0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
106 tayangan6 halaman

Jurnal Reading Mata

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 6

LAPORAN JURNAL READING

1. Judul dan Pengarang


Sebuah studi randomisasi terkontrol terhadap efikasi dan keamaan formulasi
obat tetes mata baru untuk penanganan sindrom mata kering derajat sedang hingga
berat. Ditulis oleh : Frederic Chiambaretta, Serge Doan, Marc Labetoulle, Nicolas
Rocher, Lamia El Fekih, Riadh Messaoud, Moncef Khairallah, Christophe Baudouin.
2. Latar Belakang
Penyakit mata kering ditandai dengan gejala ketidaknyamanan pada bola mata,
gangguan pengelihatan (pandangan kabur atau berkabut yang mereda sejenak setelah
berkedip), dan ketidakseimbangan air mata akibat perubahan osmolaritas. Penurunan
produksi dan peningkatan evaporasi air mata dapat menyebabkan hiperosmolaritas
yang dapat memicu reaksi inflamasi dan kematian sel. Apabila keadaan tersebut
berlanjut, air mata akan menjadi semakin hiperosmosis dan akan terjadi proses yang
berulang dan secara progresif akan semakin parah.
Terapi mata kering saat ini berupa terapi kausatif dan peresepan air mata buatan,
yaitu Sodium hyaluronate sebagai zat aktif yang dipertimbangkan sebagai gold standar
air mata buatan saat ini. Suatu bioprotektan alami, trehalose, memiliki fungsi penting
dalam anhidrobiosis, yang dapat mengembalikan keseimbangan osmosis permukaan
bola mata, pencegahan denaturasi protein dan lapisan lipid bilayer serta mengaktifkan
proses autofagi sehingga mampu melindungi sel-sel epitelial pada bola mata terhadap
proses peradangan dan mencegah kematian sel akibat stres osmotik.
Suatu formulasi air mata buatan baru yang mengandung Sodium hyaluronate
dan trehalose (HA-trehalose) tersedia dalam berbagai varian dosis serta tidak
menggunakan bahan pengawet, sehingga memungkinkan untuk penggunaan sehari-hari
dan jangka panjang serta tidak berbahaya untuk permukaan bola mata.
3. Tujuan
Tujuan dari studi ini ialah untuk membandingkan efikasi HA-trehalose dengan larutan
HA oftalmik yang biasanya digunakan terhadap kemunduran integritas permukaan bola
mata akibat keratokonjungtivitis sicca yang dinilai menggunakan Oxford grading
score.
4. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tahap III, randomisasi terkontrol dengan single
blinding (Investigator-masked), studi multicenter yang dilaksanakan di Prancis (14
lokasi) dan Tunisia (4 lokasi) pada Oktober 2013 dan Desember 2014. Penelitian ini
dilakukan sesuai dengan panduan Good Clinical Practice and applicable International
Conference on Harmonisation and The European directive 2001/20/CE Guidance
documents and practice dan disesuaikan dengan prinsip etik Declaration of Helsinki
(2004) serta regulasi lokal (termasuk persetujuan komite etik setempat) didahului
dengan informed consent pada partisipan.
Populasi Penelitian :
Pasien laki-laki atau perempuan dengan usia ≥18 tahun dengan penyakit mata kering
derajat sedang-berat yang ditentukan dengan Skor Ocular Surface Disease Index
(OSDI) ≥ 18 serta Tes Schirmer >3 mm/5 menit dan ≤ 9 mm/5 menit atau jumlah 3
Tear Break-Up Times (TBUT) ≤30 detik pada minimal salah satu mata. Tanda penting
penyakit mata kering yang berhubungan dengan konjungtivitis harus ditemukan pada
partisipan (Pewarnaan kornea dan konjungtivitis menggunakan bagan Oxford Grading
dengan skor ≥4 dan ≤9.) Partisipan yang diikutkan merupakan partisipan yang belum
pernah mendapatkan terapi air mata pengganti dalam 3 bulan terakhir sebelum
penyeleksian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan visus terkoreksi <1/10;
blefaritis berat, malposisi palpebra, distrofi kornea, neoplasia okuler, keratitis
filamentosa, neovaskularisasi kornea, atau radioterapi orbital; dan trauma okular,
infeksi okular, inflamasi okular, alergi okular, atau riwayat herpes okular 3 bulan
terakhir.
Pasien telah terdiagnosis dini mengalami glaukoma primer derajat sedang – parah
sejumlah 62 orang direkrut dari Klinik Glaukoma Pelayanan Kesehatan Tersier di New
Delhi, India. Pasien dengan perubahan dari caput nervus optik dan kehilangan lapang
pandang pada perimetri automatis standar diinklusikan, Semua pasien yang masuk
kriteria inklusi memiliki ketajaman penglihatan terbaik pada mata yang paling baik
minimal 20/200, usia diatas 40 tahun dan mengetahui India dan Inggris.
Kriteria Eksklusi pada penelitian ini ialah subjek dengan riwayat pengobatan glaukoma,
visus <20/200 pada mata terbaik, adanya kondisi komorbid untuk okular seperti
degenerasi makula terkait usia, katarak, neuropati optik, penyakit sistemik kronik
seperti diabetes, artritis,penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskular, gangguan
kolagen vaskular, riwayat operasi mata pada 3 bulan terakhir, gangguan komunikasi
dan cacat fisik.
60 orang untuk kelompok kontrol direkut dari pasien yang datang dengan keluhan
gangguan refraksi, kelompok kotrol memiliki kesamaan usia dengan kelompok kasus
glaukoma.

