Askep Kasus Pre Post SC g2 Obsgyn

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. F DENGAN PRE DAN POST SC

DENGAN INDIKASI CPD (CEPHALOPELVIC DISPROPORTION)

HARI KE 0 DI RUANG GII OBSGYN RS BETHESDA

YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH:

MARGARETHA EMILDA CHRISTY (1704080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2018
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. MEDIS
1. Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke
dalam jalan lahir, lahir dalam waktu cukup bulan (37-40 minggu) (Syaifuddin,
2009).

2. Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita


System reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam
2ormone2 yang dipergunakan untuk berkembang biak. Alat Kelamin Wanita
dibagi menjadi 2 :
a. Genetalia eksterna (bagian luar)
1) Mons Veneris atau Mons Pubis
Merupakan jaringan lunak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan
padat serta merupakan jaringan ikat.
2) Labia Mayora
Merupakan dua lapisan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak
dan jaringan kulit.
3) Labia Minora
Merupakan suatu lipatan di kanan dan kiri bertemu di atas preputium
klitoridis dan di bawah klitoris. Masing-masing labia minora terbagi
menjadi :
a) Bagian atas melalui klitoris bertemu dengan yang lain membentuk
lipatan yang menggantung pada glans klitoris.
b) Bagian bawah lewat di bawah klitoris dan membentuk permukaan
bawah saling berhubungan, dinamakan frenulum klitoris.
4) Klitoris
Merupakan tonjolan kecil melingkar berisi jaringan erektil yang sangat
sensitive, terdapat di bawah kommisura labia anterior dan sebagian
tersembunyi di antara ujung labia minora, banyak mengandung saraf
yang terdiri dari :
a) Korpus kavernosus mengandung jaringan erektil ditutupi oleh
lapisan padat.
b) Membrane fibrosa bergabung sepanjang permukaan medial oleh
septum pektini formis.
5) Vestibulum
Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora,
anterior oleh klitoris dan dorsal oleh faurchet. Pada vestibulum bermuara
uretra, dua buah kelenjar skene dan dua buah kelenjar bartolini
(mengeluarkan secret pada waktu koitus).
6) Himen (selaput darah)
Merupakan selaput yang menutupi itroitus vagina, berlubang membentuk
semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak berlubang
disebut atresia himenalis. Himen akan robek pada koitus dan setelah
bersalin. Lubang-lubang pada 3ormo berfungsi untuk tempat keluarnya
secret dan darah.
7) Orifissium Vagina
Merupakan celah yang berada dibawah dan dibelakang muara uretra,
ukurannya bergantung pada 3ormo, lipatan tepi dalamnya berkontak satu
sama lainnya.
8) Bulbus Vestibularis
Terdiri dari dua masa erektil dari masing-masing sisi orifisium vagina
yang disebut pars intermedis,massa lateralis panjangnya 2,5 cm. Ujung
posterior diperpanjang dan berkontak dengan glandula vestibularis
mayor. Ujung anterior bergabung satu dengan yang lain oleh pars
intermedia. Permukaan dalam lapisan superfisialis diafragma ditutupi
oleh M. bulbokavernosus.
9) Glandula vestibularis mayor (Bartolini)
Terdiri dari dua bagian melingkar dengan warna merah kekuning-
kuningan. Pada orifisium vaginalis, ujung posterior dari masing-masing
bulbus vestibula panjang salurannya 2 cm.
10) Perineum
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya sekitar 4 cm.
11) Vulva
Bagian dari alat kandungan, berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai
dari klitoris, kanan kiri diatas bibir kecil, sampai kebelakang dibatasi
perineum.
b. Genetalia interna (bagian dalam)
1) Vagina
Merupakan liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim,
diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjang nya
7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm.Pada puncak vagina terdapat
bagian yang menonjol dari leher rahim, disebut porsio.Dinding vagina
berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan
ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.
Fungsi penting vagina adalah :
a) Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan secret lain dari
Rahim
b) Alat untuk bersenggama
c) Jalan lahir pada waktu bersalin
2) Uterus
Merupakan organ berdinding tebal, muskular, pipih, sekung yang tampak
mirip buah pir terbalik. Panjang uterus 7-7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5
cm. Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri, ditutupi oleh peritoneum, berhubungan dengan fascies
vesikalis dan permukaan internalis.
b) Korpus uteri, didalamnya terdapat rongga (kavum uteri) yang
membuka keluar melalui saluran kanalis servikalis yang terletak
pada serviks, bagian ini merupakan tempat berkembangnya janin.
c) Servik uteri, merupakan bagian uterus yang menyempit, berbentuk
kerucut dengan apeks yang menjurus ke bawah dan kebelakang dan
sedikit lebar di pertengahan.
Uteri interna terdiri dari :
a) Endometrium
Terdiri dari jaringan epitel dan kelenjar yang banyak mengandung
pembuluh darah yang berlekuk-lekuk.Pertumbuhan dan fungsi
endometrium dipengaruhi oleh 4ormone steroid ovarium.
b) Miometrium
Lapisan otot yang tersusun sedemikian rupa hingga dapat
mendorong isinya pada waktu persalinan dan dapat mengecil
kembali setelah plasenta keluar.
c) Perimetrium (lapisan luar)
Dilapisi oleh 5ormone5um5ormone5, ditemukan pada dinding
korpus uteri serosa ata 5ormone5um uterus, mendapat darah dari
arteri 5ormone cabang dari arteri iliaka interna yang menjadi arteri
ovarika.
3) Tuba Falopii
Tuba falopii adalah saluran telur yang mengangkut ovum dari ovarium ke
kavum uteri.Panjangnya rata-rata 11-14 cm. tuba falopii ada 2 bagian,
mulai dari sisi pelvis ke sudut superior lateral uterus. Masing-masing
tergantung pada plika 5ormone5um mesenterium yang meliputi mergo
superior dan berdekatan dengan ligamentum latum.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan
sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.Terdiri dari 4 bagian:
a) Pars interstisialis : bagian tuba yang terdapat di dalam uterus.
b) Pars ismika/istmus :bagian yang sempit pada sudut antara uterus dan
tuba.
c) Pars ampularis/ampula :bagian yang membentuk saluran yang lebar
meliputi ovarium.
d) Infundibulum :bagina ujung tuba yang terbuka mempunyai umbul
yang disebut fimbriae, melekat pada ovarium untuk menangkap
telur yang dilepas oleh ovarium menuju tuba.

4) Ovarium
Merupakan kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus terikat oleh
ligamentum uterum. Terdapat 2 kiri dan kanan. Bagian ovarium yang
berada di dalam kavum peritonii dilapisi oleh 5ormone5um kubik
silindrik, disebut 5ormone5um germinativum. Dibawah epitel ini terdapat
tunika albugenia dan dibawah tunika albugenia ditemukan lapisan banyak
folikel. Setiap bulan folikel ini berkembang menjadi folikel de
Graaf.Kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus terikat oleh
ligamentum uterum. Fungsi ovarium:
a) Menghasilkan sel telur atau ovum
b) Menghasilkan 6ormone progestern & estrogen
c) Ikut serta mengatur haid
5) Ligamentum
a) Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum.
b) Ligamentum sakro uterinum sinistrum dan dekstrum.
c) Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum.
d) Ligamentum infundibulum pervikum.
e) Ligamentum ovarii proprium.
(Syaifuddin, 2009)
3. Patofisiologi (Prawirohardjo, 2011)

POST PARTUM

Perubahan pada post partum

Sistem reproduksi Sistem perkemihan Sistem gastro laktasi

oedema Pengeluaran asi


Kontraksi uterus Alat pencernaan berkurang
mendapat tekanan
Retensi urin
Cemas pembendungan
Kolon menjadi lakstasi
kosong
Gangguan pola
Perdarahan eliminasi : Bak
Peristaltik usus Perubahan psikis ibu
menurun
Kekurangan volume
cairan
Adanya peran
Konstipasi
menjadi ibu

Defisensi
pengetahuan :
merawat bayi

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan umum yang meliputi mengukur TTV, serta keluhan yang dialami
pasien, poa makan pasien, dll
b. Pemeriksaan payudara, ASI sudah keluar atau belum
c. Pemeriksaan lokhea
(Siswosudarmo, 2008)
d. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi haemoglobin, hematokrit, leukosit,
dan ureum serta pemeriksaan USG (Mansjoer, 2011)
DEFINISI
CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan bentuk dan ukuran
panggul.
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui
vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika
kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Sering
kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras selama beberapa
waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan medis wanita sebelum ia
bahkan buruh. Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara
obstetri. Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya
berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih.
Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih diameternya kurang
sehingga mengganggu mekanisme persalinan normal.

B. UKURAN PANGGUL DAN PENYEBAB TERJADINYA CPD ANATOMI


PANGGUL
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os
koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini
satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os
pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro-
iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat
artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl panggul) dan os
koksigis (tl.tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran
sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan
lebih longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh
lebih kurang 2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan
cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional,
panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor
adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan
false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor
atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –
organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot
dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis
minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita
terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis
yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus koksigeus.

a. Ukuran Panggul
1. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari
pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis
dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan
menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba
sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium,
tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan
jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai
titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih
kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting
yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih
antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.
2. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan
setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah
kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia
interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm.
Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter
sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum
berukuran 4,5 cm.
3. Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua
segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber
isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui
pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia
tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum
atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah
simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
b. Etiologi CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik,
uterus, janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini
oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif
ibu.
a. Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
b. kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.
2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak
dahi, hidrosefalus.
3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang
mempersempit jalan lahir. Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan
Metode Penanganannya
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan
Khusus
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran
pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga
menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang
penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit
secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul
sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi
sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi
atau kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul


dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada
pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul
yang menyempit seluruhnya.

a. Penyempitan pintu atas panggul


Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior
terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter
transversal terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas
panggul sering diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal secara
manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan
pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang
kurang dari 11,5 cm.Mengert (1948) dan Kaltreider (1952) membuktikan
bahwa kesulitan persalinan meningkat pada diameter anteroposterior kurang
dari 10 cm atau diameter transversal kurang dari 12 cm. Distosia akan lebih
berat pada kesempitan kedua diameter dibandingkan sempit hanya pada salah
satu diameter. Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat
sulit bagi janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter
anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan
memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin
kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan
anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit
dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau luas.
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung
menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban
dapat pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli.
Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks
dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan
berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung
lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul
sempit.3,4
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk
dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas
panggul menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul
sehingga dapat menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan
panggulsempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan
prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
dengan panggul normal atau luas.
b.Penyempitan panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak
berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak
menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah
panggul lebih sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkan
terhentunya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan
forceps tengah atau seksio sesarea. Penyempitan pintu tengah panggul belum
dapat didefinisikan secara pasti seperti penyempitan pada pintu atas panggul.
Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter interspinarum
ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah 13,5 cm atau
kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan
pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini
kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan apalagi
bila diikuti dengan ukuran diameter sagitalis posterior pendek.

c.Penyempitan Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah
panggul terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang.
Penyempitan pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu
tengah panggul. Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak
terlalu besar dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam
menimbulkan robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit,
kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis
pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan
mudah terjadi robekan.
d. Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan
anamnesa. Misalnya padatuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada
wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki
kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi
badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa
persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal,
kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan
dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi
gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki
banyak arti.
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai
tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat
memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin
didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan
diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan
radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT
scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik
dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga
dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak
ada radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap.
Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal.
Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul
yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi
yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada
metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas
kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk
menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller
Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan
kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke
vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan
ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan
simfisis.
e. Janin yang besar
Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang melebihi
5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar.
Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan
lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-
5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses
melahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi
bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami
diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang
dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal
tersebut masih diragukan. Untuk menentukan besarnya janin secara klinis
bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru
dapat kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak terdapat kemajuan
sama sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan
his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang
teliti untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu,
penggunaan alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat
bayi dengan tubuh besar dan kepala besar.
Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam
proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam
persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang
biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas panggul,
atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar
selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat
dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan
dapat terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran
kepala anak sudah lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan
terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan
kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera
pada nervus brakhialis dan muskulus sternokleidomastoideus.

C. PENATALAKSANAAN CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional)


1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin
dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan
dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes
terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor
tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena
kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat
diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar
sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan,
kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan
terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi
di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depandimana sebelumnya
merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan
berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk
melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan
sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul
untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial
of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan
di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour
karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian.
Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak
lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang
tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir
sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik.
Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali
kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah
pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam
meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan
seksio sesarea.
2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio
sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum
dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengan
cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin
dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala
janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.

5. Kleidotomi
Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi
dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin
meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula)
pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan
tangan kiri penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang
digunting, dan selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak
mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan
timbul luka pada jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi
atau kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat
dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.
SECTIO CAECAREA

Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

II. Jenis – jenis operasi sectio caesarea


1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis
SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10 cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat, Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
tertarik, sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal Kekurangan.
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis
yang baik. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim
(low servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah, Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik,
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum, Perdarahan tidak begitu banyak, Kemungkinan rupture
uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri
uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak, Keluhan pada kandung
kemih post operasi tinggi, SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal

2. Vagina (section caesarea vaginalis)


Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
2. Sayatan melintang ( Transversal )
3. Sayatan huruf T ( T insicion )

III. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama / kegagalan proses persalinan
normal ( Dystasia )
- Fetal distress
- His lemah / melemah
- Janin dalam posisi sungsang atau melintang
- Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )
- Plasenta previa
- Kalainan letak
- Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
- Rupture uteri mengancam
- Hydrocephalus
- Primi muda atau tua
- Partus dengan komplikasi
- Panggul sempit
- Problema plasenta

IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

V. POST PARTUM
A. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama ± 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002)
B. PERIODE Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama saat dikaji, alasan utama masuk rumah sakit, riwayat
pernikahan.
c. Riwayat haid, Riwayat kehamilan dan persalinan, Riwayat KB, Riwayat
penyakit yang lalu dan Alergi, serta Riwayat kesehatan keluarga.
d. Pengkajian Biologis
1) Pola Nutrisi-metabolik
Penurunan nafsu makan, mual, muntah, terdapat kenaikan berat badan.
2) Pola Eliminasi
Perubahan pola berkemih.
3) Pola Aktivitas-Istirahat_tidur
Kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal
kontraksi, ansietas
4) Pola kebersihan diri
Pasien mampu untuk merawat diri sendiri.
5) Pola Reproduksi-Seksualitas
Terjadinya perubahan seksualitas
6) Pola Kognitif-Persepsi Sensori
Pola sensori pasien merasakan kontraksi, gangguan pola tidur
7) Pola Konsep diri
Pola peran, gambaran diri yang dapat berubah setelah memiliki anak
8) Pola Koping
Penanganan nyeri dapat bervariasi tergantung dengan tingkat
ketidaknyamananya dari yang ringan sampai yang berat (dihubungkan
dengan proses penyakitnya.)
9) Pola pemeliharaan kesehatan
Kurangnya kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan.
10) Pola Peran-Hubungan
Terjadi perubahahan karena ada anggota keluarga baru hadir
11) Pola Nilai-Keyakinan
e. Pengkajian Psikologi
f. Pengkajian Sosial dan Spiritual
g. Pengkajian Fisik
h. Hasil Diagnostik Test
i. Program Pengobatan
j. Program tindakan dan Rencana pulang
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut Berhubungan dengan agens cedera fisik
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan imobilisasi
c. Resiko infeksi dengan faktor resiko port de entry mikroorganisme patogen

