0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
130 tayangan19 halaman

Harga Pokok Proses

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 19

handywatung.blogspot.co.id/2014/10/metode-harga-pokok-proses.html?

m=1

METODE HARGA POKOK PROSES


A. PENGERIAN METODE HARGA POKOK PROSES
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa.

B. KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK PROSES


Karakter produksinya sbb:
1. Produk yg dihasilkan merupakan produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu

C. PERBEDAAN METODE HARGA POKOK PROSES DENGAN METODE


HARGA POKOK PESANAN
1. pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan
metode harga pokok proses mengumpulka biaya produksi per departemen produksi per periode
akuntansi
2. perhitungan harga pokok produksi per satuan
metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat
pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok
produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama
periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang
bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi ( biasanya akhir bulan)
3. penggolongan biaya produksi
dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada
produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung
dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka. Didalam metode harga
pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung
seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk
( seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu masak). Karena harga pokok persatuan produk
dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
4. unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada
produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka. Di dalam metode harga pokok proses, biaya
overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan
biaya tenaga kerja ( baik yang langsung maupun yang tidak langsung). Dalam metode ini biaya
overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama
periode akuntansi tertentu.
D. MANFAAT INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI
1. Menentukan harga jual produk
2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodic
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca

E. METODE HARGA POKOK PROSES- TANPA MEMPERHITUNGKAN


PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL
VARIASI CONTOH PENGGUNAAN METODE HARGA POKOK PROSES YANG
DIURAIKAN DALAM BAB INI MENCAKUP:
1. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya dioleh hanya
melalui satu departemen produksi
2. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui
lebih dari satu departemen produksi
3. pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok
produksi per satuan, dengan anggapan:
 produk hilang pada awal proses
 proiduk hilang pada akhir proses

1. METODE HARGA POKOK PROSES – PRODUK DIOLAH MELALUI SATU


DEPARTEMEN PRODUKSI
Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah
biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 19x1 disajikan dalam gambar 3.1
Biaya bahan baku Rp 5.000.000
Biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Total biaya produksi Rp 39.875.000
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :
Produk jadi 2.000 kg
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut: Biaya bahan baku : 100 %;biaya bahan penolong 100 500 kg
%, biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %.

Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 19x1


Masuk ke dalam proses: 2.500 kg
Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg
Perhitungan harga pokok produksi per satuan
Unsure biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi satuan
(1) (2) (3) (2);(3)
Bahan baku Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000
Bahan penolong Rp 7.500.000 2.500 3.000
Tenaga kerja Rp 11.250.000 2.250 5.000
Overhead pabrik Rp 16.125.000 2.150 7.500
39.875.000 17.500

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses

Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong 100 % x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000
Biaya tenaga kerja 50 % x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000
Biaya overhead pabrik 30 % x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000 Rp 4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan januari 19x1 Rp 39.875.000

Jurnal pencatatan biaya produksi


jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 5.000.000
Persediaan bahan baku Rp 5.000.000

Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong


Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Persediaan bahan penolong Rp 7.500.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Gaji dan upah Rp 11.250.000

JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp 16.125.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 35.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000

Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh pada
akhir bulan januari 19 x1

Persediaan produk dalam proses Rp 4.875.000


Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000
Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja Rp 1.250.000
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.125.000

2. METODE HARGA POKOK PROSES –PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI


SATU DEPARTEMEN PRODUKSI
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi dari
departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi
sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama terdiri dari:
a. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
b. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Contoh2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 30.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhir
Biaya bahan baku 100%
Biaya konversi 20% 50%
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A
Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi kg

Bahan baku Rp 70.000 35.000 Rp 2


Tenaga kerja 155.000 31.000 5
Overbead pabrik 248.000 31.000 8
Total Rp 173.000 Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A

Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
Rp 23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A


Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000
Persediaan bahan baku Rp 70.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Rp 155.000
Gaji dan upah Rp 155.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 248.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke
departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000


Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 8.000
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B
Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi kg

Tenaga kerja 270.000 27.000 10


Overbead pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp 675.000 Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B

Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke


gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15 Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25 600.000

Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 960.000


24.000 x Rp 40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000 Rp 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B 165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1 Rp 1.125.000

jurnal pencatatan biaya produksi departemen B

Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :


Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp 270.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke
gudang
Persediaan produk jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 360.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000


Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 90.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 30.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 45.000

3. PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES


TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan

Contoh3:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1


Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya produksi Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) Departemen A produk yang
dihasilkan oleh
departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg 26.100 29
penolong
Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45
Biaya overhead 700 + 40%x200kg=780kg 46.800 60
pabrik
Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 111.300


Rp 159
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800 Rp 19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen Rp 159,00
A
Rp 111.300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen Rp 222.60
A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B
sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 63.60
Departemen A

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang Jumlah biaya produksi Biaya per kg
dihasilkan oleh yang ditambahkan di yang
departemen B ( unit departemen B ditambahkan
ekuivalensi) Departemen B
Biaya bahan 400 kg + 60 % x Rp 16.100 Rp 35
penolong 100 kg = 460 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 %x 100 Rp 22.500 Rp 50
kg = 450 kg
Biaya overhead 400 kg + 50 %x 100 Rp 24.750 Rp 55
pabrik kg = 450 kg
Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 145.040
Rp 362.60
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750 Rp 29.610
Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan
harga pokok produksi per satuan

Contoh:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen Departemen
A B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1


Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang
Departemen dihasilkan oleh
A departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 Rp 22.500 Rp 22.5
kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 26.100 26.10
penolong kg
Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89
Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18
pabrik
Rp 130.500 Rp141.67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 99.169


Rp 141.67
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang 14.167,00
hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 113.334,40
disesuaikan : 700 x Rp 161,91
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4 Rp 17.165.60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00
Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen
produksi pertama

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Jumlah biaya Biaya per kg
departemen B ( unit ekuivalensi) produksi yang
yang ditambahkan di
ditambahkan Departemen B
di
departemen B
Biaya bahan penolong 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg = Rp 16.100 Rp 24.39
660 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = Rp 22.500 Rp 34.62
650 kg
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = Rp 24.750 Rp 38.08
650 kg
Rp 63.350 Rp 97.09

Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 64.764,00


Rp 161.91
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 51.800,00
161.91+Rp 97.09
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 155.400,00
disesuaikan : 400 x Rp 388.5
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904 Rp 21.289.40
Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 176.689.40

F. CONTOH SOAL
PT Aquana memproduksi air mineral dengan merk “Fresh”. Perusahaan ini memiliki BDP
per 1 Januari 2008 sebanyak 10.000 liter dan dalam bulan Januari 2008 perusahaan
memproses 50.000 liter. Pada akhir bulan Januari 2008 perusahaan memiliki BDP akhir
sebanyak 20.000 liter.
Diminta: berapa liter produk selesai selama bulan Januari 2008?

Jawaban:

Produk selesai dihitung dg formula sbb:


Persediaan BDP awal 10.000
Produk masuk proses periode ini 50.000
Total unit yang diproses 60.000
Persediaan BDP akhir (20.000 )
Produk selesai 40.000

http://shasha-makalah.blogspot.co.id/2017/05/contoh-makalah-produk-rusak-
akuntansi.html?m=1

Contoh Makalah Produk Rusak Akuntansi Biaya

May 12, 2017

A. Pengertian Produk Rusak


Menurut Mursyidi ( 2008 : 115 ) Produk rusak adalah produk gagal yang secara teknis atau
ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.
Berbeda dengan sisa bahan, produk rusak menelan semua unsur biaya produksi
( bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead pabrik).

Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar mutu yang telahditetapkan secara
ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang baik. Menurut pandangan tradisional produk
dinyatakan cacat atau rusak apabila kriteria produk tersebut terletak diluar batas atas dan batas
bawah daribatasan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi yang dimaksud adalah kriteria yang
harus dipenuhi produk tersebut dalam memenuhi kemampuannya, untuk berfungsi sebagaimana
mestinya produk dibuat. Maka suatu produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak
memenuhi spesifikasinya (Hansen dan Mowen, 2005 : 7).
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukkanan diatas dapat disimpulkan bahwa
Produk rusak merupakan produk yang tidak sempurna dalam prosesnya dan secara ekonimis tidak
dapat diperbaiki kembali. Sehingga produk tersebut harus dibuang atau dilebur kembali sebagai
bahan baku.

B. Sebab Terjadinya Produk Rusak


Menurut Sutrisno (2001 : 124) “penyebab terjadinya produk rusak ada dua yaitu produk rusak
karena kagiatan normal perusahaan atau produk rusak normal dan produk rusak karena kesalahan
atau produk rusak abnormal”. Berikut ini disajikan penjelasan kedua penyebab terjadinya produk
rusak :

1. Produk rusak karena kegiatan normal perusahaan, yaitu apabila produk rusak ini memang sering
terjadi pada kegiatan normal perusahaan, apabila produk rusak ini memang sering terjadi pada
kegiatan normal perusahaan, sehingga biasanya memang dicadangkan adanya produk rusak dalam
proses produksi.
Biaya produksi atau harga pokok produk rusak yang bersifat normal diperlakukan sebagai
bagian dari harga pokok produk selesai, karena adanya produk rusak dianggap perlu untuk
menghasilkan sejumlah produk selesai tersebut.

2. Produk rusak, karena kesalahan atau abnormal, yaitu apabila produk rusak yang penyebabnya karena
kurangnya pengawasan, kesalahan pengerjaan, kerusakan mesin, pemakaian bahan dibawah kualitas
standar. Harga pokok atau biaya produksi yang melekat pada produk rusak bersifat abnormal, karena
pada dasarnya dihindarkan diperlakukan sebagai suatu kerugian dalam periode terjadinya produk
rusak.
Menurut Sutrisno (2001 : 124) “perlakuan harga pokok produk rusak, selain penyebab
terjadinya produk rusak juga dipengaruhi apakah produk rusak tersebut laku dijual atau tidak laku
dijual”. Uraian dari perlakuan harga pokok produk rusak tersebut di atas disajikan berikut ini:

1. Produk Rusak Tidak Laku Dijual


a. Penyebab terjadinya produk rusak bersifat normal, maka harga pokok produk rusak yang tidak laku
dijual ini, akan dibebankan kepada produk selesai, yang mengakibatkan harga pokok produk selesai
akan dibebankan kepada produk selesai, sehingga harga pokok produk selesai per unit akan menjadi
lebih besar. sehingga, perlakuannya sama dengan produk akhir proses. Jurnal yang dibuat adalah :

PersediaanProduk Selesai Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Bahan Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp XXX

b. Terjadinya produk rusak karena kesalahan dan produk rusak tidak la


c. ku dijual, maka harga pokok produk rusak tersebut tidak boleh diperhitungkan kedalam harga pokok
produk selesai, tetapi harus dianggap sebagai kerugian, sehingga akan diperlakukan sebagai rugi
produk rusak.
Jurnal yang dibuat adalah:

RugiProduk Rusak Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Bahan Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp XXX

2. Produk Rusak Laku Dijual


Bila penyebab produk rusak karena kegiatan normal perusahaan, dan produk rusak tersebut laku
dijual, maka hasil penjualan produk rusak tersebut dapat diperlakukan sebagai:
a. Pengurangan harga pokok selesai
Harga pokok produk rusak dibebankan ke produk selesai, sehingga apabila produk rusak tersebut laku
dijual, maka sudah sewajarnya hasil penjualan tersebut digunakan sebagai pengurangan harga pokok
produk selesai. Jurnal yang dibuat adalah :

Kas/Piutang Dagang Rp XXX

Persediaan ProdukSelesai Rp XXX

b. Pengurang semua biaya produksi


Kas/PiutangDagang Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Bahan Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp XXX

Perlakuan ini memerlukan alokasi yang adil pada setiap elemen biaya produksi pada departemen
dimana terdapat produk rusak, salah satu metode dapat digunakan alokasi berdasarkan perbandingan
setiap elemen biaya. Jurnal yang dibuat adalah :

c. Pengurang biaya overhead pabrik


Perlakuan ini sangat mudah, tetapi perlu diperhitungkan bahwa apabila hasil penjualan produk rusak
cukup besar sedang jumlah biaya overhead pabrik kecil, dimungkinkan biaya overhead akan minus.
Jurnal yang dibuat
adalah :

Kas/PiutangDagang Rp XXX

BarangDalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp XXX

d. Penghasilan lain-lain
Perlakuan ini paling mudah digunakan, sehingga pada laporan harga pokok produksi nantinya sama
dengan apabila ada produk hilang pada akhir proses tapi tidak sesuai dengan perlakuan harga pokok
produk selesai.
Jurnal yang dibuat adalah :
Kas/PiutangDagang Rp XXX

Penghasilanlain-lain Rp XXX

3. Produk rusak yang laku dijual dan penyebab produk rusak karena kesalahan atau disebut juga produk
rusak abnormal, maka hasil penjualan produk rusak tersebut akan diperlakukan sebagai pengurang
rugi produk rusak, hal ini sesuai karena harga pokok produk rusak nantinya akan dimasukkan kedalam
laporan rugi-laba sebagai elemen biaya lain. Jurnal yang dibuat untuk mencatat hasil penjualan produk
rusak yang diperlakukan sebagai pengurang rugi produk rusak adalah:

Kas/PiutangDagang Rp XXX

RugiProduk Rusak Rp XXX

Menurut Sutrisno (2001 : 133) “Harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai kerugian dan
dimasukkan kedalam rekening rugi produk rusak yang pada akhir periode akan masuk pada laporan
rugi-laba sebagai elemen biaya lain-lain”.
Contoh soal dan penyelesaian produk rusak

Asumsi:

1. Produk diolah melalui 2 departemen

2. Tidak terdapat produk dalam proses pada awal periode

3. Memproduksi hanya satu jenis produk

4. Terdapat produk rusak

Data produksi dan Biaya produksi bulan Januari 2008 sbb:

Dep. A Dep. B

Produk selesai ditransfer ke dep. B 500 kg

Produk selesai sudah ditransfer ke gudang produk jadi 300 kg

Produk dalam proses:

Bahan baku & penolong 100%, konversi 30% 200 kg

Bahan penolong 50%, konversi 30% 150 kg

Produk rusak 100 kg 50 kg

Biaya Bahan baku 20.000 -

Biaya Bahan penolong 24.000 16.350

Biaya Tenaga Kerja 34.000 19.420

Biaya
Overhead 30.600 23.225

Jumlah Biaya Produksi 108.600 58.995

Produk rusak di dep. A tidak laku dijual. Produk rusak di dep. B dijual dengan harga Rp. 200/kg

Hasil penjualan produk rusak di dep. B dicatat sebagai pengurang biaya produksi dep. B

Diminta :

1. Perhitungan harga pokok per satuan masing-masing departemen


2. Perhitungan harga pokok produk selesai dan produk dalam proses masing-masing departemen
3. Laporan biaya produksi masing-masing departemen

Penyelesaian :

DEPARTEMEN A
Karena produk russak di dep. A tidak laku dijual, maka harga pokok produk rusak dicatat sama seperti
produk hilang pada akhir proses.

Perhitungan harga pokok per satuan di departemen A:

Jenis Biaya Jumlah produk dihasilkan (unit ekuivalen) Biaya Produksi Biaya per satuan

Bahan Baku 500 + (100% x 200) + 100 = 800 20.000 25,00

Bahan Penolong 500 + (100% x 200) + 100 = 800 24.000 30,00

Tenaga Kerja 500 + (40% x 200) + 100 = 800 34.000 50,00

Overhead 500 + (40% x 200) + 100 = 800 30.600 45,00

Jumlah 108.600 150,00

Perhitungan harga pokok produk selesai yangh ditransfer ke departemen B sbb:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. B = 500 kg x Rp 150 75.000

Tmabhan harga pokok karena adanya produk rusak di Dep. A

100 kg x Rp 150 15.000

Jumlah harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. B yang baru 90.000

500 kg x Rp 180 = Rp 90.000

Perhitungan harga pokok produk dalam proses di Dep. A (200 kg)

Bahan baku (100% x 200) x 25 5.000

Bahan penolong (100% x 200) x 30 6.000

Tenaga kerja (40% x 200) x 50 4.000


Overhead (40% x 200) x
45 3.600

Harga pokok produk dalam proses di Dep. A 18.000

DEPATERMEN B

Produk rusak di dep. B laku di jual seharga Rp.200/kg

Jumlah penjualan produk rusak = 50 kg x Rp.200 = Rp.10.000


Hasil penjualan tersebut di perhitungkan terlebih dahulu dengan mengurangi biaya produksi di
dep.B

Alokasi hasil penjualan produk rusak ke biaya produksi di deb.B

Biaya prduksi Jumlah biaya Pembagian hasil Jml biaya


produksi penjualan produk produksi setelah
di kurangi

Rp %

Harga pokok 90.000 60,40% 6.040 83.960


dari A

Bahan 16.350 10,97% 1.097 15.253


penolong

Tenaga kerja 19.420 13,03% 1.303 18.117

Overhead 23.225 15,59% 1.559 21.666

Jumlah 148.995 100,00% 1.0000 138.995

Harga pokok produk dari deb. A kedeb, B berubah menjadi : Rp. 167,92 ( 83.960 / 500 kg )

Perhitungan harga pkok per satuan di depatermen B.

Jenis biaya Jumlah produk di hasilkan (Unit Biaya Biaya per satuan
ekuivalen) produksi

Harga pokok 83.960 167,92

Produk dari deb. A

Bahan penolong 300 + (50% x 150) + 50 = 425 15.253 35,89

Tenaga kerja 300 + (30% x 150) + 50 = 395 18.117 45,87

Overhead 300 + (30% x 150) + 50 =395 21.666 54,85

Jumlah 138.996 304,53


Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gedung produk jadi sbb :

Harga pokok produk selesai yang di transfer ke Gudang= 300kg x Rp. 304,53 91.359

Tambahan harga pokok karena adanya produk yang hilang pada akhir proses deb. B

50kg x
Rp.304,53 15.227

Jumlah harga pokok produk selesai yg di transfer ke Gudang yang baru 106.686

300kg x Rp.355,29 = Rp.106.586

Perhitungan harga pokok produk dalam proses di deb. B :

Harga pokok produksi dari deb. A 150 x 167,92 25.188

Biaya produksi Deb. B

Bahan penolong (50 % x 150) x 35,89 2.692

Tenaga kerja (30 % x 150) x 45,87 2.064

Overhead (30 % x 150) x 54,85 2.468

Harga pokok produk dalam proses di Deb.B 32.412

Jumlah biaya produksi departemen B 138.998

Anda mungkin juga menyukai