50% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
146 tayangan50 halaman

Spo MFK k3RS

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 50

ALUR EVAKUASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


01 1/1

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS


PENGERTIAN Alur evakuasi adalah suatu sistem arahan menggunakan tanda
berupa arah panah untuk membimbing/ mengarahkan seseorang
dalam keadaan darurat bencana (kebakaran, gempa bumi dan lain
sebagainya) sampai pada titik kumpul aman.
TUJUAN Untuk memberikan informasi arahan/ petunjuk kepada seseorang
agar dapat menuju kepada titik kumpul aman.
KEBIJAKAN
PROSEDUR

APABILA TERJADI KEADAAN LAPOR KEPADA SECURITY AGAR


DARURAT KEBAKARAN / DAPAT MEMBERI BANTUAN ATAU
GEMPA BUMI MEMINTA BANTUAN

TENANG DAN JANGAN PANIK, JALAN


DENGAN TERTIB

GUNAKAN TANGGA DARURAT/RAMP DAN JANGAN


MENGGUNAKAN LIFT, IKUTI ARAH PANAH JALUR
EVAKUASI ATAU IKUTI ARAHAN DARI PETUGAS
EVAKUASI (SECURITY)

AMANKAN TITIK KUMPUL

UNIT TERKAIT Seluruh unit terkait

PENANGANAN AIR BERSIH


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS


PENGERTIAN Penanganan air bersih adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya
penyediaan air bersih bagi proses operasional rumah sakit.
TUJUAN 1. Tercapainya kinerja efektif dan efisien dalam melakukan
pekerjaan.
2. Menghindari terjadinya kekosongan air bersih pada saat
dibutuhkan.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Pelaksana adalah Petugas Tekniksi sipil.
2. Setiap hari pada pukul 08.00 WIB lakukan pemeriksaan rutin
terhadap air yang masuk (air tanah) mengenai kualitas dan
kuantitas air.
3. Periksa kebocoran air bersih, debit air, fungsi pompa air, reservoir
bawah tanah dan diatas tanah, fungsi kran, otomatis kran dan
stop kran.
4. Bersihkan / kuras bak reservoir yang berada diatas tanah setiap 1
(satu) bulan sekali dan 6 (enam) bulan sekali untuk pembersihan
filter.
5. Apabila air tanah mati maka petugas akan menghubungi ke pihak
penyedia air dari mata air dan dikirim dengan menggunakan
tangki.
6. Apabila terjadi gangguan penyediaan air tanah karena kerusakan
instalasi atau kerusakan pompa, segera perbaiki dengan cepat
hingga tuntas.
7. Setiap petugas teknisi bertanggung jawab membuat program
pemeliharaan instalasi air dan membuat laporan harian tertulis
didalam buku harian masing-masing.

UNIT TERKAIT Bagian Rumah Tangga, Panitia K3 RS, Kesling


PENANGANAN LISTRIK PADAM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/3
Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL

dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS


PENGERTIAN Penanganan listrik padam adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menangani segala sesuatu yang terjadi berhubungan dengan
putusnya arus listrik di rumah sakit.
TUJUAN 1. Menghindari terjadinya kepanikan pada pasien, pengunjung, dokter
serta karyawan yang berada di rumah sakit.
2. Guna menghindari hal yang tidak diinginkan sehingga mengganggu
proses perawatan pasien di rumah sakit.
3. Tercapainya kinerja efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Pelaksana adalah :
A. Teknisi melibatkan seluruh personil Teknisi baik teknisi listrik
maupun sipil yang sedang bertugas sesuai dengan uraian
tugas masing-masing.
B. Security, melibatkan seluruh personil security yang sedang
bertugas.
C. Perawat, melibatkan seluruh perawat sesuai dengan uraian
tugas di ruangan masing-masing.
D. Seluruh karyawan di RS Citama, sesuai fungsi masing-
masing.

2. Jika listrik di rumah sakit padam, yang harus dilakukan petugas


adalah :
PENANGANAN LISTRIK PADAM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 2/3
Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS


A. Petugas Tekniksi listrik
1. Segera menghidupkan Genset dan memasukan suplai
listrik ke rumah sakit dengan prosedur :
1). Over COS diruang Genset ke posisi emergency.
2). Over COS diruang panel induk 1 ke posisi emergency.
3). Over COS diruang panel induk 2 ke posisi emergency.
Pelaksanaan seluruh proses diatas dilaksanakan dengan
memakan waktu maksimal 30 detik setelah listrik dari PLN
padam.
2. Setelah Genset hidup petugas teknik melakukan kontrol
untuk memeriksa adakah fungsi peralatan yang terganggu
akibat pemindahan arus tenaga listrik dari PLN ke Genset.
3. Petugas tekniksi yang ditugaskan sebagai operator genset
menjaga kinerja Genset untuk tetap stabil (sesuai SPO
Penggunaan dan SPO Pemeliharaan Genset)
B. Petugas Security
1. Memeriksa lift, segera mengeluarkan jika ada penumpang
lift yang terjebak.
2. Membantu perawat dalam memobilisasi pasien dengan
status emergency yang membutuhkan fasilitas lift.
3. Jika semua lift mati, petugas satpam meminta bantuan
teknisi untuk mengoperasikan lift secara manual.
PENANGANAN LISTRIK PADAM
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 3/3
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
4. Melakukan pengontrolan terhadap seluruh area rumah
sakit terutama memeriksa tempat-tempat beresiko dan
berbahaya.
C. Perawat
1. Menghubungi teknisi untuk mengetahui penyebab
padamnya listrik dan perkiraan lamanya pemadaman.
2. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien
tentang pemadaman listrik.
3. Menjaga suasana ruang perawatan untuk tetap tenang.
4. Meningkatkan kewaspadaan.
5. Memeriksa semua sarana dan peralatan terutama yang
sedang digunakan pasien jika mengalami gangguan
segera laporkan pada Teknisi.
D. Petugas yang lain
1. Meningkatkan kewaspadaan.
2. Menjaga suasana ruang tempatnya bertugas untuk tetap
tenang.
3. Memeriksa semua sarana dan peralatan di ruang masing-
masing, apakah mengalami gangguan dan segera
melaporkan pada teknisi.
UNIT TERKAIT Teknisi
RENOVASI / PEMBANGUNAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN 1. Renovasi adalah pembangunan ulang atau pembetulan/perbaikan
yang sesuai dibutuhkan
2. Bangunan adalah sarana, prasarana atau infrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun
peradabannya seperti halnya jembatan dan kontruksinya serta
rancangannya
3. Renovasi bangunan adalah pembangunan ulang atau pembetulan
sarana, prasarana atau infrastruktur
TUJUAN Memberikan arah dan sasaran dalam menciptakan kenyamanan,
keselamatan serta melindungi bagi pasien, keluarga,petugas dan
pengunjung dari debu,kebisingan dan pencemaran air bersih dari
dampak bangunan yang sedang dilaksanakan di lingkungan rumah sakit
sesuai persyaratan yang berlaku.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Melibatkan Tim PPI Rumah sakit, K3RS dan Unit Kesling dalam
perencanaan untuk renovasi bangunan rumah sakit dari tahap
perencanaan, proses hingga selesai, sesuai standar K3RS dan PPI
2. Sebelum pelaksanaan renovasi, pembangunan dan pembongkaran
bangunan, pihak pelaksana proyek harus menutup area/lokasi kerja
dan memasang informasi bahwa area/lokasi sedang ada kegiatan
renovasi, pembangunan dan pembongkaran seperti contoh “Mohon
maaf mengganggu kenyamanan anda, sedang ada renovasi”
RENOVASI / PEMBANGUNAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PROSEDUR 3. Kegiatan renovasi yang menimbulkan suara/kebisingan harus
dilakukan pada pukul 08.00 – 17.00 bagi seluruh area di lingkungan
RS Citama. Kegiatan yang tidak menimbulkan kebisingan dilakukan
pada pukul 20.00 – 05.00, kegiatan lembur atas persetujuan user dan
diketahui oleh Ka unit teknisi
4. Kegiatan renovasi yang menimbulkan asap/debu area atau lokasi
tersebut harus di tutup dengan terpal/triplek agar debu tidak
beterbangan bebas serta untuk membatasi lalu lalang pasien,
keluarga, petugas dan pengunjung RS Citama
5. Mengganggu Kegiatan renovasi di ruang operasi maka ruang operasi
tersebut tidak boleh dilakukan untuk kegiatan operasi atau kegiatan
operasi dilakukan di ruang operasi lain
6. Kegiatan renovasi di ruang perawatan pasien maka ruang perawatan
pasien tersebut harus dikosongkan atau pasien dipindahkan ke ruang
perawatan lain
7. Selama kegiatan proses renovasi/pembangunan pelaksana proyek
wajib mengenakan APD sesuai K3
8. Selama dalam proses renovasi/pembangunan, Tim Pengawas Proyek
(Ka unit Tehnik), Komite PPIRS dan Ka unit Kesling melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai kesepakatan
bersama.
UNIT TERKAIT K3RS, tim PPI RS, Teknisi
LEMBAR LAPORAN KASUS KECELAKAAN DAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA

PELAPORAN

NOMOR :
TANGGAL :
NAMA PELAPOR :
UNIT :

KASUS KEJADIAN

HARI / TANGGAL :
WAKTU :
URAIAN KASUS

1. JENIS KASUS :

2. NAMA PENDERITA :
3. KRONOLOGIS KEJADIAN :

PEMERIKSAAN FISIK ( disertai gambar sistematis ):

TINDAKAN PENANGGULANGAN :

FAKTOR PENYEBAB :

□ MANUSIA :
□ CARA KERJA :

□ ALAT / MESIN :

□ LINGKUNGAN :

Petugas IGD Panitia K3 RS

( ……………………………. ) ( ……………………………….. )
PENGGUNAAN TANDU DAN PAPAN SELASAR
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN 1. Tandu kasur adalah sebuah alat yang dibuat untuk mengevakuasi
korban dari tempat kejadian ketempat yang lebih aman atau rujukan
2. Selasar adalah papan yang digunakan untuk mempermudah proses
evakuasi di tangga darurat , sehingga dapat mempermudah evakuasi
pasien menuju ke area yang lebih aman
TUJUAN 1. Mengamankan / memindahkan pasien ke tempat yang lebih aman
( Titik Kumpul )
2. Memberi pertolongan pertama di tempat yang aman
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Penggunaan tandu kasur
a. Bentangkan sprey dilantai
b. Buat ikatan / bonggol pada 4 sudut
c. Letakkan kasur diatas sprey
d. Tidurkan atau dudukan pasien diatas kasur
e. Tandu kasur siap ditarik kearah tangga evakuasi
2. Penggunaan papan selasar
a. Bentangkan papan selasar di tangga
b. Lakukan evakuasi pasien dengan diletakan dipapan selasar
c. Tidurkan pasien diatas papan selasar
d. Setelah di evakuasi pasien di tempatkan pada titik kumpul yang
telah di tentukan
UNIT TERKAIT Tim tanggap darurat bencana, K3RS

KESELAMATAN KERJA DI INSTALASI FARMASI


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
01 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Keselamatan kerja di instalasi farmasi adalah upaya yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di
instalasi farmasi.
TUJUAN Melindungi pekerja akibat paparan debu proses peralihan obat-obatan
dan kontaminasi bahan-bahan kimia.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Gunakan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja, yaitu :
a. Masker : untuk mencegah paparan debu melalui saluran
pernapasan pada saat meracik obat.
b. Sarung tangan : mencegah kontaminasi akibat tumpahan
bahan-bahan kimia melalui kontak dengan kulit.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja dengan air dan
desinfektan.
3. Ikuti petunjuk pelaksanaan/prosedur standar yang ada.
4. Simpan bahan-bahan kimia sesuai dengan prosedur MSDS (Material
Safety Data Sheet).

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi, K3 RS

KERACUNAN MAKANAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
01 1/2

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Keracunan makanan adalah resiko bahaya yang disebabkan oleh
kualitas bakteriologis makanan hingga makanan terkontaminasi oleh
bakteri yang menyebabkan keracunan makanan.
TUJUAN 1. Untuk pencegahan keracunan dari bahan makanan yang beracun.
2. Untuk penanganan Disasterplan Keracunan bahan makanan
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Siapkan personil tim tanggap darurat bencana sesuai dengan tingkat
siaga (siaga I, siaga II dan siaga III).
2. Lapor ketua tim tanggap darurat bencana untuk memilih dan
menentukan tingkat siaga, mengkoordinir semua tim tanggap darurat
bencana yang bertugas menanggulangi bencana keracunan bahan
makanan
3. Bila dinyatakan siaga maka :
a. Mengkoordinasikan Tim Triage (dr. Jaga IGD, dr. Spesialis) untuk
memberikan perawatan.
b. Koordinasi Tim pengamanan untuk siaga.
c. Mengerahkan tenaga perawat sesuai keperluan.
d. Koordinasi tim Logistik (gudang obat) untuk persediaan obat-
obatan dan alat kesehatan sesuai kebutuhan/permintaan.
e. Koordinasi tim Transportasi ambulance dan 118 sesuai
kebutuhan.
4. Perencanaan SDM :
a. Siaga I : jumlah korban 5 orang, tenaga dokter dan perawat
masih dapat dipenuhi oleh tenaga yang sedang bertugas
b. Siaga II : jumlah korban 6-10 orang, diperlukan tenaga perawat
tambahan dari ruangan lain sesuai kebutuhan, diperlukan
tambahan dokter umum dari ruangan lain.
KERACUNAN MAKANAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
01 2/2

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
c. Siaga III : jumlah korban > 10 orang, diperlukan bantuan tenaga
dari unit pelayanan lain dan perawat yang tidak bertugas,
diperlukan tambahan bantuan dokter umum lain.
5. Buat pencatatan dan pelaporan
UNIT TERKAIT Seluruh unit terkait
KERACUNAN BAHAN KIMIA
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Keracunan bahan kimia adalah resiko bahaya yang disebabkan oleh
terpaparnya bahan kimia ke dalam tubuh yang menyebabkan keracunan.
TUJUAN 1. Untuk pencegahan keracunan dari bahan makanan yang beracun.
2. Untuk penanganan Disasterplan Keracunan bahan makanan
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Siapkan personil tim tanggap darurat bencana sesuai dengan tingkat
siaga (siaga I, siaga II dan siaga III).
2. Lapor ketua tim tanggap darurat bencana untuk memilih dan
menentukan tingkat siaga, mengkoordinir semua tim tanggap darurat
bencana yang bertugas menanggulangi bencana keracunan bahan
makanan
3. Bila dinyatakan siaga maka :
a. Mengkoordinasikan Tim Triage (dr. Jaga IGD, dr. Spesialis) untuk
memberikan perawatan.
b. Koordinasi Tim pengamanan untuk siaga.
c. Mengerahkan tenaga perawat sesuai keperluan.
d. Koordinasi tim Logistik (gudang obat) untuk persediaan obat-
obatan dan alat kesehatan sesuai kebutuhan/permintaan.
e. Koordinasi tim Transportasi ambulance dan 118 sesuai
kebutuhan.
4. Perencanaan SDM :
a. Siaga I : jumlah korban 5 orang, tenaga dokter dan perawat
masih dapat dipenuhi oleh tenaga yang sedang bertugas
b. Siaga II : jumlah korban 6-10 orang, diperlukan tenaga perawat
tambahan dari ruangan lain sesuai kebutuhan, diperlukan
tambahan dokter umum dari ruangan lain.

