siku; 7,5% nyeri pada lengan atas; 6,3% nyeri pada bahu dan 0,6% nyeri pada leher.3
DIAGNOSIS 12
Diagnosis CTS dimulai dengan pemeriksaan fisik pada tangan, pergelangan tangan dan
lengan. Dokter mencatat setiap adanya pembengkakan, perubahan warna kulit dan menilai
kekuatan otot tangan. Jika pasien mengeluhkan terdapat keluhan pada keempat jari tangan
kecuali jari kelingking maka dapat diindikasikan sebagai CTS. Dua tes khusus untuk
mendiagnosa CTS yaitu tinel tes dan phalen tes. Tinel tes dilakukan dengan cara melakukan
pengetukan pada daerah terowongan karpal yang dilalui nervus medianus, bila timbul nyeri
terutama pada jari-jari tangan seperti aliran listrik maka menyokong untuk diagnosis CTS
Sumber: http://karpaltunnelsyndrom.ch/images/ktsvortrag0901.jpg
Pada pemeriksaan phalen tes, pasien diminta untuk memfleksikan pergelangan tangan dengan
cara mendorong kedua punggung tangan secara bersamaan sampai pergelangan tangan fleksi
maksimal. Bila dalam waktu satu menit pasien merasakan nyeri dan kebas pada tangan maka ini
Sumber: https://www.sundhed.dk/content/cms/78/19678_4506-2-karpaltunnelsyndrom-phalens-test-
jpg2735x3413.jpg
Tes lainnya adalah bottle sign dimana pasien diminta untuk melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuk pada botol atau gelas. Tes dinyatakan positif bila kulit tangan penderita tidak dapat
Sumber: Mumenthaler M, Mattle H, Taub E: Peripheral Nerve Lesions, in Fundamentals of Neurology, Thieme :
New York, 2006 : 229
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot thenar. Atrofi otot thenar ini
Harrington et.al menyebutkan kriteria untuk mendiganosis CTS harus terdapat nyeri atau
parastesia atau hilangnya sensorik di daerah yang dipersarafi oleh nervus medianus dan ditambah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berbagai macam tes elektronik digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis CTS. Nervus
conduction velocity (NCV) digunakan untuk mengukur kecepatan sinyal elektrik yang ditransfer
sepanjang aliran saraf. Bila kecepatan hantar saraf menurun dari nilai normal maka kemungkinan
telah terjadinya tekanan pada saraf tersebut. Pemeriksaan electromyography (EMG) yaitu dengan
cara memasukkan jarum ke dalam otot tangan dan mengubah aktivitas otot menjadi sinyal
elektrik. Sinyal ini berguna untuk menilai keparahan kerusakan nervus medianus. X-Ray dapat
digunakan untuk melihat adanya fraktur pada pergelangan tangan yang bias menyebabkan CTS.
Magnetic resonance imaging (MRI) juga sangat berguna untuk melihat cedera pada nervus
medianus.
DIAGNOSIS BANDING 15
Oleh karena itu, pemeriksaan neurologi secara teliti digabungkan dengan pemeriksaan
pencitraan seperti MRI merupakan fakfactornci dalam menyingkirkan CNS neoplasia dari
CTS.
neurologis secara teliti karena diagnosis multiple sklerosis seusai dengan namanya
membutuhkan kejadian dan tempat yang patologis secara multiple yang mana tidak khas pada
CTS. Gangguan system saraf pusat lainnya seperti amyothropic lateral sclerosis atau charcot-
Marie-Tooth disease merupakan murni neuropati motoric dan mengenai otot distal secara luas
sehingga otot-otot intrinsic menunjukkan kelemahan dan tidak hanya pada otot thenar saja.
sering membuat bingung dalam membedakannya dengan CTS, mungkin dapat terjadi
berdampingan dengan kejadian CTS. Pada pemeriksaan neurologi yang teliti akan
memperlihatkan kelemahan dan baal pada dermatom proksimal atau miotom, tidak sesuai
dengan diagnosis dari neuropati medianus fokal. Nyeri atau gejala di leher khususnya yang
dipeberat dengan gerakan atau tekanan pada daerah leher merupakan suatu petunjuk dalam
membedakan dengan CTS. Gejala diperberat dengan batuk dan bersin jauh lebih mungkin
Bagaimanapu juga bentuk karakteristik dari baal dan kelemahan agak sedikit berbeda,
E. Thoracic outlet syndrome. Gangguan pada pleksus brakialis juga sering dibingungkan
dengan CTS. Pada Torakal outlet sindrom, gejala khas terdapat pada daerah distribusi nervus
tangan, tapi dengan distribusi yang agak berbeda tergantung dari lokasi spesifik tumor
pankoas.
G. Pheripheral nerve tumor. Akan sangat tidak mungkin untuk tumor pada apeks paru hanya
mengenai serat yang menuju saraf medianus karena beberapa diantaranya berasal dari fasikulus
medialis dan fasikulus lateralis dari pleksus brakhialis. Demikian pula neuritis post radiasi dari
pleksus brakialis dapat menyebabkan nyeri yang kuat, rasa baal pada tangan dan kelemahan
pada tangan tapi polanya tidak terbatas pada daerah distribusi dari nervus medianus, tes
amiotrofi neuralgia, merupakan kondisi lain yang juga bisa membingungkan dengan CTS, tapi
temuan-temuan yang khas akan menunjukkan perbedaan. Idiophatic brachial plexitis dimulai
dengan gejala prodromal yang khas yaitu nyeri pada anggota gerak atas yang berat diikuti
dalam 7-10 hari oleh kelemahan satu atau lebih saraf perifer dengan sedikit rasa baal.
Distribusi secara khas tidak spesifik pada daerah yang dipersarafi nervus medianus bagian
distal, meskipun cabang-cabang nervus medianus bagian proksimal seperti nervus interosseous
anterior dapat terkena. Temuan tersebut di luar dari distribusi nervus medianus pada daerah
terowongan karpal, menyingkirkan dengan tegas diagnosis CTS. Dalam kasus yang
I. Lower trunk brachial plexophaty. Tumor pada saraf perifer bisa juga disamarkan oleh
CTS. Akan sangat sulit jika tumor berada dalam terowongan karpal seperti pada kasus
lipofibromatosus hamartoma. Perbedaan utama di sini adalah adanya riwayat ditemukan massa
dalam waktu yang relatif lama. Berbeda dengan pembengkakan pada fleksor sinovium yang
dapat dilihat pada kasus CTS, pembesaran tumor saraf tidak akan ikut bergerak dengan
gerakan jari secara aktif. Pemeriksaan MRI sangat berguna dalam menentukan diagnosis yang
lebih spesifik.
J. Pronator syndrome. Merupakan neuropati spesifik pada nervus medianus, terletak lebih
proksimal dari terowongan karpal yang juga akan membingungkan dengan gejala CTS. Pada
kasus ini akan terdapat gejala yang tumpang tindih antara gejala pronator sindrom dengan
CTS. Pada pronator sindrom terdapat kelemahan pada nervus interoseus anterior. Beberapa
klinisi berpendapat bahwa pronator sindrom muncul ketika pada pasien terdapat semua gejala
fisik dari CTS tetapi disertai dengan rasa nyeri di sekitar daerah pronator.
K. Ulnar or radial neuropathy. Tanpa pemeriksaan neurologi yang teliti agak susah
membedakan antara ulnar atau radial neuropati dengan CTS. Pada ulnar atau radial neuropati
dapat juga terjadi gejala baal dan kesemutan dan kelemahan pada tangan, namun distribusinya
berbeda pada ulnar atau neural neuropati. Pemeriksaan elektrodiagnostik sangat diperlukan
bisa dihubungkan dengan neuropati umum. Keadaan ini sering mengenai beberapa saraf
ekstremitas atas dan bawah. Dengan adanya neuropati yang melibatkan beberapa saraf maka
diagnosis selain CTS harus dipertimbangkan. Gangguan khas yang muncul pada pasien
diabetes melitus, gagal ginjal dan kelainan pembuluh darah ekstremitas atas adalah ischemic
monomelic neuropathy. Pada kasus ini keadaan patologi bersumber dari neuropati diabetes
Pasien dengan asma, granulomatosis alergi dan angiitis bisa berkembang menjadi neuropati
perifer multiple. Kelainan ini adalah kelainan dengan inflamasi yang dapat diobati dengan
M. Median nerve contusion. Trauma pada nervus medianus juga susah dibedakan dengan CTS.
Sebagai contoh pada pasien dengan fraktur radius bagian distal. Pada pasien tersebut dapat
berkembang menjadi CTS akut yang disebabkan oleh hematom di dalam saluran karpal.
jari.
C. Hand-Arm vibration syndrome sering terjadi pada masyarakat pekerja. Para pekerja yang
sering menggunakan alat yang menimbulkan getaran saat bekerja dapat menimbulkan neuropati
serabut saraf dan juga menyebabkan vaskulopati pembuluh darah. Gejala parestesia bisa mirip
dengan CTS, tetapi pada Hand-Arm vibration syndrome dapat terjadi pada seluruh ujung jari
D. Hypoplasia of the thumb. Kasus ini jarang terjadi, jika kelainan ringan, maka bisa tidak
terdeteksi hingga dewasa dan gejala sering juga dibingungkan dengan CTS. Pada kasus tertentu
pemeriksaan elektrodiagnosis bisa normal, dan pada pemeriksaan X-ray tampak hypoplasia
E. Wrist sprain dan ligament injury. Dapat menimbulkan nyeri pada pergelangan tangan tapi
F. Carpal Fracture mempunyai kesamaan dengan CTS yaitu berkaitan dengan gejala yang
diperberat dengan aktifitas. Setiap pasien dengan riwayat cedera atau gejala nyeri dan parestesia
pada tangan setelah terjadi cedera pada tangan harus dievaluasi untuk kemungkinan fraktur
karpal.
G. Linburg’s syndrome. Gejala diperberat dengan keadaan ibu jari fleksi dan ekstensi aktif jari
H. Trigger finger dan trigger thumb. Dapat dihubungkan atau dibingungkan dengan CTS.
Terutama setelah beberapa pasien melaporkan rasa baal pada jari yang terkena saat triggering
muncul. Namun pada tes provokasi CTS dan sensibilitas di daerah distribusi nervus medianus
I. Osteoarthritis. Artritis dapat dihubungkan atau justru dibingungkan dengan gejala CTS.,
terutama scaphotrapezial arthritis dan juga osteoarthritis sendi interpalangeal yang dapat
menyebabkan nyeri dan kaku pada jari-jari yang mungkin dideskripsikan oleh pasien sebagai
rasa baal. Pemeriksaan x-ray pada tangan dapat membantu untuk menegakkan diagnosa
osteoartritis dan tes elektrodiagnostik akan normal pada pasien yang bukan menderita CTS.
J. Atypical Mycobacteria. Penyakit infeksi seperti sporotrikosis atau atypical mycobacteria dan
infeksi granulomatosa lainnya dapat menimbulkan fleksor sinovitis yang menyebabkan gejala
nervus medianus. Pada beberapa kasus, pengobatan untuk infeksi ini murni dengan obat-obatan
saja. Tapi pada kasus lainnya dikombinasikan dengan pembedahan sinovektomi yang disertai
atau tidak disertai pelepasan fleksor retinakulum dan ditambah dengan terapi antibiotik dapat
K. Other inflammatory. Inflamasi non infeksi dari fleksor sinovium dapat juga disamarkan
dengan CTS. Terutama inflamasi yang berhubungan dengan rematoid, baik itu rematoid artritis
sero-positif atau sero-negarif, sistemik lupus eritomatosus, artritis psoriatic atau gout. Pada kasus
tersebut indeks klinisi kecurigaan dapat ditingkatkan oleh adanya riwayat keterlibatan sendi
lainnya, kaku pada pagi hari, eksaserbasi yang intermiten dan tidak berhubungan dengan
aktifitas.
