Sistemm Limfatik
Sistemm Limfatik
Sistemm Limfatik
SISTEM LIMFATIK
STUDI KASUS : FILARIASIS DAN LIMFOMA
Disusun oleh :
P3.73.24.1.18.017 Dyona Raudahtull Jannah
P3.73.24.1.18.020 Fithri Nurahma
P3.73.24.1.18.031 Ninda Salsabila
P3.73.24.1.18.038 Syarifah Umaimah
Filariasis atau yang lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah ini,
merupakan penyakit yang menular dan disebabkan oleh infeksi cacing yang
ditularkan dari berbagai jenis nyamuk. Cacing didalam filariasis ini termasuk juga
didalam jenis cacing family filararide yang bertubuh langsing dan hidup didalam
tubuh manusia terutama disaluran kelenjar getah bening dan jaringan ikat.
Filariasis ini disebabkan dengan terjadinya infeksi cacing filarial yang hidup
disaluran dan kelenjar getah bening yang memperlihatkan gejala demam berulang
dan peradangan pada saluran getah bening juga pada kelenjarnya (Ramadhani dan
Wahyudi 2015 ).
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... v
BAB I 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II 3
LANDASAN TEORI ...................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Sistem Limfatik.............................................................................. 3
2.2. Fungsi sistem limfatik ....................................................................................... 6
2.3. Anatomi sistem limfatik.................................................................................... 9
2.3.1. Pembuluh Limfatik ............................................................................................ 10
2.3.2. Organ Sistem limfatik........................................................................................ 15
2.4. Mekanisme Sistem Limfatik .......................................................................... 20
BAB III ....................................................................................................................... 22
STUDI KASUS ........................................................................................................... 22
3.1. Filariasis Limfatik ................................................................................................. 22
3.1.1. Pengertian Filariasis .......................................................................................... 22
3.1.2. Proses Penularan Filariasis................................................................................ 24
3.1.3. Gejala Terjadinya Filariasis .............................................................................. 27
3.1.4. Diagnosis Filaririasis ........................................................................................ 28
3.1.5. Pencegahan filariasis ......................................................................................... 29
3.1.6. Pengobatan filariasis ......................................................................................... 30
3.1.7. Dampak Penyakit Filariasis .............................................................................. 30
3.2. Limfoma ........................................................................................................... 31
3.2.1. Pendahuluan ...................................................................................................... 31
3.2.3. Jenis-Jenis Limfoma .......................................................................................... 33
ii
3.2.4. Faktor-faktor Risiko Limfoma........................................................................... 34
3.2.5. Stadium Limfoma Non-Hodgkin ....................................................................... 36
3.2.6. Gejala-Gejala pada Limfoma: ........................................................................... 36
3.2.7. Cara diagnosis ................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 38
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perbedaan Sistem Sirkulasi Limfa dan Sistem Sirkulasi Darah .............. 10
v
BAB I
PENDAHULUAN
Cairan limfatik berasal dari plasma darah yang merembes ke jaringan atau
sel. Maka dari itu komposisi yang terdapat pada limfe hampir sama dengan
plasma pada darah. Cairan limfatik mengandung banyak sel limfosit yang
dibentuk di organ limfoid. Organ limfoid adalah organ yang berfungsi sebagai
tempat pembentukan sel limfosit dan perombakan sel darah putih.
(Oktavianingsih, 2014).
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem limfatik?
2. Apa fungsinya sistem limfatik dalam tubuh?
3. Bagaimana anatomi dari sistem limfatik?
4. Bagaimana mekanisme kerja sistem limfatik?
5. Apa itu filariasis?
6. Bagaimana proses penularan sistem limfatik?
7. Apa saja gejala terjadinya filariasis ?
8. Bagaimana diagnosa penyakit filariasis?
9. Bagaimana pencegahan dan pengobatan filariasis?
10. Apa saja dampak yang ditimbulkan penyakit filariasis?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa
kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila sudah
berada dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau getah bening,
komposisinya kira-kira sama dengan komposisi cairan interstisial (Madewidhi,
2013).
Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfa, limfa, dan organ limfoid.
Pembuluh limfa berfungsi mengangkut cairan kembali ke peredaran darah di
3
tubuh. organ limfoid berfungsi sebagai tempat hidup sel fagositik, tempat
produksi limfosit dan limfosit yang berperan penting untuk melawan penyakit.
Lingkungan disekitar manusia memiliki berbagai macam jenis unsur
patogen seperti contohnya, bakteri, virus, jamur, dan mikroorganisme lainnya.
Terpaparnya hal tersebut dengan manusia tentunya akan memengaruhi sistem
kerja tubuh manusia dan dapat menimbulkan infeksi serta penyakit tertentu.
Infeksi yang terjadi pada manusia umumnya bersifat sebentar dan dapat terobati
serta jarang menimbulkan kerusakan tubuh secara permanen. Hal ini dikarenakan
pada tubuh manusia terdapat suatu ruang yang disebut sistem ruang imun. Sistem
limfatik dapat berperan dalam sistem imun dikarenakan banyak mengandung sel-
sel fagositosis. Namun, pengetahuan akan sistem aliran limfatik adalah hal yang
penting dalam diagnosis dan tatalaksana penyakit, salah satunya kanker. Jika
sistem limfa tidak bisa menghancurkan sel kanker akan mengancam penyebaran
sel kanker ke jaringan tubuh dan sistem limfa tersebut bahkan bisa menjadi lokasi
sekunder bagi sel kanker (Oktavianingsih, 2014).
4
Seperti pada gambar diatas, sistem limfatik tersebar di seluruh tubuh. Baik
pembuluh dan kelenjarnya terdapat di berbagai bagian-bagian tubuh. Komposisi
cairan limfatik hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah dan
mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe
untuk masuk kedalam aliran darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut
lakteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian besar lemak melewati
pembuluh limfe. Limfatik juga mengangkut lipid dan vitamin yang larut lemak :
A, D, E, dan K ke dalam darah yang menyebabkan getah bening menjadi warna
krem. Sepanjang pergerakan, limfe sebagian mengalami tarikan oleh tekanan
negatif di dalam dada, sebagian lagi mengalami tarikan oleh kontraksi otot. Pada
sistem limfatik, jika terkena oleh infeksi maka akan menimbulkan reaksi
peradangan yang terjadi pada tempat setempat (Syaifuddin, 2013).
Salah satu pertahanan tubuh non spesifik adalah dengan sel makrofag dan
cairan limfa. Cairan limfatik mengalir melalui sistem pembuluh limfatik yang
berfungsi juga dalam sirkulasi sistem immune seluler. Imun seluler adalah respon
imun yang tidak melibatkan antibodi melainkan melibatkan komponen seluler.
(Madewidhi, 2013).
5
2.2. Fungsi sistem limfatik
Secara garis besar, fungsi dari sistem limfatik terbagi atas 3 besar, yaitu :
6
kembali ke sistem sirkulasi darah. Ini dimulai pada ekstremitas dari sistem kapiler
limfatik yang dirancang untuk menyerap atau mengarbsorpsi cairan dalam
jaringan yang kemudian akan dibawa melalui sistem limfatik yang bergerak dari
kapiler ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke kelenjar limfatik
atau kelenjar getah bening. Kelenjar limfe memiliki sisi cembung dan cekung.
Pinggiran yang cekung disebut hilum. Pembuluh limfa aferen menembus kapsul
di pinggiran yang cembung dan menuangkan isinya kedalam kelenjar. Isi yang
dimasukkan kedalam kelenjar akan bercampur dengan komponen kecil limfe yang
banyak sekali terdapat didalam kelenjar. Dan selanjutnya campuran ini
dikumpulkan pembuluh limfe eferen yang mengeluarkannya melalui hilum. Arteri
vena juga masuk dan keluar melalui hilum. Setelah getah bening disaring melalui
kelenjar limfa , dari sana getah bening melewati batang limfatik dan selanjutnya
ke saluran limfatik (Madewidhi, 2013).
2. Mencegah infeksi
7
kelenjar tersebut dirancang untuk menghancurkan virus dan bakteri dengan
menggunakan beberapa metode. Pertama, sel makrofag menelan bakteri yang
dikenal sebagai sel fagositosis berperan dalam menghancurkan kuman penyakit
pada tubuh manusia. Kedua, sel limfosit menghasilkan antibodi yang berguna
dalam sistem kekebalan tubuh terhadap host yang masuk ke dalam tubuh. proses
ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang melalui getah
bening tanpa meninggalkan virus/bakteri di sirkulasi. Seperti contohnya pada sel
kanker, sistem limfatik memiliki kedekatan fisik dengan jaringan tubuh.
memungkinkannya saluran limfatik membawa sel sel kanker ke jaringan atau
organ tubuh disebut metastasis. Jika bagian dari limfatikus tidak dapat
menghancurkan sel-sel kanker mereka akan menjadi lokasi tumor sekunder.
Beberapa sel limfosit akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening
dan memasuki darah ketika getah bening bergabung kembali, ini memungkinkan
untuk menangani infeksi pada jaringan lain. (Madewidhi, 2013)
Selain limfosit, limpa juga menyaring darah dengan cara yang sama seperti
sebuah nodus yang menyaring getah bening. Limpa ialah sebuah kelenjar
berwarna ungu tua yang terletak disebelah kiri abdomen. Sewaktu masa janin
limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang deawsa juga masih
mengerjakannya bila fungsi pada sumsum tulang rusak. Limpa juga menghasilkan
limfosit yang berguna untuk kekebalan tubuh. limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah putih dan trombosit. Limpa juga terlibat sebagai tempat
perlindungan terhadap penyakit, karena pada limpa terdapat sel-sel tertentu yang
memakan atau yang biasa disebut fagositos benda asing dan bakteri. Sel-sel
fagosit memiliki kemampuan besar untuk berkembang biak dan bertalian dengan
organ-organ pembentuk darah (Pearce, 2013).
3. Pengangkutan lipid
Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang
larut lemak A, D, E, K ke dalam darah yang menyebabkan getah bening berubah
warna menjadi krem. Lipid dan vitamin yang terserap saluran pencernaan dari
makanan dan kemudian dikumpulkan oleh getah bening pada saat ini dikirimkan
ke darah. Tanpa adanya sistem limfatik kita akan berada dalam kesulitan,
8
memiliki masalah dengan banyak penyakit. jaringan tubuh akan macet dengan
cairan dan komponen lain yang menumpuk dan dapat menyebabkan terjadinya
edema atau pembengkakan. Kita juga akan kehilangan vitamin yang dibutuhkan
tubuh. (Madewidhi, 2013).
9
2.3.1. Pembuluh Limfatik
10
Struktur pembuluh darah limfatik ini serupa dengan struktur pembuluh
darah vena kecil, namun pembuluh limfatik memiliki banyak katup sehingga
pembuluh limfe terlihat seperti rangkaian petasan atau tasbih (Juanita, 2016).
11
Gambar 4 Pembuluh Limfatik
Sumber : Google Image
12
Gambar 5 Filamen Penambat
Sumber : Google Image
13
Pembuluh limfe dibedakan menjadi dua macam yaitu pembuluh limfe
kanan (duktus limfatikus dekster) dan pembuluh limfe kiri (duktus limfatikus
toraksikus) (Rizal, 2013).
Cairan limfa yang berasal dari kepala bagian kanan, leher bagian atas,
dada bagian kanan, lengan bagian kanan, serta jantung dan paru-paru akan
terkumpul dalam pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster). Pembuluh
limfa kanan akan bermuara di pembuluh balik (vena) yang berada di bawah
selangka kanan (Atmanegara, 2017).
14
Gambar 6 Pembuluh Limfatik
Sumber : Google Image
Thymus terletak pada mediastinum anterior berupa 2 lobus. Pada bayi dan
anak-anak, timus agak besar dan sampai ke mediastinum superior. Timus terus
berkembang sampai pubertas dengan berat mencapai 30-50 gr. Kemudian
mengalami regenerasi dan digantikan oleh jaringan lemak. Pada orang dewasa
timus mengalami atrofi dan hampir tidak berfungsi (Silalahi, 2017).
15
Sumber : Google Image
- Sumsum Tulang
16
Gambar 8 Stukrur Nodus Limfe
Sumber : Google Image
Kelenjar limfe memiliki sisi cembung dan cekung. Pinggiran yang cekung disebut
hilum. Pembuluh limfa aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung dan
menuangkan isinya kedalam kelenjar. Isi yang dimasukkan kedalam kelenjar akan
bercampur dengan komponen kecil limfe yang banyak sekali terdapat didalam
kelenjar. Dan selanjutnya campuran ini dikumpulkan pembuluh limfe eferen yang
mengeluarkannya melalui hilum. Arteri vena juga masuk dan keluar melalui
hilum. Setelah getah bening disaring melalui kelenjar limfa , dari sana getah
bening melewati batang limfatik dan selanjutnya ke saluran limfatik (Madewidhi,
2013)
Cairan limfe disaring atau difiltrasi oleh jaringan retikular dan limfoid saat
melalui nodus limfe. Materi yang mengendap pada jaringan ini adalah mikroba,
atau fagosit yang hidup dan mati yang berisi mikroba yang dimakan, sel dari
tumor ganas, sel jaringan yang rusak, serta partikel yang dihirup. Materi organik
2. Proliferasi Limfatik
17
Limfosit T dan B teraktivasi dan berproliferasi atau memperbanyak diri di
nodus limfe. Antibodi yang dihasilkan oleh limfosit B terensitisasi masuk kelimfe
- Limpa
Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang
dihasilkan dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung, di
sebelah kiri abdomen (hipogastrium kiri ) dan berdekatan fundus gaster. Kelenjar
limpa juga menyentuh diafragma. Limpa tidak esensial untuk hidup. Jika organ ini
tidak ada lagi dalam tubuh manusia makan organ lain terutama sumsum tulang
akan menggantikan fungsinya. Limpa menghilangkan partikel-partikel asing, agen
mirkoba, dan sel darah tua dari sirkulasi. Meskipun organ lain seperti sumsum
tulang dapat melakukan fungsi yang sama, namun organ limpa memiliki kapasitas
yang besar sehingga efektif melakukan fungsi di dalam tubuh. Limpa adalah
organ hematopoetik selama kehidupan fetal dan neonatal. Meskipun tidak
merupakan fungsi utama pada makhluk dewasa, namun dia tetap bertahan pada
umur dewasa. Limpa juga merupakan tempat pendewasaan eritrosit. Limpa punya
fungsi imunitas melalui sel B dan sel T. (Mulyani, 2013).
Fungsi limpa :
1. Membentuk sel darah merah
2. Menghasilkan limfosit
3. Pembongkaran sel darah merah,sel darah putih & trombosit
4. Bagian dari RES (Mulyani, 2013).
18
Gambar 9 Ginjal
Sumber : Google Image
- Nodulus Limfatikus
Nodulus limfatikus merupakan sekumpulan jaringan limfatik berada
tersebar di sepanjang jaringan ikat yang terdapat pada membran mukus yang
membatasi saluran pencernaan, saluran reproduksi, saluran urin, dan saluran
respirasi. Letak nodulus limfatikus ini sangat strategis untuk berperan dalam
sistem pertahanan tubuh atau sistem imun. Letaknya yang terdapat dalam
membran mukus di berbagai jaringan ini membantunya melawan zat asing yang
masuk kedalam tubuh baik melalui saluran pernafasan, pencernaan, dan saluran-
salran lainnya yang rawan dimasuki zat asing (Oktavianingsih, 2014).
Beberapa bentuk nodus limfatikus yang terdapat dalam tubuh antara lain
adalah tonsil dan folikel limfatik. Folikel limfatik terdapat di permukaan usus
halus (Oktavianingsih, 2014).
19
2.4. Mekanisme Sistem Limfatik
20
Gambar 12 Sistem Saluran Limfatik
Sumber : Google Image
21
BAB III
STUDI KASUS
22
Filariasis atau yang lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah ini,
merupakan penyakit yang menular dan disebabkan oleh infeksi cacing yang
ditularkan dari berbagai jenis nyamuk. Cacing didalam filariasis ini termasuk juga
didalam jenis cacing family filararide yang bertubuh langsing dan hidup didalam
tubuh manusia terutama disaluran kelenjar getah bening dan jaringan ikat.
Filariasis ini disebabkan dengan terjadinya infeksi cacing filarial yang hidup
disaluran dan kelenjar getah bening yang memperlihatkan gejala demam berulang
dan peradangan pada saluran getah bening juga pada kelenjarnya (Ramadhani dan
Wahyudi 2015 ).
Penyakit filariasis ini bersifat bertahun yang dapat disebabkan oleh
infeksi cacing fialari, yang hidup disaluran dan kelenjar getah bening (limfatik)
dan dapat juga menyebabkan gejala klinis akut maupun kronis yang penularannya
melalui gigitan berbagai jenis nyamuk.Salah satu gejala klinis yang paling jelas
terlihat di masyarakat adanya (limfedema stadium 1-7) yang dapat dipakai
sebagai petunjuk adanya penularan filariasis karena pada stadium lanjut (kronis)
yang dapat menimbulkan cacat menetap seumur hidupnya berupa pembesaran
kaki (seperti kaki gajah) dan pembesaran bagian-bagian tubuh lain seperti lengan,
kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita. Penderita yang sudah
cacat biasanya akan merasa rendah diri dan mengasingkan diri dari masyarakat,
selain itu mereka tidak dapat bekerja dengan baik sehingga hidupnya sehari-hari
tergantung kepada orang lain. Kejadian filariasis ini dimulai dari gigitan vektor
nyamuk yang infektif (mengandung larva stadium 3 atau L3), vector infektif
mendapat mikrofilaria dari orang-orang setempat yang mengidap mikrofilaria di
23
dalam darahnya. Disini Selain faktor lingkungan saja , penyebaran penyakit
filariasis ini tergantung juga dengan kepadatan penduduk setempat serta status
lingkungan dan kebersihan dari masyarakat itu sendiri, kepadatan vektor dalam
penularan penyakit kaki gajah sangat berperan Selain itu pengaruh faktor
lingkungan terutama suhu dan kelembaban udara mempengaruhi umur nyamuk
(Ardias dkk, 2012).
Penyakit filariasis lymfatik juga merupakan penyebab kecacatan menetap
dan berjangka waktu lama terbesar yang kedua di dunia setelah kecacatan
mental.Di Indonesia, mereka yang terinfeksi filariasis bisa terbaring di tempat
tidur selama lebih dari lima mingggu per tahun, karena gejala klinis akut dari
filariasis yang mewakili 11% dari masa usia produktif (Masrizal, 2012).
Dari data WFIO, diperkirakan 120juta orang di 83 negara di dunia
terinfeksi penyakit filariasis dan lebih dari 1,5 milyar penduduk dunia (sekitar
20% populasi dunia) dan berisiko terinfeksi penyakit ini dari keseluruhan
penderita, terdapat dua puluh lima juta penderita laki - laki yang mengalami
penyakit genital (umumnya menderita hydrcocele) dan hampir lima belas juta
orang kebanyakan wanita, menderita lymphoedema atari elephantiasis pada
kakinya. Sekitar 90% infeksi disebabkan oleh Wucheria Bancrofti, dan sebagian
besar sisanya disebabkan BrugiaMalayi. Vektor utama Wucheria Bancrofti adalah
nyamuk Culex, Anopheles, dan Aedes. Nyamuk dari spesies Mansonia adalah
vektor utama untuk parasit Brugarian, namun dibeberapa area, nyamuk Anopheles
juga dapat menjadi vektor penularan filariasis. Parasit Brugarian banyak terdapat
di daerah Asia bagian selatan dan timur terutama India, Malaysia, Indonesia,
Filipina,dan China (Masrizal, 2012).
Penularan didalam filariasis ini dapat terjadi apabiia ada 5 unsur yaitu
sumber penular (manusia dan hewan),parasit, vektor, manusia yang rentan,
iingkungan (fisik, biologik dan sosial-ekonomi-budaya). Disini Seseorang dapat
tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabiia orang tersebut digigit nyamuk
yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). Kemudian
akan memasuki periode laten atau prepaten. Periode laten adalah waktu yang
24
diperlukan antara seseorang mendapatkan infeksi sampai dtemukannya
rnikrofilaria di dalam darahnya. Waktu ini sesuai dengan pertumbuhan cacing
hingga dewasa sampai melahirkan rnikrofilaria kedalam darah dan jaringan
(Masrizal, 2012).
25
Gambar 3.1.2 Skema Rantai penularan filariasis
26
akan tumbuh menjadi cacing dewasa, dan berkembangbiak menghasilkan
mikrofilaria baru sehingga bertambah banyak. Kumpulan cacing filaria dewasa ini
menjadi penyebab penyumbatan pembuluh limfe. Aliran sekresi kelenjar limfe
menjadi terhambat dan menumpuk di suatu lokasi. Akibatnya terjadi
pembengkakan kelenjar limfe terutama pada daerah kaki, lengan maupun alat
kelamin yang biasanya disertai infeksi sekunder dengan fungi dan bakteri karena
kurang terawatnya bagian lipatan-lipatan kulit yang mengalami pembengkakan
tersebut (Maulidah, 2017).
27
Limfedema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran
getah bening kembali ke dalam darah. Lymph scrotum adalah pelebaran saluran
limfe superfisial pada kulit scrotum. Ditemukan juga vesikel dengan ukuran
bervariasi pada kulit, yang dapat pecah dan membasahi pakaian.10 Kiluria adalah
kebocoran yang terjadi akibat pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah di
ginjal (pelvis renalis).9 Hidrokel adalah pembengkakan yang terjadi pada scrotum
karena terkumpulnya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis.10 Gejala klinis
tersebut dapat timbul karna dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor resiko
kejadian filariasis antara lain faktor manusia, nyamuk, dan lingkungan (Mutiara
dan Anindita 2016).
1. Diagnosis klinis
Diagnosis filariasis limfatik secara klinis ini didasarkan atas gejala-gejala klinis
yang muncul pada penderita baik pada stadium akut maupun kronis. Perlu
diketahui bahwa di Indonesia terdapat tiga jenis filariasis limfatik berdasarkan
pada spesies cacing filaria penyebabnya. Ketiga jenis filariasis limfatik tersebut
yaitu filariasis bancrofti yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, filariasis
malayi yang disebabkan oleh Brugia malayi dan filariasis timori yang disebabkan
oleh Brugia timori. Gejala akut pada filariasis bancrofti pada umumnya berupa
peradangan pada saluran limfe genitalia yaitu timbul funikulitis, epididimitis dan
orkitis. Pada stadium kronik akan terjadi khiluria, hidrokel testis, elefantiasis
skroti maupun elefantiasis seluruh tungkai atau lengan dan mammae, Gejala akut
pada filariasis malayi dan filariasis timori berupa demam, limfadenitis, limfangitis
desendens, abses dan limfedema. Pada stadium kronis terjadi elefantiasis pada
tungkai di bawah lutut atau lengan di bawah siku (Rosanti dan Soeyoko 2014).
2. Diagnosis parasitologis
28
Diagnosis parasitologis ini berdasarkan dengan ditemukannya mikrofilaria dan
cacing dewasa. Mikrofilaria dapat ditemukan juga didalam darah, urin dan cairan
hidrokel. Pengambilan darah dilakukan pada malam hari karena periodisitas
mikroilaria umumnya nokturna.Sedangkan diferensiasi spesiaes dan stadium
filaria dengan menggunakan pelacak DNA yang spesifik dan antibodi monoklonal
untuk mengidentivikasi larva filaria dalam tubuh manusia dan vector (Maulida,
2017).
3. Radiodiagnosis
4. Diagnosis Imunologi
Diagnosis ini menggunakan teknik ELISA dan immunochromatographictest
(ICT). Kedua teknik ini pada dasarnya menggunakan antibodi monoklona yang
spesifik untuk mendeteksi antigen W.bancrofti dalam sirkulasi. Hasil tes yang
positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan
dalam darah.( Maulida 2017).
29
Bisa juga dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat di
daerah endemis mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk).
Dan Mengidentifikasikan vektor dengan mendeteksi adanya larva infektif dalam
nyamuk dengan menggunakan umpan manusia, mengidentifikasi waktu dan
ternpat menggigit nyamuk serta ternpat perkembangbiakannya, lakukan
Pengendalian vector dengan jangka panjang yang rnungkin memerlukan
perubahan konstruksi rumah dan termasuk pemasangan kawat kasa serta
pengendalian lingkungan untuk memusnahkan tempat perindukan nyamuk.
Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazinecitrate
(Masrizal, 2013 ).
1. Dampak Ekonomi
30
Seorang yang menderita penyakit Filariasis ini dalam jangka waktu yang
lama dia tidak akan bisa bekerja seperti biasanya. Jika mereka memaksa untuk
bekerja keras maka penderita akan mengalami keletihan yang luar biasa sehingga
mengharuskan penderita untuk beristirahat terlalu cukup lama sebelum kembali
untuk bekerja. Penderita ini akan mengalami kerugian ekonomi setiap tahun
akibat kunjungan ke fasilitas kesehatan yang berulang – ulang (Maulida, 2017).
2. Dampak Sosial
3.2. Limfoma
3.2.1. Pendahuluan
31
Gambar 13 Perbedaan Limfa Normal dan Limfoma
32
Gambar 14 Letak-letak nodus limfa
Kanker ini dibagi menjadi 2, yaitu Limfoma Hodgkin (LH) dan Limfoma
Non-Hodgkin (LNH).
Limfoma Hodgkin Limfoma merupakan ganasnya sel B yang dibarengi
dengan terdeteksi sel abnormal (Reed-Sternberg) dalam pemeriksaan (Setyowati,
2017).
33
Limfoma Non-Hodgkin merupakan kanker yang ganasnya dapat berasal
dari sel B dan sel T (Setyowati, 2017).
Diffuse Large B Cell Lymphoma (DLBCL) merupakan salah satu jenis
limfoma non-Hodgkin (LNH) tipe sel B yang sering terjadi (Susanti, 2014).
Limfoma Hodgkin ini lebih sering menyerang pada pria daripada wanita
dengan rentang umur 15 hingga 34 tahun dan di atas 55 tahun. Limfoma Non-
Hodgkin tidak kalah sering menyerang manusia. Bahkan Limfoma Non-Hodgkin
ini lima kali lebih sering hingga masuk urutan ke-7 tingkat dunia dari seluruh
kasus kanker. Sebagaimana Limfoma Hodgkin, Limfoma Non-Hodgkin ini juga
sering terjadi pada pria dibanding dengan wanita. Serta rata-rata menyerang usia
di atas 50 tahun (Paramartha, 2017).
Virus Epstein-Barr
34
Limfoma Hodgkin, Limfoma Burkitt, serta Limfoma Non-Hodgkin pada penderita
immunodefisiensi. Target utama penyerangan Virus Epstein Barr ialah sel B dan
sel epitel orofaring (Setyowati, 2017).
Faktor Genetik
Terpapar zat kimia beracun seperti pestisida atau pewarna rambut juga
dapat menyebabkan memicu Limfoma (Kemenkes RI, 2015).
35
3.2.5. Stadium Limfoma Non-Hodgkin
Stadium 2: sel limfoma atau sel kanker kelenjar getah bening berada pada
sekurang-kurangnya 2 kelompok di kelenjar getah bening
Stadium 3: sel kanker kelenjar getah bening terdapat pada kelompok kelenjar
getah bening di atas ataupun di bawah diafragma atau limfoma berada di organ
atau di jaringan sekitar kelenjar getah bening
Stadium 4: stadium ini terjadi saat limfoma sudah sangat menyebar, limfoma
sudah menyebar ke seluruh satu organ atau jaringan selain di kelenjar getah
bening atau bisa juga menyerang di dalam hati, darah, atau sumsum tulang
(Kemenkes RI, 2015).
Gejala-gejala ini adalah gjala yang dirasakan pasien ataupun gejala yang
dapat dilihat oleh dokter:
1. Pembengkakan pada kelenjar getah bening, yang biasanya terdapat pada
leher, ketiak, dan juga pada lipatan paha.
2. Menggigil/suhu tubuh naik-turun
3. Demam yang terjadi secara rekuren dan keringat yang keluar secara
berlebihan pada malam hari
4. Penurunan berat badan dikarenakan aktivitas sel kanker yang merugikan
jaringan dan sel sehat pada tubuh
5. Kehilangan selera makan
6. Kelelahan terus menerus dan kekurangan energy akibat adanya
ketidaknormalan sel untuk menghasilkan energy
7. Sesak nafas dan batuk
8. Gatal yang terjadi diseluruh tubuh yang terjadi tanpa sebab dan berupa ruam
9. Pembesaran amandel dikarenakan kelenjar limfa sudah dipenuhi oleh
penyakit atau kuman yang menyebabkan terjadinya pembengkakan atau
edema
10. Sakit kepala (Kemenkes RI, 2015).
36
3.2.7. Cara diagnosis
37
DAFTAR PUSTAKA
38
20. Ramadhani,Tri Dan Wahyudi ,Bodan Fajar .2015. Diversity And Mosquito
Dominance In Endemic Areas Of Lymphatic Filariasis.
21. Rizal, Khairul. 2013. Sistem Limfatik.
22. Rosanti, Tuti Ida Dan Soeyoko.2014. Diagnosis Filariasis Limfatik.
23. Santoso. 2017. Mengenal Filariasis
24. Saputra, Arif. 2014. Fisiologi Sistem Limfatik Dan Imunitas Manusia.
25. Setyowati, Hapsari Galih, Udadi Sadhana, Meira Dewi Kusuma, Dik
Puspasari. 2017. Ekspresi Latent Membran,Protein-1 (LMP-1) Epstein
Barr Virus (EBV) pada Limfoma Maligna. Semarang: Medical Faculty
of Diponegoro University.
26. Silalahi, Susi Marlina R, Rodame Magdalena Purba, Rotua Haloho. 2017.
Anatomi Sistem Limfatik.
27. Susanti, Inas, Hasrayati Agustina, Afiati, Bethy S. Hernowo. 2014. Korelasi
antara Imunoekspresi LMP-1 Virus Epstein-Barr dengan Respon
Kemoterapi CHOP pada Limfoma Maligna Non-Hodgkin Tipe Diffuse
Large B Cell. Bandung: Departemen Patologi Anatomik, Fakultas
Kedokteran, Universitas Padjadjaran
28. Swesis, Ida Ayu Cili, Ketut Suega, Ni Made Renny Anggraeni Rena. 2014.
Kaitan Faktor Usia Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Limfoma
Non Hodgkin Di Rumah Sakit Sanglah Tahun 2014. Bali: Universitas
Udayana.
29. Syaifuddin. 2013. Anatomi Fisiologi Sistem Limfatik.
39