100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
189 tayangan7 halaman

Sosialisasi Profesional Keperawatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 7

SOSIALISASI PROFESIONAL KEPERAWATAN

Sosialisasi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai proses dimana seseorang:


a. Belajar menjadi anggota sebuah kelompok atau masyarakat
b. Belajar aturan-aturan sosial tentang arti hubungan ke dalam kelompok atau masyarakat
dimana ia akan masuk
Sosialisasi meliputi belajar tentang tingkah laku, perasaan dan melihat dunia (orang) lain
dalam suatu pandangan yang sama seperti yang dilakukan orang lain dimana orang tersebut
menempati peran yang sama dalam posisi tersebut.
Tujuan sosialisasi profesianal adalah untuk menanamkan norma, nilai, sikap dan
tingkahlaku yang dianggap sangat penting untuk kelangsungan sebuah profesi.
Suatu aspek instrinsik dari proses sosialisasi adalah sosial kontrol yaitu kapasitas dari sebuah
kelompok soaial untuk mengatur atau meregulasi dirinya sendiri melalui penyesuaian diri dan
ketaatan terhadap norma kelompok untuk mempertahankan perintah atau keinginan kelompok
social atau organisasi tersebut.
Penghargaan atau reward adalah sangsi positif bagi mereka yang dapat menyesuaikan
diri terhadap norma yang belaku di kelompok sosial tersebut dan begitupun sangsi hukuman atau
punishment digunakan terhadap mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di organisasi atau kelompok sosial tersebut.
Sosialiasi profesional meliputi pemaparan terhadap berbagai agen sosialiasi. Agen
sosialisasi adalah orang yang memulai proses sosialisasi seperti anggota keluarga, guru, anak
dari pemberi pelayanan, kelompok dan media masa.

1. Nilai - nilai kritis dari Keperawatan Profesional.


Di dalam program pendidikan keperawatan seorang perawat mengembangkan,
mengklarifikasi dan menginternalisasikan nilai-nilai professional. Nilai-nilai professional
keperawatan yang spesifik dinyatakan dalam kode etik keperawatan dan standar praktek
keperawatan.
Watson (1981, dikutip oleh Kozier, Erb dan Blais, 1997) secara garis besar
mengemukanan nilai-nilai kritis professional keperawatan:
a. Suatu komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan kepada public
Keperawatan adalah suatu bantuan dan pelayanan humanistic diarahkan terhadap
kebutuhan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Peran perawat dalam hal ini
berfokus pada kesehatan dan pelayanan keperawatan. Perawat bertangungjawab untuk
mengkaji dan mempromosikan status kesehatan semua manusia, perlu menilai
kontribusinya terhadap kesehatan dan kesejahteraan rakyat. Sehingga care dan caring
adalah pusat inti dan esensi dari keperawatan. Perawat juga perlu menilai aspek caring
dari keperawatan.
b. Mengakui martabat dan menghargai setiap orang
Karena profesi keperawatan yang berorientasi pada orang, suatu pengakuan dasar dan
penghargaan setiap orang berdasarkan nasionalitas, ras/ warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, kelas social dan status kesehatan merupakan dasar dalam
keperawatan. Penerapan dalam praktik keperawatan berarti bahwa perawat selalu
melakukan tindakan dengan perhatian baik bagi kliennnya.
c. Suatu komitment terhadap pendidikan
Hal ini berarti seorang perawat perlu melanjutkan pendidikan keperawatannya untuk
mempertahankan dan memperluas tingkat kompetensi yang dimilikinya untuk
memenuhi kriteria professional, mengantisipasi peran perawat dimasa yang akan
datang dan memperluas body of professional knowledge. Perawat secara kritis harus
mempertanyakan pengetahuan dan praktik keperawatnnya untuk mendorong dirinya
berkontribusi dalam pengembangan dasar teori keperawatan dan mengetes teori
tersebut dalam praktik keperawatan.
d. Otonomi
Otonomi diartikan sebagai hak untuk menentukan diri sendiri sebagai profesi. Watson
menyatakan bahwa seorang perawat harus mempunyai kebebasan untuk menggunakan
pengetahuannya dan ketrampilannya untuk kebaikan manusia dan kewenangan dan
kemampuan untuk melihat pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang aman dan
efektif.

2. Memulai Proses Sosialisasi Profesional Keperawatan.


Memulai sosialisasi berarti menyiapkan mahasiswa keperawatan untuk bekerja
dilapangan pekerjaan yang sebenarnya. Beberapa model telah dikembangkan untuk
menjelaskan memulai proses sosialisasi dalam peran professional. Setiap model
merupakan suatu seperangkat rangkaian atau mata rantai kejadian, dimulai pada peran
orang awam dan diakhiri dengan peran orang seorang professional
a. Model Simpson
Ida Harper Simpson (1967) secara garis besar membedakan menjadi 3 bagian dari
fase sosialisasi professional.
o seseorang berkonsentrasi dan menjadi cakap dalam tugas yang spesifik
o seseorang menjadi akrab dengan orang lain atau kelompok yang dilayani
dalam bekerja.
o seseorang menginternalisasi nilai kelompok professional dan mengadopsi
tingkah laku yang disyaratkan.
b. Model Hinshaw
AdaSue Hinshaw (1986) memberikan model umum sosialisasi professional
menjadi 3 fase yangdiadaptasi dari Model Simpson:
1. Individu merubah image peran dari dari menyiapkan atau mengantisipasi
konsep ke peran yang diharapkan dimana seseorang yang berada dalam tatanan
pelayanan sesuai standar yang ada. Hinshaw mengatakan bahwa:
a. orang dewasa yang masuk dalam suatu profesi harus siap belajar
sejumlah peran dan nilai yang membantu mereka mengevaluasi peran
barunya.
b. individu ini secara aktif terlibat dalam proses sosialisasi, yang
mengharuskan memilih peran baru yang diharapkan dan masuk dalam
proses sosialisasi.
2. Mempunyai dua komponen:
a. Belajar mengakrabkan diri dengan orang lain dalam suatu system dan pada
saat yang sama
b. Mereka melabel situasi yang tidak sesuai antara peran yang diantisipasinya
dan yang ditunjukan oleh orang lain
3. seseorang menginternalisasikan bila dan standar dari peran yang baru. Derajat
nilai dan standar yang di internalisasikan sangat bervariasi.Kelman (1961)
mendefinisikan tiga tingkat orientasi nilai.:
a. Seseorang dapat mendemontrasikan salah satu atau keseluruhan tiga
tingkatan ini.
b. Pemenuhan (compliance).
Seseorang menunjukan tingkah laku yang diharapkan untuk mendapatkan
reaksi yang positif dari orang lain tetapi tidak menginternalisasi nilai
tersebut. Memenuhi tingkah laku yang diharapkan dapat berkurang jika
respon positif yang diberikan tidak lama.
c. Identifikasi (identification).
Seseorang secara selektif mengadopsi tingkah laku peran yang spesifik
yang diterima semua orang.
d. Seseorang hanya menerima tingkahlaku yang diharapkan dari pada
menerima nilai secara keseluruhan. Tingkah laku identifikasi biasanya
berubah jika orang yang menjadi model peran juga berubah.
e. Internalisasi (internalization).
Seseorang percaya dan menerima standardari peran barunya. Standar
tersebut menjadi salah satu bagian dari suatu system nilai seseorang.

c. Model Davis
Fred davis (1966) menggambarkan enam tahapan proses doktrin pada mahasiswa
keperawatan.
1. Kemurnian awal (initial innoncence).
Saat mahasiswa masuk dalam suatu program professional, mereka
mempunyai suatu image apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka
akan bertindak atau bertingkah laku. Mahasiswa keperawatan biasanya masuk
pada suatu program pendidikan dengan orientasi pelayanan dan berharap
melihat seseorang setelah mengalami sakit. Sementara itu, pengalaman
pendidikan biasanya akan berbeda dengan apa yang mahasiswa keperawatan
harapkan. Selama fase ini, mahasiswa mengalami kekecewaan dan frustrasi
terhadap pengalaman yang dialaminya dan mungkin mereka bertanya tentang
nilai atau keyakinan dirinya.
2. Melabel ketidakcocokan yang ditemukan (labeled recognition of incongruity).
Pada fase ini mahasiswa memulai mengidentifikasi, mengartikulasi dan
membagi masalahnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak sendirian dalam
nilai-nilai yang tidak sesuai dengan dirinya. Mereka akan membentuk
kelompok dan membagi masalahnya dalam kelompok tersebut.
3. Penjiwaan dan stimulasi peran (Psyching out and role stimulation).
Inti dari tahap ini, kerangka dasar kognitif untuk menginternalisasi nilai-
nilai professional keperawatan memulai tertanam. Mahasiswa mulai
mengidentifikasi tingkah laku dimana ia dapat diterima dan menunjukan hal
tersebut serta mencari model peran dan mempraktikan tingkah laku tersebut.
Dalamistilah yang digunakan oleh Davis adalah psyching out (penjiwaan). Hal
ini akan lebih efektif jika stimulasi peran dilakukan, dan lebih baik lagi jika
seseorang tersebut mempercayai tingkah laku tersebut dan hal ini merupakan
bagian dari orang tersebut. Tetapi, terkadang mahasiswa merasakan ia sedang
“memainkan suatu permainan” dan merasa “tidak benar untuk dirinya”
sehingga mengakibatkan perasaan bersalah dan asing.
4. Internalisasi sementara (provision internalization).
Pada tahap kelima ini, mahasiswa bimbang antara komitmen terhadap
image yang mereka buat tentang keperawatan dan kinerja tingkah laku
barunya terhadap image professional. Faktoryang akan meningkatkan image
baru mahasiswa adalah suatu peningkatan kemampuan untuk menggunakan
bahasa professional dan suatu peningkatan identifikasi dengan role model
professional.
5. Internalisasi stabil (Stable internalization).
Dalam tahap keenam, tingkah laku mahasiswa keperawatan
mencerminkan model pendidikan dan professional yang dapat diterima oleh
pofesi. Bagaimanapun, penyiapan mahasiswa pada tatanan kerja hanya
merupakan proses sosialisasi. Nilai baru dan tingkahlaku akan dibentuk lagi
ditempat kerja. Banyak faktor yang dapat menfasilitasi proses sosialisasi

