Standar Perenc-Perk - Lentur
Standar Perenc-Perk - Lentur
Standar Perenc-Perk - Lentur
RSNI
Rancangan Standar Nasional Indonesia
i
RSNI xx-xxxx-xxxx
Prakata
RSNI ini membahas tentang penentuan tebal susunan perkerasan lentur sisi udara dan
menguraikan persyaratan teknis material yang digunakan.
RSNI ini disusun dengan mengikuti tata cara penulisan PSN 08:2007. RSNI tentang Standar
Perencanaan Perkerasan Lentur Sisi Udara Bandar Udaraini disusun oleh Panitia Teknis
……………. dan telah dibahas dalam rapat-rapat teknis serta disepakati dalam konsensus
pada tanggal ……………….. di …………………….
ii
Standar perencanaan perkerasan lentur sisi udara Bandar udara
1 Ruang lingkup
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) tentang perencanaan perkerasan lentur sisi
udara bandar udara merupakan standar yang menjadi acuan dalam melakukan perencanaan
tebal perkerasan lentur bandar udara.
2 Acuan normatif
3.1
perkerasan lentur
Tipe perkerasan yang memiliki lapisan permukaan dari material campuran aspal
3.2
tanah dasar (subgrade)
Tanah asli atau tanah urugan yang menjadi lapisan paling bawah (dasar) perkerasan
3.3
lapisan pondasi bawah (subbase course)
Lapisan perkerasan yang terletak di atas tanah dasar yang tersusun dari material agregat
baik yang diikat dengan bahan pengikat (aspal atau semen) maupun yang tidak diikat (lepas)
3.4
lapisan pondasi (base course)
Lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan pondasi bawah yang tersusun dari material
agregat baik yang diikat dengan bahan pengikat (aspal atau semen) maupun yang tidak
diikat (lepas)
3.5
lapisan permukaan (surface course)
Lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan pondasi yang tersusun dari material
agregat yang diikat dengan bahan pengikat (aspal atau semen)
3.6
CDF (Cummulative Damage Factor)
Jumlah kumulatif kelelahan struktural perkerasan yang telah terpakai selama masa layan
3.7
1 dari 15
RSNI xx-xxxx-xxxx
3.8
FAARFIELD (FAA Rigid and Flexible Iterative Elastic Layer Design)
Perangkat lunak yang menggunakan prosedur mekanistik dalam perhitungan tebal
perkerasan sisi udara https://www.faa.gov/airports/engineering/design_software/
Metoda perencanaan ini mengacu pada AC 150/5320-6D Airport Pavement Design and
Evaluation.
Untuk setiap data pesawat udara dihitung kebutuhan tebal total perkerasan lentur
menggunakan kurva rencana yang sesuai dengan tipe roda pendaratannya. Pesawat udara
yang menghasilkan tebal total perkerasan lentur ditentukan sebagai pesawat udara rencana.
Jenis pesawat udara lainnya dikonversi berdasarkan tipe roda pendaratan pesawat udara
rencana untuk mendapatkan nilai keberangkatan tahunan ekivalen.
Keterangan:
R1 adalah keberangkatan tahunan ekivalen pesawat udara rencana
R2adalahkeberangkatan tahunan pesawat udara dinyatakan dalam roda pendaratan pesawat
udara rencana.
W 1adalahbeban roda pesawat udara rencana
W 2adalahbeban roda pesawat udara yang ditanyakan
Faktor pengali
Konversi dari Ke
keberangkatan
Single wheel Dual wheel 0,8
Single wheel Dual tandem 0,5
Dual wheel Dual tandem 0,6
Double dual tandem Dual tandem 1,00
Dual tandem Single wheel 2,00
Dual tandem Dual wheel 1,70
Dual wheel Single wheel 1,30
Double dual tandem Dual wheel 1,70
c) Tarik garis horizontal ke kanan hingga bersinggungan dengan kurva “annual departures”.
Jika nilai “annual departure” melebihi 25.000 maka gunakan garis pada kurva 25.000.
d) Tarik garis vertikal ke bawah hingga menyentuh sumbu “thickness, in”
e) Tebal total perkerasan lentur hasil langkah 1) hingga langkah 4) dinyatakan sebagai “T”.
Jika nilai “annual departure” melebihi 25.000 maka nilai “T” perlu dikoreksi dengan
ketentuan sebagai berikut.
a) Pilihlah kurva rencana sesuai dengan tipe roda pendaratan pesawat udara rencana
(Lihat Lampiran)
b) Tarik garis vertikal ke bawah dari sumbu “CBR” atas hingga bersinggungan dengan
kurva “gross aircraft weight, lb”. Gunakan nilai CBR lapisan agregat pondasi bawah.
c) Tarik garis horizontal ke kanan hingga bersinggungan dengan kurva “annual departures”
d) Tarik garis vertikal ke bawah hingga menyentuh sumbu “thickness, in”. Titik pertemuan
garis vertikal dengan sumbu “thickness, in” menyatakan kombinasi tebal lapisan
permukaan dan tebal lapisan pondasi (t1+t2).
e) Tebal lapisan pondasi bawah = T – (t1+t2)
Tebal lapisan permukaan ditentukan berdasarkan tipe roda pendaratan yang dibedakan
menurut daerah kritis dan bukan daerah kritis. Tebal lapisan permukaan dinyatakan sebagai
t1.
Tebal lapisan pondasi adalah tebal kombinasi lapisan permukaan dan lapisan pondasi
(t1+t2) dikurangi dengan tebal lapisan permukaan t1. Tebal minimum lapisan pondasi
disampaikan pada tabel berikut.
Tebal minimum
Pesawat Rentang berat pesawat udara
lapisan pondasi
rencana
lbs kg in mm
Single wheel 30.000-50.000 13.600-22.700 4 100
50.000-75.000 22.700-34.000 6 150
Dual wheel 50.000-100.000 22.700-45.000 6 150
3 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Tebal minimum
Pesawat Rentang berat pesawat udara
lapisan pondasi
rencana
lbs kg lbs kg
100.000-200.000 45.000-90.700 8 200
Dual tandem 100.000-250.000 45.000-113.400 6 150
250.000-400.000 113.400-181.000 8 200
B 757 / 767 200.000-400.000 90.700-181.000 6 150
DC-10 / L1011 400.000-600.000 181.000-272.000 8 200
B-747 400.000-600.000 181.000-272.000 6 150
600.000-850.000 272.000-385.700 8 200
C-130 75.000-125.000 34.000-56.700 4 100
125.000-175.000 56.700-79.400 6 150
4 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Beberapa jenis material yang digunakan sebagai lapis pondasi bawah meliputi:
a) P-154 Subbase Course
b) P-210 Caliche Base Course
c) P-212 Shell Base Course
d) P-213 Sand Clay Base Course
e) P-301 Soil Cement Base Course
Untuk bandara yang direncanakan dengan pesawat dengan berat di atas 30.000 lbs (14.000
kg) meliputi:
a) P-208 Aggregate base course*
b) P-209 Crushed aggregate base course
c) P-201 Lime rock base course
d) P-304 Cement treated base course
e) P-306 Enonocrete subbase course
f) P-401 Plan mix bituminous pavements
* Penggunaan jenis P-208 Aggregate base course terbatas pada bandara dengan berat
pesawat rencana dibawah 60.000 lbs (27.000 kg). Jika digunakan sebagai lapis pondasi
maka tebal lapis permukaan campuran aspal harus ditambah 1 in (25 mm).
Lapisan permukaan campuran aspal atau lapisan aus harus menjaga masuknya air
permukaan ke lapisan pondasi, menyediakan lapisan yang rata serta permukaan yang terikat
baik sehingga terhindar dari partikel lepas yang membahayakan pesawat atau orang.
4.3.1 Beban
Metoda desain perkerasan ini didasarkan pada berat kotor pesawat. Untuk tujuan desain
perkerasan harus direncanakan untuk maximum take-off weight pesawat. Prosedur desain
berasumsi 95% dari berat kotor pesawat ditumpu oleh roda pendaratan utama dan 5%
dipikul oleh roda bagian hidung.
5 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Jarak antara poros-poros dual wheelnya 0.51 m (20 inch), jarak tandemnya 1.14 m (45
inch) untuk pesawat ringan. Untuk pesawat yang lebih berat jarak antara poros dual
wheel = 0.76 m (30 inch) dan jarak tandemnya = 1.4 m (55 inch).
Tekanan roda pesawat mempunyai variasi dari 75 sampai 200 psi (0.52 sampai 1.38
MPa) tergantung kepada konfigurasi roda pendaratan dan berat total pesawat. Perlu
dicatat bahwa tekanan roda berpengaruh kecil saja terhadap tegangan perkerasan,
walaupun berat total bertambah, oleh karena itu tekanan roda pesawat sebesar 200 psi
(1.38 MPa) cukup aman, apabila parameter yang lain tidak bertambah.
Diketahui jenis-jenis pesawat yang akan beroperasi di suatu bandar udara sebagai berikut.
MTOW
Jenis Pesawat Susunan Roda Annual Departure
lbs kg
A-380 Double Dual Tandem 1.300.727 590.000 30
B747-400 Double Dual Tandem 870.000 394.625 17.144
MD-11 Dual Tandem 602.500 273.288 9.231
DC-10 Dual Tandem 570.480 259.000 10.683
A-330 Dual Tandem 464.760 211.000 16.023
A-300 Dual Tandem 363.400 165.000 10.804
B737-300 Dual Wheel 124.229 72.000 10.804
F-100 Dual Wheel 89.427 40.000 4.494
F-28 Dual Wheel 64.945 29.460 2.482
CN-235 Dual Wheel 31.745 14.400 1.188
Tentukan susunan tebal perkerasan lentur jika daya dukung tanah dasar (CBR) di lokasi
rencana adalah 8% dan CBR lapisan pondasi adalah 20%.
Penyelesaian:
MD-11 Dual Tandem 602.500 273.288 9.231 9.231 35.625 35.625 3,965 9.231
DC-10 Dual Tandem 570.480 259.000 10.683 10.683 35.625 35.625 4,029 10.683
A-330 Dual Tandem 464.760 211.000 16.023 16.023 35.625 35.625 4,205 16.023
A-300 Dual Tandem 363.400 165.000 10.804 10.804 35.625 35.625 4,034 10.804
B737-300 Dual Wheel 124.229 72.000 10.804 6.482 29.504 35.625 3,469 2.944
F-100 Dual Wheel 89.427 40.000 4.494 2.696 21.239 35.625 2,649 446
F-28 Dual Wheel 64.945 29.460 2.482 1.489 15.424 35.625 2,088 122
CN-235 Dual Wheel 31.745 14.400 1.188 713 7.539 35.625 1,312 21
Keberangkatan tahunan ekivalen = 67.447
Dengan demikian susunan perkerasan lentur menurut perhitungan metoda empiris adalah
sebagai berikut.
Lapisan in cm
Lapisan permukaan (surface course), P-401 HMA surface 6 15
Lapisan pondasi (base course), P-209 Crushed Aggregate Base Course 16 41
Lapisan pondasi bawah (subbase course), P-154 Subbase Course 22,3 57
Total 44,3 113
Catatan:
Komposisi tebal perkerasan dapat dimodifikasi dengan menggunakan kualitas material yang
lebih baik. Material lapisaan pondasi dapat digunakan P-304 Cement treated base dan
7 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
lapisan pondasi bawah digunakan P-208 Aggregate base course. Akibat peningkatan
kualitas material maka tebal lapisan yang bersangkutan dapat dikurangi dengan membagi
dengan nilai faktor ekivalen (ef). Berikut ini adalah susunan alternatif perkerasan lentur yang
dimaksud.
Tabel 8 – Susunan perkerasan lentur hasil analisis metoda empiris (alternative lain)
Lapisan in cm
Lapisan permukaan (Surface course), P-401 HMA Surface 6 15
Lapisan pondasi (Base Course), P-304 Cement Treated Base 11,4 29
Lapisan pondasi bawah (Subbase Course), P-208 Aggregate Base Course 17,4 44
Total 34,8 89
Metoda perencanaan ini mengacu pada AC 150/5320-6E Airport Pavement Design and
Evaluation.
Dilakukan
perencana
2. Tentukan daftar
3. Tentukan umur
pesawat yang akan
rencana perkerasan
beroperasi
Daya dukung tanah dasar dinyatakan sebagai nilai CBR atau modulus. Nilai modulus tanah
dasar untuk perencanaan perkerasan lentur dapat ditentukan dengan menggunakan
hubungan antara CBR dan nilai modulus (E) sebagai berikut.
9 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Lapisan pondasi bawah dapat berupa agregat biasa atau agregat yang distabilisasi. Tebal
minimum lapisan ini untuk tujuan struktural adalah 102 mm (4 in).
Beberapa jenis material yang digunakan sebagai lapis pondasi bawah meliputi:
a) P-154 Subbase Course
b) P-210 Caliche Base Course
c) P-212 Shell Base Course
d) P-213 Sand Clay Base Course
e) P-301 Soil Cement Base Course
Jika terdapat pesawat dengan berat melebihi 100.000 lbs (45.359 kg), maka lapisan
pondasi bawah perlu distabilisasi. Tipe lapisan pondasi bawah yang dapat diterima
untuk digunakan harus setara dengan standar material FAA meliputi:
a) P-208 Aggretage Base Course
b) P-209 Crushed Aggregate Base Course
Terdapat dua tipe lapis pondasi yakni pondasi dengan stabilisasi dan pondasi tanpa
stabilisasi.
* Penggunaan jenis P-208 Aggregate base course terbatas pada bandara dengan
berat pesawat rencana dibawah 27.216 kg. Jika digunakan sebagai lapis pondasi
maka tebal minimum pada lapis campuran aspsl adalah 127 mm.
** Penggunaan jenis P-209 Crushed aggregate base course terbatas pada
bandara dengan berat pesawat rencana dibawah 45.359 kg.
Material lapis pondasi dengan stabilisasi meliputi jenis P-211, P-304, P-306, P-
401 dan P-403.
Persyaratan nilai modulus untuk material pondasi dengan stabilisasi disampaikan
pada tabel di bawah ini.
Nilai modulus,
Lapis pondasi Poisson’s Ratio
MPa (psi)
Variabel minimum 1035 (150.000)
0,35
Variabel 2760 (400.000)
10 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
maksimum
P-401/403 Asphalt 2760 (400.000)
11 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Keterangan:
C adalah jumlah lintasan hingga runtuh
𝜀𝑣 adalahregangan vertikal di atas tanah dasar
Model keruntuhan untuk menentukan jumlah lintasan hingga runtuh untuk regangan
horizontal di bawah lapisan aspal adalah
Keterangan:
C adalah jumlah lintasan hingga runtuh
EA adalah modulus aspal, psi
Keterangan:
CDF = 1, umur fatik perkerasan sudah tercapai
CDF < 1, perkerasan masih memiliki umur sisa
CDF > 1, umur fatik perkerasan sudah tercapai dan perkerasan sudah hancur.
Diketahui jenis-jenis pesawat yang akan beroperasi di suatu bandar udara sebagai berikut.
Tabel 12- Jenis pesawat, susunan roda, MTOW dan annual departure
MTOW
Jenis Pesawat Susunan Roda Annual Departure
lbs kg
A-380 Double Dual Tandem 1.300.727 590.000 30
12 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
MTOW
Jenis Pesawat Susunan Roda Annual Departure
lbs kg
B747-400 Double Dual Tandem 870.000 394.625 17.144
MD-11 Dual Tandem 602.500 273.288 9.231
DC-10 Dual Tandem 570.480 259.000 10.683
A-330 Dual Tandem 464.760 211.000 16.023
A-300 Dual Tandem 363.400 165.000 10.804
Tabel 12 – (lanjutan) Jenis pesawat, susunan roda, MTOW dan annual departure
MTOW
Jenis Pesawat Susunan Roda Annual Departure
lbs kg
B737-300 Dual Wheel 124.229 72.000 10.804
F-100 Dual Wheel 89.427 40.000 4.494
F-28 Dual Wheel 64.945 29.460 2.482
CN-235 Dual Wheel 31.745 14.400 1.188
Tentukan susunan tebal perkerasan jika daya dukung tanah dasar (CBR) di lokasi rencana
adalah 8%.
Penyelesaian:
Langkah 1 - Memasukan data pesawat
Pada gambar di bawah ini ditunjukkan antar muka program FAARFIELD dalam proses
pemasukan data-data pesawat yang akan beroperasi.
13 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Surface course
menggunakan
Hot Mixed
Asphalt dengan
nilai E=200.000
Surface course
psi ~ 1.378,95
menggunakan
MPa
Hot Mixed
Asphalt dengan
nilai E=200.000
Base course psi ~ 1.378,95
menggunakan MPa
CTB dengan
nilai E =
500.000 psi ~
3.447,38 MPa
14 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
15 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Lampiran
16 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Gambar L.1 - Kurva desain untuk daerah kritis, single wheel gear
Gambar L.2 - Kurva desain untuk daerah kritis, dual wheel gear
17 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Gambar L.3 - Kurva desain untuk daerah kritis, dual tandem gear
18 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
T=42 in
t1+t2=22
Gambar L.4 - Kurva desain untuk daerah kritis, double dual tandem gear
19 dari 20
RSNI xx-xxxx-xxxx
Bibliografi
20 dari 20