3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA TINDAKAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Tgl: Jam: Tgl: Jam: Tgl: Jam:
Nyeri akut Label NOC:.......... Label NIC:........
Berhubungan
Setelah dilakuakn tindakan 1. Kaji skala nyeri
dengan agens
cedera fisik keperawatan diharapakan pasien
ditandai dengan nyeri berkurang dengan 2. Observasi tanda
Ds dan DO.
kriteria hasil: vital
1. Pasien melaporkan nyeri 3. Ajarkan klien
berkurang relaksasi nafas
2. Skala nyeri berkurang 0-3 dalam
3. Tanda vital dalam rentang 4. Kolaborasi
normal: dengan dokter
Tekanan Darah: 120-139/ dalam pemberian
70-89 mmHg. obat pengurang
Suhu: 36,5-37,5 C rasa nyeri
Nadi=60-100 x/menit
Respirasi rate: 12-20
x/menit
Tgl: Jam: Tgl: Jam: Tgl: Jam:
Resiko infeksi Label NOC:....... Label NIC:.......
dengan faktor Setelah dilakuakn tindakan 1. Pantau tanda dan
resiko port de keperawatandiharapakan gejala infeksi
entry resiko infeksi tidak terjadi 2. Observasi
mikroorganisme dengan kriteria hasil: keadaan luka
patogen ditandai 1. Pasien terbebas dari tanda operasi pasien
dengan Ds dan gejala proses infeksi 3. Ajarkan tanda-
DO. 2. Tanda vital dalam rentang tanda infeksi
normal: 4. Kolaborasikan
Tekanan Darah: 120-139/ dengan dokter
70-89 mmHg. dalam pemberian
Suhu: 36,5-37,5 C antibiotik.
Nadi=60-100 x/menit
Respirasi rate: 12-20
x/menit
3. Discharge Planning
1) Anjurkan pasien untuk makan-makanan vitamin A, Vitamin K, serta
makanan dengan gizi seimbang untuk mempercepat penyembuhan luka.
2) Aktivitas
Anjurkan pasien untuk beraktivitas ringan
3) Obat
Anjurkan pasien untuk meminum obat hanya dari yang diresepkan oleh
dokter dari Rumah Sakit.
4) Kontrol
Anjurkan pasien untuk datang kembali dan kontrol luka sesuai jadwal yang
ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, dkk. 2009. Buku Ajar Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Syaifuddin. 2009. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. F DENGAN PRE DAN POST SC

DENGAN INDIKASI CPD (CEPHALOPELVIC DISPROPORTION)

HARI KE 0 DI RUANG GII OBSGYN RS BETHESDA

YOGYAKARTA

NAMA PRECEPTEE : MARGARETHA EMILDA CHRISTY

NIM : 1704080

TANGGAL PENGKAJIAN : 20 DESEMBER 2017, JAM : 07:00

1. IDENTITAS

PASIEN PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny. F Bp. K

Umur : 40 tahun 40 Tahun

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia

Agama : Islam Islam

Pendidikan : S1 S1

Pekerjaan : Swasta Swasta

Status Perkawinan : Sudah Menikah Sudah Menikah

Alamat (Kabupaten) : Tegal Tegal

No. RM : 23-0x-xx-xx

Tanggal Masuk : 19 Desember 2017

Diagnosa medis : Sectio Caesarea


2. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI

a. Pre Operasi

Pasien mengatakan cemas dengan proses persalinan yang akan dilakukan.

3. ALASAN UTAMA DATANG KE RUMAH SAKIT

Pasien mengatakan masuk rumah sakit pada tanggal 19 Desember 2017 pukul 16.00

WIB ke poliklinik kandungan dilakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil berat

badan janin terlalu besar dan janin belum memasuki pintu atas panggul (PAP) pada

kehamilan 38 minggu. Pasien kemudian dibawa ke ruang VK pada pukul 18.00 WIB

untuk dilakukan observasi. Pada pukul 20.30 WIB dibawa ke ruang G II obsgyn untuk

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Operasi direncanakan akan dilakukan pada

tanggal, 20 Desember 2017 jam 07.30 WIB.

4. RIWAYAT PERNIKAHAN

Pasien sudah menikah 1 kali, lama pernikahan 12 tahun. Menikah pertama kali umur

27 tahun.

5. RIWAYAT HAID

Menarche umur 11 tahun, siklus 28 hari, teratur, lamanya: 3-7 hari, banyak darah

kurang lebih 50 – 100 cc (banyaknya), kadang darahnya encer / beku. Pasien

mengatakan HPHTnya adalah tanggal 03-03-2017. HPL (hari perkiraan lahir) 10-12-

2017.
6. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN (G4 P1 Ab 2 Ah 1)

Lahir Umur persalinan Anak Nifas Keterangan

Tahun kehamilan Jenis Oleh bbl L/P H/M

2006 12 mgg - Dokter - - M - -

2008 39 mgg SC Dokter 2800 gr L H - -

2016 7 mgg - Dokter - - M - -

2017 38 mgg SC Dokter 3300 gr L H - -

7. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA

Pasien mengatakan pernah menggunakan KB suntik selama 3 bulan, berhenti tahun

2016 karena ingin mempunyai anak kembali.

8. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dari ayah kandung dan tidak alergi obat

maupun makanan.

9. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dari ayah kandung

10. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

b. Umur kehamilan sekarang 38 minggu, selama periksa di poliklinik RS Bethesda

c. Mulai periksa AnteNatal Care (ANC) pada bulan April 2017

d. Frekuensi pemeriksaan ANC

 Trimester I = 1 kali
 Trimester II = 1 kali

 Trimester III = 4 kali

e. Suntikan TT I dilakukan 1 kali sebelum menikah, suntikan TT II dilakukan 2 kali,

1 kali pada saat hamil anak sebelumnya, dan yang ke 2 pada kehamilan yang

sekarang.

f. Obat yang diminum adalah vitamin

g. Senam hamil di WHC RS Bethesda seminggu 1 kali, dan hanya diikuti 1 kali pada

kehamilan trimester III.

h. Pasien mengatakan ada keluhan

Trimester Keluhan Tindakan Oleh Keterangan

I Mual, muntah - - -

II - - - -

III Pegal pada daerah - - -

punggung

11. PENGKAJIAN BIOLOGIS

a. Pola nutrisi-metabolik

1) Sebelum masuk rumah sakit

Pasien mengatakan makan 3 kali sehari, biasa menghabiskan 1 porsi makan

setiap kali makan. Nafsu makan baik, semua makanan semua suka, pasien

mengatakan mengonsumsi makanan tambahan yaitu vitamin, makan dirumah,

minumnya 8 gelas/24 jam. Tidak ada minuman pantangan. Berat badan 70,5

kg bertambah 20 kg dari 50,5 kg.


2) Selama dirumah sakit

Frekuensi makan 3 kali sehari, porsi yang dihabiskan sebanyak 1 porsi.

Minumnya adalah air mineral sebanyak 8 gelas / hari. Tidak ada keluhan

selama mengkonsumsi makanan.

b. Pola eliminasi

1) Sebelum masuk rumah sakit

Pasien mengatakan buang air besar (BAB), kadang satu kali sehari atau 2

kali sehari, waktunya pagi dan malam. Konsistensi lembek dan berwarna

kekuningan. Tidak ada keluhan selama BAB. Pasien mengatakan BAK 7

kali per hari,warna kuning, dan tidak ada keluhan.

2) Selama di rumah sakit

Pasien mengatakan sejak di RS sebelum operasi belum BAB belum ada

upaya yang dilakukan karena pasien berbaring ditempat tidur. Pasien BAK

secara mandiri.

c. Pola aktivitas tidur

1) Sebelum masuk rumah sakit

d) Aktivitas sehari-hari, istirahat dan tidur

Tidak ada keluhan tidur.


2) Selama di rumah sakit

a) Aktivitas

TINGKAT
Keterangan:
AKTIVITAS KETERGANTUNGAN
0 1 2 3 4 1 : Mandiri

Makan/Minum √ 2 : dibantu orang


lain sebagian kecil
Mandi √
3 : dibantu orang
Toileting √
lain 50%
Berpakaian √
4 : dibantu orang
Mobilisasi di √
lain dan alat
tempat tidur
5 : tergantung total
Berpindah √
(100% dibantu)
Ambulasi/ROM √

b) Istirahat dan kebutuhan tidur


Pasien mengatakan selama di rumah sakit istirahat dan tidur tenang
dengan meletakan bantal di kanan dan kiri tempat tidur.

d) Pola kebersihan diri


1) Sebelum masuk rumah sakit
Pasien mengatakan mandi 2x sehari menggunakan sabun untuk
kesehatan kulit, mencuci rambut kadang 1 hari sekali atau 2 hari sekali
dengan menggunakan shampoo, telinga dibersihkan kalau sudah tidak
nyaman, membersihkan mata dan mulut sekalian pada saat mandi.
Pasien mengatakan jika kuku sudah sedikit panjang digunting.
2) Selama di rumah sakit
Pasien mengatakan mandi 2x/sehari, sudah menggosok gigi, mata pada
saat mandi langsung dibersihkan.
e) Pola reproduksi-seksualitas
Pasien belum mengatakan belum ada masalah atau gangguan.

f) Pola kognitif persepsi/sensori


Pasien dalam keadaan sadar, mampu bicara dengan jelas, dengan bahasa
Indonesia, pasien mampu untuk membaca, berkomunikasi, dan memahami
dengan baik. Pasien mampu berinteraksi dengan baik. Pasien tidak
mengalami gangguan pendengaran. Pasien merasa tidak nyaman karena
kontraksi, cara mengatasinya dengan menaruh bantal disamping pasien dan
menarik nafas dalam.

g) Pola konsep diri


Pasien mengatakan siap menjadi ibu yang baik.

h) Pola koping
Pasien mengatakan dalam pengambilan keputusan dibantu suami dan
keluarga.

i) Pola peran-berhubungan
Pasien mengatakan sebagai karyawan, tidak ada kesulitan dalam keluarga,
hubungan dengan dokter dan perawat baik.

j) Pola pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan tidak merokok, tidak minuman keras, alkohol, tidak
mengkonsumsi narkoba.

k) Pola nilai dan keyakinan


1) Sebelum masuk rumah sakit
Pasien mengatakan beragama islam.
2) Selama di rumah sakit
Pasien mengatakan berdoa di atas tempat tidur selama di rumah sakit.
12. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS
Pasien mengatakan sedikit cemas akan dilakukan tindakan operasi, keluarga sangat
bermakna dalam hidupnya, pasien berharap suami dan keluarga selalu menemani.

13. PENGKAJIAN SOSIAL


Pasien mengatakan keluarga sangat menerima dengan baik, keluarga selalu
mendukung.

14. PENGKAJIAN SPIRITUAL


Pasien mengatakan hubungan yang paling bermakna saat ini adalah Tuhan dan kedua
orang tua serta keluarga yang selalu mendukung.

15. PENGKAJIAN FISIK


Keadaan umum pasien baik, tampak sakit sedang. Tingkat kesadaran, E=4, V=5,
M=6. Pasien composmentis.
Antropometri= TB: 141 cm dan BB: 70,5 Kg.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 130/90 mmHg, diukur diarteri Bracialis kiri, menggunakan manset
dewasa.
Suhu menggunakan tehermometer electric: 36,5 C,
Nadi: 80 x/menit diukur diarteri radialis kiri pasien, teraba kuat dan reguler.
RR: 20 x/menit reguler.
 Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Rambut berwarna hitam, panjang, lebat, kusam, berwarna hitam, kulit kepala
kotor. Wajah pasien simetris, konjungtiva anemis, tidak ada oedema. Mulut
sedikit kotor, lidah sedikit kotor, tidak ada pembesaran tonsil.
2) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak dilakukan pengukuran JVP
3) Dada
Bentuk dada simetris, payudara simetris, tidak terdapat kelainan bentuk dada.
Tidak terdapat nyeri dada dan massa.
4) Payudara
Simetris, payudara membesar, bersih, hiperpigmntasi pada aerola mamae, papila
mamae menonjol, colustrum sudah keluar.
5) Axilla
Tidak ada nyeri
6) Punggung
Tidak ada kelainan
7) Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit putih, umbilikus berada ditengah, tidak menonjol. Linea alba ada.
b) Palpasi dan Perkusi
Pasien mengatakan nyeri saat dipalpasi, tidak terdapat massa di dalam rongga
abdomen. TFU (tinggi fundus uteri) 3 jari dibawah px.
c) Auskultasi tidak dilakukan
8) Genitalia dan Anus
Vagina bersih, tidak ada varises, tidak ada keluhan
9) Ektremitas atas
Anggota gerak atas lengkap, CRT < 2 detik, clubbing finger (-)
10) Estremitas bawah
Anggota gerak bawah lengkap, tidak terdapat oedema dan varises
Kekuatan otot :
5 5
5 5

11) Refleks Fisiologis


Tidak terkaji
12) Refleks patologis
Tidak terkaji
a. Post Operasi Hari Ke-0

Pasien mengatakan nyeri:

O : Pasien mengatakan nyeri dirasakan setelah operasi sejak 1 jam yang lalu

P : Pasien nyeri bertambah bila bergerak

Q : Pasien mengatakan nyeri seperti diremas-remas, nyeri kadang hilang

timbul.

R : Pasien mengatakan nyeri di perut

S : Pasien mengatakan jika nyeri skala 6

T : Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang jika diberikan obat pereda nyeri

dan nafas dalam.

U : Pasien paham tentang penyebab nyeri

V : Pasien berharap nyeri berkurang, dan segera sembuh

16. ALASAN UTAMA DATANG KE RUMAH SAKIT

Pasien mengatakan masuk ke rumah sakit pada tanggal 19 Desember 2017 pukul

16.00 WIB ke poliklinik kandungan dilakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil

berat badan janin terlalu besar dan janin belum memasuki pintu atas panggul (PAP)

pada kehamilan 38 minggu. Pasien kemudian dibawa ke ruang VK pada pukul 18.00

WIB untuk dilakukan observasi. Pada pukul 20.30 WIB dibawa ke ruang G II obsgyn

untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Operasi direncanakan akan dilakukan pada

tanggal, 20 Desember 2017 jam 07.30 WIB.

17. RIWAYAT PERNIKAHAN

Pasien sudah menikah 1 kali, lama pernikahan 12 tahun. Menikah pertama kali umur

27 tahun.
18. RIWAYAT HAID

Menarche umur 11 tahun, siklus 28 hari, teratur, lamanya: 3-7 hari, banyak darah hari

kurang lebih 50 – 100 cc (banyaknya), kadang darahnya encer / beku. Pasien

mengatakan HPHTnya adalah tanggal 03-03-2017. HPL (hari perkiraan lahir) 10-12-

2017.

19. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN (G4 P1 Ab 2 Ah 1)

Lahir Umur persalinan Anak Nifas Keterangan

Tahun kehamilan Jenis Oleh bbl L/P H/M

2006 12 mgg - Dokter - - M - -

2008 39 mgg SC Dokter 2800 gr L H - -

2016 7 mgg - Dokter - - M - -

2017 38 mgg SC Dokter 3300 gr L H - -

20. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA

Pasien mengatakan pernah menggunakan KB suntik selama 3 bulan, berhenti tahun

2016 karena ingin mempunyai anak kembali.

21. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dari ayah kandung dan tidak alergi obat

maupun makanan.
22. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dari ayah kandung

23. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

Umur kehamilan sekarang 38 minggu, selama periksa di poliklinik RS Bethesda

b) Mulai periksa AnteNatal Care (ANC) pada bulan April 2017

c) Frekuensi pemeriksaan ANC

 Trimester I = 1 kali

 Trimester II = 1 kali

 Trimester III = 4 kali

d) Suntikan TT I dilakukan 1 kali sebelum menikah, suntikan TT II dilakukan 2 kali,

1 kali pada saat hamil anak sebelumnya, dan yang ke 2 pada kehamilan yang

sekarang.

e) Obat yang diminum adalah vitamin

f) Senam hamil di WHC RS Bethesda seminggu 1 kali, dan hanya diikuti 1 kali pada

kehamilan trimester III.

g) Pasien mengatakan ada keluhan

Trimester Keluhan Tindakan Oleh Keterangan

I Mual, muntah - - -

II - - - -

III Pegal pada daerah - - -

punggung
24. PENGKAJIAN BIOLOGIS

d. Pola nutrisi-metabolik

3) Sebelum masuk rumah sakit

Pasien mengatakan makan 3 kali sehari, biasa menghabiskan 1 porsi makan

setiap kali makan. Nafsu makan baik, semua makanan semua suka, pasien

mengatakan mengonsumsi makanan tambahan yaitu vitamin, makan dirumah,

minumnya 8 gelas/24 jam. Tidak ada minuman pantangan. Berat badan 70,5

kg bertambah 20 kg dari 50,5 kg.

4) Selama dirumah sakit

Frekuensi makan 3 kali sehari, porsi yang dihabiskan sebanyak 1 porsi.

Minumnya adalah air mineral sebanyak 8 gelas / hari. Tidak ada keluhan

selama mengkonsumsi makanan.

e. Pola eliminasi

3) Sebelum masuk rumah sakit

Pasien mengatakan buang air besar (BAB), kadang satu kali sehari atau 2

kali sehari, waktunya pagi dan malam. Konsistensi lembek dan berwarna

kekuningan. Selama Tidak ada keluhan selama BAB. Pasien mengatakan

BAK 7 kali per hari,warna kuning, dan tidak ada keluhan.

4) Selama di rumah sakit

Pasien mengatakan sejak di RS setelah operasi belum BAB belum ada

upaya yg dilakukan karena pasien berbaring ditempat tidur. Pasien BAK

dengan bantuan kateter post operasi sc.

f. Pola aktivitas tidur

3) Sebelum masuk rumah sakit

h) Aktivitas sehari-hari, istirahat dan tidur : Tidak ada keluhan tidur.


4) Selama di rumah sakit

a) Aktivitas

TINGKAT
Keterangan:
AKTIVITAS KETERGANTUNGAN
0 1 2 3 4 0 : Mandiri

Makan/Minum √ 1 : dibantu orang lain


sebagian kecil
Mandi √
2 : dibantu orang lain
Toileting √
50%
Berpakaian √
3 : dibantu orang lain
Mobilisasi di √
dan alat
tempat tidur
4 : tergantung total
Berpindah √
(100% dibantu)
Ambulasi/ROM √

b) Istirahat dan kebutuhan tidur


Pasien mengatakan selama di rumah sakit istirahat dan tidur sedikit
terganggu karena terpasang alat-alat, cara agar bisa istirahat dengan
meletakan bantal di kanan dan kiri tempat tidur.

l) Pola kebersihan diri


3) Sebelum masuk rumah sakit
Pasien mengatakan mandi 2x sehari menggunakan sabun untuk
kesehatan kulit, mencuci rambut kadang 1 hari sekali atau 2 hari sekali
dengan menggunakan shampoo, telinga dibersihkan kalau sudah
merasakan merasa dan tidak nyaman, membersihkan mata dan mulut
sekalian pada saat mandi. Pasien mengatakan jika kuku sudah sedikit
panjang digunting.
4) Selama di rumah sakit
Pasien mengatakan mandi 2x/sehari, belum menggosok gigi, mata pada
saat mandi langsung dibersihkan.
m) Pola reproduksi-seksualitas
Pasien belum mengatakan belum ada masalah atau gangguan.

n) Pola kognitif persepsi/sensori


Pasien dalam keadaan sadar, mampu bicara dengan jelas, dengan bahasa
Indonesia, pasien mampu untuk membaca, berkomunikasi, dan memahami
dengan baik. Pasien mampu berinteraksi dengan baik. Pasien tidak
mengalami gangguan pendengaran. Pasien merasa tidak nyaman karena
nyeri dibagian perut, cara mengatasinya dengan menaruh bantal disamping
pasien dan menarik nafas dalam.

o) Pola konsep diri


Pasien mengatakan siap menjadi ibu yang baik.

p) Pola koping
Pasien mengatakan dalam pengambilan keputusan dibantu suami dan
keluarga.

q) Pola peran-berhubungan
Pasien mengatakan sebagai karyawan, tidak ada kesulitan dalam keluarga,
hubungan dengan dokter dan perawat baik.

r) Pola pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan tidak merokok, tidak minuman keras, alkohol, tidak
mengkonsumsi narkoba.

s) Pola nilai dan keyakinan


3) Sebelum masuk rumah sakit
Pasien mengatakan beragama islam.
4) Selama di rumah sakit
Pasien mengatakan berdoa di atas tempat tidur selama di rumah sakit.
25. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS
Pasien mengatakan sedikit cemas setelah dilakukan tindakan operasi, keluarga sangat
bermakna dalam hidupnya, pasien berharap suami dan keluarga selalu menemani.

26. PENGKAJIAN SOSIAL


Pasien mengatakan keluarga sangat menerima dengan baik, keluarga selalu
mendukung.

27. PENGKAJIAN SPIRITUAL


Pasien mengatakan hubungan yang paling bermakna saat ini adalah Tuhan dan kedua
orang tua serta keluarga yang selalu mendukung.

28. PENGKAJIAN FISIK


Keadaan umum pasien baik, tampak sakit sedang, terpasang kateter dan infus
dibagian tangan kanan. Tingkat kesadaran, E=4, V=5, M=6. Pasien composmentis.
Antropometri= TB: 141 cm dan BB: 70,5 Kg.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 120/90 mmHg, diukur diarteri Bracialis kiri, menggunakan manset
dewasa.
Suhu menggunakan thermometer electric: 36,5 C
Nadi: 88 x/menit diukur diarteri radialis kiri pasien, teraba kuat dan reguler.
RR: 22 x/menit reguler.
 Pemeriksaan Fisik
13) Kepala
Rambut berwarna hitam, panjang, lebat, kusam, berwarna hitam, kulit kepala
kotor. Wajah pasien simetris, konjungtiva anemis, tidak ada oedema. Mulut
sedikit kotor, lidah sedikit kotor, tidak ada pembesaran tonsil.
14) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak dilakukan pengukuran JVP
15) Dada
Bentuk dada simetris, payudara simetris, tidak terdapat kelainan bentuk dada.
Tidak terdapat nyeri dada dan massa. Nafas 22 kali/menit, terpasang binasal kanul
pada hidung 3 liter permenit.

16) Payudara
Simetris, payudara membesar, bersih, hiperpigmentasi pada aerola mamae, papila
mamae menonjol, colustrum sudah keluar.
17) Axilla
Tidak ada nyeri
18) Punggung
Tidak ada kelainan
19) Abdomen
d) Inspeksi
Warna kulit putih, umbilikus berada ditengah, tidak menonjol, terdapat luka
operasi kurang lebih 10 cm. Linea alba ada.
e) Palpasi dan Perkusi
Pasien mengatakan nyeri saat dipalpasi, tidak terdapat massa di dalam rongga
abdomen. TFU (tinggi fundus uteri) 3 jari diatas pusat.
f) Auskultasi tidak dilakukan
20) Genitalia dan Anus
Terpasang kateter pada saluran kemih pasien, terdapat darah 20 cc keluar
pervagina.
21) Ektremitas atas
Anggota gerak atas lengkap, CRT < 2 detik, clubbing finger (-)
22) Estremitas bawah
Anggota gerak bawah lengkap, tidak terdapat oedema dan varises
Kekuatan otot :
5 5
5 5

23) Refleks Fisiologis


Tidak terkaji
24) Refleks patologis
Tidak terkaji
29. DIAGNOSTIK TEST
a. Laboratorium
No. Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal
pemeriksaan
1. 19/12/2017 Darah lengkap
Haemoglobin (L) 9,3 gr/dL 11,7 – 15,5 gr/dL
Leukosit (H) 11,54 4,5 – 11,5 ribu/mmk
ribu/mmk
Hitung jenis
Eosinofil (H) 4,8 % 2–4%
Monosit (H) 9,4 % 2–8%
Haematokrit (L) 29,1 % 35,0 – 49,0 %
Eritrosit (L) 3.45 4,20- 49,0 juta/mmk
juta/mmk

30. PROGRAM PENGOBATAN


a. Diberikan RL 500 cc, 20 tpm
b. Dilakukan tranfusi darah.
c. Obat
No Nama Indikasi kontraindikasi Efek Implikasi Keperawatan
Obat samping
1. Broadcet ISK, Hipersensitif Ruam, 1. Obat diberikan perinfus
2x1gr infeksi gatal, 2. Perhatikan efek samping
bakteri demam, 3. Perhatikan pemberian obat dengan 12 benar
diare 4. Periksa ada alergi atau tidak
2. Remopain nyeri Gagal ginjal Edema, 1. Obat diberikan secara iv
3 x 10 mg hipertensi2. Perhatikan efek samping
3. Perhatikan pemberian obat dengan 12 benar
3. Kalnex Perdarahan Cedera Anoreksia 1. Obat diberikan secara iv
3x50 mg cedera, kepala, gagal , mual 2. Perhatikan efek samping
pasca ginjal, kejang muntah 3. Perhatikan pemberian obat dengan 12 benar
operasi 4. Hentikan jika pasien mengalami gangguan
penglihatan
5. Dopamet hipertensi Sirosis hati Pusing, a. Obat diberikan secara oral
2x 250 edema b. Perhatikan efek samping
mg c. Perhatikan pemberian obat dengan 12 benar
5. Proralges Sakit alergi Mual, 1. Obat diberikan secara oral
2x 1 (50 kepala diare 2. Perhatikan efek samping
mg) 3. Perhatikan pemberian obat dengan 12 benar

31. PROGRAM TINDAKAN


a. Sudah dilakukan : pemasangan infus dan kateter, pengambilan darah Analisis Gas
Darah (AGD) Hb dan Hct, pemberian obat peroral, periv, perinfus, observasi vital
sign, observasi perdarahan.
b. Akan dilakukan : perawatan luka, promosi kesehatan, mengukur vital sign,
memandikan, pemberian obat.

32. RENCANA PULANG


Pasien mengatakan akan pulang ke rumah, tinggal bersama suami, anak dan ibu,
kendaraan yang digunakan adalah kendaraan pribadi. Untuk membantu dalam perawatan
diri nantinya bisa mandiri dan sedikit dibantu oleh ibu. Pasien mengatakan pelayanan
kesehatan yang digunakan sebelumnya adalah rumah sakit.

33. ANALISA DATA


Pre op
No DATA Masalah Penyebab
1 Tanggal 20 Desember 2017 Ansietas Proses persalinan
DS : pasien mengatakan cemas
dengan proses persalinan yang akan
dijalani
DO : Pasien terlihat tegang saat
akan memasuki ruangan operasi

2. Tanggal 20 Desember 2017 Defisiensi Keterbatasan


DS : pasien mengatakan kurang pengetahuan kognitif
mengetahui akan dilakukan
tindakan keperawatan apa saja
DO : pasien banyak bertanya
Post op
No DATA Masalah Penyebab
1 Tanggal 20 Desember 2017 Nyeri akut Cedera fisik ; Post
DS : Pasien mengatakan nyeri operasi
setelah operasi.
O : Pasien mengatakan nyeri sejak 1
jam yang lalu
P : Nyeri bertambah ketika bergerak
Q : diremas-remas, hilang timbul
R :Nyeri di perut bawah
S : skala nyeri 6
T : diberikan obat pereda nyeri dan
nafas dalam
U :paham penyebab nyeri
V : nyeri berkurang
DO : Pasien tampak meringis
menahan sakit, terdapat luka operasi
kurang lebih 10 cm pada bagian
perut.
2. Tanggal 20 Desember 2017 Resiko Infeksi Port de entry
DS : - mikroorganise
patogen
DO : Terdapat luka post operasi
sectio caesarea ± 10 cm, terpasang
selang kateter, terpasang infus di
tangan kanan.
3 Tanggal 20 Desember 2017 Defisit perawatan Kelemahan akibat
DS : diri nyeri
- Pasien mengatakan belum
bisa mampu bergerak
- Pasien mengatakan tidak
dapat beraktifitas tanpa
bantuan keluarga
DO : Pasien kesulitan dalam
beraktifitas dan memenuhi
kebutuhan pribadi
4 Tanggal 20 Desember 2017 Resiko Adanya kontraksi
DS : pasien mengatakan perut terasa perdarahan uterus
kembung

DO : pasien tampak pucat, Hb 9,3


g/dL, Hct 29,1%
34. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre op
No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan proses persalinan
DS : pasien mengatakan cemas dengan proses persalinan yang akan dijalani
DO : Pasien terlihat tegang saat akan memasuki ruangan operasi

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif


DS : pasien mengatakan kurang mengetahui akan dilakukan tindakan
keperawatan apa saja
DO : pasien banyak bertanya

Post op
No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik post operasi ditandai
dengan
DS : Pasien mengatakan nyeri setelah operasi.
O : Pasien mengatakan nyeri sejak 1 jam yang lalu
P : Nyeri bertambah jika bergerak
Q : diremas-remas, hilang timbul
R :Nyeri di perut bawah
S : skala nyeri 6
T : diberikan obat pereda nyeri dan nafas dalam
U :paham penyebab nyeri
V : nyeri berkurang
DO : Pasien tampak meringis menahan sakit, terdapat luka operasi kurang
lebih 10 cm pada bagian perut.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan karena nyeri
DS :
Pasien mengatakan belum bisa mampu bergerak
Pasien mengatakan tidak dapat beraktifitas tanpa bantuan keluarga
DO : Pasien kesulitan dalam beraktifitas dan memenuhi kebutuhan pribadi

3. Risiko perdarahan dengan faktor resiko adanya kontraksi uterus ditandai


dengan
DS : Pasien mengatakan perut kembung
DO : pasien tampak pucat, Hb 9,3 g/dL, Hct 29,1%
4 Risiko infeksi dengan faktor risiko Port de entry mikroorganise patogen
ditandai dengan
DS : -
DO : Terdapat luka post operasi sectio caesarea ± 10 cm, terpasang selang
kateter, terpasang infus di tangan kanan.

1. RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. F
Ruangan : GII Obsgyn
Tanggal : 20 Desember 2017
ama Perceptee : Margaretha Emilda Christy
PRE OP
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Keperawatan Keperawatan
Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl: 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017
Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB
Label NIC : Anxiety
Ansietas Label NOC : Anxiety reduction 1. Untuk
control 1. Kaji tingkat mengetahui
berhubungan
Setelah dilakukan tindakan cemas keadaan umum
dengan proses dan tingkat
keperawatan selama 1 x 30 2. Jelaskan semua
kecemasan
persalinan menit, diharapkan cemas prosedur yang pasien
dapat berkurang dengan akan dilakukan 2. Mengurangi
kriteria hasil : 3. Instruksikan kecemasan
1. Pasien dapat pasien 3. Mengontrol
mengidentifikasi menggunakan kecemasan
dan mengontrol rasa teknik relaksasi
cemas
nafas dalam
2. Menunjukkan cemas
berkurang 4. Ajarkan
keluarga pasien
untuk selalu
mendukung

Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017


Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB

Defisiensi Label NOC : knowledge : Label NIC : 1. Mengetahui


pengetahuan health behaviour teaching perkembangan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan tentang kemampuan
dengan keperawatan selama 1x24 prosedur dan pasien
keterbatasan jam diharapkan defisit tujuan yang 2. Mengetahui
kognitif
pengetahuan dapat teratasi akan dilakukan kebutuhan
dengan kriteria hasil: 2. Dukung pasien pasien
1. Pasien dapat untuk
mengerti prosedur mengeksploitasi
dan tujuannya pendapatnya
dilakukan tindakan
3. Kolaborasikan
keperawatan
dengan tenaga
kesehatan lain
tentang
informasi yang
pasien kurang
mengerti

POST OP
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Keperawatan Keperawatan
Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl: 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017
Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB

Nyeri akut b/d Label NOC : 1. Kaji skala nyeri 1. Untuk


agen cedera fisik Pengendalian Nyeri dan TTV mengetahui
Setelah dilakukan tindakan 2. Atur posisi yang tingkatan
keperawatan selama 3 x 24 nyaman bagi nyeri pasien
jam, diharapkan nyeri dapat pasien agar dapat
berkurang dengan kriteria 3. Ajarkan klien dilakukan
hasil : teknik nafas tindakan yang
1. Pasien mengatakan dalam dan sesuai
nyeri dapat dikendalikan teknik relaksasai 2. Nyeri dapat
guide imginery mempengaruh
2. TTV dalam batas
(relaksasi i perubahan
normal :
terpimpin) TTV
- TD : 120-140/80-90
4. Berikan 3. Membantu
mmHg
pronalges 50 mg dalam
- S : 365-375 °C
secara oral pengontrolan
- N : 60-100x/menit
dengan dosis nyeri yang
- R : 12-20 x/menit
2x1 dalam dirasakan
3. Klien mampu
sehari pasien.
menggunakan teknik
4. Mengurangi
relaksasi
nyeri dengan
cara pelepasan
hormon
enkefalin
5. Mengurangi
nyeri dengan
atau secara
fermakoterapi.
Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017
Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB

Defisit perawatan Label NOC : selfcare : Label NIC : selfcare 1. Mengetahui


diri berhubungan ADLs : ADLs perkembangan
dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan
kelemahan karena kemampuan
keperawatan selama 3x24 pasien
nyeri pasien
jam diharapkan defisit 2. Mengetahui
perawatan diri dapat teratasi 2. Monitor apa kebutuhan
dengan kriteria hasil: yang menjadi pasien
1. Mengungkapkan kebutuhan 3. Mengetahui
secara verbal pasien kemampuan
kepuasan 3. Ajarkan pasien pasien dan
dan libatkan keluarga dalam
keluarga untuk kemandirian
membantu
pasien dalam
kemandirian
pasien

Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017


Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB

Resiko Label NOC: keparahan Label NIC: asuhan 1. Untuk


perdarahan pendarahan postpartum mengetahui
dengan faktor Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda adanya tanda
dan gejala syok
risiko kontraksi keperawatan selama 1x 24 vital
2. Mengetahui
uterus jam diharapkan resiko 2. Kaji perdarahan terjadinya
perdarahan pasien mampu (seberapa perdarahan
berkurang atau teratasi banyak darah 3. Mencegah
dengan kriteria hasil : yang keluar) terjadinya syok
1. Tidak ada 3. Pertahankan bed 4. Mempercepat
perdarahan rest selama proses
pembekuan
perdarahan aktif
darah
4. Anjurkan pasien
untuk
mengonsumsi
vitamin k
Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017 Tgl : 20/12/2017
Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.15 WIB

Risiko infeksi Label NOC : Pengendalian Label NIC : 1. Agar klien


dengan faktor risiko Pengendalian terhindar dari
port de entry Setelah dilakukan tindakan infeksi dan tanda-tanda
mikroorganisme infeksi
keperawatan selama 3x24 perlindungan dari
patogen 2. Peningkatan
jam diharapkan tidak terjadi infeksi leukosit
infeksi dengan kriteria hasil: 1. Pantau tanda menandakan
1. Tidak terdapat tanda- dan gejala adanya proses
tanda infeksi infeksi inflamasi.
(pembengkakan, 2. Pantau hasil 3. Dengan
kemerahan, gangguan laboratorium perawatan luka
menggunakan
fungsi, serta adanya (bila ada)
NaCl 0,9% luka
nanah) 3. Lakukan diharapkan
2. TTV dalam batas perawatan luka cepat sembuh
normal dengan 4. Dengan
- TD : 120-140/80-90 menggunakan mencuci tangan
mmHg NaCl 0,9% yang benar
- S : 365-375 °C 4. Ajarkan keluarga proses
penyaluran
- N : 60-100x/menit selalu untuk
kuman dapat
- R : 12-20 x/menit mencuci tangan dicegah
3. Hasil laboratorium yang benar 5. infeksi dapat
leukosit dalam batas menurut WHO dicegah secara
normal 4000-10.000 dan tanda-tanda farmakoterapi.
ribu/mmk infeksi
5. Berikan broadcet
2x 1 gr
2. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: Ny F

Ruang: GII Obsgyn

Diagnosa Medis: Pre dan Post Sectio Caesarea

No Diagnosa Tanggal/jam Perkembangan Tanda


keperawatan Tangan
1 Ansietas 20/12/2017 I: Margaretha
pre berhubungan 07.15 WIB 1. Mengobservasi tingkat kecemasan
dengan 2. Menjelaskan prosedur tindakan
proses 3. Mengajarkan pasien teknik nafas dalam
persalinan 4. Mendorong keluarga untuk menemani
pasien
E:
DS
Pasien mengatakan cemas saat masuk kamar
operasi
DO
Pasien tampak cemas dan gelisah
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi 1 s/d 4
2 Defisiensi 20/12/2017 I: Margaretha
pre pengetahuan 07.15 WIB 1. Menjelaskan setiap tindakan yang
berhubungan dilakukan
dengan 2. Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan
keterbatasan E:
kognitif DS
Pasien mengatakan masih terlihat bingung dengan
tindakan keperawatan yang diberikan sesudah
dijelaskan pasien mengerti
DO
Pasien aktif bertanya
A : Defisiensi pengetahuan sudah teratasi
P : Hentikan Intervensi 1 dan 2
3 Nyeri akut 20/12/2017 I:
Post berhubungan (Hari I) 1. Melakukan pengkajian post op
dengan agen 10.15 WIB DO : keadaan umum sedang, terdapat Margaretha
cidera fisik luka kurang lebih 10 cm di perut
2. Mengukur vital sign dan nyeri
3. Mengajarkan teknik napas dalam Margaretha
12.00 WIB E:
DS
O : Pasien mengatakan nyeri sejak 1 jam yang lalu
P : Nyeri bertambah bergerak
Q : diremas-remas, hilang timbul
R :Nyeri di perut bawah
S : skala nyeri 6 Margaretha
12.15 WIB T : diberikan obat pereda nyeri dan nafas dalam
U :paham penyebab nyeri
V : nyeri berkurang

DO: pasien mampu melakukan teknik napas Margaretha


dalam, TD 120/90 mmhg, suhu 36,5 C, Nadi 88
14.00 WIB x/m, RR 22 x/m
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
1. ukur vital sign dan nyeri
2. latih nafas dalam
4 Defisit 20/12/2017 I: Margaretha
Post perawatan (Hari I) 1. Monitor kemampuan pasien dan
diri 10.15 WIB kebutuhan pasien
berhubungan 2. Membantu pasien dalam memenuhi
dengan kebutuhannya
kelemahan E: Margaretha
12.00 WIB DS
Pasien mengatakan tidak dapat melakukan
perawatan diri tanpa bantuan dari orang lain
DO
Pasien tampak kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya Margaretha
14.00 WIB A : Defisit perawatan diri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi kemampuan pasien dan
kebutuhan pasien
2. Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya

5 Risiko 20/12/2017 I:
Post perdarahan (Hari I) 1. Mengontrol perdarahan dan mengukur Margaretha
dengan 10.15 WIB TFU
faktor resiko
adanya E:
kontraksi DS : Pasien mengatakan nyeri Margaretha
uterus 12.30 WIB DO : Adanya perdarahan pervagina 20 cc, TFU 3
jari diatas pusat Margaretha
14.00 WIB Adanya perdarahan pervagina 100 cc, TFU 3 jari
diatas pusat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. observasi vital sign
2. ecek hasil LAB (Hb, Hct)
3. berikan transfusi darah jika Hb dan Hct
dibawah normal

5 Risiko 20/12/2017 I: Margaretha


post infeksi (Hari I) 1. Mengukur vital sign
dengan 10.15 WIB 2. Mengobservasi luka
faktor port de 3. Memberikan obat Broadcet 1 g/infus Margaretha
entry 12.30 IB E:
mikroorganis DS : -
me patogen DO : TD 120/90 mmhg, nadi 88 kali/menit, suhu
36,5 C, RR 22 x/m, obat Broadcet masuk Margaretha
14.00 WIB A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Observasi vital sign
2. Observasi keadaan luka
6 Nyeri akut 21/12/2017 DS
post berhubungan (Hari II) Pasien mengatakan nyeri skala 4 dibagian perut Margaretha
dengan agen 07.15 WIB O : Pasien mengatakan nyeri sejak 1 hari yang
cidera fisik lalu
P : Nyeri bertambah bergerak
Q : diremas-remas, hilang timbul
R :Nyeri di perut bawah
S : skala nyeri 4
T : diberikan obat pereda nyeri dan nafas dalam
U :paham penyebab nyeri
V : nyeri berkurang

DO: pasien tampak menahan sakit , pasien mampu


melakukan teknik napas dalam, TD 120/90 mmhg,
suhu 36,2 C, Nadi 96 x/m, RR 20 x/m, injeksi
ketorolac masuk 30 mg/iv Margaretha
A: Masalah teratasi sebagian
09.00 WIB P: Lanjutkan Intervensi
1. ukur vital sign dan nyeri Margaretha
2. latih nafas dalam
11.00 WIB I:
1. Mengobservasi vital sign dan nyeri Margaretha
2. Mengajarkan teknik nafas dalam
12.45 WIB E:
DS
Pasien mengatakan nyeri skala 4 dibagian perut
O : Pasien mengatakan nyeri sejak 1 hari yang
lalu
P : Nyeri bertambah bergerak
Q : diremas-remas, hilang timbul
R :Nyeri di perut bawah
S : skala nyeri 4
T : diberikan obat pereda nyeri dan nafas dalam
U :paham penyebab nyeri
V : nyeri berkurang
Margaretha
DO: pasien tampak menahan sakit , pasien mampu Margaretha
melakukan teknik napas dalam, TD 120/80 mmhg,
13.30 WIB suhu 36,8 C, Nadi 88 x/m, RR 20 x/m
14.00 WIB A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi no 1 dan 2

7 Defisit 21/12/2017 DS Margaretha


post perawatan (Hari II) Pasien mengatakan tidak dapat melakukan
diri 07.15 WIB perawatan diri tanpa bantuan dari orang lain
DO
berhubungan Pasien masih tampak kesulitan dalam memenuhi
dengan kebutuhannya secara mandiri
kelemahan A : Defisit perawatan diri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi Margaretha
09.00 WIB
1. Observasi kemampuan pasien dan
kebutuhan pasien
2. Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
3. Ajarkan keluarga untuk mendorong
kemandirian pasien
4. Ajarkan pasien untuk mobilisasi di tempat Margaretha
tidur
11.00 WIB
I:
1. Mengobservasi kemamuan pasien
2. Mengajarkan keluarga untuk mendorong
kemandirian pasien Margaretha
3. Mengajarkan mobilisasi di tempat tidur
12.30 WIB E:

DS
Pasien mengatakan tidak dapat melakukan
perawatan diri tanpa bantuan dari orang lain
DO
Pasien masih tampak kesulitan dalam memenuhi Margaretha
kebutuhannya secara mandiri Margaretha
13.30 WIB A : Defisit perawatan diri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, dan 3
14.00 WIB

8 Risiko 21/12/2017 DS : Pasien mengatakan nyeri saat dikontrol


post perdarahan (Hari II) perdarahannya Margaretha
dengan 07.15 WIB DO : Adanya perdarahan pervagina 20 cc, TFU
diatas pusat, konjungtiva anemis
faktor resiko
A : Masalah belum teratasi
adanya P : Lanjutkan Intervensi
kontraksi 1. Observasi vital sign dan kontrol
uterus perdarahan
2. cek hasil LAB (Hb, Hct)
3. berikan transfusi darah jika Hb dan Hct
dibawah normal Margaretha
12.30 WIB I:
Mengobservasi vital sign dan perdarahan Margaretha
E:
13.30 WIB
DS
Darah tidak keluar seperti kemarin banyaknya
DO
Pasien tampak lebih tenang, TD 120/80 mmhg,
suhu 36,8 C, Nadi 88 x/m, RR 20 x/m Margaretha
A : Masalah belum teratasi
14.00 WIB P : Lanjutkan intervensi no 1, 2, dan 3

9 Risiko 21/12/2017 DS : -
post infeksi (Hari II) DO : TD 120/90 mmhg, nadi 96 kali/menit, suhu
dengan 07.15 WIB 36,2 C, RR 20 x/m, tidak ada tanda-tanda infeksi Margaretha
faktor port de A : Masalah belum teratasi
entry 09.00 WIB P : lanjutkan intervensi Margaretha
1. Observasi vital sign
mikroorganis
2. Observasi keadaan luka Margaretha
me patogen 11.00 WIB I:
1. Mengobservasi vital sign
2. Mengobservasi keadaan luka Margaretha
12.30 WIB E:
DS –
DO
Tidak ada tanda-tanda infeksi, TD 120/80 mmhg,
suhu 36,8 C, Nadi 88 x/m, RR 20 x/m Margaretha
A : Masalah belum teratasi
14.00 WIB P : Lanjutkan Intervensi no 1 dan 2

Anda mungkin juga menyukai