ASKEP Apendiksitis
ASKEP Apendiksitis
ASKEP Apendiksitis
DI SUSUN
THEOFILUS DENDI
SAYOGI
ROBIN ROFIANDI
FATUR ROHMAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWAN
2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
APENDIKSITIS
A. Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
Appendiksitis merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing).
Kira-kira 7% populasi akan mengalami appendiks pada waktu yang bersamaan
dalam hidup mereka. Pria lebih cenderung terkena appendiks dibanding wanita.
Appendiks lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun.
Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan
prosedur atau pendekatan endoskopi.
B. Klasifikasi Apendisitis
1. Apendisitis akut tanpa komplikasi / perforasi
2. Apendisitis akut dengan komplikasi / perforasi ( peritonitis, abses / infiltrat )
C. Etiologi
1. Penyebab belum pasti
2. Faktor yang berpengaruh :
3.Obstruksi : hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalt (massa keras dari
feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).
4. Infeksi : E.Coli dan steptococcus.
5. Tumor
D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebaban oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah.
Pathway
Apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Nyeri
Aliran darah terganggu
Apendicitis
perforasi
Cemas pembedahan/operasi
Resiko infeksi
E. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemuh, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih
atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung
pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur
appendiks
F. Komplikasi
1. Perforasi
Terjadi pada 20 % penderita terutama usia lanjut. Rasa nyeri
bertambah dahsyat dan mulai dirasa menyebar, demam tinggi ( rata –
rata 38,3oC ). Jumlah leokosit yang meninggi merupakan tanda khas
kemungkinan sudah terjadi perforasi
2. peritonitis
Peritonitis lokal merupakan akibat dari apendicitis yang telah
mengalami gangrene. Sedangkan peritonitis umum adalah merupakan
tindak lanjut dari pada peritonitis lokal tersebut. Bertambahnya rasa
nyeri, defans musculer yang meluas, distensi abdomen, bahkan ileus
paralitik, merupakan gejala peritonitis umum. Bila suhu badan
meningkat dan timbul gejala sepsis, menunjukan peritonitis yang
makin berat.
3. abses / infiltrat
Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen
kanan bawah. Seperti tersebut diatas karena perforasi terjadilah ”
walling off ” ( pembentukan dinding ) oleh omentum atau vicera
lainnya, sehingga terabalah massa (infiltrat) di regio abdomen kanan
bawah tersebut. Massa mula – mula bisa berupa plegmon, kemudian
berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Dengan USG bisa
terdeteksi adanya pembentukan abses ini. Untuk massa atau infiltrat
ini, beberapa ahli menganjurkan pemberian anti biotika dulu. Setelah 6
minggu kemudian dilakukan apendektomi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penyebaran infeksi.
G. Penatalaksanaan
1. Apendektomi
2. Cito bersifat akut, abses, dan perforasi
3. elektif
H. Persiapan operasi
1. pasien di puasakan selama 8 jam, os mulai puasa jam 12 malam
2. Mencocokan identitas ( nama, RM, nomor).
3. Hasil pemeriksaan penunjang, lab dan radiologi
4. Memastikan imform consent, persetujuan oprasi, dan anestesi.
5. pasien di masukan keruangan, dan di lakukan serah terima pasien
antara perawat bangsal dengan perawat ok.
6. Memeriksa kembali apakah pasien memakai gigi palsu, atau
perhiasan.
7. memastikan pasien diruangan terpasang infus atau belum.
8. Loding cairan infuse RL
9. Pasien dibawa kekamar operasi dengan mengunakan brankard.
b.Pemeriksaan fisik
Pertama periksalah kedaan umum pasien.apakah pasien
tampak pucat, kuning, sianosis, dehidrasi, malnutrisi, edema,
sesak, atau kesakitan? Selanjutnya perhatikan jalan napas bagian
atas dan pikirkan bagaimana pentalaksanaan selanjutnya selama
anestesi. Apakah jalan napas mudah tersumbat? Apakah intubasi
akan sulit atau mudah? Apakah pasien ompong atau memakai gigi
palsu atau mempunyai rahang yang kecil, yang akan mempersulit
laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau
kekakuan leher? Apakah ada pembengkakan abnormal pada leher
yang mendorong saluran napas bagian atas?
Periksalah apakah pasien menderita penyakit jantung atau
pernapasan, lihatlah bentuk dada dan aktifitas otot pernapasan,
rabalah trakea apakah tertarik oleh karena fibrosis, kolaps sebagian
atau seluruh paru, atau pneumotoraks. Lakukan perkusi pada
dinding dada bila terdengar redup kemungkinan kolaps paru atau
efusi. Dengarkan apakah ada wheezing atau ronkhi kasar yang
menandakan adanya obtruksi bronkhus.
Perhatikan juga abdomen. Pembesaran hepar mungkin
disebabkan oleh penggunaan alkohol atau penyakit hepar lainnya,
yang akan berpengaruh terhadap obat anestesi yang akan di
gunakan. Pemerikasaan lain (seperti tes laboratorium, radiologi
dan EKG).
J. Jenis anestesi
General.
N. Diagnosa Keperawatan
a. Preoperasi
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan masalah
pembiusan / operasi
b. intra operasi
1. resiko gangguan keseimbangan cairan hipovolemia dan
hipervolemia berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh
darah dampak obat anestesi
2. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
neromusculer dampak sekunder obat pelumpuh otot pernafasan /
obat general anestesi
3. hipotermi berhubungan dengan berada atau terpapar dilingkungan
yang dingin.
c. post operatif
1. bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus
banyak, sekresi tertahan efek dari general anestesi
2. nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik ( tindakan operasi ) luka
insizi operasi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN APENDICITIS
2 Defisit perawatan diri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC :
jam klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri Self Care assistane : ADLs
kelemahan fisik
sehari-hari, dengan criteria : Monitor kemempuan klien untuk
Batasan karakteristik : ketidakmampuan Klien terbebas dari bau badan perawatan diri yang mandiri.
untuk mandi, ketidakmampuan untuk Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, untuk melakukan ADLs bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
ketidakmampuan untuk toileting Dapat melakukan ADLS dengan bantuan berhias, toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri,
tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
3 Cemas berhubungan dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC :
jam, klien mampu mengontrol cemas, dengan criteria : Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
status kesehatan
Klien mampu mengidentifikasi dan Gunakan pendekatan yang menenangkan
Ditandai dengan mengungkapkan gejala cemas Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Gelisah Mengidentifikasi, mengungkapkan dan pelaku pasien
Insomnia menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Resah Vital sign dalam batas normal dirasakan selama prosedur
Ketakutan Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan Pahami prespektif pasien terhdap situasi
Sedih tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya stres
Fokus pada diri kecemasan Temani pasien untuk memberikan
Kekhawatiran keamanan dan mengurangi takut
Cemas Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
4 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC :
jam, klien mampu menjaga status imun dan mengontrol Infection Control (Kontrol infeksi)
prosedur invasive, insisi pembedahan,
resiko infeksi, dengan criteria : Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pemasangan infuse Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi pasien lain
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko :
factor yang mempengaruhi penularan serta Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif
penatalaksanaannya, Instruksikan pada pengunjung untuk
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk
menghindari paparan patogen Menunjukkan kemampuan untuk mencegah mencuci tangan saat berkunjung dan
- Trauma timbulnya infeksi setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Kerusakan jaringan dan peningkatan Menunjukkan perilaku hidup sehat Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
paparan lingkungan tangan
- Ruptur membran amnion Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Agen farmasi (imunosupresan) tindakan kperawtan
- Malnutrisi Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Peningkatan paparan lingkungan pelindung
patogen Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Imonusupresi pemasangan alat
- Ketidakadekuatan imum buatan Ganti letak IV perifer dan line central dan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder dressing sesuai dengan petunjuk umum
(penurunan Hb, Leukopenia, Gunakan kateter intermiten untuk
penekanan respon inflamasi) menurunkan infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan tubuh Tingktkan intake nutrisi
primer (kulit tidak utuh, trauma
Berikan terapi antibiotik bila perlu
jaringan, penurunan kerja silia, cairan
tubuh statis, perubahan sekresi pH,
Infection Protection (proteksi terhadap
perubahan peristaltik)
infeksi)
- Penyakit kronik
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
PK : Perdarahan
NOC NIC Rasional
Perdarahan berhenti NIC : Pencegahan sirkulasi
Indikator : Aktifitas :
- Luka sembuh kering, bebas pus, 1. Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi, cek nadi, edema, 1. Penanda gangguan sirkulasi darah dan
tidak meluas pengisian kapiler, dan perdarahan disaat merawat luka antisipasi kekurangan HB
- HB tidak kurang dari 10 gr dl 2. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah
luka dengan kassa steril dan tutup dengan tehnik aseptic
3. Kelola terapi sesuai order
2. Menghentikan perdarahan dan menghindari
perluasan luka
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn k.
Umur : 26 tahun
Alamat : pandem 1V sidoluhur, Godean.
Jenis kelamin : laki-laki
Status Perkawinan : belum menikah
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
No MR : 130227
Pekerjaan : swasta
Diagnosa Medis : Apendicitis
Status : ASA 1
Identitas penanggung Jawab
Nama : Ny, Asmidiyati
Umur : 45 Thn
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
Jenis anestesi : Genaeral anestesi
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan demam panas + /- 1
Sakit diperut bagian kanan bawah, mual, munyah, nyeri tekan
abdomen bagian kanan bawah.
b. Riwayat Penyakit dahulu
Os mengatakan sebelumnya hanya sakit biasa seperti pilek,
batuk, tidak pernah sampai oprasi, hanya berobat kedokter,
minum obat sembuh.
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis.
Status Fisik : TB 162 cm, BB 60 kg.
Tanda-tanda Vital : TD 120/80 mmhg. DN 80 x/ mnt. Napas 16 x/mnt.
Kepala rambut os lurus, panjang, warna hitam, kulit kepala
bersih, tidak ada ketombe..Mata os simetris, tidak ada gangguan
penglihatan, tidak mengunakan alat bantu penglihatan. Telingga
Bentuk daun telingga simetris, tidak mengunakan alat bantu
pendengaran, os tidak memakai anting. Hidung tampak bersih, tampak
rambut hidung, tidak ada kelainan pada hidung.Mulut DBN, tidak
mengunakan gigi palsu, gigi masih utuh, tidak berlobang. Leher tidak
ada terdapat pembesaran kelenjar tyroid, dan node lymfe. Dada
bentuk simetris, tidak ada benjolan dituang costae saat pasien
bernafas, tidak ada nyeri tekan, payu dara simetris tidak ada
kelainan, bunyi paru vesikuler.Abdomen bentuk abdomen rata, tidak
ada benjolan, acites, dan distensi, nyeri tekan abdomen bagian kanan
bawah di titik mac burnay. Genetalia terdapat rambut pubis, tidak ada
penyakit kulit dan kelamin. Extremitas tidak ada terdapat kelainan,
tidak ada udem. Alergi os mengatakan tidak pernah alergi obat, atau
makan
4. Pemeriksaan penunjang
Larigoscope,
Ett no 6,5
plester
mandrin
alat monitor
7. Analisa Data
Analisa data dan masalah yang terjadi, pre-op, intra-Op, dan Post-Op.
No Tgl/jam Data Masalah Etiologi
1 1-7-2009 S= Os mengatakan Cemas / takut Kurang
10:00 takut menjalani berhubungan imformasi
oprasi, dan tidak dengan kurang tentang
tahu tindak apa pengetahuan penyakit,
yang akan tentang oprasi oprasi, dan
dilakukan. dan prosedur prosedur
O=os tampak oprasi. oprasi.
gelisah, TD 110/60
mmhg.DN
84X/MNT
2 1-7- S= Aktual / resiko Efek
2009 O= Os terpasang tinggi bersihan anastesi,
11:25 Gudel nafas os jalan nafas obat ,dan
dibantu dengan O2, tidak efektif alat, ( gubel).
os tidak dapat berhubungan
bernafas dengan efek
spontan.TD110 /95 anestesi, obat,
mmhg, DN dan alat.
80x/mnt, SpO2 99
%
3 1-7- S= Bersihan jalan Adanya
2009/ O=os tampak susah Nafas tidak akumulasi
11:50 bernafas setelah efektif secret/lendir.
dilakukan ekstubasi berhubungan
, banyak lender dengan
keluar dari akumulasi
mulut.TD 120/70 secret/lendir.
mmhg. DN
75x/mnt.
B. Diagnosa Keperawatan
1. cemas/takut berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
oprasi, dan prosedur oprasi.
2. Aktual/resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan efek anestesi, obat, dan alat
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
akumulasi scret/lendir. Kebutuhan O2 dalam tubuh pasien
terpenuhi.
I.Perencanaan, Pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan
N Dx.
Tujuan Intervensi Rasional implementasi Evaluasi
o Kep
1 1 Setelah mendapatkan a.Kaji ulang tingkat a.Dengan mengkaji Tgl 1-7-2009, jam S= Os mengatakan
penjesan tentang kecemasan pasien. kecemasan pasien 10:00. rasa cemas sudah
prosedur, tidakan oprasi, mempermudah dalam -Menkaji dan berkurang.
rasa cemas os berkurang. b.Ciptakan lingungan memilih alternative dalam mengidentifikasi
Wajah os tampak rilek, os tenang , aman, tindakan. tingkat kecemasan O=Expresi wajah Os
mengungkapkan perkenalkan diri pada b.Dengan merasa aman dan pasien tampak rileks, TD
perasaannya dengan baik. pasien, dan berikan rasa tenang, pasien tidak takut -Mendorong pasien 110/60 mmhg, Dn 84
empati. mengungkapkan rasa takut. untuk x/mnt,
c.Dengan berdoa dapat mengungkapkan rasa
c.Anjurkan pasien untuk menberikan ketenangan cemas, dan A Rasa cemas Os
berdoa. hati , dan dapat mendengarkan sudah berkurang.
meningkatkan keberanian ungkapan pasien
untuk menjalai oprasi. dengan penuh P=Intervensi di
perhatian. teruskan sebagian
-Memberikan dampingi Os.
kesempatan pada
pasien untuk berdoa. Paraf/ dendi
2 2 -Kebutuhan O2 dalam a.Ukur tanda-tanda vital a.Cara yang mudah untuk Tgl 1-7-2009.jam S=
tubuh pasien terpenuhi. tiap lima menit. mengetahi perubahan 11:25. O= K/U os terpasang
adanya gangguan pada pola .Mengukur tanda- alat intubasi, TD
-Selama oprasi keadaan b.Observasi pemakaian napas pasien, serta keadaan tanda vital dan 110/90 mmhg, DN 80
nafas pasien tetap stabil. intubasi tetap terpasang, pasien. mendokumntasikann x/mnt, SpO2 99
-Efek anestesi dapat auskultasi jantung dan b.Untuk memastikan alat ya, tiap lima menit. %.Alat intubasi
diatasi pau-paru, dan mengkaji intubasi tetap terpasang . terpasang, os tampak
monitor. Pengkajian yang akurat .Mengoservasi alat belum bias bernafas
mempermudah mengetahi intubasi. Auskultasi sendiri, masih
kelainan pada nafas pasien. jantung dan paru- mengunakan alat.
paru. A= Os belum bisa
bernafas spontan.
suplai O2 dalam tubuh
diberikan mengunakan
alat bantu ( dibeging).
P= intervensi
diteruskan.
Paraf/dendi
S=
Jam 11:50 O=Os tampak masih
3 -Setelah dilakukan Askep a.Kaji terus tanda-tanda a.Untuk mengetahui , tingkat -mengkaji TTV terpasang O2,
3 jalan nafas Os tetap Vital. kesadaran os, sebagai pasien. berbaring rata, os
bersih. O2 dalam batas indikator sederhana. sudah bias bernapas
normal.secret teratasi -Melakukan suction tanpa alat bantuan
b.Lakukan suction b.membantu untuk dengan alat suction ( ett), lendir/secret
mengeluarkan lendir /scret ( setelah extubasi sudah berkurang.
yang menghalangi airway ETT).
c.pastikan posisi -Memastikan posisi A=masalah sebagian
airway tetap baik. c.membantu membebaskan airway. teratasi.
jalan nafas
P=Intervesi
diteruskan kaji Tanda-
tanda vital.
Paraf/dendi
DAFTAR PUSTAKA
……… 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah II. PSIK FK.Unair. TA: 2000/2001.
Surabaya.
Rothrock,Jane C. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC.
Jakarta.
Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi. EGC.
Jakarta