Jurnal Reading Mata
Jurnal Reading Mata
Jurnal Reading Mata
Proses penelitian :
a) Semua pasien dijelaskan tentang penyakit prognosis dan biaya pengobatannya,
lembar persetujuan tertulis juga didapatkan dari seluruh pasien.
b) Pasien yang memenuhi kriteria penelitian menjalani pemeriksaan okular :
evaluasi visus, slit lamp biomikriskop, tekanan intra okular dengan tonometer
applanasi Goldmann, gonioskopi menggunakan genioskop 2 kaca Goldmann
dan papil saraf optik dievaluasi dengan lensa 90 D, lapang pandang diperiksa
dengan Analisator Lapang Pandang Humphrey. Pengelompokan keparahan dari
penyakit glaukoma berdasarkan Klasifikasi Hodapp-Parish-Anderson.
c) Penilaian Kualitas hidup : IND VFQ33 adalah kuisioner dengan 33 item
pertanyaan yang terbagi menjadi 3 bagian.
i. Bagian Fungsi umum terkait dengan penglihatan jauh, penglihatan
dekat, ambulasi, penglihatan malam, adaptasi gelap, penglihatan warna,
persepsi kedalaman. Terdiri dari 21 pertanyaan, rentang skornya 21 –
105.
ii. Bagian 2 Dampak Psikososial berisi tentang perasaan pasien terkait
penglihatan yang jelek : pasien takut bepergian malam hari, takut akan
membebani keluarga, takut kehilangan penglihatannya. Terdiri dari 5
pertanyaan dengan rentang skor 5 – 20.
iii. Bagian 3 ialah tentang gejala visual berisi mengenai gejala-gejala visual
yang sering muncul seperti tidaknyaman, silau, dan pandangan kabur.
Terdiri dari 7 pertanyaan dengan rentang skor 1-28. Nilai kualitas hidup
didapatkan dari penjumlahan skor dari ketiga domain pertanyaan, skor
minimal ialah 33 dan skor maksimal ialah 153, makin tinggi skornya
maka kualitas hidupnya semakin jelek. Skor kualitas hidup
diklasifikasikan berdasarkan kuartil menjadi kelompok (1) tidak ada
kesulitan (<25% ; 33--38), (2) kesulitan ringan (25-50% ; 38-44), (3)
kesulitan sedang (>50-75% ; 44-73) dan (4) kesulitan parah (>75% ;
>73)
d) Follow-up :Pasien dinilai lagi setelah 3 bulan mendapatkan terapi hipotensi
okular. Evaluasi terdiri dari pemeriksaan visus, slit lamp, TIO, penilaian diskus
optik, lapang pandang, kuisoner kualitas hidup.
5. Hasil
Karakteristik populasi studi penelitian ditunjukkan pada tabel 1. Kelompok glaukoma
dan kelompok kontrol, aspek usia, jenis kelamin dan dapat membaca hampir mirip
diantara keduanya (P=0.71, 0.91 dan 0.18).
Skor penialaian ulang dari kualitas hidup pasien setelah mendapatkan terapi hipotensi
okular pada kelompok glaukoma ditunjukkan pada tabel 3, terlihat adanya skor kualitas
hidup memburuk terutama pada domain fungsi umum dan dampak psikososial.
Pada tabel 4 menampilkan hasil analisis multipel regresi linear untuk mengetahui faktor
yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup berdasarkan dari kuisioner
INDVFQ33. Yang memiliki nilai signifikan ialah visus dari mata yang paling baik dan
penggunaan lebih dari 2 obat hipotensi.
Tabel 5 menunjukkan hal-hal yang sangat berbeda antara kelompok kontrol dan
kelompok glaukoma.
Perbedaan pada pasien glaukoma primer sudut terbuka (POAG) dan pasien glaukoma
sudut tertutup (POCG) diuraikan pada tabel 6. Kelompok pasien glaukoma primer sudut
tertutup memiliki visus yang lebih buruk, dan skor kualitas hidup yang lebih buruk.
6. Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa pada pasien glaukoma yang mendapat terapi inisial
antiglaukoma, mengalami perburukan dari kualitas hidup. Maka dari itu dari pihak
pelayan kesehatan harus menjelaskan kepada pasien mengenai perjalanan penyakit dan
meyakinkan pasien untuk tetap menjalani pengobatan walaupun tidak tampak
keuntungan yang signifikan ataupun justru malah memburuk.
7. Manfaat
Dengan membaca jurnal ini, manfaat yang saya dapatkan ialah pasien dengan diagnosis
glaukoma sangat memerlukan diagnosis lebih awal untuk prognosis penyakit yang lebih
baik, karena dalam perjalanan penyakitnya, tekanan intraokular yang tinggi pada
glaukoma dapat menyebabkan kerusakan dari saraf optik. Terutama untuk ras Asia
yang memiliki faktor resiko lebih tinggi untuk onset lebih awal, diagnosis tertunda dan
kehilangan pandangan yang berat. Terapi inisial dari glaukoma berfokus pada tekanan
intraokular, dimana preparat topikal β adrenergic blocker agents biasanya diberikan
kepada pasien dengan tujuan untuk supresi dari produksi humor aqueous. Studi dalam
jurnal ini menunjukkan gambaran bahwa pasien dengan glaukoma memiliki lebih
banyak kesulitan terkait pandangannya dibandingkan dengan pasien gangguan refraksi,
dapat dilihat pula dalam studi ini, pasien glaukoma yang telah menjalani terapi inisial
tidak mengalami perbaikan dalam kualitas hidup terkait pandangan berdasarkan
kuisioner IND-VFQ-33. Dengan membaca jurnal ini, dapat dipahami bahwa tugas
dokter untuk memberikan edukasi yang baik kepada pasien dengan gangguan
penglihatan terutama glaukoma harus menjadi perhatian, karena pasien dengan
gangguan penglihatan tentu mengharapkan fungsi penglihatannya menjadi baik setelah
menjalani pengobatan.