0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
209 tayangan150 halaman

Laporan Magang Edit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 150

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Bekalang

Rumah Sakit adalah suatu organisasi dalam sistem pelayanan kesehatan yang penting
dalam upaya untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan kesehatan di
rumah sakit dilakukan oleh berbagai macam profesi yang saling berkaitan satu sama lainnya.
WHO (2017) menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi perawatan kesehatan yang
memiliki staf medis dan profesional terorganisir lainnya, dan fasilitas rawat inap, dan
memberikan layanan medis, perawatan dan pelayanan 24 jam per hari, 7 hari seminggu.
Rumah sakit memberikan beragam luas pelayanan dari akut, penyembuhan, dan terminal
dengan menggunakan layanan diagnostik dan kuratif sebagai respons terhadap kondisi akut
dan kronis yang timbul dari penyakit serta cedera dan anomali genetik. Dengan demikian
rumah sakit dapat menghasilkan informasi penting untuk penelitian, pendidikan dan
manajemen.

Pemerintah Indonesia telah mengatur pelayanan Rumah Sakit di Indonesia dalam


berbagai peraturan perundangan. Definisi rumah sakit yang diatur pada UU RS No. 44
Tahun 2009 adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat. Pelayanan kesehatan paripurna yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan tugas kesehatan perorangan
secara paripurna tersebut, pada dasarnya rumah sakit mempunyai fungsi menyelenggarakan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit. Selain itu, pemerintah juga mengatur Klasifikasi Rumah Sakit melalui Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010. Hal ini menjadi acuan
dalam melakukan pengorganisasian dari institusi rumah sakit.

Dalam menempuh masa studi di minat Administrasi Rumah Sakit (ARS) Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, mahasiswa dituntut untuk mendapatkan skill
dan wawasan yang baik terkait dengan Rumah Sakit. Berdasarkan fenomena tersebut,
penulis menjalani masa magang untuk mendapatkan pengalaman di bidang manajemen dan
pengoranisasian tentang Rumah Sakit di Indonesia. Masa magang adalah satu tahun untuk
bisa mendapatkan gambaran yang utuh dan pengalaman yang cukup bagi mahasiswa.

Rumah sakit yang menjadi tempat magang oleh penulis adalah RSI Jemursari Surabaya.
RSI Jemursari merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta di kota Surabaya. Pada akhir
Desember 2010, Rumah Sakit Islam Jemursari mendapatkan pengakuan menjadi rumah sakit
tipe B oleh Kementrian Kesehatan RI. Pada masa magang ini penulis akan mengamati dan
mengkaji kegiatan manajerial pada Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap di RSI
Jemursari Surabaya.

1.2 Tujuan Kegiatan Magang

1.2.1 Tujuan umum

Mempelajari proses manajemen rumah sakit di RSI Jemursari Surabaya

1.2.2 Tujuan khusus

1. Menganalisis aspek profil organisasi, struktur organisasi, dan sumber daya manusia di
RSI Jemursari Surabaya
2. Menganalisis aspek gambaran umum, struktur organisasi, SDM, Alur pelayanan, dan
kinerja IGD RSI Jemursari Surabaya
3. Menganalisis aspek gambaran umum, struktur organisasi, SDM, Alur pelayanan, dan
kinerja IRJA RSI Jemursari Surabaya

1.3 Waktu Pelaksanaan


Proses magang dilaksanakan selama tiga bulan di Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi
Gawat Darurat RSI Jemursari Surabaya mulai bulan Agustus – Oktober 2017. Jam magang
adalah mengikuti jam kerja RSI Jemursari Surabaya untuk hari Senin hingga Rabu, dan untuk
hari Kamis sampai Sabtu menyesuaikan dengan jadwal perkuliahan di minat ARS.

1.4 Metode Pelaksanaan


Pelaksanaan magang dilakukan dengan cara observasi langsung di Instalasi Rawat Jalan
dan Instalasi Gawat Darurat RSI Jemursari Surabaya. Data yang diperoleh berasal dari hasil
wawancara maupun data yang sudah ada di Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat
Darurat.

1.5 Metode Pelaporan


Laporan magang dipresentasikan setelah kegiatan di Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi
Gawat Darurat selesai dijalani. Pembahasan dilakukan dengan cara mengkaji hasil
pengamatan berdasarkan tinjauan teori yang ada.

1.6 Manfaat

Bagi Mahasiswa

Memberikan pengalaman dan wawasan mengenai proses manajemen di IGD dan IRJA RSI
Jemursari Surabaya

Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan atau rekomendasi kepada manajemen yang berguna untuk peningkatan
pelayanan terhadap pasien.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organisasi

2.1.1 Definisi Organisasi

Beberapa definisi dari ahli tentang organisasi adalah sebagai berikut:

1. Organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan


bersama.akan tetapi perlu kita fahami bahwa yang menjadi dasar organisasi,bukan
“siapa” akan tetapi “apanya” yang berarti bahwa yang dipentingkan bukan siapa orang
yang akan memegang organisasi ,tetapi “apakah”tugas dari organisasi.
(Money,1996:23)

2. Robbins (1994: 4) mengatakan, bahwa: “Organisasi adalah kesatuan sosial yang


dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi,
yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau sekelompok tujuan.”

3. Definisi yang digunakan dalam buku Organization Theory and Design oleh Daft, R
pada tahun 2010 untuk menggambarkan organisasi adalah sebagai berikut: organisasi
adalah (1) entitas sosial yang (2) ditujukan pada tujuan, (3) dirancang sebagai sistem
aktivitas terstruktur dan terkoordinasi dengan sengaja, dan (4) terkait dengan
lingkungan luar.

4. Hasibuan (2011:120) memberikan pengertian organisasi sebagai berikut: Organisasi


adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari
sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.
Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan
dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Elemen kunci sebuah organisasi bukan merupakan bangunan atau seperangkat


kebijakan dan prosedur; Organisasi terdiri dari orang-orang dan hubungan mereka satu
sama lain. Organisasi ada saat orang berinteraksi satu sama lain untuk melakukan fungsi
penting yang membantu mencapai tujuan. Kecenderungan manajemen saat ini menyadari
pentingnya sumber daya manusia, dengan sebagian besar pendekatan baru dirancang untuk
memberdayakan karyawan dengan kesempatan lebih besar untuk belajar dan berkontribusi
saat mereka bekerja sama menuju tujuan bersama.

Ciri-ciri organisasi dikemukakan Ferland yang dikutip oleh Handayaningrat (1985:3)


sebagai berikut :
1. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal
2. Adanya kegiatan yang berbeda-beda tetapi satu sama lain saling berkaitan
(interdependent part) yang merupakan kesatuan usaha / kegiatan
3. Tiap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya / tenaganya
4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan
5. Adanya suatu tujuan

Organisasi selain dipandang sebagai wadah kegiatan orang juga dipandang sebagai
proses, yaitu menyoroti interaksi diantara orang-orang yang menjadi anggota organisasi.
Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia yang saling
berinteraksi dan mengembangkan organisasi yang bersangkutan. Organisasi dalam
meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam rangka mengoptimalkan kinerja pegawai tidak
terlepas dari pemberdayaan potensi yang ada.

Organisasi efektif, sumber-sumber daya manusia dan sumber-sumber daya material


menyebabkan meningkatnya produktivitas. Hal tersebut dilaksanakan melalui apa yang
dinamakan “sinergisme”. Dalam hal itu anggota-anggota sesuatu organisasi
mengombinasikan upaya secara kolektif guna melaksanakan tugas-tugas. Tugas-tugas itu
akan jauh melampaui jumlah dari upaya-upaya individual mereka. Sinergi dicapai melalui
pengintegrasian tugas-tugas yang terspesialisasi.

Berbagai literatur tentang organisasi dan manajemen telah memberikan definisi


tentang organisai, dengan berbagai cara, tergantung segi tinjauan ataupun pendekatannya.
Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi
arti statis dan organisasi dalam arti dinamis.

1. Organisasi Dalam Arti Statis


Organisasi dalam arti statis berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak
bergerak atau diam. Melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak bergerak berarti melihat
organisasi itu seperti yang tergambar dalam bagan (organogram) yang beraneka ragam.
Ada berbagai macam pandangan tentang organisasi dalam arti statis, antara lain sebagai
berikut :
 Organisasi dipandang sebagai wadah atau sebagai alat yang berarti :
a. Organisasi sebagai alat pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya,

b. Organisasi merupakan wadah daripada sekelompok orang (group of people)


yang mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

c. Organisasi sebagai wadah atau tempat di mana administrasi dan manajemen


dijalankan yang memungkinkan administrasi dan menajemen itu bergerak
sehingga memberi bentuk pada administrasi dan manajemen.
 Organisasi dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja yang bersifat formal
seperti yang tergambar dalam suatu bagan dengan mempergunakan kotak-kotak
yang beraneka ragam. Kotak-kotak tersebut member gambaran tentang kedudukan
atau jabatan yang harus diisi oleh orang-orang yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan fungsi masing-masing.
 Organisasi dipandang sebagai saluran hirarki kedudukan atau jabatan yang ada
yang menggambarkan secara jelas tentang garis wewenang, garis komando dan
garis tanggungjawab.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa organisasi dalam arti statis merupakan wadah
atau tempat kegiatan administrasi dan manajemen berlangsung dengan gambaran yang
jelas tentang saluran hirarki daripada kedudukan, jabatan wewenang, garis komando dan
tanggungjawab.

2. Organisasi Dalam Arti Dinamis


Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ yang
hidup, suatu organisme yang dinamis. Memandang organisasi sebagai organisme yang
dinamis berarti memandang organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan wujudnya, tetapi
juga melihat organisasi itu dari segi isinya. Isi daripada organisasi adalah sekelompok
orang-orang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain
organisasi dalam arti dinamis berarti menyoroti aktivitas atau kegiatan yang ada didalam
organisasi, serta segala macam aspek yang berhubungan dengan usaha pencapaian tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian terdapat berbagai macam pandangan tentang
organisasi dalam arti dinamis, sebagai berikut :
a. Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu selalu bergerak mengadakan
pembagian tugas atau pekerjaan sesuai dengan system yang telah ditentukan serta
sesuai pula dengan lingkup daripada organisasi itu.

b. Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi itu dari segi isinya,
yaitu sekelompok orang yang melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Jadi organisasi dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di
dalamnya. Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi
karena hanya manusialah yang memiliki sifat kedinamisan.
Organisasi dalam arti dinamis selalu diharapkan kepada dua macam kemungkinan, yaitu :
a. Kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang, yaitu berarti organisasi selalu
bergerak untuk tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan zaman. Pertumbuhan dan
perkembangan organisasi dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Yang lebih
penting adalah pertumbuhan dan perkembangan organisasi yang bersifat kualitatif.

b. Kemungkinan organisasi itu akan mati. Hal ini merupakan ancaman dan tantangan
yang mau tidak mau harus dapat diatasi. Ancaman yang datangnya dari luar adalah
anacaman yang datangnya dari berbagai organisasi lain dalam bentuk persaingan,
baik secara wajar (persaingan sehat) maupun secara tidak sehat (tidak wajar), baik
persaingan itu dilakukan secara terbuka (terang-terangan) maupun secara tertutup
(terselubung).
Dengan demikian organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi selalu bergerak,
tumbuh dan berkembang untuk mempertahankan eksistensinya. bergerak, tumbuh dan
berkembangnya organisasi pada dasarnya merupakan kenyataan hidup. Dari uraian di atas
kita dapat mengatakan bahwa organisasi dalam arti dinamis merupakan proses kerjasama
antara orang-orang yang tergabung dalam suatu wadah tentu untuk mencapai tujuan
bersama seperti yang telah disampaikan secara bersama pula. Proses adalah langkah-
langkah yang harus dilalui. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam usaha mencapai
tujuan bersama dimulai dari proses perencanaan (planning), proses pengorganisasian
(organizing), pemberian motivasi (motivating), proses pengawasan (controlling) dan
proses pengambilan keputusan (decision making). Proses tersebut sering disebut sebagai
fungsi manajemen sehingga organisasi dalam arti dinamis disebut pula organisasi sebagai
fungsi, yaitu organisasi yang member kemungkinan manajemen untuk bergerak.
Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara sekelompok orang yang
tergabung dalam suatu wadah tertentu guna mencapai tujuan bersama seperti yang telah
ditetapkan bersama. Atau pada intinya organisasi adalah koordinasi secara rasional
kegiatan sejumlah organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang dirumuskan secara
eksplisit, melalui pengaturan dan pembagian kerja serta melalui herarki kekuasaan dan
tanggung jawab.

2.1.2 Tujuan Organisasi


Secara sistematik maka keseluruhan kegiatan organisasi harus berorientasi pada
tujuan. Ini berarti bahwa tujuan organisasi mesti dijadikan pedoman untuk dalam
pembagian kerja, penentuan bahan tugas, banyaknya tenaga yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan tertantu harus dipertimbangkan dengan berorientasi pada tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, keseluruhan pekerjaan pengelolaan dan
operasional harus diatur dan direncanakan berdasarkan strategi untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan dengan cara efektif dan efisien.
Prinsip kerja yang menggunakan tujuan sebagai pedoman lazimnya disebut
“Management By Objective”(MBO) atau “Administration By Objective”(ABO). Begitu
pentingnya kedudukan tujuan dalam penyusunan organisasi, maka tujuan organisasi perlu
terlebih dahulu dirumuskan secara jelas, tertulis, dan kemudian dikomunikasikan secara
baik sehingga tujuan bisa dipahami secara benar-benar oleh para anggota organisasi.
Bila MBO bisa dilaksanakan secara baik, maka masing-masing anggota organisasi
walaupun berbeda dalam dalam kedudukan atau fungsinya, walaupun berbeda dalam waktu
bekerjanya, namun semuanya sebagai anggota sistem, gerak langkahnya terarah pada
pencapaian tujuan organisasi. Kesatuan arah pada tujuan bersama (unity of purpose) dari
gerak langkah pada anggota yang berbeda dalam fungsi atau waktu yang dipergunakan
tersebut “equifinality”. Setiap adminitrator yang ingin sukses tentu berusaha menciptakan
iklim organisasi yang memiliki “unity of purpose” dan “equifinality”.

2.1.3 Proses Pengorganisasian


Menurut Louis A. Allen (1960) definisi Pengorganisasian adalah proses mengatur dan
menghubungkan pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga dapat diselesaikam secara
efektif dan efisien oleh orang-orang yang menjadi anggota dari organisasi tersebut.
Pengorganisasian terdiri dari 3 jenis tindakan, yaitu :
a. Merancang struktur organisasi yang mencakup pekerjaan mengidentifikasi tugas-
tugas yang harus dilakukan dan menggolongkannya ke dalam kelompok-
kelompok organisasi yang baik penimbangannya.
b. Mendefinisikan dan mendelegasikan (melimpahkan) wewenang dan tanggung
jawab.
c. Menetapkan hubungan-hubungan.
Definisi tentang pengorganisasian berikut memberikan sebuah gambaran pendahuluan
tentang makna kata pengorganisasian. “… Organizing … The function of gathering
resources, allocating resources, and structuring tasks to fulfill organizational plans”(Holt
1993).
Maka pihak manajemen perlu menetapkan tugas-tugas apa yang perlu dilaksanakan
siapa yang harus melaksanakannya, dan siapa saja akan mengambil keputusan – keputusan
tentang tugas-tugas tersebut.
Dalam dunia nyata, banyak kondisi yang memengaruhi bagaimana pengorganisasian
akan dilaksanakan. Aktivitas manusia terorganisasi timbul karena suatu pembagian kerja
yang logis dan suatu sistem koordinasi.
Secara tipikal kita memikirkan kedua aspek pengorganisasian sebagai hal yang
berkaitan dengan organisasi-organisasi besar, serta komplek. Akan tetapi, mereka
sesungguhnya dapat pula diterapkan terhadap setiap aktivitas kelompok. Pengorganisasian
memilki tiga macam dimensi sebagai berikut :
a. Organisasi itu sendiri memiliki suatu bentuk, suatu konfigurasi yang melukiskan
hirarki manajemen dan saluran-saluran komunikasi formal.
b. Melalui proses pengorganisasian tugas-tugas dirumuskan atau ditetapkan dan
pekerjaan-pekerjaan individual distruktur.
c. Sebuah falsafah organisasi memengaruhi upaya dengan apa koordinasi dicapai.

Samuel C. Certo mengutip Saul W. Gellerman mengemukakan pandangan bahwa ada


lima macam langkah pokok proses pengorganisasian.
Adapun langkah-langkah yang dimaksud sebagai berikut :
a. Melaksanakan refleksi tentang rencana-rencana dan sasaran-sasaran.

b. Menetapkan tugas-tugas pokok.

c. Membagi tugas-tugas pokok menjadi tugastugas bagian (subtasks)

d. mengalokasikan sumber-sumber daya dan petunjuk-petunjuk untuk tugas-tugas


bagian tersebut;

e. Mengevaluasi hasil-hasil dari strategi pengorganisasian yang diimplementasikan.

Penyusunan organisasi menyangkut kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


a. Merumuskan tujuan organisasi secara jelas, serta mengidentifikasi dan
menetapkan macam-macam pekerjaan yang diperlukan untuk melaksanakan
keseluruhan program yang direncanakan
b. Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang semula merupakan pekerjaan yang
kompleks dan besar menjadi unit-unit pekerjaan serumpun dengan penentuan
biro-biro, bagian, atau sebagian.

c. Menyusun unit-unit pekerjaan tersebut di atas sehingga terbantu struktur


organisasi yang teratur, baik dalam berhirarki maupun dalam fungsinya.

d. Merumuskan wewenang dan tanggung jawab serta beban tugas masing-masing


pejabat pada setiap unit.

e. Menentukan jalur komunikasi, wewenang dan tanggung jawab serta aliran kerja
yang menjamin terciptanya koordinasi yang efektif

f. Menyusun staff (staffing). Merumuskan tentang persyaratan khusus yang harus


dipenuhi untuk memilih persoalan yang akan memangku jabatan. (the right man
on the right place)

2.1.4 Penataan Organisasi

Henry Mintzberg (1992, 2009) mengemukakan bahwa organisasi dapat dibedakan


dalam tiga dimensi dasar: (1) bagian penting dari organisasi, yaitu bagian dari organisasi
yang memainkan peran utama dalam menentukan keberhasilan atau kegagalannya; (2)
mekanisme koordinasi utama, yaitu metode utama yang digunakan organisasi untuk
mengkoordinasikan kegiatannya; dan (3) jenis desentralisasi yang digunakan, yaitu, sejauh
mana organisasi tersebut melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Bagian kunci dari sebuah organisasi ditunjukkan pada Gambar 1 dan mencakup hal-hal
berikut
Gambar 2.1 Penataan Organisasi menurut Mintzberg. (diambil dari Daft, 2010 : 27)

Technical Core

Inti teknis mencakup orang-orang yang melakukan pekerjaan dasar organisasi. Bagian
ini benar-benar menghasilkan keluaran produk dan layanan organisasi. Di sinilah
transformasi utama dari input ke output berlangsung. Inti teknisnya adalah departemen
produksi di perusahaan manufaktur, para guru dan kelas di universitas, dan kegiatan medis
di rumah sakit.

Technical Support Staff

Fungsi dukungan teknis membantu organisasi beradaptasi dengan lingkungan.


Karyawan pendukung teknis seperti insinyur, peneliti, dan profesional teknologi informasi
memindai lingkungan untuk masalah, peluang, dan perkembangan teknologi. Dukungan
teknis bertanggung jawab untuk menciptakan inovasi dalam inti teknis, membantu
organisasi berubah dan beradaptasi.

Administrative Support Staff

Fungsi pendukung administratif bertanggung jawab atas kelancaran operasi dan


pemeliharaan organisasi, termasuk unsur fisik dan manusianya. Ini termasuk kegiatan
sumber daya manusia seperti rekrutmen dan perekrutan, pemberian kompensasi dan
tunjangan, serta pelatihan dan pengembangan karyawan, serta kegiatan pemeliharaan
seperti pembersihan bangunan dan servis serta perbaikan mesin.
Management

Manajemen adalah fungsi yang berbeda, bertanggung jawab untuk mengarahkan dan
mengkoordinasikan bagian lain dari organisasi. Manajemen puncak memberikan arahan,
perencanaan, strategi, sasaran, dan kebijakan untuk keseluruhan organisasi atau divisi
utama Manajemen menengah bertanggung jawab atas pelaksanaan dan koordinasi di
tingkat departemen. Dalam organisasi tradisional, manajer menengah bertanggung jawab
untuk menengahi antara manajemen puncak dan inti teknis, seperti menerapkan peraturan
dan menyampaikan informasi ke atas dan ke bawah hierarki.

2.2 Manajemen Strategik

2.2.1 Definisi

Manajemen strategic menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut.


Menurut Pearch dan Robinson (1997) dikatakan bahwa manajemen strategik
adalah kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-
sasaran organisasi.

Menurut Nawawi (2007) adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan


strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan
ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan
prinsipiil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang
dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi
pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional)
organisasi

Freeman (1995) mendefinisikan manajemen strategik sebagai proses yang


berkesinambungan dimulai dari perumusan strategi, dilanjutkan dengan pelaksanaan
kemudian bergerak ke arah suatu peninjauan kembali dan 18 penyempurnaan strategik
tersebut, karena keadaan di dalam dan di luar perusahaan atau organisasi yang selalu
berubah. Manajemen strategik merupakan arus keputusan dan tindakan yang mengarah
pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu
mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategik adalah suatu cara dengan jalan
bagaimana para perencana strategi menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi.
Manajemen strategik adalah untuk merencanakan suatu arah bagi perusahaan.

David (2011) mendefinisikan manajemen strategis adalah Seni dan pengetahuan


untuk merumsukan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional
yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya.

Dengan demikian dari definisi di atas dapat diketahui fokus manajemen strategis
terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta system informasi komputer untuk mencapai
keberhasilan organisasi. Manajemen strategis di katakan efektif apabila memberi tahu
seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian
sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk kami. Komunikasi merupakan kunci
keberhasilan manajemen strategis.
Dari pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa
manajemen stratejik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara
serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah perencanaan
strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama
organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsure-
unsurnya sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa
fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan
situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan
balik.

2.2.2 Konsep
Pengertian yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen
merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang
sama pula. Menurut David pada bukunya yang berjudul Strategic Management: concept
(2011: 45), model proses manajemen strategi meliputi tiga tahap:
1. Tahap formulasi strategi, yaitu pembuatan pernyataan visi, misi, dan tujuan
2. Tahap implementasi strategi, yaitu proses penerjemahan strategi ke dalam tindakan-
tindakan
3. Tahap evaluasi strategi , yaitu proses evaluasi apakah implementasi strategi dapat
mencapai tujuan

Gambar 2.2 Model Manajemen strategi oleh David (2011)


Pada Gambar 2.2 dapat dilihat model manajemen komprehensif yang meliputi tiga
tahap proses yaitu perumusan strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi strategi serta
umpan balik dari tiap-tiap proses tersebut. Dalam model manajemen komprehensif
mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu
organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka
panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi untuk mencapai
tujuan. Keputusan perumusan strategi mendorong sebuah perusahaan untuk dapat komit
pada produk, pasar, sumberdaya, dan teknologi spesifik selama kurun waktu yang lama.
2.2.3 Manfaat

Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja (frame


work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategik di dalam perusahaan, terutama yang
berkaitan dengan persaingan, maka para manajer diajak untuk berpikir lebih kreatif atau
berpikir secara strategik. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan
mempertimbangkan lebih banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih
teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan.

Menurut Agustinus Sri Wahyudi (1996) dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik, beberapa manfaat yang diperoleh organisasi
jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu :

1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju.

2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi.

3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif.

4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang


semakin beresiko.

5. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan untuk


mencegah munculnya masalah dimasa datang.

6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada
tahap pelaksanaannya.

7. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi.

8. Sifat untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.

2.3 Manajemen perubahan

2.3.1 Pengertian

Pengertian manajemen perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

- Menurut Wibowo, dalam bukunya Manajemen Perubahan, Manajemen perubahan adalah


suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya
yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak
dari proses tersebut.44

- Menurut Prof. Dr. J. Winardi, manajemen perubahan adalah upaya yang ditempuh
manajer untuk memanajemen perubahan secara efektif, dimana diperlukan pemahaman
tentang persoalan motivasi, kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi.45

Manajemen perubahan ini merupakan proses, alat, dan teknik untuk mengelola
orang-sisi proses perubahan, untuk mencapai hasil yang diperlukan, dan mewujudkan
perubahan secara efektif di dalam individu, tim, dan sistem yang luas. Manajemen
perubahan ini ditujukan untuk memberikan solusi yang diperlukan dengan sukses dengan
cara yang terorganisasi dan dengan metode melalui pengelolaan dampak perubahan pada
orang yang terlibat di dalamnya.

2.3.2 Langkah-langkah Manajemen Perubahan

Setelah Kotter mulai mengajar di Harvard Business School, di mana dia


memperkenalkan proses perubahan delapan langkahnya dalam bukunya 1995, "Leading
Change". Seperti judulnya, ada delapan langkah untuk model perubahan delapan langkah
Kotters.

Langkah-langkahnya antara lain, menciptakan urgensi, membentuk koalisi yang kuat,


menciptakan visi untuk perubahan, mengkomunikasikan visi, memberdayakan tindakan,
menciptakan kemenangan cepat, membangun perubahan dan menyandarkan perubahan
budaya perusahaan. Langkah-langkahnya memberi panduan, "bagaimana Anda melampaui
pesan Anda untuk benar-benar mengubah perilaku masyarakat" dan bagaimana "hati
perubahan dapat mengubah cara organisasi dan pemimpin mendekati manajemen
perubahan" (Webster). John Kotter menjelaskan pendekatan 8 langkah melalui diagram
yang serupa dengan yang berikut:
Gambar 2.3 8-Step Approach pada Leading Change oleh Kotter (1995)

Kotter percaya bahwa agar sebuah organisasi mengalami perubahan atau serangkaian
perubahan dengan sukses, perusahaan harus mengikuti delapan langkah sederhana ini.

Langkah pertama yang menciptakan urgensi pada dasarnya adalah langkah terpenting
yang harus dilakukan Kotter, karena dia yakin bahwa, "agar sukses, 75 persen manajemen
perusahaan perlu" membeli "perubahan" (Evison). Beberapa cara untuk menciptakan
urgensi termasuk namun tidak terbatas pada, memeriksa pasar dan realitas persaingan,
mengidentifikasi dan mendiskusikan krisis, potensi krisis, atau peluang besar atau
memberikan bukti dari luar organisasi bahwa perubahan itu perlu (Nauheimer). Langkah
kedua, membentuk koalisi yang kuat, melibatkan membawa orang yang tepat bersama
untuk memimpin perusahaan menuju perubahan dan juga terus menciptakan urgensi
tentang perubahan tersebut. Langkah ketiga adalah menciptakan sebuah visi untuk
perubahan, untuk melakukan manajemen ini harus menentukan nilai-nilai yang penting
bagi perubahan, ciptakan sebuah visi untuk membantu mengarahkan usaha perubahan dan
mengembangkan strategi untuk mencapai visi tersebut. Menurut Kotter, langkah keempat,
mengkomunikasikan visi adalah segalanya, "menggunakan setiap kendaraan untuk
mengkomunikasikan visi dan strategi baru" (Kotter). Hal ini juga penting selama langkah
ini mengingat untuk mengajarkan perilaku baru dengan contoh.
Langkah kelima adalah memberdayakan aksi. Langkah ini memberi penekanan pada
penghapusan semua hambatan untuk mengubah dan mengubah sistem yang bekerja
melawan penglihatan. Misalnya pada tahap ini perusahaan bisa, membangun optimisme
dengan menggunakan cerita inspirasional atau personal dari tenaga kerja atau penghargaan
prestasi kepada berbagai karyawan (Webster). Agar sukses di langkah keenam,
menciptakan kemenangan jangka pendek, perusahaan harus merencanakan dan mencapai
peningkatan kinerja yang terlihat dan mengenali serta menghargai mereka yang terlibat
dalam membawa perbaikan pada kehidupan. Kotter berpendapat bahwa, "banyak proyek
perubahan gagal karena kemenangan dinyatakan lebih awal," oleh karena itu pada langkah
ketujuh penting untuk selalu menganalisis apa yang berjalan baik dan apa yang perlu
ditingkatkan dan terus menetapkan tujuan membangun momentum menuju perusahaan
telah tercapai ( Evison). Langkah ketujuh menekankan pada membangun perubahan yang
telah terjadi dan tidak menetap, namun mewujudkan lebih banyak perbaikan yang bisa
dilakukan. Akhirnya tahap kedelapan melibatkan anchoring perubahan atau membuat
mereka tetap bertahan. Dengan mengartikulasikan hubungan antara perilaku baru dan
kesuksesan perusahaan, Kotter percaya bahwa perubahan tersebut akan tetap berlaku
(Kotter)

Menurut D.E. Hussey dalam bukunya yang berjudul: How to manage organizational
change pada tahun 2010, langkah manajemen perubahan untuk mengelola perubahan yang
berhasil dapat dilakukan dengan pendekatan yang disingkat sebagai EASIER, yaitu dengan
elemen-elemen berikut:

E - Envision - Pembentukan pandangan yang koheren tentang masa depan: visi,


yang dapat mengilhami semua orang dan sebagai tujuan akhir yang mendukung
tujuan organisasi. Visi harus strategis dan holistik, dan menggambarkan organisasi
secara lengkap.

A - Activate - Mengaktifkan para pengikut: melibatkan mereka dan


mengkomunikasikan visi, memastikan bahwa mereka benar-benar memahami di
mana organisasi berada dan yang lebih penting akan dibawa ke mana, dan
bagaimana hal itu akan sampai di sana. Pada titik ini, Hussey berpendapat bahwa
Manajer harus mengizinkan dukungan partisipatif, mendorong kepemilikan dan
komitmen melalui pilihan. Agar tahap integrasi berikutnya, tahap pengaktifan ini
harus disematkan. Hussey juga menyatakan bahwa jika Aktivasi tidak tercapai,
maka pemaksaan mungkin satu-satunya pilihan, yang dapat mencapai hasil yang
diinginkan, dengan mengorbankan semangat kerja Organisasi.

S - Support - Bagian ini adalah tentang empati. Pemimpin harus menginspirasi dan
mendukung individu melalui kurva perubahan. Menggunakan kecerdasan
emosional dan melihat sesuatu di mata mereka membantu mengatasi hambatan
untuk berubah. Karakteristik kepemimpinan yang baik sangat penting pada tahap
ini, karena dukungan dan inspirasi hanya akan muncul melalui kredibilitas
Pemimpin.

I - Implement - Bagian ini adalah tentang penyelesaian banyak tugas dan rencana
yang harus dilaksanakan agar dapat mengubah visi menjadi kenyataan. Tahap
implementasi harus menangkap hal berikut:

1. Memastikan semua konsekuensi perubahan dipahami


2. Identifikasi semua tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan
3. Mengalokasikan tanggung jawab atas berbagai tindakan
4. Prioritaskan tindakan tersebut
5. Berikan anggaran
6. Siapkan tim dan struktur untuk mendukung proyek
7. Tentukan kebijakan yang diperlukan untuk membuat perubahan program kerja

E - Ensure - Upaya ini dapat digunakan untuk memperkuat visi dan mengilhami
kembali dalam keadaan tertentu, namun seringkali juga digunakan untuk
menciptakan kepastian usaha secara lengkap, memastikan bahwa proses
pemantauan dan pengendalian telah dilakukan. Pada gilirannya dikendalikan:

1. Semua tindakan diambil tepat waktu


2. Dimana ada perubahan rencana, perubahan itu sah dan ada alasan bagus untuk
ini
3. Tindakan korektif diambil saat hasilnya tidak direncanakan
4. Memastikan bahwa rencana masih sesuai jika keadaan berubah
BAB 3

HASIL MAGANG DAN PEMBAHASAN

3.1 Profil RSI Jemursari Surabaya

3.1.1 Sejarah Singkat RSI Jemursari Surabaya

RS Islam Jemursari merupakan salah satu rumah sakit swasta di Kota Madya
Surabaya. Sebagai institusi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan, RS Islam
Jemursari mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam jangka waktu lima tahun
terakhir. Di mulai dengan berdirinya RS Islam Jemursari daripada tahun 2003. Selanjutnya
secara bertahap dan atas kerja keras semua pihak, maka diberikanlah ijin penyelenggaraan
RS Islam Jemursari.

Meskipun demikian, tidak banyak yang mengetahui bahwa keberadaan RS Islam


Jemursari sekarang merupakan bagian dari proses yang panjang. Kemajuan yang telah
dicapai saat ini merupakan hasil dari perjuangan, pengabdian, dan dedikasi yang
membutuhkan pengorbanan. Bahkan dalam perjalannya tidak terlepas dari rintangan dan
hambatan.

Rumah Sakit Islam Jemursari menempati lahan seluas 4 -6 hektare, berlokasi di Jalan
Jemursari No. 51-57 Surabaya. Sejak diresmikan tahun 2002, RSI Jemursari mengalami
pertumbuhan yang sangat signifikan.

 Tahun 2002- 2005, RSI Jemursari memiliki 82 tempat tidur.


 Tahun 2006 berkembang menjadi 96 tempat tidur.
 Tahun 2007 bertambah menjadi 108 tempat tidur.
 Tahun 2008 meningkat menjadi 113 tempat tidur.
 Tahun 2009 menjadi 116 tempat tidur.
 Tahun 2010, RSI Jemursari memiliki 200 kamar dan telah mendapat pengakuan
menjadi Rumah Sakit tipe B dari Kementerian Kesehatan RI. 200 TT terbagi
menjadi layanan kelas 1, Kelas 2, Kelas 3 dan Kelas VIP.
 Tahun 2015 kapasitas tempat tidur RSI Jemursari mencapai 230 TT dengan
pelayanan kelas 3, kelas 2, kelas 1, VIP, VVIP, Deluxe Room, Junior Suite,
President Suite

RS Islam Jemursari saat ini menjadi salah satu Rumah Sakit yang dimiliki oleh
organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama cabang Surabaya, sehingga diharapkan
mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat. Dengan
perkembangan yang cukup pesat, RS Islam Jemursari dituntut untuk selalu meningkatkan
mutu pelayanan terhadap pengguna jasa.

3.1.2 Gambaran umum RSI Jemursari Surabaya

Rumah Sakit Islam Jemursari merupakan salah satu unit usaha dibawah Yayasan
Rumah Sakit Islam Surabaya yang dibangun pada tahun 1992 dan mengawali
operasionalnya pada tanggal 25 Mei 2002 yang ditandai dengan soft opening. Rumah Sakit
Islam Jemursari juga merupakan pengembangan dari RS Islam Surabaya A Yani
(Wonokromo). Rumah Sakit Islam Jemursari menempati lahan seluas 4,6 Ha berlokasi di
Jalan Jemursari 51 – 57 Surabaya.
Saat mulai beroperasi bulan Mei tahun 2002 sampai dengan akhir tahun 2005, jumlah
tempat tidur adalah 82 tempat tidur. Pada tahun 2006 Rumah Sakit Islam Jemursari dengan
Direksi baru mulai dipercaya oleh masyarakat, sehingga perlu penambahan tempat tidur
menjadi 96 tempat tidur. Pada tanggal 9 Maret 2007 dibuka ruang kemuning untuk
menambah rawat inap bagi keluarga miskin, instansi lain yang membutuhkan fasilitas kelas
III. Pembukaan ruang perawatan kelas III ini untuk memenuhi kebutuhan rawat inap bagi
keluarga miskin, instansi lain yang membutuhkan fasilitas kelas III dan kerjasama dengan
Jamsostek. Dengan dibukanya ruang kemuning kapasitas tempat tidur RS Islam Jemursari
meningkat dari 96 tempat tidur menjadi 108 tempat tidur.
Pada tanggal 10 Desember 2007 juga dibuka kelas VIP diruang Teratai dan mulai
terisi pasien pada tanggal 2 Januari 2008. Selain itu Rumah Sakit Islam Jemursari mulai
tanggal 24 Desember 2007 telah dapat melayani pasien stroke secara terpadu dengan
dibukanya Stroke Center. Kapasitas Rumah Sakit Islam Jemursari bertambah lagi pada
bulan Maret 2008 menjadi 113 tempat tidur. Pada tanggal 1 Juli 2009 Rumah Sakit Islam
Jemursari telah mempunyai Depo Farmasi di IGD, sehingga dapat melayani pemberian
obat dari pasien IGDsecara maksimal dan memberikan pelayanan UDD (Unit Dose
Dispensing) untuk pasien rawat inap dan pada bulan Agustus 2009 tempat tidur Rumah
Sakit Islam Jemursari menjadi 116 tempat tidur.
Pada akhir Desember 2010, Rumah Sakit Islam Jemursari mendapatkan pengakuan
menjadi rumah sakit tipe B oleh Kementrian Kesehatan RI. Rumah Sakit Islam Jemursari
dengan menambah kapasitas tempat tidurnya menjadi 200 tempat tidur. Tahun 2015
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya telah menambah kembali untuk kapasitas tempat
tidurnya menjadi 230 tempat tidur di RuanganRawat Inap.
Tugas pokok Rumah Sakit Islam Jemursari adalah melaksanakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan
pemulihan dan keadaan cacat badan dan jiwa, yang dilaksanakan secara terpadu dengan
upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya
rujukan. Adapun fungsi RS Islam Jemursari adalah menyelenggarakan pelayanan medik,
dengan berbagai fasilitas penunjangnya dan sebagai tempat pelaksanaan dakwah Islamiyah
sesuai visi dan misi RS Islam Jemursari.

3.1.3 Visi dan Misi RSI Jemursari Surabaya

Visi dan Misi RSI Jemursari Surabaya adalah sebagai berikut:

VISI :

“Rumah Sakit Islam Berstandar Internasional”

MISI :

1. Membangun SDM rumah sakit yang professional sesuai standar professional yang
islami dengan diiringi integritas yang tinggi dalam pelayanan.
2. Melaksanakan manajemen rumah sakit berdasarkan manajemen syariah yang
berstandar internasional.
3. Memberikan pelayanan jasa rumah sakit secara prima dan islami menuju standar mutu
pelayanan internasional dengan dilandasi prinsip kemitraan.
4. Menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk mewujudkan implementasi
pelayanan islami dan berstandar internasional.
3.1.4 Tujuan, Moto, dan Falsafah RSI Jemursari Surabaya
Tujuan, Moto, dan Falsafah RSI Jemursari Surabaya adalah sebagai berikut:

TUJUAN :
1. Tercapainya standarisasi dan penjaminan mutu.
2. Tercapainya strategi bisnis yang mantap dalam deferensiasi pelayanan islami.
MOTTO :
Kami selalu melayani dengan Ramah, Senyum, Ikhlas dan Salam
FALSAFAH :
S : SHIDDIQ Dalam artian bahwa jujur dengan memiliki integritas dan kemandirian.
Y : YAKIN Dalam artian bahwa yakin terhadap potensi diri dan kesembuhan pasien adalah
berkat rahmat Allah SWT.
I : IMAN Dalam artian bahwa semua tindakan dilandasi keimanan kepada Allah disertai
ikhlas dalam pelayanan yang bersifat fleksibel.
F : FATHANAH Dalam artian bahwa cerdas dalam menangkap peluang dan selalu
meningkatkan pengetahuan dan sikap.
A : AMANAH Dalam artian bahwa dapat diandalkan dan transparan dalam menjalankan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

3.1.5 Pelayanan dan Penunjang RSI Jemursari Surabaya

Layanan disediakan oleh RSI Jemursari meliputi:

1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 Jam, melayani kasus:


a. Emergency bedah dan non bedah
b. menggunakan sistem triase visual sehingga
pasien mendapatkan kecepatan dan ketepatan pelayanan medis sesuai dengan
tingkat kegawatannya
c. dilayani oleh dokter jaga IGD dan paramedic 24 jam, yang telah memiliki
kompetensi untuk menangani kegawatan. Adapun jadwal jaga dokter terbagi
dalam 3 shift jaga.
1. Shift I : Jam 07.00 – 14.30 WIB.
2. Shift II : Jam 14.30 – 22.00 WIB.
3. Shift III : Jam 22.00 – 07.00 WIB.
Selain itu, telah terjadwal dokter konsulen untuk mempermudah konsultasi
medis selama 24 jam bagi pasien kegawatan.
2. Instalasi Rawat Jalan

a. Klinik Umum dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan


penentuan diagnosa dan yang memeriksa adalah dokter umum.
b. Klinik Obgyn dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan
kehamilan, konsultasi kandungan / alat kontrasepsi, penentuan diagnosa,
tindakan pemasangan dan lepas alat kontrasepsi iud. yang melayani
adalah dokter Sp.Obgyn.
c. Klinik Bedah dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa dan rawat luka. Dokter yang melayani adalah dokter
Sp.Bedah.
d. Klinik Dalam dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan dan
penentuan diagnosa. Dokter yang melayani adalah dokter Sp.PD.
e. Klinik Anak dimana didalamnya mencakup pelayanan, pemeriksaan, penentuan
diagnosa serta pelayanan imunisasi.doter yang melayani adalah doter Sp.A
f. Klinik THT dimana didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan,
penentuan diagnosa,tindakan tht salah satunya adalah spolling serumen.
doter yang melayani adalah doter Sp.THT
g. Klinik Mata dimana didalamnya mencakup pelayanan, pemeriksaan,penentuan
diagnosa.doter yang melayani adalah dr.Sp.M
h. Klinik Gizi dimana didalamnya mencakup pelayanan konseling gizi. yang
akan di layani oleh instalasi Gizi.

3. Instalasi Rawat Inap

Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan


dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Di RSI Jemursari
memiliki 8 ruang perawatan yang terdiri dari:
a. RUANG ZAHIRA
Ruang kelas VIP. Terdapat 12 Ruang VIP ( 4 Ruang VIP A, 4 Ruang VIP B, 4
Ruang VIP C)
b. RUANG TERATAI
Ruang kelas Paviliun I, Paviliun II dan kelas III
1) Paviliun I. Terdapat 18 kamar.
2) Paviliun II. Terdapat 2 kamar.
3) Kelas III (khusus untuk kasus Interna laki-laki). Terdapat 1 kamar
dengan 4 tempat tidur.
c. RUANG DAHLIA
Ruang kelas I dan Ruang Isolasi.
1) Ruang Kelas 1 terdapat 17 kamar. 1 kamar untuk 2 pasien dewasa
2) Ruang Isolasi ada 2 kamar. 1 kamar untuk 2 pasien dewasa.
d. RUANG AZZARA I
Ruang kelas II laki-laki dan perempuan. 1 kamar untuk 3 pasien dewasa.
e. RUANG AZZARA II
Ruang kelas II dan kelas III untuk pasien laki-laki dan perempuan.
1) Ruang kelas II terdapat 5 kamar. 1 kamar untuk 3 pasien dewasa.
2) Ruang kelas III terdapat 2 kamar. 1 kamar untuk 4 pasien dewasa.
f. RUANG MAWAR
Ruang Bersalin dan Kamar Bersalin (VK). Terdiri dari:
1) VIP A. Terdapat 1 kamar. 1 kamar untuk 1 pasien.
2) VIP B. Terdapat 1 kamar. 1 kamar untuk 1 pasien.
3) Paviliun I. Terdapat 1 kamar. 1 kamar untuk 1 pasien.
4) Paviliun II. Terdapat 1 kamar. 1 kamar untuk 2 pasien.
5) Kelas I. Terdapat 1 kamar. 1 kamar untuk 2 pasien.
6) Kelas II. Terdapat 1 kamar. 1 kamar untuk 3 pasien
7) Kelas III
Terdapat 2 kamar dengan fasilitas yang berbeda:
a) Kelas III (kamar 105 dan 109), 1 kamar untuk 6 orang pasien,
b) Kelas III (Kamar 111, 112, 113), 1 kamar untuk 1 orang pasien
g. Kamar bersalin (VK)
Terdapat 2 Kamar Bersalin :
1) VK 1 (VK VIP ). 1 ruangan untuk 1 orang pasien.
2) VK 2. 1 Kamar Bersalin untuk 4 orang pasien
h. RUANG NEONATUS
1) Ruang Neonatus Level I. kapasitas 20 box.
2) Ruang Neonatus Level II
3) Ruang Neonatus Isolasi
i. RUANG MELATI
merupakan ruang rawat inap anak yang meliputi kelas I, II, III, Pav I dan Pav II
1) Pav I : kapasitas 1 pasien
2) Pav II : kapasitas 2 pasien
3) Kelas I : kapasitas 2 pasien
4) Kelas II : kapasitas 3 pasien
5) Kelas III : kapasitas 6 pasien
6) Isolasi : kapasitas 2 pasien

4. Instalasi Bedah Sentral

Instalasi Bedah Sentral adalah suatu tempat yang khusus untuk melakukan
pembedahan. Pembedahan adalah pembukaan dari suatu bagian tubuh dengan cara
membedah untuk tujuan pengobatan atau pemeriksaan/diagnostic. Pelayanan
Instalasi Bedah Sentral diselenggarakan dan diatur guna berlangsungnya pelayanan
pembedahan yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan masyarakat.
Pelayanan tersebut antara lain:
1. Bedah Umum
2. Bedah Digestive
3. Bedah Anak
4. Bedah Kebidanan dan Kandungan
5. Bedah Orthopedi
6. Bedah Urologi
7. Bedah THT
8. Bedah Mata
9. Bedah Syaraf
10. Bedah Plastik
11. Bedah Onkologi
12. Bedah Gigi dan Mulut
13. Bedah Kepala Leher

5. Instalasi Perawatan Intensif (ICU / ICCU)

Intensive Care Unit (ICU) atau Instalasi Perawatan Intensif (IPI) adalah suatu
bagian dan rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan
staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulitpenyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan
prognosis dubia.

6. Penunjang Medik
a. Instalasi Rehabilitasi Medik
b. Radiologi 24 Jam
c. Laboratorium 24 Jam
d. Farmasi 24 Jam
e. Gizi

7. Pelayanan Penunjang lain

a. Radiologi 24 Jam
b. Laboratorium 24 Jam
c. Farmasi 24 Jam
d. Gizi
e. Bank Darah
f. Klinik Kerohanian
g. Ambulance Emergency 24 Jam
Permenkes no. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi Rumah Sakit pada pasal 25
disebutkan bahwa, Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling
sedikit meliputi: a. pelayanan medik; b. pelayanan kefarmasian; c. pelayanan keperawatan
dan kebidanan; d. pelayanan penunjang klinik; e. pelayanan penunjang nonklinik; dan f.
pelayanan rawat inap. Dan pada pasal 26 ayat 1 disebutkan bahwa Pelayanan medik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, paling sedikit terdiri dari: a. pelayanan
gawat darurat; b. pelayanan medik spesialis dasar; c. pelayanan medik spesialis penunjang;
d. pelayanan medik spesialis lain; e. pelayanan medik subspesialis; dan f. pelayanan medik
spesialis gigi dan mulut. Secara rinci, perbandingan antara Standar Kelas B dan kondisi di
RSI Jemursari Surabaya dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Perbandingan standar Kelas B menurut Permenkes no. 56 Tahun 2014 di RSI
Jemursari
Jenis Pelayanan Standar Kelas B RSI Jemursari Keterangan

a. pelayanan gawat darurat;

24 jam & 7 hari seminggu + Tersedia


b. pelayanan medik spesialis
dasar;

1. Penyakit Dalam + Tersedia


2. Kesehatan Anak + Tersedia
3. Bedah + Tersedia
4. Obstetri & Ginekologi + Tersedia
c. pelayanan medik spesialis
penunjang;

1. Anestesiologi + Tersedia
2. Radiologi + Tersedia
3. Patologi Klinik + Tersedia
4. Patologi Anatomi + Tersedia
5. Rehabilitasi Klinik + Tersedia
d. pelayanan medik spesialis
lain; (minimal 8)

1. Mata +/- Tersedia


Jenis Pelayanan Standar Kelas B RSI Jemursari Keterangan

2. THT +/- Tersedia


3. Syaraf +/- Tersedia
4. Jantung dan Pembuluh +/- Tersedia
Darah
5. Kulit dan Kelamin +/- Tersedia
6. Kedokteran Jiwa +/- Tersedia
7. Paru +/- Tersedia
8. Orthopedi +/- Tersedia
9. Urologi +/- Tersedia
10. Bedah Syaraf +/- Tersedia
11. Bedah Plastik +/- Tersedia
12. Kedokteran Forensik +/- Tersedia

e. Pelayanan Medik
Subspesialis (minimal 2)
1. Bedah +/- Tersedia
2. Penyakit Dalam +/- Tersedia
3. Kesehatan Anak +/- Tersedia
4. Obstetri dan Ginekologi +/- Tersedia

f. Pelayanan Medik Spesialis


Gigi Mulut
1. Bedah Mulut + Tersedia
2. Konservasi / Endodonsi + Tersedia
3. Orthodonti + Tersedia
g. Pelayanan Kefarmasian
1. pengelolaan sediaan + Tersedia
farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis
pakai
2. pelayanan farmasi + Tersedia
klinik

h. Pelayanan Keperawatan dan


Kebidanan
1. Asuhan Keperawatan + Tersedia
2. Asuhan Kebidanan + Tersedia
Jenis Pelayanan Standar Kelas B RSI Jemursari Keterangan

i. Pelayanan Penunjang Klinik


1. Pelayanan Bank Darah + Tersedia
2. Perawatan intensif + Tersedia
3. Gizi + Tersedia
4. Sterilisasi instrument + Tersedia
5. Rekam Medik + Tersedia

j. Pelayanan Penunjang Non


Klinik
1. laundry/linen + Tersedia
2. Jasa Boga / Dapur + Tersedia
3. Teknik dan + Tersedia
Pemeliharaan Fasilitas
4. Pengelolaan limbah + Tersedia
5. Gudang + Tersedia
6. Ambulance + Tersedia
7. Sistem informasi dan + Tersedia
komunikasi
8. Pemulasaraan jenazah + Tersedia
9. Sistem penanggulangan + Tersedia
kebakaran
10. Pengelolaan gas medik + Tersedia
11. Pengelolaan air bersih + Tersedia

Pada pasal 31 Permenkes no. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
disebutkan bahwa Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f
harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut: a. jumlah tempat tidur perawatan kelas
III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
milik Pemerintah; b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta; c. jumlah tempat tidur
perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta. Pada Tabel 3.2 dapat dilihat jumlah
tempat tidur berdasarkan kelas perawatan.
Tabel 3.2 Jumlah bed di RSI Jemursari berdasarkan Kelas Perawatan
Non R.
Ruang VVIP VIP I II III Couve Non Jumlah
Kelas Isolasi
R. Inap Dewasa 22 7 32 57 35 4 157
R. Inap Anak 7 10 9 12 2 40
R. Inap Bersalin 2 0 4 6 12 24
R. Inap Bayi 4 4 8
Kamar Operasi 6 6
VK/Persalinan 5 5
R. ICU 6 6
R. Intermediet 5 5
R. Hemodialisa 19 19
Total 24 14 82 72 59 41 10 4 270

Total Bed yang ada di RSI Jemursari adalah 270 bed dengan jumlah total kamar
kelas 3 adalah 59 bed. Jumlah tersebut merupakan 21,8% dari total Bed yang ada di RSI
Jemursari, sehingga sudah memenuhi syarat sesuai yang diminta oleh Permenkes no. 56
Tahun 2014. Jumlah bed pada perawatan intensif adalah 11 Bed (4%). Hal ini tidak sesuai
dengan aturan yang ada, yaitu diperlukan penambahan 1% dari total bed (+ 3 bed
tambahan). Menyadari hal tersebut, saat ini sedang dibangun ICU baru dengan tambahan
bed kapasitas 4 bed.

3.1.6 Struktur Organisasi RSI Jemursari Surabaya

Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari merupakan rumah sakit berjenis pelayanan
Rumah Sakit Umum (RSU) dengan klasifikasi Kelas B Non Pendidikan. RSI Jemursari
berada dibawah naungan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS). YARSIS
merupakan Yayasan Nirlaba yang disahkan dengan Akte Notaris Nomor: 35 oleh Gusti
Johan, SH. dan diperbarui Akte Notaris Nomor: 67 oleh Untung Darnosoewirjo, SH.
Direktur RSI Jemursari Surabaya sebagai pengelola secara administratif operasional
bertanggung jawab langsung kepada YARSIS. Secara teknis operasional, pelayanna
kesehatan di RSI Jemursari mengacu pada ketentuan perundangan dan keputusan /
peraturan Menteri Kesehatan, melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

RSI Jemursari Surabaya dipimpin oleh seorang Direktur yang dibantu 2 Wakil
Direktur, yaitu Wakil Direktur Medis dan Wakil Direktur Umum dan Keuangan. Instalasi
Rawat Inap merupakan instalasi yang dibawahi oleh Wakil Direktur Medis. Instalasi Rawat
Inap memiliki 8 ruang perawatan yang terdiri atas Ruang Azzara 1, Azzara 2, Dahlia,
Mawar, Melati, Neonatus, Teratai, dan Zahira. Instalasi Perawatan Intensif merupakn
Instalasi merupakan bagian dari Bidang Pelayanan Medis yang berada di bawah Wakil
Direktur Medis. Struktur organisasi RSI Jermursari Surabaya secara lengkap dapat dilihat
pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSI Jemursari Surabaya

Pada Perpres No. 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Pasal 6
disebutkan bahwa Unsur organisasi Rumah Sakit selain kepala Rumah Sakit atau direktur
Rumah Sakit dapat berupa direktorat, departemen, divisi, instalasi, unit kerja, komite
dan/atau satuan sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja Rumah Sakit. Unsur organisasi
Rumah Sakit dapat digabungkan sesuai kebutuhan, beban kerja, dan/atau klasifikasi
Rumah Sakit. Di dalam Rumah Sakit Sistem Islam Jemursari secara fungsional maka
struktur organisasi terdiri dari:
1. Direktur dan Wakil Direktur (Wadir) yang masing-masing Wadir menengani bagian
medis serta bagian umum dan keuangan.
2. Dibawah Direktur terdapat komite medis, komite mutu, komite etik dan hukum,
komite keperawatan, bagian perencanaan dan pengembangan, bagian satuan pengawas
internal, bagian teknologi dan sistem informasi, bagian pelayanan BPJS.
3. Dibawah Wadir Medis terdapat bidang pelayanan medis, bidang keperawatan, bidang
penunjang medis, dan instalasi medis. Didalam naungan pelayanan medis terdapat unit
sarana prasarana medis, unit SDM medis, unit mutu pelayanan medis. Di dalam
naungan bidang keperawatan terdapat unit sarana prasarana keperawatan, unit SDM
keperawatan, unit mutu pelayanan keperawatan. Di dalam naungan bidang penunjang
medis terdapat unit sarana dan prasarana medis, unit SDM sarana dan prasaran medis,
unit mutu sarana prasarana medis. Di dalam instalasi medis terdapat instalasi bedah
sentral, instalasi radiologi, instalasi rawat jalan, instalasi pelayanan intensif, instalasi
laboratorium, instalasi rawat inap, instalasi hemodialisa, instalasi gizi, instalasi gawat
darurat, instalasi rehabilitasi medis, instalasi bank darah, dan instalasi farmasi.
4. Dibawah Wadir Umum dan Keuangan terdapat bidang informasi dan kerjasama,
bidang keuangan dan akutansi, bidang sumber daya manusia, bidang umum. Di dalam
naungan bidang informasi dan kerjasama terdapat unit pemasaran dan kerjasama, unit
informasi dan pelayanan pelanggan, unit rekam medis. Di bawah naungan bagian
keuangan dan akuntansi terdapat unit anggaran, unit keuangan dan unit akuntasnsi. Di
bawah bagian sumber daya manusia terdapat unit diklat rumah sakit, unit personalia
dan unit bina rohani. Di bawah naungan bagian umum terdapat unit kamtib, unit
ambulance, unit logistic dan rumah tangga, unit pemeliharaan sarana, unit pengadaan
dan unit K3.

Pada UU No. 40 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 33 (2), disebutkan
bahwa Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Pada
Perpres No. 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit juga mengatur hal
yang sama pada Pasal 6 (1). Terkait hal tersebut, struktur organisasi pada RSI Jemursari
Surabaya telah sesuai.

Pada struktur organisasi di RSI Jemursari tergambar sesuai dengan 5 bagian dasar
organisasi menurut Mintzberg. Berdasarkan teori dari Mintzberg (1980), struktur
organisasi dapat dibagi menjadi:

1. Strategic apex,
Orang yang memastikan organisasi berjalan sesuai misinya secara efektif dan
melayani, mengontrol, atau mempunyai kekuatan dalam organisasi tersebut. Pada
struktur RSI Jemursari yaitu Direktur dan Wadir.
2. Middle line,
Penghubung antara Strategic apex dan Operating Core. Pada struktur RSI Jemursari
yaitu Kepala Bidang.
Penulis mengusulkan agar struktur sedikit dirubah agar tidak memberi kesan bahwa
Wakil Direktur merupakan bagian dari Middle line. Hal ini sesuai dengan konsep
bahwa orang di Strategic apex adalah yang dapat melayani, mengontrol, atau
mempunyai kekuatan pada organisasi agar berjalan sesuai misinya.
3. Operating Core.
Orang yang melakukan pekerjaan dasar dan berhubungan langsung terhadap produksi
barang atau jasa. Pada struktur RSI Jemursari yaitu Unit Kerja dan instalasi.
Penulis mengusulkan agar Staf SMF/Departemen dan Instalasi sebagai bagian dari
level ini.
4. Technical Structure
Analis yang dapat mempengaruhi kerja lainnya dan melayani organisasi. Level ini
dapat mendesain, merencanakan, merubah, bahkan menyuruh orang untuk melakukan
hal tersebut tapi mereka sendiri tidak melakukannya. Pada Struktur RSI Jemursari,
tergambar pada komite.
Penulis mengusulkan agar penamaan komite dibuat secara rinci pada struktur
organisasi. Mengacu pada Perpres No. 77 Tahun 2015 tentang Pengorganisasian RS Pasal
17 dan 19, disebutkan bahwa Komite yang wajib adalah Komite medik. Komite lain dapat
berupa komite: a. keperawatan; b. farmasi dan terapi; c. pencegahan dan pengendalian
infeksi; d. pengendalian resistensi antimikroba; e. etika dan hukum; f. koordinasi
pendidikan; dan g. manajemen risiko dan keselamatan pasien. Sedangkan pada Pemenkes
1045 tahun 2006 pasal 19, pembentukan komite sekurang-kurangnya terdiri dari Komite
Medik serta Komite Etik dan Hukum. Peraturan tentang keharusan pembentukan Komite
Keperawatan diatur dalam Permenkes No. 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan.
Pada KMK No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit dinyatakan bahwa agar adanya Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan
apoteker IFRS (Insatalasi Farmasi Rumah Sakit) menjadi sekretaris komite/panitia. Selain
peraturan tersebut, standar Akreditasi dari Komite Akreditasi Rumah Sakit pada tahun
2012 mensyaratkan pembentukan Komite/Tim/Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien. Hal
ini sejalan dengan Permenkes nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit pada pasal 6 yang menyebutkan bahwa Setiap rumah sakit wajib
membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala
rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
Oleh sebab itu, penulis mengusulkan agar struktur komite pada RSI Jemursari
sekurang-kurangnya memiliki Komite Medis, Komite Keperawatan, Komite Farmasi dan
Terapi, Komite Mutu dan Keselamatan Pasien, dan Komite Etik dan Hukum.
5. Support Staff
Struktur pada level ini merupakan bagian dari organisasi yang relatif mandiri
dibandingkan bagian-bagian yang lain. Mereka berfungsi sebagai support yang tidak
langsung terhadap kehidupan organisasi tersebut. Pada stuktur RSI telah tampak pada
Teknologi Informasi, Perencanaan dan Pengembangan, dan SPI.
Penulis mengusulkan Pelayanan BPJS merupakan bagian dari Support Staf. Hal ini
sesuai karena Pelayanan BPJS berfungsi secara mandiri dan memberikan masukan
langsung kepada direktur. Secara nomenklatur, pelayanan dapat rancu dengan bidang
pelayanan medis. Untuk itu penulis mengusulkan agar dirubah menjadi JKN (jaminan
Kesehatan Nasional) RS. Perencanaan dan Pengembangan juga dapat dipindah sebagai
bagian dari struktur middle line / operating core agar koordinasi antar unit dapat lebih
cepat.

Pada saat ini, RSI Jemursari juga sedang dipersiapkan untuk dapat menjadi Rumah
Sakit Pendidikan sehingga struktur organisasi perlu dilakukan perubahan. Struktur
organisasi yang baik pada rumah sakit adalah penting agar koordinasi dalam melakukan
fungsi manajemen bisa berjalan dengan lancar. Berdasarkan hal tersebut, manajemen telah
mempersiapkan struktur organisasi RSI Jemursari yang baru dengan menambah satu
direktur yaitu direktur Pendidikan dan Penelitian.

Gambar 3.2 Struktur Organisasi RSI Jemursari Surabaya 2018


Pada struktur ini, terdapat perubahan nomenklatur Direktur menjadi Direktur Utama
dan Wakil Direktur menjadi Direktur. Hal ini sesuai dengan Permenkes 1045 tahun 2006
terkait nomenklatur Direktur Utama dan Direktur di RS Kelas B pendidikan. Hal ini juga
sesuai dengan usulan dari penulis dimana perubahan nama ini menunjukkan bahwa struktur
tersebut merupakan Strategic Apex dari RSI Jemursari. Pada level ini juga terdapat
tambahan yaitu Direktur Pendidikan dan Penelitian. Permenkes 1045 tahun 2006 juga telah
mengatur bahwa pada RS Kelas B Pendidikan di bawah Direktur Utama boleh terdapat 3
Direktur.

Instalasi juga dirubah menjadi tidak termasuk didalam middle line melainkan
operating core. Menurut Permenkes No. 1045 tahun 2006 pada pasal 26 disebutkan bahwa
Instalasi adalah unit pelayanan nonstruktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, Pendidikan, dan penelitian rumah sakit.
Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pumpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah
sakit. Instalasi juga dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan rumah sakit. Dalam hal ini, instalasi juga telah disesuaikan yaitu merupakan
koordinasi langsung dibawah strategic apex sesuai direktur masing-masing.

Pada struktur yang baru, Direktur Medis membawahi IGD (Instalasi Gawat Darurat),
IRJA (Instalasi Rawat Jalan), IRNA (Instalasi Rawat Inap), IBS (Instalasi Bedah Sentral),
Instalasi HD (Haemodialisis), IPI (Instalasi Perawatan Intensif), Instalasi Rehabilitasi
medik, Instalasi Radiologi, Instalasi Laboratorium, dan Instalasi Bank Darah. Sedangkan
Direktur Umum dan keuangan membawahi Instalasi Mechanical Electrical dan Instalasi
Pemeliharaan Gedung Dan Lingkungan

Perubahan juga terjadi pada unit rekam medis dimana yang awalnya merupakan di
bawah bidang informasi dan kerjasama, diubah menjadi di bawah bidang penunjang dan
rekam medis. Pada Kepmenpan No 135 tahun 2002 tentang Jabatan Fungsional Perekam
Medis Dan Angka Kredltnya, disebutkan bahwa Perekam Medis merupakan Pelaksana
pada Unit Pelayanan Kesehatan. Hal ini agar koordinasi antar pekerjaan dapat menjadi
semakin cepat juga untuk meningkatkan kemudahan dalam pengawasan.

Pada support staf adalah Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), SPI,
dan JKN RS. SIMRS telah diatur pada Permenkes no. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit. JKN RS juga merupakan support staf yang vital di era
JKN ini. Satuan Pengawas Internal (SPI) dirubah menjadi Satuan Pemeriksaan Internal
(SPI) sesuai dengan UU no 40 tahun 2009 pada pasal 33.

3.1.9 Sumber Daya Manusia RSI Jemursari Surabaya

Untuk memberikan layanan prima, saat ini RSI Jemursari didukung 746 SDM
profesional yang terbagi dalam Tenaga Medik Dasar, Tenaga Medik Spesialis Dasar,
Tenaga Spesialis Penunjang Medik, Tenaga Medik Spesialis Lain, Tenaga Medik Spesialis
Gigi dan Mulut, Tenaga Keperawatan, Tenaga Non keprawatan dan Tenaga Non Medis.
Berikut adalah tabel SDM RSI Jemursari berdasarkan status kepegawaian.

Tabel 3.3 SDM RSI Jemursari berdasarkan status kepegawaian


No Status Kepegawaian Jumlah Persentase
1 Karyawan Tetap 420 52%
2 Karyawan Kontrak 226 28%
3 Harian Lepas / honorer 79 10%
4 Dokter Spesialis Mitra 65 8%
5 Dokter Subspesialis Mitra 12 1%
Total 802 100%

Dari tabel di atas, jenis ketenagaan dibagi menjadi Karyawan tetap, karyawan
kontrak, harian lepas/ honorer, dokter spesialis mitra, dan dokter subspesialis mitra. Total
SDM di RSI Jemursasri adalah 802 orang, dengan yang terbanyak adalah karyawan tetap
berjumlah 420 orang (52%). Masih terdapat dokter dengan status mitra yaitu dokter
spesialis dan subspesialis (total 9%).
Data SDM berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.4 SDM RSI Jemursari berdasarkan tingkat pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 SMA sederajat 80 10%
a. SMF 52 6%
b. SPK 1 0%
c. Lain-lain 2 0%
2 D1 7 1%
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
3 D3
a. Keperawatan 221 28%
b. Kebidanan 31 4%
c. Analis medis 28 3%
d. Radiologi 14 2%
e. Fisioterapi 10 1%
f. Gizi 5 1%
g. Lain-lain 183 23%
4 D4
a. Keperawatan 1 0%
b. Bidan 1 0%
5 S1
a. Keperawatan 5 1%
b. Kebidanan - 0%
c. Lain-lain 28 3%
6 S1 Profesi
a. Dokter umum 28 3%
b. Dokter Gigi 2 0%
c. Apoteker 9 1%
7 S2 2 0%
8 Spesialis 80 10%
9 Sub spesialis 12 1%
Total 802 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 802 orang SDM di RSI Jemursari, yang
terbanyak adalah dengan tingkat kependidikan D3 yaitu total 492 orang (61%). Dari
jumlah tersebut, mayoritas adalah SDM keperawatan dan kebidanan (Total 32%). Jumlah
S1 keperawatan dan kebidanan yaitu 5 orang (1%). SDM spesialis dan sub spesialis cukup
banyak yaitu 11% (92 orang) dari total SDM.
Data SDM RSI Jemursari Surabaya bila dibandingkan dengan standar pada
Permenkes No. 56 Tahun 2014 digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 3.5 SDM RSI Jemursari berdasarkan standar Permenkes no. 56 Tahun 2014
NO PERSYARATAN KELAS B RSI Jemursari Keterangan
A. Pelayanan Medik Dasar
1 Dokter Umum 12 28
2 Dokter Gigi 3 4
B. Pelayanan Medik Spesialis Dasar
1 Penyakit dalam 3 8
2 Kesehatan anak 3 6
3 Bedah 3 5
4 Obstetri & ginekologi 3 10
C. Pelayanan Medik Spesialis Penunjang
1 Anestesiologi 2 3
2 Radiologi 2 4
3 Patologi Klinik 2 1 Kurang 1
4 Patologi Anatomi 2 1 Kurang 1
5 Rehabilitasi Klinik 2 3
D. Pelayanan Medik Spesialis Lain
1 Mata 6
2 Telinga Hidung 5
Tenggorokan
3 Syaraf minimal 8 3
4 Jantung dan Pembuluh (delapan) 5
Darah pelayanan
5 Kulit dan Kelamin spesialis 5
6 Kedokteran Jiwa lain dari 13 3
7 Paru (tiga belas) 3
8 Orthopedi pelayanan 4
9 Urologi spesialis 2
10 Bedah Syaraf 2
11 Bedah Plastik 1
12 Kedokteran Forensik -
E. Pelayanan Medik Subspesialis
1 Bedah minimal 2 Bedah Anak: 1
(dua) Bedah Thorax
pelayanan Cardiovaskuler : 1
subspesialis Bedah Kepala
dari 4 Leher: 1
2 Penyakit Dalam (empat) Endokrin
spesialis Metabolik: 1
dasar Alergi dan
Imunologi: 1
Ginjal Hipertensi:
1
NO PERSYARATAN KELAS B RSI Jemursari Keterangan
3 Kesehatan Anak 0
4 Obstetri dan Ginekologi Fertilitas dan
Endokrinologi
Reproduksi: 1
F. Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut
1 Bedah Mulut minimal 3 1
(tiga)
2 Konservasi/Endodonsia pelayanan 1
3 Periodonti subspesialis 0
4 Orthodonti 1
5 Prosthodonti 1
6 Pedodonsia/KGA 1
G. Pelayanan Kefarmasian
1 Kepala instalasi farmasi RS 1 1

2 Apoteker bertugas di rawat 4 2


jalan
3 Apoteker bertugas di rawat 4 3 Apoteker
inap kurang 3 orang
4 Apoteker di instalasi gawat 1
darurat
5 Apoteker di ruang ICU 1
6 Apoteker sebagai 1 1
koordinator penerimaan dan
distribusi farmasi

7 Apoteker sebagai 1 1 (CSSD)


koordinator produksi
farmasi
H. Tenaga Kesehatan dan Petugas Lainnya
1 Keperawatan (Perawat dan 1:1 (2/3 Perawat : 304 Total Bed: 270
Bidan) tenaga Bidan : 31 Total tenaga
tetap) keperawatan
Total : 335 (201 minimal: 270
tenaga tetap) Total tetap
minimal: 180
2 Gizi + 10
3 Keterapian Fisik + 10
4 Radiografer + 14
5 Fisikawan Medik + - Kurang
NO PERSYARATAN KELAS B RSI Jemursari Keterangan
6 Petugas Proteksi Radiasi + - Kurang
Medik
7 Tenaga Elektromedik + 4 Menjadi satu di
8 Keteknisan Medis + dalam Instalasi
9 Rekam Medik + 18
10 Petugas IPSRS + 5
11 Petugas Pengelola Limbah + 2
12 Petugas Kamar Jenazah + - Pihak Ketiga

Tabel di atas menunjukkan data SDM RSI Jemursari dibandingkan dengan standar
permenkes No. 56 Tahun 2014. SDM di RSI Jemursari pada Pelayanan Medis Dasar,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik
Subspesialis, dan Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut jumlah ketenagaan sudah
memenuhi Standar di Permenkes No. 56 Tahun 2014.

SDM RSI Jemursari Surabaya belum memenuhi standar pada beberapa aspek. Pada
Pelayanan Medik Spesialis Penunjang, terdapat kekurangan SDM pada Patologi Klinikk
dan Patologi Anatomi masing-masing satu orang. Pada Pelayanan Kefarmasian, terdapat
kurangnya Apoteker sejumlah 3 orang, yaitu untuk Apoteker di rawat inap, IGD, dan ICU.
SDM Apoteker di RSI pada instalasi tersebut juga digabung, sementara pada Permenkes
mensyaratkan untuk dipisah. SDM RSI Jemursari pada poin Tenaga Kesehatan dan
Petugas Lainnya juga belum memenuhi standar. RSI Jemursari tidak memiliki SDM
Fisikawan Medik, Petugas Proteksi Radiasi Medik, dan Petugas Kamar Jenazah. Pada
petugas kamar jenazah, manajemen menggunakan pihak ketiga untuk melakukan
pelayanan di kamar jenazah.

3.1.9 Kinerja Pelayanan RSI Jemursari Surabaya

Kinerja pelayanan RSI Jemursari Surabaya tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.6 Kinerja Pelayanan RSI Jemursari Surabaya Periode 2014-2016

Tahun
No Uraian
2014 2015 2016
1. Jumlah Kunjungan IGD 26.314 34.318 39.260
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016
2. Jumlah Kunjungan IRJ 96.178 159.008 170.154
3. Bed Occupancy Rate(BOR) 54,79% 63,9% 67,6%
4. Turn Over Interval(TOI) 2,8 hari 1,89 hari 1,53 hari
5. Bed Turn Over(BTO) 58,87 kali 63,87 kali 76,0 kali
6. Average Length of Stay(ALOS) 3,26 hari 3,79 hari 3,24 hari
Sumber: Laporan Tahunan RSI Jemursari Surabaya 2014-2016.

Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui jumlah kunjungan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
pada tahun 2016 sebesar 40.458 dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Sama halnya dengan kunjungan di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) pada tahun
2016 sebesar 190.096 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Bed
Occupancy Rate (BOR) di Ruangan Rawat Inap RSI Jemursari Surabaya pada tahun 2016
sebesar 71,8%. Angka tersebut mengalami peningkatan muai tahun 2014 hingga tahun
2016. Secara umum dapat disimpulkan kinerja pelayanan RSI Jemursari Surabaya
mengalami peningkatan, terutama dalam hal jumlah kunjungan pasien IGD dan IRJ, serta
adanya peningkatan BOR pasien yang dirawat di RSI Jemursari Surabaya.

3.2 Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSI Jemursari Surabaya

UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan diatur pada Perpres no. 77 tahun 2015
tentang Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit, menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib
menyelanggarakan pelayanan gawat darurat.

Prinsip umum yang tertera pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor


856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit adalah:
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan :
 Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat
 Melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan 24
jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit diseragamkan
menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah sampai di IGD.
6. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi multidisiplin,
multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional yang terdiri dari unsur
pimpinan dan unsur pelaksana, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan
terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh
yang dipimpin oleh dokter.
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat daruratnya
minimal sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan. Dalam hal ini adalah Kelas B
sesuai tipe RSI Jemursari.

3.2.1 Gambaran umum IGD RSI Jemursari Surabaya

Sesuai yang tertera pada Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Di Rumah
Sakit Islam Jemursari, Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu instalasi yang
dimiliki oleh RS Islam Jemursari untuk penanganan pasien akut dan gawat darurat selama
24 jam sehari. Dalam hal untuk meningkatkan kinerja dan daya saing, IGD RS Islam
Jemursari harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan
pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif,
efektif, efisien dan menguntungkan. Dalam hal peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
IGD harus mempunyai sistem informasi manajemen IGD, sehingga informasi tentang
kuantitas dan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana IGD dapat digunakan oleh
manajemen RS Islam Jemursari untuk pengelolaan yang lebih efisien dan efektif.

Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat menggunakan sistem triase visual sehingga


pasien mendapatkan kecepatan dan ketepatan pelayanan medis sesuai dengan tingkat
kegawatannya. Hal ini akan meminimalkan terjadinya angka kematian akibat kegawatan
yang tidak tertangani secara tepat. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat adalah pelayanan
pemeriksaan kesehatan 24 jam yang juga bisa meliputi pelayanan laboratorium, radiologi,
dan apotik selama 24 jam, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehatan. Pelayanan triage di Instalasi Gawat Darurat dilakukan secara visual
triage dengan memperhatikan tingkat kegawatannya, yang di lakukan oleh dokter jaga
Instalasi Gawat Darurat. Pemberian label triage di Instalasi Gawat Darurat diberikan
apabila ada kasus musibah massal sesuai standar triage Australia (ATS), yaitu: Biru yang
berarti mengancam jiwa. Merah yang berarti gawat darurat. Kuning yang berarti gawat
tidak darurat. Hijau yang berarti tidak gawat tidak darurat. Hitam yang berarti penderita
sudah meninggal.

Pada proses pemilahan kondisi pasien (triage) dilakukan dengan menggunakan


sistem labelling sesuai dengan warna dari hasil triage. Pada kondisi pasien triage biru yang
mengancam jiwa, pasien mendapat prioritas penanganan segera, dan dapat langsung masuk
ke ruangan resusitasi. Triage biru ditentukan berdasarkan kondisi pasien saat datang, yaitu
dengan melihat Airway (jalan nafas), Breathing (pernafasan), dan Circulation (sirkulasi
darah). Pada pasien selain biru, pasien dilakukan prosedur triage. Triage dilakukan oleh
dokter jaga IGD di ruang Triage yang telah dibangun terpisah dengan pelayanan pasien
gawat darurat. Kemudian dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan singkat untuk
mendapatkan diagnosis sementara yang kemudian dilakukan pemeriksaan dan atau
penanganan selanjutnya. Pasien yang mendapat triage hijau dilakukan prioritas paling akhir
dalam penanganan. Saat poli rawat jalan masih beroperasi, penanganan pasien hijau
diprioritaskan untuk diarahkan ke Instalasi Rawat Jalan (IRJ). Namun bila pasien dating
saat IRJ tutup, pasien dilayani di IGD. Pasien dengan label kuning dan merah dilakukan
pemeriksaan di ruang observasi dan atau ruang tindakan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pada label merah mendapat prioritas yang lebih daripada label kuning. Sedangkan pasien
yang sudah meninggal saat tiba di IGD diberi label hitam.

Untuk mengoptimalkan pelayanan, di Instalasi Gawat Darurat telah tersedia dokter


jaga IGD 24 jam, yang telah memiliki kompetensi untuk menangani kegawatan. Adapun
jadwal jaga dokter terbagi dalam 3 shift jaga. (Shift I : Jam 07.00 – 14.30 WIB, Shift II :
Jam 14.30 – 22.00 WIB, Shift III : Jam 22.00 – 07.00 WIB). Selain itu, telah terjadwal
dokter konsulen untuk mempermudah konsultasi medis selama 24 jam bagi pasien
kegawatan. Instalasi Gawat Darurat memberikan pelayanan didukung oleh tenaga
paramedis yang juga memiliki kompetensi di bidang kegawatan, sehingga terjalin
kerjasama yang efektif dan tepat sasaran antara dokter jaga, paramedis dan unit terkait di
lingkungan Instalasi Gawat Darurat. Setiap shift jaga terdiri dari tiga hingga empat dokter
jaga dan enam hingga tujuh perawat.
3.2.2 Bangunan IGD RSI Jemursari
IGD RSI Jemursari berada di sebelah kanan dari area RS Islam Jemursari dengan
keterangan sebagai berikut:
1. Sebelah kiri : Depo Farmasi 2 dan Gudang Farmasi
2. Sebelah belakang : ICU / Intermediete
3. Sebelah depan : Parkir mobil ambulans

Jalur masuk ambulance berbeda dengan jalur keluarnya. Ambulance yang membawa
pasien dapat menuju di depan pintu IGD dan areanya telah terlindung oleh kanopi dengan
bahan seperti gedung IGD (beton). Brangkar / stretcher dapat melalui pintu IGD. Area
parkir ambulance terletak di dekat IGD. Denah lengkap dari IGD RSI Jemursari sebagai
berikut:

Gambar 3.3 Denah IGD RSI Jemursari


Berdasarkan Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Kelas B tahun 2010, dilakukan
analisis terkait gedung IGD RSI Jemursari yang dapat dilihat pada tabel 3.7

Tabel 3.7 Sarana dan Prasarana di RSI Jemursari berdasarkan Pedoman Teknis Sarana dan
Prasarana Kelas B tahun 2010

No. Persyaratan Khusus Pedoman Teknis RSI Jemursari Simpulan


Sarana dan Prasarana Kelas B tahun 2010
1. Area IGD harus terletak pada area depan Area IGD sudah terletak Sesuai
atau muka dari tapak RS. pada area depan atau
muka dari tapak RS.
2. Area IGD harus mudah dilihat serta Area IGD mudah dilihat Sesuai
mudah dicapai dari luar tapak rumah sakit serta mudah dicapai dari
(jalan raya) dengan tanda-tanda yang luar tapak rumah sakit
sangat jelas dan mudah dimengerti (jalan raya) dengan
masyarakat umum. tanda-tanda yang sangat
jelas dan mudah
dimengerti masyarakat
umum yaitu palang besar
dari IGD dan juga
running Text yang dapat
dilihat dari kejauhan
3. Area IGD harus memiliki pintu masuk Area IGD sudah Sesuai
kendaraan yang berbeda dengan pintu memiliki pintu masuk
masuk kendaraan ke area Instalasi Rawat kendaraan yang berbeda
Jalan/Poliklinik, Instalasi rawat Inap serta dengan pintu masuk
Area Zona Servis dari rumah sakit. kendaraan ke area
Instalasi Rawat
Jalan/Poliklinik, Instalasi
rawat Inap serta Area
Zona Servis dari rumah
sakit, yaitu pada sisi
Selatan dari RSI
4. Untuk tapak RS yang berbentuk Pintu masuk IGD Sesuai
memanjang mengikuti panjang jalan terletak pada sisi Selatan
raya maka pintu masuk kearea IGD Rumah Sakit. Pintu yang
harus terletak pada pintu masuk yang pertama ditemui bila
pertama kali ditemui oleh pengguna pasien terus berkendara
kendaraan untuk masuk kearea RS. mengikuti jalan adalah
pintu masuk IGD
No. Persyaratan Khusus Pedoman Teknis RSI Jemursari Simpulan
Sarana dan Prasarana Kelas B tahun 2010
5. Untuk bangunan RS yang berbentuk IGD telah terletak pada Sesuai
bangunan bertingkat banyak (Super lantai dasar dari rumah
Block Multi Storey Hospital Building) sakit.
yang memiliki ataupun tidak memiliki
lantai bawah tanah (Basement Floor)
maka perletakan IGD harus berada pada
lantai dasar (Ground Floor) atau area
yang memiliki akses langsung.
6. IGD disarankan untuk memiliki IGD terletak dengan area Sesuai
Area yang dapat digunakan untuk evakuasi RS yang cukup
penanganan korban bencana massal luas dan dapat digunakan
(Mass Disaster Cassualities pada kasus bencana
Preparedness Area). massal.
7. Disarankan pada area untuk Sudah terdapat jalur Sesuai
menurunkan atau menaikan pasien jalan khusus untuk
(Ambulance Drop-In Area) memiliki ambulance
sistem sirkulasi yang memungkinkan
ambulan bergerak 1 arah (One Way
Drive / Pass Thru Patient System).
8. Letak bangunan IGD disarankan Instalasi Bedah Sentral Sesuai
berdekatan dengan Inst. Bedah Sentral. terletak di belakang IGD
9. Letak bangunan IGD disarankan ICU terletak di sebelah Sesuai
berdekatan dengan Unit Rawat Inap dari IGD
Intensif (ICU (Intensive Care Unit)/
ICCU (Intensive Cardiac Care Unit)/
HCU (High Care Unit)).
10. Letak bangunan IGD disarankan Di IGD terdapat ruangan Sesuai
berdekatan dengan Unit Kebidanan. PONEK
11. Letak bangunan IGD disarankan Instalasi Laboratorium Sesuai
berdekatan dengan Inst. Laboratorium. terletak di belakang IGD
12. Letak bangunan IGD disarankan Di IGD terdapat Sesuai
berdekatan dengan Instalasi Radiologi. Radiologi
13. Letak bangunan IGD disarankan Bank Darah terletak di Sesuai
berdekatan dengan BDRS (Bank Darah belakang IGD dekat
Rumah Sakit) atau UTDRS (Unit Instalasi Laboratorium
Transfusi Darah Rumah Sakit) 24 jam.

Berdasarkan tabel di atas, pada Persyaratan khusus IGD dibandingkan dengan


Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Kelas B yang berjumlah 13 poin, RSI Jemursari
telah sesuai pada semua aspek.
3.2.3 Sarana IGD RSI Jemursari Surabaya

IGD RSI Jemursari memiliki sarana fasilitas ruangan yaitu:

a. Ruang Triage Ruang penerimaan pasien dan penentuan berdasarkan tingkat kegawatan
yang dilakukan oleh seorang dokter jaga Instalasi Gawat Darurat.
b. Ruang Observasi Ruang observasi/pemantauan keadaan pasien setelah dilakukan
tindakan medis dan keperawatan selama ± 2 jam, apabila membaik maka pasien dapat
berobat jalan dan bila keadaan tidak membaik pasien akan rawat inap (MRS).
c. Ruang Resusitasi Ruang tindakan untuk penanganan pertama pasien gawat darurat.
d. Ruang Bedah Ruang tindakan untuk melakukan tindakan kasus bedah.
e. Ruang Non Bedah Ruang untuk pemeriksaan semua pasien dengan kasus medik.
f. Ruang Istirahat Perawat Ruang serbaguna perawat yang bisa digunakan untuk tempat
istirahat.
g. Ruang Istirahat Dokter Ruang istirahat dokter jaga Instalasi Gawat Darurat selama 24
jam.
h. Ruang Tunggu Pasien Ruang tunggu keluarga pasien yang berobat ke Instalasi Gawat
Darurat selama pasien dalam proses pelayanan.
Pada tabel dapat dilihat tentang persyaratan sarana IGD untuk RS tipe B berdasarkan
Permenkes no. 856 Tahun 2009

Tabel 3.8 Sarana di IGD RSI Jemursari berdasarkan Permenkes No. 856 Tahun 2009

NO KELAS/ RUANG LEVEL KETERANGAN RSI Jemursari


III
1 RUANG
PENERIMAAN
a. R. Tunggu ( Public
Area )
- Informasi + +
- Tolilet + +
- Telepon Umum + Tidak ada
- ATM - +
- Kafetaria - Tidak ada.
Bergabung dengan
IRJ (Kantin RS)
- Keamanan + +
NO KELAS/ RUANG LEVEL KETERANGAN RSI Jemursari
III
b. R. Administrasi
- Pendaftaran pasien + +
baru/ rawat
- Keuangan + +
- Rekam Medik + Tergantung IT + (eRM)
Sistem
c. R. Triase + +
d. R. Penyimpanan + +
Strecher
e. R. Informasi dan + +
Komunikasi
2 RUANG TINDAKAN
a. R. Resusitasi + +
b. R. Tindakan
- Bedah + +
- Non Bedah / + +
Medical
- Anak Bisa Bergabung dengan
Bergabung bedah
- Kebidanan PONEK
c. R. Dekontaminasi +/- Bagi IGD yang Ada
berada dekat
industri harus
memiliki ruang ini.
3 RUANG OPERASI + Bisa bergabung atau Terpisah pada OK,
terpisah dan dapat 24 jam untuk cito
diakses 24 Jam
4 RUANG + +
OBSERVASI
5 RUANG KHUSUS
a. R. Intermediate/ Bisa bergabung atau
HCU terpisah dan dapat
. Umum + diakses 24 jam Terpisah pada ICU
. Cardiac / Jantung + Terpisah pada ICCU
. Pediatric/ Anak +/- Terpisah pada PICU
. Neonatus +/- Terpisah pada NICU
b. R. Luka Bakar +/- Tidak ada
c. R. Hemodialisis +/- Terpisah pada HD
d. R. Isolasi +/- Terpisah pada IRNA
Berdasarkan tabel di atas, IGD RSI Jemursari telah memenuhi Sarana di IGD RSI
Jemursari berdasarkan Permenkes No. 856 Tahun 2009 kecuali terkait telepon umum. Hal
ini sudah tidak terlalu relevan di zaman sekarang dimana setiap orang mayoritas sudah
memiliki handphone pribadi. Syarat ini perlu untuk dilakukan telaah ulang oleh Kemenkes.
Di RSI jemursari juga telah terdapat R. Dekontaminasi di luar dari IGD untuk pasien yang
berhubungan dengan industry.

Analisis mengenai kelengkapan jenis dan jumlah peralatan medis dan non medis di
IGD RSI jemursari berdasarkan self assessment yang terlampir pada Permenkes no. 56
tahun 2014 untuk RS Kelas B adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8 Kelengkapan Jenis Dan Jumlah Peralatan Medis Dan Non Medis di IGD RSI
Jemursari berdasarkan Permenkes No. 56 Tahun 2014

NO NAMA ALAT Kelas RSI Keterangan


B Jemursari
a. Triase
1 Kursi Roda/Wheel Chair √ Tersedia
2 Stretcher/Brankar √ Tersedia
3 Pocket Pulse Oximetri √ Tersedia
4 Stethoscope/Stetoskop √ Tersedia
5 Tensimeter Digital/ Sphygmomanometer √ Tersedia
Digital
6 Tensimeter Anaeroid/ √ Tersedia
Sphygmomanometer Aneroid
7 Termometer Digital √ Tersedia
8 Timbangan Bayi/Infant Weighting √ Tersedia
Scale/Baby Weighting Scale
9 Timbangan Dewasa √ Tersedia

b.
Resusitasi
1 Defibrilator √ Tersedia
2 Resusitator Kit/Resucitation Bay √ Tersedia
3 Emergency Trolley/ Resucitation Crash - Tersedia
Cart
4 Film Viewer √ Tersedia
5 Lampu Periksa/Examination √ Tersedia
Lamp/Hanging Lamp
6 Laryngoscope √ Tersedia
NO NAMA ALAT Kelas RSI Keterangan
B Jemursari
7 Nebulizer √ Tersedia
8 Pulse Oximetry/Portable Pulse Oximetri √ Tersedia
9 Stethoscope/Stetoskop √ Tersedia
10 Suction Pump Portable/Aspirator/Vacuum √ Tersedia
11 Infusion Pump √ Tersedia
12 Syringe Pump √ Tersedia
13 Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien √ Tidak
Elektrik tersedia
14 Bed Patient Manual/Tempat Tidur Pasien √ Tersedia
Manual
15 Sphygmomanometer Digital/Tensimeter √ Tersedia
Digital
16 Sphygmomanometer Aneroid/Tensimeter √ Tersedia
Anaeroid
17 Termometer Digital √ Tersedia
c.
Tindakan
1 Gynecological Bed/Obstetric √
Table/Tempat Tidur Ginekologi Tersedia
2 Head Lamp/Lampu Kepala √ Tersedia
3 Lampu Periksa/Examination √ Tersedia
Lamp/Hanging Lamp
4 Operating Lamp Mobile √ Tersedia
5 Minor Surgery Set √ Tersedia
6 Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien √ Tidak
tersedia
7 Bed Patient Manual/Tempat Tidur Pasien √ Tersedia
Manual

d. Isolasi Tidak
Ada
1 Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien √
Elektrik
2 Bed Patient Manual/Tempat Tidur Pasien √
Manual
3 Bed Side Monitor/Patient Monitor/Pasien √
Monitor 4 Parameter
4 Emergency Trolley/ Resucitation Crash √
Cart
5 Oxygen Concentrator Portable √
6 Stethoscope/Stetoskop √
NO NAMA ALAT Kelas RSI Keterangan
B Jemursari
7 Sphygmomanometer Digital/Tensimeter √
Digital
8 Sphygmomanometer Aneroid/Tensimeter √
Anaeroid
9 Termometer Digital √

e.
Observasi
1 Stretcher/Brankar √ Tersedia
2 Bed Side Monitor/Patient Monitor/Pasien √ Tidak Ada di
Monitor 4 Parameter Tersedia RES
3 Defibrilator √ Tersedia Ada di
RES
4 ECG/EKG/Electrocardiograph 12 √ Tersedia
Channels
5 ECG/EKG/Electrocardiograph 6 Channels - Tidak
Tersedia
6 Emergency Trolley/ Resucitation Crash √ Tersedia
Cart
7 Infusion Pump √ Tersedia
8 Pneumatic Splint Set √ Tidak
Tersedia
9 Resusitator Kit/Resucitation Bay √ Tersedia
10 Stethoscope/Stetoskop √ Tersedia
11 Suction Pump Portable/Aspirator/Vacuum √ Tersedia
12 Syringe Pump √ Tersedia
13 Sphygmomanometer Digital/Tensimeter √ Tersedia
Digital
14 Sphygmomanometer Aneroid/Tensimeter √ Tersedia
Anaeroid

Tabel di atas menunjukkan kelengkapan jenis dan jumlah peralatan medis dan non
medis di IGD RSI Jemursari berdasarkan Permenkes No. 56 Tahun 2014. Pada ruang triage
semua peralatan medis dan non medis sudah sesuai. Pada ruang resusitasi tidak terdapat
Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien Elektrik. Standar bed elektrik ini perlu untuk
dilakukan kajian apakah lebih baik menggunakan bed elektrik atau dengan stretcher yang
modern sudah cukup. Pada ruang tindakan juga tidak terdapat Bed Patient Electric/Tempat
Tidur Pasien. Pada permenkes perlu diperjelas terkait bed apakah boleh salah satu atau
harus ada untuk kedua jenis bed (manual dan elektrik). Di IGD RSI Jemursari belum
terdapat ruang isolasi. Hal ini perlu menjadi perhatian oleh manajemen karena ruangan
tersebut diperlukan agar pasien dengan penyakit menular tidak kontak dengan pasien yang
lainnya. Pada ruang Observasi, bed side monitor tidak ada. Pasien yang memerlukan
monitor dilakukan perpindahan di ruang Resusitasi. Selain itu juga terdapat defibrillator di
RES yang portable.

Fasilitas dan Prasarana Medis di IGD juga diatur di dalam PMK No. 856 Tahun
2009. Berikut adalah tabel tentang syarat fasilitas dan prasarana di RS Tipe B pada
Permenkes no. 856 Tahun 2009.

Tabel 3.8 Fasilitas dan Prasarana di IGD RSI Jemursari berdasarkan Permenkes No. 856
Tahun 2009

Kelas / Ruang Fasilitas dan Prasarana Level III Keterangan RSI Jemursari

A. RUANG TRIASE
Kit Pemeriksaan + Minimal 2 Ada
Sederhana
Brankar Penerimaan + Rasio (Cross Ada
Pasien Sectional) 1 TT
Pembuatan rekam (Perlu Ada, eRM
medik khusus dibuatkan
form)
Label (pada saat +
Ada (sticker)
korban massal )
B. RUANG TINDAKAN
Ruang
Resusitasi
Nasopharingeal tube + Minimal 1 Ada
setiap no
Oropharingeal tube + Minimal 1 Ada
setiap no
Laringoscope set + Minimal 1 Ada
Anak setiap no
Laringoscope set + Minimal 1 Ada
Dewasa setiap no
Nasotrakheal tube + Minimal 1 Tidak ada
setiap no
Orotracheal + Minimal 1 Ada
setiap no
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
Suction + Minimal 1 Ada
setiap no
Tracheostomi set + Minimal 1 Ada
setiap no
Bag Valve Mask + Minimal 1 Ada
(Dewasa / Anak) setiap no
Kanul Oksigen + Sesuai jumlah Sentral
TT
Oksigen Mask + Minimal 1 Ada
(Dewasa / Anak)
Chest Tube + Minimal 1 Ada
Crico/ Trakheostomi + Minimal 1 Ada
Ventilator Transport + Minimal 1 Ada
Vital Sign Monitor + Sesuai Jumlah
TT Ada
Infusion pump + Tidak ada
2 s/d 3 tiap
Syringe pump + Ada, 3 syringe
TT
di RES, TT 2
ECG + Minimal 1 Ada
Vena Section + Minimal 1 Ada
Defibrilator + Minimal 1 Ada
Gluko stick + Minimal 1 Ada
Stetoskop + Minimal 1 Ada
Termometer + Minimal 1 Ada
Nebulizer + Minimal 1 Ada
Oksigen Medis / + Rasio 1 : 1 TT
Concentrators di IGD Ada 1:1
Warmer + Minimal 1 Ada di PONEK
Imobilization Set Ada
Neck Collar + Minimal 1 Ada
Splint + Minimal 1 set
Ada
Long Spine Board + Minimal 1 set
Ada
Scoop Strecher + Minimal 1 set
Ada
Kendrik Extrication + Minimal 1 set
Device ( KED ) Ada
Urine Bag + Minimal 1 set/
TT Ada
NGT + Minimal 1 set Ada
Wound Toilet Set + Minimal 1 set Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
OBAT – OBATAN
DAN ALAT HABIS
PAKAI
Cairan Infus Koloid + Ada
Cairan Infus +
Kristaloid Ada
Cairan Infus Dextrose + Ada
Adrenalin + Ada
Sulfat Atropin + Ada
Kortikosteroid + Ada
Lidokain + Selalu Ada
Tersedia
Dextrose 50 % + Ada
dalam jumlah
Aminophilin + yang cukup di Ada
ATS , TT + IGD tanpa ATS ada
harus TT tidak ada
Trombolitik + diresepkan Ada
Amiodaron +
(inotropik) Ada
APD : masker, +
Sarung tangan,
kacamata google Ada
Manitol + Ada
Furosemid + Ada
Ruang Tindakan
Bedah
ALAT MEDIS
Meja Operasi / Minimal 3
Tempat tidur
tindakan Ada 7
Dressing set Minimal
10 Ada
Infusion set Minimal
10 Ada
Vena Section set Minimal 1 Ada
Torakosintetis set Minimal 1 Ada
Metal kauter Minimal 1 Ada
Film Viewer Minimal 1 Ada
Tiang Infus Minimal 6 Ada
Lampu Operasi Minimal 3 Ada 3
Thermometer Minimal 1 Ada
Stetoskop Minimal 1 Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
Suction Minimal 1 Ada
Sterilisator Minimal 1 Ada
Bidai Minimal 1 Ada
Splint Minimal 1 Ada
OBAT-OBATAN
DAN ALAT HABIS
PAKAI
Analgetik + Ada
Antiseptik + Ada
Cairan kristaloid + Ada
Lidokain + Ada
Wound dressing + Ada
Alat-alat anti septic + Ada
ATS + Ada
Anti Bisa Ular + Tidak ada
Anti Rabies + Tidak ada
Benang jarum + Ada
APD : masker, +
sarun tangan,
kacamata google Ada
Ruang Tindakan
Medik
PERALATAN
Kumbah Lambung Minimal 1
Set Ada
EKG Minimal 1 Ada
Kursi Periksa Minimal 1 Ada
Irigator Pemeriksaan Minimal 1 Ada
Nebulizer Minimal 1 Ada
Suction Minimal 1 Ada
Oksigen Medis Minimal 1 Ada
NGT Minimal 1 Ada
Syringe Pump Minimal 2 Ada
Infusion Pump Minimal 2 Ada
Jarum Spinal Minimal 1 Ada
Lampu Kepala Minimal 1 Ada
Bronchoscopy - Tidak ada
Opthalmoscope Minimal 1 Ada
Otoscope set Minimal 1 Ada
Slit Lamp Minimal 1 Tidak ada
Tiang Infus Minimal 1 Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
Tempat Tidur Minimal 1 Ada
Film Viewer Minimal 1 Ada
OBAT – OBATAN
DAN BAHAN
MEDIS HABIS
PAKAI
Cairan Infus Koloid + Ada
Cairan Infus +
Kristaloid Ada
Cairan Infus Dextrose + Ada
Adrenalin + Ada
Sulfas Atropin + Ada
Kortikosteroid + Ada
Lidokain + Ada
Aminophilin / ß 2 + Selalu
bloker Tersedia Ada
Pethidin + dalam jumlah Ada
Morfin + yang cukup di Ada
Anti convulsion + IGD tanpa Ada
Dopamin + harus Ada
Dobutamin + diresepkan Ada
ATS + Ada
Trombolitik + Ada
Amiodaron +
(inotropik) Ada
APD : masker, sarung +
tgn, kacamata google Ada
Manitol + Ada
Furosemid + Ada
Ruang Tindakan
Bayi & Anak
PERALATAN
MEDIS
Inkubator Minimal 1 Ada incubator
transport
standby 24 jam
di Neo
Tiang Infus Minimal 1 Ada
Tempat Tidur Minimal 1 Ada
Film Viewer Minimal 1 Ada
Suction Minimal 1 Ada
Oksigen Minimal 1 Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
OBAT- OABATAN
DAN BAHAN
MEDIS HABIS
PAKAI
Stesolid + Ada
Mikro drips set + Ada
Intra Osseus set + Ada
Ruang Tindakan
Kebidanan
PERALATAN
MEDIS
Kuret Set Minimal 1/
bergabung Ada
Partus Set Minimal 1 Ada
Suction bayi Minimal 1 Ada
Meja Ginekologi Minimal 1/
bergabung Ada
Meja Partus Minimal 1/
bergabung Ada
Vacuum set Minimal 1/
bergabung Ada di VK
Forcep set Minimal 1/
bergabung Ada di VK
CTG Minimal 1/
bergabung Ada
Resusitasi set Minimal 1/
bergabung Ada
Doppler Minimal 1/
bergabung Ada
Suction Bayi baru Minimal 1/
lahir bergabung Ada
Laennec Minimal 1
/
bergabung Ada
Tiang Infus Minimal 1
/
bergabung Ada
Tempat Tidur Minimal 1
/
bergabung Ada
Film Viewer Minimal 1
/ Bergabung dg
bergabung IGD
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
OBAT -OBATAN
Uterotonika + Tersedia Ada
Prostaglandin + dalam jumlah
yang cukup
Ada
Ruang Operasi
( R. Persiapan
dan Kamar
Operasi)
a. RUANG
PERSIAPAN
Ruang ganti + Tindakan / Ada
Brankar + operasi yang Ada
Oksigen + dilakukan Ada
Suction + terutama
Ada
untuk keadaan
Linen +
Cito, bukan
elektif Ada
b. KAMAR
OPERASI
Meja Operasi Minimal 1 Ada
Mesin Anastesi Minimal 1 Ada
Alat regional Anestesi Minimal 1 Ada
Lampu ( Mobile / Minimal 1
statis ) Ada
Pulse Oximeter Minimal 1 Ada
Vital Sign Monitor Minimal 1 Ada
Meja Instrumen Minimal 1 Ada
Tindakan
Suction Minimal 1 Ada
yang
C-arm Minimal 1 dilakukan
Film Viewer Minimal 1 terutama Ada
Set Bedah dasar Minimal 1 untuk keadaan Ada
Set laparatomi Minimal 1 Cito, bukan Ada
Set Apendiktomi Minimal 1 elektif Ada
Set sectiosesaria Minimal 1 Ada
Set Bedah anak Minimal 1 Ada
Set Vascular Minimal 1 Ada
Torakosintetis set Minimal 1 Ada
Set Neurosurgery Minimal 1 Ada
Set orthopedic Minimal 1 Ada
Set urologi Minimal 1
Emergency Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
Set Bedah Plastik Minimal 1
Emergency Ada
Set Laparoscopy Minimal 1 Ada
Endoscopy surgery Minimal 1 Tidak Ada
Laringoscope Minimal 1 Ada
Bag Valve Mask Minimal 1 Ada
Defibrilator Minimal 1 Ada
c. RUANG
RECOVERY
Infusion pump Minimal 2 Ada
Syringe pump Minimal 2 Tindakan Ada
Bed Side Monitor Minimal 1 yang Ada
Suction Minimal 1 dilakukan Ada
untuk keadaan
Tiang Infus Minimal 1 Ada
cito, bukan
Infusion set Minimal 1 elektif Ada
Oxygen Line Minimal 1 Ada
C. RUANG
PENUNJANG
MEDIS
1. Ruang
Radiology
Mobile X-ray Minimal 1 Ada
Mobile USG Minimal 1 Tidak ada
Apron Timbal Minimal 2 Bisa Ada 2
bergabung/
CT Scan Minimal 1 Di Radiologi
tersendiri dan
MRI - dapat diakses -
Automatic Film Minimal 1 24 jam Ada di
Processor Radiologi
Film Viewer Minimal 1 Ada
2. Ruang
Laboratorium
a. Lab. Standar
Lab. Rutin + Bisa Ada
Elektrolit + bergabung / Ada
Kimia Darah + tersendiri dan Ada
Analisa Gas Darah + dapat diakses Ada
CKMB ( Jantung ) +/- 24 jam Ada
b. Lab. Khusus Ada
3. Bank Darah ( + Bisa Ada
BDRS ) bergabung Dapat Diakses
BMHP ( Bahan Medis + 24 jam
Habis Pakai ) Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
4. Ruang
Sterilisasi
Basah + Minimal 1 Ada
Autoclave + Minimal 1 Ada
5. Gas Medis :
N2O
Tabung Gas + Ada
Sentral + Ada
D. RUANG
PENUNJANG
NON MEDIS
1. Alat Komunikasi
Internal
Fix + +
Mobile +/ +
Radio Medik + +
2. Alat Komunikasi
Eksternal
Fix + Ada
Mobile +/ Ada
Tidak ada, Ikut
Radio Medik +
118
3. Alat Rumah
Tangga
Komputer + +
Mesin Ketik + +
Alat Kantor + +
Meubelair + +
Papan Tulis + +

Berdasarkan tabel di atas, pada ruang triase sudah memenuhi Permenkes no. 856
tahun 2009. Pada ruang tindakan, tidak terdapat nasotrakheal tube dan infusion pump. Alat
tersebut dalam praktek sehari-hari di igd juga jarang digunakan. Pada keadaan gawat
seperti di res, infusion pump dapat dilakukan dengan menggunakan manset dari tensimeter.
Pada obat – obatan dan alat habis pakai sudah tersedia dalam jumlah yang cukup di igd
tanpa harus diresepkan kecuali dalam hal tt yang tidak ada.
Pada ruang tindakan bedah, tempat tidur tindakan ada 7 buah. Alat medis telah
lengkap tersedia. Obat-obatan dan alat habis pakai perlu dilakukan penambahan pada anti
bisa ular dan anti rabies. Pada ruang tindakan medik, peralatan telah cukup lengkap,
kecuali bronchoscopy dan slit lamp tidak ada. Bronchoscopy di igd sulit untuk dilakukan
dimana tindakan ini rata-rata memerlukan kamar operasi dan pasien dilakukan pembiusan.
Slit lamp juga biasanya hanya terdapat pada poli mata. Obat – obatan dan bahan medis
habis pakai telah lengkap.
Pada ruang tindakan bayi & anak peralatan medis cukup lengkap. Namun untuk
incubator yang ada yaitu incubator transport yang standby di ruangan neonatus dan dapat
diakses 24 jam. Obat- obatan dan bahan medis habis pakai cukup lengkap. Pada ruang
tindakan kebidanan juga ada di IGD RSI Jemursari berupa PONEK. Pada ruangan ini,
peralatan medis cukup lengkap. Terkait alat vacuum set dan forcep set bergabung di kamar
bersalin. Dan film viewer bergabung dengan IGD. Obat-obatan uterotonika dan
prostaglandin juga tersedia.
Ruang operasi (r. persiapan dan kamar operasi) baik di ruang persiapan, kamar
operasi, dan ruang recovery sudah memenuhi syarat, kecuali dalam hal endoscopy surgery
yang memang belum terdapat di RSI Jemursari. Ruang penunjang medis ruang radiology,
ruang laboratorium, bank darah, ruang sterilisasi dan gas medis telah memenuhi dari
syarat-syarat di Permenkes.
Ruang penunjang non medis telah dilengkapi dengan alat komunikasi internal maupun alat
komunikasi eksternal. Pada radiomedik untuk eksternal belum ada. Sehingga, apabila
diperlukan komunikasi menggunakan alat tersebut, bergabung dengan 118 dari RSUD Dr.
Soetomo.

3.2.4 Struktur Organisasi IGD RSI Jemursari Surabaya

Instalasi Gawat Darurat RS Islam Jemursari dipimpin oleh Kepala Instalasi Gawat
Darurat yang membawahi Dokter Jaga, Koordinator Instalasi Gawat Darurat dan
Koordinator Ambulance Emergency dan Resusitasi.
Gambar 3.4 Struktur Organisasi IGD RSI Jemurasi Surabaya

Pada struktur organisasi di atas, Kepala Instalasi Gawat Darurat ada di bawah
Manager Pelayanan Medis. Tidak tampak jelas pembagian tugas sesuai teori dari Mintberg
tentang struktur organisasi pada struktur setelah Kepala IGD. Pada sayap kanan tampak
kotak yang berisi unit-unit dan instalasi-instalasi yang beberapa bukanlah merupakan
bagian dari supporting staff di IGD, melainkan hubungan antar Instalasi. Pada Middle core,
Dokter jaga diposisikan sejajar dengan coordinator instalasi dan coordinator ambulance.
Hal ini membingungkan terkait dengan hubungan kerja antar masing-masing peran.
Sehingga penulis mengusulkan untuk perubahan struktur organisasi IGD sebagai berikut.
Gambar 3.4 Usulan Struktur Organisasi IGD RSI Jemurasi Surabaya

Pada struktur ini, Kepala IGD berada langsung dibawah Wadir Pelayanan Medis. Hal
ini dikarenakan struktur IGD memerlukan koordinasi lebih selain manager yanmed, juga
terdapat manajer keperawatan dan manajer penunjang medis. Konsulen Dokter Spesialis
tetap di sebelah kiri yaitu sebagai technostructure dari IGD. Selain itu di sisi kanan terdapat
tempat penerimaan pasien IGD yaitu di dalamnya terdapat unit kasir dan unit
admisi/pendaftaran. Dibawah kepala instalasi terdapat empat middle core yaitu coordinator
ambulance dan Resusitasi, Koordinator Pendidikan dan Penelitian, Koordinator Pelayanan,
dan Koordinator peralatan dan Obat. Di operating core yaitu dokter jaga dan perawat jaga.
3.2.5 Job Description IGD RSI Jemursari Surabaya

Tabel 3.9 Job Deskripsi Kepala Instalasi IGD RSI Jemursari Surabaya

Nama Jabatan Kepala lnstalasi Gawat Darurat


Atasan
Manajer Pelayanan Medis
Langsung
Bawahan 1. Koordinator lnstalasi Gawat Darurat
Langsung 2. Dokter Jaga
1. Membuat perencanaan kebutuhan pelayanan IGD 24 jam meliputi:
a. Pelaksanaan kegiatan.
b. Kebutuhan sumber daya manusia.
c. Program kerja serta anggaran pendapatan dan belanja tahunan.
d. Pengorganisasian pelaksanaan tugas.
Uraian Tugas e. Petunjuk teknis pelayanan IGD.
f. Petunjuk teknis petugas IGD.
2. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain diluar IGD.
3. Membina kemampuan seluruh perawat IGD.
4. Menerima, mendata, dan melaporkan kepada atasan langsung tentang
adanya masalah ataupun kasus-kasus IGD.
1. Terselenggaranya Pelayanan IGD 24 jam.
2. Menjaga kelancaran pelayanan IGD.
3. Menjaga mutu dan profesionalisme pelayanan IGD.
Tanggung
4. Menjaga kualitas dan tersedianya sarana pelayanan yang diperlukan di
Jawab
IGD
5. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia IGD.
6. Koordinasi dan kerjasama yang baik dengan seluruh staf.
1. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan IGD.
2. Mengadakan perternuan intern IGD.
3. Menyusun program kerja, laporan program kerja dan mengevaluasi
Wewenang
kegiatan IGD setiap tahun.
4. Mengadakan koordinasi vertikal, horizontal dan diagonal dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan IGD.

1. Dokter terampil dengan sertifikat ATLS, ACLS, dan sertifikat


Syarat
kegawatdaruratan lain.
Jabatan
2. Sebagai dokter full timer.
Pada job deskripsi ini sudah terdapat unsur-unsur Nama Jabatan, Hubungan atasan
dan bawahan, Uraian tugas, Tanggung Jawab, Wewenang, dan Persyaratan jabatan.
Menurut teori dari Hackman & Oldham tentang Job Characteristics Model, disebutkan
bahwa suatu pekerjaan memiliki dimensi inti (core dimensions) yang akan mempengaruhi
luaran (outcomes) melalui suatu level psikologis (psychological state), yaitu:
1. Arti dari pekerjaan (Meaningfulness of work)
Pekerjaan harus dialami sebagai sesuatu yang berarti (kontribusinya secara
signifikan mempengaruhi keseluruhan efektivitas organisasi). Ini berasal dari:
a. Berbagai keahlian (Skill variety)
Menggunakan berbagai keterampilan dan bakat Anda yang sesuai: terlalu
banyak mungkin terlalu banyak, terlalu sedikit, membosankan.
b. Identitas tugas
Mampu mengidentifikasi dengan pekerjaan yang dilakukan secara keseluruhan
dan lengkap, dan karenanya memungkinkan lebih banyak kebanggan untuk
diambil dalam hasil pekerjaan itu.
c. Signifikansi Tugas (Task Identity)
Mampu mengidentifikasi tugas tersebut sebagai kontribusi terhadap sesuatu
yang lebih luas, kepada masyarakat atau kelompok melebihi dan melampaui
diri.
2. Tanggung jawab (Responsibility)
Tanggung jawab berasal dari otonomi, seperti dalam pekerjaan memberikan
kebebasan, independensi dan kebijaksanaan yang substansial kepada individu
dalam menjadwalkan pekerjaan dan dalam menentukan prosedur yang akan
digunakan dalam melaksanakannya)
3. Pengetahuan tentang hasil (Knowledge of outcomes)
Digunakan sebagai suatu dari umpan balik, menyiratkan kesadaran karyawan
tentang seberapa efektif dia mengubah usahanya menjadi kinerja. Dapat berupa
suatu dari angka produksi hingga skor kepuasan pelanggan.
Nurrahman (2008) menyatakan bahwa Informasi yang harus dicantumkan dalam
suatu uraian jabatan adalah: identitas jabatan, struktur organisasi, referensi dokumen, data
yang berkaitan dengan penugasan, data yang menyebutkan persyaratan jabatan, kompetensi
yang dibutuhkan, hasil akhir yang diinginkan dari jabatan ini, keriteria kerja yang baku,
dan tanda tangan pengesahan. Berikut adalah telaah terkait dengan Job Description dari
Kepala Instalasi Gawat Darurat, yaitu:

1. Nama jabatan : sudah jelas


2. Stuktur dalam organisasi : sudah ada, dan sudah tergambar hubungan lini secara
vertical ke atas maupun ke bawah.
3. Referensi dokumen : belum ada. Dapat dituliskan ke dalam referensi dokumen yaitu
Permenkes No. 1045 tahun 2006 dan Keputusan Direktur No. JS.A.SKR.411.02.15
tentang Pedoman Pengorganisasian IGD di RSI Jemursari
4. Data yang berkaitan dengan penugasan: sudah ada meliputi tugas, wewenang, dan
tanggung jawab.
5. Data yang menyebutkan persyaratan jabatan: sudah ada. Perlu untuk ditambah
syarat terkait pengalaman minimal.
6. Kompetensi yang dibutuhkan: sudah tercantum, yaitu sertifikat ATLS, ACLS, dan
sertifikat kegawatdaruratan lain.
7. Hasil akhir yang diinginkan dari jabatan ini : belum ada
8. Kriteria kinerja baku : belum ada uraian tentang kinerja yang standar yang harus
dicapai oleh pemegang jabatan.
9. Tanda tangan pengesahan: sudah ada yaitu pada Keputusan Direktur No.
JS.A.SKR.411.02.15 tentang Pedoman Pengorganisasian IGD di RSI Jemursari.
Oleh karena itu, berikut usulan dari penulis terkait Job Deskripsi Kepala Instalasi IGD
RSI Jemursari Surabaya.

Nama Jabatan Kepala lnstalasi Gawat Darurat


Prasyarat jabatan
1. Pendidikan S1 Profesi Kedokteran / Kedokteran Gigi
minimal
2. Pengalaman Dokter Tetap dengan masa Kerja di RSI Jemursari telah 4 tahun
minimal
3. Kompetensi
Memiliki sertifikat ATLS, ACLS, dan sertifikat kegawatdaruratan lain.
yang dibutuhkan
Atasan Langsung Manajer Pelavanan Medis
1. Koordinator lnstalasi Gawat Darurat
Bawahan Langsung
2. Dokter Jaga
1. Terselenggaranya Pelayanan IGD 24 jam.
2. Menjaga kelancaran pelayanan IGD.
3. Menjaga mutu dan profesionalisme pelayanan IGD.
Tanggung Jawab 4. Menjaga kualitas dan tersedianya sarana pelayanan yang diperlukan
di IGD
5. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia IGD.
6. Koordinasi dan kerjasama yang baik dengan seluruh staf.
1. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan IGD.
2. Mengadakan perternuan intern IGD.
3. Menyusun program kerja, laporan program kerja dan mengevaluasi
Wewenang
kegiatan IGD setiap tahun.
4. Mengadakan koordinasi vertikal, horizontal dan diagonal dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan IGD.

1. Membuat perencanaan kebutuhan pelayanan IGD 24 jam meliputi:


a. Pelaksanaan kegiatan.
b. Kebutuhan sumber daya manusia.
c. Program kerja serta anggaran pendapatan dan belanja tahunan.
d. Pengorganisasian pelaksanaan tugas.
Uraian Tugas e. Petunjuk teknis pelayanan IGD.
f. Petunjuk teknis petugas IGD.
2. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain diluar IGD.
3. Membina kemampuan seluruh perawat IGD.
4. Menerima, mendata, dan melaporkan kepada atasan langsung
tentang adanya masalah ataupun kasus-kasus IGD.
Hasil akhir yang Terlaksananya tugas, wewenang dan tanggung jawab yang ada.
diinginkan Waktu tanggap pelayanan dokter < 5 menit. Kepuasan pelanggan lebih
dari sama dengan 70%.
Referensi Dokumen 1. Permenkes No.1045 tahun 2006
2. Keputusan Direktur Nomor JS.A.SKR.411.02.15 tentang Pedoman
Pengorganisasian IGD di RSI Jemursari

Berdasarkan Kepmenkes 856 Tahun 2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (
IGD ) Rumah Sakit telah disebutkan bahwa seorang kepala IGD harus Dokter. Hal ini telah
sesuai dengan syarat jabatan pada RSI Jemursari yaitu Dokter. Namun penggunaan kata
terampil disini menimbulkan pertanyaan, yaitu ukuran yang dipakai tidak jelas.
Penggunaan syarat ATLS, ACLS, dan sertifikat kegawatdaruratan lain sebaiknya dirubah
menjadi ATLS, ACLS, dan atau sertifikat kegawatdaruratan lain.
Analisis SDM IGD di RSI Jemursari juga dilakukan menggunakan standar dari
Kepmenkes No. 856 Th. 2009. RSI Jemursari adalah RS kelas B sehingga menggunakan
standar Level III. Standar tersebut dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 SDM IGD menurut Kepmenkes No. 856 Th. 2009

Kualifikasi Tenaga Level III RSI Jemursari


Dokter Subspesialis - -
Dokter Spesialis Bedah, Obsgyn, Anak, Tidak terpenuhi dalam hal
Penyakit Dalam on site on-site dari dokter
(dokter spesialis. Namun, semua
spesialis lain on call) dokter spesialis on call dan
siap datang 24 jam dalam
keadaan cito
Dokter PPDS On site 24 jam (RS
Pendidikan) -
Dokter Umum (+Pelatihan On site 24 jam
Kegawat Daruratan) GELS,
ATLS, ACLS, dll Terpenuhi
Perawat Kepala S1 Jam kerja / Diluar jam kerja
DIII
(+Pelatihan Kegawat
Daruratan) Emergency
Nursing, BTLS, BCLS dll Terpenuhi
Perawat (+Pelatihan On site 24 jam
Emergency Nursing) Terpenuhi
Non Medis Bagian Keuangan
Kamtib (24 jam) On site 24 jam
Pekarya (24 jam) Terpenuhi
IGD RSI Jemursari telah dapat memenuhi semua standar yang ada kecuali pada
standar Dokter Spesialis. Pada Kepmenkes untuk RS Level III dikatakan bahwa Dokter
Spesialis Bedah, Obsgyn, Anak, Penyakit Dalam on site (dokter spesialis lain on call).
Sedangkan pada IGD RSI Jemursari, tidak terpenuhi dalam hal on-site dari dokter
spesialis. Namun, semua dokter spesialis telah siap untuk on call dan datang 24 jam dalam
keadaan cito. Hal ini juga terkait dengan tindakan cito yang memerlukan dokter spesialis di
ruang kamar operasi.

Pada Kepmenkes No. 856 tahun 2009 juga disebutkan mengenai syarat pelatihan
untuk SDM dokter dan perawat di IGD. Dokter IGD harus sudah mendapatkan Pelatihan
Kegawat Daruratan (GELTS, ATLS, ACLS, dll). Untuk Kepala Perawat IGD, harus sudah
mendapatkan +Pelatihan KegawatDaruratan (Emergency Nursing, BTLS, BCLS dll),
sedangkan semua perawat harus minimal sudah mendapatkan pelatihan emergency
nursing. Data tentang sertifikat pelatihan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.11 untuk
SDM dokter, dan tabel 3.12 dan 3.13 untuk SDM Perawat.

Tabel 3.11 SDM dokter di IGD RSI Jemursari dengan syarat Kepmenkes No. 856 Th. 2009
BLS PPGD GELS ALS Pelatihan lain
No. Nama +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku
In-house
1 dr. A
Triage (+)
EKG,
2 dr. B In-house
ACLS (+) Triage (+)(+)
ATLS, In-house
3 dr. C
ACLS (+)(+) Triage (+)
In-house
4 dr. D
ATLS (+) Triage (+)
ATLS,
5 dr. E
ACLS (+)(+) EKG (+)
ATLS, In-house
6 dr. F
ACLS (+)(+) Triage (+)
In-house
7 dr. G
ACLS (+) Triage (+)
EKG,
PTC, In-
8 dr. H
ATLS, house
+ ACLS (+)(+) Triage (+)(+)(+)
BLS PPGD GELS ALS Pelatihan lain
No. Nama +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku
Hiperke
9 dr. I
ATLS (+) s (+)
ATLS,
10 dr. J
ACLS (+)(+)
11 dr. K ACLS (+) EKG (+)
ATLS,
12 dr. L
ACLS (+)(+)
ATLS,
13 dr. M
ACLS (+)(+) EKG (+)
14 dr. N ACLS (+) EKG (+)
ATLS, Hiperke
15 dr. O
ACLS (+)(+) s (+)
ATLS,
16 dr. P
ACLS (+)(+)
17 dr. Q EKG (+)
18 dr. R ACLS (+) EKG (+)
ATLS,
19 dr. S
ACLS (+)(+)
20 dr. T ATLS (+) EKG (+)
ATLS,
21 dr. U
ACLS (+)(+) EKG (+)

Tabel 3.12 SDM perawat di IGD RSI Jemursari dengan syarat Kepmenkes No. 856 Th.
2009

Na BLS PPGD GELS ALS Pelatihan lain


No
ma +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku
In-
1 A + + House
Triage
2 B + ACLS
In-
3 C + House
Triage
4 D BCLS ACLS
In-
5 E BCLS + ACLS House
Triage
6 F BCLS + ECG
7 G + ACLS ECG
8 H BCLS ACLS
9 I BLS
10 J BCLS + ACLS
11 K + ECG
12 Lk BCLS
13 M BLS +
Pelatiha
14 N + n
Disaster
In-
15 O + House
Triage
16 P BTLS +
In-
House
BTCL Triage,
17 Q
S Pelatiha
n
Disaster
In-
18 R + House
Triage
In-
19 S BLS + House
Triage
In-
20 T + House
Triage
21 U +
Pelatiha
22 V n
+ Disaster
23 W +
Hiperke
24 X
+ s
25 Y +
BTCL wound
26 Z
S care
27 AA +
28 BB +
29 CC +
Tabel 3.12 SDM perawat Resusitasi dan Ambulance IGD RSI Jemursari dengan syarat
Kepmenkes No.856 Th. 2009

BLS PPGD GELS ALS Pelatihan lain


Nama
No +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku
ECG, ICU
Dasar,
1 A + ATLS EAST
Emergency
& Ausec
BTCLS, Exercise,
2 B BTLS + EAST
3 C + EAST
4 D BTCLS EAST
5 E + EAST
6 F + CWCCA
7 G +
8 H +
9 I +
Berdasarkan tabel-tabel di atas, semua SDM di IGD RSI Jemursari telah memiliki
sertifikat kegawatan. Hal ini penting untuk menjamin patient safety dan kualitas mutu
pelayanan yang diberikan kepada pasien.

3.2.6 Jenis Pelayanan IGD RSI Jemursari Surabaya

Kepmenkes No. 856 tahun 2009 mengatur bahwa jenis pelayanan yang harus
dilakukan pada rumah sakit Level III (Kelas B) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.13 Jenis Pelayanan di IGD RSI Jemursari dengan Kepmenkes No. 856 Th. 2009
Level III RSI Jemursari
1. Diagnosis & penanganan : Permasalahan pd A, B, C dgn Terpenuhi. Penanganan
alat-alat yang lebih lengkap termasuk ventilator ventilator ada di ICU
2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi Terpenuhi
3. Observasi HCU/R. Resusitasi Terpenuhi
4. Bedah cito Terpenuhi
Pelayanan di IGD Jemursari telah sesuai dengan syarat jenis pelayanan yang tertera
di Permenkes No. 856 Tahun 2009. Dalam hal ventilator, di IGD tidak ada alat tersebut,
melainkan terdapat di ICU.

3.2.7 Standar Prosedur Operasional (SPO) IGD RSI Jemursari Surabaya

Berikut adalah SPO yang ada di IGD RSI Jemursari.

Tabel 3.14 SPO di IGD RSI Jemursari

No. Nama SPO


1 Prosedur pelayanan pasien pasien kategori triage hijau
2 Prosedur pelayanan pasien pasien kategori triage hitam
3 Prosedur pelayanan pasien pasien kategori triage kuning
4 Prosedur pelayanan pasien pasien kategori triage merah
5 Observasi pasien gawat darurat di igd
6 Prosedur pelayanan pasien pasien kategori triage biru
7 Pengaturan dokter jaga on site IGD
8 jadwal dokter konsulen
9 sistem rujukan di igd
10 pelaksanaan petugas apotik di igd
11 pengaturan perawat jaga IGD
12 pelaksanaan petugas radiologi di igd
13 pelaksanaan petugas laboratorium di igd
14 pelaksanaan petugas kasir di igd
15 pelaksanaan petugas TPPIGD
16 konsultasi dokter igd dengan dokter konsulen
17 penanganan dan penerimaan pasien tidak akut dan tidak gawat di igd
18 penanganan dan penerimaan pasien akur dan tidak gawat di igd
19 penanganan dan penerimaan pasien akut dan gawat di igd
20 pengadaan obat bahan habis pakai dan alkes igd
21 laporan bulanan igd
22 koordinasi igd dengan instalasi farmasi
No. Nama SPO
23 tata cara pasien igd masuk rumah sakit (MRS)
24 tata cara konsultasi pasien igd ke poli spesialis
25 koordinasi igd dengan instalasi laboratorium
26 koordinasi igd dengan instalasi radiologi
27 koordinasi igd dengan instalasi kprs
28 koordinasi igd dengan instalasi logistik
29 koordinasi igd dengan instalasi pemeliharaan sarana
30 koordinasi igd dengan instalasi loundry
31 koordinasi igd dengan instalasi bagian kebersihan
32 koordinasi igd dengan instalasi bagian keuangan
33 koordinasi igd dengan instalasi rawat inap
34 koordinasi igd dengan instalasi kamar operasi
35 koordinasi igd dengan instalasi rawat jalan
36 koordinasi igd dengan icu
37 koordinasi igd dengan neonatus
38 koordinasi igd dengan instalasi rekam medis
39 pelaksanaan petugas ambulance di igd
40 penanganan pasien death on arrival
41 pendaftaran pasien di igd
42 koordinasi igd dengan binroh
43 koordinasi igd dengan gizi
44 tata cara telepon keluar rumah sakit
45 mengirim pasien igd ke ruang instalasi perawatan intensif
46 merujuk pasien igd ke poliklinik rawat jalan
47 mengirim pasien igd ke ruang rawat inap
48 observasi pasien gawat darurat di igd
49 pasien kontrol di igd
50 pedoman kerja petugas ambulance
51 tata cara menerima telepon
No. Nama SPO
52 penyelesaian masalah etik keperawatan
53 cito operasi / operasi segera
54 pindah kelas atau ruang perawatan
55 perawatan pasien menjelang ajal dan meninggal dunia
56 penanganan kasus pemerkosaan
57 penanganan pasien pasien gawat darurat dengan kasus kriminal
58 penanganan pasien meninggal di igd
59 pengelolaan visum et repertum
60 penggunaan ambulance untuk pasien igd
61 pengisian dokumen asuhan keperawatan igd
62 pengurusan pasien pulang di igd
63 orientasi dan bimbingan perawat baru di igd
64 ambulance igd
65 evakuasi alat kesehatan dalam musibah kebakaran
66 penanganan kerusuhan/huru-hara
67 transportasi pasien selama dalam ambulance ke rumah sakit rujukan
68 tata cara bila perawat IGD berhalangan hadir dinas
69 tata cara bila dokter jaga berhalangan hadir
70 tata cara telepon intern rumah sakit
71 tata cara telepon keluar rumah sakit
72 pelayanan gawat darurat selama 24 jam
73 permintaan pemeliharaan/perbaikan peralatan umum
74 permintaan pemeliharaan/perbaikan alat kesehatan
75 pendidikan dan latihan pegawai igd
76 pendidikan dan latihan keluar rumah sakit
77 pendamping pasien yang dirujuk
78 pencatatan pasien kecelakaan di igd
79 orientasi dan bimbingan dokter baru di igd
80 penanggulangan bencana massal
No. Nama SPO
81 penanganan korban keracunan massal
82 operasn shift jaga
83 pendelegasian tugas dan wewenang tenaga keperawatan
84 pelaksanaan petugas teknik di igd
85 sistem penyusunan laporan penanggung jawab shift
86 training tenaga baru bidang keperawatan
87 pendidikan dan pelatihan di bidang keperawatan
88 berobat di poli spesialis
89 prosedur pemasangan apar
90 prosedur pemeliharaan apar
91 prosedur pemeruksaan dan pengujian alarm kebakaran otomatik
92 prosedur penggunaan apar
prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan sistem hidran
93 dalam gedung
94 prosedur memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
95 prosedur menempatkan posisi tubuh saat mengoperasikan komputer
96 prosedur mengangkat/menggotong pasien
97 prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja
98 prosedur pencatatan dan pelaporan penyakit akibat kerja
99 prosedur pencegahan pasien jatuh
100 prosedur pengadaan barang, jasa, dan bahan berbahaya
101 berobat di poli umum/igd
102 dokter jaga/dokter umum
103 laporan kasus
104 mengirim pasien rawat jalan untuk pemeriksaan laboratorium
105 mengirim pasien rawat jalan untuk pemeriksaan radiologi
106 pembahasan kasus sulit
107 penanganan anafilaktik syok
108 pengadaan alat dan sarana medis
No. Nama SPO
109 penolakan tindakan medis
110 defibrilator ODAM DEFIGRAF 2000
111 defibrilator ODAM DEFIGRAF 4000
112 defibrilator PYSIOCONTROL
113 penjahitan luka (hecting)
114 oksigen tabung central
115 oksigen tabung
116 patient monitor
117 penggantian peralatan
118 pengajuan alat-alat medis yang dikalibrasi
119 timbangan badan bayi
120 timbangan badan dewasa
121 penyimpanan obat narkotika (pethidin/morphin injeksi)
122 penambahan dan atau penggantian obat/alkes di ruangan
123 permintaan perbekalan farmasi di logistik farmasi
pelayanan perbekalan farmasi di logistik farmasi untuk kebutuhan
124 ruangan dan pelayanan farmasi
125 pengadaan perbekalan farmasi untuk musibah massal di igd
126 prosedur pelaporan stock opname
127 prosedur penanggulangan kontaminasi bahan berbahaya dan beracun
128 pelaruratan sediaan chemical cair
129 penggunaan iv cath (surflo)
130 pemasangan bidai
131 pemasangan pipa nasofaring
132 pemasangan pipa s guedel (mayo tube)
133 penanganan pasien anak korban penyiksaan (child abuse)
134 penanganan pasien tidak dikenal
135 penggunaan ambubag (BVM)
136 electrocardiography sicard 460
No. Nama SPO
137 penggunaan glukometer
138 penggunaan infus set atau transfusi set
139 penggunaan verband
140 perawatan luka kotor
141 perawatan luka bersih
142 penanganan pasien gawat darurat massal di luar rumah sakit
143 penanggulangan kasus dengan korban massal
144 penanganan penderita dengan obstruksi jalan nafas partial
145 pemasangan LMA (laryngeal mask)
146 pemakaian alat laryngoscope
147 intubasi endotrakeal
148 suctioning
149 suction oral
150 pemasangan NGT
151 gastro cooling
152 pemperian terapi oksigen
153 penggunaan jakson rees
154 pemasangan ventilator
155 pemasangan wsd
156 khitan
157 pungsi cairan pleura
158 pemberian terapi dobutamine
159 pemberian terapi dopamine
160 pemberian terapi herbesser / perdipin / farmabes
161 pemberian terapi vascon
162 penggunaan obat narkotika (pethidine / morphin injeksi)
163 pemakaian dc shock
164 cardioversi (syncronise)
165 defibrilasi
No. Nama SPO
166 pasien monitor mindrat IMEC 10
167 pemakaian dan pemeliharaan monitor BM3
168 penanganan pasien meninggal di ruang resusitasi
169 koordinasi resusitasi dengan instalasi radiologi
170 koordinasi resusitasi dengan IPI/intermediate
171 persiapan operasi (pre operasi dan post operasi)
172 penyeterilan menggunakan formalin
173 koordinasi resusitasi dengan instalasi laboratorium
konsultasi dokter IGD dengan dokter konsulen lebih dari satu dokter
174 konsulen
175 etika batuk
176 balut dan bidai
177 armsling
178 perawatan pasien terminal
179 rencana pemulangan kritis
180 identifikasi pasien resiko jatuh
181 pelayanan pasien fast track
182 rencana pemulangan pasien (discharge planning)
183 penatalaksanaan resusitasi/RJPO non medis
184 resusitasi/RJPO (tenaga medis)
185 pencucian alat/instrument kesehatan secara manual
186 inspeksi alat/instrument
187 pemberian tanda atau tabel pada alat / instrument dan linen
188 pengoperasian sterilisator di IGD

Dari semua SPO tersebut, berikut satu SPO di RSI Jemursari yang dilakukan telaah,
yaitu SPO mengenai Defibrilasi di RSI Jemursari. SPO tersebut pertama kali diterbitkan
pada tanggal 1 September 2015.

Tabel 3.15 SPO Defibrilasi di RSI Jemursari


DEFIBRILASI
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
170/SPO.IGD/09/15 1 1/1

SPO Tanggal Diterbitkan Ditetapkan Direktur,


01-09-2015

Prof. Dr. dr. Rochmad Romdoni, Sp.PD.,


Sp.JP (K)
PENGERTIAN Pemberian tenaga listrik yang menyebabkan kejutan (shock) pada
klien VF menjadi suatu irama jantung yang menunjang hidup. Makin
cepat defibrilasi dilakukan maka kemungkinan konfersi menurun
sebanyak 15% karena itu, sangat penting segera mengenal terjadinya
VT atau VF
TUJUAN 1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Unit Resusitasi
2. Mengembalikan irama jantung yg menunjang kehidupan
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Jemursari Nomor
JS.A.SKR.312.09.15 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat
Darurat di Rumah Sakit Islam Jemursari.
PROSEDUR A. Persiapan :
1. Mesin DC Shock siap pakai
2. EKG monitor
3. Jelly elektroda
4. Alat dan obat resusitasi
5. Terapi O2
6. Peralatan suctin dengan kateter suction
B. Pelaksanaan :
1. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan DC
shock
2. Stand clear, penolong tidak boleh menyentuh klien
3. Hanya orang yang melakukan DC shock yang harus
mengerjakan charge dan discharge paddle
4. Charging dilakukan pada saat pedle sudah kontak dgn klien
5. Tidak boleh ada cairan disekitar klien
6. O2 harus dijauhkan
7. Barang-barang metal dan perhiasan harus ditanggalkan
8. Hati-hati kalai klien memakai pace maker
9. Untuk cardioversi harus minta surat persetujuan klien &
keluarga
C. Indikasi :
1. VT pada pasien tidak sadar / taka da denyut nadi (pulsales)
2. VF dan asystole / PEA dengan kemungkinan iramanya adalah
VF yang lembut.
3. Besarnya energi untuk defibrilasi dimulai dari 200 joule, bila
tidak berhasil naikkan menjadi 300 joule, kemudian 360 joule
UNIT TERKAIT Instalasi Perawatan Intensif
Unit Kendaraan dan Ambulans
Resusitasi
SPO di atas telah mengikuti format SPO sesuai dengan surat edaran Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Spesialistik YM. 00.02.2.2.837 tertanggal 1 Juni 2001 perihal
Bentuk Standar Prosedur Operasional (SPO) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 2002 dan
Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi yang diterbitkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Tahun 2012. Kotak heading, terdiri dari logo RS, judul SPO, Nomor Dokumen, Nomor revisi,
Halaman, Prosedur tetap, tanggal terbit, ditetapkan Direktur, dan Isi SPO yaitu berisi bagian
Pengertian, Tujuan, Kebijakan, Prosedur, dan Unit terkait.

Tata cara penulisan SPO menurut Guidance for Preparing Standard Operating
Prosedures (SOPs) oleh EPA pada tahun 2007, SPO harus ditulis secara singkat, langkah
demi langkah dan menggunakan format yang mudah dibaca. Informasi yang disajikan tidak
boleh membingungkan dan rumit, serta menggunakan kata kerja aktif. Penggunaan kata
kerja “kamu” tidak diperbolehkan dan tidak boleh berisi kalimat yang terlalu panjang lebar
dan berlebihan. Dokumen harus sederhana pendek. Informasi harus jelas dan eksplisit
untuk menghindari adanya keraguan. Bisa juga ditambahkan flow chart untuk
mengilustrasikan proses yang sedang digambarkan.

SPO yang terbit pertama kali seharusnya memiliki nomor revisi 0 (nol). Pada kolom
pengertian, adalah berisikan definisi tentang judul dari SPO. Pada SPO di atas, pengertian
SPO masih perlu diperjelas. Indikasi seharusnya juga masuk di dalam kolom pengertian.
Pada kolom Tujuan tertulis dua tujuan, salah satunya yaitu untuk meningkatkan mutu
pelayanan Unit Resusitasi. Seharusnya tujuan yang dimaksud adalah tujuan dari tindakan
tersebut, bukan manfaat. Prosedur yang tertulis juga perlu untuk dilakukan revisi. Prosedur
sebaiknya menggunakan kata aktif. Berikut adalah usulan dari Penulis untuk SPO
Defibrilasi di RSI Jemursari.

Tabel 3.16 Usulan SPO Defibrilasi di RSI Jemursari

DEFIBRILASI
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
170/SPO.IGD/09/15 2 1/1

SPO Tanggal Diterbitkan Ditetapkan Direktur,


15-10-2017

Prof. Dr. dr. Rochmad Romdoni, Sp.PD.,


Sp.JP (K)
PENGERTIAN Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan
aliran listrik yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien
melalui elektroda yang ditempatkan pada permukaan dada pasien.
Indikasi :
1. VT (Ventrikel Takikardia) tanpa denyut nadi (pulseless)
2. VF (Ventrikel Fibrilasi)

TUJUAN 1. Untuk mengembalikan koordinasi aktivitas listrik jantung dan


mekanisme pemompaan, ditunjukkan dengan membaiknya
cardiac output, perfusi jaringan dan oksigenasi
2. Makin cepat defibrilasi dilakukan maka kemungkinan konversi
ke irama sinus akan menurun sebanyak 15%, karena itu sangat
penting segera mengenal terjadinya VT atau VF
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Jemursari Nomor
JS.A.SKR.312.09.15 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat
Darurat di Rumah Sakit Islam Jemursari

PROSEDUR 5. Lakukan persiapan Peralatan:


a. Mesin DC Shock siap pakai / Defibrilator
b. EKG monitor
c. Jelly elektroda
d. Alat dan obat resusitasi
e. Terapi O2
f. Peralatan suctin dengan kateter suction
6. Tetap lakukan Resusitasi kardiopulmoner (RPJ)/ Resusitasi
Jantung Paru (RJP) selama melakukan persiapan defibrilasi
7. Prosedur defibrilasi
a. Saat akan melakukan defibrilasi, lepaskan barang-barang
metal dan perhiasan, jauhkan pasien dari Oksigen, dan tidak
boleh ada cairan disekitar pasien.
b. Nyalakan defibrilator
c. Tentukan energi yang diperlukan dengan cara memutar atau
menggeser tombol energi. Besarnya energi untuk defibrilasi
dimulai dari 200 joule, bila tidak berhasil naikkan menjadi
300 joule, kemudian 360 joule.
d. Beri jeli secukupnya pada paddle
e. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada
apeks jantung dan paddle sternum diletakkan pada garis
sternal kanan di bawah klavikula.
f. Isi (Charge) energi, tunggu sampai energi terisi penuh,
untuk mengetahui energi sudah penuh, banyak macamnya
tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi
tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula
yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada juga yang
memberi tanda dengan nyala lampu.
g. Jika energi sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras
dan jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada
kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang
mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:
" Atas bebas, samping bebas, bawah bebas, saya bebas”
h. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih
VF/VT tanda nadi, pastikan energi sesuai dengan yang
diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron,
jika semua benar, berikan energi tersebut dengan cara
menekan kedua tombol discharge pada kedua paddle.
Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien
(beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).
i. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama
berubah atau tetap sama seperti sebelum dilakukan
defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu
tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP
untuk selanjutnya lakukan survey kedua.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Perawatan Intensif
2. Unit Kendaraan dan Ambulans
3. Resusitasi
4. Kamar operasi
5. IRNA
6. IRJ

Pada tabel diatas, judul tidak berubah. Nomor revisi adalah nomor satu, dengan
tanggal terbit adalah tanggal ditetapkannya oleh direktur. Kolom pengertian telah
digantikan oleh pengertian yang sesuai dengan standar dari PERKI (Perhimpunan
Kardiologi Indonesia) dan termasuk indikasi di dalamnya. Pada kolom tujuan telah dirubah
menjadi tujuan dari pelaksanaan prosedur. Pada kolom prosedur dilakukan perubahan
kata yaitu menjadi kalimat aktif. Unit yang terkait juga mendapatkan perubahan yaitu pada
semua unit yang memang melakukan defibrilasi, dalam hal ini tambahannya yaitu Kamar
operasi, IRNA, dan IRJ.
3.2.8 Alur Pelayanan IGD RSI Jemursari Surabaya

PASIEN DATANG
KE IGD

TRIAGE
PENDAFTARAN (A/B/C/D)

STABIL UNSTABLE DOA

RESUSITASI
BEDAH NON BEDAH VK /OBSGYN

BERHASIL GAGAL

PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN


MENINGGAL
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
LABORATORIUM / RADIOLOGI

KAMAR JENAZAH
PERAWATAN LEBIH LANJUT

TIDAK YA
KEMATIAN WAJAR KEMATIAN TAK WAJAR /
KLL
KASIR

APOTIK

RAWAT INAP
PULANG
Gambar 3.4 Alur Pelayanan IGD RSI Jemursari Surabaya
Pada alur pelayanan IGD RSI Jemursari, pasien masuk pertama kali di IGD
kemudian ditriage. Triage yang berlaku di IGD RSI Jemursari menggunakan triage warna
yaitu:

1. Triage Biru / Prioritas pertama, untuk pasien dengan gangguan airway, breathing,
circulation yang mengancam jiwa
2. Triage Merah / Prioritas kedua, untuk pasien gawat darurat
3. Triage Kuning / Prioritas ketiga, untuk pasien gawat darurat ringan
4. Triage Hijau / Prioritas keempat, untuk pasien gawat darurat semu
5. Triage Hitam / Prioritas kelima, untuk pasien yang saat datang sudah meninggal
Pada diagram alur di atas, belum terlihat hasil yang sesuai dengan triagenya. Perlu
adanya alur yang menggambarkan dari hasil triage. Setelah prosedur triage, pasien
dilakukan pelayanan sesuai dengan triagenya masing-masing. Cara keluar pasien dari IGD
RSI Jemursari adalah pelayanan Operasi cito (OK), MRS, Pulang atas izin dokter, Pulang
atas permintaan sendiri, Dirujuk, dan meninggal. Hal itu belum tergambar di alur di atas
Alur diatas belum menunjukkan alur dimana pasien dirujuk, operasi cito, atau pasien
pulang atas permintaan sendiri. Selain itu, alur diatas juga belum menunjukkan pada
pelayanan triage hijau yang alur penanganannya berdasarkan jam datang pasien. Pada hari
dan jam kerja poli, pasien dengan triage hijau diarahkan ke IRJ.
Alur pelayanan pasien juga biasanya berbentuk flow chart. Flow chart adalah symbol
atau grafik yang menggambarkan suatu proses. Setiap langkah dalam proses tersebut
digambarkan dengan symbol yang berbeda dan berisi deskripsi singkat dari langkah
tersebut. Simbol di dalam flow chart terhubung dengan tanda panah yang menunjukkan
arah dari proses tersebut. Hebb pada tahun 2014 menyatakan bahwa simbol yang berbeda
dari flow chart mempunyai arti yang berbeda. Simbol yang paling umum digunakan, antara
lain:
1. Terminator : bentuk oval. Menunjukkan permulaan atau akhir dari suatu proses.
2. Proses : bentuk persegi panjang. Menunjukkan sebuah proses.
3. Keputusan : bentuk diamond. Menunjukkan cabang pada alur.
4. Penghubung : bentuk lingkaran bulat, kecil, dan berlabel. Menunjukkan sebuah tanda
untuk proses alur yang baru.
5. Data : sebuah parallelogram yang menunjukkan data input / output (I/O) sebuah
proses.
Oleh karena itu, berdasarkan observasi dan wawancara selama periode magang,
penulis mengusulkan alur pelayanan pasien IGD RSI Jemursari sebagai berikut.
Gambar 3.5 Usulan Alur Pelayanan IGD RSI Jemursari Surabaya
Pada alur di atas, awal dan akhir dari pelayanan digambarkan dengan denominator,
yaitu bentuk elips. Pada awal dari pelayanan, semua pasien IGD dilakukan triage,
kemudian dipilah sesuai dengan tingkat kegawatannya oleh dokter jaga. Prioritas
pelayanan pasien berdasarkan urutannya yaitu, pasien triage biru, triage merah, triage
kuning, triage hijau, dan triage hitam. Sembari dilakukan prosedur triage, keluarga /
pengantar pasien mendaftar ke bagian Pendaftaran IGD (Tempat Penerimaan Pasien IGD).

Pada pasien triage biru merupakan prioritas pertama. Pasien triage biru yaitu pasien
yang mengalami gangguan Airway, Breathing, dan atau Circulation yang dapat
mengancam jiwa / nyawa. Pada alur pelayanan pasien tersebut langsung dimasukkan pada
ruang resusitasi. Dalam hal resusitasi berhasil, pasien kemudian dikeluarkan dari ruang
resusitasi kemudian ditempatkan di area sesuai dengan kasusnya. Pada resusitasi yang
tidak berhasil. Pasien dinyatakan meninggal dan dipindahkan ke kamar jenazah.

Pada triage kuning dan merah dilakukan pemilahan berdasarkan tipe kasusnya. Pada
kasus obsgyn pasien dimasukkan ke dalam area PONEK, pada kasus medik dimasukkan
pada bed di area medis, dan pada kasus bedah dimasukkan ke bed di area bedah. Pasien
kemudian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga. Dalam hal
diperlukan tindakan cito, ditentukan untuk tindakan di OK atau di IGD. Pasien kemudian
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti radiologi atau lab apabila terdapat indikasi.
Setelah semuanya telah dilakukan, pasien dilakukan observasi. Apabila membaik dan
diperkenankan pulang oleh dokter, pasien dapat diberi resep untuk diambil di apotek.
Apabila pasien berkenan untuk pulang APS, maka pasien dapat juga diberikan resep untuk
dibawa pulang. Apabila pasien tidak membaik, kemudian ditentukan apakah pasien
memerlukan rujuk ke RS / fasilitas kesehatan lain. Apabila pasien tidak perlu rujuk dan
memerlukan MRS, keluarga / pengantar pasien diarahkan untuk ke Tempat Penerimaan
Pasien Rawat Inap (TPPRI). Apabila ada kamar, pasien kemudian MRS.

Pada pasien dengan triage hijau kemudian dipilah berdasarkan jam kedatangan,
apabila dia hadir pada jam kerja IRJ, pasien diarahkan untuk ke poli. Apabila diluar jam
kerja IRJ, pasien kemudian dilakukan pemeriksaan di IGD. Prioritas terakhir yaitu pasien
hitam. Pada pasien dengan triage ini adalah pasien yang telah meninggal sebelum datang di
IGD RSI Jemursari. Jenazah dibaringkan pada area triage hitam. Setelah itu pasien dibawa
ke kamar jenazah. Apabila terdapat indikasi kematian tidak wajar, pasien dilakukan
rujukan ke Ilmu Kedokteran Forensik RSUD Dr. Soetomo. Apabila tidak, jenazah dapat
dibawa pulang oleh keluarga pasien setelah dilakukan observasi selama dua jam.

3.2.9 Kinerja IGD RSI Jemursari Surabaya

Jumlah pasien IGD RSI Jemursari Surabaya semakin meningkat setiap tahunnya.
Berikut adalah jumlah kunjungan pasien di IGD RSI Jemursari Tahun 2014 – 2016.

Tabel 3.16 Jumlah kunjungan pasien di IGD RSI Jemursari Tahun 2014 - 2016
Tahun Jumlah pasien Rata-rata Jumlah pasien per hari Peningkatan
2014 26.324 72 -
2015 34.425 94 31%
2016 39.236 107 14%
Berdarkan tabel di atas, jumlah pasien dari 2014 sejumlah 26.324 orang meningkat
menjadi 39.236 orang pada tahun 2016. Peningkatan tertinggi yaitu pada tahun 2015 yaitu
meningkat 31% dibanding tahun 2014. Jumlah rata-rata pasien per hari pada tahun 2016
adalah 107 orang per hari. Hal ini harus dapat menjadi antisipasi manajemen dalam hal
pelayanan agar berjalan optimal. Dari tabel di atas, dilakukan penjabaran data berdasarkan
tipe kunjungan dari pasien yang dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 3.17 Jumlah pasien IGD RSI Jemursari Tahun 2016 berdasarkan kunjungan baru
atau lama (sumber data: SIM RS)
Bulan Kunjungan baru Kunjungan lama Total kunjungan % pasien baru
Januari 568 2.463 3.031 19%
Februari 546 2.520 3.066 18%
Maret 684 3.023 3.707 18%
April 665 3.069 3.734 18%
Mei 635 2.950 3.585 18%
Juni 505 2.589 3.094 16%
Juli 563 2.721 3.284 17%
Agustus 526 2.661 3.187 17%
September 522 2.512 3.034 17%
Oktober 542 2.504 3.046 18%
November 512 2.634 3.146 16%
Desember 580 2.742 3.322 17%
TOTAL 6.848 32.388 39.236 17%
Kunjungan IGD RSI Jemursari Tahun 2016
4000
3000
2000 3,023 3,069 2,950 2,742
2,463 2,520 2,589 2,721 2,661 2,512 2,504 2,634
1000
568 546 684 665 635 505 563 526 522 542 512 580
0

Kunjungan baru Kunjungan lama

Gambar 3.6 Jumlah pasien IGD tahun 2016 berdasarkan kunjungan baru atau lama
(sumber data: SIM RS)

Jumlah kunjungan dari pasien baru di IGD RSI Jemursari adalah antara 16-19%
kunjungan per bulannya. Jumlah pasien baru tertinggi yaitu pada bulan Maret adalah 684
orang (18% dari kunjungan). Selain itu dapat dilihat juga bahwa kunjungan tertinggi pada
tahun 2016 adalah saat bulan April yaitu 3.734 pasien, dan kunjungan terendah adalah
bulan Januari yaitu 3.301 pasien.

Semua pasien di IGD RSI Jemursari mendapatkan triage, sehingga dapat


digambarkan sebagai trend yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.18 Jumlah pasien berdasarkan triage (sumber data: SIM RS)
Bulan BIRU MERAH KUNING HIJAU HITAM Total
Jan-16 84 908 1926 818 8 3744
Feb-16 55 784 1518 659 4 3020
Mar-16 58 855 1933 854 7 3707
Apr-16 64 537 1755 664 11 3031
May-16 80 1152 1362 982 9 3585
Jun-16 68 1180 1246 593 6 3093
Jul-16 70 1015 1411 783 13 3292
Aug-16 83 739 1729 974 6 3531
Sep-16 84 934 1380 632 3 3033
Oct-16 93 1016 1368 565 4 3046
Nov-16 58 762 1069 430 10 2329
Dec-16 184 1284 1274 578 4 3324
Proporsi Triage Pasien di IGD RSI Jemursari Tahun 2016
100.0% 0.2% 0.1% 0.2% 0.4% 0.3% 0.2% 0.4% 0.2% 0.1% 0.1% 0.4% 0.1%

90.0% 19.2% 20.8% 18.5% 18.5% 17.4%


21.8% 21.8% 23.0% 21.9% 23.8%
27.4% 27.6%
80.0%

70.0%
38.3%
60.0% 40.3% 44.9%
45.5% 45.9%
50.3% 38.0% 42.9%
50.0% 51.4% 52.1% 57.9% 49.0%
40.0%

30.0%
38.6%
20.0% 38.2% 33.4%
32.1% 30.8% 30.8% 32.7%
24.3% 26.0% 23.1% 20.9%
10.0% 17.7%

2.2% 1.8% 1.6% 2.1% 2.2% 2.2% 2.1% 2.4% 2.8% 3.1% 2.5% 5.5%
0.0%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16

BIRU MERAH KUNING HIJAU HITAM

Gambar 3.7 Proporsi Triage Pasien di IGD RSI Jemursari Tahun 2016 (sumber data: SIM RS)

Berdasarkan data di atas, jumlah pasien dengan triage kuning mendominasi


kunjungan IGD RSI Jemursari yaitu rata-rata 46,4% (38,0 – 57,9%) dari total kunjungan.
Sementara triage hitam adalah yang paling sedikit dengan rata-rata yaitu 0,2% (0,1-0,4%)
dari total kunjungan. Pasien dengan triage biru terbanyak terdapat pada bulan Desember
yaitu 5,5 % dari kunjungan. Sementara pasien dengan triage merah terbanyak yaitu juga
pada bulan Desember (38,6% total kunjungan). Angka kunjungan triage hijau juga cukup
banyak yaitu tercatat rata-rata 21,8% (17,4 - 27,6%) dari total kunjungan.

Pada pelayanan di IGD RSI Jemursari, terdapat 7 cara pulang yang terekam, yaitu
Pulang atas izin dokter, dirujuk ke RS / fasilitas kesehatan lain, melarikan diri, meninggal,
MRS, Pulang atas permintaan sendiri (APS), dan cito operasi. Pasien yang pulang perlu
dibedakan yaitu pulang atas izin dokter dan atas permintaan sendiri (APS) sebagai
gambaran jumlah pasien yang tidak mematuhi anjuran dokter atau tidak puas dengan
pelayanan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.19 dan untuk proporsi dapat dilihat pada
gambar 3.5.
Tabel 3.19 Jumlah pasien IGD berdasarkan cara pulang (sumber data SIM RS)

Atas Pulang Atas


Cito
Bulan izin Dirujuk melarikan diri Meninggal MRS Permintaan Total
OK
dokter Sendiri (APS)
Jan-16 1563 65 0 8 560 21 35 2252
Feb-16 1163 77 1 4 594 21 35 1895
Mar-16 1592 145 1 4 650 48 32 2472
Apr-16 1567 200 0 7 633 43 40 2490
May-16 1493 209 0 7 975 41 45 2770
Jun-16 1772 102 0 7 959 48 78 2966
Jul-16 1957 80 0 7 956 37 60 3097
Aug-16 1739 94 0 6 929 55 48 2871
Sep-16 1349 76 0 3 982 36 34 2480
Oct-16 1190 65 0 5 996 48 45 2349
Nov-16 1188 70 0 6 995 39 31 2329
Dec-16 1210 73 0 3 982 30 28 2326

Proporsi Cara Pulang Pasien IGD RSI Jemursari Tahun 2016


100.0% 1.6% 1.8% 1.3% 1.6% 1.6% 2.6% 1.9% 1.7% 1.4% 1.9% 1.3% 1.2%
1.3%
0.9% 1.1% 1.9% 1.7% 1.5% 1.6% 1.2% 1.9% 1.5% 2.0% 1.7%
90.0%
24.9% 26.3% 25.4%
80.0% 31.3% 35.2% 32.3% 30.9% 32.4%
39.6% 42.7% 42.2%
42.4%
0.4%
0.00%
2.9% 0.2%
0.04% 0.3%
0.00%
70.0%
0.2%
0.05% 5.9% 8.0% 0.2%
0.00%
4.1% 0.2%
0.00% 2.6% 0.2%
0.00%
60.0% 0.3%
0.00% 3.4% 3.3%
7.5% 0.1%
0.00%
3.1%
0.2%
0.00% 0.3%
0.00% 0.1%
0.00%
3.1%
2.8% 3.0%
50.0%

40.0%
69.4%
30.0% 61.4% 64.4% 62.9% 63.2% 60.6%
59.7%
53.9% 54.4% 50.7% 51.0% 52.0%
20.0%

10.0%

0.0%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16

Atas izin dokter Dirujuk


melarikan diri Meninggal
MRS Pulang Atas Permintaan Sendiri (APS)
Cito OK

Gambar 3.5 Jumlah pasien IGD berdasarkan cara pulang (sumber data: SIM RS)
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah pasien dengan cara pulang atas
izin dokter merupakan mayoritas dengan rata-rata yaitu 58,6 % (50,7 – 69,4 %) dari total
kunjungan selama 2016. Pasien yang MRS (masuk rumah sakit / rawat inap) menempati
posisi terbanyak kedua dengan rata-rata 33,8% (24,9 – 42,7%) dari total kunjungan. Pasien
yang mendapatkan pelayanan cito operasi di kamar operasi rata-rata adalah 1,7% (1,2 – 2,6
%) dari total kunjungan. Jumlah pasien yang dirujuk adalah 4,1% (2,6 – 8,0 %) dari total
kunjungan. Terdapat pasien yang melarikan diri yaitu pada bulan februari dan bulan maret
masing-masing sebanyak satu orang. Pasien meninggal menempati proporsi paling sedikit
yaitu 0,2% (0,1 – 0,4%) dari total kunjungan.

Diagnosis dari dokter jaga di IGD RSI Jemursari direkam di rekam medis elektronik
dan kemudian dilakukan koding sesuai dengan ICD-10. Hasil dari koding tersebut
kemudian ditabulasikan menjadi data penyakit terbanyak di IGD RSI Jemursari. Berikut
sepuluh penyakit terbanyak di IGD RSI Jemursari sebagaimana pada tabel 3.20

Tabel 3.20 Jumlah pasien IGD tahun 2016 berdasar 10 penyakit terbanyak (sumber data:
SIM RS)

NO JENIS PENYAKIT Total

1 Fever, unspecified 3664


2 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin 2253
3 Nausea and vomiting 2192
4 Observation for other suspected diseases and conditions 1918
5 Dyspepsia 1405
6 Volume depletion 1031
7 Dengue fever [classical dengue] 959
8 Typhoid fever 900
9 Other and unspecified abdominal pain 853
10 Acute upper respiratory infection, unspecified 776
JUMLAH 15951

Penyakit terbanyak yang ada di IGD RSI jemursari berdasarkan kode ICD 10 adalah
Fever, unspecified. Kode tersebut merupakan kode R dimana merupakan grup diagnosis
dari keluhan, dimana berarti diagnosis pasti dari penyebab panas belum dapat ditegakkan
atau masih dalam fase observasi. Diagnosis terbanyak kedua dan ketiga yaitu diare dan
nausea vomiting. Dari 10 penyakit terbanyak di atas, dapat dilihat bahwa penyakit-penyakit
infeksi merupakan yang paling banyak. Hal ini cocok bahwa negara Indonesia adalah
negara tropis.

3.2.10 Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal IGD di RSI Jemursari mengacu pada Kepmenkes no.
129/Menkes/SK/II/2008 tentang SPM Rumah Sakit. Capaian SPM di IGD RSI Jemursari
telah memenuhi standar. Berikut di tabel 3.21 adalah capaian SPM IGD RSI Jemursari
pada tahun 2016 secara detail.
Tabel 3.21 SPM IGD RSI Jemursari berdasarkan Permenkes

1. Indikator: Kemampuan menangani lifesaving anak dan dewasa


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Jumlah pasien yang 3035 3022 3719 3031 3585 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
mendapat
pertolongan life
saving di Gawat
Darurat
Jumlah seluruh 3035 3022 3719 3031 3585 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
pasien yang
membutuhkan
penanganan life
saving di IGD
Hasil 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Standar 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2. Indikator: Jam buka pelayanan gawat darurat
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah kumulatif 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
jam buka gawat
darurat dalam 1
bulan
Jumlah hari dalam 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
1 bulan
Hasil 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam
Standar 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam
3. Indikator: Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang bersertifikat BLS/PPGD/GELS/ALS
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah tenaga yang 43 43 54 54 54 54 54 55 58 58 58 56
bersertifikat
BLS/PPGD/GELS/
ALS
Jumlah seluruh 44 44 55 55 55 55 55 55 58 58 58 56
tenaga IGD
Hasil 98% 98% 98,1% 98,1% 98,1% 98,1% 98% 100% 100% 100% 100% 100%
Standar 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
4. Indikator: Ketersediaan tim penanggulangan bencana
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah tim 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
penanggulangan
becana yang ada di
RS
Standar (minimal) 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim
5. Indikator: Waktu tanggap pelayanan dokter di Gawat Darurat
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah pasien yang 2926 2361 2853 2367 2480 2480 2509 2557 2401 2527 2346 2637
dilakukan
pelayanan dokter di
Gawat Darurat < 5
menit
Jumlah seluruh 3035 3022 3719 3031 3590 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
pasien IGD
Hasil 96% 78% 77% 78% 73% 75% 76% 80% 79% 83% 75% 79%
Standar < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5 < 5
menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit
6. Indikator: Kepuasan pelanggan pada Gawat Darurat
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah kumulatif 126 110 119 149 91 87 59 569 535 559 626 635
rerata penilaian
kepuasan pasien
Gawat Darurat yang
di survey
Jumlah pasien 142 134 146 184 114 107 78 721 707 728 763 725
Gawat Darurat yang
disurvey (minimal
n=50)

Hasil 88% 82% 81% 81% 79% 81% 76% 79% 76% 76% 82% 88%
Standar > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70%
7. Indikator: Kematian pasien < 24 jam di Gawat Darurat
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah pasien yang 2 1 1 5 3 3 5 2 3 3 3 3
meninggal ≤ 24 jam
sejak pasien datang
Jumlah seluruh 3035 3022 3719 3031 3590 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
pasien yang
ditangani di Gawat
Darurat
Hasil 0,06% 0,03% 0,02% 0,09% 0,09% 0,09% 0,10% 0,06% 0,09% 0,09% 0,09% 0,09%
Standar ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2%
8. Indikator: Tidak adanya keharusan membayar uang muka
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah pasien 3035 3022 3719 3031 3590 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
gawat darurat yang
tidak membayar
uang muka
Jumlah seluruh 3035 3022 3719 331 3590 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
pasien yang datang
di Gawat Darurat
Hasil 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Standar 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
3.3 Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSI Jemursari Surabaya

3.3.1 Gambaran Umum IRJ RSI Jemursari Surabaya

IRJ adalah salah satu instalasi di dalam rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat
konsultasi, penuelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang
masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk
penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. Poliklinik juga berfungsi
sebagai tempat untuk penemuan diagnosis dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama
dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit (Kemkes RI,
2010)

Sesuai yang tertera pada Pedoman Pelayanan IRJ RSI Jemursari memiliki Tujuan
Umum yaitu terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan
dengan mutu tinggi serta mengutamakan keselamatan pasien. Sedangkan Tujuan Khusus
adalah Pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan dapat berjalan dengan baik
berdasarkan SPO sehingga keselamatan pasien dapat dimaksimalkan, Meningkatkan
pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dengan pengutamaan pada upaya
preventif dan kuratif, dan Menciptakan instalasi rawat jalan dengan pelayanan yang
nyaman dan lingkungan yang aman. Menjadi instalasi rawat jalan dengan SDM yang
berbelas kasih, asertif, profesional, tim, dan sejahtera.

Ruang lingkup pelayanan di IRJ RSI Jemursari sebagaimana tertulis pada Pedoman
Pelayanan IRJ yaitu:

1. Ruang lingkup pelayanan klinik umum : Memberikan pelayanan dengan lingkup yang
terbatas yaitu pasien dengan diagnosa yang ringan dan di periksa oleh dokter umum.
2. Ruang lingkup pelayanan klinik spesialistik : Memberikan pelayanan kepada pasien
yang memerlukan penanganan lebih lanjut dengan dilayani oleh dokter spesialis.
3. Ruang lingkup pelayanan one day care : Memberikan pelayanan kepada pasien yang
memerlukan perawatan observasi selama sehari,setelah itu pasien bisa dilihat lagi
apakah sudah bisa diijinkan rawat jalan atau memerlukan rawat inap.
Pemerintah telah mengatur bahwa rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi
(zoning). Zoning rumah sakit disarankan memiliki pengelompokan sebagai berikut
(Depkes RI, 2008):

1. Zona Publik: area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan luar.
Contoh dari zona ini adalah IGD, IRJ, Administrasi, Apotek, Rekam Medis, dan Kamar
mayat
2. Zona Semi Publik: area yang menerima beban kerja dari zona public tetapi tidak
langsung berhubungan dengan lingkungan luar. Contoh dari zona ini adalah
laboratorium, radiologi, dan rehabilitasi medik.
3. Zona Privasi: area yang menyediakan perawatan dan pengelolaan pasien. Contoh dari
zona ini adalah kamar operasi, kamar bersalin, ICU, ruang perawatan.
4. Zona Penunjang: area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit.
Contoh dari zona ini adalah ruanh cuci dapur, bengkel, dan CSSD.

IRJ merupakan salah satu zona public yang ada di rumah sakit. Zona public
merupakan suatu area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan
luar, sehingga letak dari IRJ haruslah strategis dan mudah dijangkau oleh pengunjung.
Letak IRJ di RSI Jemursari Surabaya sudah cukup strategis yaitu terletak pada area depan
dan sebelah samping kiri rumah sakit. Akses dari luar juga mudah dan sudah terdapat drop
zone di pintu utama yang berhubungan langsung dengan tempat pendaftaran poli.

Denah dari IRJ RSI Jemursari dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut.
Gambar 3.6 Denah IRJ RSI Jemursari Surabaya

IRJ RSI Jemursari terletak pada area sisi timur dan utara rumah sakit. Pelayanan di
IRJ dilakukan pada dua lantai yang terbagi menjadi 19 ruangan dokter. Kedua lantai
terhubung dengan lift maupun tangga. Masing-masing ruangan memiliki fasilitas berupa
bed pasien, almari, wastafel, meja dokter. Pada ruangan untuk Spesialis Anak terdapat juga
meja vaksin. Di IRJ juga terdapat ruang laktasi yang terletak dekat poli spesialis anak di
lantai 2.

Telaah mengenai Sarana dan Prasarana di IRJ RSI Jemursari Surabaya berdasarkan
Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B dapat dilihat pada tabel 3.22.

Tabel 3.22 Sarana dan Prasarana IRJ RSI Jemursari berdasarkan Pedoman Teknis Sarana
dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B

Pedoman Teknis Sarana


NO. IRJ RSI Jemursari Simpulan
Prasarana RS Kelas B
Letak Poliklinik berdekatan Letak poli sudah berdekatan dengan Sesuai
dengan jalan utama, mudah jalan utama. Di bagian depan terdapat
dicapai dari bagian tempat untuk drop off yang
administrasi, terutama oleh memudahkan lalu lintas pengunjung.
1
bagian rekam medis, Bagian administrasi terletak di depan.
berhubungan dekat dengan Apotek, radiologi, maupun
apotek, bagian radiologi dan laboratorium terletak dengan dengan
laboratorium. IRJ
Pedoman Teknis Sarana
NO. IRJ RSI Jemursari Simpulan
Prasarana RS Kelas B
Ruang tunggu di poliklinik, Ruang tunggu di IRJ RSI Jemursari Sesuai
harus cukup luas. Ada cukup luas. Kursi untuk duduk pasien
pemisahan ruang tunggu juga tersedia dengan cukup. Sudah
2
pasien untuk penyakit infeksi ada pemisahan ruang tunggu pasien
dan non infeksi. untuk penyakit infeksi maupun non
infeksi
Sistem sirkulasi pasien Sirkulasi masuk dan keluar pasien Sesuai
dilakukan dengan satu pintu sudah pada pintu yang sama.
3
(sirkulasi masuk dan keluar
pasien pada pintu yang sama).
Klinik-klinik yang ramai Telah dilakukan penyesuaian Sesuai
sebaiknya tidak saling berdasarkan jumlah pasien yang
4 berdekatan. ditangani baik dari segi spesialisasinya
maupun dari segi jam pelayanan
Klinik anak tidak diletakkan Poli spesialis anak terletak di lantai 2 Sesuai
berdekatan dengan Klinik Paru, dan telah dekat dengan poli spesialis
5
sebaiknya Klinik Anak dekat kebidanan
dengan Kllinik Kebidanan.
Sirkulasi petugas dan sirkulasi Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien Belum sesuai
6 pasien dipisahkan. tidak dipisahkan
Pada tiap ruangan harus ada Di tiap poli telah terdapat wastafel (air Sesuai
7 wastafel (air mengalir). mengalir) dan petunjuk langkah cuci
tangan
Letak klinik jauh dari ruang Letak ruang incenerator, IPAL dan Sesuai
incenerator, IPAL dan bengkel bengkel ME adalah di area belakang
8
ME. RS, sementara IRJ terletak di area
depan.
Memperhatikan aspek gender dalam poin ini, di IRJ Jemursari telah Sesuai
dalam persyaratan fasilitas IRJ. disediakan pojok laktasi untuk
pengunjung wanita yang sedang
9
menyusui. Pada fasilitas toilet juga
telah dipisahkan antara toilet wanita
dan toilet pria

3.3.2 Struktur Organisasi IRJ RSI Jemursari Surabaya

Pada struktur organisasi di pedoman pengorganisasian IRJ RSI jemursari, Kepala IRJ
terletak di bawah koordinasi oleh Manajer Pelayanan Medis. IRJ dipimpin oleh seorang
kepala IRJ yang dibantu oleh koordinator IRJ. Dibawah koordinator terdapat Penanggung
Jawab Shift Pagi dan Penanggung Jawab Shift sore. Para penanggung jawab membawahi
perawat pelaksana dan pekarya kesehatan. Selain itu juga terdapat clinical educator (CE)
yang bertugas dalam membimbing pegawai baru dan membimbing mahasiswa. Struktur
dapat dilihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Struktur Organisasi IRJ RSI Jemursari Surabaya

Pada struktur organisasi di atas, strategic apex dilakukan oleh kepala IRJ,
koordinator diposisikan sebagai middle, sedangkan perawat pelaksana, clinical educator
(CE) pekarya kesehatan sebagai operating core. Struktur organisasi tersebut belum dapat
menggambarkan fungsi instalasi selain pelayanan. Juga peran dokter sebagai pelaksana
(operating core) di IRJA belum tampak. Tempat penerimaan pasien IRJ pendaftaran dan
kasir / bagian verifikasi yang berfungsi sebagai supporting unit juga seyogyanya tergambar
didalam struktur. Berikut adalah usulan Struktur organisasi IRJA menurut penulis.
Gambar 3.8 Usulan Struktur Organisasi IRJ RSI Jemursari Surabaya

Pada struktur ini, Kepala IRJ berada langsung dibawah Wadir Pelayanan Medis. Hal
ini dikarenakan struktur IRJ memerlukan koordinasi lebih selain manajer yanmed, juga
terdapat manajer keperawatan dan manajer penunjang medis. Kasir dan verifikasi pasien
serta Tempat pendaftaran pasien IRJ terletak pada supporting unit. Kepala IRJ membawahi
empat koordinator yaitu koordinator Pendidikan, Penelitian, dan SDM, Koordinator
Pelayanan dan Mutu, Koordinator Peralatan, dan Obat, dan Koordinator Alat dan Rumah
Tangga. Sedangkan pada operating core yaitu dokter IRJ dan perawat IRJ.

3.3.3 Job Description IRJ RSI Jemursari Surabaya

Beberapa jabatan di IRJ RSI Jemursari Surabaya adalah:

a. Kepala Instalasi Rawat Jalan


b. Koordinator Instalasi Rawat Jalan
c. Penanggung Jawab Shift Instalasi Rawat Jalan
d. Penanggung Jawab Mutu Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
e. Penanggung Jawab SDM Instalasi Rawat Jalan
f. Penanggung Jawab Obat dan Alat Kesehatan Medis Instalasi Rawat Jalan
g. Penanggung Jawab Inventaris Alat dan Rumah Tangga
h. Perawat Pelaksana Instalasi Rawat Jalan
i. Asisten Perawat Instalasi Rawat Jalan
Berikut ini adalah contoh Job Description dari Koordinator Instalasi Rawat Jalan

Tabel 3.22 Job Description Koordinator Instalasi Rawat Jalan RSI Jemursari

Nama jabatan Kepala Instalasi Rawat Jalan


1. Dokter Spesialis
Syarat jabatan
2. Dokter full timer
Bawahan Langsung Koordinator Instalasi Rawat Jalan
1. Terselenggaranya Pelayanan IRJ
2. Menjaga kelancaran pelayanan IRJ
3. Menjaga mutu dan profesionalisme pelayanan IRJ
Tanggung jawab 4. Menjaga kualitas dan tersedianya sarana pelayanan yang
diperlukan di IRJ
5. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia IRJ
6. Koordinasi dan kerjasama yang baik dengan seluruh staf
1. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan IRJ
2. Mengadakan pertemuan intern IRJ
3. Menyusun program kerja, laporan program kerja dan
Wewenang
mengevaluasi kegiatan IRJ setiap tahun
4. Mengadakan koordinasi vertikal, horizontal dan diagonal
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan IRJ
1. Membuat perencanaan kebutuhan pelayanan IRJ,
meliputi:
a. Pelaksanaan kegiatan
b. Kebutuhan sumber daya manusia
c. Program kerja serta anggaran pendapatan dan belanja
tahunan
Uraian tugas
d. Pengorganisasian pelaksanaan tugas
jabatan
e. Petunjuk teknis pelayanan IRJ
f. Petunjuk teknis petugas IRJ
2. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain diluar IRJ
3. Membina kemampuan seluruh perawat IRJ
4. Menerima, mendata, dan melaporkan kepada atasan
langsung tentang adanya masalah ataupun kasus-kasus IRJ
Nurrahman (2008) menyatakan bahwa Informasi yang harus dicantumkan dalam
suatu uraian jabatan adalah: identitas jabatan, struktur organisasi, referensi dokumen, data
yang berkaitan dengan penugasan, data yang menyebutkan persyaratan jabatan, kompetensi
yang dibutuhkan, hasil akhir yang diinginkan dari jabatan ini, keriteria kerja yang baku,
dan tanda tangan pengesahan. Berikut adalah telaah terkait dengan Job Description dari
Kepala Instalasi Rawat Jalan, yaitu:

1. Identitas jabatan : Tercantum dengan baik


2. Struktur organisasi : Tercantum secara vertikal ke bawah. Perlu ada penambahan
untuk vertical ke atas.
3. Referensi dokumen : belum ada referensi dokumen sebagai dasar dari
penguraian jabatan. Usulan penulis, referansi yaitu Permenkes No.1045 tahun
2006 tentang Pedoman Penyelenggataan Organisasi RS di lingkungan Depkes,
pasal 20 tentang Instalasi di rumah Sakit, dan juga Pedoman Pengorganisasian
IRJ tahun 2016 yang diresmikan melalui Keputusan Direktur Nomor
JS.A.SKR.142.02.16 .
4. Data yang berkaitan dengan penugasan : sudah tercantum dengan baik
5. Data yang menyebutkan persyaratan jabatan : sudah tercantum pada baris syarat
jabatan. Penulis mengusulkan agar dilakukan perubahan yaitu, syarat pendidikan
dan pengalaman minimal.
6. Kompetensi yang dibutuhkan : belum ada uraian kompetensi yang dibutuhkan.
7. Hasil akhir yang diinginkan dari jabatan ini : belum terdapat hasil akhir yang
diinginkan dari jabatan.
8. Kriteria kinerja yang baku : belum ada uraian tentang kriteria kinerja yang
standar yang harus dicapai oleh pemegang jabatan.
9. Tanda tangan pengesahan : sudah ada tanda tangan pengesahan dari Direktur
melalui Keputusan Direktur tentang Pedoman Pengorganisasian IRJ di RSI
Jemursari.

Berdasarkan telaah tersebut di atas, penulis membuat usulan tentang Job Description
Koordinator Instalasi Rawat Jalan:

Tabel 3.23 Usulan Job Description Koordinator Instalasi Rawat Jalan RSI Jemursari

Nama jabatan Kepala Instalasi Rawat Jalan


Prasyarat jabatan
1. Pendidikan S1 Profesi Kedokteran / Kedokteran Gigi
minimal
2. Pengalaman Dokter Tetap dengan masa Kerja di RSI Jemursari telah
minimal mencapai 4 tahun
3. Kompetensi yang Mengerti manajemen IRJ dan Rumah Sakit
dibutuhkan
Atasan langsung Manajer Pelayanan Medis
Bawahan Langsung Koordinator Instalasi Rawat Jalan
1. Terselenggaranya Pelayanan IRJ
2. Menjaga kelancaran pelayanan IRJ
Tanggung jawab
3. Menjaga mutu dan profesionalisme pelayanan IRJ
4. Menjaga kualitas dan tersedianya sarana pelayanan yang
diperlukan di IRJ
5. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia IRJ
6. Koordinasi dan kerjasama yang baik dengan seluruh staf
1. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan IRJ
2. Mengadakan pertemuan intern IRJ
3. Menyusun program kerja, laporan program kerja dan
Wewenang
mengevaluasi kegiatan IRJ setiap tahun
4. Mengadakan koordinasi vertikal, horizontal dan diagonal
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan IRJ
1. Membuat perencanaan kebutuhan pelayanan IRJ,
meliputi:
a. Pelaksanaan kegiatan
b. Kebutuhan sumber daya manusia
c. Program kerja serta anggaran pendapatan dan belanja
tahunan
Uraian tugas
d. Pengorganisasian pelaksanaan tugas
jabatan
e. Petunjuk teknis pelayanan IRJ
f. Petunjuk teknis petugas IRJ
2. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain diluar IRJ
3. Membina kemampuan seluruh perawat IRJ
4. Menerima, mendata, dan melaporkan kepada atasan
langsung tentang adanya masalah ataupun kasus-kasus IRJ
Hasil akhir yang Terlaksananya tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
diinginkan ada. Kepuasan pelanggan lebih dari sama dengan 90%.
1. Permenkes No.1045 tahun 2006
Referensi Dokumen 2. Keputusan Direktur Nomor JS.A.SKR.142.02.16 tentang
Pedoman Pengorganisasian IRJ di RSI Jemursari

3.3.4 Sumber Daya Manusia (SDM) IRJ RSI Jemursari Surabaya

Data mengenai SDM IRJ RSI Jemursari Surabaya dapat dilihat pada tabel 3.24 dan
gambar 3.9.

Tabel 3.24 Data SDM IRJ RSI Jemursari Surabaya berdasarkan tingkat Pendidikan

NO Pendidikan Jumlah Persen


1 SMA 2 1,6%

2 D1/D3/D4 26 20,2%

3 S1 Profesi Tenaga Kesehatan 5 3,9%

4 S1 Profesi Dokter / Dokter Gigi 4 3,1%

5 Spesialis 80 62,0%

6 Sub Spesialis 12 9,3%

Total 129 100%


SDM IRJ RSI Jemursari

2%

9%
SMA
20%
D1/D3/D4

S1 Profesi Tenaga
4% Kesehatan
S1 Profesi Dokter / Dokter
3%
Gigi
Spesialis

62%

Gambar 3.9 Diagram SDM IRJ RSI Jemursari

Mayoritas pelayanan di IRJ RSI Jemursari adalah spesialistik. Hal ini ditunjang oleh
banyaknya SDM dokter spesialis maupun sub spesialis. Dari data diatas terlihat bahwa
SDM terbanyak di IRJ RSI Jemursari adalah dokter spesialis yaitu 80 orang (62%).
Selanjutnya adalah pegawai lulusan diploma (D1/D3/D4) yaitu sebesar 26 orang (20,2%).
Dokter subspesialis menjadi terbanyak ketiga yaitu 12 orang (9,3%).

3.3.5 Jenis Pelayanan IRJ RSI Jemursari Surabaya / fasilitas

Jenis pelayanan yang ada di IRJ RSI Jemursari meliputi


1. Poli umum
Jadwal pelayanan poli umum adalah Senin sampai dengan Sabtu jam 08.00-19.00.
Pada jam 08.00-13.00 dilayani oleh seorang dokter umum poli, sedangkan pada jam 14.00-
19.00 dilayani oleh dokter jaga.
2. Poli KIA
Jadwal pelayanan poli KIA adalah Senin sampai dengan Jumat jam 08.00-13.00 dan
hari Sabtu jam 08.00-12.00. Poli ini dilayani oleh seorang dokter umum.
3. Poli Gigi
Jadwal pelayanan poli Gigi adalah Senin sampai dengan Jumat jam 08.00-12.00 dan
hari Sabtu jam 08.00-11.30. Poli ini dilayani oleh dua orang dokter gigi.
4. Poli Spesialis
Jadwal pelayanan poli Spesialis adalah pagi hingga sore. Pendaftaran poli spesialis
dibuka sejak pagi hari. Jam pelayanan poli ini sesuai dengan jam praktek dokter spesialis
bersangkutan. Pelayanan di poli spesialis meliputi:
a. Spesialis kesehatan jiwa
b. Spesialis anak
c. Spesialis jantung
d. Spesialis obsgyn
e. Spesialis internis (penyakit dalam)
f. Spesialis Endokrinologi, Metabolik, DM
g. Spesialis saraf
h. Spesialis kulit dan kelamin
i. Spesialis mata
j. Spesialis gigi, terdiri dari spesialis konservasi gigi, spesialis ortodonti, spesialis
bedah mulut, spesialis prostodonsia, dan spesialis kedokteran gigi anak
k. Spesialis bedah
l. Spesialis bedah saraf
m. Spesialis bedah plastic
n. Spesialis bedah TKV (thorax kardio vaskuler)
o. Spesialis bedah kepala leher
p. Spesialis bedah anak
q. Spesialis urologi
r. Spesialis paru
s. Spesialis THT
t. Spesialis orthopedi
5. Instalasi rehabilitasi medis

Pelayanan di instalasi rehabilitasi medis dilakukan oleh fisioterapis dan 3 orang


dokter spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jam pelayanan konsultasi dokter adalah
hari senin sampai dengan sabtu jam 09.00-12.00; 15.00-16.00; dan 19.00-21.00 sedangkan
jam pelayanan untuk fisioterapi adalah senin sampai dengan jumat jam 07.00-21.00 dan
sabtu jam 08.00-16.30. selain itu, instalasi ini juga melayani pijat bayi (booking per telp),
terapi wicara, senam hamil, dan senam osteoporosis.

3.3.6 Standar Prosedur Operasional IRJ RSI Jemursari Surabaya

SPO di IRJ RSI Jemursari Surabaya adalah sebagai berikut

Tabel 3.25 SPO IRJ RSI Jemursari Surabaya


No. Nama SPO
1 Membersihkan Tangan Dengan Air Dan Sabun
2 Membersihkan Tangan Dengan Alkohol-Base Handrub
3 Surveilans
4 Etika Batuk
5 Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Karyawan
6 Penanganan Pasca Pajanan (Ppp)
7 Penanganan Pasien Infeksius
8 Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
9 Pencegahan Infeksi Luka Operasi (ILO)
10 Pencegahan Infeksi Saluran Kencing (Isk)
11 Penempatan Pasien Penyakit Menular Di Ruang Isolasi
12 Transportasi Pasien TB
13 Triage Pasien Batuk
14 Pemberian Terapi Cairan Melalui Intravena Secara Aman
15 Praktik Menyuntik Aman
16 Pembersihan Tumpahan Darah / Caitan Tubuh Dengan Spill Kit
17 Pencegahan Dekubitus
18 Alur Pelayanan Pasien TB Rawat Jalan
19 Pemantauan Pengobatan Pasien TB
20 Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Pasien TB
21 Penetapan Klasifikasi Dan Tipe Pasien TB
No. Nama SPO
22 Penjaringan Pasien Suspek Tuberkulosis (TB)
23 Tata Hubungan Kerja Eksternal Tim TB DOTS (Jejaring Eksternal)
24 Tata Hubungan Kerja Internal Tim TB DOTS (Jejaring Internal)
25 Mekanisme Rujukan Dan Pindah
26 Pelacakan Pasien Mangkir
27 Pengobatan Pasien TB
28 Penegakan Diagnosis Tuberkulosis (TB)
29 Pelayanan Resep Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
30 Penerumaan Dan Penyimpanan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
31 Perencanaan Dan Permintaan Obat Anti Tuberkulosis
32 Penyimpanan Obat Hugh Alert Di Ruang Perawatan
33 Pemberian Obat Look A Like Sound A Like (LASA) Dan High Alert
34 Penanganan Obat Look A Like Sound A Like (LASA) Dan High Alert
35 Komunikasi Via Telepon
36 Pemasangan Gelang Identitas Pada Pasien
37 Pelepasan Gelang Identitas Pada Pasien
38 Kebersihan Tangan
39 Pemasangan Identifikasi Alert Risiko Jatuh
40 Penandaan Lokasi Operasi
41 Identifikasi Pasien Risiko Jatuh
42 Pelayanan Pasien Umum Instalasi Rawat Jalan
43 Pelayanan Pasien Pengguna BPJS Di Instalasi Rawat Jalan
44 Pelayanan Pasien Pengguna Instalasi, Asuransi, Di Instalasi Rawat Jalan
45 Pelayanan Poli Pegawai Di Unit Rawat Jalan
46 Pelayanan Pasien Poli Yang Memerlukan Konsultasi Ke Bagian Lain (Pasien Umum)
47 Permintaan Vaksin Ke Farmasi
48 Pembayaran Vaksin Ke Farmasi
49 Pelayanan Pasien Yang Memerlukan Surat Keterangan Sehat
50 Pelayanan Pasien Yang Memerlukan Surat Keterangan Sakit
No. Nama SPO
51 Pemberian Informasi Jam/Hari Pelayanan Di Rawat Jalan
52 Angkat Jahitan
53 Permintaan Bahan Habis Pakai
54 Irigasi
55 Open Bur
56 Grinding Oclusal/Interdental
57 Tindakan Sementara
58 Perawatan Saluran Akar Dan Tumpahan Sementara
59 Tumpahan Tetap Composit
60 Ekstraksi Gigi Sulung
61 Ekstraksi Gigi Permanen
62 Scalling
63 Reposisi Gigi
64 Ekstraksi Sulit/Komplikasi
65 Ekstraksi Sulit Gigi 8 RA
66 Odontectomy
67 Elveolectomy
68 Protesa
69 Inlay/Onlay
70 Ortodonti
71 Melepas Infus
72 Memasang Kateter Sementara
73 Melepas Kateter
74 Pemeriksaan Gila Darah Acak Di Bagian Perawatan
75 Pemeriksaan ECG
76 Rumpelede Test
77 Menghitung Pernafasan
78 Pemasangan GIPS
79 Pelepasan GIPS
No. Nama SPO
80 Jahit Luka (Hecting)
81 Pemeriksaan Endoskopi (Rawat Jalan)
82 Pemeriksaan Endoskopi (Rawat Inap)
83 Echocardiografi
84 Pemeriksaan Treadmill
85 Pungsi Pleura
86 Irigasi Mata
87 Memberikan Obat Mata
88 Irigasi Sinus Maxilaris
89 Irigasi Telinga
90 Pelayanan Kontrasepsi Hormonal Suntik
91 Pencabutan Implan (Susuk KB)
92 Seleksi Ibu Hamil Risiko Tinggi
93 Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
94 Pelayanan Kontrasepsi Hormonal Pill
95 Pemasangan IUD / AKDR
96 Pemeriksaan Kehamilan Di BKIA / Spesialis Obgyn
97 Kontrol Pasien Post Partum Di Rawat Jalan
98 Follow Up UID
99 Melepas IUD
100 Pemeriksaan Dalam (Vagina Toucher)
101 Perawatan Payudara
102 Pemeriksaan Pap Smear
103 Pemberian Obat Suppositoria
104 Pemeriksaan Anak Sakit
105 Pemeriksaan Antropometri
106 Mantoux Test
107 Imunisasi Polio
108 Imunisasi Combo Vaksin Kombinasi DPT Dan Hepatitis B
No. Nama SPO
109 Imunisasi Hepatitis B
110 Imunisasi Anjuran
111 Imunisasi TT
112 Tindik
113 Pengaturan Dokter Rawat Jalan Yang Tidak Bisa Praktik
114 Pengaturan Dokter Rawat Inap Yang Tidak Bisa Merawat
115 Pemeriksaan Visus
116 Persiapan Pasien Operasi Katarak
117 Pemeriksaan Tonometri
118 Pemeriksaan Slit Lamp
119 Pemeriksaan Biometri
120 Pemeriksaan Opthalmoskop
121 Pemeriksaan Autorefraktometer
122 Pemeriksaan Keratometer
123 Pengkajian Awal Keperawatan Instalasi Rawat Jalan
124 Pemanggilan Nomer Antrian Pelayanan Dokter Rawat Jalan
125 Pemanggilan Nomer Antrian Pelayanan Jika Pasien Terlambat Datang
126 Pelayanan Pasien Rawat Jalan Di Poli Penyakit Dalam Dan Saraf
127 Honor Dokter Free
128 Cara Pengoperasian Scaller Art Piezzo Ultrasonic
129 Cara Pengoperasian Light Cure Litex
130 Cara Pengoperasian Lemari UV
131 Cara Pengoperasian Intra Oral Camera Pada Dental Unit Baru
132 Pemakaian Pelindung Gonad
133 Pemakaian Sarung Tangan Pulbum
134 Pemakaian Apron
135 Pemakaian Pelindung Thyroid
136 Pelaporan Hasil Tes Diagnosis Yang Kritis
137 Mekanisme Pengambilan Sampel Dan Pelaporan Hasil Laboratorium
No. Nama SPO
138 Tindakan Resusitasi Jantung Paru
139 Pelayanan Bedah
140 Penundaan Pelayanan Perawat
141 Pelayanan Pasien Fast Track
142 Pemasangan Gelang Identitas Pada Pasien
143 Penerimaan Pasien Baru Rawat Inap
144 Rencana Pemulangan Kritis
145 Resume Medis Pasien Rawat Inap (Resume Pulang)
146 Pulang Atas Permintaan Sendiri Di Ruang Rawat Inap
147 Pasien Pulang Sementara
148 Dokter Penanggung Jawab Pasien
149 Manajer Pelayanan Pasien
150 Indikasi Masuk Instalasi Pelayanan Intensif (IPI)
151 Prosedur Keluar Instalasi Pelayanan Intensif (IPI)
152 Manajemen Penanganan Hambatan
153 Penyampaian Informasi Medis
154 Penundaan Pelayanan Rawat Inap
155 Penundaan Pelayanan Farmasi
156 Penundaan Pelayanan Laboratorium
157 Penundaan Pelayanan Radiologi
158 Penundaan Pelayanan Dokter
159 Rujukan
160 Transfer Internal
161 Pendaftaran Pasien Poliklinik
162 Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI)
163 Asesmen Nyeri
164 Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medis Di TPPRI
165 Pelaksanaan Penolakan Tindakan Medis Di TPPRI
166 Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medis
No. Nama SPO
167 Pelaksanaan Penolakan Tindakan Medis
168 Tempat Tidur Penuh
169 Edukasi Manajemen Nyeri
170 Pemberi Asuhan Pasien
171 Pencatatan Rencana Asuhan Pasien
172 Code Blue
173 Do Not Resuscitate (DNR)
174 Pelayanan Pasien Risiko Tinggi
175 Komunikasi HT Code Blue
176 Obat Dan Alat Code Blue
177 Penatalaksanaan Code Blue
178 Penatalaksanaan Resusitasi / RJPO Non Medis
179 Resusitasi / RJPO (Tenaga Medis)
180 Manajemen Pengekangan
181 Petunjuk Pengisian Formulir Observasi Pasien Restraint Non Farmakologi
182 Petunjuk Pengisian Formulir Observasi Pasien Restraint Farmakologi
183 Petunjuk Pengisian Formulir Pengkajian Restraint

Dari list SPO di atas, berikut adalah satu SPO yang diusulkan untuk dilakukan
perbaikan, yaitu SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Karyawan.
Tabel 3.26 SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Karyawan

SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Karyawan


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
007/SPO.K-PPI/09/15 1 1/1

SPO Tanggal Diterbitkan Ditetapkan Direktur,


01-09-2015
Prof. Dr. dr. Rochmad Romdoni, Sp.PD,
Sp.JP (K)
PENGERTIAN Pemeriksaan Berkala. Pemeriksaan kesehatan pada karyawan oleh
dokter tetap Rumah Sakit Islam Jemursari pada waktu-waktu tertentu
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
TUJUAN 1. Mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada
dalam pekerjaannya.
2. Menilai adanya kemungkinan pengaruh dari pekerja seawal
mungkin sebagai upaya pencegahan.
3. Deteksi dini gangguan kesehatan baik oleh factor diluar maupun
dari pekerjaan dan lingkungan kerja.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Jemursari Nomor :
JS.A.SKR.251.09.15 tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Islam Jemursari.
PROSEDUR Poli Karyawan :
1. Mempersiapkan tenaga pemeriksa kesehatan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan
2. Memastikan terlaksananya pemeriksaan sesuai dengan paket
pemeriksaan sebagaimana yang tercantum dalam Buku aturan
kepegawaian
3. Jenis pemeriksaan meliputi :
a. Riwayat penyakit atau gangguan kesehatan (anamnesa)
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pemeriksaan radiologi
4. Mengatasi kendala yang mungkin timbul selama kegiatan
pemeriksaan berkala ini
5. Membuat laporan hasil pemeriksaan kesehatan maksimal 14 (empat
belas) hari setelah diadakannya pemeriksaan kesehatan berkala.
UNIT TERKAIT 1. Unit K3
2. Instalasi Laboratorium
3. Instalasi Radiologi
4. Unit Rekam Medis
5. Instalasi Farmasi
6. Bidang Keperawatan

SPO di atas telah mengikuti format SPO sesuai dengan surat edaran Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Spesialistik YM. 00.02.2.2.837 tertanggal 1 Juni 2001 perihal
Bentuk Standar Prosedur Operasional (SPO) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Januari
2002 dan Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi yang diterbitkan oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012. Kotak heading, terdiri dari logo RS, judul SPO,
Nomor Dokumen, Nomor revisi, Halaman, Prosedur tetap, tanggal terbit, ditetapkan
Direktur, dan Isi SPO yaitu berisi bagian Pengertian, Tujuan, Kebijakan, Prosedur, dan
Unit terkait.

Tata cara penulisan SPO menurut Guidance for Preparing Standard Operating
Prosedures (SOPs) oleh EPA pada tahun 2007, SPO harus ditulis secara singkat, langkah
demi langkah dan menggunakan format yang mudah dibaca. Informasi yang disajikan tidak
boleh membingungkan dan rumit, serta menggunakan kata kerja aktif. Penggunaan kata
kerja “kamu” tidak diperbolehkan dan tidak boleh berisi kalimat yang terlalu panjang lebar
dan berlebihan. Dokumen harus sederhana pendek. Informasi harus jelas dan eksplisit
untuk menghindari adanya keraguan. Bisa juga ditambahkan flow chart untuk
mengilustrasikan proses yang sedang digambarkan.

SPO yang terbit pertama kali seharusnya memiliki nomor revisi 0 (nol). Pada kolom
pengertian, adalah berisikan definisi tentang judul dari SPO. Pada SPO di atas, pengertian
SPO masih perlu diperjelas yaitu terkait pemeriksaan kesehatan apa yang dilakukan dan
periode berkala setiap berapa lama dilakukan pemeriksaan. Prosedur yang tertulis juga
perlu untuk dilakukan revisi. Prosedur sebaiknya menggunakan kata aktif. Unit terkait juga
perlu untuk dilakukan penambahan bila yang dimaksud adalah semua karyawan RSI
Jemurasi. Berikut adalah usulan dari Penulis untuk SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Terhadap Karyawan di RSI Jemursari.
Tabel 3.26 Usulan Revisi SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Karyawan

PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA TERHADAP


KARYAWAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
007/SPO.K- 2 1/1
PPI/09/15
SPO Tanggal Diterbitkan Ditetapkan Direktur,
15-10-2017

Prof. Dr. dr. Rochmad Romdoni, Sp.PD,


Sp.JP (K)
PENGERTIAN Pemeriksaan Kesehatan berupa anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan atau pemeriksaan penunjang berkala 5 (lima) tahun sekali
sesuai jadwal yang telah ditentukan terhadap Karyawan di
masing-masing unit / instalasi di RSI Jemursari
TUJUAN 1. Mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah
berada dalam pekerjaannya.
2. Menilai adanya kemungkinan pengaruh dari pekerja
seawal mungkin sebagai upaya pencegahan.
3. Deteksi dini gangguan kesehatan baik oleh faktor diluar
maupun dari pekerjaan dan lingkungan kerja.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Jemursari Nomor :
JS.A.SKR.251.09.15 tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Islam Jemursari.
PROSEDUR Poli Karyawan :
1. Persiapkan tenaga pemeriksa sesuai jadwal yang telah
ditetapkan yang terdiri dari :
a. Dokter umum
b. Perawat
c. Petugas Admin
d. Petugas Laboratorium
e. Petugas Radiologi
2. Lakukan pemeriksaan berupa:
a. Riwayat penyakit atau gangguan kesehatan
(anamnesa)
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi apabila
dibutuhkan dan atau sesuai dengan yang telah
ditentukan
3. Lakukan prosedur lanjutan apabila ditemukan ada
gangguan kesehatan pada karyawan.
4. Buat laporan hasil pemeriksaan kesehatan maksimal 14
(empat belas) hari kerja setelah diadakannya pemeriksaan
kesehatan berkala.
UNIT TERKAIT 1. Seluruh unit dan instalasi di RSI Jemursari

Pada usulan SPO di atas, isi dari kolom pengertian diperjelas menjadi Pemeriksaan
Kesehatan berupa anamnesis, pemeriksaan fisik, dan atau pemeriksaan penunjang berkala
5 (lima) tahun sekali sesuai jadwal yang telah ditentukan terhadap Karyawan di masing-
masing unit / instalasi di RSI Jemursari. Pada kolom prosedur, kalimat diubah menjadi
bentuk kalimat aktif. Sedangkan pada unit terkait diganti menjadi seluruh unit dan
installasi di RSI Jemursari.

3.3.7 Alur Pelayanan IRJ RSI Jemursari Surabaya

Alur pelayanan di IRJ RSI Jemursari Surabaya dibagi berdasarkan tipe


pembiayaannya. Tipe pembiayaan pasien di IRJ RSI Jemursari adalah umum, asuransi /
instansi, dan BPJS. Loket pendaftaran di IRJ dibagi menjadi dua yaitu untuk pasien baru
menggunakan pendaftaran manual dan untuk pasien lama menggunakan loket pendaftaran
mandiri menggunakan anjungan mesin pendaftaran. Setelah mendaftar, pasien dapat
langsung menuju ke poli masing-masing untuk melakukan pelayanan. Berikut adalah alur
berobat pasien di IRJ RSI Jemursari.
Alur Berobat Pasien Umum

Pasien Umum

Pasien Baru Pasien Lama

Loket Pendaftaran Pendaftaran


Pasien Baru Mandiri

Kasir Kasir

Poli Spesialis dan


Non Spesialis

Resep Tanpa resep MRS Tindakan Lab/Rad

Farmasi TPPRI Kasir

Kasir Ruang Tindakan Ruang Lab/Rad

Ruangan Hasil
Pulang

Gambar 3.8 Alur berobat pasien umum di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Alur Berobat Pasien Instansi dan Asuransi

Pasien Instansi, Asuransi

Pasien Baru Pasien Lama

Loket Pendaftaran Mengambil No Antrian


Pasien Baru

Verifikasi
Pasien Instansi dan
Asuramsi

Poli Spesialis dan


Non Spesialis

Resep Tanpa resep MRS Tindakan Lab/Rad

Verifikasi Verifikasi
Verifikasi

TPPRI Ruang Lab/Rad

Farmasi
Ruang Tindakan Hasil

Ruangan
Pulang

Gambar 3.9 Alur berobat pasien asuransi di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Alur Berobat Pasien BPJS

Pasien BPJS

Pasien Baru Pasien Lama

Pendaftaran Mandiri
Loket Pendaftaran
\ Pasien Baru

Pengumpulan berkas
loket 1/2/3

Ruang Poli Spesialis

Resep Tanpa resep MRS Tindakan Lab/Rad

TPPRI Kasir
Loket 5
Ruang Tindakan Ruang Lab/Rad

Farmasi Ruangan Hasil

Pulang

Gambar 3.10 Alur berobat pasien BPJS di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Alur pelayanan pasien juga biasanya berbentuk flow chart. Flow chart adalah symbol
atau grafik yang menggambarkan suatu proses. Setiap langkah dalam proses tersebut
digambarkan dengan symbol yang berbeda dan berisi deskripsi singkat dari langkah
tersebut. Simbol di dalam flow chart terhubung dengan tanda panah yang menunjukkan
arah dari proses tersebut. Simbol yang paling umum digunakan, antara lain:
1. Terminator : bentuk oval. Menunjukkan permulaan atau akhir dari suatu proses.
2. Proses : bentuk persegi panjang. Menunjukkan sebuah proses.
3. Keputusan : bentuk diamond. Menunjukkan cabang pada alur.
4. Penghubung : bentuk lingkaran bulat, kecil, dan berlabel. Menunjukkan sebuah tanda
untuk proses alur yang baru.
5. Data : sebuah parallelogram yang menunjukkan data input / output (I/O) sebuah
proses.

Berdasarkan alur-alur diatas, berikut adalah usulan untuk alur pelayanan IRJ yang
baru sesuai dengan observasi dan wawancara selama di IRJ RSI Jemursari.
Gambar 3.11 Usulan Alur Pelayanan Pasien Umum di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Gambar 3.11 Usulan Alur Pelayanan Pasien Asuransi di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Gambar 3.11 Usulan Alur Pelayanan Pasien BPJS di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Pada alur pasien di IRJ RSI Jemursari Surabaya, pasien datang langsung ke IRJ dan
dibagi menjadi pasien lama / pasien baru. Pada pasien umum, setelah melakukan
pendaftaran pasien diarahkan ke kasir untuk melakukan pembayaran kemudian dapat
langsung dilakukan pemeriksaan di poli masing-masing. Apabila ada pemeriksaan
penunjang, pasien diarahkan kembali ke kasir kemudian pasien dapat dilakukan
pemeriksaan. Pada pasien asuransi / instansi, setelah melakukan pendaftaran pasien harus
dilakukan verifikasi kepada penanggung. Apabila disetujui, pasien dapat dilakukan
pelayanan. Pada pasien BPJS, setelah mendaftar pasien harus mengumpulkan berkas
pendaftaran di loket yang telah ditentukan sesuai dengan area dari masing-masing poli.
Pada poli ruang 1 -7 dikumpulkan di loket 1, pada poli ruang 8 – 12 di loket 2, dan pada
ruang 14 -22 (lantai 2) loket 3.
3.3.8 Kinerja IRJ RSI Jemursari Surabaya

Jumlah pasien IRJ RSI Jemursari Surabaya semakin meningkat setiap tahunnya.
Berikut adalah jumlah kunjungan pasien di IRJ RSI Jemursari Tahun 2014 – 2016 dalam
bentuk tabel.

Tabel 3.27 Jumlah kunjungan IRJ RSI Jemursari Surabaya Tahun 2014 – 2016

Tahun Jumlah Kunjungan Rata-rata Kunjungan per hari


Peningkatan
2014 91.245 304 -
2015 153.409 511 68%
2016 179.674 599 17%
Berdarkan tabel di atas, jumlah pasien dari 2014 sejumlah 91.245 orang meningkat
menjadi 179.674 orang pada tahun 2016. Peningkatan tertinggi yaitu pada tahun 2015 yaitu
meningkat sebesar 68% dibanding tahun 2014. Jumlah rata-rata pasien per hari pada tahun
2016 adalah 599 orang per hari. Dari tabel di atas, dilakukan penjabaran data berdasarkan
tipe kunjungan dari pasien yang dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 3.28 Jumlah pasien IRJ RSI Jemursari Tahun 2016 berdasarkan kunjungan baru atau
lama (sumber data: SIM RS)

Total
Bulan Kunjungan baru Kunjungan lama % Pasien baru
kunjungan
Jan-16 1.238 16.731 17.969 6,9%
Feb-16 1.243 17.241 18.484 6,7%
Mar-16 1.406 19.177 20.583 6,8%
Apr-16 1.459 18.842 20.301 7,2%
May-16 1.231 18.553 19.784 6,2%
Jun-16 1.029 18.559 19.588 5,3%
Jul-16 914 14.410 15.324 6,0%
Aug-16 1.279 19.922 21.201 6,0%
Sep-16 1.081 18.350 19.431 5,6%
Oct-16 1.198 19.310 20.508 5,8%
Nov-16 1.301 19.662 20.963 6,2%
Dec-16 1.268 19.152 20.420 6,2%
TOTAL 14.647 219.909 234.556 6,2%

KUNJUNGAN IRJ RSI JEMURSARI TAHUN 2016


25,000

20,000

15,000

19,177 18,842 18,553 19,922 19,662 19,152


10,000 16,731 17,241
18,559 18,350 19,310
14,410

5,000

0 1,238 1,243 1,406 1,459 1,231 1,029 914 1,279 1,081 1,198 1,301 1,268
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16

Kunjungan baru Kunjungan lama

Gambar 3.12 Jumlah Kunjungan IRJ RSI Jemursari Tahun 2016 berdasarkan kunjungan
baru atau lama (sumber data: SIM RS)

Jumlah kunjungan dari pasien baru di IRJ RSI Jemursari rata-rata adalah 6,2% (5,3 –
7,2%) dari kunjungan per bulannya. Jumlah pasien baru tertinggi yaitu pada bulan Maret
adalah 684 orang (18% dari kunjungan). Selain itu dapat dilihat juga bahwa kunjungan
tertinggi pada tahun 2016 adalah saat bulan Agustus yaitu 21.201 pasien, dan kunjungan
terendah adalah bulan Juli yaitu 15.324 pasien.
Diagnosis dari dokter di IRJ RSI Jemursari direkam di rekam medis elektronik dan
kemudian dilakukan koding sesuai dengan ICD-10. Hasil dari koding tersebut kemudian
ditabulasikan menjadi data penyakit terbanyak di IRJ RSI Jemursari. Berikut sepuluh
penyakit terbanyak di IRJ RSI Jemursari sebagaimana pada tabel 3.20

Tabel 3.28 Sepuluh Penyakit Terbanyak IRJ RSI Jemursari Tahun 2016 (sumber data: SIM
RS)

NO JENIS PENYAKIT Total

1 Hypertensive heart disease without (congestive) heart failure 14.322


2 Coronary artery aneurysm 9.666
3 Essential (primary) hypertension 8.904
4 Non-insulin-dependent diabetes mellitus with multiple complications 5.808
Tuberculosis of lung, without mention of bacteriological or histological
5 5.647
confirmation
6 Low back pain 5.308
7 Observation for other suspected diseases and conditions 5.171
8 Hyperlipidaemia, unspecified 5.025
9 Non-insulin-dependent diabetes mellitus with other specified complications 4.732
10 Congestive heart failure 4.474
JUMLAH 69.057
Penyakit terbanyak yang ada di IRJ RSI jemursari berdasarkan kode ICD 10 adalah
Hypertensive heart disease without (congestive) heart failure. Diagnosis terbanyak kedua dan
ketiga yaitu Coronary artery aneurysm dan Essential (primary) hypertension. Dari 10 penyakit
terbanyak di atas, dapat dilihat bahwa penyakit-penyakit kronis merupakan yang paling
banyak.

3.3.9 Standar Pelayanan Minimal (SPM) IRJ RSI Jemursari Surabaya

Standar Pelayanan Minimal IGD di RSI Jemursari mengacu pada Kepmenkes no.
129/Menkes/SK/II/2008 tentang SPM Rumah Sakit. Capaian SPM di IGD RSI Jemursari
telah memenuhi standar. Berikut di tabel 3.21 adalah capaian SPM IGD RSI Jemursari
pada tahun 2016 secara detail.
Tabel 3.29 SPM IRJ RSI Jemursari Tahun 2016 (sumber data: SIM RS)

INDIKATOR Standar Mar- Nov-


Jan-16 Feb-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 Jul-16 Ags-16 Sep-16 Okt-16 Des-16
16 16
Dokter pemberi 100%
Pelayanan di Dokter
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Poliklinik Spesialis
Spesialis
Ketersediaan a.Klinik
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
pelayanan Anak
b.Klinik
Penyakit ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
Dalam
c.Klinik
Kebidana ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
n
d.Klinik
ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
Bedah
Jam buka 08.00 s/d
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
pelayanan 13.00
Waktu tunggu ≤ 60 85.38 82.43 82.43 81.81 88.75 86.98 82.21 84.18 98.78 95.17 95.17 87.84
di rawat jalan menit % % % % % % % % % % % %
Kepuasan ≥ 90 % 94.00 94.00 94.00 99.44 96.34 91.95 81.32 85.50 93.38 96.60 96.60 89.08
pelanggan % % % % % % % % % % % %
a.Penegakan a. ≥ 60% tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd
diagnosis TB
melalui
pemeriksaan
mikroskopis
TB
b.Terlaksanany b. ≥ 60 % tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd tdd
a kegiatan
pencatatan dan
pelaporan TB
di Rumah Sakit
3.4 Telaah Awal Poli Eksekutif di RSI Jemursari Surabaya

Dalam hal meningkatkan jumlah pendapatan dari pasien, berbagai upaya perlu
dilakukan manajemen RSI Jemursari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
pembuatan Poli Eksekutif di RSI Jemursari Surabaya, yang dimasukkan dalam rencana
tahun 2018.

Data jumlah pasien IRJ RSI Jemursari berdasarkan jenis pembiayaan dapat dilihat
pada tabel 3.30 dan gambar 3.13.

Tabel 3.30 Data jumlah pasien IRJ RSI Jemursari berdasarkan jenis pembiayaan

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016


Pembiayaan
Jumlah pasien Persen Jumlah pasien Persen Jumlah pasien Persen
BPJS 39.908 44% 99.228 65% 126.887 71%
Umum 38.452 42% 40.287 26% 39.706 22%
Asuransi / instansi 12.885 14% 13.894 9% 13.081 7%
Total 91.245 100% 153.409 100% 179.674 100%

Trend Pasien IRJ di RSI Jemursari Berdasarkan Pembiayaan


200,000
180,000
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
-
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

BPJS Umum Asuransi / instansi

Gambar 3.13 Grafik Jumlah pasien IRJ RSI Jemursari berdasarkan jenis pembiayaan

Berdasarkan dari tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa jumlah pasien dengan
pembayaran BPJS kesehatan semakin meningkat. Jumlah pasien BPJS adalah 39.908 orang
pada tahun 2014 dan semakin meningkat sekitar tiga kali lipat menjadi 126.887 orang pada
tahun 2016. Di sisi lain, jumlah pasien dengan pembayaran umum relative stagnan secara
jumlah dengan kecenderungan menurun secara proporsi. Pada tahun 2014 proporsi pasien
umum adalah 42% dari total kunjungan, sementara pada tahun 2016 menurun menjadi 22%
dari total kunjungan. Dengan demikian, manajemen RS harus semakin kreatif dalam
menjaring meningkatkan pendapatan. Salah satunya yaitu dengan penyelenggaraan
Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif.

Dari internal dokter juga terdapat permintaan untuk penambahan jumlah pasien.
Sistem jadwal jadwal praktek dokter diatur berdasarkan jam praktek pada poli masing-
masing. Jadwal tersebut sangat padat dibandingkan alokasi tempat dan waktu yang tersedia
sehingga jam praktek dibatasi oleh manajemen. Hal ini berdampak pada pembatasan jumlah
pasien yang dapat ditangani. Dokter mitra menawarkan jam diluar jam praktek selama ini
untuk dapat melakukan praktek di poli eksekutif karena kuota habis.

Beberapa asuransi / instansi mitra juga meminta untuk bisa mendapatkan


pelayanan poli eksekutif di IRJ RSI Jemursari. Pasien dari mitra asuransi / instansi tersebut
diminta untuk dapat dibedakan dengan pasien lain dengan pelayanan regular. Hal ini juga
dapat menjadi nilai tambah pada daya tawar RS dalam memberikan pilihan kepada mitra
asuransi / instansi yang ingin melakukan kerjasama.

Poli Eksekutif ini dapat meningkatkan pendapatan pada pasien BPJS yang
semakin lama semakin meningkat. Pasien BPJS Kesehatan yang ingin mendapatkan
pelayanan di poli eksekutif sudah diatur pada aturan dari Pemenkes no. 4 Tahun 2017
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2016
Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan Pasal 25 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Peserta jaminan kesehatan nasional
yang menginginkan pelayanan rawat jalan eksekutif, harus membayar tambahan biaya paket
pelayanan rawat jalan eksekutif paling banyak sebesar Rp 250.000 untuk setiap episode
rawat jalan. Hal ini merupakan kesempatan RS untuk mendapatkan pendapatan lebih. Selain
itu, pembentukan poli eksekutif juga dapat meningkatkan brand image dari RS yang
melayani BPJS.

Aturan tentang syarat mengenai poli eksekutif RS diatur oleh pemerintah melalui
Permenkes no. 11 Tahun 2016 yang mengatur tentang Penyelenggaraan Pelayanan Rawat
Jalan Eksekutif Di Rumah Sakit. Aturan ini perlu dilakukan telaah agar manajemen dapat
mengetahui tingkat kesiapan dalam hal perencanaannya. Selain itu, telaah kesiapan ini juga
diperlukan untuk mengajukan Izin Operasional kepada Dinas Kesehatan dan juga BPJS
Kesehatan.

Pengorganisasian pada pelayanan rawat jalan eksekutif di rumah sakit dapat


bergabung dengan organisasi pelayanan rawat jalan yang telah ada atau berdiri sendiri sesuai
dengan kebutuhan organisasi Rumah Sakit. Rumah Sakit milik masyarakat yang
menyelenggarakan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif dilarang mendayagunakan dokter
spesialis-subspesialis yang bekerja pada Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah pada jam kerja. Pada hal ini, beberapa mitra dokter di RSI Jemursari
merupakan dokter dari RS milik pemerintah, sehingga harus dapat dicocokkan terkait jam
praktek di poli eksekutif IRJ RSI Jemursari.

Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit harus memiliki alur pelayanan
tersendiri dan tidak boleh mengganggu pelayanan rawat jalan reguler. Pelayanan Rawat
Jalan Eksekutif bersifat one stop service, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan medik,
pelayanan penunjang medik, dan pelayanan lainnya dalam satu zona area pelayanan.
Pelayanan penunjang medik pada pelayanan rawat jalan eksekutif dapat terintegrasi dengan
pelayanan penunjang yang telah ada di Rumah Sakit.

Dokter spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a hanya


melakukan pelayanan kesehatan di Rawat Jalan Eksekutif pada jadwal yang sudah
ditentukan dengan tepat waktu. Dokter spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak boleh merangkap pada pelayanan kesehatan lainnya pada waktu yang sama,
kecuali pada kondisi darurat. Dokter spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit berjumlah 3 (tiga) orang dalam satu disiplin ilmu. Dalam hal jumlah dokter
spesialis-subspesialis tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(4), Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif hanya dapat dilaksanakan diluar jam kerja pelayanan
rawat jalan reguler.

Pada Permenkes diatur terkait bangunan, sarana, dan prasarana harus terletak
dalam satu zona area pelayanan tersendiri dan terpisah dengan rawat jalan reguler. Pada saat
ini, RSI Jemursari belum memiliki bangunan untuk poli eksekutif yang tersendiri. Hal ini
sudah direncanakan oleh manajemen RSI Jemursari untuk masuk ke dalam rencana
anggaran tahun 2018. Pada bangunan tersebut juga dipersyaratkan dari aspek kenyamanan
dari bangunan, sarana, dan prasarana yang harus diperhatikan saat membangun. Pada
permenkes disebutkan bahwa kenyamanan sebagaimana dimaksud didukung fasilitas paling
sedikit berupa ruangan yang memiliki penyejuk udara (air conditioner), serta bangunan,
sarana, dan prasarana yang memperhatikan kebutuhan pasien disabilitas dan pasien dengan
kebutuhan khusus lainnya.

Rumah Sakit yang akan menyelenggarakan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif harus
melakukan penilaian mandiri dengan menggunakan format penilaian mandiri sebagaimana
terlampir. Hasil penilaian mandiri sebagaimana dimaksud harus disampaikan kepada: a.
Menteri untuk Rumah Sakit kelas A; b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk Rumah
Sakit kelas B; atau c. Kabupaten/Kota untuk Rumah Sakit kelas C. Dalam hal ini RSI
Jemursari merupakan RS Swasta Kelas B sehingga harus disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi. Berikut adalah self-assesment pembuatan Rawat Jalan Eksekutif RSI
Jemursari Surabaya berdasarkan Permenkes.

Tabel 3.30 Penilaian Mandiri Rawat Jalan Eksekutif RSI Jemursari

NO URAIAN KETERANGAN
1 Nama Rumah Sakit : RSI Jemursari Surabaya
2 Jenis RS (Umum/Khusus) : Umum
3 Klasifikasi RS (A/B/C) : B
4 Alamat RS : Jalan Raya Jemursari

5 Status Rumah Sakit : Swasta


(BLU, PNBP, PMA, Swasta,
Yayasan)
6 Status Akreditasi : Paripurna
7 SK Penetapan RS Pendidikan :
(Utama, Afiliasi, Satelit)
(No SK, Berlaku s/d....)
(Hanya untuk RS Pendidikan)

II. PELAYANAN
KRITERIA YA TDK KETERANGAN

A. Pelayanan Medik Spesialis Dasar


• Penyakit dalam V
• Kesehatan anak V
• Bedah V
• Obstetri & Ginekologi V
B. Pelayanan Sp.Penunjang Medik
• Radiologi V Menyatu
• Patologi Klinik V Menyatu
• Anaestesiologi V Menyatu
• Rehabilitasi Medik V Menyatu
• Patologi Anatomi V Menyatu
C. Pelayanan medik spesialis lain
• Mata V
• THT V
• Saraf V
• Jantung dan Pembuluh Darah V
• Kulit dan Kelamin V
• Jiwa V
• Paru V
• Orthopedi V
• Urologi V
• Bedah Saraf V
• Bedah Plastik V
• Forensik V
KRITERIA YA TDK KETERANGAN

D. Pelayanan medik spesialis Gilut V


• Bedah Mulut V
• Konservasi/ Endodonsi V
• Orthodonti V
• Periodonti V
• Prosthodonsi V
• Pedodonsi V
• Penyakit Mulut V
E. Pelayanan Medik Subspesialis V
• Bedah V
• Penyakit dalam V
• Kesehatan anak V
• Obstetri dan ginekologi V
• Mata V
• Telinga Hidung Tenggorokan V
• Syaraf V
• Jantung dan Pembuluh darah V
• Kulit dan kelamin V
• Jiwa V
• Paru V
• Orthopedi V
• Gigi mulut V
F. Pelayanan Penunjang Klinik
• Gizi V Menyatu
• Farmasi V Menyatu
• Sterilisasi V Menyatu
• Rekam Medik V Menyatu
KRITERIA YA TDK KETERANGAN

H. Pelayanan Penunjang Non Klinik


• Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas V
• Pengelolaan Limbah V
• Ambulans V
• Komunikasi V
• Pemadam Kebakaran V
• Pengelolaan Gas Medik V
• Penampungan Air Bersih V
III. KETENAGAAN
NO KUALIFIKASI PURNA PARUH JUMLAH
(MINIMAL 3 ORANG PER WAKTU WAKTU
KELOMPOK SPESIALIS)
A. DOKTER SPESIALIS DASAR
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 8

Dokter Spesialis Kebidanan& Kandungan 2 8

Dokter Spesialis Anak 2 4


Dokter Spesialis Bedah 2 4
NO KUALIFIKASI PURNA PARUH JUMLAH
. (MINIMAL 3 ORANG PER WAKTU WAKTU
KELOMPOK SPESIALIS)
B. DOKTER SPESIALIS LAIN
Dokter Spesialis Kesehatan Mata 1 5
Dokter Ahli THT-KL 1 4
Dokter Ahli Penyakit Kulit & Kelamin - 5
Dokter Ahli Jiwa - 3
Dokter Ahli Syaraf 1 2
Dokter Ahli Gigi dan Mulut - 6
Dokter Ahli Kardiologi/ Jantung - 5
Dokter Ahli Paru 3
Dokter Ahli Bedah Syaraf 2
Dokter Ahli Orthopedi 4
C. Dokter Spesialis Penunjang
Dokter Ahli Radiologi
Dokter Ahli Patologi Klinik
Dokter Ahli Patologi Anatomi
Dokter Ahli Anesthesi
Dokter Gizi Klinik
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 3

D. Dokter Sub Spesialis


Dokter Ahli Bedah Digestif
Dokter Ahli Rematologi
Dokter ahli anak (perinatologi)
Dokter ahli mata (retina)
E. Apoteker
F. Tenaga Kesehatan Lain
Perawat 25
Bidan 6
Perawat Gigi 3
Perawat Mata 1
IV. SARANA DAN
PERALATAN
KRITERIA YA TDK KETERANGAN
Ruang Pendaftaran V Bergabung
Ruang Administrasi V
Ruang Tunggu V
Ruang Konsultasi V
Ruang Tindakan V Tersendiri
Ruang/Loket Farmasi V Bergabung
Ruang/Loket Laboratorium V
Ruang/Loket Radiologi V
Ruang Rekam Medis V
Ruang/Pojok ASI V
Kamar Mandi/WC V
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) V
Lahan Parkir V

Ruang Sterilisasi V Bergabung


Perangkat Komunikasi dan WIFI (24 V
Jam)
Kantin/Cafe V Bergabung dg IRJ

Dari hasil Penilaian Mandiri Rawat Jalan Eksekutif RSI Jemursari, pelayanan yang
direncanakan untuk dibuka yaitu Penyakit dalam, Kesehatan anak, Bedah, Obstetri &
Ginekologi, Saraf, dan Jantung dan Pembuluh Darah. Pelayanan Sp.Penunjang Medik
(Radiologi, Patologi Klinik, Anaestesiologi, Rehabilitasi Medik, dan Patologi Anatomi) dan
Pelayanan Penunjang Klinik (Gizi , Farmasi, Sterilisasi, dan Rekam Medik) menyatu dengan
pelayanan poli yang sudah ada.
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. RSI Jemursari Surabaya merupakan RS Swasta Kelas B yang berdiri sejak tahun
2003 dan memiliki total 270 tempat tidur. Struktur organisasi RSI yang baru bahwa
RS ini akan dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh Direktur Medis,
Direktur Pendidikan dan Penelitian, dan Direktur Umum dan Keuangan. SDM dari
RSI Jemursari Surabaya adlah 802 orang dengan jumlah dokter spesialis dan sub
spesialis sebanyak 11% dari total SDM.
2. IGD RSI Jemursari berada di sebelah kanan dari area RSI Jemursari. IGD RSI
Jemursari beroperasi selama 24 jam dengan SDM dokter jaga dan perawat yang telah
terlatih kegawatdaruratan. Alur pelayanan diberikan dengan sistem triage sesuai
keadaan dari pasien menggunakan warna biru, merah, kuning, hijau, dan hitam.
Jumlah pasien di IGD terus meningkat tiap tahunnya, dan SPM di IGD RSI Jemursari
telah berjalan mengacu pada Kepmenkes tahun 2008.
3. IRJ RSI Jemursari berada di sebelah kiri dari area RSI Jemursari. IRJ RSI Jemursari
beroperasi pada hari senin hingga sabtu dengan jenis pelayanan mayoritas adalah
spesialistik. Alur pelayanan diberikan berdasarkan cara pembayaran pasien, yaitu
umum, asuransi/instansi, dan BPJS. Jumlah pasien di IRJ terus meningkat tiap
tahunnya. Mayoritas dari diagnosis terbanyak di IGD adalah penyakit-penyakit
kronis.

4.2 Saran
1. Struktur organisasi RSI Jemursari yang baru sudah baik dan sesuai dengan teori dari
Mintzberg. Pada struktur organisasi IGD dan IRJ perlu untuk dilakukan perubahan
agar lebih memudahkan pengorganisasian dari instalasi.
2. Perlu dilakukan perubahan alur pelayanan IGD dan IRJ di RSI Jemursari agar mudah
dipahami untuk dapat menggambarkan flowchart pasien. Pada IGD, perlu
ditambahkan mengenai hasil dari triage pada alur.
3. SPM di IRJ RSI Jemursari belum melaporkan Penegakan diagnosis TB melalui
pemeriksaan mikroskopis TB dan Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di
Rumah Sakit. Hal ini penting karena kasus TB masuk ke dalam sepuluh diagnosis terbanyak.
TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :


129/Menkes/SK/II/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT.
2008.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 856/Menkes/SK/IX/2009 TENTANG
STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT. 2009
Keputusan Direktur RSI Jemursari Surabaya Nomor JS.A.SKR.411.02.15 tentang PEDOMAN
PENGORGANISASIAN INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM
JEMURSARI. 2015
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI
Nomor : JS.A.SKR.142.02.16. PEDOMAN PENGORGANISASIAN INSTALASI RAWAT
JALAN DI RS ISLAM JEMURSARI. 2016
Keputusan Direktur RSI Jemursari Surabaya Nomor JS.A.SKR.141.02.16 PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN RS ISLAM JEMURSARI. 2016
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT KELAS B. Kementrian
Kesehatan RI. 2010
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016
TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI
RUMAH SAKIT
PERATURAN MENTERl KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
MENTERI KESEHATAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR TARIF
PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014
TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG
PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG
RUMAH SAKIT
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang PEDOMAN
ORGANISASI RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai