Bbali Modre 1 Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

TUGAS BAHASA BALI

AKSARA MODRE LAN AKSARA ANCENG

OLIH:

I PUTU GEDE SEPTIAWAN SAPUTRA (12)

I WAYAN DHARMAYASA (13)

I.G.N. PURNOMO MAGHANANDA (14)

ILHAM AJIE PAMUNGKAS (15)

KELAS: XII MIPA 1


A. Aksara Modre
Aksara Modre, inggih punika : aksara sane kaanggen nyuratang rerajahan-
rerajahan, japa mantra. Upami : “Ang”, “Ung”, “Mang”. Taler sering kaucapang: A, U,
M. yang kacutetang dados: AUM, lantur OOM. Taler katah sane lian-lianan.
Salanturnyane yan nganinin indik Aksara Bali, rarisang wacen tur uratiang ring:
cakepan uger-uger pasang aksara bali. Aksara Modre kaanggen rikala nyurat
kadiatmikan. Umpami kaanggen nyurat japa mantra taler sane mapaiketan sareng
upacara upacara ring sajeroning keagamaan, jagad niskala, lan usada.

 Lambang Tapak Dara ( + )


Dipakai misalnya kepada seorang ibu sedang menyusui, dikejutkan oleh sesuatu,
biasanya digoresi lukisan tapak dara dari arang / kapur sirih pada susu dan anaknya
(pada sela dahi maksudnya), ialah untuk menolak bahaya atau yang bersifat negatif.
Tanda ini kita dapati juga pada kekeb (penutup masak nasi) yang fungsinya juga untuk
menolak hal-hal yang sifatnya negatif.

Tapak dara itu adalah melambangkan jalannya matahari. Jaman dahulu matahari itu
dianggap Dewa yang tertinggi, yang di Bali disebut Sang Hyang Siwa Raditya.

Lengkapnya:

Perkembangan selanjutnya Tapak Dara menjadi Swastika yang merupakan dasar


kekuatan dan kesejahteraan Bhuana Agung (Makrokosmos) dan Bhuana Alit
(Mikrokosmos).

Lengkapnya:

(Dari lambang Tapak Dara menjadi Swastika)

Ucapan Om Swastyastu, juga ada hubungannya dengan Swastika, sebab sebenarnya


kita sudah memohon perlindungan kepada Ida Sanghyang Widhi yang menguasai alam
Raya Semesta ini.
Pengertian

 Om : kata panggilan kepada Ida Hyang Widhi


 Su : baik
 asti : adalah
 astu : semoga.

Jadi arti keseluruhannya: Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Ida Hyang
Widhi.

Dari bentuk Swastika itu timbullah Padma (teratai) yang berdaun bunga delapan
(astadala) yang kita pakai dasar keharmonisan alam, kesucian dan kedamaian abadi.

 Lambang OM (Ongkara) sebagai Tuhan

Semuanya melambangkan Panca Mahabutha, unsur-unsur sakti Hyang Widhi


No Unsur Symbol Melambangkan
1 Nada Bayu angin, bintang, bintang (angin
padat jadi bintang)
2 Windu Teja api, surya (Matahari)
3 Arda Candra Apah yeh (air yang padat jadi Bulan)

4 Angka telu (versi Akasa langit (memenuhi yang ada)


Bali),

5 Tarung. Pertiwi bumi, tanah


 Penjelasan singkat Ongkara

Ongkara atau Omkara adalah Simbol Suci dalam Agama Hindu, Di dalam Upanisad
ongkara atau omkara disebut Niyasa artinya alat bantu agar konsentrasi kita menuju
kepada Hyang Widhi, serta pemuja mendapat vibrasi kesucian Hyang Widhi. Niyasa
atau sarana yang lain misalnya banten, pelinggih, kober, dll. Sebagai simbol suci
Niyasa sudah sepantasnya digunakan atau diletakkan pada tempat yang wajar karena
disucikan. Pada beberapa kasus di Bali simbol-simbol Hindu pernah digunakan tidak
pada tempatnya misal: penggunaan canang sari dengan bola golf diatasnya pada foto
sebuah iklan, penggunaan simbol ongkara pada bagian-bagian tubuh yang tidak
sepantasnya dll. Perlakuan pada niyasa-niyasa/Simbol Suci yang tidak wajar mungkin
karena faktor ketidaktahuan (awidya) atau memang sengaja (rajasika). Mengapa salah
satu niyasa berbentuk ongkara/Omkara, karena gambar itulah yang dilihat dalam jnana
para Maha Rsi penerima wahyu Hyang Widhi, yang kemudian diajarkan kepada kita
turun temurun.

Ongkara di Bali terdiri dari 5 Jenis: Ongkara Gni, Ongkara Sabdha, Ongkara Mrta,
Ongkara Pasah dan Ongkara Adu-muka. Penggunaan berbagai jenis Ongkara ini dalam
rerajahan sarana upakara pada upacara Panca Yadnya dimaksudkan untuk mendapat
kekuatan magis yang dibutuhkan dalam melancarkan serta mencapai tujuan upacara.

Seperti penjelasan diatas Ongkara merupakan simbol suci untuk mempermudahkan


umat manusia untuk menuju Tuhan, “SAT” (yang tak berwujud) Dari Ongkara
muncullah Dwi Aksara yaitu Ang dan Ah. Dwi Aksara juga adalah perlambang
Rwabhineda (Dualitas), Ang adalah Purusa (Bapa Akasha) dan Ah adalah Prakerti (Ibu
Prtivi). Pada tahapan berikutnya, dari Dwi Aksara ini muncullah Tri Aksara, yaitu Ang,
Ung dan Mang. Dari banyak sumber pustaka, dikatakan bahwa AUM inilah yang
mengawali sehingga muncullah OM.

Pada tahapan berikutnya, dari Tri Aksara muncullah Panca Aksara, yaitu SANG, BANG,
TANG, ANG, dan ING. Dari Panca Aksara kemudian muncullah Dasa Aksara, yaitu
SANG, BANG, TANG, ANG, ING, NANG, MANG, SING, WANG, dan YANG.
Pada arah mata angin, Dasa Aksara terletak berurutan dari

No Arah mata Jenis Aksara


angin Suci
1 Timur SANG
2 Selatan BANG
3 Barat TANG
4 Utara ANG
5 Pusat ING
6 Tenggara NANG
7 Barat Daya MANG
8 Barat Laut SING
9 Timur Laut WANG
10 Pusat YANG

Peta Konsep Dasa Aksara Suci

Ada dua aksara yang menumpuk di tengah-tengah, yaitu ING dan YANG. Tapak Dara
(+) adalah simbol penyatuan Rwabhineda (Dualitas), (|) dan segitiga yang puncaknya
ke atas, mewakili Purusa/Bapa Akasha/Maskulin/Al/El/God/Phallus. Sedangkan (-)
dan segitiga yang puncaknya ke bawah mewakili Prakerti/Ibu
Prtivi/Feminim/Aloah/Eloah/Goddess/Uterus.

Hanya dengan melampaui Rwabhineda (dualitas), menyatukan/melihat dalam satu


kesatuan yang utuh/keuTUHAN, maka pintu gerbang menuju Sat akan ditemukan.
KeuTUHAN disini, bukan menjadikan satu, namun merangkum semuanya,
menemukan intisari dari semua perbedaan yang ada tanpa menghilangkan atau
menghapus perbedaan yang ada. Bukan juga merangkul semuanya dalam satu sistem
tertentu, bukan juga untuk satu agama tertentu, tapi temukan dan kumpulkanlah semua
serpihan kebenaran yang ada di setiap perbedaan yang membungkusnya. Inilah
Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrwa.
 Jenis – jenis Ongkara

NO JENIS PENGERTIAN GAMBAR


ONGKARA
1 Ongkara Geni Ongkara yang ditulis tegak yang
dibangun oleh aksara O-kara, ulu
candra, dan tanpa tedong. Ongkara
Gni adalah aksara yang digunakan
untuk menghidupkan api di dalam
tubuh manusia. Kata gni itu sendiri
berarti api. Tempatnya adalah di dalam
dada. Umumnya, aksara ini digunakan
dalam weda-weda (Nyoka, 1994:25).

2 Ongkara Sabda Ongkara yang ditulis tegak sama


dengan Ongkara Ngadeg, yaitu
Ongkara yang dibangun atas O-
kara,ulu candra, dan tedong. Kata
sabda berarti ‘kata, suara, bunyi,
bicara, menyebut. Ongkara Sabda
dimaksudkan sebagai aksara yang
memiliki fungsi untuk membuat suara
atau perkataan seseorang itu menjadi
berguna dan didengar oleh orang lain.
Umumnya, aksara ini digunakan dalam
weda-weda (Nyoka, 1994:25).

3 Ongkara Mertha Ongkara yang ditulis tegak. Ada dua


pendapat tentang bentuk aksara
Ongkara ini. Ongkara ini dibangun atas
O-kara dengan kaki yang bersimpul,
ulu candra, dan tanpa tedong. Disebut
Ongkara Mretha karena Ongkara ini
merupakan kumpulan dari lima mertha,
yaitu: mertha sanjiwani, mertha
kamandalu, mertha kundalini, mertha
mahamertha, dan mertha pawitra)
4 Ongkara Pasah adalah dua buah Ongkara yang ditulis
bertolak belakang. Kata pasah adalah
kata dalam bahasa Bali yang memiliki
makna ‘terpisah’. Ongkara
Pasah adalah dua buah aksara
Ongkara yang kepalanya ditulis
terpisah, atau bertolak belakang.
Aksara ini adalah simbol I Nini lan I
Kaki sane tan kari ngemu rasa (Nyoka,
1994:25). Istilah ngemu rasa artinya
‘memiliki budhi’. Budhi adalah
keinginan yang sudah terlihat dengan
jelas. Keinginan yang belum jelas atau
masih kabur disebut dengan citta. Tan
kari angemu rasa berarti ‘sudah tidak
memiliki keinginan yang jelas’.

