Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan FS

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

METODOLOGI PELAKSANAAN

PEKERJAAN
BAB III Survei Investigation and Design (SID) Pelabuhan Kofiau
Kabupaten Raja Ampat
Provinsi Papua Barat

Dalam bab ini diuraikan metodologi pelaksanaan pekerjaan konsultan dalam


melaksanakan pekerjaan:

“Survei Investigation and Design (SID) Pelabuhan Kofiau

Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat”

Metodologi dan konsep pendekatan yang diuraikan dalam sub bab - sub bab ini
didasarkan pada hal-hal di bawah ini:

 Informasi yang telah dikumpulkan oleh konsultan sejauh ini tentang daerah
penelitian.

 Hal-hal yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan pekerjaan ini.

 Pengalaman Konsultan dalam mengerjakan pekerjaan sejenis.

 Keahlian, sumber daya, dan perangkat lunak yang dimiliki Konsultan.

3.1. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan


analisa dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil
seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-aspek yang berkaitan dengan rekayasa
pembangunan dapat dikelompokkan menjadi empat tahapan, yaitu:

 Tahapan Studi

 Tahapan Perencanaan

 Tahapan Pelaksanaan

 Tahapan Operasi dan Pemeliharaan

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 1
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan
untuk mendukung kegiatan masing-masing tahapan. Secara makro rekayasa,
penjabaran dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah
dijelaskan di atas, pekerjaan “Survei Investigation and Design (SID) Pelabuhan
Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat” ini, termasuk dalam
tahapan perencanaan.

Gambar 3. 1. Tahapan Kegiatan Umum Proyek.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 2
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan Pekerjaan/TOR,


maka dalam menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan
metodologi pelaksanaan yang optimal, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat
diandalkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini, pihak konsultan akan
menyajikan pendekatan teknis dan metodologi pelaksanaan dari masing-masing
kegiatan yang dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan. Lingkup
pelaksanaan serta metode yang digunakan di setiap tahapan digambarkan dalam
Gambar 3.2. Lingkup kegiatan di atas akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:

1. Tahapan Persiapan.

2. Tahapan Pengumpulan Data Sekunder.

3. Tahapan Pelaksanaan Survei Lapangan.

4. Tahapan Analisa Data.

5. Tahapan Studi Kelayakan.

6. Tahapan Pelaporan.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 3
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 3. 2. Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.2. Tahapan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan


peralatan, persiapan pekerjaan lapangan, dan pengumpulan data tahap awal.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 4
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

1. Penyelesaian Administrasi

Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi kontrak


dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini, baik di
lingkungan intern konsultan maupun untuk berhubungan dengan pihak lain.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan

Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan mobilisasi


personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini. Kemudian setelah semua
personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi untuk menentukan langkah-langkah
guna penyelesaian pekerjaan ini agar didapatkan hasil kerja yang maksimal.

3. Persiapan Pekerjaan Lapangan

Selain persiapan-persiapan yang dilakukan di kantor, dilakukan juga persiapan di


lapangan. Persiapan pekerjaan lapangan ini meliputi penyiapan kantor di lokasi proyek
dan pekerjaan persiapan untuk survei-survei.

Sedangkan pekerjaan persiapan untuk survei meliputi pembuatan program kerja


(jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan personil, pembuatan peta kerja, penyiapan
peralatan survei dan personil, penyiapan surat-surat ijin/surat keterangan, dan
pemeriksaan alat-alat survei.

4. Pendefinisian Kebutuhan Pengguna

Pendefinisian ulang kebutuhan pemakai sangat penting untuk dilakukan. Hal ini
penting mengingat penjelasan pekerjaan sebelumnya belum dijelaskan secara teknis
dan bagaimana hasil (produk) yang mencerminkan keinginan pengguna jasa dan
kualitas pekerjaan yang harus dihasilkan oleh konsultan.

Pendefinisian ulang kebutuhan pemakai ini harus sudah diselesaikan sebelum laporan
pendahuluan dibuat. Dengan demikian, laporan pendahuluan yang dibuat oleh
konsultan akan menjadi acuan konsultan dan pemilik pekerjaan (pengguna jasa) dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 5
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.3. Tahapan Pengumpulan Data Sekunder

3.3.1 Tujuan

Mengumpulkan semua data yang ada (data sekunder), yang berkaitan dengan kondisi
fisik teknis, sosial ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah, untuk selanjutnya dianalisa
guna memperoleh gambaran tentang daya dukung terhadap pembangunan Pelabuhan.

3.3.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pekerjaan pengumpulan data sekunder ini adalah sebagai berikut:

1. Laporan Studi Terdahulu yang Terkait

Pekerjaan ini bersifat studi literatur yang komprehensif. Literatur yang digunakan
dalam studi ini harus mencakup berbagai sasaran teknis sehingga tidak terjadi
tumpang tindih data (Data Redundancy) dan tumpang tindih literatur ( Overlap
Literacy).

2. Peta Terbaru

Peta digunakan sebagai salah satu acuan referensi dalam perencanaan khususnya
untuk hal-hal yang berkaitan dengan topografi dan geologi. Peta-peta yang
dikumpulkan sebagainya merupakan peta-peta keluaran terbaru dari instansi yang
terkait. Jenis-jenis peta yang diperlukan antara lain:

 Peta Topografi rupa bumi dari BAKOSURTANAL atau Direktorat Topografi.

 Peta Bathimetri dari Direktorat Oceanografi.

 Peta Geologi dari Direktorat Geologi.

 Peta tata guna lahan.

3. Data Hidro-Oceanografi

Data-data sekunder Hidro-Oceanografi merupakan data pendukung sebagai referensi


dalam perencanaan terutama pengecekan hasil survei Hidro-Oceanografi yang akan
dilakukan. Kebutuhan data antara lain:

 Data pasang surut.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 6
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Data arus dan gelombang.

4. Data Meteorologi

Dalam perencanaan pelabuhan, kebutuhan data meteorologi adalah salah satu unsur
yang sangat penting terutama untuk menentukan layout rencana. Data meteorologi
yang digunakan sebaiknya merupakan hasil pengamatan dari stasiun yang terdekat
sehingga dapat dianggap mewakili kondisi di lokasi perencanaan. Data meteorologi
yang diperlukan adalah:

 Data angin harian maksimum stasiun terdekat.

 Data curah hujan harian maksimum stasiun terdekat.

 Data iklim stasiun terdekat.

5. Data Sosial Ekonomi Penunjang

Parameter sosial dan ekonomi menjadi sangat penting mengingat peruntukkan dan
fungsi pelabuhan tidak terlepas dari perkembangan sosial lingkungan dan ekonomi
wilayah tersebut. Data-data yang diperlukan antara lain:

 Data kependudukan (Demografi).

 Data sarana dan prasarana pendukung wilayah yang ada.

 Data fasilitas dan utilitas yang tersedia.

 Data potensi sumberdaya alam.

 Data pendapatan ekonomi wilayah (PDRB/GDP/GRDP).

 Data perdagangan dan industri.

 Data bahan bangunan/material dan upah.

6. Data Eksisting Pelabuhan

Perencanaan pelabuhan baru maupun rencana pengembangan pelabuhan yang ada


tidak terlepas dari kondisi pelabuhan yang telah ada sebelumnya. Oleh sebab itu dalam
perencanaan diharapkan selalu melihat kondisi yang ada pada pelabuhan yang lama.
Data-data eksisting pelabuhan yang diperlukan antara lain:

 Data pergerakan serta jenis kapal yang ada.

 Data jenis dan jumlah komoditas/barang yang dilayani.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 7
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Data fasilitas sarana dan prasarana yang ada serta waktu pelayanannya.

 Data tarif jasa angkutan dan penyimpanan barang.

 Data-data kepelabuhan lainnya.

7. Data Lingkungan Penunjang

Kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung akan membawa


dampak terhadap lingkungan. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap kehidupan
sekitarnya.

8. Data Kebijakan/Peraturan Pemerintah

Perencanaan pelabuhan selalu terkait dengan strategi perkembangan wilayah lokasi


rencana pembangunan baik dalam skala kabupaten maupun propinsi. Dengan
demikian, berbagai rekomendasi strategi pengembangan pelabuhan diusahakan tidak
menyimpang dari kebijakan-kebijakan yang telah ada sebelumnya. Data-data yang
diperlukan, yaitu:

 Rencana Umum Tata Ruang (RUTR).

 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

 Rencana Strategi (RENSTRA) pemerintah propinsi.

 Rencana kawasan pertumbuhan ekonomi propinsi, kabupaten, kota.

 Rencana strategi pengembangan pemerintah pusat/propinsi/kabupaten/kota


dalam bidang transportasi laut.

 Kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan pelabuhan.

 Peraturan-peraturan/kebijakan-kebijakan lain yang terkait.

3.3.3 Output

File data base, statistik, rencana kerja survei lapangan.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 8
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.4. Tahapan Pelaksanaan Survei Lapangan

3.4.1 Survei Sosial Ekonomi

3.4.1.1 Tujuan

Mengumpulkan data primer tentang aspek sosial ekonomi yang berkaitan dengan
perencanaan kepelabuhan baik mikro (masyarakat sekitar) maupun makro (pengguna
jasa dan pihak pengelola), dengan melakukan survei langsung di lapangan.

3.4.1.2 Ruang Lingkup

 Masyarakat di sekitar lokasi rencana.

 Instansi yang terkait (Syah Bandar Pelabuhan, Perhubungan Laut, Bappeda,


Industri dan Perdagangan).

 Pihak-pihak pengguna jasa (pengusaha angkutan, industri, pedagang, dll).

3.4.1.3 Metodologi Survei

Survei lapangan sosial ekonomi dilakukan dengan cara:

 Diskusi dengan nara sumber.

 Penyebaran quistioner dan wawancara dengan responden.

 Pengamatan langsung di lapangan.

Sebelum survei dilakukan, konsultan akan mempersiapkan quistioner yang berisi daftar
pertanyaan dan format isian data yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam
pelaksanaannya konsultan akan mengunjungi instansi-instansi yang terkait dengan
masalah-masalah kepelabuhan. Pada setiap kunjungan tersebut konsultan akan
mengadakan diskusi dengan pejabat yang bersangkutan sebagai narasumber.

Questioner akan disebarkan kepada para responden yang dipilih baik yang ada di
sekitar lokasi maupun pengguna jasa pelabuhan, yang selanjutnya diikuti dengan
wawancara langsung dengan yang bersangkutan.

3.4.1.4 Peralatan Survei

 Format wawancara dan diskusi.

 Questioner.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 9
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Buku catatan.

3.4.1.5 Output

File data sosial ekonomi dan statistik.

3.4.2 Survei Topografi dan Bathimetri

3.4.2.1 Tujuan

Survei topografi dan bathimetri ini adalah memperoleh data lapangan sebagai
gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area perairan laut di depan calon
pelabuhan.

Hasil dari survei ini kemudian disajikan dengan peta dasar skala 1 : 2.500 dan peta
kerja skala 1 : 1.000 dengan interval kontur 1 m.

3.4.2.2 Ruang Lingkup

1. Survey Topografi

 Pemasangan Bech Mark (BM) dan patok kayu

 Pengukuran poligon (kerangka dasar horizontal).

 Pengukuran sipat datar (kerangka dasar vertikal).

 Pengukuran situasi detail.

 Perhitungan hasil pengukuran.

2. Survey Bathimetri

 Menentukan patok-patok tetap referensi.

 Pengukuran kedalaman menggunakan echosounder dan pengukuran posisi


menggunakan satelit GPS (Global Positioning System).

 Perhitungan dan pengolahan hasil pengukuran.

3.4.2.3 Metodologi Survei Topografi

Secara garis besar, survei topografi yang dilakukan terdiri dari kegiatan sebagai
berikut:

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 10
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

1. Pekerja Pengukuran

Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek terhadap
koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk pelaksanaan
(stake out) mudah dilakukan.

Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari jawatan Topografi
angkatan darat (JANTOP-AD) atau dari BAKOSURTANAL. Referensi ketinggian titik
triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi
berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi ke dalam sistem koordinat
Cartesian (x, y).

Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik pada
kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan berada dalam
satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak ada/berada jauh sekali
dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi lokal.

Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek,


selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal
maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol ( control survey) adalah pekerjaan
pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai titik-
titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan
untuk memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-
titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detail.

2. Orientasi Medan

Sebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah melakukan
orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya)
dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol
pengukuran.

b. Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah sekitarnya.

c. Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 11
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

d. Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi.

e. Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan,


perlengkapan, material, serta logistik.

f. Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama


dengan Pengawas Lapangan.

3. Pemasangan BM (Bench Mark) dan Patok Kayu

BM dipasang di tempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM
akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan koordinat (x, y, z)
BM dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon dan sipat datar. Pada
setiap pemasangan BM akan dipasang CP pendamping untuk memudahkan
pemeriksaan.

Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang terdekat.

Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x100) cm dengan
jumlah BM sebanyak  2 buah. Bench Mark besar dipasang seperti berikut:

a. BM harus dipasang pada jarak setiap 2,5 km sepanjang jalur poligon utama atau
cabang. Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang
lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada
daerah yang lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan
BM dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan.
Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi " Close
Up", untuk lembar deskripsi BM.

b. Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM) dan
nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah
pencariannya.

c. Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar


patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.

d. Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x50)
cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya serta
diberi kode dan nomor yang teratur.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 12
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Pen k u n in gan
Ø6 c m

Pip a p ralo n PVC Ø6 cm

20
Pelat m arm er 12 x 12

25
Nom o r titik

Tulan gan tian g Ø10


D ico r beto n
Sen gk ang Ø5-15

10
100

65
Dic or b eton

75
20
B eto n 1:2:3
15

10
20

Pasir d ip ad atkan
20

40

Benchmark Control Point

Gambar 3. 3. Konstruksi BM.

4. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik kerangka
dasar horizontal, diantaranya yaitu dengan melakukan pengukuran dengan
menggunakan satelit GPS (Global Positioning System) dan dengan pengukuran poligon.
Keuntungan menggunakan metoda GPS untuk penentuan titik kerangka dasar
horizontal yaitu:

 Waktu pelaksanaan lebih cepat.

 Tidak perlu adanya keterlihatan antar titik yang akan diukur.

 Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun malam.

 Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi ke satu datum global
yaitu World Geodetic System 1984 yang menggunakan ellipsoid referensi
Geodetic Reference System 1980.

 Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan cuaca.

 Ketelitian posisi yang diberikan relatif tinggi.

Sedangkan kerugiannya antara lain:

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 13
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan pengelola satelit.
Pemakai harus menggunakan datum tersebut, atau kalau tidak, ia harus
mentransformasikannya ke datum yang digunakannya (transformasi datum).

 Pemakai tidak mempunyai kontrol dan wewenang dalam pengoperasian sistem.


Pemakai hanya mengamati satelit sebagaimana adanya beserta segala
konsekuensinya.

 Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang teliti, relatif tidak mudah.
Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik dan hati-hati.

Spesifikasi pengamatan GPS untuk memperoleh titik kerangka utama ini adalah:

 Pengamatan dilakukan secara double difference dengan metode static atau rapid
static.

 Lama pengamatan 30-45 menit setiap sesi pengamatan.

 Panjang tiap baseline maksimal 2.5 kilometer.

 Masking angle adalah sebesar 15 derajat.

 GPS receiver yang digunakan adalah GPS single frekuensi baik L1 atau L2.

 RMS error dari setiap koordinat hasil perhitungan maksimum adalah 1 mm.

Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon, harus
terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang
perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan.

Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara mengukur
jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran poligon ini, titik akhir
pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan dengan
pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata
dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan
dikoreksikan terhadap azimut magnetis.

a. Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung
kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 14
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti di Gambar
3.4.

Jarak AB = d1 + d2 + d3

d1
d2

A 1

d3

2
B

Gambar 3. 4. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring.

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak
optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

b. Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur
sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 3.5.

 = sudut mendatar

AB = bacaan skala horisontal ke target kiri

AC = bacaan skala horisontal ke target kanan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar
biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:

 Jarak antara titik-titik poligon adalah  50 m.

 Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.

 Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.

 Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).

 Selisih sudut antara dua pembacaan  5” (lima detik).

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 15
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.

KI 
f x
2
 fy
2
  1 : 5.000
d
 Bentuk geometris poligon adalah loop.

AB
 B

AC

A
C

Gambar 3. 5. Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

c. Pengamatan Azimuth Astronomis

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:

 Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-


sudut terukur dalam jaringan poligon.

 Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu


dengan yang lainnya.

 Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran


yang bersifat lokal/koordinat lokal.

Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:

 Alat ukur yang digunakan Theodolite T2

 Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 16
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)

Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada Gambar 3.6, Azimuth
Target (T) adalah:

T = M +  atau T = M + ( T - M )

di mana:

T = azimuth ke target

M = azimuth pusat matahari

(T) = bacaan jurusan mendatar ke target

(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari

 = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target

U (Geografi)
Matahari

M T

Target
A

Gambar 3. 6. Pengamatan Azimuth Astronomis.

5. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran
dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double
stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka
pengukuran) telah diikatkan terhadap BM

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 17
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan


pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti
digambarkan pada Gambar 3.7.

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 3. 7. Pengukuran Waterpass.

Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut:

 Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

 Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

 Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.

 Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.

 Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar. Sambungan


rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.

 Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.

 Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.

 Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.

 Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah,


benang atas dan benang bawah.

 Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 18
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.

 Jarak rambu ke alat maksimum 50 m

 Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

 Toleransi salah penutup beda tinggi (T).

T = 10”  D mm dimana:

D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.

6. Pengukuran Situasi

Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:

 Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.

 Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.

 Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan
Vorstraal.

 Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n = banyaknya titik sudut.

 Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.

 Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi
dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan
lapangan.

 Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.

 Sudut poligon raai dibaca satu seri.

 Ketelitian tinggi poligon raai 10 cmD (D dalam km).

Dengan cara tachymetri ini diperoleh data-data sebagai berikut:

 Azimuth magnetis.

 Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).

 Sudut zenith atau sudut miring.

 Tinggi alat ukur.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 19
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses hitungan,


diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui
koordinatnya (X, Y, Z).

7. Perhitungan Hasil Pengukuran

a. Semua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan sehingga kalau


ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu pula.

b. Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa.

c. Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan dengan metode
yang ditentukan oleh Direksi.

d. Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan : Salah
penutup sudut poligon dan jumlah titiknya, salah linier poligon beserta harga
toleransinya, jumlah jarak, salah penutup sipat datar beserta harga toleransinya,
serta jumlah jaraknya.

e. Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.

3.4.2.4 Metodologi Survey Bathimetri

Survey Bathimetri atau seringkali disebut dengan Pemeruman ( sounding) dimaksudkan


untuk mengetahui keadaan topografi dasar laut. Cara yang dipakai dalam pengukuran
ini adalah dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut pada jalur tegak lurus
pantai ke arah laut dan jalur sejajar pantai untuk cross check. Penentuan posisi-posisi
kedalaman dilakukan menggunakan GPS. GPS adalah sistem radio navigasi dan
penentuan posisi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat.
Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini,
serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan
juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia.

Dalam kaitannya dengan aktivitas pemetaan laut, metode penentuan posisi yang
digunakan umumnya adalah metode kinematik diferensial menggunakan data
pseudorange untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian menengah (level meter)
dan menggunakan data fase untuk ketelitian yang lebih tinggi (level cm).

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 20
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Penentuan posisi secara kinematik adalah penentuan posisi dari titik-titik yang
bergerak dan receiver GPS tidak dapat atau tidak punya kesempatan untuk berhenti
pada titik-titik tersebut.

Penentuan titik lajur sounding setiap 10 meter (disekitar rencana dermaga) dan 20
meter di luar itu, dilaksanakan dengan cara pengukuran traverse sepanjang
sungai/pantai. Titik lajur sounding ini diikatkan pula dengan jaringan poligon (dari
pekerjaan topografi).

Untuk lebih jelasnya, metode pelaksanaan survei bathimetri dijelaskan sebagai berikut:

1. Persiapan

Dalam pekerjaan persiapan ini dilakukan pengukuran polygon dan waterpass untuk
pengukuran garis pantai, pemasangan patok untuk jalur sounding tiap 10 m dan 20 m.

Sebelum pemeruman dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeruman global secara


visual dan dibantu dengan tali. Hal ini dimaksudkan supaya dapat menentukan
distribusi pemeruman dengan teliti dan efisien. Pada posisi dimana pola dasar laut
relatif landai, pemeruman dilakukan dengan lintasan-lintasan yang relatif jarang,
sedang pada pola dasar laut relatif dalam dilakukan pemeruman dengan lintasan-
lintasan yang relatif rapat.

2. Pengukuran Titik-titik Ikat Posisi Kedalaman

Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan titik-titik ikat bagi posisi kedalaman.


Pada pelaksanaan di lapangan, titik ikat posisi kedalaman memakai sistem koordinat
lokal. Sistem pengukuran untuk pengikatan digunakan pengukuran polygon.

3. Haluan Pemeruman

Haluan Pemeruman yang dilaksanakan semaksimal mungkin tegak lurus garis pantai,
sesuai dengan ketentuan, isobath (isometric-depth) hampir sejajar garis pantai.

a. Cara Penentuan Fix Point (Posisi Kedalaman)

Penentuan fix point dilakukan dengan cara ikatan kemuka. Untuk cara ini diperlukan
dua buah theodolite yang ditempatkan di darat, pada titik kerangka dasar peta
(poligon), dibantu dengan minimal dua buah titik referensi.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 21
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Seorang surveyor hidro-oceanografi berada di motor boat memberi aba-aba


kepada surveyor topografi melalui handy talky, pada saat yang bersamaan, di
baca sudut jurusan ke arah posisi motor boat.

 Satu surveyor memberi tanda pada kertas rekaman sounding.

 Dua orang buruh lokal yang memegang bendera di darat pindah ke jalur
selanjutnya sesudah satu jalur selesai.

 Untuk pengecekan kedalaman pada jalur sounding, dibuat beberapa jalur cross
sounding atau sounding silang.

 Jarak antara ray (jalur) sounding dekat darat sampai perairan di depan dermaga
10 m dan di laut 25 m.

 Sounding dilakukan pulang-pergi, pergi dengan jalur-jalur ganjil dan pulang


dengan jalur-jalur genap.

b. Alat Apung (Kapal Perum atau Sekoci Perum)

Kapal perum yang digunakan diusahakan supaya:

 Ruangan cukup untuk peralatan (echosounder, tempat memplot fix point dan
personil),

 Kecepatan dapat dipertahankan konstan selama pemeruman berlangsung, dan

Untuk lebih jelasnya metoda penentuan posisi fix point dapat dijelaskan seperti pada
Gambar 3.8. Berdasarkan gambar tersebut posisi fix point dapat dihitung berdasarkan
rumus sebagai berikut:

D A  B  D A  S  D B  S 
 
Sin 3 Sin 2 Sin 1

 Menentukan jarak A-S dan B-S

D AB Sin 2
D AS 
Sin 3

D AB Sin 1
D BS 
Sin 3

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 22
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

bergerak
S1 S2

D(A-S1) D(A-S2) D(B-S1) D(B-S2)

1 1 2 2

D(A-B)

B
A

Gambar 3. 8. Penentuan Posisi Kedalaman.

 Menentukan sudut  .1,  .2,  .3

 .1  SudutJurusanAB  SudutJurusanAS
 .2  SudutJurusanBA  SudutJurusanBS
 .3  180    .1   2 

 Menentukan azimuth (a)

 AS   AB   1

 BS   AB  180     2

di mana:

AB = azimuth A ke B

XB  XA
 ArcTan 
YB  Y A

AS = azimuth A ke S

BS = azimuth B ke S

 Menentukan koordinat titik S

 Koordinat titik S dihitung dari titik A

Xs.1 = XA + DASSinAS

Ys.1 = YA + DASCosAS

 Koordinat titik S dihitung dari titik B

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 23
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Xs.2 = XB + DBSSinBS

Ys.1 = YB + DBSCosBS

 Koordinat titik S rata-rata

X1  X 2 Y  Y2
X Rata  rata  ; YRata  rata  1
2 2

Untuk mengukur kedalaman akan digunakan echosounder merk Raytheon atau


Furuno. Bersamaan dengan pengukuran kedalaman (sounding) dilakukan juga
pembacaan pasang surut dengan maksud untuk koreksi kedalaman. Untuk menghitung
elevasi titik-titik sounding dipakai elevasi muka air dari hasil pembacaan pasang surut
di lokasi proyek. Untuk harga kedalaman, diperhitungkan juga koreksi dari hasil bar
check (tesbar) terhadap alat echosounder.

3.4.2.5 Peralatan Survei

Peralatan yang digunakan dalam survei topografi:

 Wild T - 0 Theodolit.

 Wild NAK 1 Waterpass.

 Rambu ukur.

 Pita ukur 50 meter.

 Jalon.

 Rol meter.

 Echosounder Raytheon DE-719B.

 Sextant.

 Waterpass Kern.

 Kompas Sestrel.

 Handy Talky AICOM.

 Perahu Motor.

 Peilschaal.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 24
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.4.2.6 Output

 Data pengukuran asli dan perhitungan semua hasil pengukuran di lapangan baik
topografi maupun bathimetri.

 Daftar koordinat dan ketinggian dari semua patok BM yang dipasang di lapangan
dan berikut data triangulasi yang dipakai sebagai titik ikat pengukuran.

3.4.3 Survei Hidro-Oceanografi

3.4.3.1 Tujuan

Mendapatkan data pengukuran, pengamatan dan sampel sebagai gambaran yang


sebenarnya tentang kondisi oceanografi dari perairan di sekitar lokasi yang meliputi
kondisi pasang surut, arus, gelombang dan sedimen.

3.4.3.2 Ruang Lingkup

 Pengamatan pasang surut (15 hari).

 Pengukuran arus.

 Pengamatan gelombang.

 Pengambilan contoh air.

 Pengambilan contoh sedimen.

3.4.3.3 Metodologi Survei

1. Pengamatan Pasang Surut (15 hari)

Pengamatan pasang surut dilakukan pada lokasi yang representatif dengan lama
pengamatan 15 hari x 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan cara memasang alat
duga muka air yang dibaca setiap jam. Alat pengamatan pasut yang dipakai adalah
peilschaal dengan interval skala 1 (satu) cm. Elevasi hasil pengamatan muka air
selanjutnya diikatkan pada titik tetap yang ada (Bench Mark). Data hasil pengamatan
akan digunakan untuk analisa tinggi muka air rata-rata dan konstanta-konstanta
pasang surutnya.

Hasil pengamatan ini diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi terdekat


seperti Gambar 3.9 untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 25
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

waterpass sehingga pengukuran topografi, bathimetri dan pasang surut mempunyai


datum (bidang referensi) yang sama. Rumus pengikatan adalah sebagai berikut:

Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2

di mana:

T.P = tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal

BT.1 = bacaan benang tengah di patok

BT.2 = bacaan benang tengah di peilschaal

BT. 2 BT. 1

T.P

Nol Peilscaal

Gambar 3. 9. Pengikatan (levelling) Peilschaal.

2. Pengukuran Arus

Untuk mengetahui arah dan kecepatan arus yang terjadi di perairan tersebut akan
dilakukan pengukuran arus di 2 (dua) titik pada lokasi. Pengukuran arus terdiri atas
pengukuran arus tetap dan arus bergerak.

a. Pengukuran Arus Tetap

Pengukuran arus tetap akan dilakukan di suatu tempat yang telah ditetapkan dengan
cara menjangkar perahu di titik tersebut. Pengukuran akan dilakukan selama 25 jam
pada saat spring tide. Pengukuran harus dilakukan pada kedalaman 0,2; 0,4 dan 0,8 d
(d = kedalaman laut). Data hasil pengukuran berupa kecepatan dan arah arus.

b. Pengukuran Arus Bergerak

Pengukuran arus bergerak akan dilakukan 2 (dua) kali yaitu pada saat spring tide dan
neap tide. Lama pengukuran masing-masing  8 jam yaitu dari saat surut sampai

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 26
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

dengan saat surut berikutnya atau dari saat pasang ke saat pasang berikutnya atau
disebut 1 siklus pasang surut. Pengukuran dilakukan dengan cara melepaskan alat
pelampung dan resistant body pada kedalaman 0,5 d (d = kedalaman laut).

Posisi saat peluncuran (posisi pertama) diukur kedudukannya, selang beberapa waktu
kemudian misalnya 10 atau 15 menit posisi pelampung diukur kembali. Jarak antara
posisi pertama dan posisi kedua berikut arahnya diketahui sehingga kecepatan dan
arah arus dapat dihitung.

3. Pengamatan Gelombang

Pengamatan tinggi gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur


otomatis atau secara visual. Pengamatan dilakukan selama 15 hari.

4. Pengambilan Contoh Air

Contoh air diambil pada beberapa titik di sekitar lokasi proyek. Contoh diambil pada
saat spring tide dan neap tide, masing-masing pada saat air tinggi dan air rendah.
Contoh air dimasukkan kedalam wadah/botol-botol plastik yang terlindung dari
pengaruh luar yang telah disediakan dan akan diperiksa di laboratorium untuk
mendapatkan kadar sedimen, salinitas dan kadar sulfat.

5. Pengambilan Contoh Sedimen

Contoh sedimen yang di ambil adalah sedimen dasar (bed load) dan sedimen layang
(suspended load). Pengambilan contoh sedimen dasar dan sedimen suspensi
diperlukan untuk mengetahui diameter butiran dan kecepatan endap butiran sedimen
yang mengendap di sepanjang pantai. Lokasi pengambilan contoh sedimen diusahakan
sama dengan lokasi pengambilan contoh air pada beberapa titik di lokasi. Contoh
sedimen dimasukkan kedalam wadah/botol-botol plastik yang terlindung dari pengaruh
luar yang telah disediakan dan akan diperiksa di laboratorium.

3.4.3.4 Peralatan Survei

 Theodolite T0.

 Peilschaal.

 Currentmeter.

 Alat pelampung.

 Resistant body.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 27
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Kompas.

 Echocounder

 Tabung-tabung sampel.

3.4.3.5 Output

 Data pengamatan pasang surut 15 hari

 Data kecepatan dan arah arus

 Data pengamatan gelombang

 Sampel air dan sedimen.

3.5. Tahapan Analisa Data

3.5.1 Analisa Sosial Ekonomi

3.5.1.1 Tujuan

Merumuskan hasil pengumpulan data sekunder sosial ekonomi dan data hasil survei
sosial ekonomi sehingga dapat memberikan gambaran tingkat pengembangan
pelabuhan berdasarkan kondisi sosial ekonomi dan arahan kebijakan pemerintah serta
melakukan prediksi sosial ekonomi guna penentuan arah kebijakan pengembangan
untuk masa yang akan datang.

3.5.1.2 Ruang Lingkup

 Analisa kebutuhan pihak pengelola dan pengguna jasa pelabuhan.

 Analisa dan prediksi pertumbuhan ekonomi.

 Analisa dan prediksi pergerakan kapal.

 Analisa dan prediksi kegiatan bongkar muat barang/komoditas.

3.5.1.3 Metodologi Analisa

Pertumbuhan tingkat kebutuhan pergerakan (dalam hal ini yang melalui pelabuhan)
sangat tergantung kepada beberapa faktor. Karena itu prediksi pergerakan yang
membutuhkan pelayanan di rencana Pelabuhan harus didasarkan kepada
pertimbangan terhadap beberapa faktor sebagai berikut:

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 28
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Peranan dan fungsi rencana Pelabuhan Container Arar, baik secara nasional
maupun secara lokal (bagi Kabupaten Sorong itu sendiri).

 Rencana Pengembangan kawasan ekonomi dan industri yang ada.

 Pola kecenderungan pergerakan yang ada pada pelabuhan lama selama ini.

 Pola kegiatan sosial ekonomi di Kabupaten Sorong.

3.5.1.4 Output

 Hasil prediksi pertumbuhan ekonomi.

 Hasil dan prediksi pergerakan kapal.

 Hasil prediksi kegiatan bongkar muat barang/komoditas.

3.5.2 Analisa Topografi dan Bathimetri

3.5.2.1 Tujuan

Pengolahan dan perhitungan data lapangan hasil pengkuran topografi dan bathimetri
sehingga dapat dihasilkan suatu peta lengkap yang dapat memberikan gambaran
bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang
ada baik untuk area darat maupun area perairan laut di depan calon pelabuhan.

3.5.2.2 Ruang Lingkup

 Hitungan kerangka horizontal.

 Hitungan kerangka vertikal.

 Hitungan situasi detail.

 Penggambaran topografi dan bathimetri.

3.5.2.3 Metodologi Analisa

1. Hitungan Kerangka Horizontal

Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka Dasar
Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam perhitungan
poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan
yang akan diuraikan berikut ini:

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 29
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

a. Perhitungan Koordinat Titik Poligon

Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik poligon A
yang telah diketahui sebagai berikut:

XP  X A  dAP SinAP

YP  YA  d APCosAP

Dalam hal ini:

XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan

dAP SinAP = selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)

dAP CosAP = selisih ordinat ( YAP) definitif (telah diberi koreksi)

dAP = jarak datar AP definitif

AP = azimuth AP definitif

Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus sebagai
berikut:

12  1A  1

  AP   A  1  1 180 
 23   21  1  12   2  180 

  AP   A  1   2  2 180 
 34   32   3   23   3  180 

  AP   A  1   2   3  3 180 

 4B   43   4   34   4  180 

  43   A  1   2   3   4  4 180 

Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-
rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut:

 Sarat geometriks sudut

Akhir - Awal -  + n.1800 = f

di mana:

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 30
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 = sudut jurusan

 = sudut ukuran

n = bilangan kelipatan

f = salah penutup sudut

 Syarat geometriks absis

m
 X Akhir  X Awal    X i 0
i 1

di mana:

Di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan

di = jumlah jarak

X = absis

X = elemen vektor pada sumbu absis

m = banyak titik ukur

 Koreksi ordinat

di
KY   fY
 di

di mana:

di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan

di = jumlah jarak

Y = ordinat

Y = elemen vektor pada sumbu ordinat

m = banyak titik ukur

Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya


kesalahan linier jarak (KL)

SL   fX 2
 fY 2 

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 31
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

KL 
 fX 2
 fY 2 1 : 5.000
D

b. Pengamatan Azimuth Astronomis

Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut:

Sin  Sin.Sinm
Cos M 
Cos.Cos.m

di mana:

M = azimuth matahari

 = deklinasi matahari dari almanak matahari

m = sudut miring ke matahari

 = lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z)
yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:

Z d  Z u  r  1 d  p  i atau
2

md  mu  r  1 d  p  i
2

di mana:

Zd = sudut zenith definitif

Md = sudut miring definitif

Zu = sudut zenith hasil ukuran

Mu = sudut zenith hasil ukuran

R = koreksi refraksi

1/2d = koreksi semidiameter

p = koreksi paralax

I = salah indeks alat ukur

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 32
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

2. Hitungan Kerangka Vertikal

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan


pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).

 Syarat geometris

H Akhir  H Awal   H  FH


T  8 D mm 
 Hitungan beda tinggi

H 12  Btb  Btm

 Hitungan tinggi titik

H 2  H 1  H 12  KH

di mana:

H = tinggi titik

H = beda tinggi

Btb = benang tengah belakang

Btm = benang tengah muka

FH = salah penutup beda tinggi

KH = koreksi beda tinggi

d
 FH
d
T = toleransi kesalahan penutup sudut

D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

3. Perhitungan Situasi Detail

Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:

 Azimuth magnetis

 Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 33
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Sudut zenith atau sudut miring

 Tinggi alat ukur

Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z),
digunakan rumus sebagai berikut:

TB  TA  H

1 
H   100 Ba  Bb  Sin2m  TA  Bt
2 

Dd = DOCos2m

Dd = 100(Ba - Bb)Cos2m

di mana:

TA = titik tinggi A yang telah diketahui

TB = titik tinggi B yang akan ditentukan

H = beda tinggi antara titik A dan B

Ba = bacaan benang diafragma atas

Bb = bacaan benang diafragma bawah

Bt = bacaan benang diafragma tengah

TA = Tinggi alat

Do = jarak optis (100(Ba-Bb))

m = sudut miring

Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan
jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu
yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya
pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis
dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth
magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan
matematik koreksi boussole (C) adalah:

C=g-m

di mana:

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 34
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

g = azimuth geografis

m = azimuth Magnetis

3.5.2.4 Output

Peta dasar topografi dan bathimetri skala 1 : 2.500 dan skala 1 : 1.000 dengan interval
kontur 1 m.

3.5.3 Analisa Hidro-Oceanografi

3.5.3.1 Tujuan

Melakukan analisa data hasil survei hidro-oceanogafi sehingga dapat dilihat gambaran
kondisi hidro-oceanogafi dari perairan di sekitar lokasi yang nantinya akan digunakan
untuk perencanaan fasilitas-fasilitas pelabuhan.

3.5.3.2 Ruang Lingkup

 Analisa pasang surut.

 Analisa arus.

 Analisa angin.

 Analisa gelombang.

 Analisa contoh air.

 Analisa contoh sedimen.

3.5.3.3 Metodologi Analisa

1. Analisa Pasang Surut

Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi
perencanaan fasilitas laut, mengetahui tipe pasang surut yang terjadi dan meramalkan
fluktuasi muka air. Urutan analisa pasang surut adalah sebagai berikut:

a. Menguraikan Komponen-komponen Pasang Surut

Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi muka


air akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-komponen harmonik
penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap komponen.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 35
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metode yang biasa digunakan untuk menguraikan komponen-komponen pasang surut


adalah metode Admiralty dan Least Square. Sebelum dilakukan perhitungan, data hasil
pengamatan terlebih dahulu diikatkan pada referensi topografi yang ada.

Tabel 3. 1. Komponen Harmonik Pasang Surut.

Periode
Komponen Simbol Keterangan
(jam)

Utama bulan M2 12.4106


Utama matahari S2 12.0000
Pasang Surut Semi Diurnal
Bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan N2 12.6592
Matahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi matahari-bulan K2 11.9673

Matahari-bulan K1 23.9346
Utama bulan O1 25.8194 Pasang Surut Diurnal
Utama matahari P1 24.0658

Utama bulan M4 6.2103


Perairan Dangkal
Matahari-bulan MS4 6.1033

b. Penentuan Tipe Pasang Surut

Dengan didapatkannya nilai amplitudo dari komponen pasang surut, dapat ditentukan
tipe pasang surut yang terjadi pada lokasi, yaitu dengan melakukan perhitungan
Formzall (F) dengan persamaan sebagai berikut:

AO 1  AK 1
F=
AM 2  AS 2

di mana:

AO = amplitudo komponen O1

AK1 = amplitudo komponen K1

AM2 = amplitudo komponen M2

AS2 = amplitudo komponen S2

Tipe pasang surut berdasarkan angka formzall dapat dilihat pada tabel berikut.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 36
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Tabel 3. 2 Tipe Pasang Surut.

Bilangan Formzall
Tipe Pasang Surut Keterangan
(F)

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
F < 0.25 Pasang harian ganda (semidiurnal) ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnal
ketinggian dan periode yang berbeda.

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan
1.5<F<3.0 Campuran, condong ke diurnal ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang
dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode
F < 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal)
pasang surut adalah 24 jam 50 menit

c. Menghitung Elevasi Muka Air Rencana

Dengan menggunakan komponen pasang surut yang telah dihasilkan dapat ditentukan
beberapa elevasi muka air penting. Dari beberapa elevasi muka air tersebut, dipilih
salah satu muka air yang akan digunakan sebagai acuan dalam perencanaan yang
disebut elevasi muka air rencana.

Tabel 3. 3 Elevasi Muka Air Penting.

Elevasi Muka Air Keterangan


HHWL (Highest High Water Level) Air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

MHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnama.

MHWL (Mean High Water Level) Rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.

MSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.

MLWL (Mean Low Water Level) Rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.

MLWS (Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnama.

LLWL (Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

2. Analisa Arus

Data hasil pengukuran arus adalah berupa posisi serta waktu pencapaian dari
pelampung percobaan yang bergerak. Dari data dapat dihitung arah dan besar
kecepatan arus.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 37
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3. Analisa Angin

Angin merupakan pembangkit gelombang laut. Oleh karena itu data angin dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi. Data angin yang
diperlukan adalah data angin maksimum harian tiap jam berikut informasi mengenai
arahnya yang diperoleh dari Badan Geofisika dan Meteorologi setempat. Data angin
diklasifikasikan berdasarkan kecepatan dan arah yang kemudian dihitung besarnya
persentase kejadiannya. Arah angin dinyatakan dalam bentuk delapan penjuru arah
mata angin (Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat
Laut). Kecepatan angin disajikan dalam satuan knot, di mana:

1 knot = 1 mil laut / jam

1 mil laut = 6080 kaki (feet) = 1853,18 meter

1 knot = 0,515 meter / detik

Dalam bentuk tabel angka-angka statistik klasifikasi angin tersebut dapat disajikan
secara visual dalam bentuk windrose. Penyajian statistik total (semua tahun data yang
berhasil dikumpulkan) kadang-kadang tidak mempunyai banyak arti karena musim
angin dari bulan ke bulan bervariasi. Yang justru lebih sering dibutuhkan adalah
statistik angin bulanan untuk mengetahui perilaku angin dan gelombang yang
ditimbulkan menurut bulan kejadiannya.

Gambar 3. 10. Contoh Windrose.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 38
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

4. Analisa Gelombang

Salah satu cara peramalan gelombang adalah dengan melakukan pengolahan data
angin. Prediksi gelombang disebut hindcasting jika dihitung berdasarkan kondisi
meteorologi yang telah lalu dan disebut forecasting jika berdasarkan kondisi
meteorologi hasil prediksi. Prosedur perhitungan keduanya sama, perbedaannya hanya
pada sumber data meteorologinya. Metode perhitungan gelombang dengan cara
hindcasting menggunakan metode SMB (Sverdrup-Munk-Brechneider).

Gelombang laut yang akan diramal adalah gelombang laut dalam yang dibangkitkan
oleh angin di laut dalam suatu perairan, kemudian merambat ke arah pantai dan pecah
seiring dengan mendangkalnya perairan dekat pantai. Hasil peramalan gelombang
berupa tinggi gelombang signifikan (H S) dan perioda gelombang signifikan untuk tiap
arah angin utama (TS). Untuk peramalan gelombang dengan cara pengolahan data
angin ini diperlukan data angin minimal 10 tahun. Data yang diperlukan untuk
peramalan gelombang terdiri dari:

 Kecepatan angin.

 Arah angin.

 Durasi/waktu bertiupnya angin.

Langkah-langkah analisa gelombang yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan Fetch Efektif

Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki kecepatan


dan arah angin yang relatif konstan. Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan
dengan menggunakan bantuan peta topografi lokasi dengan skala yang cukup besar,
sehingga dapat terlihat pulau-pulau/daratan yang mempengaruhi pembentukan
gelombang di suatu lokasi. Penentuan titik fetch diambil pada posisi laut dalam dari
perairan yang diamati. Ini karena gelombang laut yang dibangkitkan oleh angin
terbentuk di laut dalam suatu perairan, kemudian merambat ke arah pantai dan pecah
seiring dengan mendangkalnya perairan dekat pantai.

Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan rumus
berikut:

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 39
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Lfi 
 Lf .cosα
i i

 cosα i

di mana:

Lfi = panjang fetch ke-i

i = sudut pengukuran fetch ke-i

i = jumlah pengukuran fetch

Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,50 searah jarum jam dan 22,50
berlawanan arah jarum jam).

BL 22.50 22.50 TL

B T

Gambar 3. 11. Daerah Pengaruh Fetch Untuk Arah Utara.

Panjang daerah pembentukan gelombang atau fetch ditentukan sebagai berikut:

 Pertama ditarik garis-garis fetch setiap selang sudut lima derajat.

 Tiap penjuru angin (arah utama) mempunyai daerah pengaruh selebar 22,5
derajat ke sebelah kiri dan kanannya.

 Panjang garis fetch dihitung dari wilayah kajian sampai ke daratan di ujung
lainnya. Jika sampai dengan 200 km ke arah yang diukur tidak terdapat daratan
yang membatasi maka panjang fetch untuk arah tersebut ditentukan sebesar 200
km.

 Masing-masing garis fetch dalam daerah pengaruh suatu penjuru angin (arah
utama) diproyeksikan ke arah penjuru tersebut.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 40
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Panjang garis fetch diperoleh dengan membagi jumlah panjang proyeksi garis-
garis fetch dengan jumlah cosinus sudutnya.

b. Perhitungan Gelombang Rencana

Penentuan gelombang rencana didasarkan atas gelombang di laut dalam. Pada


peramalan gelombang, perlu ditentukan kondisi pembentukan gelombang yang terjadi
di lokasi. Pembentukan gelombang oleh angin dapat dikategorikan:

 Terbatas Waktu

Pada pembentukan gelombang terbatas waktu, waktu angin bertiup kurang


lama. Kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan angin dan
durasi. Penghitungan parameter gelombang untuk jenis ini menggunakan
bantuan grafik.

 Terbatas Fetch

Pada pembentukan gelombang terbatas fetch, angin bertiup cukup lama dan
kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan dan panjang
fetch. Penghitungan parameter gelombang terbatas fetch ini dapat menggunakan
persamaan berikut ini:

gHS 
  gF 
0,42 
 gTS 
  gF 
0,25 

2
 0,283 tanh 0,0125 2   ;  1,2 tanh 0,077 2  
v  v   2 πv  v  
   

di mana:

HS = tinggi gelombang signifikan (m)

TS = periode gelombang signifikan (m)

v = kecepatan angin (m/det)

 Pembentukan Sempurna

Gelombang ini terbentuk bila angin bertiup cukup lama dan dengan kecepatan
yang cukup besar. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk kondisi
pembentukan gelombang sempurna adalah:

gH S gTS
2
 0,283 ;  1,2
v 2 πv

di mana:

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 41
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

HS = tinggi gelombang signifikan (m)

TS = periode gelombang signifikan (m)

v = kecepatan angin (m/det)

Untuk menentukan kondisi pembentukan gelombang di lokasi, dilakukan prosedur


perhitungan sebagai berikut:

 Gunakan data kecepatan angin maksimum.

 Tentukan durasi x (untuk Indonesia diambil t = 3 jam).

 Hitung kecepatan angin untuk durasi 3 jam dengan langkah sebagai berikut:

1609
t
Ut

Ut   45  
 1,277  0,296 tanh 0,9 log  
U 3600   t 

UX
 0,15 logX 1,5334
U 3600

di mana:

UX = kecepatan angin 3 jam

Ut = kecepatan angin dari data angin

 Hitung durasi minimum (tmin).

 1 
  2
2
  g F   gF   gF  
  0,0161 ln     0,3692 ln    2,2024   0,8798 ln  2  
 
  
2 2
V   V  V    V 
t min  6,5882 e  
g

di mana:

v = kecepatan angin = UX

g = percepatan gravitasi

F = panjang fetch efektif

 Periksa harga dari tmin.

 Jika x > tmin : gelombang terbatas fetch

 Jika x < tmin : gelombang terbatas waktu

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 42
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

 Hitung tinggi dan periode gelombang signifikan berdasarkan kondisi yang ada.

Dari tinggi dan periode gelombang (H S dan TS) yang didapatkan dari perhitungan
masing-masing data angin kemudian dilakukan analisa frekuensi dengan menggunakan
metode Gumbell untuk memperoleh tinggi dan periode gelombang untuk periode ulang
H2, H5, H10, H25, H50 dan H100 menurut arah datang gelombang. Hasil penentuan
gelombang berdasarkan analisa frekuensi ini yang digunakan untuk perencanaan
teknis fasillitas selanjutnya.

c. Pembuatan Waverose

Tinggi dan perioda gelombang yang diperoleh dari hasil peramalan gelombang dengan
menggunakan data angin yang ada kemudian dikelompokkan menurut bulan kejadian.
Langkah selanjutnya dicari persentase kejadian tinggi dan periode gelombang setiap
bulannya menurut besar dan arahnya yang disajikan dalam tabel dan wave rose.

Gambar 3. 12 Contoh Waverose.

5. Analisa Contoh Air

Untuk pemeriksaan terhadap contoh air dilakukan test laboratorium untuk masing-
masing sampel air yang diambil. Analisa dilakukan untuk mendapatkan kadar sedimen,
salinitas dan kadar sulfat di lokasi rencana pelabuhan.

6. Analisa Contoh Sedimen

Contoh sedimen yang diambil di lokasi akan dianalisa dengan test laboratorium. Jenis
sedimen yang diambil adalah sedimen dasar (bed load) dan sedimen layang

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 43
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

(suspended load). Dari hasil test laboratorium tersebut akan dihasilkan diameter
butiran dan kecepatan endap butiran untuk masing-masing jenis sedimen.

Analisa sedimentasi dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metoda dimana


masing-masing metoda mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dalam
hal ini keseluruhan metoda yang didetailkan telah terangkum dalam satu paket
program SEDDISCH yang dikembangkan oleh Chih Ted Yang.

3.5.3.4 Output

 Komponen pasang surut dan tipe pasang surut.

 Hasil peramalan pasang surut.

 Elevasi muka air rencana.

 Besar dan arah kecepatan arus.

 Besar dan arah kecepatan angin dominan.

 Gambar windrose lokasi.

 Fetch efektif lokasi.

 Tinggi dan periode gelombang rencana.

 Gambar waverose lokasi.

 Hasil test laboratorium kualitas air.

 Hasil test laboratorium sedimentasi.

3.5.4 Analisa Data Hidrologi

3.5.4.1 Tujuan

Menganalisa dan mengevaluasi data iklim dan curah hujan dari stasiun iklim terdekat
guna kebutuhan perencanaan fasilitas khususnya sistem drainase di lokasi.

3.5.4.2 Ruang Lingkup

 Analisa frekuensi curah hujan rencana.

 Uji kecocokan (Smirnov-Kolmogorov).

 Intensitas curah hujan rencana.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 44
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.5.4.3 Metodologi Analisa

1. Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana

Curah hujan rencana adalah curah hujan dengan periode ulang tertentu yang
kemudian dipakai untuk perencanaan fasilitas drainase. Penentuan curah hujan
rencana dengan periode ulang tertentu dapat dihitung menggunakan metode analisa
frekuensi. Beberapa metoda yang sangat dikenal antara lain adalah Metoda Normal,
Log Normal, Pearson III dan , Log Pearson Type III. Metoda yang dipakai nantinya
harus ditentukan dengan melihat karakteristik distribusi hujan daerah setempat.
Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode adalah untuk periode
ulang 2, 5, 10, 25, 50 serta 100 tahun.

2. Uji Kecocokan (Smirnov-Kolmogorov)

Pengujian kecocokan sebaran dengan metode Smirnov-Kolmogorov adalah untuk


menguji apakah sebaran yang dipilih dalam pembuatan duration curve cocok dengan
sebaran empirisnya. Prosedur dasarnya mencakup perbandingan antara probabilitas
kumulatif lapangan dan distribusi kumulat teori.

3. Intensitas Curah Hujan Rencana

Bermacam-macam metoda untuk menentukan intensitas hujan, terutama untuk


intensitas hujan dalam waktu yang pendek. Ditinjau sifat data yang dipakai, metoda
tersebut terbagi atas:

 Memakai data intensitas hujan yang dicatat dalam waktu yang pendek.

 Memakai curah hujan harian maksimum untuk berbagai periode ulang sebagai
data basis.

Untuk memperoleh kurva IDF (Intensity Duration Frequency), digunakan metoda dari
Prof. Talbot yang menggunakan data harian maksimum untuk mendapatkan intensitas
hujan dengan rumus sebagai berikut:

a
I
t b

di mana:

a,b = konstanta tak berdimensi

t = durasi hujan (menit)

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 45
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

I = intensitas hujan (mm/jam)

Untuk memperoleh konstanta a dan b digunakan rumus sebagai berikut:

 It  x I 2   I 2 t  x I  It  x I  I 2 t  xN
Nx I 2    I x  I Nx I 2    I x I
a ; b

dengan:

N = jumlah data

I = intensitas curah hujan (mm)

Bila tidak didapatkan data intensitas hujan, karena di daerah tersebut tidak ada
penakar hujan otomatis, maka kurva IDF dengan cara membandingkannya dengan
intensitas hujan daerah lainnya yang paling lengkap data pengamatannya.

3.5.4.4 Output

 Curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu.

 Kurva intensitas hujan rencana.

3.5.5 Analisa Geoteknik

3.5.5.1 Tujuan

Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan untuk mendapatkan parameter-parameter


tanah yang akan digunakan dalam perencanaan detail desain, khususnya yang
berkaitan dengan perencanaan struktur bawah bangunan.

3.5.5.2 Ruang Lingkup

 Pengujian di lapangan.

 Pengujian di laboratorium.

3.5.5.3 Metodologi Penyelidikan

1. Pengujian di Lapangan

Pengujian di lapangan dilakukan untuk memperoleh kondisi daya dukung tanah


langsung di lokasi yang nantinya diperkuat dengan hasil analisa laboratorium.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 46
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

a. Cone Penetrasion Test (CPT)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan
tahanan ujung konus qc (kg/cm2) dan nilai lekatan Lf (kg/cm2) setiap kedalaman pada
alat sondir dengan kapasitas 2,5 ton dengan kedalaman penetrasi 20 cm. Analisa
perhitungan yang dapat dilakukan adalah:

 Hambatan lekat:

HL = (JP – PK) Cf

di mana:

JP = jumlah perlawanan

PK = perlawanan penetrasi konus

Cf = faktor koreksi/kalibrasi alat

Cf = A/B

A = tahap pembacaan 20 cm

B = luas konus/luas torak = 10

 Jumlah hambatan lekat:

JHLi = SHL

i = kedalaman lapisan yang ditinjau

b. Pemboran Inti (Core Drilling)

Tujuan pemboran ini adalah untuk mendapatkan contoh-contoh tanah dasar yang akan
digunakan untuk analisa laboratorium. Pemboran dilaksanakan dengan mesin bor
sistem putaran dan pengambilan sampel dilakukan memakai tabung.

c. Uji Penetrasi Standar (SPT)

Uji Penetrasi Standar (SPT) dilakukan untuk memperoleh nilai N yang dipakai untuk
membuat perkiraan kondisi lapisan tanah bawah untuk perhitungan kapasitas dukung
pondasi. Harga N didefinisikan sebagai jumlah pukulan dengan palu seberat 140 lb (63
kg) yang dijatuhkan bebas setinggi 30 in (75 cm), untuk memasukan tabung standar
(split spoon sampler) sepanjang 24 in (60 cm) kedalaman tanah. Nilai N dihitung

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 47
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

sebagai jumlah 2 x 6 inches pukulan akhir dari 3 x 6 inches penetrasi. Hasil pengujian
SPT ini kemudian digambarkan dalam grafik bor log.

2. Pengujian di Laboratorium

Untuk mendapatkan informasi data perencanaan, maka terhadap contoh-contoh tanah


dilakukan pengujian laboretorium, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Penetapan Berat Jenis

Pengujian dilaksanakan untuk mendapatkan perbandingan antara berat satuan butir


tanah dengan berat satuan air. Pengujian ini sesuai ASTM D-854.

b. Pengukuran Kadar Air (Natural Water Conten)

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kelembaban contoh-contoh tanah. Pekerjaan


dilakukan sesuai ASTM D-2116.

c. Pengukuran Berat Volume ( Bulk Density)

Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan berat persatuan volume dari contoh


tanah, sesuai ASTM D-29. Berat volume digunakan dalam menghitung daya dukung
tanah, perhitungan stabilitas talud, dll.

d. Pengukuran Batas-batas Konsistensi (Atterberg Limits)

Pengukuran dilakukan sesuai ASTM D-423 dan D-424 dimaksudkan untuk menetapkan
batas cair dan batas plastis tanah yang dipakai pada banyak klasifikasi tanah, antara
lain : USCS, AASHTO, dll.

e. Kuat Geser Tanah dengan Triaxial Test

Pengujian kekuatan tanah dengan triaxial test, ASTM D-2850 ini bertujuan untuk
mendapatkan sudut perlawanan geser dalam dan kohesi tanah. Pengujian dilakukan
atas contoh-contoh tanah dengan kondisi tanpa pengaliran air pori tanah dan tanpa
menunggu proses konsolidasi contoh tanah.

f. Pengujian Konsolidasi (Consolidation test)

Pengujian ini dilakukan dengan alat konsolidometer yang dilengkapi dengan dial
pencatat penurunan, pencatat waktu serta pembebanan, dimaksudkan untuk
mengetahui perilaku pemampatan tanah akibat pembebanan, dan waktu yang
dibutuhkan untuk pemampatan tersebut. Pengujian ini sesuai dengan ASTM D-2435.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 48
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

g. Distribusi Ukuran Butir

Dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butir dan susunan butir tanah. Pengujian
dilakukan berdasarkan standard ASTM D-421 dan D-422. Untuk contoh tanah berbutir
dilakukan dengan analisa ayakan, sedangkan untuk contoh tanah kohesive
dilaksanakan dengan metode hidrometer.

3.5.5.4 Output

 Data sondir dan grafik sondir.

 Bor log.

 Hasil test laboratorium

3.6. Tahapan Studi Kelayakan

3.6.1 Kelayakan Tata Ruang

3.6.1.1 Tujuan

Terpenuhinya aspek kelayakan tata ruang.

3.6.1.2 Ruang Lingkup

 Analisa Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi dan Kabupaten.

 Analisa Peruntukan Lokasi Pelabuhan.

 Kesesuaian dengan Jaringan Transportasi Lainnya.

3.6.1.3 Metodologi

Analisa Kelayakan Tata Ruang dilakukan dengan diskusi dengan instansi terkait seperti
Bappeda dan Dinas Perhubungan Kabupaten, kemudian mencermati dokumen
ketataruangan daerah agar lokasi alternative sudah direncanakan dan sesuai dengan
pengembangan jaringan transportasi darat dan transportasi udara.

3.6.1.4 Output

Output dari analisa kelayakan tata ruang ini adalah lokasi alternative secara tata ruang
adalah layak untuk dibangun pelabuhan.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 49
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.6.2 Kelayakan Teknis

3.6.2.1 Tujuan

Terpenuhinya aspek kelayakan teknis.

3.6.2.2 Ruang Lingkup

 Analisa kelayakan sisi darat (output dari analisa topografi)

 Analisa kelayakan sisi perairan (output dari analisa sisi perairan)

 Analisa kelayakan teknis lainnya

3.6.2.3 Metodologi Perencanaan

Berdasarkan hasil analisa data baik topografi dan batimetri, hidrooseanografi, hidrologi
dan geoteknik, maka alternative lokasi dinilai kelayakannya.

Analisa kelayakan teknis dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku


dalam perencanaan pelabuhan pada umumnya. Kriteria yang akan digunakan dalam
membuat perencanaan detail ini:

 Setiap fasilitas akan direncanakan terhadap kemudahan operasional terutama


disain dermaga akan diperhitungkan terhadap kemudahan bongkar muat bagi
kapal-kapal yang akan bertambat.

 Perencanaan fasilitas perairan harus memenuhi persyaratan keamanan


pelabuhan.

 Perencanaan struktur akan diperhitungkan terhadap keamanan, daya tahan serta


kemudahan memperoleh material dilokasi.

 Efisiensi biaya dengan mempertimbangkan sistem konstruksi yang paling mudah,


bahan bangunan setempat, peralatan dan kemampuan teknis kontraktor.

 Keamanan dalam pelaksanaan

 Kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan

3.6.2.4 Output

 Aspek Kelayakan teknis pelabuhan dari segi aspek darat dan perairan

 Layout alternative pelabuhan di lokasi masing-masing.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 50
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.6.3 Kelayakan Ekonomi dan Finansial

3.6.3.1 Tujuan

Terpenuhinya aspek kelayakan ekonomi (untuk proyek pemerintah) dan kelayakan


finansial (untuk proyek privat/swasta)

3.6.3.2 Ruang Lingkup

 Analisa kelayakan ekonomi

 Analisa kelayakan finansial

3.6.3.3 Metodologi Perencanaan

Analisa kelayakan menggunakan pendekatan ekonomi (investasi pemerintah dimana


seluruh biaya dari pemerintah) dimana kriteria penilaian adalah melalui perhitungan
NPV, EIRR dan BCR dengan komponen biaya dan manfaat adalah secara langsung dan
tidak langsung.

3.6.3.4 Output

 Aspek Kelayakan ekonomi berupa perhitungan NPV, EIRR dan BCR

3.6.4 Kelayakan Sosial

3.6.4.1 Tujuan

Terpenuhinya aspek kelayakan social dimana lokasi pelabuhan secara social telah
disetujui oleh pemerintah daerah, adat dan masyarakat sekitar, karena di Papua aspek
social ini lebih mendominasi dibandingkan aspek lainnya.

3.6.4.2 Ruang Lingkup

 Analisa kelayakan Sosial

3.6.4.3 Metodologi Perencanaan

Analisa kelayakan social diperoleh dengan diskusi dengan penduduk sekitar terkait
lokasi pelabuhan, terutama dari segi ketersediaan dan perizinan untuk lokasi
pelabuhan.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 51
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.6.4.4 Output

 Aspek Kelayakan social.

3.7. Tahapan Pelaporan

Daftar laporan yang harus diserahkan oleh konsultan serta diskusi yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan

Berisi rencana kerja konsultan yang lebih terperinci serta metode pelaksanaan yang
diambil, dicetak sebanyak 5 buku dan didiskusikan/seminar.

2. Laporan Interim

Berisi laporan survey dan analisa data.

3. Draft Laporan Final

Berisi hasil perencanaan dalam bentuk draft, dicetak sebanyak 5 buku kemudian
didiskusikan/seminar.

4. Laporan Final

Merupakan hasil perbaikan draft final report setelah didiskusikan dan disetujui dicetak
sebanyak 5 buku.

5. Album Gambar

Berisi Gambar Topografi dan Batimetri Lokasi alternative dan Layout Pelabuhan
terpilih.

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 52
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan 1

3.2. Tahapan Persiapan.....................................................................................4

3.3. Tahapan Pengumpulan Data Sekunder........................................................6

3.3.1 Tujuan................................................................................................6

3.3.2 Ruang Lingkup....................................................................................6

3.3.3 Output................................................................................................8

3.4. Tahapan Pelaksanaan Survei Lapangan........................................................9

3.4.1 Survei Sosial Ekonomi..........................................................................9

3.4.1.1 Tujuan..........................................................................................9

3.4.1.2 Ruang Lingkup..............................................................................9

3.4.1.3 Metodologi Survei.........................................................................9

3.4.1.4 Peralatan Survei............................................................................9

3.4.1.5 Output........................................................................................10

3.4.2 Survei Topografi dan Bathimetri..........................................................10

3.4.2.1 Tujuan........................................................................................10

3.4.2.2 Ruang Lingkup............................................................................10

3.4.2.3 Metodologi Survei Topografi.........................................................10

3.4.2.4 Metodologi Survey Bathimetri.......................................................20

3.4.2.5 Peralatan Survei..........................................................................24

3.4.2.6 Output........................................................................................25

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 53
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.4.3 Survei Hidro-Oceanografi....................................................................25

3.4.3.1 Tujuan........................................................................................25

3.4.3.2 Ruang Lingkup............................................................................25

3.4.3.3 Metodologi Survei........................................................................25

3.4.3.4 Peralatan Survei..........................................................................27

3.4.3.5 Output........................................................................................28

3.5. Tahapan Analisa Data...............................................................................28

3.5.1 Analisa Sosial Ekonomi.......................................................................28

3.5.1.1 Tujuan........................................................................................28

3.5.1.2 Ruang Lingkup............................................................................28

3.5.1.3 Metodologi Analisa......................................................................28

3.5.1.4 Output........................................................................................29

3.5.2 Analisa Topografi dan Bathimetri........................................................29

3.5.2.1 Tujuan........................................................................................29

3.5.2.2 Ruang Lingkup............................................................................29

3.5.2.3 Metodologi Analisa......................................................................29

3.5.2.4 Output........................................................................................35

3.5.3 Analisa Hidro-Oceanografi..................................................................35

3.5.3.1 Tujuan........................................................................................35

3.5.3.2 Ruang Lingkup............................................................................35

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 54
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.5.3.3 Metodologi Analisa......................................................................35

3.5.3.4 Output........................................................................................44

3.5.4 Analisa Data Hidrologi........................................................................44

3.5.4.1 Tujuan........................................................................................44

3.5.4.2 Ruang Lingkup............................................................................44

3.5.4.3 Metodologi Analisa......................................................................45

3.5.4.4 Output........................................................................................46

3.5.5 Analisa Geoteknik...............................................................................46

3.5.5.1 Tujuan........................................................................................46

3.5.5.2 Ruang Lingkup............................................................................46

3.5.5.3 Metodologi Penyelidikan...............................................................46

3.5.5.4 Output........................................................................................49

3.6. Tahapan Studi Kelayakan..........................................................................49

3.6.1 Kelayakan Tata Ruang........................................................................49

3.6.1.1 Tujuan........................................................................................49

3.6.1.2 Ruang Lingkup............................................................................49

3.6.1.3 Metodologi..................................................................................49

3.6.1.4 Output........................................................................................49

3.6.2 Kelayakan Teknis...............................................................................50

3.6.2.1 Tujuan........................................................................................50

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 55
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3.6.2.2 Ruang Lingkup............................................................................50

3.6.2.3 Metodologi Perencanaan..............................................................50

3.6.2.4 Output........................................................................................50

3.6.3 Kelayakan Ekonomi dan Finansial........................................................51

3.6.3.1 Tujuan........................................................................................51

3.6.3.2 Ruang Lingkup............................................................................51

3.6.3.3 Metodologi Perencanaan..............................................................51

3.6.3.4 Output........................................................................................51

3.6.4 Kelayakan Sosial................................................................................51

3.6.4.1 Tujuan........................................................................................51

3.6.4.2 Ruang Lingkup............................................................................51

3.6.4.3 Metodologi Perencanaan..............................................................51

3.6.4.4 Output........................................................................................52

3.7. Tahapan Pelaporan...................................................................................52

Gambar 3. 1. Tahapan Kegiatan Umum Proyek.........................................................2

Gambar 3. 2. Bagan Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan......................................4

Gambar 3. 3. Konstruksi BM..................................................................................13

Gambar 3. 4. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring..........................................15

Gambar 3. 5. Pengukuran Sudut Antar Dua Patok...................................................16

Gambar 3. 6. Pengamatan Azimuth Astronomis.......................................................17

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 56
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 3. 7. Pengukuran Waterpass.....................................................................18

Gambar 3. 8. Penentuan Posisi Kedalaman.............................................................23

Gambar 3. 9. Pengikatan (levelling) Peilschaal........................................................26

Gambar 3. 10. Contoh Windrose............................................................................38

Gambar 3. 11. Daerah Pengaruh Fetch Untuk Arah Utara........................................40

Gambar 3. 12 Contoh Waverose.............................................................................43

Tabel 3. 1. Komponen Harmonik Pasang Surut.......................................................36

Tabel 3. 2 Tipe Pasang Surut..................................................................................37

Tabel 3. 3 Elevasi Muka Air Penting.........................................................................37

SID Pelabuhan Kofiau Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat III- 57

Anda mungkin juga menyukai