PENGERTIAN PROFESI KEPERAWATAN

 Profesi adalah sekumpulan pekerjaan yg membangun suatu norma yang sangat khusus yang
berasal dari perannya di masyarakat. ( Schein EH, 1962).
 Profesi adalah mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yg terjadi pada kliennya.
 Kriteria pekerjaan sebagai profesi menurut Edgar Schein adalah :

o Apabila pekerjaan itu merupakan pekerjaan seumur hidup dan menjadikan penghasilan
utama.

o Memiliki kelompok ilmu pengetahuan.

o Ada keterampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan.

o Mengambil keputusan terhadap kliennya dilandasi penerapan prinsip-prinsip dan teori yg


ada.

o Dalam pelayanan tidak diperbolehkan mengadakan advertensi.

o Mempunyai otonomi sendiri.

 Hakekat keperawatan meliputi yaitu :

o Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang dalam aplikasinya lebih kearah ilmu
terapan dgn menggunakan pengetahuan, konsep dan mempertimbangkan seni dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia.

o Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan, kepeperwatan berusaha dengan


segala tindakan membantu klien dalam mengatasi efek dari masalah sehat atau sakit
untuk mencapai kesejahteraan.

o Mempunyai 3 sasaran dalam pelayanan keperawatan, yaitu individu, keluarga dan


masyarakat sebagai klien.

Pelayanan keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan, melalui peningkatan


kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan
pembatasan kecacatan.
 Keperawatan dikatakan sebagai profesi karena memiliki :

o Landasan ilmu pengetahuan yang jelas , karena keperawatan memiliki cabang ilmu yang
terdiri atas ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinik, ilmu kep komunitas dan
ilmu penunjang.
o Memilki kode etik profesi, tiap negara berbeda - beda, akan tetapi prinsipnya sama.

o Memilki lingkup dan wewenang praktek kep berdasrkan standar praktek keperawatan.

o Memilki organisasi profesi, di INA namanya PPNI dan untuk organisasi keperawatan
dunia adalah International Council of Nurses (ICN).

 Peran Perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan 1989 yaitu :

o Pemberi asuhan keperawatan: perawat memperhatikan keadaan KDM yg dibutuhkan


memilih pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.

o Advokat : perawat membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai


informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan

o Edukator : perawat membantu klien dlm meningkatkan tingkat pengetahuan kes sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

o Kolaborator : perawat melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainya sehingga


pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah dan sesuai dengan kebutuhan klien.

o Koordinator : perawat mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasikan pelayanan


kesehatan dari tim kesehatan lainnya.

o Konsultan : perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan


keperawatan yang tepat untuk diberikan .

o Pembaharu : perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis


dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

 Fungsi Perawat

o Fungsi Independen : tugas mandiri dan tidak tergantung pada orang lain (pemenuhan
KDM) pada klien.

o Fungsi Dependen : perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain.( perawat spesialis kepada perawat umum).

o Fungsi Interdependent : perawat bekerjasama dgn tim kesehatan lainnya ( seperti dari
dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam
pemantauan rx obat yang telah diberikan).

Anda mungkin juga menyukai