Proses penelitian :
a) Semua pasien dijelaskan tentang penyakit prognosis dan biaya pengobatannya,
lembar persetujuan tertulis juga didapatkan dari seluruh pasien.
b) Pasien yang memenuhi kriteria penelitian menjalani pemeriksaan okular :
evaluasi visus, slit lamp biomikriskop, tekanan intra okular dengan tonometer
applanasi Goldmann, gonioskopi menggunakan genioskop 2 kaca Goldmann
dan papil saraf optik dievaluasi dengan lensa 90 D, lapang pandang diperiksa
dengan Analisator Lapang Pandang Humphrey. Pengelompokan keparahan dari
penyakit glaukoma berdasarkan Klasifikasi Hodapp-Parish-Anderson.
c) Penilaian Kualitas hidup : IND VFQ33 adalah kuisioner dengan 33 item
pertanyaan yang terbagi menjadi 3 bagian.
i. Bagian Fungsi umum terkait dengan penglihatan jauh, penglihatan
dekat, ambulasi, penglihatan malam, adaptasi gelap, penglihatan warna,
persepsi kedalaman. Terdiri dari 21 pertanyaan, rentang skornya 21 –
105.
ii. Bagian 2 Dampak Psikososial berisi tentang perasaan pasien terkait
penglihatan yang jelek : pasien takut bepergian malam hari, takut akan
membebani keluarga, takut kehilangan penglihatannya. Terdiri dari 5
pertanyaan dengan rentang skor 5 – 20.
iii. Bagian 3 ialah tentang gejala visual berisi mengenai gejala-gejala visual
yang sering muncul seperti tidaknyaman, silau, dan pandangan kabur.
Terdiri dari 7 pertanyaan dengan rentang skor 1-28. Nilai kualitas hidup
didapatkan dari penjumlahan skor dari ketiga domain pertanyaan, skor
minimal ialah 33 dan skor maksimal ialah 153, makin tinggi skornya
maka kualitas hidupnya semakin jelek. Skor kualitas hidup
diklasifikasikan berdasarkan kuartil menjadi kelompok (1) tidak ada
kesulitan (<25% ; 33--38), (2) kesulitan ringan (25-50% ; 38-44), (3)
kesulitan sedang (>50-75% ; 44-73) dan (4) kesulitan parah (>75% ;
>73)
d) Follow-up :Pasien dinilai lagi setelah 3 bulan mendapatkan terapi hipotensi
okular. Evaluasi terdiri dari pemeriksaan visus, slit lamp, TIO, penilaian diskus
optik, lapang pandang, kuisoner kualitas hidup.

5. Hasil
Karakteristik populasi studi penelitian ditunjukkan pada tabel 1. Kelompok glaukoma
dan kelompok kontrol, aspek usia, jenis kelamin dan dapat membaca hampir mirip
diantara keduanya (P=0.71, 0.91 dan 0.18).

Perbandingan skor nilai kualitas hidup menggunakan IND-VFQ33 pada kedua


kelompok ditunjukkan pada tabel 2. Terdapat perbedaan yang signifikan baik pada skor
totalmaupun skor tiap domain kuisioner kualitas hidup (P<0.001)

Skor penialaian ulang dari kualitas hidup pasien setelah mendapatkan terapi hipotensi
okular pada kelompok glaukoma ditunjukkan pada tabel 3, terlihat adanya skor kualitas
hidup memburuk terutama pada domain fungsi umum dan dampak psikososial.
Pada tabel 4 menampilkan hasil analisis multipel regresi linear untuk mengetahui faktor
yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup berdasarkan dari kuisioner
INDVFQ33. Yang memiliki nilai signifikan ialah visus dari mata yang paling baik dan
penggunaan lebih dari 2 obat hipotensi.

Tabel 5 menunjukkan hal-hal yang sangat berbeda antara kelompok kontrol dan
kelompok glaukoma.

Perbedaan pada pasien glaukoma primer sudut terbuka (POAG) dan pasien glaukoma
sudut tertutup (POCG) diuraikan pada tabel 6. Kelompok pasien glaukoma primer sudut
tertutup memiliki visus yang lebih buruk, dan skor kualitas hidup yang lebih buruk.
6. Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa pada pasien glaukoma yang mendapat terapi inisial
antiglaukoma, mengalami perburukan dari kualitas hidup. Maka dari itu dari pihak
pelayan kesehatan harus menjelaskan kepada pasien mengenai perjalanan penyakit dan
meyakinkan pasien untuk tetap menjalani pengobatan walaupun tidak tampak
keuntungan yang signifikan ataupun justru malah memburuk.
7. Manfaat
Dengan membaca jurnal ini, manfaat yang saya dapatkan ialah pasien dengan diagnosis
glaukoma sangat memerlukan diagnosis lebih awal untuk prognosis penyakit yang lebih
baik, karena dalam perjalanan penyakitnya, tekanan intraokular yang tinggi pada
glaukoma dapat menyebabkan kerusakan dari saraf optik. Terutama untuk ras Asia
yang memiliki faktor resiko lebih tinggi untuk onset lebih awal, diagnosis tertunda dan
kehilangan pandangan yang berat. Terapi inisial dari glaukoma berfokus pada tekanan
intraokular, dimana preparat topikal β adrenergic blocker agents biasanya diberikan
kepada pasien dengan tujuan untuk supresi dari produksi humor aqueous. Studi dalam
jurnal ini menunjukkan gambaran bahwa pasien dengan glaukoma memiliki lebih
banyak kesulitan terkait pandangannya dibandingkan dengan pasien gangguan refraksi,
dapat dilihat pula dalam studi ini, pasien glaukoma yang telah menjalani terapi inisial
tidak mengalami perbaikan dalam kualitas hidup terkait pandangan berdasarkan
kuisioner IND-VFQ-33. Dengan membaca jurnal ini, dapat dipahami bahwa tugas
dokter untuk memberikan edukasi yang baik kepada pasien dengan gangguan
penglihatan terutama glaukoma harus menjadi perhatian, karena pasien dengan
gangguan penglihatan tentu mengharapkan fungsi penglihatannya menjadi baik setelah
menjalani pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai