Bab-2 Gambaran Umum Wilayah
Bab-2 Gambaran Umum Wilayah
Bab-2 Gambaran Umum Wilayah
Survey Alur Pelayaran dan Inventarisasi Kebutuhan SBPNP di Wilayah Kerja OPP Pagimana
2.1.1.3. Topografi
Bagian Timur Kabupaten Bone Bertopografi pesisir menjadikan Bone
mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan ke utara. Bagian
Barat dan Selatan terdapat pegunungan dan perbukitan yang celah-celahnya
terdapat aliran sungai. Pada tahun 2014, tercatat 194 sungai mengalir di
Kabupaten Bone dan telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Sungai
yang terpanjang adalah Sungai Walanae yang berhulu di Kecamatan
Bontocani, mengalir melalui Kabupaten Soppeng hingga danau Tempe di
Kabupaten Wajo, kemudian mengalir lagi masuk ke Bone hingga bermuara di
teluk Bone. Panjang Sungai tersebut mencapai 60 km khusus di wilayah
Kabupaten Bone.
2.1.1.4. Iklim
Wilayah Kabupeten Bone terbagi menjadi dua tipe hujan, tipe hujan Moonson
dan tipe hujan lokal, Tipe hujan Moonson memiliki curah hujan tertinggi saat
bertiup angin Moonson Asia yaitu bulan Januari dan Februari. Tipe ini
mencakup wilayah Kabupaten Bone bagian barat. Tipe kedua memiliki kriteria
pola hujan terbalik dengan pola Moonson, yaitu curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Mei-Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar wilayah Kabupaten
bone.
Selain kedua wilayah tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu
Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti
wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur. Jumlah curah hujan
bulanan di Wilayah Bone bervariasi dengan rata-rata tahunan sebesar 201,25
mm. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan Juni yaitu 638 mm dengan
banyaknya hari hujan sebanyak 23 hari.
Tabel 2.2. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014
Juni 86 25 638 23
Septembe 80 24,4 0 0
r
Oktober 77 26,4 1 1
Nopember 77 27,6 33 5
Desember 79 27,4 54 8
struktur umur penduduk. Penduduk usia produktif yang besar dan berkualitas
dapat berperan positif dalam pembangunan ekonomi.
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kabupaten Bone Tahun 2014.
Perikanan
2.2.1.4. Iklim.
Kolaka memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim
kemarau terjadi antara Bulan mei dan Oktober, dimana angin Timur yang
bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga
mengakibatkan musim kemarau, sebaliknya musim hujan terjadi antara Bulan
November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari benua Asia dan
Samudra Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjai musim hujan.
Khusus pada Bulan April arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan
sehingga pada bulan ini dikenbal sebagai musim pancaroba.
Tabel 2.6. Indikator Klimatologi Kabupaten Kolaka 2014
Tanggetada 15.021 34
Wundulako 7.332 91
Baula 31.824 85
Kolaka 20.977 44
Latambaga 11.427 76
Toari 19.450 52
Polinggona 23.750 69
Iwoimendaa 7.920 29
2.2.1.6. Pendidikan
Tahun 2014 jumlah sekolah di Kabupaten Kolaka sebanyak 186 Sekolah
dasar (SD) sederajat, 51 Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat, 28
Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Setiap Kecamatan telah memiliki
sekolah dengan berbagai jenjang tercatat hanya memiliki satu SMK tanpa
adanya SMA dan Madrasah Aliyah.
2.2.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Keberhasilan pemerintah dalam melakukan pembangunan selalu menjadi topik
hangat yang disoroti berbagai pihak. Demikian pula dengan naik dan turunnya
Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB). PDRB sebagai ukuran produktivitas
mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
wilayah dalam satu tahun. PDRB Kabupaten Kolaka Atas Dasar harga Berlaku
(ADHB) tahun 2014 sebesar 15.292.372,0 juta rupiah, meningkat dari tahun
sebelumnya.
Sementara itu, peningkatan atau penurunan kinerja ekonomi, dapat dilihat
melalui angka pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dihasilkan
melalui penghitungan persentase perubahan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Pada Tahun 2014, perekonomian
Kabupaten Kolaka tumbuh dari 13.521.675,2 juta di tahun 2013 kemudian
meningkat menjadi 13.587.195,7 juta.
Tabel 2.8. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kolaka Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-
2014.
serta palawija. Pulau Lembeh memiliki pesisir pantai yang indah dan
mempunyai potansi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.
Kota Bitung berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kec. Likupang (Kab. Minahasa Utara) dan
Laut Maluku.
- Sebelah Timur : Laut Maluku
- Sebelah Selatan : Laut Maluku
- Sebelah Barat : Kec. Kauditan (Kab. Minahasa Utara)
2.3.1.2. Luas Wilayah.
Kota Bitung mempunyai luas 33.279,10 ha, terbagi dalam delapan
wilayah Kecamatan serta 69 kelurahan, yang sebelumnya terbagi atas
lima Kecamatan, Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu Kecamatan
Ranowulu, memiliki 11 Kelurahan, Kecamatan Matuari memiliki 8
Kelurahan, Kecamatan Gririan memiliki 7 Kelurahan, Kecataman
Madidir memiliki 8 Kelurahan, Kecamatan Maesa memiliki 8 Kelurahan,
Kecamatan Aertembaga memiliki 10 Keluarahan, Kecamatan Lembeh
Utara memiliki 10 Kelurahan, dan Kecamatan Lembeh Selatan memiliki
7 Kelurahan.
Tabel 2.9. Luas Wilayah Daratan Kota Bitung Menurut Kecamatan, 2014
Februari 71 28,2 89 14
Juli 77 27,9 46 13
Septembe 75 27,3 1 3
r
Oktober 74 27,9 1 4
Nopember 78 28,1 68 19
Desember 76 28,3 58 72
Jumlah penduduk Kota Bitung mencapai 187.652 jiwa pada tahun 2010. Angka
ini terus meningkat dan pada tahun 2014 menjadi 202.204 jiwa. Tingkat
pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 setiap km 2
ditempati penduduk sebanyak 612 orang.
Komposisi penduduk Kota Bitung didominasi oleh penduduk muda/dewasa.
Penduduk Kota Bitung yang berusia muda sebesar 28,13 persen, usia
produktif 68,29 persen sedangkan usia 65 tahun ke atas sebesar 3,58 persen.
Sehingga berdasarkan angka mutlaknya diperoleh angka ketergantungan
penduduk Kota Bitung sebesar 49,32. Artinya setiap 100 penduduk usia
produktif menanggung sekitar 49-50 orang penduduk tidak produktif.
Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat oleh besarnya angka nilai sex ratio
dimana angka tersebut menunjukkan lebih besar dari angka 100. Pada tahun
2014, sex ratio sebesar 104,38 persen, artinya untuks etiap 10.000 penduduk
perempuan terdapat 10.438 penduduk laki-laki.
Tabel 2.11. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kota Bitung Tahun 2014.
Tabel 2.12. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bitung Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2014.
Selatan dan 1220 23` - 1240 20` Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten banggai
adalah berupa daratan seluas 9.672,70 km2.
Hingga akhir tahun 2013, wilayah administrasi Kabupaten Banggai
berkembang menjadi 23 kecamatan, 46 kelurahan dan 291 desa.
Wilayah Kabupaten Banggai bagian utara dibatasi oleh Teluk Tomini, bagian
timur berbatasan dengan provinsi Maluku Utara, bagian Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Banggai Kepulauan dan bagian Barat dibatasi oleh
Kabupaten Tojo Una-Una dan Morowali.
2.4.1.2. Luas Wilayah.
Secara administrasi Kabupaten Banggai pada tahun 2014 terdiri atas dua
puluh tiga wilayah kecamatan, yaitu Toili, Toili Barat, Moilong, Batui, Batu
Selatan, Bunta, Nuhon, Simpang Raya, Kintom, Luwuk, Luwuk Timur, Luwuk
Selatan, Nambo, Pagimana, Bualemo, Lobu, Lamala, Masama, Mantoh,
Balantak, Balantak Selatan, Balantak Utara. Dengan luas wilayah 9.672,70 km 2
2.4.1.3. Topografi
Wilayah Kabupaten Banggai sebagian besar merupakan pegunungan dan
perbukitan serta dataran rendah yang umumnya terdapat di kaki pegunungan
dan pesisir.
Kondisi topografi Kabupaten Banggai didominasi oleh kawasan perbukitan
dengan kategori kemiringan lereng curam (25-40%) hingga sangat curam
(>40%) sebesar ±395.094,96 Ha atau sekitar ±40.83 % dari luas wilayah.
Sedangkan untuk kemiringan lereng yang termasuk kategori landai – agak
curam – curam (15-25%) sebesar ±213,856.75 Ha atau sekitar 22,10% dari
luas wilayah. Kemiringan lereng yang termasuk kategori datar – landai (8-15%)
seluas ±167,901.22 Ha atau sekitar 17,35 % dari luas wilayah. Terakhir, yang
termasuk kategori sangat datar (0-8%) seluas ±190,874.07 Ha atau sekitar
19,72 % dari luas wilayah. Berdasarkan kondisi topografi tersebut, dapat
diketahui bahwa lahan datar di Kabupaten Banggai terbatas sehingga lahan
yang dapat dijadikan kawasan budidaya juga menjadi terbatas.
2.4.1.4. Iklim.
Kabupaten Banggai agak berbeda dengan daerah lain pada umumnya, selama
tahun 2014 mengalami musim hujan dan musim kemarau, Musim hujan ini
dapat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan frekuensi curah hujan, yaitu
tinggi,s edang, dan rendah. Curah hujan tinggi terjadi pada bulan Juni sekitar
233,0 mm sedangkan pada bulan April sekitar 129,2 mm dan rendah pada
bulan September 2,2 mm.
Sepanjang tahun 2014, suhu udara terendah yaitu 21,2 0C terjadi pada bulan
februari dan tertinggi sebesar 35,00C pada bulan februari.
Arah angin terbanyak selama tahun 2014 yaitu dari posisi barat dengan
kecepatan terjadi pada bulan April, Mei dan Nopember sedangkan terendah
terjadi bulan Desember.
Selama tahun 2014 kelembaban udara di Kabupaten banggai tertinggi terjadi
pada bulan Juli sebesar 81 % dan terendah 74 % pada bulan januari dan
Nopember.
Toili 33.071 43
Mailong 19.486 88
Batui 15.856 15
Bunta 19.681 34
Nuhon 19.261 17
Kintom 10.184 24
Nambo 8.205 48
Pagimana 23.929 25
Bualemo 18.271 21
Lobu 3.580 26
Lamala 6.482 29
Masama 11.326 49
Mantoh 6.993 31
Balantak 5.729 29
Februari 75 28 793 6
Maret 78 28 1.689 8
April 79 27 1.835 11
Juli 73 26 1.128 7
Agustus 74 25 1.654 9
Septembe 73 28 250 5
r
Oktober 68 27 638 5
Nopember 72 26 1.937 11
Desember 73 28 3.383 16
Tapalang 19.570 15
Mamuju 63.791 65
Simboro 26.554 51
Balabalakang 2.567 21
Kalukku 55.359 25
Papalang 23.192 27
Sampaga 15.199 33
Tommo 21.955 7
Kalumpang 11.582 2
Bonehau 9.373 2
Makan Minum
kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar 3.095
kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Mamuju ke Pelabuhan ferry
Balikpapan.
2.6. Kota Tidore Provinsi Maluku utara.
2.6.1. Kondisi Wilayah Kota Tidore
2.6.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Secara geografis, letak wilayah Kota Tidore Kepulauan berada pada batas
astronomis 0⁰-20⁰ Lintang Utara dan pada posisi 127⁰- 127,45⁰ Bagian Timur.
dan batas wilayah sebagai berikut :
Dilihat dari topografi tiap pulau, maka hanya pulau Tidore yang memiliki
topografi yang tajam dibandingkan dengan tiga gugusan pulau terdekatnya
yaitu berkisar antara 15 – 40 % dan bahkan sebagian > 40 %. Daerah-daerah
yang mempunyai topografi datar sampai landai di pulau Tidore dapat ditemui
di Kelurahan Dowora, sebagian Kelurahan Indonesiana, Rum, Ome,dan
beberapa kelurahan yang mempunyai topografi datar. Kondisi topografi yang
demikian juga dapat ditemui di Pulau Maitara dan Pulau Mare, dimana seluruh
2.6.1.4. Iklim.
Iklim yang terdapat di wilayah Kota Tidore Kepulauan ini seperti umumnya
daerah kepulauan beriklim tropis, dimana iklimnya sangat dipengaruhi oleh
angin laut, curah hujan rata-rata kurang dari 2000 mm. Musim kemarau terjadi
pada bulan Desember sampai Maret, sedangkan musim hujan pada bulan Mei
sampai dengan Oktober yang disebabkan oleh angin musim tenggara. Musim
pancaroba terjadi pada bulan April dan Desember.
Tabel 2.22. Indikator Klimatologi Kota Tidore 2014
Januari 82 23 270 12
Februari 83 24 131 8
Maret 81 22 55 3
April 85 23 112 10
Mei 82 24 210 12
Juni 84 23 183 9
Juli 70 22 62 4
Agustus 82 26 201 15
Septembe 76 23 88 7
r
Oktober 73 26 38 5
Nopember 81 21 147 14
Desember 83 22 189 12
Oba 11.100 27
sebesar 25,4 persen. Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)
tahun 2014 pendapatan per kapita penduduk Tidore Kepulauan sebesar 19,51
juta rupiah. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2010
(ADHK) 15,86 juta rupiah dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,89 persen.
Tabel 2.24. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kota Tidore
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2010-2014.
Januari 83 24 378 24
Februari 84 24 136 14
Maret 82 25 60 11
April 83 24 110 16
Mei 86 25 250 21
Juni 83 25 150 20
Juli 77 25 37 9
Agustus 83 24 218 18
Septembe 78 24 93 8
r
Oktober 77 25 15 5
Nopember 83 25 197 21
Desember 85 25 167 21
Perikanan
sampai 1270 16’ 01” bujur timur. Batas-batas geografis wilayah Kabupaten
Halmahera Barat adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kabupaten Halmahera Utara
- Sebelah Timur : Kabupaten Halmahera Utar
- Sebelah Selatan : Kota Tidore Kepulauan
- Sebelah Barat : Laut Maluku
Terdapat empat gunung api aktif yang membentang sepanjang daratan
Halmahera Barat, yaitu Gunung Jailolo, Gunung Onu, Gunung Gamkonora dan
Gunung Ibu. Selain itu, terdapat sebelas sungai yang melalui beberapa
kecamatan dan juga empat danau. Salah satu yang cukup terkenal sebagai
daerah wisata adalah Danau Rano atau lebih dikenal dengan sebutan Talaga
Rano yang berada di Kecamatan Sahu. Topografi wilayah Halmahera Barat
didominasi oleh tanah curam, yaitu mencapai 61,98 persen.
2.8.1.2. Luas Wilayah.
Luas Wilayah Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari 11.623,42 Km 2 wilayah
laut dan 22.346 Km2 wilayah darat, jumlah pulau-pulau kecil di Halmahera
Barat sebanyak 123 pulau dengan rincian 2 pulau dihuni dan 121 pulau tanpa
penghuni.
Penggunaan lahan di Halmahera Barat didominasi oleh lahan hutan 182.355
Ha, usaha pertanian 4.684 Ha, Usaha Perkebunan 16.302 Ha, serta
perumahan dan pemukiman 20.125 Ha.
Tabel 2.29. Luas Wilayah Daratan Kab. Halmahera Barat Menurut
Kecamatan, 2014
2.8.1.4. Iklim.
Halmahera Barat dipengaruhi oleh iklim laut tropis dengan curah hujan antara
1500-3500 mm/ tahun. Klasifikasi wilayah berdasarkan curah hujan adalah
sebagai-berikut :
Wilayah Kecamatan Jailolo dan Jailolo Selatan memiliki curah hujan rata-
rata sebesar 1500-2000 mm;
Wilayah Kecamatan Sahu, Sahu Timur pada dataran rendah mulai dari
pesisir pantai memiliki curah hujan rata-rata 2501–3000 mm, sedangkan
bagian timur wilayah kecamatan curah hujan rata-rata sebesar 1501 – 2000
mm;
Wilayah Kecamatan Ibu Utara, Ibu, Ibu Selatan memiliki curah hujan rata-
rata 2501–3000 mm; dan
Januari 83 27 378 24
Februari 84 27 136 14
Maret 82 27 60 11
April 83 28 110 16
Mei 86 27 250 21
Juni 83 27 150 20
Juli 77 28 37 9
Agustus 83 27 218 18
Septembe 78 27 93 8
r
Oktober 77 27 15 5
Nopember 83 27 197 21
Desember 83 27 167 21
adalah 104. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa terdapat 104 orang penduduk
laki-laki per 100 orang penduduk perempuan di Kabupaten Halmahera Barat.
Rasio jenis kelamin per kecamatan keseluruhannya diatas 100, yang berarti di
setiap kecamatan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah
penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Halmahera Barat pada Tahun 2014 adalah
46 jiwa/km2. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat 46 jiwa setiap 1
km2 luas wilayah. Kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Jailolo
yakni 145 jiwa/km2 dan Kecamatan Jailolo Selatan dengan 92 jiwa/km2.
Tabel 2.31. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km 2
Menurut Kecamatan di Kab. Halmahera Barat Tahun 2014.
Sahu 9.866 80
Ibu 9.866 90
Tabaru 8.494 38
Loloda 10.962 18
Gambar 2.9.
Pulau Ambon di mana terletak Kota Ambon berada adalah bagian dari
kepulauan Maluku yang merupakan pulau-pulau busur vulkanis, sehingga secara
umum Kota Ambon memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah
berbukit dan berlereng terjal. Sebesar 73% dari luas wilayahnya dapat
dikategorikan berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Hanya 17% dari
wilayah daratannya yang dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan
kemiringan kurang dari 20%.
Keadaan topografi Kota Ambon secara umum dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-10%
terdapat di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari
garis pantai.
Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan
10-20% terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter
kearah daratan).
Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan
kemiringan 20-30% terdapat pada kawasan perbukitan.
Topografi terjal dengan ketinggian > 100 meter dan kemiringan > 30% terdapat
pada kawasan pegunungan.
Dengan melihat kondisi topografi tersebut, dapat dikatakan bahwa
daerah yang paling potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya
dengan dominasi fungsi perkotaan adalah 17 % dari luas wilayah Kota Ambon
yang berada pada daerah datar di sepanjang pantai yang luasnya pada setiap
kawasan berbeda. Kondisi topografi ini mempengaruhi pola perkembangan dan
pembangunan kota sehingga cenderung bergerak secara linier mengikuti
sepanjang pesisir pantai Teluk Ambon.
2.9.1.4. Iklim.
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau
Ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh
lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau
Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh
musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim
Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret,
sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke Musim Timur yang
berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober disusul oleh masa
pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.
Tabel 2.34. Indikator Klimatologi Kota Ambon 2014
Maret 80 27,5 62 12
Nopember 83 27,5 32 10
Pada tahun 2014, di Kota Ambon terdapat 83 TK dengan 3.787 murid dan 352
guru; SD/MI sebanyak 210 sekolah dengan 43.942 murid dan 3 301 guru;
SLTP/MTs sebanyak 57 sekolah dengan jumlah murid 21.074 orang dan guru
1.757 orang; SMU/MA berjumlah 39 sekolah dengan 16.963 siswa dan 1.317
guru sedangkan SMK berjumlah 17 sekolah dengan 5.446 siswa dan 746 guru.
Kecamatan Sirimau adalah kecamatan dengan persebaran fasilitas pendidikan
yang paling banyak.
Di Kota Ambon juga terdapat beberapa perguruan tinggi diantaranya Akademi
Keperawatan, Politeknik Kesehatan, Politeknik Negeri, Universitas Pattimura,
Universitas Kristen Indonesia Maluku, Institut Agama Islam Negeri Ambon,
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Trinitas dan Sekolah TinggiAgama Kristen
Protestan.
Total mahasiswa aktif semua perguruan tinggi di Kota Ambon selama tahun
2013 berjumlah 30.076 orang, dengan jumlah lulusan sebanyak 3.723 orang.
2.9.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Ambon atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan secara bertahap mengalami peningkatan.
Pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013 PDRB atas dasar
harga berlaku Kota Ambon meningkat sebesar 12,76 persen dan sebesar 5,96
persen untuk PDRB atas dasar harga konstan.
Nilai PDRB atas dasar harga berlaku untuk Kota Ambon tahun 2014 sebesar
9,9 trilyun rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2010 sebesar
7,77 trilyun rupiah dengan laju pertumbuhan ekonomi Kota Ambon tahun 2014
adalah sebesar 5,96 persen.
Jika dilihat berdasarkan harga berlaku, maka kontribusi terbesar diberikan oleh
sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
sebesar 25,18 persen, diikuti sektor Perdagangan Besar dan Eceran, reparasi
Mobil dan Sepeda Motor sebesar 19,54 persen dan sektor Transportasi dan
Pergudangan sebesar 11,49 persen. Keadaan yang sama jika diamati
berdasarkan harga konstan, dimana sektor Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib merupakan pemberi kontribusi terbesar
yaitu 21,85 persen, diikuti sektor Perdagangan Besar dan Eceran, reaparasi
Mobil dan Sepeda Motor 21,54 persen dan sektor Transportasi dan
Pergudangan sebesar 10,90 persen.
Dari dua puluh satu sektor ekonomi yang ada, seluruhnya menghasilkan
pertumbuhan positif bagi PDRB Kota Ambon tahun 2014. Untuk PDRB atas
dasar harga berlaku, pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor Pengadaan
Listrik dan Gas yaitu sebesar 34,20 persen, sementara yang terkecil yaitu
sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yaitu sebesar 6,61 persen. Begitu
pula PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh
sektor Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 30,54 persen dan yang terendah
adalah sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 2,12 persen.
Tabel 2.36. Produk Domestik Regional Bruto Kota Ambon Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) 2010-2014.
Makan Minum
Penduduk seperti dua sisi mata uang, disatu sisi merupakan potensi SDM yang
menjadi modal utama pembangunan sedangkan disisi lain merupakan target
sasaran pencapaian pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk pada tahun 2012
sebesar 180.398 jiwa dan menurun menjadi 179.781 jiwa pada tahun 2013 dan
terakhir di tahun 2014 mencapai 180.256 jiwa pertumbuhan penduduk tahun 2014
mengalami pergerakan melambat,dari 0,5 pada tahun 2013 menjadi 0,01 pada
tahun 2014.
Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan
pemerataan penyebaran penduduk. Data tahun 2014 menunjukkan sekitar 13,42
persen penduduk tinggal di Kecamatan Kairatu. Sementara luas Kecamatan
Kairatu secara keseluruhan hanya sekitar 4,74 persen dari seluruh wilayah
daratan Seram Bagian Barat. Sementara itu Kecamatan Elpaputih yang memiliki
luas ekitar 16,78 persen dari luas total Seram bagian Barat, hanya dihuni sekitar
2,83 persen penduduk. Gambaran tersebut selain menunjukkan tidak meratanya
penyebaran penduduk juga mmenunjukkan daya dukung lingkungan yang kurang
seimbang diantara kecamatan-kecamatan di Seram baguan Barat.
Sejak tahun 2007 sampai 2014, rasion jenis kelamin penduduk Seram Bagian
Barat selal diatas 100.
Tabel 2.40. Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut Kecamatan di
kabupaten Seram Bagian barat, 2014.
Huamual 40.909 35
Kairatu 24.190 73
Inamosol 5.527 11
Amalatu 11.425 17
Elpaputih 5.108 4
Taniwel 12.626 11
Laju pertumbuhan ekonomi Seram Bagian barat pada tahun 2014 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2013. Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga
konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Seram Bagian Barat tahun 2014
sekitar 6,16 persen, sedangkan pada tahun 2013 sekitar 5,13 persen. Nilai
PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 adalah 1.783 trilyun rupiah
dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 2.024 trilyun rupiah.
Seluruh sector ekonomi yang ada pada PDRB, pada tahun 2014 mencatat
pertumbuhan yang posisitf. Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sector
dari yang tertinggi dihasilkan oleh sector pengadaan listrik dan gas sekitar
31,85 persen.
Tabel 2.41. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Seram Bagian
Barat Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta
Rupiah) 2010-2014.
Pergudangan
Pada tahun 2015 tercatat 256.909 orang yang yang melakukan perjalanan
dari Dermaga Ferry Waipirit menuju Dermaga Ferry Hunimua. Kemudian
untuk kendaraan tercatat pada tahun 2015 kendaraan yang diangkut sebesar
637.814 kendaraan yang diangkut dari pelabuhan fery Waipirit ke Pelabuhan
ferry Hunimua.
2.11. Kab. Buru Provinsi Maluku.
2.11.1. Kondisi Wilayah Kab. Buru
2.11.1.1. Letak dan Batas Wilayah.
Kabupaten Buru terletak antara 2°25' Lintang Selatan dan 3°83' Lintang
Selatan dan antara 126°08' Bujur Timur dan 127°20' Bujur Timur. Kabupaten
Buru dibatasi
oleh Laut Seram di sebelah utara, kabupaten Buru Selatan di sebelah selatan,
kabupaten Buru Selatan dan Laut Seram di sebelah barat dan Selat Manipa di
sebelah Timur Keberadaannya di antara tiga kota penting di Indonesia Timur
(Makasar,Manado/Bitung, dan Ambon) dan dilalui Sea Line III, telah
menempatkan kabupaten Buru pada posisi yang strategis.
2.11.1.2. Luas Wilayah.
Luas wilayah Kabupaten Buru sekitar 7.595,58 km2. Seluruh wilayahnya
berada pada Pulau Buru (69,42 persen dari luas Pulau Buru).
Bila ditinjau dari luas menurut kecamatan, maka terbesar adalah kecamatan
Fena Leisela (2.831,65 km2 atau 37,3 persen dari luas kabupaten), kemudian
diikuti oleh kecamatan Air Buaya (1.702,35 km2 atau 22,4 persen). Kecamatan
dengan luas wilayah terkecil adalah kecamatan Batabual (108,60 km2 atau
1,04 persen) Pada Pulau Buru terdapat dua buah dataran dengan luas secara
keseluruhan sekitar 15.00,00 Ha.
Juli 82 25,8 53 2
Agustus 80 25,8 65 8
Septembe 84 25,9 2 2
r
Oktober 78 27,0 1 2
Nopember 81 27,8 27 3
2.11.1.6. Pendidikan
Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan di suatu daerah
adalah adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui jalur
pendidikan, pemerintah berupaya untuk menghasilkan dan meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia
Tehoru 18.590 46
Teluti 10.115 79
Amahai 39.643 24
2.12.1.6. Pendidikan
Jumlah sekolah dasar Tahun 2013 sebanyak 381 buah dengan jumlah murid
dan guru masing-masing 55.525 dan 4.535 dengan rasio murid terhadap guru
sebesar 14.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kabupaten Maluku Tengah berjumlah
130 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 22.587 dan 1.339 guru dengan
rasio murid terhadap guru adalah 17.
Sekolah Menegah Atas di Kabupaten Maluku Tengah berjumlah 55 buah
sekolah dengan jumlah murid sebanyak 14.745 dan guru sebanyak 845
dengan rasio 17. Sedangkan untuk SMK terdapat 13 buah sekolah.
2.12.1.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tengah Tahun
2013 sesuai hasil penghitungan atas dasar harga yang berlaku sebesar Rp.
1.909.831,32 (juta) sedangkan atas dasar harga konstan Tahun 2000 Rp.