5 Ongkara adalah dua buah Ongkara yang ditulis


Adumuka
dengan kepala beradu atau saling
berhadapan. Ongkara Adumuka adalah
bentuk aksara Ongkara yang memiliki
bentuk terbalik dengan Ongkara
Pasah. Kata adumuka memiliki
makna ‘kepala yang beradu’. Jadi,
Ongkara Adumuka adalah dua buah
Ongkara yang ditulis dengan kepala
yang saling bertemu. Nyoka (1994:25)
menyebutkan bahwa aksara tersebut
adalah simbol untuk I meme lan I
bapasane kari angemu rasa. Yang perlu
diingat bahwa kedua aksara tersebut
saling berkaitan. Dalam masyarakat
Hindu dikenal dengan rwa bineda (dua
hal yang berbeda), yang selalu ada di
dunia ini, yaitu: ingat dan lupa, baik
dan buruk, siang dan malam, dan
sebagainya.
B. Aksara Anceng

Bebaosan aksara anceng nenten dados pasahang ring indik reringkesan utawi
singkatan. Pateh sakadi nyurat basa bali antuk huruf latin, ring sasuratan aksara bali
taler wenten singkatan sane kabaos ringkesan. Aksara anceng utawi reringkesan
kruna,inggih punika aksara sane mawit saking kruna kacutetang tur kaambil kecap ipun
wantah asiki , wandane sane pinih ajeng atawa wandane sane pinih ungkur. Ringkesan
sane wenten ring basa bali wenten ringkesan lami utawi tradisi la ringkesan anyar utawi
modern. Ringkesan tradisi puniki mawasta aksara anceng sane ketah kaanggen nyurat
paindikan wariga, usada, pipil, miwah sane lianan. Yening nyurat ringkesan tradisi

patut kaapit antuk carik siki ( ,….,) tur panyuratane makehan kadasarin antuk aksara
suara kawi,
Sakadi :

,Á, → Akara

,÷, → Ikara

, ú, → Ukara

,6, → Ekara

,3 , → Okara
 Puniki wantah conto aksara anceng sane kaangen nyurat reringkesan tradisional

1. Reringkesan kruna ring lontar usada , sakadi :

, t , kawacen Tamba
, ], kawacen Sarana

,m, kawacen Mantra


,\, kawacen Ngaran
,ru, kawacen Rupiah
,ri, kawacen Ringgit
2. Reringkesan kruna ring lontar wariga ,sakadi :

, ú , kawacen Umanis
, p , kawacen Paing

, pÙ , kawacen Pon

, w , kawacen wage

, k , kawacen Kliwon
 Saptawara :

, Ï , kawacen Redite

, eco , kawacen Coma

, Á , kawacen Anggara

, bu , kawacen Buda
, wË , kawacen Wrespati
, ]u , kawacen Sukra
, ], kawacen Saniscara

3. Reringkesan kruna sane mangge ring sajroning kolofon,sakadi :


, t*, kawacen tanggal

, p *, kawacen pangelong

, ÷, kawacen isaka
4. Ring sajroning panyuratan wilangan Bali,taler panyuratane kacihnayang antuk apit

, ,
carik ( ….. ) sakadi :

, 1 ,
,6,
,21,
, 100 ,
, 2 ,
, 7 ,
, 25 ,
, 250 ,
, 3 ,
, 8 ,
, 28 ,
, 950 ,
 Conto ngangge reringkesan tradisional .
Upami :
1. Ring rahina Saniscara Kliwon akeh pisan anake rawuh kakayangan.

1, r&rhix ,
],k,hek;pisnÀnekrwu;kky\n/.
2. Wantilan puniki katureksa ring rahina anggara tanggal 15 Juni warsa 1998.

2, wnÓilnæunikiktuerk×r&rhix,Á,t*,15
,juniw(([,1998.
3. Kakawin punika kawacen ring rahina sukra paing wuku ukir tanggal 5 sasih kapat
sakawarsa 1079.

3,kkwinæunikkwecnË&rhix,]u,p,wuku
huk^,t*,5,]]I;kpt/,]kw([,1078.

Anda mungkin juga menyukai