PENATALAKSANAAN
Banyak pasien CTS membaik dengan terapi konservatif.dengan cara mengurangi aktifitas
yang dapat menimbulkan tenosinovitis, menggunakan wrist splint dan obat oral NSAIDs seperti
ibuprofen 1600 mg/hari atau naproxen 750 mg/hari. Splint yang digunakan harus dapat menahan
pergelangan tangan dalam posisi ekstensi beberapa derajat dan dapat digunakan pada malam hari
Lebih dari 80% pasien CTS yang menggunakan wrist splint dapat meredakan gejala. Splint lebih
efektif bila dapat mempertahankan posisi pergelangan tangan dalam keadaan normal
dibandingkan ekstensi. Splint khususnya digunakan malam hari untuk mencegah munculnya
gejala nocturnal namun dapat juga digunakan siang hari untuk menjaga pergelangan tangan tetap
dalam posisi netral. Splint dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu off-the-shelf dan custom made
Telah dilakukan penelitian kecil dan secara acak terhadap obat-obat steroid antiinflamasi,
diuretik, dan piridoksin (vitamin B6). Percobaan dilakukan selama empat minggu secara acak
melibatkan 91 pasien yang dibagi dalam empat kelompok; kelompok yang mendapatkan placebo,
mendapatkan obat diuretik dan kelompok yang mendapatkan terapi prednisolon 20 mg sehari
selama dua minggu. Pada kelompok yang mendapatkan prednisolon mengalami pengurangan
gejala secara substansial. Sedangkan hasil dari kelompok lain tidak ada perbedaan dengan
Pemberian kortikosteroid oral lebih efektif dibanding NSAIDs atau diuretik pada
pengobatan jangka pendek pada CTS. Perbaikan gejala didapatkan pada pasien yang diberi
prednisolone 20 mg per hari selama dua minggu dan setelah itu diberikan 10 mg selama dua
minggu berikutnya.16
Injeksi Kortikosteroid
Pada pasien yang telah dilakukan modifikasi pada aktivitas dan menggunakan splinting
masih muncul gejala maka indikasi untuk dilakukan injeksi kortikosteroid ke dalam terowongan
karpal. Digunakan jarum no 25 untuk menginjeksikan 1 ml lidokain 1% pada sisi ulnaris otot
palmaris longus dan bagian proksimal pergelangan tangan. Jarum diarahkan ke terowongan
karpal masuk dengan sudut 45˚. Jika tidak terdapaat parestesia setelah injeksi lidokain dalam
Injeksi kortikosteroid memberikan perbaikan gejala terhadap 75% pasien. Injeksi lokal
kortikosteroid juga dapat meningkatkan konduksi nervus medianus. Gejala dapat kambuh lagi
dalam waktu lebih kurang satu tahun. Faktor resiko untuk terjadinya kekambuhan apabila pada
tes elektrodiagnostik menunjukkan kelainan yang berat, rasa baal yang menetap, gangguan
sensibilitas dan kelemahan atau atrofi otot thenar.14 Resiko terjadinya infeksi dan kerusakan
saraf akibat injeksi steroid adalah rendah, namun belum ada penelitian tentang itu. Banyak klinisi
yang membatasi penggunaan injeksi untuk CTS ini hanya tiga kali dalam setahun untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi lokal seperti rupture tendon dan iritasi saraf serta
kemungkinan terjadinya efek toksik sistemik seperti hiperglikemi atau hipertensi. Belum ada
penelitian tentang jumlah injeksi optimal dalam satu tahun. Pada data sebelumnya menunjukkan
bahwa iontophoresis dengan krim kortikosteroid (suatu metode yang melibatkan penggunaan
arus listrik untuk memberikan obat ke jaringan yang lebih dalam) dapat dijadikan alternatif dari
injeksi kortikosteroid.
Secara umum terapi konservatif banyak berhasil pada pasien dengan kerusakan saraf
ringan. Pada salah satu penelitian, 32,89% pasien dengan CTS berat (rasa baal menetap dengan
kelemahan otot, atrofi dan kehilangan sensoris) muncul gejala ulangan setelah satu tahun
pengobatan secara konservatif seperti splintting dan injeksi kortikosteroid ke dalam terowongan
karpal.
A. B.
Sumber:
a. http://www.eorthopod.com/images/ContentImages/hand/hand_carpal_tunnel/hand_carpal_tunnel_treatment02.jpg
b. http://3.bp.blogspot.com/--3J9OUVV8sg/UTNbRUmNXWI/AAAAAAAAJVA/PTjvSZngwTQ/s1600/CARPAL+TUNNEL+SYNDROME+surgery.png
Terapi Pembedahan
Secara umum keputusan untuk terapi pembedahan didasrkan pada keadaan pasien. Jika
pasien memiliki tanda dan gejala yang mengarah ke kelainan aksonal seperti rasa baal yang
menetap, gejala sudah selama satu tahun, kehilangan sensibilitas, atrofi atau kelemahan otot
tindakan bedah tradisional secara terbuka, ahli bedah melakukan sayatan sepanjang 5-6 cm
memanjang kearah distal dari lipatan pergelangan tangan dan membebaskan ligament karpal
sebuah alat yang terdiri dari dua portal atau satu portal digunakan untuk membebaskan ligament
karpal transversal. Teknik endoskopi ini membawa resiko cedera saraf medianus yang tinggi
dibanding dengan cara pelepasan terowongan karpal secara terbuka. Kesembuhan gejala
memberikan hasil yang sama antara tindakan secara terbuka atau dengan endoskopi. Dan banyak
penelitian melaporkan bahwa banyak pasien yang langsung bisa segera kembali bekerja setelah
dilakukan terapi pembedahan dengan endoskopi. Lebih dari 70% pasien dilaporkan merasa puas
dengan hasil tindakan bedah pada sindrom terowongan karpal. Demikian pula 70-90% pasien
melaporkan telah terbebas dari rasa sakit pada malam hari setelah dilakukan tindakan
pembedahan. Setelah tindakan operasi, nyeri sembuh dalam beberapa hari tapi untuk kekuatan
Banyak kasus CTS pada umumnya kasus ringan dan biasanya gejala dapat hilang dengan
sendirinya. Pada kasus CTS ringan dengan terapi konservatif pada umumnya prognosis baik.
Secara umum prognosis operasi juga baik,. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah
hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan
otot-otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Pada kasus berat yang tidak ditangani
dapat menyebabkan hilangnya sensasi sensorik yang bersifat permanen dan dapat menyebabkan
CTS merupakan jebakan neuropati yang banyak terjadi. CTS ini muncul akibat penekanan
nervus medianus yang melewati terowongan karpal menuju ke pergelangan tangan. Biasanya
terjadi pada usia antara 30 dan 60 tahun, wanita 3-5 kali lebih sering dibandingkan dengan laki-
laki. Banyak pasien CTS membaik dengan terapi konservatif.dengan cara mengurangi aktifitas,
namun ada juga yang memerlukan tindakan operatif terutama pada kasus lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amato AA, Russel JA. Neuromuscular disorders. New York: McGraw-Hill; 2008.
2. Mahadewa TGB. Carpal tunnel syndrome. Dalam: Mahadewa TGB, Senapathi TGA,
editors. Saraf perifer masalah dan penanganannya, Jakarta: PT. Indeks; 2013. p. 165-186.
3. Ibrahim I, Khan WS, Goddard N, Smitham P. Carpal tunnel syndrome: A Review of the
Recent Literature. In: The Open Orthopaedics Journal; 2012. Vol 6 p. 69-76
4. Brust JCM. Current diagnosis and treatment in neurology. New York: McGraw-Hill;
2007.
6. Rodner CM, Kantarincic J. Open carpal tunnel release. In: Techniques in Orthopaedics
Journal. Lippincott Williams & Wilkins; 2006. Vol 21 p. 3-11.
7. Kimura J. Electrodiagnosis in diseases of nerve and muscle: principles and practice. 2nd
ed. Oxford University Press; 2001
8. Feldman EL, Grisold W, Russel JW, Zifko UA. Atlas of neuromuscular disease. Austria:
Springer-Verlag/Wien; 2005
10. Zagaria MAE. Carpal tunnel syndrome: a major entrapment neuropathy in the elderly.
New York: A Jobson Publication; 2004
11. Davis LE, Schultz JL. Fundamentals of neurologic disease. New York: Demos Medical
Publishing; 2005
12. Chamberlin SL, Narins B. The gale encyclopedia of neurological disorders. Michigan:
Thomson Gale; 2005
13. Burke FD, Ellis J, McKenna H, Bradley MJ. Primary care management of carpal tunnel
syndrome. Postgraduate Medical Journal; 2003 vol 79 p. 433-7
14. Amadio PC. Differential diagnosis of carpal tunnel syndrome. In: Luchetti R, Amadio P,
editors. Carpal tunnel syndrome. New York: Springer-Verlag; 2002. p. 89-93
15. Katz JN, Simmons BP. Carpal tunnel syndrome. NEJM; 2002. Vol 346 p. 1807-12
16. Viera AJ. Management of carpal tunnel syndrome. The American Academy of Family
Physicians; 2003. Vol 68 p. 265-72
17. LeBlanc KE. Cestia W, Carpal tunnel syndrome. The American Academy of Family
Physicians; 2011. Vol 83 p. 952-8
18. Ablove RH, Ablove TS. Prevalence of carpal tunnel syndrome in pregnant woman.
Wisconsin Medical Society; 2009