Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan FS
Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan FS
Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan FS
PEKERJAAN
BAB III Survei Investigation and Design (SID) Pelabuhan Kofiau
Kabupaten Raja Ampat
Provinsi Papua Barat
Metodologi dan konsep pendekatan yang diuraikan dalam sub bab - sub bab ini
didasarkan pada hal-hal di bawah ini:
Informasi yang telah dikumpulkan oleh konsultan sejauh ini tentang daerah
penelitian.
Tahapan Studi
Tahapan Perencanaan
Tahapan Pelaksanaan
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 1
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan
untuk mendukung kegiatan masing-masing tahapan. Secara makro rekayasa,
penjabaran dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah
dijelaskan di atas, pekerjaan “Survei Investigation and Design (SID) Pelabuhan
Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat” ini, termasuk dalam
tahapan perencanaan.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 2
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
1. Tahapan Persiapan.
6. Tahapan Pelaporan.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 3
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 4
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyelesaian Administrasi
Pendefinisian ulang kebutuhan pemakai sangat penting untuk dilakukan. Hal ini
penting mengingat penjelasan pekerjaan sebelumnya belum dijelaskan secara teknis
dan bagaimana hasil (produk) yang mencerminkan keinginan pengguna jasa dan
kualitas pekerjaan yang harus dihasilkan oleh konsultan.
Pendefinisian ulang kebutuhan pemakai ini harus sudah diselesaikan sebelum laporan
pendahuluan dibuat. Dengan demikian, laporan pendahuluan yang dibuat oleh
konsultan akan menjadi acuan konsultan dan pemilik pekerjaan (pengguna jasa) dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 5
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.3.1 Tujuan
Mengumpulkan semua data yang ada (data sekunder), yang berkaitan dengan kondisi
fisik teknis, sosial ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah, untuk selanjutnya dianalisa
guna memperoleh gambaran tentang daya dukung terhadap pembangunan Pelabuhan.
Ruang lingkup pekerjaan pengumpulan data sekunder ini adalah sebagai berikut:
Pekerjaan ini bersifat studi literatur yang komprehensif. Literatur yang digunakan
dalam studi ini harus mencakup berbagai sasaran teknis sehingga tidak terjadi
tumpang tindih data (Data Redundancy) dan tumpang tindih literatur ( Overlap
Literacy).
2. Peta Terbaru
Peta digunakan sebagai salah satu acuan referensi dalam perencanaan khususnya
untuk hal-hal yang berkaitan dengan topografi dan geologi. Peta-peta yang
dikumpulkan sebagainya merupakan peta-peta keluaran terbaru dari instansi yang
terkait. Jenis-jenis peta yang diperlukan antara lain:
3. Data Hidro-Oceanografi
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 6
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
4. Data Meteorologi
Dalam perencanaan pelabuhan, kebutuhan data meteorologi adalah salah satu unsur
yang sangat penting terutama untuk menentukan layout rencana. Data meteorologi
yang digunakan sebaiknya merupakan hasil pengamatan dari stasiun yang terdekat
sehingga dapat dianggap mewakili kondisi di lokasi perencanaan. Data meteorologi
yang diperlukan adalah:
Parameter sosial dan ekonomi menjadi sangat penting mengingat peruntukkan dan
fungsi pelabuhan tidak terlepas dari perkembangan sosial lingkungan dan ekonomi
wilayah tersebut. Data-data yang diperlukan antara lain:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 7
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Data fasilitas sarana dan prasarana yang ada serta waktu pelayanannya.
3.3.3 Output
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 8
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.4.1.1 Tujuan
Mengumpulkan data primer tentang aspek sosial ekonomi yang berkaitan dengan
perencanaan kepelabuhan baik mikro (masyarakat sekitar) maupun makro (pengguna
jasa dan pihak pengelola), dengan melakukan survei langsung di lapangan.
Sebelum survei dilakukan, konsultan akan mempersiapkan quistioner yang berisi daftar
pertanyaan dan format isian data yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam
pelaksanaannya konsultan akan mengunjungi instansi-instansi yang terkait dengan
masalah-masalah kepelabuhan. Pada setiap kunjungan tersebut konsultan akan
mengadakan diskusi dengan pejabat yang bersangkutan sebagai narasumber.
Questioner akan disebarkan kepada para responden yang dipilih baik yang ada di
sekitar lokasi maupun pengguna jasa pelabuhan, yang selanjutnya diikuti dengan
wawancara langsung dengan yang bersangkutan.
Questioner.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 9
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Buku catatan.
3.4.1.5 Output
3.4.2.1 Tujuan
Survei topografi dan bathimetri ini adalah memperoleh data lapangan sebagai
gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area perairan laut di depan calon
pelabuhan.
Hasil dari survei ini kemudian disajikan dengan peta dasar skala 1 : 2.500 dan peta
kerja skala 1 : 1.000 dengan interval kontur 1 m.
1. Survey Topografi
2. Survey Bathimetri
Secara garis besar, survei topografi yang dilakukan terdiri dari kegiatan sebagai
berikut:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 10
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pekerja Pengukuran
Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek terhadap
koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk pelaksanaan
(stake out) mudah dilakukan.
Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari jawatan Topografi
angkatan darat (JANTOP-AD) atau dari BAKOSURTANAL. Referensi ketinggian titik
triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi
berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi ke dalam sistem koordinat
Cartesian (x, y).
Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik pada
kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan berada dalam
satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak ada/berada jauh sekali
dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi lokal.
2. Orientasi Medan
Sebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah melakukan
orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya)
dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol
pengukuran.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 11
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
d. Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi.
BM dipasang di tempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM
akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan koordinat (x, y, z)
BM dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon dan sipat datar. Pada
setiap pemasangan BM akan dipasang CP pendamping untuk memudahkan
pemeriksaan.
Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang terdekat.
Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x100) cm dengan
jumlah BM sebanyak 2 buah. Bench Mark besar dipasang seperti berikut:
a. BM harus dipasang pada jarak setiap 2,5 km sepanjang jalur poligon utama atau
cabang. Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang
lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada
daerah yang lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan
BM dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan.
Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi " Close
Up", untuk lembar deskripsi BM.
b. Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM) dan
nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah
pencariannya.
d. Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x50)
cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya serta
diberi kode dan nomor yang teratur.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 12
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Pen k u n in gan
Ø6 c m
20
Pelat m arm er 12 x 12
25
Nom o r titik
10
100
65
Dic or b eton
75
20
B eto n 1:2:3
15
10
20
Pasir d ip ad atkan
20
40
Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik kerangka
dasar horizontal, diantaranya yaitu dengan melakukan pengukuran dengan
menggunakan satelit GPS (Global Positioning System) dan dengan pengukuran poligon.
Keuntungan menggunakan metoda GPS untuk penentuan titik kerangka dasar
horizontal yaitu:
Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun malam.
Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi ke satu datum global
yaitu World Geodetic System 1984 yang menggunakan ellipsoid referensi
Geodetic Reference System 1980.
Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan cuaca.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 13
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan pengelola satelit.
Pemakai harus menggunakan datum tersebut, atau kalau tidak, ia harus
mentransformasikannya ke datum yang digunakannya (transformasi datum).
Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang teliti, relatif tidak mudah.
Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik dan hati-hati.
Spesifikasi pengamatan GPS untuk memperoleh titik kerangka utama ini adalah:
Pengamatan dilakukan secara double difference dengan metode static atau rapid
static.
GPS receiver yang digunakan adalah GPS single frekuensi baik L1 atau L2.
RMS error dari setiap koordinat hasil perhitungan maksimum adalah 1 mm.
Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon, harus
terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang
perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan.
Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara mengukur
jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran poligon ini, titik akhir
pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan dengan
pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata
dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan
dikoreksikan terhadap azimut magnetis.
a. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung
kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 14
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti di Gambar
3.4.
Jarak AB = d1 + d2 + d3
d1
d2
A 1
d3
2
B
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak
optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur
sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 3.5.
= sudut mendatar
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar
biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 15
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
KI
f x
2
fy
2
1 : 5.000
d
Bentuk geometris poligon adalah loop.
AB
B
AC
A
C
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 16
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada Gambar 3.6, Azimuth
Target (T) adalah:
T = M + atau T = M + ( T - M )
di mana:
T = azimuth ke target
U (Geografi)
Matahari
M T
Target
A
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran
dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double
stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka
pengukuran) telah diikatkan terhadap BM
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 17
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1
Bidang Referensi
D
D
Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 18
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
T = 10” D mm dimana:
D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.
6. Pengukuran Situasi
Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:
Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan
Vorstraal.
Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n = banyaknya titik sudut.
Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi
dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan
lapangan.
Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
Azimuth magnetis.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 19
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
c. Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan dengan metode
yang ditentukan oleh Direksi.
d. Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan : Salah
penutup sudut poligon dan jumlah titiknya, salah linier poligon beserta harga
toleransinya, jumlah jarak, salah penutup sipat datar beserta harga toleransinya,
serta jumlah jaraknya.
Dalam kaitannya dengan aktivitas pemetaan laut, metode penentuan posisi yang
digunakan umumnya adalah metode kinematik diferensial menggunakan data
pseudorange untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian menengah (level meter)
dan menggunakan data fase untuk ketelitian yang lebih tinggi (level cm).
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 20
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Penentuan posisi secara kinematik adalah penentuan posisi dari titik-titik yang
bergerak dan receiver GPS tidak dapat atau tidak punya kesempatan untuk berhenti
pada titik-titik tersebut.
Penentuan titik lajur sounding setiap 10 meter (disekitar rencana dermaga) dan 20
meter di luar itu, dilaksanakan dengan cara pengukuran traverse sepanjang
sungai/pantai. Titik lajur sounding ini diikatkan pula dengan jaringan poligon (dari
pekerjaan topografi).
Untuk lebih jelasnya, metode pelaksanaan survei bathimetri dijelaskan sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam pekerjaan persiapan ini dilakukan pengukuran polygon dan waterpass untuk
pengukuran garis pantai, pemasangan patok untuk jalur sounding tiap 10 m dan 20 m.
3. Haluan Pemeruman
Haluan Pemeruman yang dilaksanakan semaksimal mungkin tegak lurus garis pantai,
sesuai dengan ketentuan, isobath (isometric-depth) hampir sejajar garis pantai.
Penentuan fix point dilakukan dengan cara ikatan kemuka. Untuk cara ini diperlukan
dua buah theodolite yang ditempatkan di darat, pada titik kerangka dasar peta
(poligon), dibantu dengan minimal dua buah titik referensi.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 21
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Dua orang buruh lokal yang memegang bendera di darat pindah ke jalur
selanjutnya sesudah satu jalur selesai.
Untuk pengecekan kedalaman pada jalur sounding, dibuat beberapa jalur cross
sounding atau sounding silang.
Jarak antara ray (jalur) sounding dekat darat sampai perairan di depan dermaga
10 m dan di laut 25 m.
Ruangan cukup untuk peralatan (echosounder, tempat memplot fix point dan
personil),
Untuk lebih jelasnya metoda penentuan posisi fix point dapat dijelaskan seperti pada
Gambar 3.8. Berdasarkan gambar tersebut posisi fix point dapat dihitung berdasarkan
rumus sebagai berikut:
D A B D A S D B S
Sin 3 Sin 2 Sin 1
D AB Sin 2
D AS
Sin 3
D AB Sin 1
D BS
Sin 3
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 22
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
bergerak
S1 S2
1 1 2 2
D(A-B)
B
A
.1 SudutJurusanAB SudutJurusanAS
.2 SudutJurusanBA SudutJurusanBS
.3 180 .1 2
AS AB 1
BS AB 180 2
di mana:
AB = azimuth A ke B
XB XA
ArcTan
YB Y A
AS = azimuth A ke S
BS = azimuth B ke S
Xs.1 = XA + DASSinAS
Ys.1 = YA + DASCosAS
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 23
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Xs.2 = XB + DBSSinBS
Ys.1 = YB + DBSCosBS
X1 X 2 Y Y2
X Rata rata ; YRata rata 1
2 2
Wild T - 0 Theodolit.
Rambu ukur.
Jalon.
Rol meter.
Sextant.
Waterpass Kern.
Kompas Sestrel.
Perahu Motor.
Peilschaal.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 24
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.4.2.6 Output
Data pengukuran asli dan perhitungan semua hasil pengukuran di lapangan baik
topografi maupun bathimetri.
Daftar koordinat dan ketinggian dari semua patok BM yang dipasang di lapangan
dan berikut data triangulasi yang dipakai sebagai titik ikat pengukuran.
3.4.3.1 Tujuan
Pengukuran arus.
Pengamatan gelombang.
Pengamatan pasang surut dilakukan pada lokasi yang representatif dengan lama
pengamatan 15 hari x 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan cara memasang alat
duga muka air yang dibaca setiap jam. Alat pengamatan pasut yang dipakai adalah
peilschaal dengan interval skala 1 (satu) cm. Elevasi hasil pengamatan muka air
selanjutnya diikatkan pada titik tetap yang ada (Bench Mark). Data hasil pengamatan
akan digunakan untuk analisa tinggi muka air rata-rata dan konstanta-konstanta
pasang surutnya.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 25
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
di mana:
BT. 2 BT. 1
T.P
Nol Peilscaal
2. Pengukuran Arus
Untuk mengetahui arah dan kecepatan arus yang terjadi di perairan tersebut akan
dilakukan pengukuran arus di 2 (dua) titik pada lokasi. Pengukuran arus terdiri atas
pengukuran arus tetap dan arus bergerak.
Pengukuran arus tetap akan dilakukan di suatu tempat yang telah ditetapkan dengan
cara menjangkar perahu di titik tersebut. Pengukuran akan dilakukan selama 25 jam
pada saat spring tide. Pengukuran harus dilakukan pada kedalaman 0,2; 0,4 dan 0,8 d
(d = kedalaman laut). Data hasil pengukuran berupa kecepatan dan arah arus.
Pengukuran arus bergerak akan dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada saat spring tide dan
neap tide. Lama pengukuran masing-masing 8 jam yaitu dari saat surut sampai
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 26
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
dengan saat surut berikutnya atau dari saat pasang ke saat pasang berikutnya atau
disebut 1 siklus pasang surut. Pengukuran dilakukan dengan cara melepaskan alat
pelampung dan resistant body pada kedalaman 0,5 d (d = kedalaman laut).
Posisi saat peluncuran (posisi pertama) diukur kedudukannya, selang beberapa waktu
kemudian misalnya 10 atau 15 menit posisi pelampung diukur kembali. Jarak antara
posisi pertama dan posisi kedua berikut arahnya diketahui sehingga kecepatan dan
arah arus dapat dihitung.
3. Pengamatan Gelombang
Contoh air diambil pada beberapa titik di sekitar lokasi proyek. Contoh diambil pada
saat spring tide dan neap tide, masing-masing pada saat air tinggi dan air rendah.
Contoh air dimasukkan kedalam wadah/botol-botol plastik yang terlindung dari
pengaruh luar yang telah disediakan dan akan diperiksa di laboratorium untuk
mendapatkan kadar sedimen, salinitas dan kadar sulfat.
Contoh sedimen yang di ambil adalah sedimen dasar (bed load) dan sedimen layang
(suspended load). Pengambilan contoh sedimen dasar dan sedimen suspensi
diperlukan untuk mengetahui diameter butiran dan kecepatan endap butiran sedimen
yang mengendap di sepanjang pantai. Lokasi pengambilan contoh sedimen diusahakan
sama dengan lokasi pengambilan contoh air pada beberapa titik di lokasi. Contoh
sedimen dimasukkan kedalam wadah/botol-botol plastik yang terlindung dari pengaruh
luar yang telah disediakan dan akan diperiksa di laboratorium.
Theodolite T0.
Peilschaal.
Currentmeter.
Alat pelampung.
Resistant body.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 27
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Kompas.
Echocounder
Tabung-tabung sampel.
3.4.3.5 Output
3.5.1.1 Tujuan
Merumuskan hasil pengumpulan data sekunder sosial ekonomi dan data hasil survei
sosial ekonomi sehingga dapat memberikan gambaran tingkat pengembangan
pelabuhan berdasarkan kondisi sosial ekonomi dan arahan kebijakan pemerintah serta
melakukan prediksi sosial ekonomi guna penentuan arah kebijakan pengembangan
untuk masa yang akan datang.
Pertumbuhan tingkat kebutuhan pergerakan (dalam hal ini yang melalui pelabuhan)
sangat tergantung kepada beberapa faktor. Karena itu prediksi pergerakan yang
membutuhkan pelayanan di rencana Pelabuhan harus didasarkan kepada
pertimbangan terhadap beberapa faktor sebagai berikut:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 28
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Peranan dan fungsi rencana Pelabuhan Container Arar, baik secara nasional
maupun secara lokal (bagi Kabupaten Sorong itu sendiri).
Pola kecenderungan pergerakan yang ada pada pelabuhan lama selama ini.
3.5.1.4 Output
3.5.2.1 Tujuan
Pengolahan dan perhitungan data lapangan hasil pengkuran topografi dan bathimetri
sehingga dapat dihasilkan suatu peta lengkap yang dapat memberikan gambaran
bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang
ada baik untuk area darat maupun area perairan laut di depan calon pelabuhan.
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka Dasar
Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam perhitungan
poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan
yang akan diuraikan berikut ini:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 29
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik poligon A
yang telah diketahui sebagai berikut:
XP X A dAP SinAP
YP YA d APCosAP
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus sebagai
berikut:
12 1A 1
AP A 1 1 180
23 21 1 12 2 180
AP A 1 2 2 180
34 32 3 23 3 180
AP A 1 2 3 3 180
4B 43 4 34 4 180
43 A 1 2 3 4 4 180
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-
rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut:
di mana:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 30
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
= sudut jurusan
= sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
m
X Akhir X Awal X i 0
i 1
di mana:
X = absis
Koreksi ordinat
di
KY fY
di
di mana:
Y = ordinat
SL fX 2
fY 2
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 31
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
KL
fX 2
fY 2 1 : 5.000
D
Sin Sin.Sinm
Cos M
Cos.Cos.m
di mana:
M = azimuth matahari
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z)
yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:
Z d Z u r 1 d p i atau
2
md mu r 1 d p i
2
di mana:
R = koreksi refraksi
p = koreksi paralax
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 32
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Syarat geometris
H Akhir H Awal H FH
T 8 D mm
Hitungan beda tinggi
H 2 H 1 H 12 KH
di mana:
H = tinggi titik
H = beda tinggi
d
FH
d
T = toleransi kesalahan penutup sudut
Azimuth magnetis
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 33
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z),
digunakan rumus sebagai berikut:
TB TA H
1
H 100 Ba Bb Sin2m TA Bt
2
Dd = DOCos2m
Dd = 100(Ba - Bb)Cos2m
di mana:
TA = Tinggi alat
m = sudut miring
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan
jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu
yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya
pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis
dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth
magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan
matematik koreksi boussole (C) adalah:
C=g-m
di mana:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 34
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis
3.5.2.4 Output
Peta dasar topografi dan bathimetri skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 1.000 dengan interval
kontur 1 m.
3.5.3.1 Tujuan
Melakukan analisa data hasil survei hidro-oceanogafi sehingga dapat dilihat gambaran
kondisi hidro-oceanogafi dari perairan di sekitar lokasi yang nantinya akan digunakan
untuk perencanaan fasilitas-fasilitas pelabuhan.
Analisa arus.
Analisa angin.
Analisa gelombang.
Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi
perencanaan fasilitas laut, mengetahui tipe pasang surut yang terjadi dan meramalkan
fluktuasi muka air. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai berikut:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 35
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Periode
Komponen Simbol Keterangan
(jam)
Matahari-bulan K1 23.9346
Utama bulan O1 25.8194 Pasang Surut Diurnal
Utama matahari P1 24.0658
Dengan didapatkannya nilai amplitudo dari komponen pasang surut, dapat ditentukan
tipe pasang surut yang terjadi pada lokasi, yaitu dengan melakukan perhitungan
Formzall (F) dengan persamaan sebagai berikut:
AO 1 AK 1
F=
AM 2 AS 2
di mana:
AO = amplitudo komponen O1
Tipe pasang surut berdasarkan angka formzall dapat dilihat pada tabel berikut.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 36
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Bilangan Formzall
Tipe Pasang Surut Keterangan
(F)
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
F < 0.25 Pasang harian ganda (semidiurnal) ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnal
ketinggian dan periode yang berbeda.
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan
1.5<F<3.0 Campuran, condong ke diurnal ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang
dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode
F < 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal)
pasang surut adalah 24 jam 50 menit
Dengan menggunakan komponen pasang surut yang telah dihasilkan dapat ditentukan
beberapa elevasi muka air penting. Dari beberapa elevasi muka air tersebut, dipilih
salah satu muka air yang akan digunakan sebagai acuan dalam perencanaan yang
disebut elevasi muka air rencana.
MHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnama.
MHWL (Mean High Water Level) Rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.
MSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
MLWL (Mean Low Water Level) Rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.
MLWS (Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnama.
LLWL (Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
2. Analisa Arus
Data hasil pengukuran arus adalah berupa posisi serta waktu pencapaian dari
pelampung percobaan yang bergerak. Dari data dapat dihitung arah dan besar
kecepatan arus.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 37
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3. Analisa Angin
Angin merupakan pembangkit gelombang laut. Oleh karena itu data angin dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi. Data angin yang
diperlukan adalah data angin maksimum harian tiap jam berikut informasi mengenai
arahnya yang diperoleh dari Badan Geofisika dan Meteorologi setempat. Data angin
diklasifikasikan berdasarkan kecepatan dan arah yang kemudian dihitung besarnya
persentase kejadiannya. Arah angin dinyatakan dalam bentuk delapan penjuru arah
mata angin (Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat
Laut). Kecepatan angin disajikan dalam satuan knot, di mana:
Dalam bentuk tabel angka-angka statistik klasifikasi angin tersebut dapat disajikan
secara visual dalam bentuk windrose. Penyajian statistik total (semua tahun data yang
berhasil dikumpulkan) kadang-kadang tidak mempunyai banyak arti karena musim
angin dari bulan ke bulan bervariasi. Yang justru lebih sering dibutuhkan adalah
statistik angin bulanan untuk mengetahui perilaku angin dan gelombang yang
ditimbulkan menurut bulan kejadiannya.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 38
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
4. Analisa Gelombang
Salah satu cara peramalan gelombang adalah dengan melakukan pengolahan data
angin. Prediksi gelombang disebut hindcasting jika dihitung berdasarkan kondisi
meteorologi yang telah lalu dan disebut forecasting jika berdasarkan kondisi
meteorologi hasil prediksi. Prosedur perhitungan keduanya sama, perbedaannya hanya
pada sumber data meteorologinya. Metode perhitungan gelombang dengan cara
hindcasting menggunakan metode SMB (Sverdrup-Munk-Brechneider).
Gelombang laut yang akan diramal adalah gelombang laut dalam yang dibangkitkan
oleh angin di laut dalam suatu perairan, kemudian merambat ke arah pantai dan pecah
seiring dengan mendangkalnya perairan dekat pantai. Hasil peramalan gelombang
berupa tinggi gelombang signifikan (H S) dan perioda gelombang signifikan untuk tiap
arah angin utama (TS). Untuk peramalan gelombang dengan cara pengolahan data
angin ini diperlukan data angin minimal 10 tahun. Data yang diperlukan untuk
peramalan gelombang terdiri dari:
Kecepatan angin.
Arah angin.
Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan rumus
berikut:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 39
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Lfi
Lf .cosα
i i
cosα i
di mana:
Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,50 searah jarum jam dan 22,50
berlawanan arah jarum jam).
BL 22.50 22.50 TL
B T
Tiap penjuru angin (arah utama) mempunyai daerah pengaruh selebar 22,5
derajat ke sebelah kiri dan kanannya.
Panjang garis fetch dihitung dari wilayah kajian sampai ke daratan di ujung
lainnya. Jika sampai dengan 200 km ke arah yang diukur tidak terdapat daratan
yang membatasi maka panjang fetch untuk arah tersebut ditentukan sebesar 200
km.
Masing-masing garis fetch dalam daerah pengaruh suatu penjuru angin (arah
utama) diproyeksikan ke arah penjuru tersebut.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 40
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Panjang garis fetch diperoleh dengan membagi jumlah panjang proyeksi garis-
garis fetch dengan jumlah cosinus sudutnya.
Terbatas Waktu
Terbatas Fetch
Pada pembentukan gelombang terbatas fetch, angin bertiup cukup lama dan
kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan dan panjang
fetch. Penghitungan parameter gelombang terbatas fetch ini dapat menggunakan
persamaan berikut ini:
gHS
gF
0,42
gTS
gF
0,25
2
0,283 tanh 0,0125 2 ; 1,2 tanh 0,077 2
v v 2 πv v
di mana:
Pembentukan Sempurna
Gelombang ini terbentuk bila angin bertiup cukup lama dan dengan kecepatan
yang cukup besar. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk kondisi
pembentukan gelombang sempurna adalah:
gH S gTS
2
0,283 ; 1,2
v 2 πv
di mana:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 41
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Hitung kecepatan angin untuk durasi 3 jam dengan langkah sebagai berikut:
1609
t
Ut
Ut 45
1,277 0,296 tanh 0,9 log
U 3600 t
UX
0,15 logX 1,5334
U 3600
di mana:
1
2
2
g F gF gF
0,0161 ln 0,3692 ln 2,2024 0,8798 ln 2
2 2
V V V V
t min 6,5882 e
g
di mana:
v = kecepatan angin = UX
g = percepatan gravitasi
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 42
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Hitung tinggi dan periode gelombang signifikan berdasarkan kondisi yang ada.
Dari tinggi dan periode gelombang (H S dan TS) yang didapatkan dari perhitungan
masing-masing data angin kemudian dilakukan analisa frekuensi dengan menggunakan
metode Gumbell untuk memperoleh tinggi dan periode gelombang untuk periode ulang
H2, H5, H10, H25, H50 dan H100 menurut arah datang gelombang. Hasil penentuan
gelombang berdasarkan analisa frekuensi ini yang digunakan untuk perencanaan
teknis fasillitas selanjutnya.
c. Pembuatan Waverose
Tinggi dan perioda gelombang yang diperoleh dari hasil peramalan gelombang dengan
menggunakan data angin yang ada kemudian dikelompokkan menurut bulan kejadian.
Langkah selanjutnya dicari persentase kejadian tinggi dan periode gelombang setiap
bulannya menurut besar dan arahnya yang disajikan dalam tabel dan wave rose.
Untuk pemeriksaan terhadap contoh air dilakukan test laboratorium untuk masing-
masing sampel air yang diambil. Analisa dilakukan untuk mendapatkan kadar sedimen,
salinitas dan kadar sulfat di lokasi rencana pelabuhan.
Contoh sedimen yang diambil di lokasi akan dianalisa dengan test laboratorium. Jenis
sedimen yang diambil adalah sedimen dasar (bed load) dan sedimen layang
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 43
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
(suspended load). Dari hasil test laboratorium tersebut akan dihasilkan diameter
butiran dan kecepatan endap butiran untuk masing-masing jenis sedimen.
3.5.3.4 Output
3.5.4.1 Tujuan
Menganalisa dan mengevaluasi data iklim dan curah hujan dari stasiun iklim terdekat
guna kebutuhan perencanaan fasilitas khususnya sistem drainase di lokasi.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 44
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Curah hujan rencana adalah curah hujan dengan periode ulang tertentu yang
kemudian dipakai untuk perencanaan fasilitas drainase. Penentuan curah hujan
rencana dengan periode ulang tertentu dapat dihitung menggunakan metode analisa
frekuensi. Beberapa metoda yang sangat dikenal antara lain adalah Metoda Normal,
Log Normal, Pearson III dan , Log Pearson Type III. Metoda yang dipakai nantinya
harus ditentukan dengan melihat karakteristik distribusi hujan daerah setempat.
Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode adalah untuk periode
ulang 2, 5, 10, 25, 50 serta 100 tahun.
Memakai data intensitas hujan yang dicatat dalam waktu yang pendek.
Memakai curah hujan harian maksimum untuk berbagai periode ulang sebagai
data basis.
Untuk memperoleh kurva IDF (Intensity Duration Frequency), digunakan metoda dari
Prof. Talbot yang menggunakan data harian maksimum untuk mendapatkan intensitas
hujan dengan rumus sebagai berikut:
a
I
t b
di mana:
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 45
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
It x I 2 I 2 t x I It x I I 2 t xN
Nx I 2 I x I Nx I 2 I x I
a ; b
dengan:
N = jumlah data
Bila tidak didapatkan data intensitas hujan, karena di daerah tersebut tidak ada
penakar hujan otomatis, maka kurva IDF dengan cara membandingkannya dengan
intensitas hujan daerah lainnya yang paling lengkap data pengamatannya.
3.5.4.4 Output
3.5.5.1 Tujuan
Pengujian di lapangan.
Pengujian di laboratorium.
1. Pengujian di Lapangan
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 46
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan
tahanan ujung konus qc (kg/cm2) dan nilai lekatan Lf (kg/cm2) setiap kedalaman pada
alat sondir dengan kapasitas 2,5 ton dengan kedalaman penetrasi 20 cm. Analisa
perhitungan yang dapat dilakukan adalah:
Hambatan lekat:
HL = (JP – PK) Cf
di mana:
JP = jumlah perlawanan
Cf = A/B
A = tahap pembacaan 20 cm
JHLi = SHL
Tujuan pemboran ini adalah untuk mendapatkan contoh-contoh tanah dasar yang akan
digunakan untuk analisa laboratorium. Pemboran dilaksanakan dengan mesin bor
sistem putaran dan pengambilan sampel dilakukan memakai tabung.
Uji Penetrasi Standar (SPT) dilakukan untuk memperoleh nilai N yang dipakai untuk
membuat perkiraan kondisi lapisan tanah bawah untuk perhitungan kapasitas dukung
pondasi. Harga N didefinisikan sebagai jumlah pukulan dengan palu seberat 140 lb (63
kg) yang dijatuhkan bebas setinggi 30 in (75 cm), untuk memasukan tabung standar
(split spoon sampler) sepanjang 24 in (60 cm) kedalaman tanah. Nilai N dihitung
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 47
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
sebagai jumlah 2 x 6 inches pukulan akhir dari 3 x 6 inches penetrasi. Hasil pengujian
SPT ini kemudian digambarkan dalam grafik bor log.
2. Pengujian di Laboratorium
Pengukuran dilakukan sesuai ASTM D-423 dan D-424 dimaksudkan untuk menetapkan
batas cair dan batas plastis tanah yang dipakai pada banyak klasifikasi tanah, antara
lain : USCS, AASHTO, dll.
Pengujian kekuatan tanah dengan triaxial test, ASTM D-2850 ini bertujuan untuk
mendapatkan sudut perlawanan geser dalam dan kohesi tanah. Pengujian dilakukan
atas contoh-contoh tanah dengan kondisi tanpa pengaliran air pori tanah dan tanpa
menunggu proses konsolidasi contoh tanah.
Pengujian ini dilakukan dengan alat konsolidometer yang dilengkapi dengan dial
pencatat penurunan, pencatat waktu serta pembebanan, dimaksudkan untuk
mengetahui perilaku pemampatan tanah akibat pembebanan, dan waktu yang
dibutuhkan untuk pemampatan tersebut. Pengujian ini sesuai dengan ASTM D-2435.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 48
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butir dan susunan butir tanah. Pengujian
dilakukan berdasarkan standard ASTM D-421 dan D-422. Untuk contoh tanah berbutir
dilakukan dengan analisa ayakan, sedangkan untuk contoh tanah kohesive
dilaksanakan dengan metode hidrometer.
3.5.5.4 Output
Bor log.
3.6.1.1 Tujuan
3.6.1.3 Metodologi
Analisa Kelayakan Tata Ruang dilakukan dengan diskusi dengan instansi terkait seperti
Bappeda dan Dinas Perhubungan Kabupaten, kemudian mencermati dokumen
ketataruangan daerah agar lokasi alternative sudah direncanakan dan sesuai dengan
pengembangan jaringan transportasi darat dan transportasi udara.
3.6.1.4 Output
Output dari analisa kelayakan tata ruang ini adalah lokasi alternative secara tata ruang
adalah layak untuk dibangun pelabuhan.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 49
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.6.2.1 Tujuan
Berdasarkan hasil analisa data baik topografi dan batimetri, hidrooseanografi, hidrologi
dan geoteknik, maka alternative lokasi dinilai kelayakannya.
3.6.2.4 Output
Aspek Kelayakan teknis pelabuhan dari segi aspek darat dan perairan
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 50
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.6.3.1 Tujuan
3.6.3.4 Output
3.6.4.1 Tujuan
Terpenuhinya aspek kelayakan social dimana lokasi pelabuhan secara social telah
disetujui oleh pemerintah daerah, adat dan masyarakat sekitar, karena di Papua aspek
social ini lebih mendominasi dibandingkan aspek lainnya.
Analisa kelayakan social diperoleh dengan diskusi dengan penduduk sekitar terkait
lokasi pelabuhan, terutama dari segi ketersediaan dan perizinan untuk lokasi
pelabuhan.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 51
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.6.4.4 Output
Daftar laporan yang harus diserahkan oleh konsultan serta diskusi yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan
Berisi rencana kerja konsultan yang lebih terperinci serta metode pelaksanaan yang
diambil, dicetak sebanyak 5 buku dan didiskusikan/seminar.
2. Laporan Interim
Berisi hasil perencanaan dalam bentuk draft, dicetak sebanyak 5 buku kemudian
didiskusikan/seminar.
4. Laporan Final
Merupakan hasil perbaikan draft final report setelah didiskusikan dan disetujui dicetak
sebanyak 5 buku.
5. Album Gambar
Berisi Gambar Topografi dan Batimetri Lokasi alternative dan Layout Pelabuhan
terpilih.
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 52
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.3.1 Tujuan................................................................................................6
3.3.3 Output................................................................................................8
3.4.1.1 Tujuan..........................................................................................9
3.4.1.5 Output........................................................................................10
3.4.2.1 Tujuan........................................................................................10
3.4.2.6 Output........................................................................................25
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 53
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.4.3.1 Tujuan........................................................................................25
3.4.3.5 Output........................................................................................28
3.5.1.1 Tujuan........................................................................................28
3.5.1.4 Output........................................................................................29
3.5.2.1 Tujuan........................................................................................29
3.5.2.4 Output........................................................................................35
3.5.3.1 Tujuan........................................................................................35
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 54
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.5.3.4 Output........................................................................................44
3.5.4.1 Tujuan........................................................................................44
3.5.4.4 Output........................................................................................46
3.5.5.1 Tujuan........................................................................................46
3.5.5.4 Output........................................................................................49
3.6.1.1 Tujuan........................................................................................49
3.6.1.3 Metodologi..................................................................................49
3.6.1.4 Output........................................................................................49
3.6.2.1 Tujuan........................................................................................50
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 55
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.6.2.4 Output........................................................................................50
3.6.3.1 Tujuan........................................................................................51
3.6.3.4 Output........................................................................................51
3.6.4.1 Tujuan........................................................................................51
3.6.4.4 Output........................................................................................52
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 56
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 57