KERACUNAN BAHAN KIMIA


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
c. Siaga III : jumlah korban > 10 orang, diperlukan bantuan tenaga
dari unit pelayanan lain dan perawat yang tidak bertugas,
diperlukan tambahan bantuan dokter umum lain.
5. Buat pencatatan dan pelaporan
UNIT TERKAIT Seluruh unit terkait
PENJADWALAN KALIBRASI ALAT KESEHATAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Penjadwalan dan pembiayaan kalibrasi alat kesehatan adalah jadwal
yang dibuat untuk mengkalibrasi alat kesehatan agar alat kesehatan
bersangkutan sesuai dengan fungsi Standarisasi Departemen kesehatan
beserta biaya yang harus di keluarkan sehubungan dengan kalibrasi alat
kesehatan.
TUJUAN 1. Meningkatkan keakuratan dan mutu hasil pemeriksaan
2. Mengoptimalkan masa pakai peralatan kesehatan yang dipergunakan
3. Tercapainya kinerja efektif, efiesien dan cepat dalam penjadwalan
kalibrasi alat kesehatan.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Pelaksanaan kalibrasi alat kesehatan di RS dilakukan oleh petugas
teknik alat kesehatan pihak rekanan didampingi teknisi Elektromedik
RS Citama sesuai jadwal yang telah dibuat.
2. Jenis kalibrasi alat kesehatan Meliputi :
No Nama alat Periode kalibrasi
1 X-ray Unit 1 X Per tahun
2 ESU 1 X Per tahun
3 Mesin Anastesi 1 X Per tahun
4 Suction Pump 1 X Per tahun
5 Ventilator 1 X Per tahun
6 Defibrator 1 X Per tahun
7 ECG 1 X Per tahun
8 Infus Pump 1 X Per tahun
9 Syringe Pump 1 X Per tahun
10 USG 1 X Per tahun
11 Lampu OK 1 X Per tahun
12 Patient Monitor 1 X Per tahun
PENJADWALAN KALIBRASI ALAT KESEHATAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
13 Infant Warmer 1 X Per tahun
14 Plus Oxymetri 1 X Per tahun
15 Nebulizer 1 X Per tahun
16 Infra Red 1 X Per tahun
17 Ultrasound 1 X Per tahun
18 Electro Stimulator Theraphy 1 X Per tahun
19 Microwave Diatermi 1 X Per tahun
20 Shortwave Diatermi 1 X Per tahun
21 Centrifuge 1 X Per tahun
22 Mikroskop 1 X Per tahun
23 Mikropipet 1 X Per tahun
24 Makropipet 1 X Per tahun
25 Rotator 1 X Per tahun
26 Timbangan SMIC + Tinggi badan 1 X Per tahun
27 Inkubator 1 X Per tahun
28 Doppler 1 X Per tahun
29 Phototheraphy 1 X Per tahun

30 Spigmomanometer 1 X Per tahun


31 Film Viewer 1 X Per tahun
32 Autoclave 1 X Per tahun
3. Pengajuan rencana kalibrasi alat kesehatan dilaksanakan oleh teknisi
Elektromedik kepada Manajer Operasional untuk tindak lanjut
persetujuan oleh Direktur RS Citama
4. Pengeluaran biaya kalibrasi alat kesehatan dilaksanakan sesuai
prosedur dan keuangan Rumah Sakit
UNIT TERKAIT Teknisi Elektromedik, Bagian Operasional, Bagian Keuangan

PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Bahaya gempa bumi adalah resiko bahaya yang ditimbulkan dari suatu
kejadian alam sehingga menyebabkan bahaya gempa bumi.
TUJUAN Untuk pengendalian bahaya gempa bumi.

KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Siapkan personil tim tanggap darurat bencana
2. Amankan lokasi kejadian
3. Lapor ke satgas / direktur Rumah Sakit
4. Lakukan evakuasi pasien oleh tim Evakuasi pasien melewati jalur
evakuasi yang telah ditentukan.
5. Lakukan evakuasi dokumen oleh tim Evakuasi Dokumen melewati
jalur evakuasi sesuai prosedur standar (jangan melewati lift)
6. Lakukan Triase pasien oleh tim Triase sesuai prosedur.
7. Apabila pasien perlu perawatan bedah, segera bawa ke ruang
bedah/OK (sesuai kategori Disasterplan)
8. Apabila perawatan Intensif segera dibawa ke ruang HCU (sesuai
kategori Disasterplan) atau di rujuk jika perlu perawatan yang lebih
lengkap (ICU)
9. Apabila pasien perlu perawatan lanjutan dan kondisi rumah sakit tidak
memungkinkan, pasien segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat/rujukan.
10. Koordinasi dengan Dinas terkait (Polres, Kodim, Koramil)
11. Amankan lokasi kejadian, jalur evakuasi, jalur lalu lintas kendaraan,
Posko.
12. Buat pencatatan dan pelaporan ke Direktur maksimal 1 x 24 jam.
UNIT TERKAIT Seluruh unit terkait, tim P2K3 RS

PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Evakuasi pasien adalah kegiatan mengevakuasi/ memindahkan/
mengamankan pasien dari lokasi kejadian bencana ke lokasi TRIAGE/
aman/ posko guna memperoleh pertolongan/perawatan lanjut di ruang
OK.
TUJUAN 1. Mengamankan/memindahkan pasien ke tempat yang lebih aman
2. Memberi pertolongan pertama di tempat yang aman.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Petugas adalah perawat di masing-masing instalasi lantai, staf di
masing-masing urusan/instalasi.
2. Siapkan semua personil evakuasi di masing-masing instalasi.
3. Siapkan semua peralatan dan perlengkapan pasien, seperti : tandu,
matras, O₂ transfer, isoet, dll
4. Evakuasi pasien menggunakan tangga darurat/jalur evakuasi.
5. Evakuasi pasien sesuai kondisi pasien :
a. Pasien berjalan : dipapah oleh 2 orang.
b. Pasien ibu hamil : menggunakan matras diangkat oleh 4
orang.
c. Pasien HCU : menggunakan tandu dan O₂ transfer diangkat
oleh 4 orang (tandu) dan 1 orang membawa O₂ transfer.
d. Pasien perina : menggunakan isolet dan O₂ transfer diangkat
dengan 3 orang, 2 orang isolet, 1 orang O₂ transfer.
6. Dahulukan pasien dengan kondisi dari yang parah kemudian kondisi
ringan sesuai label.
7. Evakuasi pasien menuju lokasi TRIASE/posko untuk memperoleh
perawatan lebih lanjut.
8. Pastikan pasien seluruh instalasi sduah dievakuasi semua dan sudah
mendapat perawatan lanjutan di IGD/TRIASE
a. Golongan I : pasien tidak perlu pertolongan cepat diberi pita

PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 2/2
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
a. warna hijau.
b. Golongan II : tidak gawat perlu pertolongan segera diberi pita
warna kuning.
c. Golongan III : gawat ada ancaman kematian diberi pita warna
merah.
d. Golongan IV : pasien meninggal diberi pita warna hitam.
Pastikan semua pasien sudah mendapat perawatan/TRIASE

UNIT TERKAIT P2K3 RS, tim tanggap darurat bencana, IGD


EVAKUASI DOKUMEN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
01 1/1

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Evakuasi dokumen adalah kegiatan mengevakuasi/ memindahkan/
mengamankan dokumen dari lokasi kejadian bencana ke lokasi yang
lebih aman/ posko guna memperoleh pengaman dokumen.
TUJUAN 1. Menyelamatkan dokumen dari bahaya kebakaran.
2. Mengamankan dokumen agar tetap terjaga kerahasiannya.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Petugas adalah tim evakuasi doukumen dan staf di masing-masing
urusan/instalasi.
2. Siapkan semua personil tim evakuasi dokumen dari tiap
instalasi/urusan.
3. Tempatkan dokumen-dokumen penting pada wadah (kardus,dll)
4. Dokumen-dokumen yang perlu diamankan adalah :
a. Perizinan Rumah Sakit
b. Dokumen HRD
c. Dokumen Administrasi Medis
d. Dokumen Operasional
e. Brankas di kasir dan keuangan
f. Laptop, dll
5. Evakuasikan dokumen melalui tangga darurat/jalur evakuasi.
6. Pastikan semua dokumen sudah dievakuasi dari masing-masing
lantai.
7. Lakukan pencatatan dokumen yang telah dievakuasi dan amankan
UNIT TERKAIT P2K3 RS, Seluruh unit terkait

BAHAYA KEBAKARAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Bahaya kebakaran adalah resiko bahaya yang ditimbulkan dari sesuatu
sehingga menyebabkan bahaya kebakaran.
TUJUAN Memberikan pertolongan kepada pasien atau korban

KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Siapkan personil tim tanggap darurat bencana.
2. Amankan lokasi kejadian, cek oleh tim Pemadam Api apakah api
dapat dipadamkan.
3. Lapor ke koordinator/Direktur.
4. Lakukan pemadaman api sesuai dengan prosedur apabila api
masih kecil dan dapat dipadamkan.
5. Koordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Tangerang,
bila api semakin besar dan tidak dapat dipadamkan.
6. Lakukan evakuasi pasien oleh tim Evakuasi pasien melewati
tangga darurat sesuai prosedur evakuasi.
7. Lakukan evakuasi dokumen oleh tim Evakuasi Dokumen melewati
tangga darurat sesuai prosedur standar (jangan melewati lift)
8. Lakukan Triase pasien oleh tim triase sesuai prosedur.
9. Apabila pasien perlu perawatan bedah, segera bawa ke ruang
bedah/OK (sesuai kategori Disasterplan)
10. Apabila pasien perlu perawatan lanjutan dan kondisi rumah sakit
tidak memungkinkan, pasien segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat/rujukan.
11. Amankan lokasi kejadian, jalur evakuasi, jalur lalu lintas
kendaraan, Posko.
12. Buat pencatatan dan pelaporan ke Direktur maksimal 1 x 24 jam
UNIT TERKAIT P2K3 RS, Seluruh unit terkait

PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS

PENGERTIAN Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah melakukan


kegiatan secara benar dan tepat dengan memerlukan suatu bahan
yang dapat berakibat resiko dan bahaya baik bagi pengguna,
pencemaran lingkungan dan makhluk hidup lainnya.
TUJUAN 1. Mencegah kontaminasi karyawan, pasien dan pengunjung dari
tumpahan, ceceran bahan berbahaya dan beracun (B3).
2. Menghindari bahaya dan resiko kecelakaan kerja yang diakibatkan
oleh bahaya dan beracun (B3).
3. Tercapainya kinerja efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan tepat dan benar.
2. Kenali jenis bahan berbahaya tersebut yaitu padat, cair atau benda
tajam.
3. Baca MSDS yang terdapat pada kemasan bahan berbahaya dan
beracun.
4. Perhatikan kebutuhan (dosis) yang diperlukan, tidak kurang atau
tidak lebih.
5. Petugas harus mengetahui tata cara penanganan jika terjadi
tumpahan atau kontaminasi dari bahan berbahaya dan beracun.
6. Lakukan penggunaan B3 dengan hati – hati dan dengan kondisi
yang tenang.
UNIT TERKAIT Kesling , P2K3 RS, Seluruh unit terkait

PENGELOLAAN GAS ELPIJI


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

01 1/1
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh Direktur RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Yohannes Febru Nainggolan, MARS
PENGERTIAN Gas elpiji digunakan sebagai bahan bakar untuk digunakan di unit Gizi.
Pengelolaannya berupa tata cara pengadaan, distribusi, pengontrolan
dan lain-lain.
TUJUAN 1. Tersedianya kesediannya gas elpiji dalam jumlah dan kualitas yang
cukup.
2. Terciptanya kinerja efektif dan efisien.
3. Menghindari adanya kecelakaan kerja akibat gas elpiji.
KEBIJAKAN
PROSEDUR A. Pengadaan dan Pengontrolan
Pj Kegiatan
Waktu Keterangan
Pengontrolan Pengadaan
07.00-15.00 Teknisi Teknisi Jika teknisi
(Hari Kerja)
berhalangan (libur,
cuti, sakit, dsb)
digantikan oleh teknisi
pengganti dan
dilakukan dengan
persetujuan Ka.Div
RTM)
15.00-21.00 Teknisi shift Teknisi shift Persetujuan Kepala
(Hari Kerja)
sore sore Jaga
1. Pemesanan gas elpiji dengan ketentuan apabila tabung
terpasang sudah kosong dan kran distribusi dipindahkan pada
tabung cadangan.
2. Pemesanan sebanyak 5 tabung dan dipasang pada jalur
cadangan dengan posisi siap pakai.
3. Pengisian label dilakukan pada waktu pemasangan tabung yang
berisi :
Tanggal :
Jam :
Volume tabung :……..Kg
Kondisi tabung :
4. Selalu diupayakan agar pemesanan dan penerimaan barang
dilakukan pada jam kerja.
B. Penempatan

Distribusi

5 tabung terpasang
Elektrik Selenoid 220 5 tabung terpasang
volt
UNIT TERKAIT K3 RS, IPSRS
PENGELOLAAN GAS MEDIS
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
055/SPO/K3RS/RSSAK/III/201 01 1/2
5
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Gas medis adalah semua gas yang digunakan di rumah sakit untuk
keperluan medis seperti O₂(Oksigen), N₂O(Natrium dioksida) dan
Udara tekan. pengelolaanya berupa tata cara pengadaan, distribusi,
pengontrolan dan lain-lain.
TUJUAN 1. Terjaganya kesediaan gas medis dalam jumlah dan kualitas yang
cukup.
2. Tercipta kinerja efektif dan efisien
3. Menghindari adanya kecelakaan kerja akibat gas medis.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR A. Pengadaan dan Pengontrolan
1. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada jam kerja (pukul
08.00-16.00 WIB) adalah Teknisi Alkes. Jika Teknisi Alkes
berhalangan (libur, cuti, sakit, dsb) digantikan oleh teknisi
pengganti dan dilakukan dengan persetujuan Manajer Rumga.
2. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada jam kerja (pukul
16.00-21.00 WIB) adalah teknisi dinas sore.
3. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada jam kerja (pukul
21.00-08.00 WIB) adalah security malam yang bertugas saat itu.
4. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada hari libur (pukul
07.00-19.00 WIB) adalah security pagi yang bertugas saat itu.
5. Penanggung jawab pengelolaan Gas Medis pada hari libur (pukul
19.00-07.00 WIB) adalah security malam yang bertugas saat itu.
6. Pemesanan Gas Medis dibagi 3 yaitu tabung O₂ tabung Udara
Tekan (UT) dan N₂O
- Pemesanan O₂ tabung gas dilakukan pada stok minimal 5
tabung, dengan jumlah pemesanan maksimal 5 tabung
dengan dilakukan pelabelan status tabung (tabung isi) pada
setiap tabung yang baru diterima dari supplier.
- Pemesanan N₂O dilakukan pada saat indikator volume
tabung telah mencapai 50 kgf/cm³, jumlah pemesanan
sebanyak 1 (satu) tabung.
- Pemesanan O₂ tabung,kecil dilakukan sesuai kebutuhan
tabung kosong yang ada.
7. Selalu diupayakan agar pemesanan dan penerimaan barang
dilakukan pada jam kerja.
B. Penempatan
Lihat bagan.

PENGELOLAAN GAS MEDIS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


055/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 2/2
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PROSEDUR C. Pengontrolan
Pengontrolan central gas medis dilakukan oleh petugas yang
berdinas pada saat itu, sesuai jadwal pengontrolan seperti diuraikan
pada point pemesanan dengan waktu pengontrolan sesuai tabel.
Petugas tersebut bertanggung jawab melakukan pemesanan sesuai
kebutuhan gas medis yang ada.
D. Jadwal Pengontrolan

WAKTU
08.00 12.00 20.00 00.00 04.00
JENIS
O₂ Tabung
N₂O

E. Distribusi.
1. O₂ Tabung Besar
O₂ Tabung Besar digunakan sebagai suplai O₂ BackUp dan
emergency
2. O₂ Tabung Kecil
O₂ Tabung Kecil digunakan diruang perawatan jika diperlukan
atau sebagai oksigen transport.
3. N₂O
N₂O didistribusikan khusus ke kamar operasi melalui pipa
distribusi.
4. Udara Tekan
UT Tabung Kecil digunakan diruang perawatan, OK, ICU jika
diperlukan atau sebagai Udara Tekan transport.

UNIT TERKAIT K3 RS, RTM, IPSRS

PENANGGULANGAN KASUS KECELAKAAN KERJA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


026/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/1
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN 1. Kasus adalah kejadian yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pihak rumah sakit, pengunjung dan lingkungan rumah sakit.
2. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami setiap orang yang
berhubungan dengan pihak rumah sakit selama bekerja.
TUJUAN 1. Mengetahui statistik kasus yang terjadi sehingga dapat dilihat status
dan kecenderungan kasus menurut waktu, tempat dan faktor
penyebab.
2. Melakukan analisis kasus guna menyusun program pencegahan dan
penanggulangannya.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Kecelakaan kerja terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
a. Kecelakaan kerja ringan yaitu kecelakaan yang tidak
menimbulkan terjadinya cacat fisik maupun kematian.
b. Kecelakaan kerja berat yaitu kecelakaan yang dapat
menimbulkan terjadinya cacat fisik maupun kematian.
2. Ruang lingkup kasus kecelakaan kerja adalah kasus kebakaran,
tersengat arus listrik, terjatuh karena tempat kerja licin, kelalaian yang
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
3. Segera bawa korban ke IGD apabila terjadi kecelakaan kerja.
4. Lakukan pemeriksaan oleh dokter IGD.
5. Tentukan tindak lanjut pemeriksaan yang diperlukan oleh dokter IGD
berupa :
a. Rontgen
b. Laboratorium
c. Dirawat
d. Dipulangkan
e. Dirujuk
6. Segera laporkan ke P2K3 mengenai kasus kecelakaan tersebut,
setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter IGD.
7. Catat laporan kasus tersebut, tindak lanjuti, analisis, buat evaluasi
dan saran dalam bentuk laporan kemudian serahkan kepada Direktur
oleh P2K3

UNIT TERKAIT K3RS, RTM


PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


022/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/1
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan terhadap karyawan secara teratur dan terus menerus.
TUJUAN 1. Menghindari timbulnya penyakit akibat kecelakaan kerja.
2. Menekan biaya kompensasi perawatan kesehatan yang diberikan
kepada karyawan.
3. Meningkatkan dan menjaga produktivitas karyawan.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan terhadap karyawan
rumah sakit yang berstatus sebagai karyawan tetap.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan setiap 1 bulan sekali.
3. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan apabila karyawan
bersangkutan memenuhi minimal 1 persyaratan dibawah ini :
 Ada indikasi medis yang perlu ditindak lanjuti dengan Medical
Check Up, seperti : ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain.
 Bekerja pada tempat yang memiliki resiko tinggi untuk timbulnya
penyakit akibat kerja, seperti : laboratotium, radiologi, kesehatan
lingkunan dan lain-lain.
 Sudah berusia diatas 40 tahun.
4. Jika ditemukan indikasi timbulnya penyakit akibat kerja, segera
laporkan kepada Direksi.
5. Direksi berhak mengambil tindakan yang dianggap perlu, apabila
ditemukan penyakit akibat kerja.

UNIT TERKAIT Penunjang Medis, K3 RS, SDM


PEMELIHARAAN SARANA UTILITAS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


053/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/2
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN 1. Sarana utilitas adalah sarana penunjang untuk membantu semua
kegiatan dalam bangunan atau gedung. sehingga rumah sakit harus
mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, termasuk
harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik di bidang
teknis bangunan dan elektrikel maupun administrasi.
2. Dalam kegiatan peningkatan mutu sarana utilitas dengan tidak
mengganggu pelayanan kesehatan perlu adanya suatu program yang
terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi
pelaksanaan peningkatan mutu sarana utilitas sehingga dapat
mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut agar tercapai
peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan.
TUJUAN 1. Meningkatkan Mutu sarana utilitas guna keselamatan dan
kenyamanan pasien, keluarga, petugas dan pengunjung
2. Meningkatkan Kinerja di ruang pelayanan dan perawatan pasien
3. Memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang berhubungan
dengan pemeliharaan mutu sarana utilitas
4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Listrik
a. Membersihkan, memeriksa dan mencatat trafo, gardu trafo, body
trafo, isolator trafo, kabel TM dan level minyak trafo setiap enam
bulan sampai satu tahun sekali
b. Membersihkan, mencatat dan service panel, MCCB, MCB, earth
resisten, control dan operation system serta mengganti MCCB yg
rusak / suku cadang.
c. Mencatat hasil pemeriksaan dan dilaporkan kepada KaUr Tehnik
pada kesempatan pertama.
2. Air Conditioner (AC )
a. Mencatat, memantau dan mengevaluasi sistem AC
b. Membersihkan indoor, outdoor dan filter secara periodik
c. Mencatat di kartu gantung setiap kegiatan
pemeliharaan/penggantian spare part / suku cadang.
d. Mencatat hasil pemeriksaan dan dilaporkan kepada
e. Kaur Teknik pada kesempatan pertama.
3. Lift
a. Memeriksa dan mencatat kondisi kerja, ruang mesin elevator,
pintu luar top car/atas sangkar controller dan hoistway setiap satu
minggu sampai satu bulan.

PEMELIHARAAN SARANA UTILITAS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


053/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 2/2
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PROSEDUR b. Mencatat hasil pemeriksaan dan dilaporkan kepada ka ur teknik
pada kesempatan pertama
4. Bangunan
a. Memeriksa dan mencatat kondisi bangunan secara visual dan
terus-menerus baik secara langsung maupun laporan dari user
b. Merencanakan & menindak lanjuti pemeliharaa perbaikan
sarana bangunan serta instalasi air bersih/kotor.
c. Merencanakan pengadaan dan penyimpan materiil bangunan
serta suku cadang peralatan umum.
5. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kaur Teknik dan dalam
pelaksanaan tugas sehari hari dikoordinasikan oleh Manajer Rumah
Tangga

UNIT TERKAIT K3RS, IPSRS

PEMADAMAN API

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


021/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/1
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Pemadaman api adalah kegiatan memadamkan api di lokasi
kejadian/disaster sehingga api dipastikan tidak menyala lagi.
TUJUAN 1. Mencegah api membesar dan ke lokasi yang lebih luas.
2. Memadamkan api.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 3. Petugas adalah pelaksana IPSRS, staff/perawat di unit/instalasi
masing-masing.
4. Siapkan personil pemadam kebakaran.
5. Siapkan peralatan : APAR, dll.
6. Bunyikan alarm kebakaran (sesuai lantai kejadian/disaster)
7. Matikan aliran listrik menuju lokasi disaster dengan cara mencabut
steker/panel listrik
8. Apabila kebakaran menyangkut alat-alat yang tersangkut pada
terminal tetap O₂, value zone yang suplai O₂ harus ditutup.
9. Kebakaran dibagi dalam kelas A, B, C, D dan alat pemadam api
digolongkan sesuai dengan kelas kebakaran, sebagai berikut :
1). Kelas A : kertas, kayu, kain karet, plastik, dll (alat pemadam api
kelas A)
2). Kelas B : cairan mudah terbakar, menyala (alat pemadam api
kelas B)
3). Kelas C : instalasi listrik (alat pemadam api kelas C)
4). Kelas D : logam (alat pemadam api kelas D)
10. Koordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakara , bila api tidak dapat
dipadamkan dan menyala semakin membesar.
11. Pastikan pemadaman api sudah dilakukan dengan baik dan benar
sehingga tidak ada nyala api lagi dan lokasi kejadian aman
terkendali.
12. Lakukan pemadaman api dengan menggunakan APAR :
1). Ambil APAR di lokasi terdekat dengan lokasi kejadian
2). Buka selang APAR
3). Arahkan selang APAR dengan tujuan kearah mnuju lokasi titik api
kebakaran
4). Pegang tabung APAR dengan tangan kiri, cabut pin pengaman
5). Tekan tombol APAR dengan tangan kanan, kemudian arahkan
APAR ke lokasi titik api
UNIT TERKAIT Seluruh unit terkait
PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


051/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/2
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN 1. Pelaporan kecelakaan kerja adalah kegiatan untuk melaporkan
semua jenis kecelakaan kerja yang terjadi baik ringan, sedang
maupun berat saat sedang melakukan pekerjaan kedinasan dan
disebabkan oleh kondisi tidak aman atau tindakan tidak aman.
2. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah
kegiatan untuk melaporkan semua jenis kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
TUJUAN 1. Tercapai kinerja efektif, efisien dan cepat dalam pelaporan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
2. Mendapatkan data-data kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
secara cepat dan akurat untuk mempermudah upaya pencegahan
dan penanggulangannya.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Akibat kecelakaan dibagi menjadi :
a. Segi produksi ; apabila seorang karyawan mengalami kecelakaan
kerja terkait dengan faktor-faktor sebagai berikut
1). Manusia (tenaga kerja) ; seseorang yang mengalami
kecelakaan sehingga mendapatkan cedera, tidak mampu
bekerja untuk sementara atau selamanya.
2). Material : kerugian material akibat kecelakaan kerja dapat
berupa kerusakan mesin atau sarana penunjang lainnya.
3). Waktu : kecelakaan yang mengakibatkan
terganggunya/terhambatnya pekerjaan sehingga menjadi lebih
lama untuk diselesaikan.
4). Kepercayaan : kepercayaan konsumen/pengguna jasa akan
berkurang apabila dalam suatu perusahaan banyak terjadi
kecelakaan kerja.
b. Kecelakaan langsung ; kebakaran, peledakan, keracunan, jatuh
atau tergelincir dan lain-lain.
c. Akibat cedera :
1). Tidak terjadi cedera apapun
2). Cidera ringan tanpa pertolongan pertama
3). Cidera dengan pertolongan pertama
4). Cidera berat
5). Meninggal dunia
2. Tangani seluruh kejadian kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat
kerja oleh petugas IGD (dokter jaga dan perawat IGD)

PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


051/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 2/2
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PROSEDUR 3. Catat laporan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja
dalam formulir laporan rangkap 3 (tiga) oleh petugas IGD dimana
formulir tersebut diperuntukan sebagai arsip IGD, pencatatan tim K3
dan Instalasi Rekam Medis.
4. Laporkan seluruh kejadian kecelakaan akibat kerja dan penyakit
akibat kerja oleh perawat IGD kepada Kepala Instalasi/Kepala
Urusan terkait (saat jam kerja) atau kepada atasan langsung
karyawan bersangkutan yang mengalami kecelakaan atau ke
Kepala Jaga (diluar jam kerja)
5. Dalam waktu segera, laporan sudah harus diterima oleh Tim K3
untuk evaluasi dan rekomendasi upaya pencegahan dan
penanggulangan.
6. Serahkan laporan tersebut oleh Tim K3 kepada Instalasi Rekam
Medis untuk digabungkan dalam file status pengobatan karyawan
yang mengalami kecelakaan.
7. Dalam waktu 1 x 24 jam, sampaikan laporan tersebut oleh Tim K3
dengan melampirkan evaluasi dan penanggulangannya/tindak
lanjutnya kepada Direktur.
8. Setiap bulan rekapitulasi semua laporan mengenai kecelakaan
akibat kerja dan penyakit akibat kerja dibuat oleh Instalasi Rekam
Medis, disampaikan kepada unit SDM
9. Pada hari libur sampaikan laporan tersebut pada hari kerja
berikutnya kecuali darurat.

UNIT TERKAIT K3 RS, SDM, Rekam Medis, Penunjang Medis.

PELAKSANAAN PARKIR DAN PENGATURAN KEAMANAN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


020/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/1
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Penatalaksanaan parkir dan pengaturan keamanan rumah sakit
menetapkan prosedur mengenai tata cara parkir dan peraturan
keamanan di lingkungan rumah sakit
TUJUAN 1. Tercapainya efektif , efesian dan cepat dalam pelaksanaan parkir dan
pengatur keamanan
2. Menghindari terjadinya keluhan dari pasien,keluarga
pasien,dokter,karyawan ,serta rekanan
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Apabila pasien /pengunjung datang, segera arahkan motor atau
mobil sesuai tempat yang ada dan kosong.
2. Menata kendara dengan arah yang sejajar dan bersamaan
3. Pastikan kendara terkunci dan menggunakan kunci ganda
pengaman tambahan
4. Pastikan barang bawaan ( helm, jaket tidak tertinggal )
5. Periksa kembali kunci kendaraan agar tidak tertinggal.
6. Posisikan kendaraan dan pastikan dalam kondisi aman.

UNIT TERKAIT RTM, Parkir, K3 RS

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
018/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/2
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN 1. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana oleh Rumah Sakit
merupakan rangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
risiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan, tanggap darurat,
dan rehabilitasi, pada dasarnya penyelenggaraan penanggulangan
bencana ada tiga tahapan yaitu pra bencana (situasi tidak terjadi
bencana, situasi terdapat potensi bencana), saat tanggap darurat
(dalam situasi terjadi bencana) dan pascabencana (situasi setelah
terjadi bencana).
2. Rumah Sakit membuat rencana manajemen penanggulangan
bencana / kedaruratan dan program penanganan kedaruratan
komunitas, wabah dan bencana baik bencana alam atau bencana
lainnya.
TUJUAN 1. Menyediakan kerangka kerja (framework) penanggulangan bencana
internal maupun eksternal yang mungkin terjadi.
2. Memberikan pedoman atau panduan dalam menyusun rencana
penanggulangan bencana (Disaster Management Plan) yang
menyeluruh, terarah dan terpadu.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Bencana internal adalah bencana yang terjadi didalam rumah sakit
dan bencana eksternal yang berdampak di dalam rumah sakit.
Potensi jenis bencana (Hazard) yang mungkin terjadi. adalah
kebakaran, gempa bumi, kebocoran gas, ledakan dan penyakit
menular misalnya diare, demam berdarah, serta new emerging
desease akibat pembauran peradaban global
2. Rumah Sakit mungkin menerima korban bencana eksternal, maupun
memberikan bantuan terhadap korban bencana di luar rumah sakit.
Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada rumah sakit
adalah kegagalan teknologi, ledakan/bom, kecelakaan transportasi,
gempa bumi, tsunami, banjir, kebakaran, tanah longsor dan letusan
gunung berapi
3. Rumah Sakit.menjalin kerjasama dengan instansi dan rumah sakit
jejaring sebagai upaya memperluas dan meningkatkan peran aktif
sektor/instansi lain untuk bersama-sama memberikan bantuan
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Proses penanganan
korban dilakukan secepatnya untuk mencegah resiko kecacatan dan
atau kematian di Instalasi Gadar oleh Tim Medical Support yang
dipimpin Kainst IGD.
4. Ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan untuk menampung
korban dan pasien-pasien diruangan tersebut harus dipindahkan ke
ruangan yang lain sudah ditentukan. Proses ini dilaksanakan oleh
Instalasi Rawat Inap dan dipimpin Manager keperawatan.

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


018/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 2/2
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PROSEDUR 5. Pengelolaan bantuan tambahan (donasi) menjadi tugas dan tanggung
jawab Departemen Logistik.
6. Pengelolaan media yang meliput proses pelayanan dan kunjungan
tamu ke unit pelayanan menjadi tugas dan tanggung jawab Marketing.
7. Rekam medis dan Identitas Korban menjadi tugas dan tanggung
jawab Penunjang Medis.
8. Tamu yang berkunjung ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan
pelayanan terhadap korban formal / non formal dikelola oleh Bagian
Pelayanan Umum.
9. Pengelolaan jenazah akibat terjadinya bencana langsung menjadi
tugas serta tanggung jawab unit jangsus bekerjasama dengan unit
forensik.
10. Perpindahan / evakuasi pasien / korban keluar dari Rumah Sakit.
dilakukan atas persetujuan tim medis dengan keluarga maupun
negara yang bersangkutan bila korban adalah warga negara asing.
UNIT TERKAIT K3 RS, Seluruh unit terkait

PELARANGAN MEROKOK PADA STAFF / PENGUNJUNG

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


050/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/1
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur

PENGERTIAN Melakukan penanganan dengan sebuah peringatan ataupun nasehat


tentang bahaya merokok kepada staf dan juga pengunjung RS
TUJUAN Agar tercapainya kondisi udara bersih dan bebas dari asap rokok,
sebagai tolok ukur pelayanan Rumah Sakit.
KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Apabila staf Security & Duty Manager Rumah Sakit melihat ada staf
lain yang merokok ataupun pengunjung, staf tersebut memberikan
nasehat atau masukan kepada orang yang dimaksud.
2. Security & Duty Manager memberikan peringatan atau pengingat
dengan memasang tanda larangan merokok di lingkungan Rumah
Sakit atau didalam Rumah Sakit
3. Apabila ada staf RS ada yang merokok dilingkungan Rumah Sakit,
diberi teguran terlebih dahulu, apabila keesokan harinya diulangi
kembali, maka staf yang merokok tersebut diberi teguran berupa surat
peringatan, yang sebelumnya direkomendasikan terlebih dahulu ke
unit terkait dari staf tersebut.
4. Penyuluhan secara berkala diberikan oleh petugas Rumah Sakit
kepada pengunjung untuk meningkatkan pengetahuan bahaya
merokok, dan kawasan yang dilarang merokok.

UNIT TERKAIT K3 RS, Seluruh unit terkait.


BANTUAN HIDUP DASAR NON MEDIS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


012/SPO/YANMED/RSSAK/IV/20 01 1/2
15
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 April 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap penderita yang
menderita penyakit yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut
mendapat pelayanan secara paripurna.
TUJUAN Memberikan bantuan sirkulasi sistemik, ventilasi, dan oksigenasi tubuh
secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik
spontan atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap untuk
melaksanakan bantuan hidup jantung lanjut.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
PROSEDUR 1. Bila ditemukan pasien tidak sadar, maka kita harus cek kesadaran
dengan memanggil pasien, menepuk bahu atau bila tidak respon
kita berikan respon rangsang nyeri di area jaringan lemak yang luas
kecuali area dada (payudara) misalnya dengan mencubit lengan
pasien, atau mencubit paha pasien.
2. Bila tidak ada respon , maka kita harus memanggil bantuan dengan
berteriak dengan menyebutkan tempat kita menemukan pasien,
misalnya “tolong-tolong ada pasien tidak sadar di aula lantai 3”
3. Setelah kita memanggil bantuan maka kita melakukan
pemeriksaan pasien dengan prinsip 3L yaitu look listen and feel.
Look artinya melihat gerakan dinding dada listen mendengar ada
suara nafas, feel merasakan hembusan nafas. Hal ini bisa kita
lakukan dengan mendekatkan kepala kita ke pasien dengan mata
melihat ke dada.
4. Setelah kita melakukan pemeriksaan 3 L, kita tidak melihat ada
gerakan dinding dada, tidak mendengar suara nafas, tidak
merasakan hembusan nafas maka kita mengaktifkan “code blue”
melakukan resusitasi jantung paru yang terdiri dari kompresi dan
ventilasi.
5. Aktifkan kode “code blue”, dengan menyebutkan code blue dan area
nya sebanyak 3x melalui HT, misalnya “code blue aula lantai 3,
code blue aula lantai 3, code blue aula lantai 3.
6. Untuk orang dewasa, baik satu atau dua orang penolong, maka
perbandingan kompresi dada dan ventilasi 30 : 2, yaitu tiga puluh
kompresi dan dua ventilasi (dewasa)
7. Kompresi yaitu meletakkan tangan 2 jari diatas ulu hati atau tulang
dada, kecepatan kompresi yaitu 100 kali/ menit , tekanan yang
diberikan kurang lebih 5 cm. (dewasa)
8. Ventilasi yang diberikan tidak boleh langsung kontak mulut dengan
mulut, tetapi dengan alas plastic di atas bibir.
9. Untuk ventilasi, agar optimal maka kita harus membersihkan dulu
jalan nafas dengan membersihkan dengan kassa atau sapu tangan,
mengangkat kepala minimal gerakan dan menekan dagu atau
mengangkat (ekstensi) rahang.
10. Untuk anak-anak, untuk satu orang penolong, maka perbandingan
kompresi dada dan ventilasi 30 : 2. Untuk 2 orang penolong maka
15 : 2.
11. Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah tulang dada,
hindarkan jari-jari pada tulang iga anak.

BANTUAN HIDUP DASAR NON MEDIS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


012/SPO/YANMED/RSSAK/IV/20 01 2/2
15
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 April 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PROSEDUR 12. Menekan sternum sekitar 3-4 cm dengan kecepatan minimal 100
kali permenit.
13. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas
bantuan sampai dada terangkat (1 penolong). Sesuai dengan
perbandingan satu atau dua orang penolong.
14. Untuk membuka jalan nafas, hati-bila ada tanda luka di dada atau
tulang selangka (curiga patah tulang leher) maka hanya boleh
membuka nafas dengan membuka rahang (jaw thrust).
15. Untuk evaluasi dewasa dan anak dilakukan setiap 2 menit.
16. Untuk bayi kompresi dilakukan 3 kompresi dan satu ventilasi baik
satu atau dua orang penolong, kecepatan kompresi 90 kali permenit,
tekanan yang diberikan 2-3 cm.
17. Letakkan 2 jari pada setengah bawah tulang dada.
18. Untuk evaluasi bayi setiap 30 detik.

UNIT TERKAIT Seluruh unit terkait.

BANTUAN HIDUP DASAR MEDIS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


013/SPO/YANMED/RSSAK/IV/20 01 1/2
15
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 April 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap penderita yang
menderita penyakit yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut
mendapat pelayanan secara paripurna.
TUJUAN Memberikan bantuan sirkulasi sistemik, ventilasi, dan oksigenasi tubuh
secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik
spontan atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap untuk
melaksanakan bantuan hidup jantung lanjut.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
PROSEDUR 1. Bila ditemukan pasien tidak sadar, maka kita harus cek kesadaran
dengan memanggil pasien, menepuk bahu atau bila tidak respon
kita berikan respon rangsang nyeri di area jaringan lemak yang
luas kecuali area dada (payudara) misalnya dengan mencubit
lengan pasien, atau mencubit paha pasien..
2. Bila tidak ada respon , maka kita harus memanggil bantuan
dengan berteriak dengan menyebutkan tempat kita menemukan
pasien, misalnya “tolong-tolong ada pasien tidak sadar di aula
lantai 3”
3. Setelah kita memanggil bantuan maka kita melakukan
pemeriksaan nadi karotis pasien dan melihat gerakan dinding
dada pasien.
4. Setelah kita melakukan pemeriksaan nadi pasien, nadi tak
teraba,maka kita mengaktifkan “code blue” dan melakukan
resusitasi jantung paru yang terdiri dari kompresi dan ventilasi.
5. Aktifkan kode “code blue”, dengan menyebutkan code blue dan
area nya sebanyak 3x melalui HT, misalnya “code blue aula lantai
3, code blue aula lantai 3, code blue aula lantai 3.
6. Untuk orang dewasa, baik satu atau dua orang penolong, maka
perbandingan kompresi dada dan ventilasi 30 : 2, yaitu tiga puluh
kompresi dan dua ventilasi (dewasa)
7. Kompresi yaitu meletakkan tangan 2 jari diatas ulu hati atau
tulang dada, kecepatan kompresi yaitu 100 kali/ menit , tekanan
yang diberikan kurang lebih 5 cm. (dewasa)
8. Ventilasi yang diberikan dengan bagging.
9. Untuk ventilasi, agar optimal maka kita harus membersihkan dulu
jalan nafas dengan suction, mengangkat kepala minimal gerakan
dan menekan dagu “head tilt chin lift”.
10. Bila ada jejas diatas klavikula maka hanya boleh menggunakan
jaw thrust.
11. Untuk anak-anak, untuk satu orang penolong, maka
perbandingan kompresi dada dan ventilasi 30 : 2. Untuk 2 orang
penolong maka 15 : 2.
12. Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah sternum,
hindarkan jari-jari pada tulang iga anak.
13. Menekan sternum sekitar 3-4 cm dengan kecepatan minimal 100
kali permenit.
14. Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali
nafas bantuan sampai dada terangkat (1 penolong). Sesuai
dengan perbandingan satu atau dua orang penolong.
15. Untuk evaluasi dewasa dan anak dilakukan setiap 2 menit

BANTUAN HIDUP DASAR MEDIS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


013/SPO/YANMED/RSSAK/IV/20 01 2/2
15
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 09 April 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PROSEDUR 16. Untuk bayi kompresi dilakukan 3 kompresi dan satu ventilasi baik
satu atau dua orang penolong, kecepatan kompresi 90 kali permenit,
tekanan yang diberikan 2-3 cm.
17. Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum, lebar 1
jari berada di bawah garis intermammari
18. Gunakan tekanan sampai menekan tulang dada sedalam kurang
lebih 1/3 diameter antero-posterior dada, atau 2-3 cm.
19. Setelah tiga kali kompresi satu kali ventilasi (3:1).
20. Untuk bayi dievaluasi setiap 30 detik.

UNIT TERKAIT Pelayanan Medis.


CODE RED

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


052/SPO/K3RS/RSSAK/III/2015 01 1/1
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Sistem kode untuk mengidentifikasi bahaya kebakaran.
TUJUAN Agar tercapainya tujuan pencegahan bahaya kebakaran

KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang


Pelayanan Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.
2. Peraturan direktur nomor 021/PER/DIR/RSSAK/I/2015 tentang
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PROSEDUR 1. Jika melihat percikan api, matikan saklar dan hubungi bagian IPSRS
2. Jika melihat api, Aktifkan kode “code red”, dengan menyebutkan code
red dan area nya sebanyak 3x melalui HT, misalnya “code red ICU
lantai 3, code red ICU lantai 3, code red ICU lantai 3, code red ICU
lantai 3”.
3. Di setiap lantai dipastikan memiliki tim code red, dan menggunakan
helm sesuai dengan tugas nya :
- Helm merah : sebagai pemadam api
- Helm putih : leader
- Helm Biru : bagian P3K
- Helm kuning : mengevakuasi
4. Maka tim pemadam ( helm merah ) di setiap lantai datang membawa
APAR dan memakai helm merah
5. Bila api membesar, maka tim pemadam security akan teriak
”EVAKUASI”
6. Petugas yang dekat dengan nurse station menggunakan HT dan
berteriak ”EVAKUASI”
7. Ketika ada perintah evakuasi melalui HT, maka operator akan
menghubungi direktur sebagai komando, menghubungi pemadam
kebakaran, kepala bidang, kepala ruangan dan pejabat lainnya
8. Bila diluar jam kerja, ketika ada perintah evakuasi maka operator akan
menghubungi duty manager sebagai komando.
9. Untuk evakuasi, maka urutan evakuasi didahulukan di lantai yang
terjadi kebakaran, baru selanjutnya dilantai paling atas, bawah dan
dasar.
10.Jika kebakaran terjadi di lantai 2, maka evakuasi didahulukan yang
dilantai 2 terlebih dahulu, kemudian lantai 3 dan lantai dasar.
11. Evakuasi pasien dan staff menuju titik kumpul yang terletak di daerah
parkir Rumah Sakit Sari Asih Karawaci.

UNIT TERKAIT K3 RS, Seluruh unit terkait.

PEMERIKSAAN CRP ALAT NYCOCARD

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


079/SPO/LAB/RSSAK/III/2015 01 1/1
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Pemeriksaan CRP alat adalah pemeriksaan CRP menggunakan alat
NycoCard
TUJUAN Petanda radang / inflamasi

KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang


kebijakan pelayanan Rumah Sakit
2. Peraturan Direktur nomor 031/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pedoman Pelayanan Laboratorium
PROSEDUR 1. Masukkan 5 µl sample atau C (Control) kedalam R1/ Dilution Liquid.
R1 harus sesuai suhu kamar.
2. Tambahkan 50 µl sample atau control yang telah dilarutkan ke dalam
test device. Biarkan meresap sempurna ± 30 detik.
3. Tambahkan 1 twtws R2/ Conjugate ke dalam test device. Biarkan
meresap sempurna ± 30 detik. Jarak waktu antara step 2 dan 3 tidak
boleh lebih dari 2 menit.
4. Tambahkan 1 tetes R3/ washing solution ke dalam test device.
Biarkan meresap sempurna ± 20 detik. Jarak waktu antara step 3 dan
4 tidak boleh lebih dari 2 menit.
5. Baca hasil dengan Nycocard READER II dalam waktu kurang dari

5 menit.

UNIT TERKAIT Unit Laboratorium


PEMERIKSAAN HBA1C ALAT NYCOCARD

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


078/SPO/LAB/RSSAK/III/2015 01 1/1
Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL 28 Maret 2015
(SPO) dr. H. Mahruzzaman Naim,SpA
Direktur
PENGERTIAN Pemeriksaan HbA1c alat NycoCard adalah pemeriksaan HbA1c
menggunakan alat Nycocard
TUJUAN Evaluasi control Diabetes Mellitus

KEBIJAKAN 1. Peraturan Direktur nomor 002/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang


kebijakan pelayanan Rumah Sakit
2. Peraturan Direktur nomor 031/PER/DIR/RSSAK/II/2015 tentang
Pedoman Pelayanan Laboratorium
PROSEDUR 1. Masukkan 5 µl sample kedalam R1 kocok dengan baik. Inkubasi
minimum 2 menit dan maximum 3 menit,gunakan timer
2. Kocok larutan sample kembali, ambil 25 µl larutan sample, masukan
ke dalam tese device biarkan meresap sempurna, tunggu ± 15-20
detik.
3. Tambahkan 25 µl, R2/washing solution, biarkan meresap sempurna.
Tunggu ± 10 detik.
4. Baca hasil dengan menggunakan Nycocard Reader II dalam waktu <
5 menit.

UNIT TERKAIT Unit Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai