5 Level Prevention
5 Level Prevention
5 Level Prevention
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-
pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya
tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Contoh :
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses
interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah
pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko
terkena penyakit tertentu.
Contoh :
Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit dengan
adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )
Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu
burung ditempatkan di ruang isolasi.
Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja dengan
menggunakan alat perlindungan diri.
Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun
maupun alergi.
Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan jumsih “ jum’at
bersih “ untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama – sama.
Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS
1. 3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
Contoh :
Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia diberikan tablet Fe dan
dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi
Mencari penderita dalam masyarakat den
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang
telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta
mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Contoh :
Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat
Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan –
gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.
Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif.
Contoh :
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-
lain.
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya dengan
tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah
cacat mampu mempertahankan diri.
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia
sembuh dari suatu penyakit.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkatan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark,
sebagai berikut :
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati
penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan
kesehatn yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap
ini.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini penyakit
kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan
diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi
atau kolposcopy
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
1) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
2) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
3) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
- Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan : misalnya
pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan
- Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang telah
berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar
derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain
yang perlu misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya.
- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit
pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa
berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat
serta keahlian tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu
diberikan.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
- Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi
misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
- Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
- Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
- Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan
latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu oorang yang cacat stelah sembuh dari
penyakit, kadang-kadang malu untik kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula
masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh
sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat
tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat.
Pusat-pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Usaha pencegahan dan kejadian penyakit
Bila seseorang seseorang jatuh sakit; dengan pengobatan akan terjadi tiga kemungkinan
yaitu :
a. Sembuh sempurna.
b. Sembuh dengan cacat
c. Tidak sembuh lagi (meninggal)
yang terbaik yaitu bila terjadi kesembuhan secar sempurna seandainya terjadi kecacatan,
maka alat tubuh yang cacat ini akan tetap dimilikinya dan seringkali merupakan beban
(penderitaan) untuk selama-lamanya.
Bila alat-alat mobil rusak,kit adapt membeli yang baru untuk menggantinya,dan ia akan
berfungsi lagi dengan baik,seolah-olah mobil tersebut dalam keadaan baru kembali.
Lain halnya dengan alat tubuh manusia, bila rusak (sakit) kita hanya berusaha untuk
memperbaikinya (mengobatinya)dengan segala daya, dan tetap memakainya lagi,
walaupun perbaikannya tidak mencapai kesempurnaan (cacat).
Penggantian dengan alat buatan (prothese),tidak akan menjadi sebaik seperti asalnya.
Karena itu sangatlah bijaksana, bila kita selalu serprinsip lebih baik mencegah timbulnya
penyakit dari pada mengobati maupun merehabilitasinya
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara garis
besarnya terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yaitu:
Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang
sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya. Pada
dasarnya pelayan kesehatan ini dilaksanakan oleh kelompok profesi kesehatan
masyarakat.
Pelayanan kuratif dan rehabilitative, adalah pelayanan kelompok masyarakat yang
sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya. Pada
prinsipnya pelayanan kesehatan jenis ini dilakukan kelompok profesi kedokteran.
Maka, berdasarkan jenis aspek pelayanan kesehatan ini, promosi kesehatan mencakup 4
pelayanan, yaitu:
a) Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran pada tingkat ini adalah pada kelompok sehat, dengan tujuan agar mereka mampu
meningkatkan kesehatannya.
b) Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Sasaran pada tingkat ini adalah kelompok yang beresiko tinggi –high risk), misalnya
kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok dan lain-lain.
c) Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran pada tingkat ini adalah para penyakit –pasien), terutama untuk penderita
penyakit-penyakit kronis seperti: asma, diabetes mellitus –gula), rematik, hipertensi dan
lain-lain.
d) Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitative
Sasaran pada tingkat ini adalah pasien atau penderita yang baru sembuh dari sakit –
recovery). Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah agar mereka ini
segera pulih kembali kesehatannya, dan atau mengurangi kecacatan seminimal mungkin.
2. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan –tempat pelaksanaan):
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga -rumah tangga)
Untuk mencapai perilaku sehat masyarkat, maka harus dimulai pada tatanan masing-
masing keluarga. Dari teori pendidikan dikatakan, bahwa keluarga adalah tempat
persemaian manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga.artinya, sekolah merupakan tempat
lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak, termasuk perilaku kesehatan. Peran
guru dalam promosi kesehatan di sekolah sangatlah penting, karena guru pada umumnya
lebih dipatuhi anak-anak daripada orangtua.
c. Promosi kesehatan pada tempat kerja
Resiko yang ditanggung oleh masin-masing pekerja ini berbeda satu sama lainnya,
tergantung pada lingkungan kerja masing-masing karyawan tersebut.Oleh karena itu,
promosi kesehatan dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau tempat kerja yang
kondusif bagi karywan atau pekerjanya.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum –TTU)
Di tempat umum juga perlu diadakan promosi kesehatan dengan menyediakan fasilitas-
fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya, misalnya cuci
tangan, kantin dan lain-lain. Tersedianya poster, penyediaan laflet atu selebaran yang
berisi cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan adalah juga merupakan bentuk
promosi kesehatan.
e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan ini dapat dilakukan baik
secara individu oleh para petugas kesehatan kepada para pasien atau keluarga psien, atau
dapat dilakukan terhadap kelompok-kelompok, misalnya kelompok penderita penyakit
tertentu. Promosi kesehatan juga dpat dilakukan secara masal, yakni seluruh
pengunjung intitusi pelayanan kesehatan tersebut.