Laporan Magang Edit
Laporan Magang Edit
Laporan Magang Edit
PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah suatu organisasi dalam sistem pelayanan kesehatan yang penting
dalam upaya untuk melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan kesehatan di
rumah sakit dilakukan oleh berbagai macam profesi yang saling berkaitan satu sama lainnya.
WHO (2017) menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi perawatan kesehatan yang
memiliki staf medis dan profesional terorganisir lainnya, dan fasilitas rawat inap, dan
memberikan layanan medis, perawatan dan pelayanan 24 jam per hari, 7 hari seminggu.
Rumah sakit memberikan beragam luas pelayanan dari akut, penyembuhan, dan terminal
dengan menggunakan layanan diagnostik dan kuratif sebagai respons terhadap kondisi akut
dan kronis yang timbul dari penyakit serta cedera dan anomali genetik. Dengan demikian
rumah sakit dapat menghasilkan informasi penting untuk penelitian, pendidikan dan
manajemen.
Dalam menempuh masa studi di minat Administrasi Rumah Sakit (ARS) Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, mahasiswa dituntut untuk mendapatkan skill
dan wawasan yang baik terkait dengan Rumah Sakit. Berdasarkan fenomena tersebut,
penulis menjalani masa magang untuk mendapatkan pengalaman di bidang manajemen dan
pengoranisasian tentang Rumah Sakit di Indonesia. Masa magang adalah satu tahun untuk
bisa mendapatkan gambaran yang utuh dan pengalaman yang cukup bagi mahasiswa.
Rumah sakit yang menjadi tempat magang oleh penulis adalah RSI Jemursari Surabaya.
RSI Jemursari merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta di kota Surabaya. Pada akhir
Desember 2010, Rumah Sakit Islam Jemursari mendapatkan pengakuan menjadi rumah sakit
tipe B oleh Kementrian Kesehatan RI. Pada masa magang ini penulis akan mengamati dan
mengkaji kegiatan manajerial pada Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap di RSI
Jemursari Surabaya.
1. Menganalisis aspek profil organisasi, struktur organisasi, dan sumber daya manusia di
RSI Jemursari Surabaya
2. Menganalisis aspek gambaran umum, struktur organisasi, SDM, Alur pelayanan, dan
kinerja IGD RSI Jemursari Surabaya
3. Menganalisis aspek gambaran umum, struktur organisasi, SDM, Alur pelayanan, dan
kinerja IRJA RSI Jemursari Surabaya
1.6 Manfaat
Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman dan wawasan mengenai proses manajemen di IGD dan IRJA RSI
Jemursari Surabaya
Memberikan masukan atau rekomendasi kepada manajemen yang berguna untuk peningkatan
pelayanan terhadap pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Organisasi
3. Definisi yang digunakan dalam buku Organization Theory and Design oleh Daft, R
pada tahun 2010 untuk menggambarkan organisasi adalah sebagai berikut: organisasi
adalah (1) entitas sosial yang (2) ditujukan pada tujuan, (3) dirancang sebagai sistem
aktivitas terstruktur dan terkoordinasi dengan sengaja, dan (4) terkait dengan
lingkungan luar.
Organisasi selain dipandang sebagai wadah kegiatan orang juga dipandang sebagai
proses, yaitu menyoroti interaksi diantara orang-orang yang menjadi anggota organisasi.
Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia yang saling
berinteraksi dan mengembangkan organisasi yang bersangkutan. Organisasi dalam
meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam rangka mengoptimalkan kinerja pegawai tidak
terlepas dari pemberdayaan potensi yang ada.
b. Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi itu dari segi isinya,
yaitu sekelompok orang yang melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Jadi organisasi dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di
dalamnya. Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi
karena hanya manusialah yang memiliki sifat kedinamisan.
Organisasi dalam arti dinamis selalu diharapkan kepada dua macam kemungkinan, yaitu :
a. Kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang, yaitu berarti organisasi selalu
bergerak untuk tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan zaman. Pertumbuhan dan
perkembangan organisasi dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Yang lebih
penting adalah pertumbuhan dan perkembangan organisasi yang bersifat kualitatif.
b. Kemungkinan organisasi itu akan mati. Hal ini merupakan ancaman dan tantangan
yang mau tidak mau harus dapat diatasi. Ancaman yang datangnya dari luar adalah
anacaman yang datangnya dari berbagai organisasi lain dalam bentuk persaingan,
baik secara wajar (persaingan sehat) maupun secara tidak sehat (tidak wajar), baik
persaingan itu dilakukan secara terbuka (terang-terangan) maupun secara tertutup
(terselubung).
Dengan demikian organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi selalu bergerak,
tumbuh dan berkembang untuk mempertahankan eksistensinya. bergerak, tumbuh dan
berkembangnya organisasi pada dasarnya merupakan kenyataan hidup. Dari uraian di atas
kita dapat mengatakan bahwa organisasi dalam arti dinamis merupakan proses kerjasama
antara orang-orang yang tergabung dalam suatu wadah tentu untuk mencapai tujuan
bersama seperti yang telah disampaikan secara bersama pula. Proses adalah langkah-
langkah yang harus dilalui. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam usaha mencapai
tujuan bersama dimulai dari proses perencanaan (planning), proses pengorganisasian
(organizing), pemberian motivasi (motivating), proses pengawasan (controlling) dan
proses pengambilan keputusan (decision making). Proses tersebut sering disebut sebagai
fungsi manajemen sehingga organisasi dalam arti dinamis disebut pula organisasi sebagai
fungsi, yaitu organisasi yang member kemungkinan manajemen untuk bergerak.
Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara sekelompok orang yang
tergabung dalam suatu wadah tertentu guna mencapai tujuan bersama seperti yang telah
ditetapkan bersama. Atau pada intinya organisasi adalah koordinasi secara rasional
kegiatan sejumlah organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang dirumuskan secara
eksplisit, melalui pengaturan dan pembagian kerja serta melalui herarki kekuasaan dan
tanggung jawab.
e. Menentukan jalur komunikasi, wewenang dan tanggung jawab serta aliran kerja
yang menjamin terciptanya koordinasi yang efektif
Technical Core
Inti teknis mencakup orang-orang yang melakukan pekerjaan dasar organisasi. Bagian
ini benar-benar menghasilkan keluaran produk dan layanan organisasi. Di sinilah
transformasi utama dari input ke output berlangsung. Inti teknisnya adalah departemen
produksi di perusahaan manufaktur, para guru dan kelas di universitas, dan kegiatan medis
di rumah sakit.
Manajemen adalah fungsi yang berbeda, bertanggung jawab untuk mengarahkan dan
mengkoordinasikan bagian lain dari organisasi. Manajemen puncak memberikan arahan,
perencanaan, strategi, sasaran, dan kebijakan untuk keseluruhan organisasi atau divisi
utama Manajemen menengah bertanggung jawab atas pelaksanaan dan koordinasi di
tingkat departemen. Dalam organisasi tradisional, manajer menengah bertanggung jawab
untuk menengahi antara manajemen puncak dan inti teknis, seperti menerapkan peraturan
dan menyampaikan informasi ke atas dan ke bawah hierarki.
2.2.1 Definisi
Dengan demikian dari definisi di atas dapat diketahui fokus manajemen strategis
terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta system informasi komputer untuk mencapai
keberhasilan organisasi. Manajemen strategis di katakan efektif apabila memberi tahu
seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian
sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk kami. Komunikasi merupakan kunci
keberhasilan manajemen strategis.
Dari pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa
manajemen stratejik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara
serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah perencanaan
strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama
organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsure-
unsurnya sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa
fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan
situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan
balik.
2.2.2 Konsep
Pengertian yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen
merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang
sama pula. Menurut David pada bukunya yang berjudul Strategic Management: concept
(2011: 45), model proses manajemen strategi meliputi tiga tahap:
1. Tahap formulasi strategi, yaitu pembuatan pernyataan visi, misi, dan tujuan
2. Tahap implementasi strategi, yaitu proses penerjemahan strategi ke dalam tindakan-
tindakan
3. Tahap evaluasi strategi , yaitu proses evaluasi apakah implementasi strategi dapat
mencapai tujuan
Menurut Agustinus Sri Wahyudi (1996) dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik, beberapa manfaat yang diperoleh organisasi
jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu :
6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada
tahap pelaksanaannya.
2.3.1 Pengertian
- Menurut Prof. Dr. J. Winardi, manajemen perubahan adalah upaya yang ditempuh
manajer untuk memanajemen perubahan secara efektif, dimana diperlukan pemahaman
tentang persoalan motivasi, kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi.45
Manajemen perubahan ini merupakan proses, alat, dan teknik untuk mengelola
orang-sisi proses perubahan, untuk mencapai hasil yang diperlukan, dan mewujudkan
perubahan secara efektif di dalam individu, tim, dan sistem yang luas. Manajemen
perubahan ini ditujukan untuk memberikan solusi yang diperlukan dengan sukses dengan
cara yang terorganisasi dan dengan metode melalui pengelolaan dampak perubahan pada
orang yang terlibat di dalamnya.
Kotter percaya bahwa agar sebuah organisasi mengalami perubahan atau serangkaian
perubahan dengan sukses, perusahaan harus mengikuti delapan langkah sederhana ini.
Langkah pertama yang menciptakan urgensi pada dasarnya adalah langkah terpenting
yang harus dilakukan Kotter, karena dia yakin bahwa, "agar sukses, 75 persen manajemen
perusahaan perlu" membeli "perubahan" (Evison). Beberapa cara untuk menciptakan
urgensi termasuk namun tidak terbatas pada, memeriksa pasar dan realitas persaingan,
mengidentifikasi dan mendiskusikan krisis, potensi krisis, atau peluang besar atau
memberikan bukti dari luar organisasi bahwa perubahan itu perlu (Nauheimer). Langkah
kedua, membentuk koalisi yang kuat, melibatkan membawa orang yang tepat bersama
untuk memimpin perusahaan menuju perubahan dan juga terus menciptakan urgensi
tentang perubahan tersebut. Langkah ketiga adalah menciptakan sebuah visi untuk
perubahan, untuk melakukan manajemen ini harus menentukan nilai-nilai yang penting
bagi perubahan, ciptakan sebuah visi untuk membantu mengarahkan usaha perubahan dan
mengembangkan strategi untuk mencapai visi tersebut. Menurut Kotter, langkah keempat,
mengkomunikasikan visi adalah segalanya, "menggunakan setiap kendaraan untuk
mengkomunikasikan visi dan strategi baru" (Kotter). Hal ini juga penting selama langkah
ini mengingat untuk mengajarkan perilaku baru dengan contoh.
Langkah kelima adalah memberdayakan aksi. Langkah ini memberi penekanan pada
penghapusan semua hambatan untuk mengubah dan mengubah sistem yang bekerja
melawan penglihatan. Misalnya pada tahap ini perusahaan bisa, membangun optimisme
dengan menggunakan cerita inspirasional atau personal dari tenaga kerja atau penghargaan
prestasi kepada berbagai karyawan (Webster). Agar sukses di langkah keenam,
menciptakan kemenangan jangka pendek, perusahaan harus merencanakan dan mencapai
peningkatan kinerja yang terlihat dan mengenali serta menghargai mereka yang terlibat
dalam membawa perbaikan pada kehidupan. Kotter berpendapat bahwa, "banyak proyek
perubahan gagal karena kemenangan dinyatakan lebih awal," oleh karena itu pada langkah
ketujuh penting untuk selalu menganalisis apa yang berjalan baik dan apa yang perlu
ditingkatkan dan terus menetapkan tujuan membangun momentum menuju perusahaan
telah tercapai ( Evison). Langkah ketujuh menekankan pada membangun perubahan yang
telah terjadi dan tidak menetap, namun mewujudkan lebih banyak perbaikan yang bisa
dilakukan. Akhirnya tahap kedelapan melibatkan anchoring perubahan atau membuat
mereka tetap bertahan. Dengan mengartikulasikan hubungan antara perilaku baru dan
kesuksesan perusahaan, Kotter percaya bahwa perubahan tersebut akan tetap berlaku
(Kotter)
Menurut D.E. Hussey dalam bukunya yang berjudul: How to manage organizational
change pada tahun 2010, langkah manajemen perubahan untuk mengelola perubahan yang
berhasil dapat dilakukan dengan pendekatan yang disingkat sebagai EASIER, yaitu dengan
elemen-elemen berikut:
S - Support - Bagian ini adalah tentang empati. Pemimpin harus menginspirasi dan
mendukung individu melalui kurva perubahan. Menggunakan kecerdasan
emosional dan melihat sesuatu di mata mereka membantu mengatasi hambatan
untuk berubah. Karakteristik kepemimpinan yang baik sangat penting pada tahap
ini, karena dukungan dan inspirasi hanya akan muncul melalui kredibilitas
Pemimpin.
I - Implement - Bagian ini adalah tentang penyelesaian banyak tugas dan rencana
yang harus dilaksanakan agar dapat mengubah visi menjadi kenyataan. Tahap
implementasi harus menangkap hal berikut:
E - Ensure - Upaya ini dapat digunakan untuk memperkuat visi dan mengilhami
kembali dalam keadaan tertentu, namun seringkali juga digunakan untuk
menciptakan kepastian usaha secara lengkap, memastikan bahwa proses
pemantauan dan pengendalian telah dilakukan. Pada gilirannya dikendalikan:
RS Islam Jemursari merupakan salah satu rumah sakit swasta di Kota Madya
Surabaya. Sebagai institusi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan, RS Islam
Jemursari mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam jangka waktu lima tahun
terakhir. Di mulai dengan berdirinya RS Islam Jemursari daripada tahun 2003. Selanjutnya
secara bertahap dan atas kerja keras semua pihak, maka diberikanlah ijin penyelenggaraan
RS Islam Jemursari.
Rumah Sakit Islam Jemursari menempati lahan seluas 4 -6 hektare, berlokasi di Jalan
Jemursari No. 51-57 Surabaya. Sejak diresmikan tahun 2002, RSI Jemursari mengalami
pertumbuhan yang sangat signifikan.
RS Islam Jemursari saat ini menjadi salah satu Rumah Sakit yang dimiliki oleh
organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama cabang Surabaya, sehingga diharapkan
mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat. Dengan
perkembangan yang cukup pesat, RS Islam Jemursari dituntut untuk selalu meningkatkan
mutu pelayanan terhadap pengguna jasa.
Rumah Sakit Islam Jemursari merupakan salah satu unit usaha dibawah Yayasan
Rumah Sakit Islam Surabaya yang dibangun pada tahun 1992 dan mengawali
operasionalnya pada tanggal 25 Mei 2002 yang ditandai dengan soft opening. Rumah Sakit
Islam Jemursari juga merupakan pengembangan dari RS Islam Surabaya A Yani
(Wonokromo). Rumah Sakit Islam Jemursari menempati lahan seluas 4,6 Ha berlokasi di
Jalan Jemursari 51 – 57 Surabaya.
Saat mulai beroperasi bulan Mei tahun 2002 sampai dengan akhir tahun 2005, jumlah
tempat tidur adalah 82 tempat tidur. Pada tahun 2006 Rumah Sakit Islam Jemursari dengan
Direksi baru mulai dipercaya oleh masyarakat, sehingga perlu penambahan tempat tidur
menjadi 96 tempat tidur. Pada tanggal 9 Maret 2007 dibuka ruang kemuning untuk
menambah rawat inap bagi keluarga miskin, instansi lain yang membutuhkan fasilitas kelas
III. Pembukaan ruang perawatan kelas III ini untuk memenuhi kebutuhan rawat inap bagi
keluarga miskin, instansi lain yang membutuhkan fasilitas kelas III dan kerjasama dengan
Jamsostek. Dengan dibukanya ruang kemuning kapasitas tempat tidur RS Islam Jemursari
meningkat dari 96 tempat tidur menjadi 108 tempat tidur.
Pada tanggal 10 Desember 2007 juga dibuka kelas VIP diruang Teratai dan mulai
terisi pasien pada tanggal 2 Januari 2008. Selain itu Rumah Sakit Islam Jemursari mulai
tanggal 24 Desember 2007 telah dapat melayani pasien stroke secara terpadu dengan
dibukanya Stroke Center. Kapasitas Rumah Sakit Islam Jemursari bertambah lagi pada
bulan Maret 2008 menjadi 113 tempat tidur. Pada tanggal 1 Juli 2009 Rumah Sakit Islam
Jemursari telah mempunyai Depo Farmasi di IGD, sehingga dapat melayani pemberian
obat dari pasien IGDsecara maksimal dan memberikan pelayanan UDD (Unit Dose
Dispensing) untuk pasien rawat inap dan pada bulan Agustus 2009 tempat tidur Rumah
Sakit Islam Jemursari menjadi 116 tempat tidur.
Pada akhir Desember 2010, Rumah Sakit Islam Jemursari mendapatkan pengakuan
menjadi rumah sakit tipe B oleh Kementrian Kesehatan RI. Rumah Sakit Islam Jemursari
dengan menambah kapasitas tempat tidurnya menjadi 200 tempat tidur. Tahun 2015
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya telah menambah kembali untuk kapasitas tempat
tidurnya menjadi 230 tempat tidur di RuanganRawat Inap.
Tugas pokok Rumah Sakit Islam Jemursari adalah melaksanakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan
pemulihan dan keadaan cacat badan dan jiwa, yang dilaksanakan secara terpadu dengan
upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya
rujukan. Adapun fungsi RS Islam Jemursari adalah menyelenggarakan pelayanan medik,
dengan berbagai fasilitas penunjangnya dan sebagai tempat pelaksanaan dakwah Islamiyah
sesuai visi dan misi RS Islam Jemursari.
VISI :
MISI :
1. Membangun SDM rumah sakit yang professional sesuai standar professional yang
islami dengan diiringi integritas yang tinggi dalam pelayanan.
2. Melaksanakan manajemen rumah sakit berdasarkan manajemen syariah yang
berstandar internasional.
3. Memberikan pelayanan jasa rumah sakit secara prima dan islami menuju standar mutu
pelayanan internasional dengan dilandasi prinsip kemitraan.
4. Menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk mewujudkan implementasi
pelayanan islami dan berstandar internasional.
3.1.4 Tujuan, Moto, dan Falsafah RSI Jemursari Surabaya
Tujuan, Moto, dan Falsafah RSI Jemursari Surabaya adalah sebagai berikut:
TUJUAN :
1. Tercapainya standarisasi dan penjaminan mutu.
2. Tercapainya strategi bisnis yang mantap dalam deferensiasi pelayanan islami.
MOTTO :
Kami selalu melayani dengan Ramah, Senyum, Ikhlas dan Salam
FALSAFAH :
S : SHIDDIQ Dalam artian bahwa jujur dengan memiliki integritas dan kemandirian.
Y : YAKIN Dalam artian bahwa yakin terhadap potensi diri dan kesembuhan pasien adalah
berkat rahmat Allah SWT.
I : IMAN Dalam artian bahwa semua tindakan dilandasi keimanan kepada Allah disertai
ikhlas dalam pelayanan yang bersifat fleksibel.
F : FATHANAH Dalam artian bahwa cerdas dalam menangkap peluang dan selalu
meningkatkan pengetahuan dan sikap.
A : AMANAH Dalam artian bahwa dapat diandalkan dan transparan dalam menjalankan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Instalasi Bedah Sentral adalah suatu tempat yang khusus untuk melakukan
pembedahan. Pembedahan adalah pembukaan dari suatu bagian tubuh dengan cara
membedah untuk tujuan pengobatan atau pemeriksaan/diagnostic. Pelayanan
Instalasi Bedah Sentral diselenggarakan dan diatur guna berlangsungnya pelayanan
pembedahan yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan masyarakat.
Pelayanan tersebut antara lain:
1. Bedah Umum
2. Bedah Digestive
3. Bedah Anak
4. Bedah Kebidanan dan Kandungan
5. Bedah Orthopedi
6. Bedah Urologi
7. Bedah THT
8. Bedah Mata
9. Bedah Syaraf
10. Bedah Plastik
11. Bedah Onkologi
12. Bedah Gigi dan Mulut
13. Bedah Kepala Leher
Intensive Care Unit (ICU) atau Instalasi Perawatan Intensif (IPI) adalah suatu
bagian dan rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan
staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulitpenyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan
prognosis dubia.
6. Penunjang Medik
a. Instalasi Rehabilitasi Medik
b. Radiologi 24 Jam
c. Laboratorium 24 Jam
d. Farmasi 24 Jam
e. Gizi
a. Radiologi 24 Jam
b. Laboratorium 24 Jam
c. Farmasi 24 Jam
d. Gizi
e. Bank Darah
f. Klinik Kerohanian
g. Ambulance Emergency 24 Jam
Permenkes no. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi Rumah Sakit pada pasal 25
disebutkan bahwa, Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling
sedikit meliputi: a. pelayanan medik; b. pelayanan kefarmasian; c. pelayanan keperawatan
dan kebidanan; d. pelayanan penunjang klinik; e. pelayanan penunjang nonklinik; dan f.
pelayanan rawat inap. Dan pada pasal 26 ayat 1 disebutkan bahwa Pelayanan medik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, paling sedikit terdiri dari: a. pelayanan
gawat darurat; b. pelayanan medik spesialis dasar; c. pelayanan medik spesialis penunjang;
d. pelayanan medik spesialis lain; e. pelayanan medik subspesialis; dan f. pelayanan medik
spesialis gigi dan mulut. Secara rinci, perbandingan antara Standar Kelas B dan kondisi di
RSI Jemursari Surabaya dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Perbandingan standar Kelas B menurut Permenkes no. 56 Tahun 2014 di RSI
Jemursari
Jenis Pelayanan Standar Kelas B RSI Jemursari Keterangan
1. Anestesiologi + Tersedia
2. Radiologi + Tersedia
3. Patologi Klinik + Tersedia
4. Patologi Anatomi + Tersedia
5. Rehabilitasi Klinik + Tersedia
d. pelayanan medik spesialis
lain; (minimal 8)
e. Pelayanan Medik
Subspesialis (minimal 2)
1. Bedah +/- Tersedia
2. Penyakit Dalam +/- Tersedia
3. Kesehatan Anak +/- Tersedia
4. Obstetri dan Ginekologi +/- Tersedia
Pada pasal 31 Permenkes no. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
disebutkan bahwa Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f
harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut: a. jumlah tempat tidur perawatan kelas
III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
milik Pemerintah; b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta; c. jumlah tempat tidur
perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit
milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta. Pada Tabel 3.2 dapat dilihat jumlah
tempat tidur berdasarkan kelas perawatan.
Tabel 3.2 Jumlah bed di RSI Jemursari berdasarkan Kelas Perawatan
Non R.
Ruang VVIP VIP I II III Couve Non Jumlah
Kelas Isolasi
R. Inap Dewasa 22 7 32 57 35 4 157
R. Inap Anak 7 10 9 12 2 40
R. Inap Bersalin 2 0 4 6 12 24
R. Inap Bayi 4 4 8
Kamar Operasi 6 6
VK/Persalinan 5 5
R. ICU 6 6
R. Intermediet 5 5
R. Hemodialisa 19 19
Total 24 14 82 72 59 41 10 4 270
Total Bed yang ada di RSI Jemursari adalah 270 bed dengan jumlah total kamar
kelas 3 adalah 59 bed. Jumlah tersebut merupakan 21,8% dari total Bed yang ada di RSI
Jemursari, sehingga sudah memenuhi syarat sesuai yang diminta oleh Permenkes no. 56
Tahun 2014. Jumlah bed pada perawatan intensif adalah 11 Bed (4%). Hal ini tidak sesuai
dengan aturan yang ada, yaitu diperlukan penambahan 1% dari total bed (+ 3 bed
tambahan). Menyadari hal tersebut, saat ini sedang dibangun ICU baru dengan tambahan
bed kapasitas 4 bed.
Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari merupakan rumah sakit berjenis pelayanan
Rumah Sakit Umum (RSU) dengan klasifikasi Kelas B Non Pendidikan. RSI Jemursari
berada dibawah naungan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS). YARSIS
merupakan Yayasan Nirlaba yang disahkan dengan Akte Notaris Nomor: 35 oleh Gusti
Johan, SH. dan diperbarui Akte Notaris Nomor: 67 oleh Untung Darnosoewirjo, SH.
Direktur RSI Jemursari Surabaya sebagai pengelola secara administratif operasional
bertanggung jawab langsung kepada YARSIS. Secara teknis operasional, pelayanna
kesehatan di RSI Jemursari mengacu pada ketentuan perundangan dan keputusan /
peraturan Menteri Kesehatan, melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
RSI Jemursari Surabaya dipimpin oleh seorang Direktur yang dibantu 2 Wakil
Direktur, yaitu Wakil Direktur Medis dan Wakil Direktur Umum dan Keuangan. Instalasi
Rawat Inap merupakan instalasi yang dibawahi oleh Wakil Direktur Medis. Instalasi Rawat
Inap memiliki 8 ruang perawatan yang terdiri atas Ruang Azzara 1, Azzara 2, Dahlia,
Mawar, Melati, Neonatus, Teratai, dan Zahira. Instalasi Perawatan Intensif merupakn
Instalasi merupakan bagian dari Bidang Pelayanan Medis yang berada di bawah Wakil
Direktur Medis. Struktur organisasi RSI Jermursari Surabaya secara lengkap dapat dilihat
pada gambar 3.1.
Pada Perpres No. 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Pasal 6
disebutkan bahwa Unsur organisasi Rumah Sakit selain kepala Rumah Sakit atau direktur
Rumah Sakit dapat berupa direktorat, departemen, divisi, instalasi, unit kerja, komite
dan/atau satuan sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja Rumah Sakit. Unsur organisasi
Rumah Sakit dapat digabungkan sesuai kebutuhan, beban kerja, dan/atau klasifikasi
Rumah Sakit. Di dalam Rumah Sakit Sistem Islam Jemursari secara fungsional maka
struktur organisasi terdiri dari:
1. Direktur dan Wakil Direktur (Wadir) yang masing-masing Wadir menengani bagian
medis serta bagian umum dan keuangan.
2. Dibawah Direktur terdapat komite medis, komite mutu, komite etik dan hukum,
komite keperawatan, bagian perencanaan dan pengembangan, bagian satuan pengawas
internal, bagian teknologi dan sistem informasi, bagian pelayanan BPJS.
3. Dibawah Wadir Medis terdapat bidang pelayanan medis, bidang keperawatan, bidang
penunjang medis, dan instalasi medis. Didalam naungan pelayanan medis terdapat unit
sarana prasarana medis, unit SDM medis, unit mutu pelayanan medis. Di dalam
naungan bidang keperawatan terdapat unit sarana prasarana keperawatan, unit SDM
keperawatan, unit mutu pelayanan keperawatan. Di dalam naungan bidang penunjang
medis terdapat unit sarana dan prasarana medis, unit SDM sarana dan prasaran medis,
unit mutu sarana prasarana medis. Di dalam instalasi medis terdapat instalasi bedah
sentral, instalasi radiologi, instalasi rawat jalan, instalasi pelayanan intensif, instalasi
laboratorium, instalasi rawat inap, instalasi hemodialisa, instalasi gizi, instalasi gawat
darurat, instalasi rehabilitasi medis, instalasi bank darah, dan instalasi farmasi.
4. Dibawah Wadir Umum dan Keuangan terdapat bidang informasi dan kerjasama,
bidang keuangan dan akutansi, bidang sumber daya manusia, bidang umum. Di dalam
naungan bidang informasi dan kerjasama terdapat unit pemasaran dan kerjasama, unit
informasi dan pelayanan pelanggan, unit rekam medis. Di bawah naungan bagian
keuangan dan akuntansi terdapat unit anggaran, unit keuangan dan unit akuntasnsi. Di
bawah bagian sumber daya manusia terdapat unit diklat rumah sakit, unit personalia
dan unit bina rohani. Di bawah naungan bagian umum terdapat unit kamtib, unit
ambulance, unit logistic dan rumah tangga, unit pemeliharaan sarana, unit pengadaan
dan unit K3.
Pada UU No. 40 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 33 (2), disebutkan
bahwa Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Pada
Perpres No. 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit juga mengatur hal
yang sama pada Pasal 6 (1). Terkait hal tersebut, struktur organisasi pada RSI Jemursari
Surabaya telah sesuai.
Pada struktur organisasi di RSI Jemursari tergambar sesuai dengan 5 bagian dasar
organisasi menurut Mintzberg. Berdasarkan teori dari Mintzberg (1980), struktur
organisasi dapat dibagi menjadi:
1. Strategic apex,
Orang yang memastikan organisasi berjalan sesuai misinya secara efektif dan
melayani, mengontrol, atau mempunyai kekuatan dalam organisasi tersebut. Pada
struktur RSI Jemursari yaitu Direktur dan Wadir.
2. Middle line,
Penghubung antara Strategic apex dan Operating Core. Pada struktur RSI Jemursari
yaitu Kepala Bidang.
Penulis mengusulkan agar struktur sedikit dirubah agar tidak memberi kesan bahwa
Wakil Direktur merupakan bagian dari Middle line. Hal ini sesuai dengan konsep
bahwa orang di Strategic apex adalah yang dapat melayani, mengontrol, atau
mempunyai kekuatan pada organisasi agar berjalan sesuai misinya.
3. Operating Core.
Orang yang melakukan pekerjaan dasar dan berhubungan langsung terhadap produksi
barang atau jasa. Pada struktur RSI Jemursari yaitu Unit Kerja dan instalasi.
Penulis mengusulkan agar Staf SMF/Departemen dan Instalasi sebagai bagian dari
level ini.
4. Technical Structure
Analis yang dapat mempengaruhi kerja lainnya dan melayani organisasi. Level ini
dapat mendesain, merencanakan, merubah, bahkan menyuruh orang untuk melakukan
hal tersebut tapi mereka sendiri tidak melakukannya. Pada Struktur RSI Jemursari,
tergambar pada komite.
Penulis mengusulkan agar penamaan komite dibuat secara rinci pada struktur
organisasi. Mengacu pada Perpres No. 77 Tahun 2015 tentang Pengorganisasian RS Pasal
17 dan 19, disebutkan bahwa Komite yang wajib adalah Komite medik. Komite lain dapat
berupa komite: a. keperawatan; b. farmasi dan terapi; c. pencegahan dan pengendalian
infeksi; d. pengendalian resistensi antimikroba; e. etika dan hukum; f. koordinasi
pendidikan; dan g. manajemen risiko dan keselamatan pasien. Sedangkan pada Pemenkes
1045 tahun 2006 pasal 19, pembentukan komite sekurang-kurangnya terdiri dari Komite
Medik serta Komite Etik dan Hukum. Peraturan tentang keharusan pembentukan Komite
Keperawatan diatur dalam Permenkes No. 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan.
Pada KMK No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit dinyatakan bahwa agar adanya Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan
apoteker IFRS (Insatalasi Farmasi Rumah Sakit) menjadi sekretaris komite/panitia. Selain
peraturan tersebut, standar Akreditasi dari Komite Akreditasi Rumah Sakit pada tahun
2012 mensyaratkan pembentukan Komite/Tim/Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien. Hal
ini sejalan dengan Permenkes nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit pada pasal 6 yang menyebutkan bahwa Setiap rumah sakit wajib
membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala
rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
Oleh sebab itu, penulis mengusulkan agar struktur komite pada RSI Jemursari
sekurang-kurangnya memiliki Komite Medis, Komite Keperawatan, Komite Farmasi dan
Terapi, Komite Mutu dan Keselamatan Pasien, dan Komite Etik dan Hukum.
5. Support Staff
Struktur pada level ini merupakan bagian dari organisasi yang relatif mandiri
dibandingkan bagian-bagian yang lain. Mereka berfungsi sebagai support yang tidak
langsung terhadap kehidupan organisasi tersebut. Pada stuktur RSI telah tampak pada
Teknologi Informasi, Perencanaan dan Pengembangan, dan SPI.
Penulis mengusulkan Pelayanan BPJS merupakan bagian dari Support Staf. Hal ini
sesuai karena Pelayanan BPJS berfungsi secara mandiri dan memberikan masukan
langsung kepada direktur. Secara nomenklatur, pelayanan dapat rancu dengan bidang
pelayanan medis. Untuk itu penulis mengusulkan agar dirubah menjadi JKN (jaminan
Kesehatan Nasional) RS. Perencanaan dan Pengembangan juga dapat dipindah sebagai
bagian dari struktur middle line / operating core agar koordinasi antar unit dapat lebih
cepat.
Pada saat ini, RSI Jemursari juga sedang dipersiapkan untuk dapat menjadi Rumah
Sakit Pendidikan sehingga struktur organisasi perlu dilakukan perubahan. Struktur
organisasi yang baik pada rumah sakit adalah penting agar koordinasi dalam melakukan
fungsi manajemen bisa berjalan dengan lancar. Berdasarkan hal tersebut, manajemen telah
mempersiapkan struktur organisasi RSI Jemursari yang baru dengan menambah satu
direktur yaitu direktur Pendidikan dan Penelitian.
Instalasi juga dirubah menjadi tidak termasuk didalam middle line melainkan
operating core. Menurut Permenkes No. 1045 tahun 2006 pada pasal 26 disebutkan bahwa
Instalasi adalah unit pelayanan nonstruktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, Pendidikan, dan penelitian rumah sakit.
Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pumpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah
sakit. Instalasi juga dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan rumah sakit. Dalam hal ini, instalasi juga telah disesuaikan yaitu merupakan
koordinasi langsung dibawah strategic apex sesuai direktur masing-masing.
Pada struktur yang baru, Direktur Medis membawahi IGD (Instalasi Gawat Darurat),
IRJA (Instalasi Rawat Jalan), IRNA (Instalasi Rawat Inap), IBS (Instalasi Bedah Sentral),
Instalasi HD (Haemodialisis), IPI (Instalasi Perawatan Intensif), Instalasi Rehabilitasi
medik, Instalasi Radiologi, Instalasi Laboratorium, dan Instalasi Bank Darah. Sedangkan
Direktur Umum dan keuangan membawahi Instalasi Mechanical Electrical dan Instalasi
Pemeliharaan Gedung Dan Lingkungan
Perubahan juga terjadi pada unit rekam medis dimana yang awalnya merupakan di
bawah bidang informasi dan kerjasama, diubah menjadi di bawah bidang penunjang dan
rekam medis. Pada Kepmenpan No 135 tahun 2002 tentang Jabatan Fungsional Perekam
Medis Dan Angka Kredltnya, disebutkan bahwa Perekam Medis merupakan Pelaksana
pada Unit Pelayanan Kesehatan. Hal ini agar koordinasi antar pekerjaan dapat menjadi
semakin cepat juga untuk meningkatkan kemudahan dalam pengawasan.
Pada support staf adalah Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), SPI,
dan JKN RS. SIMRS telah diatur pada Permenkes no. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit. JKN RS juga merupakan support staf yang vital di era
JKN ini. Satuan Pengawas Internal (SPI) dirubah menjadi Satuan Pemeriksaan Internal
(SPI) sesuai dengan UU no 40 tahun 2009 pada pasal 33.
Untuk memberikan layanan prima, saat ini RSI Jemursari didukung 746 SDM
profesional yang terbagi dalam Tenaga Medik Dasar, Tenaga Medik Spesialis Dasar,
Tenaga Spesialis Penunjang Medik, Tenaga Medik Spesialis Lain, Tenaga Medik Spesialis
Gigi dan Mulut, Tenaga Keperawatan, Tenaga Non keprawatan dan Tenaga Non Medis.
Berikut adalah tabel SDM RSI Jemursari berdasarkan status kepegawaian.
Dari tabel di atas, jenis ketenagaan dibagi menjadi Karyawan tetap, karyawan
kontrak, harian lepas/ honorer, dokter spesialis mitra, dan dokter subspesialis mitra. Total
SDM di RSI Jemursasri adalah 802 orang, dengan yang terbanyak adalah karyawan tetap
berjumlah 420 orang (52%). Masih terdapat dokter dengan status mitra yaitu dokter
spesialis dan subspesialis (total 9%).
Data SDM berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.4 SDM RSI Jemursari berdasarkan tingkat pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 SMA sederajat 80 10%
a. SMF 52 6%
b. SPK 1 0%
c. Lain-lain 2 0%
2 D1 7 1%
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
3 D3
a. Keperawatan 221 28%
b. Kebidanan 31 4%
c. Analis medis 28 3%
d. Radiologi 14 2%
e. Fisioterapi 10 1%
f. Gizi 5 1%
g. Lain-lain 183 23%
4 D4
a. Keperawatan 1 0%
b. Bidan 1 0%
5 S1
a. Keperawatan 5 1%
b. Kebidanan - 0%
c. Lain-lain 28 3%
6 S1 Profesi
a. Dokter umum 28 3%
b. Dokter Gigi 2 0%
c. Apoteker 9 1%
7 S2 2 0%
8 Spesialis 80 10%
9 Sub spesialis 12 1%
Total 802 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 802 orang SDM di RSI Jemursari, yang
terbanyak adalah dengan tingkat kependidikan D3 yaitu total 492 orang (61%). Dari
jumlah tersebut, mayoritas adalah SDM keperawatan dan kebidanan (Total 32%). Jumlah
S1 keperawatan dan kebidanan yaitu 5 orang (1%). SDM spesialis dan sub spesialis cukup
banyak yaitu 11% (92 orang) dari total SDM.
Data SDM RSI Jemursari Surabaya bila dibandingkan dengan standar pada
Permenkes No. 56 Tahun 2014 digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 3.5 SDM RSI Jemursari berdasarkan standar Permenkes no. 56 Tahun 2014
NO PERSYARATAN KELAS B RSI Jemursari Keterangan
A. Pelayanan Medik Dasar
1 Dokter Umum 12 28
2 Dokter Gigi 3 4
B. Pelayanan Medik Spesialis Dasar
1 Penyakit dalam 3 8
2 Kesehatan anak 3 6
3 Bedah 3 5
4 Obstetri & ginekologi 3 10
C. Pelayanan Medik Spesialis Penunjang
1 Anestesiologi 2 3
2 Radiologi 2 4
3 Patologi Klinik 2 1 Kurang 1
4 Patologi Anatomi 2 1 Kurang 1
5 Rehabilitasi Klinik 2 3
D. Pelayanan Medik Spesialis Lain
1 Mata 6
2 Telinga Hidung 5
Tenggorokan
3 Syaraf minimal 8 3
4 Jantung dan Pembuluh (delapan) 5
Darah pelayanan
5 Kulit dan Kelamin spesialis 5
6 Kedokteran Jiwa lain dari 13 3
7 Paru (tiga belas) 3
8 Orthopedi pelayanan 4
9 Urologi spesialis 2
10 Bedah Syaraf 2
11 Bedah Plastik 1
12 Kedokteran Forensik -
E. Pelayanan Medik Subspesialis
1 Bedah minimal 2 Bedah Anak: 1
(dua) Bedah Thorax
pelayanan Cardiovaskuler : 1
subspesialis Bedah Kepala
dari 4 Leher: 1
2 Penyakit Dalam (empat) Endokrin
spesialis Metabolik: 1
dasar Alergi dan
Imunologi: 1
Ginjal Hipertensi:
1
NO PERSYARATAN KELAS B RSI Jemursari Keterangan
3 Kesehatan Anak 0
4 Obstetri dan Ginekologi Fertilitas dan
Endokrinologi
Reproduksi: 1
F. Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut
1 Bedah Mulut minimal 3 1
(tiga)
2 Konservasi/Endodonsia pelayanan 1
3 Periodonti subspesialis 0
4 Orthodonti 1
5 Prosthodonti 1
6 Pedodonsia/KGA 1
G. Pelayanan Kefarmasian
1 Kepala instalasi farmasi RS 1 1
Tabel di atas menunjukkan data SDM RSI Jemursari dibandingkan dengan standar
permenkes No. 56 Tahun 2014. SDM di RSI Jemursari pada Pelayanan Medis Dasar,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik
Subspesialis, dan Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut jumlah ketenagaan sudah
memenuhi Standar di Permenkes No. 56 Tahun 2014.
SDM RSI Jemursari Surabaya belum memenuhi standar pada beberapa aspek. Pada
Pelayanan Medik Spesialis Penunjang, terdapat kekurangan SDM pada Patologi Klinikk
dan Patologi Anatomi masing-masing satu orang. Pada Pelayanan Kefarmasian, terdapat
kurangnya Apoteker sejumlah 3 orang, yaitu untuk Apoteker di rawat inap, IGD, dan ICU.
SDM Apoteker di RSI pada instalasi tersebut juga digabung, sementara pada Permenkes
mensyaratkan untuk dipisah. SDM RSI Jemursari pada poin Tenaga Kesehatan dan
Petugas Lainnya juga belum memenuhi standar. RSI Jemursari tidak memiliki SDM
Fisikawan Medik, Petugas Proteksi Radiasi Medik, dan Petugas Kamar Jenazah. Pada
petugas kamar jenazah, manajemen menggunakan pihak ketiga untuk melakukan
pelayanan di kamar jenazah.
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016
1. Jumlah Kunjungan IGD 26.314 34.318 39.260
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016
2. Jumlah Kunjungan IRJ 96.178 159.008 170.154
3. Bed Occupancy Rate(BOR) 54,79% 63,9% 67,6%
4. Turn Over Interval(TOI) 2,8 hari 1,89 hari 1,53 hari
5. Bed Turn Over(BTO) 58,87 kali 63,87 kali 76,0 kali
6. Average Length of Stay(ALOS) 3,26 hari 3,79 hari 3,24 hari
Sumber: Laporan Tahunan RSI Jemursari Surabaya 2014-2016.
Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui jumlah kunjungan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
pada tahun 2016 sebesar 40.458 dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Sama halnya dengan kunjungan di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) pada tahun
2016 sebesar 190.096 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Bed
Occupancy Rate (BOR) di Ruangan Rawat Inap RSI Jemursari Surabaya pada tahun 2016
sebesar 71,8%. Angka tersebut mengalami peningkatan muai tahun 2014 hingga tahun
2016. Secara umum dapat disimpulkan kinerja pelayanan RSI Jemursari Surabaya
mengalami peningkatan, terutama dalam hal jumlah kunjungan pasien IGD dan IRJ, serta
adanya peningkatan BOR pasien yang dirawat di RSI Jemursari Surabaya.
UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan diatur pada Perpres no. 77 tahun 2015
tentang Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit, menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib
menyelanggarakan pelayanan gawat darurat.
Sesuai yang tertera pada Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Di Rumah
Sakit Islam Jemursari, Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu instalasi yang
dimiliki oleh RS Islam Jemursari untuk penanganan pasien akut dan gawat darurat selama
24 jam sehari. Dalam hal untuk meningkatkan kinerja dan daya saing, IGD RS Islam
Jemursari harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan
pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif,
efektif, efisien dan menguntungkan. Dalam hal peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
IGD harus mempunyai sistem informasi manajemen IGD, sehingga informasi tentang
kuantitas dan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana IGD dapat digunakan oleh
manajemen RS Islam Jemursari untuk pengelolaan yang lebih efisien dan efektif.
Jalur masuk ambulance berbeda dengan jalur keluarnya. Ambulance yang membawa
pasien dapat menuju di depan pintu IGD dan areanya telah terlindung oleh kanopi dengan
bahan seperti gedung IGD (beton). Brangkar / stretcher dapat melalui pintu IGD. Area
parkir ambulance terletak di dekat IGD. Denah lengkap dari IGD RSI Jemursari sebagai
berikut:
Tabel 3.7 Sarana dan Prasarana di RSI Jemursari berdasarkan Pedoman Teknis Sarana dan
Prasarana Kelas B tahun 2010
a. Ruang Triage Ruang penerimaan pasien dan penentuan berdasarkan tingkat kegawatan
yang dilakukan oleh seorang dokter jaga Instalasi Gawat Darurat.
b. Ruang Observasi Ruang observasi/pemantauan keadaan pasien setelah dilakukan
tindakan medis dan keperawatan selama ± 2 jam, apabila membaik maka pasien dapat
berobat jalan dan bila keadaan tidak membaik pasien akan rawat inap (MRS).
c. Ruang Resusitasi Ruang tindakan untuk penanganan pertama pasien gawat darurat.
d. Ruang Bedah Ruang tindakan untuk melakukan tindakan kasus bedah.
e. Ruang Non Bedah Ruang untuk pemeriksaan semua pasien dengan kasus medik.
f. Ruang Istirahat Perawat Ruang serbaguna perawat yang bisa digunakan untuk tempat
istirahat.
g. Ruang Istirahat Dokter Ruang istirahat dokter jaga Instalasi Gawat Darurat selama 24
jam.
h. Ruang Tunggu Pasien Ruang tunggu keluarga pasien yang berobat ke Instalasi Gawat
Darurat selama pasien dalam proses pelayanan.
Pada tabel dapat dilihat tentang persyaratan sarana IGD untuk RS tipe B berdasarkan
Permenkes no. 856 Tahun 2009
Tabel 3.8 Sarana di IGD RSI Jemursari berdasarkan Permenkes No. 856 Tahun 2009
Analisis mengenai kelengkapan jenis dan jumlah peralatan medis dan non medis di
IGD RSI jemursari berdasarkan self assessment yang terlampir pada Permenkes no. 56
tahun 2014 untuk RS Kelas B adalah sebagai berikut.
Tabel 3.8 Kelengkapan Jenis Dan Jumlah Peralatan Medis Dan Non Medis di IGD RSI
Jemursari berdasarkan Permenkes No. 56 Tahun 2014
b.
Resusitasi
1 Defibrilator √ Tersedia
2 Resusitator Kit/Resucitation Bay √ Tersedia
3 Emergency Trolley/ Resucitation Crash - Tersedia
Cart
4 Film Viewer √ Tersedia
5 Lampu Periksa/Examination √ Tersedia
Lamp/Hanging Lamp
6 Laryngoscope √ Tersedia
NO NAMA ALAT Kelas RSI Keterangan
B Jemursari
7 Nebulizer √ Tersedia
8 Pulse Oximetry/Portable Pulse Oximetri √ Tersedia
9 Stethoscope/Stetoskop √ Tersedia
10 Suction Pump Portable/Aspirator/Vacuum √ Tersedia
11 Infusion Pump √ Tersedia
12 Syringe Pump √ Tersedia
13 Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien √ Tidak
Elektrik tersedia
14 Bed Patient Manual/Tempat Tidur Pasien √ Tersedia
Manual
15 Sphygmomanometer Digital/Tensimeter √ Tersedia
Digital
16 Sphygmomanometer Aneroid/Tensimeter √ Tersedia
Anaeroid
17 Termometer Digital √ Tersedia
c.
Tindakan
1 Gynecological Bed/Obstetric √
Table/Tempat Tidur Ginekologi Tersedia
2 Head Lamp/Lampu Kepala √ Tersedia
3 Lampu Periksa/Examination √ Tersedia
Lamp/Hanging Lamp
4 Operating Lamp Mobile √ Tersedia
5 Minor Surgery Set √ Tersedia
6 Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien √ Tidak
tersedia
7 Bed Patient Manual/Tempat Tidur Pasien √ Tersedia
Manual
d. Isolasi Tidak
Ada
1 Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien √
Elektrik
2 Bed Patient Manual/Tempat Tidur Pasien √
Manual
3 Bed Side Monitor/Patient Monitor/Pasien √
Monitor 4 Parameter
4 Emergency Trolley/ Resucitation Crash √
Cart
5 Oxygen Concentrator Portable √
6 Stethoscope/Stetoskop √
NO NAMA ALAT Kelas RSI Keterangan
B Jemursari
7 Sphygmomanometer Digital/Tensimeter √
Digital
8 Sphygmomanometer Aneroid/Tensimeter √
Anaeroid
9 Termometer Digital √
e.
Observasi
1 Stretcher/Brankar √ Tersedia
2 Bed Side Monitor/Patient Monitor/Pasien √ Tidak Ada di
Monitor 4 Parameter Tersedia RES
3 Defibrilator √ Tersedia Ada di
RES
4 ECG/EKG/Electrocardiograph 12 √ Tersedia
Channels
5 ECG/EKG/Electrocardiograph 6 Channels - Tidak
Tersedia
6 Emergency Trolley/ Resucitation Crash √ Tersedia
Cart
7 Infusion Pump √ Tersedia
8 Pneumatic Splint Set √ Tidak
Tersedia
9 Resusitator Kit/Resucitation Bay √ Tersedia
10 Stethoscope/Stetoskop √ Tersedia
11 Suction Pump Portable/Aspirator/Vacuum √ Tersedia
12 Syringe Pump √ Tersedia
13 Sphygmomanometer Digital/Tensimeter √ Tersedia
Digital
14 Sphygmomanometer Aneroid/Tensimeter √ Tersedia
Anaeroid
Tabel di atas menunjukkan kelengkapan jenis dan jumlah peralatan medis dan non
medis di IGD RSI Jemursari berdasarkan Permenkes No. 56 Tahun 2014. Pada ruang triage
semua peralatan medis dan non medis sudah sesuai. Pada ruang resusitasi tidak terdapat
Bed Patient Electric/Tempat Tidur Pasien Elektrik. Standar bed elektrik ini perlu untuk
dilakukan kajian apakah lebih baik menggunakan bed elektrik atau dengan stretcher yang
modern sudah cukup. Pada ruang tindakan juga tidak terdapat Bed Patient Electric/Tempat
Tidur Pasien. Pada permenkes perlu diperjelas terkait bed apakah boleh salah satu atau
harus ada untuk kedua jenis bed (manual dan elektrik). Di IGD RSI Jemursari belum
terdapat ruang isolasi. Hal ini perlu menjadi perhatian oleh manajemen karena ruangan
tersebut diperlukan agar pasien dengan penyakit menular tidak kontak dengan pasien yang
lainnya. Pada ruang Observasi, bed side monitor tidak ada. Pasien yang memerlukan
monitor dilakukan perpindahan di ruang Resusitasi. Selain itu juga terdapat defibrillator di
RES yang portable.
Fasilitas dan Prasarana Medis di IGD juga diatur di dalam PMK No. 856 Tahun
2009. Berikut adalah tabel tentang syarat fasilitas dan prasarana di RS Tipe B pada
Permenkes no. 856 Tahun 2009.
Tabel 3.8 Fasilitas dan Prasarana di IGD RSI Jemursari berdasarkan Permenkes No. 856
Tahun 2009
Kelas / Ruang Fasilitas dan Prasarana Level III Keterangan RSI Jemursari
A. RUANG TRIASE
Kit Pemeriksaan + Minimal 2 Ada
Sederhana
Brankar Penerimaan + Rasio (Cross Ada
Pasien Sectional) 1 TT
Pembuatan rekam (Perlu Ada, eRM
medik khusus dibuatkan
form)
Label (pada saat +
Ada (sticker)
korban massal )
B. RUANG TINDAKAN
Ruang
Resusitasi
Nasopharingeal tube + Minimal 1 Ada
setiap no
Oropharingeal tube + Minimal 1 Ada
setiap no
Laringoscope set + Minimal 1 Ada
Anak setiap no
Laringoscope set + Minimal 1 Ada
Dewasa setiap no
Nasotrakheal tube + Minimal 1 Tidak ada
setiap no
Orotracheal + Minimal 1 Ada
setiap no
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
Suction + Minimal 1 Ada
setiap no
Tracheostomi set + Minimal 1 Ada
setiap no
Bag Valve Mask + Minimal 1 Ada
(Dewasa / Anak) setiap no
Kanul Oksigen + Sesuai jumlah Sentral
TT
Oksigen Mask + Minimal 1 Ada
(Dewasa / Anak)
Chest Tube + Minimal 1 Ada
Crico/ Trakheostomi + Minimal 1 Ada
Ventilator Transport + Minimal 1 Ada
Vital Sign Monitor + Sesuai Jumlah
TT Ada
Infusion pump + Tidak ada
2 s/d 3 tiap
Syringe pump + Ada, 3 syringe
TT
di RES, TT 2
ECG + Minimal 1 Ada
Vena Section + Minimal 1 Ada
Defibrilator + Minimal 1 Ada
Gluko stick + Minimal 1 Ada
Stetoskop + Minimal 1 Ada
Termometer + Minimal 1 Ada
Nebulizer + Minimal 1 Ada
Oksigen Medis / + Rasio 1 : 1 TT
Concentrators di IGD Ada 1:1
Warmer + Minimal 1 Ada di PONEK
Imobilization Set Ada
Neck Collar + Minimal 1 Ada
Splint + Minimal 1 set
Ada
Long Spine Board + Minimal 1 set
Ada
Scoop Strecher + Minimal 1 set
Ada
Kendrik Extrication + Minimal 1 set
Device ( KED ) Ada
Urine Bag + Minimal 1 set/
TT Ada
NGT + Minimal 1 set Ada
Wound Toilet Set + Minimal 1 set Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
OBAT – OBATAN
DAN ALAT HABIS
PAKAI
Cairan Infus Koloid + Ada
Cairan Infus +
Kristaloid Ada
Cairan Infus Dextrose + Ada
Adrenalin + Ada
Sulfat Atropin + Ada
Kortikosteroid + Ada
Lidokain + Selalu Ada
Tersedia
Dextrose 50 % + Ada
dalam jumlah
Aminophilin + yang cukup di Ada
ATS , TT + IGD tanpa ATS ada
harus TT tidak ada
Trombolitik + diresepkan Ada
Amiodaron +
(inotropik) Ada
APD : masker, +
Sarung tangan,
kacamata google Ada
Manitol + Ada
Furosemid + Ada
Ruang Tindakan
Bedah
ALAT MEDIS
Meja Operasi / Minimal 3
Tempat tidur
tindakan Ada 7
Dressing set Minimal
10 Ada
Infusion set Minimal
10 Ada
Vena Section set Minimal 1 Ada
Torakosintetis set Minimal 1 Ada
Metal kauter Minimal 1 Ada
Film Viewer Minimal 1 Ada
Tiang Infus Minimal 6 Ada
Lampu Operasi Minimal 3 Ada 3
Thermometer Minimal 1 Ada
Stetoskop Minimal 1 Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
Suction Minimal 1 Ada
Sterilisator Minimal 1 Ada
Bidai Minimal 1 Ada
Splint Minimal 1 Ada
OBAT-OBATAN
DAN ALAT HABIS
PAKAI
Analgetik + Ada
Antiseptik + Ada
Cairan kristaloid + Ada
Lidokain + Ada
Wound dressing + Ada
Alat-alat anti septic + Ada
ATS + Ada
Anti Bisa Ular + Tidak ada
Anti Rabies + Tidak ada
Benang jarum + Ada
APD : masker, +
sarun tangan,
kacamata google Ada
Ruang Tindakan
Medik
PERALATAN
Kumbah Lambung Minimal 1
Set Ada
EKG Minimal 1 Ada
Kursi Periksa Minimal 1 Ada
Irigator Pemeriksaan Minimal 1 Ada
Nebulizer Minimal 1 Ada
Suction Minimal 1 Ada
Oksigen Medis Minimal 1 Ada
NGT Minimal 1 Ada
Syringe Pump Minimal 2 Ada
Infusion Pump Minimal 2 Ada
Jarum Spinal Minimal 1 Ada
Lampu Kepala Minimal 1 Ada
Bronchoscopy - Tidak ada
Opthalmoscope Minimal 1 Ada
Otoscope set Minimal 1 Ada
Slit Lamp Minimal 1 Tidak ada
Tiang Infus Minimal 1 Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
Tempat Tidur Minimal 1 Ada
Film Viewer Minimal 1 Ada
OBAT – OBATAN
DAN BAHAN
MEDIS HABIS
PAKAI
Cairan Infus Koloid + Ada
Cairan Infus +
Kristaloid Ada
Cairan Infus Dextrose + Ada
Adrenalin + Ada
Sulfas Atropin + Ada
Kortikosteroid + Ada
Lidokain + Ada
Aminophilin / ß 2 + Selalu
bloker Tersedia Ada
Pethidin + dalam jumlah Ada
Morfin + yang cukup di Ada
Anti convulsion + IGD tanpa Ada
Dopamin + harus Ada
Dobutamin + diresepkan Ada
ATS + Ada
Trombolitik + Ada
Amiodaron +
(inotropik) Ada
APD : masker, sarung +
tgn, kacamata google Ada
Manitol + Ada
Furosemid + Ada
Ruang Tindakan
Bayi & Anak
PERALATAN
MEDIS
Inkubator Minimal 1 Ada incubator
transport
standby 24 jam
di Neo
Tiang Infus Minimal 1 Ada
Tempat Tidur Minimal 1 Ada
Film Viewer Minimal 1 Ada
Suction Minimal 1 Ada
Oksigen Minimal 1 Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
OBAT- OABATAN
DAN BAHAN
MEDIS HABIS
PAKAI
Stesolid + Ada
Mikro drips set + Ada
Intra Osseus set + Ada
Ruang Tindakan
Kebidanan
PERALATAN
MEDIS
Kuret Set Minimal 1/
bergabung Ada
Partus Set Minimal 1 Ada
Suction bayi Minimal 1 Ada
Meja Ginekologi Minimal 1/
bergabung Ada
Meja Partus Minimal 1/
bergabung Ada
Vacuum set Minimal 1/
bergabung Ada di VK
Forcep set Minimal 1/
bergabung Ada di VK
CTG Minimal 1/
bergabung Ada
Resusitasi set Minimal 1/
bergabung Ada
Doppler Minimal 1/
bergabung Ada
Suction Bayi baru Minimal 1/
lahir bergabung Ada
Laennec Minimal 1
/
bergabung Ada
Tiang Infus Minimal 1
/
bergabung Ada
Tempat Tidur Minimal 1
/
bergabung Ada
Film Viewer Minimal 1
/ Bergabung dg
bergabung IGD
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
OBAT -OBATAN
Uterotonika + Tersedia Ada
Prostaglandin + dalam jumlah
yang cukup
Ada
Ruang Operasi
( R. Persiapan
dan Kamar
Operasi)
a. RUANG
PERSIAPAN
Ruang ganti + Tindakan / Ada
Brankar + operasi yang Ada
Oksigen + dilakukan Ada
Suction + terutama
Ada
untuk keadaan
Linen +
Cito, bukan
elektif Ada
b. KAMAR
OPERASI
Meja Operasi Minimal 1 Ada
Mesin Anastesi Minimal 1 Ada
Alat regional Anestesi Minimal 1 Ada
Lampu ( Mobile / Minimal 1
statis ) Ada
Pulse Oximeter Minimal 1 Ada
Vital Sign Monitor Minimal 1 Ada
Meja Instrumen Minimal 1 Ada
Tindakan
Suction Minimal 1 Ada
yang
C-arm Minimal 1 dilakukan
Film Viewer Minimal 1 terutama Ada
Set Bedah dasar Minimal 1 untuk keadaan Ada
Set laparatomi Minimal 1 Cito, bukan Ada
Set Apendiktomi Minimal 1 elektif Ada
Set sectiosesaria Minimal 1 Ada
Set Bedah anak Minimal 1 Ada
Set Vascular Minimal 1 Ada
Torakosintetis set Minimal 1 Ada
Set Neurosurgery Minimal 1 Ada
Set orthopedic Minimal 1 Ada
Set urologi Minimal 1
Emergency Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
Set Bedah Plastik Minimal 1
Emergency Ada
Set Laparoscopy Minimal 1 Ada
Endoscopy surgery Minimal 1 Tidak Ada
Laringoscope Minimal 1 Ada
Bag Valve Mask Minimal 1 Ada
Defibrilator Minimal 1 Ada
c. RUANG
RECOVERY
Infusion pump Minimal 2 Ada
Syringe pump Minimal 2 Tindakan Ada
Bed Side Monitor Minimal 1 yang Ada
Suction Minimal 1 dilakukan Ada
untuk keadaan
Tiang Infus Minimal 1 Ada
cito, bukan
Infusion set Minimal 1 elektif Ada
Oxygen Line Minimal 1 Ada
C. RUANG
PENUNJANG
MEDIS
1. Ruang
Radiology
Mobile X-ray Minimal 1 Ada
Mobile USG Minimal 1 Tidak ada
Apron Timbal Minimal 2 Bisa Ada 2
bergabung/
CT Scan Minimal 1 Di Radiologi
tersendiri dan
MRI - dapat diakses -
Automatic Film Minimal 1 24 jam Ada di
Processor Radiologi
Film Viewer Minimal 1 Ada
2. Ruang
Laboratorium
a. Lab. Standar
Lab. Rutin + Bisa Ada
Elektrolit + bergabung / Ada
Kimia Darah + tersendiri dan Ada
Analisa Gas Darah + dapat diakses Ada
CKMB ( Jantung ) +/- 24 jam Ada
b. Lab. Khusus Ada
3. Bank Darah ( + Bisa Ada
BDRS ) bergabung Dapat Diakses
BMHP ( Bahan Medis + 24 jam
Habis Pakai ) Ada
Kelas / Ruang Fasilitas dan Level III Keterangan RSI Jemursari
Prasarana
4. Ruang
Sterilisasi
Basah + Minimal 1 Ada
Autoclave + Minimal 1 Ada
5. Gas Medis :
N2O
Tabung Gas + Ada
Sentral + Ada
D. RUANG
PENUNJANG
NON MEDIS
1. Alat Komunikasi
Internal
Fix + +
Mobile +/ +
Radio Medik + +
2. Alat Komunikasi
Eksternal
Fix + Ada
Mobile +/ Ada
Tidak ada, Ikut
Radio Medik +
118
3. Alat Rumah
Tangga
Komputer + +
Mesin Ketik + +
Alat Kantor + +
Meubelair + +
Papan Tulis + +
Berdasarkan tabel di atas, pada ruang triase sudah memenuhi Permenkes no. 856
tahun 2009. Pada ruang tindakan, tidak terdapat nasotrakheal tube dan infusion pump. Alat
tersebut dalam praktek sehari-hari di igd juga jarang digunakan. Pada keadaan gawat
seperti di res, infusion pump dapat dilakukan dengan menggunakan manset dari tensimeter.
Pada obat – obatan dan alat habis pakai sudah tersedia dalam jumlah yang cukup di igd
tanpa harus diresepkan kecuali dalam hal tt yang tidak ada.
Pada ruang tindakan bedah, tempat tidur tindakan ada 7 buah. Alat medis telah
lengkap tersedia. Obat-obatan dan alat habis pakai perlu dilakukan penambahan pada anti
bisa ular dan anti rabies. Pada ruang tindakan medik, peralatan telah cukup lengkap,
kecuali bronchoscopy dan slit lamp tidak ada. Bronchoscopy di igd sulit untuk dilakukan
dimana tindakan ini rata-rata memerlukan kamar operasi dan pasien dilakukan pembiusan.
Slit lamp juga biasanya hanya terdapat pada poli mata. Obat – obatan dan bahan medis
habis pakai telah lengkap.
Pada ruang tindakan bayi & anak peralatan medis cukup lengkap. Namun untuk
incubator yang ada yaitu incubator transport yang standby di ruangan neonatus dan dapat
diakses 24 jam. Obat- obatan dan bahan medis habis pakai cukup lengkap. Pada ruang
tindakan kebidanan juga ada di IGD RSI Jemursari berupa PONEK. Pada ruangan ini,
peralatan medis cukup lengkap. Terkait alat vacuum set dan forcep set bergabung di kamar
bersalin. Dan film viewer bergabung dengan IGD. Obat-obatan uterotonika dan
prostaglandin juga tersedia.
Ruang operasi (r. persiapan dan kamar operasi) baik di ruang persiapan, kamar
operasi, dan ruang recovery sudah memenuhi syarat, kecuali dalam hal endoscopy surgery
yang memang belum terdapat di RSI Jemursari. Ruang penunjang medis ruang radiology,
ruang laboratorium, bank darah, ruang sterilisasi dan gas medis telah memenuhi dari
syarat-syarat di Permenkes.
Ruang penunjang non medis telah dilengkapi dengan alat komunikasi internal maupun alat
komunikasi eksternal. Pada radiomedik untuk eksternal belum ada. Sehingga, apabila
diperlukan komunikasi menggunakan alat tersebut, bergabung dengan 118 dari RSUD Dr.
Soetomo.
Instalasi Gawat Darurat RS Islam Jemursari dipimpin oleh Kepala Instalasi Gawat
Darurat yang membawahi Dokter Jaga, Koordinator Instalasi Gawat Darurat dan
Koordinator Ambulance Emergency dan Resusitasi.
Gambar 3.4 Struktur Organisasi IGD RSI Jemurasi Surabaya
Pada struktur organisasi di atas, Kepala Instalasi Gawat Darurat ada di bawah
Manager Pelayanan Medis. Tidak tampak jelas pembagian tugas sesuai teori dari Mintberg
tentang struktur organisasi pada struktur setelah Kepala IGD. Pada sayap kanan tampak
kotak yang berisi unit-unit dan instalasi-instalasi yang beberapa bukanlah merupakan
bagian dari supporting staff di IGD, melainkan hubungan antar Instalasi. Pada Middle core,
Dokter jaga diposisikan sejajar dengan coordinator instalasi dan coordinator ambulance.
Hal ini membingungkan terkait dengan hubungan kerja antar masing-masing peran.
Sehingga penulis mengusulkan untuk perubahan struktur organisasi IGD sebagai berikut.
Gambar 3.4 Usulan Struktur Organisasi IGD RSI Jemurasi Surabaya
Pada struktur ini, Kepala IGD berada langsung dibawah Wadir Pelayanan Medis. Hal
ini dikarenakan struktur IGD memerlukan koordinasi lebih selain manager yanmed, juga
terdapat manajer keperawatan dan manajer penunjang medis. Konsulen Dokter Spesialis
tetap di sebelah kiri yaitu sebagai technostructure dari IGD. Selain itu di sisi kanan terdapat
tempat penerimaan pasien IGD yaitu di dalamnya terdapat unit kasir dan unit
admisi/pendaftaran. Dibawah kepala instalasi terdapat empat middle core yaitu coordinator
ambulance dan Resusitasi, Koordinator Pendidikan dan Penelitian, Koordinator Pelayanan,
dan Koordinator peralatan dan Obat. Di operating core yaitu dokter jaga dan perawat jaga.
3.2.5 Job Description IGD RSI Jemursari Surabaya
Tabel 3.9 Job Deskripsi Kepala Instalasi IGD RSI Jemursari Surabaya
Berdasarkan Kepmenkes 856 Tahun 2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (
IGD ) Rumah Sakit telah disebutkan bahwa seorang kepala IGD harus Dokter. Hal ini telah
sesuai dengan syarat jabatan pada RSI Jemursari yaitu Dokter. Namun penggunaan kata
terampil disini menimbulkan pertanyaan, yaitu ukuran yang dipakai tidak jelas.
Penggunaan syarat ATLS, ACLS, dan sertifikat kegawatdaruratan lain sebaiknya dirubah
menjadi ATLS, ACLS, dan atau sertifikat kegawatdaruratan lain.
Analisis SDM IGD di RSI Jemursari juga dilakukan menggunakan standar dari
Kepmenkes No. 856 Th. 2009. RSI Jemursari adalah RS kelas B sehingga menggunakan
standar Level III. Standar tersebut dapat dilihat pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 SDM IGD menurut Kepmenkes No. 856 Th. 2009
Pada Kepmenkes No. 856 tahun 2009 juga disebutkan mengenai syarat pelatihan
untuk SDM dokter dan perawat di IGD. Dokter IGD harus sudah mendapatkan Pelatihan
Kegawat Daruratan (GELTS, ATLS, ACLS, dll). Untuk Kepala Perawat IGD, harus sudah
mendapatkan +Pelatihan KegawatDaruratan (Emergency Nursing, BTLS, BCLS dll),
sedangkan semua perawat harus minimal sudah mendapatkan pelatihan emergency
nursing. Data tentang sertifikat pelatihan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.11 untuk
SDM dokter, dan tabel 3.12 dan 3.13 untuk SDM Perawat.
Tabel 3.11 SDM dokter di IGD RSI Jemursari dengan syarat Kepmenkes No. 856 Th. 2009
BLS PPGD GELS ALS Pelatihan lain
No. Nama +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku
In-house
1 dr. A
Triage (+)
EKG,
2 dr. B In-house
ACLS (+) Triage (+)(+)
ATLS, In-house
3 dr. C
ACLS (+)(+) Triage (+)
In-house
4 dr. D
ATLS (+) Triage (+)
ATLS,
5 dr. E
ACLS (+)(+) EKG (+)
ATLS, In-house
6 dr. F
ACLS (+)(+) Triage (+)
In-house
7 dr. G
ACLS (+) Triage (+)
EKG,
PTC, In-
8 dr. H
ATLS, house
+ ACLS (+)(+) Triage (+)(+)(+)
BLS PPGD GELS ALS Pelatihan lain
No. Nama +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku +/- Berlaku
Hiperke
9 dr. I
ATLS (+) s (+)
ATLS,
10 dr. J
ACLS (+)(+)
11 dr. K ACLS (+) EKG (+)
ATLS,
12 dr. L
ACLS (+)(+)
ATLS,
13 dr. M
ACLS (+)(+) EKG (+)
14 dr. N ACLS (+) EKG (+)
ATLS, Hiperke
15 dr. O
ACLS (+)(+) s (+)
ATLS,
16 dr. P
ACLS (+)(+)
17 dr. Q EKG (+)
18 dr. R ACLS (+) EKG (+)
ATLS,
19 dr. S
ACLS (+)(+)
20 dr. T ATLS (+) EKG (+)
ATLS,
21 dr. U
ACLS (+)(+) EKG (+)
Tabel 3.12 SDM perawat di IGD RSI Jemursari dengan syarat Kepmenkes No. 856 Th.
2009
Kepmenkes No. 856 tahun 2009 mengatur bahwa jenis pelayanan yang harus
dilakukan pada rumah sakit Level III (Kelas B) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.13 Jenis Pelayanan di IGD RSI Jemursari dengan Kepmenkes No. 856 Th. 2009
Level III RSI Jemursari
1. Diagnosis & penanganan : Permasalahan pd A, B, C dgn Terpenuhi. Penanganan
alat-alat yang lebih lengkap termasuk ventilator ventilator ada di ICU
2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi Terpenuhi
3. Observasi HCU/R. Resusitasi Terpenuhi
4. Bedah cito Terpenuhi
Pelayanan di IGD Jemursari telah sesuai dengan syarat jenis pelayanan yang tertera
di Permenkes No. 856 Tahun 2009. Dalam hal ventilator, di IGD tidak ada alat tersebut,
melainkan terdapat di ICU.
Dari semua SPO tersebut, berikut satu SPO di RSI Jemursari yang dilakukan telaah,
yaitu SPO mengenai Defibrilasi di RSI Jemursari. SPO tersebut pertama kali diterbitkan
pada tanggal 1 September 2015.
Tata cara penulisan SPO menurut Guidance for Preparing Standard Operating
Prosedures (SOPs) oleh EPA pada tahun 2007, SPO harus ditulis secara singkat, langkah
demi langkah dan menggunakan format yang mudah dibaca. Informasi yang disajikan tidak
boleh membingungkan dan rumit, serta menggunakan kata kerja aktif. Penggunaan kata
kerja “kamu” tidak diperbolehkan dan tidak boleh berisi kalimat yang terlalu panjang lebar
dan berlebihan. Dokumen harus sederhana pendek. Informasi harus jelas dan eksplisit
untuk menghindari adanya keraguan. Bisa juga ditambahkan flow chart untuk
mengilustrasikan proses yang sedang digambarkan.
SPO yang terbit pertama kali seharusnya memiliki nomor revisi 0 (nol). Pada kolom
pengertian, adalah berisikan definisi tentang judul dari SPO. Pada SPO di atas, pengertian
SPO masih perlu diperjelas. Indikasi seharusnya juga masuk di dalam kolom pengertian.
Pada kolom Tujuan tertulis dua tujuan, salah satunya yaitu untuk meningkatkan mutu
pelayanan Unit Resusitasi. Seharusnya tujuan yang dimaksud adalah tujuan dari tindakan
tersebut, bukan manfaat. Prosedur yang tertulis juga perlu untuk dilakukan revisi. Prosedur
sebaiknya menggunakan kata aktif. Berikut adalah usulan dari Penulis untuk SPO
Defibrilasi di RSI Jemursari.
DEFIBRILASI
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
170/SPO.IGD/09/15 2 1/1
Pada tabel diatas, judul tidak berubah. Nomor revisi adalah nomor satu, dengan
tanggal terbit adalah tanggal ditetapkannya oleh direktur. Kolom pengertian telah
digantikan oleh pengertian yang sesuai dengan standar dari PERKI (Perhimpunan
Kardiologi Indonesia) dan termasuk indikasi di dalamnya. Pada kolom tujuan telah dirubah
menjadi tujuan dari pelaksanaan prosedur. Pada kolom prosedur dilakukan perubahan
kata yaitu menjadi kalimat aktif. Unit yang terkait juga mendapatkan perubahan yaitu pada
semua unit yang memang melakukan defibrilasi, dalam hal ini tambahannya yaitu Kamar
operasi, IRNA, dan IRJ.
3.2.8 Alur Pelayanan IGD RSI Jemursari Surabaya
PASIEN DATANG
KE IGD
TRIAGE
PENDAFTARAN (A/B/C/D)
RESUSITASI
BEDAH NON BEDAH VK /OBSGYN
BERHASIL GAGAL
KAMAR JENAZAH
PERAWATAN LEBIH LANJUT
TIDAK YA
KEMATIAN WAJAR KEMATIAN TAK WAJAR /
KLL
KASIR
APOTIK
RAWAT INAP
PULANG
Gambar 3.4 Alur Pelayanan IGD RSI Jemursari Surabaya
Pada alur pelayanan IGD RSI Jemursari, pasien masuk pertama kali di IGD
kemudian ditriage. Triage yang berlaku di IGD RSI Jemursari menggunakan triage warna
yaitu:
1. Triage Biru / Prioritas pertama, untuk pasien dengan gangguan airway, breathing,
circulation yang mengancam jiwa
2. Triage Merah / Prioritas kedua, untuk pasien gawat darurat
3. Triage Kuning / Prioritas ketiga, untuk pasien gawat darurat ringan
4. Triage Hijau / Prioritas keempat, untuk pasien gawat darurat semu
5. Triage Hitam / Prioritas kelima, untuk pasien yang saat datang sudah meninggal
Pada diagram alur di atas, belum terlihat hasil yang sesuai dengan triagenya. Perlu
adanya alur yang menggambarkan dari hasil triage. Setelah prosedur triage, pasien
dilakukan pelayanan sesuai dengan triagenya masing-masing. Cara keluar pasien dari IGD
RSI Jemursari adalah pelayanan Operasi cito (OK), MRS, Pulang atas izin dokter, Pulang
atas permintaan sendiri, Dirujuk, dan meninggal. Hal itu belum tergambar di alur di atas
Alur diatas belum menunjukkan alur dimana pasien dirujuk, operasi cito, atau pasien
pulang atas permintaan sendiri. Selain itu, alur diatas juga belum menunjukkan pada
pelayanan triage hijau yang alur penanganannya berdasarkan jam datang pasien. Pada hari
dan jam kerja poli, pasien dengan triage hijau diarahkan ke IRJ.
Alur pelayanan pasien juga biasanya berbentuk flow chart. Flow chart adalah symbol
atau grafik yang menggambarkan suatu proses. Setiap langkah dalam proses tersebut
digambarkan dengan symbol yang berbeda dan berisi deskripsi singkat dari langkah
tersebut. Simbol di dalam flow chart terhubung dengan tanda panah yang menunjukkan
arah dari proses tersebut. Hebb pada tahun 2014 menyatakan bahwa simbol yang berbeda
dari flow chart mempunyai arti yang berbeda. Simbol yang paling umum digunakan, antara
lain:
1. Terminator : bentuk oval. Menunjukkan permulaan atau akhir dari suatu proses.
2. Proses : bentuk persegi panjang. Menunjukkan sebuah proses.
3. Keputusan : bentuk diamond. Menunjukkan cabang pada alur.
4. Penghubung : bentuk lingkaran bulat, kecil, dan berlabel. Menunjukkan sebuah tanda
untuk proses alur yang baru.
5. Data : sebuah parallelogram yang menunjukkan data input / output (I/O) sebuah
proses.
Oleh karena itu, berdasarkan observasi dan wawancara selama periode magang,
penulis mengusulkan alur pelayanan pasien IGD RSI Jemursari sebagai berikut.
Gambar 3.5 Usulan Alur Pelayanan IGD RSI Jemursari Surabaya
Pada alur di atas, awal dan akhir dari pelayanan digambarkan dengan denominator,
yaitu bentuk elips. Pada awal dari pelayanan, semua pasien IGD dilakukan triage,
kemudian dipilah sesuai dengan tingkat kegawatannya oleh dokter jaga. Prioritas
pelayanan pasien berdasarkan urutannya yaitu, pasien triage biru, triage merah, triage
kuning, triage hijau, dan triage hitam. Sembari dilakukan prosedur triage, keluarga /
pengantar pasien mendaftar ke bagian Pendaftaran IGD (Tempat Penerimaan Pasien IGD).
Pada pasien triage biru merupakan prioritas pertama. Pasien triage biru yaitu pasien
yang mengalami gangguan Airway, Breathing, dan atau Circulation yang dapat
mengancam jiwa / nyawa. Pada alur pelayanan pasien tersebut langsung dimasukkan pada
ruang resusitasi. Dalam hal resusitasi berhasil, pasien kemudian dikeluarkan dari ruang
resusitasi kemudian ditempatkan di area sesuai dengan kasusnya. Pada resusitasi yang
tidak berhasil. Pasien dinyatakan meninggal dan dipindahkan ke kamar jenazah.
Pada triage kuning dan merah dilakukan pemilahan berdasarkan tipe kasusnya. Pada
kasus obsgyn pasien dimasukkan ke dalam area PONEK, pada kasus medik dimasukkan
pada bed di area medis, dan pada kasus bedah dimasukkan ke bed di area bedah. Pasien
kemudian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga. Dalam hal
diperlukan tindakan cito, ditentukan untuk tindakan di OK atau di IGD. Pasien kemudian
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti radiologi atau lab apabila terdapat indikasi.
Setelah semuanya telah dilakukan, pasien dilakukan observasi. Apabila membaik dan
diperkenankan pulang oleh dokter, pasien dapat diberi resep untuk diambil di apotek.
Apabila pasien berkenan untuk pulang APS, maka pasien dapat juga diberikan resep untuk
dibawa pulang. Apabila pasien tidak membaik, kemudian ditentukan apakah pasien
memerlukan rujuk ke RS / fasilitas kesehatan lain. Apabila pasien tidak perlu rujuk dan
memerlukan MRS, keluarga / pengantar pasien diarahkan untuk ke Tempat Penerimaan
Pasien Rawat Inap (TPPRI). Apabila ada kamar, pasien kemudian MRS.
Pada pasien dengan triage hijau kemudian dipilah berdasarkan jam kedatangan,
apabila dia hadir pada jam kerja IRJ, pasien diarahkan untuk ke poli. Apabila diluar jam
kerja IRJ, pasien kemudian dilakukan pemeriksaan di IGD. Prioritas terakhir yaitu pasien
hitam. Pada pasien dengan triage ini adalah pasien yang telah meninggal sebelum datang di
IGD RSI Jemursari. Jenazah dibaringkan pada area triage hitam. Setelah itu pasien dibawa
ke kamar jenazah. Apabila terdapat indikasi kematian tidak wajar, pasien dilakukan
rujukan ke Ilmu Kedokteran Forensik RSUD Dr. Soetomo. Apabila tidak, jenazah dapat
dibawa pulang oleh keluarga pasien setelah dilakukan observasi selama dua jam.
Jumlah pasien IGD RSI Jemursari Surabaya semakin meningkat setiap tahunnya.
Berikut adalah jumlah kunjungan pasien di IGD RSI Jemursari Tahun 2014 – 2016.
Tabel 3.16 Jumlah kunjungan pasien di IGD RSI Jemursari Tahun 2014 - 2016
Tahun Jumlah pasien Rata-rata Jumlah pasien per hari Peningkatan
2014 26.324 72 -
2015 34.425 94 31%
2016 39.236 107 14%
Berdarkan tabel di atas, jumlah pasien dari 2014 sejumlah 26.324 orang meningkat
menjadi 39.236 orang pada tahun 2016. Peningkatan tertinggi yaitu pada tahun 2015 yaitu
meningkat 31% dibanding tahun 2014. Jumlah rata-rata pasien per hari pada tahun 2016
adalah 107 orang per hari. Hal ini harus dapat menjadi antisipasi manajemen dalam hal
pelayanan agar berjalan optimal. Dari tabel di atas, dilakukan penjabaran data berdasarkan
tipe kunjungan dari pasien yang dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 3.17 Jumlah pasien IGD RSI Jemursari Tahun 2016 berdasarkan kunjungan baru
atau lama (sumber data: SIM RS)
Bulan Kunjungan baru Kunjungan lama Total kunjungan % pasien baru
Januari 568 2.463 3.031 19%
Februari 546 2.520 3.066 18%
Maret 684 3.023 3.707 18%
April 665 3.069 3.734 18%
Mei 635 2.950 3.585 18%
Juni 505 2.589 3.094 16%
Juli 563 2.721 3.284 17%
Agustus 526 2.661 3.187 17%
September 522 2.512 3.034 17%
Oktober 542 2.504 3.046 18%
November 512 2.634 3.146 16%
Desember 580 2.742 3.322 17%
TOTAL 6.848 32.388 39.236 17%
Kunjungan IGD RSI Jemursari Tahun 2016
4000
3000
2000 3,023 3,069 2,950 2,742
2,463 2,520 2,589 2,721 2,661 2,512 2,504 2,634
1000
568 546 684 665 635 505 563 526 522 542 512 580
0
Gambar 3.6 Jumlah pasien IGD tahun 2016 berdasarkan kunjungan baru atau lama
(sumber data: SIM RS)
Jumlah kunjungan dari pasien baru di IGD RSI Jemursari adalah antara 16-19%
kunjungan per bulannya. Jumlah pasien baru tertinggi yaitu pada bulan Maret adalah 684
orang (18% dari kunjungan). Selain itu dapat dilihat juga bahwa kunjungan tertinggi pada
tahun 2016 adalah saat bulan April yaitu 3.734 pasien, dan kunjungan terendah adalah
bulan Januari yaitu 3.301 pasien.
Tabel 3.18 Jumlah pasien berdasarkan triage (sumber data: SIM RS)
Bulan BIRU MERAH KUNING HIJAU HITAM Total
Jan-16 84 908 1926 818 8 3744
Feb-16 55 784 1518 659 4 3020
Mar-16 58 855 1933 854 7 3707
Apr-16 64 537 1755 664 11 3031
May-16 80 1152 1362 982 9 3585
Jun-16 68 1180 1246 593 6 3093
Jul-16 70 1015 1411 783 13 3292
Aug-16 83 739 1729 974 6 3531
Sep-16 84 934 1380 632 3 3033
Oct-16 93 1016 1368 565 4 3046
Nov-16 58 762 1069 430 10 2329
Dec-16 184 1284 1274 578 4 3324
Proporsi Triage Pasien di IGD RSI Jemursari Tahun 2016
100.0% 0.2% 0.1% 0.2% 0.4% 0.3% 0.2% 0.4% 0.2% 0.1% 0.1% 0.4% 0.1%
70.0%
38.3%
60.0% 40.3% 44.9%
45.5% 45.9%
50.3% 38.0% 42.9%
50.0% 51.4% 52.1% 57.9% 49.0%
40.0%
30.0%
38.6%
20.0% 38.2% 33.4%
32.1% 30.8% 30.8% 32.7%
24.3% 26.0% 23.1% 20.9%
10.0% 17.7%
2.2% 1.8% 1.6% 2.1% 2.2% 2.2% 2.1% 2.4% 2.8% 3.1% 2.5% 5.5%
0.0%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16
Gambar 3.7 Proporsi Triage Pasien di IGD RSI Jemursari Tahun 2016 (sumber data: SIM RS)
Pada pelayanan di IGD RSI Jemursari, terdapat 7 cara pulang yang terekam, yaitu
Pulang atas izin dokter, dirujuk ke RS / fasilitas kesehatan lain, melarikan diri, meninggal,
MRS, Pulang atas permintaan sendiri (APS), dan cito operasi. Pasien yang pulang perlu
dibedakan yaitu pulang atas izin dokter dan atas permintaan sendiri (APS) sebagai
gambaran jumlah pasien yang tidak mematuhi anjuran dokter atau tidak puas dengan
pelayanan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.19 dan untuk proporsi dapat dilihat pada
gambar 3.5.
Tabel 3.19 Jumlah pasien IGD berdasarkan cara pulang (sumber data SIM RS)
40.0%
69.4%
30.0% 61.4% 64.4% 62.9% 63.2% 60.6%
59.7%
53.9% 54.4% 50.7% 51.0% 52.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16
Gambar 3.5 Jumlah pasien IGD berdasarkan cara pulang (sumber data: SIM RS)
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah pasien dengan cara pulang atas
izin dokter merupakan mayoritas dengan rata-rata yaitu 58,6 % (50,7 – 69,4 %) dari total
kunjungan selama 2016. Pasien yang MRS (masuk rumah sakit / rawat inap) menempati
posisi terbanyak kedua dengan rata-rata 33,8% (24,9 – 42,7%) dari total kunjungan. Pasien
yang mendapatkan pelayanan cito operasi di kamar operasi rata-rata adalah 1,7% (1,2 – 2,6
%) dari total kunjungan. Jumlah pasien yang dirujuk adalah 4,1% (2,6 – 8,0 %) dari total
kunjungan. Terdapat pasien yang melarikan diri yaitu pada bulan februari dan bulan maret
masing-masing sebanyak satu orang. Pasien meninggal menempati proporsi paling sedikit
yaitu 0,2% (0,1 – 0,4%) dari total kunjungan.
Diagnosis dari dokter jaga di IGD RSI Jemursari direkam di rekam medis elektronik
dan kemudian dilakukan koding sesuai dengan ICD-10. Hasil dari koding tersebut
kemudian ditabulasikan menjadi data penyakit terbanyak di IGD RSI Jemursari. Berikut
sepuluh penyakit terbanyak di IGD RSI Jemursari sebagaimana pada tabel 3.20
Tabel 3.20 Jumlah pasien IGD tahun 2016 berdasar 10 penyakit terbanyak (sumber data:
SIM RS)
Penyakit terbanyak yang ada di IGD RSI jemursari berdasarkan kode ICD 10 adalah
Fever, unspecified. Kode tersebut merupakan kode R dimana merupakan grup diagnosis
dari keluhan, dimana berarti diagnosis pasti dari penyebab panas belum dapat ditegakkan
atau masih dalam fase observasi. Diagnosis terbanyak kedua dan ketiga yaitu diare dan
nausea vomiting. Dari 10 penyakit terbanyak di atas, dapat dilihat bahwa penyakit-penyakit
infeksi merupakan yang paling banyak. Hal ini cocok bahwa negara Indonesia adalah
negara tropis.
Standar Pelayanan Minimal IGD di RSI Jemursari mengacu pada Kepmenkes no.
129/Menkes/SK/II/2008 tentang SPM Rumah Sakit. Capaian SPM di IGD RSI Jemursari
telah memenuhi standar. Berikut di tabel 3.21 adalah capaian SPM IGD RSI Jemursari
pada tahun 2016 secara detail.
Tabel 3.21 SPM IGD RSI Jemursari berdasarkan Permenkes
Hasil 88% 82% 81% 81% 79% 81% 76% 79% 76% 76% 82% 88%
Standar > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70% > 70%
7. Indikator: Kematian pasien < 24 jam di Gawat Darurat
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah pasien yang 2 1 1 5 3 3 5 2 3 3 3 3
meninggal ≤ 24 jam
sejak pasien datang
Jumlah seluruh 3035 3022 3719 3031 3590 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
pasien yang
ditangani di Gawat
Darurat
Hasil 0,06% 0,03% 0,02% 0,09% 0,09% 0,09% 0,10% 0,06% 0,09% 0,09% 0,09% 0,09%
Standar ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2% ≤ 0.2%
8. Indikator: Tidak adanya keharusan membayar uang muka
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Jumlah pasien 3035 3022 3719 3031 3590 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
gawat darurat yang
tidak membayar
uang muka
Jumlah seluruh 3035 3022 3719 331 3590 3095 3292 3189 3033 3046 3146 3324
pasien yang datang
di Gawat Darurat
Hasil 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Standar 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
3.3 Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSI Jemursari Surabaya
IRJ adalah salah satu instalasi di dalam rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat
konsultasi, penuelidikan, pemeriksaan, dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang
masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk
penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. Poliklinik juga berfungsi
sebagai tempat untuk penemuan diagnosis dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama
dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit (Kemkes RI,
2010)
Sesuai yang tertera pada Pedoman Pelayanan IRJ RSI Jemursari memiliki Tujuan
Umum yaitu terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan
dengan mutu tinggi serta mengutamakan keselamatan pasien. Sedangkan Tujuan Khusus
adalah Pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan dapat berjalan dengan baik
berdasarkan SPO sehingga keselamatan pasien dapat dimaksimalkan, Meningkatkan
pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dengan pengutamaan pada upaya
preventif dan kuratif, dan Menciptakan instalasi rawat jalan dengan pelayanan yang
nyaman dan lingkungan yang aman. Menjadi instalasi rawat jalan dengan SDM yang
berbelas kasih, asertif, profesional, tim, dan sejahtera.
Ruang lingkup pelayanan di IRJ RSI Jemursari sebagaimana tertulis pada Pedoman
Pelayanan IRJ yaitu:
1. Ruang lingkup pelayanan klinik umum : Memberikan pelayanan dengan lingkup yang
terbatas yaitu pasien dengan diagnosa yang ringan dan di periksa oleh dokter umum.
2. Ruang lingkup pelayanan klinik spesialistik : Memberikan pelayanan kepada pasien
yang memerlukan penanganan lebih lanjut dengan dilayani oleh dokter spesialis.
3. Ruang lingkup pelayanan one day care : Memberikan pelayanan kepada pasien yang
memerlukan perawatan observasi selama sehari,setelah itu pasien bisa dilihat lagi
apakah sudah bisa diijinkan rawat jalan atau memerlukan rawat inap.
Pemerintah telah mengatur bahwa rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi
(zoning). Zoning rumah sakit disarankan memiliki pengelompokan sebagai berikut
(Depkes RI, 2008):
1. Zona Publik: area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan luar.
Contoh dari zona ini adalah IGD, IRJ, Administrasi, Apotek, Rekam Medis, dan Kamar
mayat
2. Zona Semi Publik: area yang menerima beban kerja dari zona public tetapi tidak
langsung berhubungan dengan lingkungan luar. Contoh dari zona ini adalah
laboratorium, radiologi, dan rehabilitasi medik.
3. Zona Privasi: area yang menyediakan perawatan dan pengelolaan pasien. Contoh dari
zona ini adalah kamar operasi, kamar bersalin, ICU, ruang perawatan.
4. Zona Penunjang: area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit.
Contoh dari zona ini adalah ruanh cuci dapur, bengkel, dan CSSD.
IRJ merupakan salah satu zona public yang ada di rumah sakit. Zona public
merupakan suatu area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan
luar, sehingga letak dari IRJ haruslah strategis dan mudah dijangkau oleh pengunjung.
Letak IRJ di RSI Jemursari Surabaya sudah cukup strategis yaitu terletak pada area depan
dan sebelah samping kiri rumah sakit. Akses dari luar juga mudah dan sudah terdapat drop
zone di pintu utama yang berhubungan langsung dengan tempat pendaftaran poli.
Denah dari IRJ RSI Jemursari dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut.
Gambar 3.6 Denah IRJ RSI Jemursari Surabaya
IRJ RSI Jemursari terletak pada area sisi timur dan utara rumah sakit. Pelayanan di
IRJ dilakukan pada dua lantai yang terbagi menjadi 19 ruangan dokter. Kedua lantai
terhubung dengan lift maupun tangga. Masing-masing ruangan memiliki fasilitas berupa
bed pasien, almari, wastafel, meja dokter. Pada ruangan untuk Spesialis Anak terdapat juga
meja vaksin. Di IRJ juga terdapat ruang laktasi yang terletak dekat poli spesialis anak di
lantai 2.
Telaah mengenai Sarana dan Prasarana di IRJ RSI Jemursari Surabaya berdasarkan
Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B dapat dilihat pada tabel 3.22.
Tabel 3.22 Sarana dan Prasarana IRJ RSI Jemursari berdasarkan Pedoman Teknis Sarana
dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B
Pada struktur organisasi di pedoman pengorganisasian IRJ RSI jemursari, Kepala IRJ
terletak di bawah koordinasi oleh Manajer Pelayanan Medis. IRJ dipimpin oleh seorang
kepala IRJ yang dibantu oleh koordinator IRJ. Dibawah koordinator terdapat Penanggung
Jawab Shift Pagi dan Penanggung Jawab Shift sore. Para penanggung jawab membawahi
perawat pelaksana dan pekarya kesehatan. Selain itu juga terdapat clinical educator (CE)
yang bertugas dalam membimbing pegawai baru dan membimbing mahasiswa. Struktur
dapat dilihat pada gambar 3.7.
Pada struktur organisasi di atas, strategic apex dilakukan oleh kepala IRJ,
koordinator diposisikan sebagai middle, sedangkan perawat pelaksana, clinical educator
(CE) pekarya kesehatan sebagai operating core. Struktur organisasi tersebut belum dapat
menggambarkan fungsi instalasi selain pelayanan. Juga peran dokter sebagai pelaksana
(operating core) di IRJA belum tampak. Tempat penerimaan pasien IRJ pendaftaran dan
kasir / bagian verifikasi yang berfungsi sebagai supporting unit juga seyogyanya tergambar
didalam struktur. Berikut adalah usulan Struktur organisasi IRJA menurut penulis.
Gambar 3.8 Usulan Struktur Organisasi IRJ RSI Jemursari Surabaya
Pada struktur ini, Kepala IRJ berada langsung dibawah Wadir Pelayanan Medis. Hal
ini dikarenakan struktur IRJ memerlukan koordinasi lebih selain manajer yanmed, juga
terdapat manajer keperawatan dan manajer penunjang medis. Kasir dan verifikasi pasien
serta Tempat pendaftaran pasien IRJ terletak pada supporting unit. Kepala IRJ membawahi
empat koordinator yaitu koordinator Pendidikan, Penelitian, dan SDM, Koordinator
Pelayanan dan Mutu, Koordinator Peralatan, dan Obat, dan Koordinator Alat dan Rumah
Tangga. Sedangkan pada operating core yaitu dokter IRJ dan perawat IRJ.
Tabel 3.22 Job Description Koordinator Instalasi Rawat Jalan RSI Jemursari
Berdasarkan telaah tersebut di atas, penulis membuat usulan tentang Job Description
Koordinator Instalasi Rawat Jalan:
Tabel 3.23 Usulan Job Description Koordinator Instalasi Rawat Jalan RSI Jemursari
Data mengenai SDM IRJ RSI Jemursari Surabaya dapat dilihat pada tabel 3.24 dan
gambar 3.9.
Tabel 3.24 Data SDM IRJ RSI Jemursari Surabaya berdasarkan tingkat Pendidikan
2 D1/D3/D4 26 20,2%
5 Spesialis 80 62,0%
2%
9%
SMA
20%
D1/D3/D4
S1 Profesi Tenaga
4% Kesehatan
S1 Profesi Dokter / Dokter
3%
Gigi
Spesialis
62%
Mayoritas pelayanan di IRJ RSI Jemursari adalah spesialistik. Hal ini ditunjang oleh
banyaknya SDM dokter spesialis maupun sub spesialis. Dari data diatas terlihat bahwa
SDM terbanyak di IRJ RSI Jemursari adalah dokter spesialis yaitu 80 orang (62%).
Selanjutnya adalah pegawai lulusan diploma (D1/D3/D4) yaitu sebesar 26 orang (20,2%).
Dokter subspesialis menjadi terbanyak ketiga yaitu 12 orang (9,3%).
Dari list SPO di atas, berikut adalah satu SPO yang diusulkan untuk dilakukan
perbaikan, yaitu SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Karyawan.
Tabel 3.26 SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Karyawan
SPO di atas telah mengikuti format SPO sesuai dengan surat edaran Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Spesialistik YM. 00.02.2.2.837 tertanggal 1 Juni 2001 perihal
Bentuk Standar Prosedur Operasional (SPO) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Januari
2002 dan Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi yang diterbitkan oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012. Kotak heading, terdiri dari logo RS, judul SPO,
Nomor Dokumen, Nomor revisi, Halaman, Prosedur tetap, tanggal terbit, ditetapkan
Direktur, dan Isi SPO yaitu berisi bagian Pengertian, Tujuan, Kebijakan, Prosedur, dan
Unit terkait.
Tata cara penulisan SPO menurut Guidance for Preparing Standard Operating
Prosedures (SOPs) oleh EPA pada tahun 2007, SPO harus ditulis secara singkat, langkah
demi langkah dan menggunakan format yang mudah dibaca. Informasi yang disajikan tidak
boleh membingungkan dan rumit, serta menggunakan kata kerja aktif. Penggunaan kata
kerja “kamu” tidak diperbolehkan dan tidak boleh berisi kalimat yang terlalu panjang lebar
dan berlebihan. Dokumen harus sederhana pendek. Informasi harus jelas dan eksplisit
untuk menghindari adanya keraguan. Bisa juga ditambahkan flow chart untuk
mengilustrasikan proses yang sedang digambarkan.
SPO yang terbit pertama kali seharusnya memiliki nomor revisi 0 (nol). Pada kolom
pengertian, adalah berisikan definisi tentang judul dari SPO. Pada SPO di atas, pengertian
SPO masih perlu diperjelas yaitu terkait pemeriksaan kesehatan apa yang dilakukan dan
periode berkala setiap berapa lama dilakukan pemeriksaan. Prosedur yang tertulis juga
perlu untuk dilakukan revisi. Prosedur sebaiknya menggunakan kata aktif. Unit terkait juga
perlu untuk dilakukan penambahan bila yang dimaksud adalah semua karyawan RSI
Jemurasi. Berikut adalah usulan dari Penulis untuk SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Terhadap Karyawan di RSI Jemursari.
Tabel 3.26 Usulan Revisi SPO Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Karyawan
Pada usulan SPO di atas, isi dari kolom pengertian diperjelas menjadi Pemeriksaan
Kesehatan berupa anamnesis, pemeriksaan fisik, dan atau pemeriksaan penunjang berkala
5 (lima) tahun sekali sesuai jadwal yang telah ditentukan terhadap Karyawan di masing-
masing unit / instalasi di RSI Jemursari. Pada kolom prosedur, kalimat diubah menjadi
bentuk kalimat aktif. Sedangkan pada unit terkait diganti menjadi seluruh unit dan
installasi di RSI Jemursari.
Pasien Umum
Kasir Kasir
Ruangan Hasil
Pulang
Gambar 3.8 Alur berobat pasien umum di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Alur Berobat Pasien Instansi dan Asuransi
Verifikasi
Pasien Instansi dan
Asuramsi
Verifikasi Verifikasi
Verifikasi
Farmasi
Ruang Tindakan Hasil
Ruangan
Pulang
Gambar 3.9 Alur berobat pasien asuransi di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Alur Berobat Pasien BPJS
Pasien BPJS
Pendaftaran Mandiri
Loket Pendaftaran
\ Pasien Baru
Pengumpulan berkas
loket 1/2/3
TPPRI Kasir
Loket 5
Ruang Tindakan Ruang Lab/Rad
Pulang
Gambar 3.10 Alur berobat pasien BPJS di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Alur pelayanan pasien juga biasanya berbentuk flow chart. Flow chart adalah symbol
atau grafik yang menggambarkan suatu proses. Setiap langkah dalam proses tersebut
digambarkan dengan symbol yang berbeda dan berisi deskripsi singkat dari langkah
tersebut. Simbol di dalam flow chart terhubung dengan tanda panah yang menunjukkan
arah dari proses tersebut. Simbol yang paling umum digunakan, antara lain:
1. Terminator : bentuk oval. Menunjukkan permulaan atau akhir dari suatu proses.
2. Proses : bentuk persegi panjang. Menunjukkan sebuah proses.
3. Keputusan : bentuk diamond. Menunjukkan cabang pada alur.
4. Penghubung : bentuk lingkaran bulat, kecil, dan berlabel. Menunjukkan sebuah tanda
untuk proses alur yang baru.
5. Data : sebuah parallelogram yang menunjukkan data input / output (I/O) sebuah
proses.
Berdasarkan alur-alur diatas, berikut adalah usulan untuk alur pelayanan IRJ yang
baru sesuai dengan observasi dan wawancara selama di IRJ RSI Jemursari.
Gambar 3.11 Usulan Alur Pelayanan Pasien Umum di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Gambar 3.11 Usulan Alur Pelayanan Pasien Asuransi di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Gambar 3.11 Usulan Alur Pelayanan Pasien BPJS di IRJ RSI Jemursari Surabaya
Pada alur pasien di IRJ RSI Jemursari Surabaya, pasien datang langsung ke IRJ dan
dibagi menjadi pasien lama / pasien baru. Pada pasien umum, setelah melakukan
pendaftaran pasien diarahkan ke kasir untuk melakukan pembayaran kemudian dapat
langsung dilakukan pemeriksaan di poli masing-masing. Apabila ada pemeriksaan
penunjang, pasien diarahkan kembali ke kasir kemudian pasien dapat dilakukan
pemeriksaan. Pada pasien asuransi / instansi, setelah melakukan pendaftaran pasien harus
dilakukan verifikasi kepada penanggung. Apabila disetujui, pasien dapat dilakukan
pelayanan. Pada pasien BPJS, setelah mendaftar pasien harus mengumpulkan berkas
pendaftaran di loket yang telah ditentukan sesuai dengan area dari masing-masing poli.
Pada poli ruang 1 -7 dikumpulkan di loket 1, pada poli ruang 8 – 12 di loket 2, dan pada
ruang 14 -22 (lantai 2) loket 3.
3.3.8 Kinerja IRJ RSI Jemursari Surabaya
Jumlah pasien IRJ RSI Jemursari Surabaya semakin meningkat setiap tahunnya.
Berikut adalah jumlah kunjungan pasien di IRJ RSI Jemursari Tahun 2014 – 2016 dalam
bentuk tabel.
Tabel 3.27 Jumlah kunjungan IRJ RSI Jemursari Surabaya Tahun 2014 – 2016
Tabel 3.28 Jumlah pasien IRJ RSI Jemursari Tahun 2016 berdasarkan kunjungan baru atau
lama (sumber data: SIM RS)
Total
Bulan Kunjungan baru Kunjungan lama % Pasien baru
kunjungan
Jan-16 1.238 16.731 17.969 6,9%
Feb-16 1.243 17.241 18.484 6,7%
Mar-16 1.406 19.177 20.583 6,8%
Apr-16 1.459 18.842 20.301 7,2%
May-16 1.231 18.553 19.784 6,2%
Jun-16 1.029 18.559 19.588 5,3%
Jul-16 914 14.410 15.324 6,0%
Aug-16 1.279 19.922 21.201 6,0%
Sep-16 1.081 18.350 19.431 5,6%
Oct-16 1.198 19.310 20.508 5,8%
Nov-16 1.301 19.662 20.963 6,2%
Dec-16 1.268 19.152 20.420 6,2%
TOTAL 14.647 219.909 234.556 6,2%
20,000
15,000
5,000
0 1,238 1,243 1,406 1,459 1,231 1,029 914 1,279 1,081 1,198 1,301 1,268
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16
Gambar 3.12 Jumlah Kunjungan IRJ RSI Jemursari Tahun 2016 berdasarkan kunjungan
baru atau lama (sumber data: SIM RS)
Jumlah kunjungan dari pasien baru di IRJ RSI Jemursari rata-rata adalah 6,2% (5,3 –
7,2%) dari kunjungan per bulannya. Jumlah pasien baru tertinggi yaitu pada bulan Maret
adalah 684 orang (18% dari kunjungan). Selain itu dapat dilihat juga bahwa kunjungan
tertinggi pada tahun 2016 adalah saat bulan Agustus yaitu 21.201 pasien, dan kunjungan
terendah adalah bulan Juli yaitu 15.324 pasien.
Diagnosis dari dokter di IRJ RSI Jemursari direkam di rekam medis elektronik dan
kemudian dilakukan koding sesuai dengan ICD-10. Hasil dari koding tersebut kemudian
ditabulasikan menjadi data penyakit terbanyak di IRJ RSI Jemursari. Berikut sepuluh
penyakit terbanyak di IRJ RSI Jemursari sebagaimana pada tabel 3.20
Tabel 3.28 Sepuluh Penyakit Terbanyak IRJ RSI Jemursari Tahun 2016 (sumber data: SIM
RS)
Standar Pelayanan Minimal IGD di RSI Jemursari mengacu pada Kepmenkes no.
129/Menkes/SK/II/2008 tentang SPM Rumah Sakit. Capaian SPM di IGD RSI Jemursari
telah memenuhi standar. Berikut di tabel 3.21 adalah capaian SPM IGD RSI Jemursari
pada tahun 2016 secara detail.
Tabel 3.29 SPM IRJ RSI Jemursari Tahun 2016 (sumber data: SIM RS)
Dalam hal meningkatkan jumlah pendapatan dari pasien, berbagai upaya perlu
dilakukan manajemen RSI Jemursari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
pembuatan Poli Eksekutif di RSI Jemursari Surabaya, yang dimasukkan dalam rencana
tahun 2018.
Data jumlah pasien IRJ RSI Jemursari berdasarkan jenis pembiayaan dapat dilihat
pada tabel 3.30 dan gambar 3.13.
Tabel 3.30 Data jumlah pasien IRJ RSI Jemursari berdasarkan jenis pembiayaan
Gambar 3.13 Grafik Jumlah pasien IRJ RSI Jemursari berdasarkan jenis pembiayaan
Berdasarkan dari tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa jumlah pasien dengan
pembayaran BPJS kesehatan semakin meningkat. Jumlah pasien BPJS adalah 39.908 orang
pada tahun 2014 dan semakin meningkat sekitar tiga kali lipat menjadi 126.887 orang pada
tahun 2016. Di sisi lain, jumlah pasien dengan pembayaran umum relative stagnan secara
jumlah dengan kecenderungan menurun secara proporsi. Pada tahun 2014 proporsi pasien
umum adalah 42% dari total kunjungan, sementara pada tahun 2016 menurun menjadi 22%
dari total kunjungan. Dengan demikian, manajemen RS harus semakin kreatif dalam
menjaring meningkatkan pendapatan. Salah satunya yaitu dengan penyelenggaraan
Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif.
Dari internal dokter juga terdapat permintaan untuk penambahan jumlah pasien.
Sistem jadwal jadwal praktek dokter diatur berdasarkan jam praktek pada poli masing-
masing. Jadwal tersebut sangat padat dibandingkan alokasi tempat dan waktu yang tersedia
sehingga jam praktek dibatasi oleh manajemen. Hal ini berdampak pada pembatasan jumlah
pasien yang dapat ditangani. Dokter mitra menawarkan jam diluar jam praktek selama ini
untuk dapat melakukan praktek di poli eksekutif karena kuota habis.
Poli Eksekutif ini dapat meningkatkan pendapatan pada pasien BPJS yang
semakin lama semakin meningkat. Pasien BPJS Kesehatan yang ingin mendapatkan
pelayanan di poli eksekutif sudah diatur pada aturan dari Pemenkes no. 4 Tahun 2017
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2016
Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan Pasal 25 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Peserta jaminan kesehatan nasional
yang menginginkan pelayanan rawat jalan eksekutif, harus membayar tambahan biaya paket
pelayanan rawat jalan eksekutif paling banyak sebesar Rp 250.000 untuk setiap episode
rawat jalan. Hal ini merupakan kesempatan RS untuk mendapatkan pendapatan lebih. Selain
itu, pembentukan poli eksekutif juga dapat meningkatkan brand image dari RS yang
melayani BPJS.
Aturan tentang syarat mengenai poli eksekutif RS diatur oleh pemerintah melalui
Permenkes no. 11 Tahun 2016 yang mengatur tentang Penyelenggaraan Pelayanan Rawat
Jalan Eksekutif Di Rumah Sakit. Aturan ini perlu dilakukan telaah agar manajemen dapat
mengetahui tingkat kesiapan dalam hal perencanaannya. Selain itu, telaah kesiapan ini juga
diperlukan untuk mengajukan Izin Operasional kepada Dinas Kesehatan dan juga BPJS
Kesehatan.
Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah Sakit harus memiliki alur pelayanan
tersendiri dan tidak boleh mengganggu pelayanan rawat jalan reguler. Pelayanan Rawat
Jalan Eksekutif bersifat one stop service, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan medik,
pelayanan penunjang medik, dan pelayanan lainnya dalam satu zona area pelayanan.
Pelayanan penunjang medik pada pelayanan rawat jalan eksekutif dapat terintegrasi dengan
pelayanan penunjang yang telah ada di Rumah Sakit.
Pada Permenkes diatur terkait bangunan, sarana, dan prasarana harus terletak
dalam satu zona area pelayanan tersendiri dan terpisah dengan rawat jalan reguler. Pada saat
ini, RSI Jemursari belum memiliki bangunan untuk poli eksekutif yang tersendiri. Hal ini
sudah direncanakan oleh manajemen RSI Jemursari untuk masuk ke dalam rencana
anggaran tahun 2018. Pada bangunan tersebut juga dipersyaratkan dari aspek kenyamanan
dari bangunan, sarana, dan prasarana yang harus diperhatikan saat membangun. Pada
permenkes disebutkan bahwa kenyamanan sebagaimana dimaksud didukung fasilitas paling
sedikit berupa ruangan yang memiliki penyejuk udara (air conditioner), serta bangunan,
sarana, dan prasarana yang memperhatikan kebutuhan pasien disabilitas dan pasien dengan
kebutuhan khusus lainnya.
Rumah Sakit yang akan menyelenggarakan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif harus
melakukan penilaian mandiri dengan menggunakan format penilaian mandiri sebagaimana
terlampir. Hasil penilaian mandiri sebagaimana dimaksud harus disampaikan kepada: a.
Menteri untuk Rumah Sakit kelas A; b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk Rumah
Sakit kelas B; atau c. Kabupaten/Kota untuk Rumah Sakit kelas C. Dalam hal ini RSI
Jemursari merupakan RS Swasta Kelas B sehingga harus disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi. Berikut adalah self-assesment pembuatan Rawat Jalan Eksekutif RSI
Jemursari Surabaya berdasarkan Permenkes.
NO URAIAN KETERANGAN
1 Nama Rumah Sakit : RSI Jemursari Surabaya
2 Jenis RS (Umum/Khusus) : Umum
3 Klasifikasi RS (A/B/C) : B
4 Alamat RS : Jalan Raya Jemursari
II. PELAYANAN
KRITERIA YA TDK KETERANGAN
Dari hasil Penilaian Mandiri Rawat Jalan Eksekutif RSI Jemursari, pelayanan yang
direncanakan untuk dibuka yaitu Penyakit dalam, Kesehatan anak, Bedah, Obstetri &
Ginekologi, Saraf, dan Jantung dan Pembuluh Darah. Pelayanan Sp.Penunjang Medik
(Radiologi, Patologi Klinik, Anaestesiologi, Rehabilitasi Medik, dan Patologi Anatomi) dan
Pelayanan Penunjang Klinik (Gizi , Farmasi, Sterilisasi, dan Rekam Medik) menyatu dengan
pelayanan poli yang sudah ada.
BAB 4
4.1 Kesimpulan
1. RSI Jemursari Surabaya merupakan RS Swasta Kelas B yang berdiri sejak tahun
2003 dan memiliki total 270 tempat tidur. Struktur organisasi RSI yang baru bahwa
RS ini akan dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh Direktur Medis,
Direktur Pendidikan dan Penelitian, dan Direktur Umum dan Keuangan. SDM dari
RSI Jemursari Surabaya adlah 802 orang dengan jumlah dokter spesialis dan sub
spesialis sebanyak 11% dari total SDM.
2. IGD RSI Jemursari berada di sebelah kanan dari area RSI Jemursari. IGD RSI
Jemursari beroperasi selama 24 jam dengan SDM dokter jaga dan perawat yang telah
terlatih kegawatdaruratan. Alur pelayanan diberikan dengan sistem triage sesuai
keadaan dari pasien menggunakan warna biru, merah, kuning, hijau, dan hitam.
Jumlah pasien di IGD terus meningkat tiap tahunnya, dan SPM di IGD RSI Jemursari
telah berjalan mengacu pada Kepmenkes tahun 2008.
3. IRJ RSI Jemursari berada di sebelah kiri dari area RSI Jemursari. IRJ RSI Jemursari
beroperasi pada hari senin hingga sabtu dengan jenis pelayanan mayoritas adalah
spesialistik. Alur pelayanan diberikan berdasarkan cara pembayaran pasien, yaitu
umum, asuransi/instansi, dan BPJS. Jumlah pasien di IRJ terus meningkat tiap
tahunnya. Mayoritas dari diagnosis terbanyak di IGD adalah penyakit-penyakit
kronis.
4.2 Saran
1. Struktur organisasi RSI Jemursari yang baru sudah baik dan sesuai dengan teori dari
Mintzberg. Pada struktur organisasi IGD dan IRJ perlu untuk dilakukan perubahan
agar lebih memudahkan pengorganisasian dari instalasi.
2. Perlu dilakukan perubahan alur pelayanan IGD dan IRJ di RSI Jemursari agar mudah
dipahami untuk dapat menggambarkan flowchart pasien. Pada IGD, perlu
ditambahkan mengenai hasil dari triage pada alur.
3. SPM di IRJ RSI Jemursari belum melaporkan Penegakan diagnosis TB melalui
pemeriksaan mikroskopis TB dan Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di
Rumah Sakit. Hal ini penting karena kasus TB masuk ke dalam sepuluh diagnosis terbanyak.
TINJAUAN PUSTAKA