0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan21 halaman

Makalah Logika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 21

MAKALAH LOGIKA

1. Jumiarti Nursakinah Koto (1703120022)


2. Leli Sumarni (1703120018)
3. Padilla Azlina Tanjung (1703120002)

Dosen Pembimbing : Mulyadi Hermanto Nst, MA


Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Ruang/Semester : I/III

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN

PADANGSIDIMPUAN

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kata logika atau logis sangat akrab dengan kita, sering berbicara tentang
prosedur yang logis sebagai lawan dari prosedur yang tidak logis, penjelasan yang
logis sebagai lawan dari penjelasan yang tidak logis, pikiran yang logis sebagai
lawan dari pikiran yang tidak logis, tindakan yang logis sebagai lawan dari
tindakan yang tidak logis. Dalam contoh-contoh tersebut kata logis dipakai dalam
arti yang sama dengan masuk akal, dapat dimengerti.
Untuk mengerti apa sesungguhnya logika, kita harus mempelajarinya
secara teratur dan sistematis.Mempelajari logika berarti mempelajari metode-
metode dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat
(valid) dari penalaran yang tidak tepat (valid). Itu tidak berarti bahwa mempelajari
logika merupakan satu-satunya cara yang membuat orang bernalar secara tepat.
Akan tetapi,orang yang telah mempelajari logika lebih mungkin bernalar secara
tepat daripada kalau tidak mempelajari logika.
Logika tidak memberikan jaminan bahwa kita akan selalu sampai pada
kebenaran karena kepercayaan-kepercayaan yang menjadi titik tolak kita kadang -
kadang salah.Namun dengan mengikuti prinsip-prinsip yang tepat, kita perlu
mengulang kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi logika?
2. Apa sajakah objek dari logika dan apa tujuan logika?
3. Bagaimana pembagian logika dari segi jenis, metode dan kualitas logika?
4. Apakah manfaat mempelajari logika?
5. Bagaimana sejarah perkembangan logika?
6. Apa saja dasar-dasar logika?

2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi ilmu logika baik dari segi etimologi
dan terminologi ilmu logika.
2. Mengetahui dan memahami objek kajian ilmu logika baik dari pengertian
dan macam-mcam objek kajian ilmu logika.
3. Mengetahui dan memahami pembagian atau macam-macam ilmu logika
dari segi jenis, metode dan tingkatan ilmu logika.
4. Mengetahui dan memahami manfaat dari ilmu logika yang berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Mengetahui seperti apa sejarah perkembangan logika.
6. Mengetahui dasar-dasar logika.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Logika
Secara etimologi Logika berasal dari Bahasa Yunani Logos yang berarti
“kata” atau “pikiran yang benar”1[1].Menurut Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu
Logika berasal dari kata Yunani yakni kata logike atau logicos yang berarti
“bersangkutan dengan kemampuan berbicara yang cerdas”, berfungsinya akal
dengan baik teratur dan sistematis.2[2]
Menurut Poedjawijatna logika adalah “filsafat berpikir” yang berpikir itu
manusia dan berpikir itu merupakan tindakan manusia. Tindakan ini mempunyai
tujuan, yaitu untuk tahu 3[3].Menurut K. Bertens dalam Suraijaya mengatakan
bahwa Logika adalah ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.Dalam
buku Logic and Language of Education, Logika disebut sebagai penyelidikan
tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir.4[4]
Logika merupakan bagian dari filsafat yang memperbicangkan hakikat
ketepatan, cara meyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan
pengetahuan. Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan
tetapi membatasai diri pada ketetapan susunan berpikir menyangkut
pengetahuan.Jadi,Logika mempersyaratkan kebenaran, bukan wacana
kebenarannya.Dan bidang perhatian dan tugas logika adalah menyelidiki
penalaran yang tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari
penalaran yang tidak tepat.
Demikian bahwa Logika merupakan salah satu disipilin ilmu yang menitik
beratkan pada berpikir atau bernalar dengan teliti dan teratur dengan tujuan untuk
mengetahui dan memperoleh suatu kebenaran serta membedakan pernyatan benar
dan pernyataan yang salah. Bisa juga Logika adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari aturan-aturan dan cara berpikir serta mengatur penelitian hukum-

1 [1] Drs. H. Masdi, M.Ag, Daros Logika (Kudus: STAIN PRESS, 2009), hlm. 1
2 [2] Mudhofir.Ali.Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu.(Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press,2001),hlm.217
3 [3] Ibid; Drs. Mundiri, Logika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm 2
4 [4] Ibid; Drs. Mundiri, Logika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm 2

4
hukum akal manusia yang mana hasilnya dapat menyampaikan pikiran atau
pikiran mencapai kebenaran serta mengetahui mana yang salah.
2.2 Objek Kajian Logika dan Tujuan Logika
A. Objek Kajian Logika
Dalam pembahasan sebelumnya logika memperbicangkan hakikat dan
menyelidiki penalaran yang tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan
dari penalaran yang tidak tepat. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai
pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan
kebenaram, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Setiap
ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek.
Sebelum mengetahui lebih lanjut objek kajian logika alangkah baiknya
mengetahui maksud dari objek itu sendiri.Objek adalah sesuatu yang merupakan
bahan atau sasaran dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Dilihat dari
segi objeknya, objek logika ada dua yaitu objek material (Mantiq Al-Maddi) dan
objek formal5[5].Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan
penelitian atau pembentukan pengetahuan, yang diselidiki, dipandang, atau disorot
oleh suatu disiplin ilmu. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang yang
ditujukan pada bahan dari penelitian atau pementukan pengetahuan itu, atau dari
sudut pandang apa objek materia itu disoroti.6[6]
Oleh karena yang berpikir itu manusia, maka yang menjadi objek atau
lapangan penyelidikan logika secara materi (sebagai sasaran umum) ialah manusia
itu sendiri. Tetapi manusia ini disoroti dari sudut tertentu (secara khusus) sebagai
objek forma, ialah budinya.Cara pemikiran dalam objek-objek logika secara
radikal dibagi menjadi dua.
Cara pertama disebut berpikir deduktif (umum ke khusus) dipergunakan
dalam Logika Forma yang mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya
pertentangan) dalam pemikiran dengan mempergunakan hukum-hukum, rumus-
rumus dan patokan – patokan yang benar. Cara kedua, berpikir induktif (khusus
ke umum) dipergunakan dalam Logika Material, yang mempelajari dasar-dasar

5 [5] Drs. Mundiri, Logika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 14
6 [6] Drs. Surajiyo, dkk., Dasar – Dasar Logika (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm.
11

5
persusaian pikiran dengan kenyataan. Logika Materia menilai hasil pekerjaan
Logika Forma dan menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris.
Secara garis besar, objek bahasan - bahasan logika (mabahis ilm al-
mantiq), dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu bahasan ‘kata-kata’ (al-
alfadh), bahasan proposisi (al-qadliyah) dan bahasan pemikiran atau penalaran7
[7].Sesuai dengan objek bahasan logika, pertama-tama yang harus dipelajari
adalah bahasan kata-kata, kemudian bahasan proposisi dan diakhiri bahasan
penalaran.Karena tidak mungkin seseorang dapat melakukan penalaran atau
berpikir tanpa mengetahui proposisi suatu kegiatan berpikir, begitu juga tidak
mungkin mengetahui proposisi berpikir tanpa mengetahui kata-kata yang sesuai.
Tujuan yang paling utama dari pelajaran ilmu mantiq (logika) adalah tentang al-
istidlal (penalaran), tetapi sesungguhnya penalaran itu tersusun dari beberapa
kata-kata.
B. Tujuan Logika
Tujuan logika dilihat dari karakter yang terkandung dalam logika itu
sendiri ialah memelihara, melatih, mengajar, dan mendidik yang bermuatan
mengembangkan potensi akal dalam mengkaji objek fikir dengan menggunakan
metodologi berfikir. Adapun tujuan logika yaitu:
1. Dapat memelihara kemampuan dasar akal yang bersifat potensial dari
pengaruh luar (lingkungan) yang memungkinkan potensi akal kearah
kesesatan, untuk itu metodologi berfikir sebagai produk dan terdapat
secara inhern dalam logika turut menjaga dan mengurusnya serta
meluruskan potensi akal dalam mengkaji objek pikirnya.
2. Melatih orang untuk terbiasa berfikir teoritis dan praktis: aplikasi-praktis-
mekanistik berlogika.
3. Mengajarkan manusia untuk menuju kemahiran intelektualitas sebagai
hasil pengajaran logika tersebut berupa berfikir ilmiah baik bersifat
saintifik, logis-filosofis maupun mistik-sufistik.
4. Untuk itu orang yang telah memahami logika diharapkan dapat
menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan kondisi

7 [7] Drs. H. Masdi, M.Ag, Daros Logika (Kudus: STAIN PRESS, 2009), hlm. 4

6
yang tepat dan benar dan membedakan proses dan kesimpulan berfikir
yang benar dari yang salah.
5. Membahas hal-hal tentang suatu persoalan dengan syarat-syarat, dan jika
syarat itu dapat dipenuhi, maka manusia akan memperoleh apa yang telah
dianggap benar bagi masalah lain yang masih baru dan belum diakui
kebenarannya. Jadi ilmu ini khusus untuk menerangkan jalan-jalan yang
benar dan jalan inilah manusia bisa mencapai kebenaran.
2.3 Macam-Macam Logika
A. Macam-macam logika menurut The Liang Gie (1980).
1. Logika filsafati (philosophical logic) dan Logika Mathematic,dimana
logika filsafat itu merupakan ragam logika yang punya hubungan erat
dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban
dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Sedangkan Logika
Matematik menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode
matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk
mengindarkan makna ganda.
2. Logika murni (pure logic), dan logika terapan (applied logic) yaitu logika
murni yang dipertentangkan dengan logika yang memperoleh penerapan
khusus dalam sesuatu bidang ilmu.
3. Logika tradisional (traditional logic), dan logika modern (modern logic)
yaitu logika yang berkisar pada silogisme subjek-predikat dan Aristoteles
yang kemudian mengalami perluasaan dan pendalaman baik tatacara
maupun sasarannya menjadi logika modern. Logika modern ini kemudian
masih berkembang terus sehingga menjadi orthodox modern logic dan
unorthodox modern logic.
4. Logika deduktif (deductive logic) dan logika induktif (inductive logic),
pembedaan logika dalam dua jenis yang didasarkan pada sifat mesti
(necessary) dan sifat boleh jadi (probable) dari kesimpulan yang dibuat.
5. Logika formal (formal logic) dan logika material (material logic), sebuah
pembedaan logika dalam dua jenis lainnya menurut bentuk dan isinya
yang oleh penulis-penulis Eropa sering disebut logica minor dan logica
maior.

7
B. Logika dilihat dari metodenya.
Dalam pembagian ini didasarkan pada pola berpikir ilmiah manusia yaitu
berpikir logika tradisional dan berpikir logika modern.
1. Logika Tradisional (al-mantiq al-qadim), logika Aristoteles yang bersifat
deduktif, artinya berpikir dari keputusan yang bersifat umum untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat khusus. Menurut Yuyun S.
Suriasumantri, logika deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, penarikan ini
dinamakan Silogismus.
2. Logika Modern (al-mantiq al-hadis), logika yangbersifat induksi, artinya
berpikir dari berangkat dari peristiwa yang bersifat khusus untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Menurut Yuyun S.
Suriasumantri, logika induksi adalah cara berpikir dimana ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual (khusus).8[8]
C. Logika dilihat dari kualitasnya.
Bila dilihat dari aspek kualitas kemampuan orang berpikir, maka logika
itu dapat dikelompokkan menjadi dua tingkatan, yaitu logika naturalis dan logika
artifisialis atau logika ilmiah.
1. Logika Naturalis (al-mantiq al-fitri), logika yang berdasarkan kemampuan
akal pikiran bawaan manusia sejak lahir.Akal manusia yang normal dapat
berkerja secara spontan sesuai dengan hukum-hukum logika dasar.
Bagaimanapun rendahnya intelegensi seseorang, ia pasti dapat
membedakan sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu lain, dan bahwa
dua kenyataan yang bertentangan tidaklah sama. Kemampuan berlogika
naturalis pad tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari tingkatan
pengetahuannya.
2. Logika Artifisialis atau Ilmiah (al-mantiq al-shuri), logika yang bertugas
membantu al-mantiq al-fitri dan mengatasi kenyataan yang tidak dapat
ditanggulangi al-mantiq al-fitri guna menyusun hokum, patokan dan
rumus berpikir lurus.Logika ini memperluas, memperhalus, mempertajam

8 [8] Ibid; Drs. Mundiri, Logika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 6

8
serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti,
efisien, mudah dan aman.Logika ini yang menjadi pembahasan logika
sekarang ini.9[9]
D. Menurut objek kajiannya.
1. Logika Formal, logika yang mempelajari azas-azas, aturan-aturan atau
hokum-hukum berpikir yang harus ditaati agar orang dapar berpikir
dengan benar dan mencapai kebenaran
2. Logika Material, logika yang mempelajari langsung pekerjaan akal serta
menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan-
kenyataan praktis yang sesungguhnya.10[10]
E. Menurut Adib macam-macam logika ada dua :
1. Logika alamiah, menggunakan kinerja akal budi manusia yang berfikir
secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.
2. Logika ilmiah, logika ini ada sejak lahir yang berfungsi memperhalus,
mempertajam pikiran, serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus
yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam pemikirian.

2.4 Manfaat Mempelajari Logika


Banyak sekali kegunaan dan kentungan yang kita peroleh jika kita
mempelajari logika, diantara manfaat itu ialah :
1. Membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
2. Mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
3. Melatih kekuatan akal pikiran dan perkembangannya dengan latihan dan
selalu membahas dengan metode-metode berpikir.
4. Dapat meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya dan melaksanakan
pekerjaan tepat pada waktunya.
5. Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus pikirannya.

9 [9] Ibid; Drs. Mundiri, Logika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 8
10 [10] Ibid; Drs. Mundiri, Logika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 5

9
6. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara
tajam dan mandiri.
7. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.11[11]
2.5 Sejarah Perkembangan Logika
Menurut sejarah, dasar-dasar ilmu mantik (logika) sudah dipelajari
semenjak zaman Luqman Hakim atau zaman Nabi Daud As. Dari Luqman hakim
turun kepada filosof Benduples, kemudian turun kepada filosof Sabqarates dan
Baqrates, lalu turun kepada Aflathun, dan akhirnya sampai kepada filosof
Aristoteles yang dikenal sebagai bapak logika.12[18] Logika merupakan cabang
dari llmu filsafat, maka sejarah lahirnya logika tidak bisa lepas dari bagaimana
filsafat itu muncul. Filsafat pertama kali muncul di yunani, yaitu pada abad ke 6
SM. Pada waktu itu orang -orang Yunani mulai kritis terhadap alam sekitar dan
mulai memikirkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Merekalah orang-orang
yang berusaha keras menganalisis dan menyusun kaidah-kaidah berpikir agar
terhindar dari kesalahan dalam membuat kesimpulan.Sejarah singkat logika dari
masa pertumbuhannya hingga kurun perkembangannya.
A.Dunia Yunani Tua
Menurut sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium (±340-265) disebutkan
bahwa yang pertama kali menggunakan istilah logika adalah tokoh Stoa.Meskipun
demikian, akar logika sudah terdapat dalam pikiran dialektis para filsuf mazhab
Elea.Mereka telah melihat masalah identitas dan perlawanan asas dalam
realitas.Tetapi kaum Sofis-lah yang menjadikan pikiran manusia sebagai titik
pemikiran secara eksplisit.13[19]
Sokrates (470-399) dengan metodenya ironi dan maieutika, de facto
mengembangkan metode induktif.Dalam metode ini dikumpulkan contoh dan
peristiwa konkret untuk kemudian dicari ciri umumnnya. Plato mengumumkan
metode Sokrates tersebut menjadi teori ide, yaitu teori Dinge an sich. Menurut
Plato, ide adalah bentuk mulyajadi atau model yang bersifat umum dan sempurna

11 [11] Drs. Mundiri, Logika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 8
12[12]Ibid, hal. 10

13[13] W. Poespoprodjo, Logika Scientifika, CV Pustaka Grafika: Bandung, 1999, hal. 41

10
yang disebut prototypa, sedangkan benda individual duniawi hanya merupakan
bentuk tiruan yang tidak sempurna, yang disebut ectypa. Gagasan plato ini banyak
memberikan dasar pada logika, terutama pada masalah ideogenesis dan masalah
penggunaan bahasa dalam pemikiran.Akan tetapi logika yang ilmiah
sesungguhnya baru terwujud berkat karya Aristoteles (384-322).14[14] Ia-lah Ahli
pikir yang mempelopori perkembangan logika sejak awal lahirnya.15[15] Ia
menghimpun dasar -dasar ilmu mantiq agar tidak punah sebab sulitnya ilmu ini.
Maka dari itu ia dipandang sebagai peletak ilmu mantiq (logika) dalam sejarah.
Karya Aristoteles tentang logika, kemudian diberi nama ToOrganon oleh
muridnya yang bernama Andronikos dan Rhodos. Karya Aristoteles mencakup:
Kategoria (mengenai logika istilah dan predikasi), Peri Hermeneis (tentang logika
proposisi), Analytica Protera ( tentang silogisme dan pemikiran), Analytica
Hystera (tentang pembuktian), Topica ( tentang metode berdebat), Peri
Sophistkoon Elechoon ( tentang kesalahan berpikir). Pola ini hingga kini masih
digunakan oleh kebanyakan penulis jika berbicara tentang logika.16[16]
Setelah masa Aristoteles, logika diteruskan oleh muridnya, yaitu
Theopratus dan Porphyrius.Keduanya berperan penting dalam kemajuan
logika.Theopratus memimpin aliran peripatetic (warisan gurunya).Ia
menyumbangkan pemikiran tentang pengertian yang mungkin dan sifat asasi dari
setiap kesimpulan (harus mengikuti pangkal terlemah dalam berpikir). Maksud
dari pengertian yang mungkin adalah pengertian yang tidak mengandung
kontradiksi atau pertentangan dalam dirinya.Sedangkan Porphyrtius adalah ahli
pikir dari Iskandariyah yang amat terkenal dalam bidang logika.Ia telah
menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran baru dalam logika, yaitu
eisagogy. Eisagogy membahas tentang lingkungan zat dan sifat di dalam alam
yang sering disebut klasifikasi.17[17]

14[14]Ibid, hal. 41-42

15[15]Op. Cit, Masdi, hal. 10

16[16]Op. Cit, W. Poespoprodjo, hal. 42

17[17]Op. Cit, Masdi, hal. 10

11
B.Dunia Abad Pertengahan
Pada mulanya, yaitu pada tahun 1141, pembahasan logika hanya berkisar
pada karya Aristoteles yang berjudul Kategoria dan Peri Hermeneias.Karya
Aristoteles tersebut bersama Eisagogen karya Porphyrius biasa disebut logika
lama. Baru sesudah tahun 1141, keempat karya Aritoteles lainnya dikenal lebih
luas oleh masyarakat. Keempat karya tersebut disebut dengan logika baru.Logika
lama dan logika baru kemudian disebut sebagai logika antik. Di dalam logika ini
ditunjuk pentingnya pendalaman tentang suposis, untuk menerangkan kesesatan
logis, dan tekanan terletak pada ciri-ciri termsebagai simbol tata bahasa dari
konsep -konsep.18[18]
Pada abad XIII-XV berkembanglah logika modern.Tokohnya adalah
Petrus Hispanus, Roger Bacon, W. Ockham, dan Raymond Lullus yang
menemukan metode logika baru yang disebut Ars Magna, yakni semacam aljabar
pengertian dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran
tertinggi.19[19]
Abad pertengahan mencatat bebagai pemikiran yang sangat penting bagi
perkembangan logika.Karya Boethius yang orisinil di bidang silogisme hipotesis
berpengaruh bagi perkembangan teori konsekuensi yang merupakan salah satu
hasil terpenting dari logika.Munculnya teori suposisi, adanya diskusi tentang
universalia, munculnya logika hubungan, penyempurnaan teori silogisme,
penggarapan logika modal, dan yang lainnya penyempurnaan teknis.20[20]
C.Dunia Modern
Logika Aristoteles, selain mengalami perkembangan yang murni, juga
dilanjutkan oleh sebagian pemikir, tetapi dengan penekanan-penekanan yang
berbeda. Meskipun mengikuti tradisi Aristoteles, Thomas Hobbes (1588-1679)
dan John Locke (1632-1704) doktrin-doktrinnya dalam logika sangat dikuasai
oleh paham nominalisme. Pemikiran dipandang sebagai suatu proses manipulasi

18[18]Op. Cit, W. Poespoprodjo, hal. 43

19[19]Ibid, hal. 43-44

20[20]Ibid, hal. 44

12
tanda -tanda verbal dan mirip operasi-operasi dalam matematika. Kedua tokoh ini
memberikan interpretasi tentang kedudukan bahasa di dalam pengalaman.21[21]
Diantara tokoh lain yang berperan dalam perkembangan logika pada era
ini adalah Francis Bacon (London, 1620) dengan karyanya Novum Organum yang
membahas tentang logika fisika induktif murni, Rene Decartes (1637) dengan
karyanya Discours de la Methode yang membahas tentang logika matematika
deduktif murni, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) dengan rencana calculus
universalnya yang mendasari munculnya logika simbolis, John Stuart Mill (1806
-1873) dengan karyanya System of Logic yang membahas tentang logika induktif
dan Henry Newman (1870) dengan karyanya Essay i Aid of a Grammar of Assent
yang meganalisis fenomenologis yang tajam tentang pikiran manusia.22[22]
Selama abad ke-20, banyak karya dalam bidang logika memfokuskan
perhatian pada formalitas sistem logika dan pada pertanyaan tentang kekomplitan
dan konsistensi sistem-sistem tersebut.Suatu teori yang terkenal, yang
dikemukakan oleh Kurt Goedel (1906-1978), menyatakan bahwa dalam sistem
formal apa pun yang memadai bagi sejumlah teori terdapat suuatu formula yang
tidak dapat ditentukan, yaitu semacam formula, bukan formula itu bukan juga
negasinya yang dapat di asalkan dari aksioma-aksioma dari sistem itu.
Perkembangan -perkembangan lain mencakup logika multi nilai dan formalisasi
logika modal. Yang paling mutakhir, logika berandil besar bagi teknologi dengan
menyediakan fondasi konseptual bagi sirkuit elektronik komputer-komputer
digital.
D.Perkembangan Logika dalam Islam
Logika mulai berkembang dalam dunia islam sejak adanya kegiatan
penerjemahan buku-buku oleh para ilmuan Islam. Pada saat itu upaya untuk
mengembangkan logika terlihat dari upaya beberapa penerjemah yang menyalin
buku-buku karya Aristoteles kedalam bahasa arab. Diantara tokoh yang berperan
adalah Johana bin Pafk yang menyalin buku Aristoteles menjadi Manqulatul
Assyarat li Aristu, Ibn Sikkit Jakub Al-Nahwi yang memberi komentar dan

21[21]Ibid,

22[22]Ibid, hal. 44-51

13
tambahan dalam bukunya Ishlah Fil Mantiq, Jakub bin Ishaq Al-Kindi menyalin
bagian-bagian logika Aristoteles dan memberi komentar satu persatu.23[23]
Al-Farabi juga telah melakukan penerjemahan secara menyeluruh karya
Aristoteles.Ia menguasai bahasa Yunani tua (Greek), sehingga mampu mengulas
dan mengomentari karya Aristoteles. Oleh karena itu ia disebut sebagai guru
kedua Aristoteles.24[24]
Ahli pikir muslim yang juga ikut mengembangkan logika adalah Abu
Abdillah al-Khawarizmi, yang telah menciptakan aljabar serta buku Mafaatihul
Ulum fil Mantiqi yang berisi komentar tentang logika.25[25]
Ibnu Sina juga membahas tentang logika sebagaimana terdapat pada salah
satu bagian bukunya yaitu As-Syifa. Ia juga membahas secara spesifik tentang
logika pada bukunya yang berjudul Isyarat Wal Tanbibat fil-Mantiqi.26[26]
Pada abad ke-14 muncul reaksi terhadap ilmu logika orang yang belajar
logika dianggap terlalu memuja akal dalam mencari kebenaran. Ahmad Ibnu
Taimiah menentang logika melalui karyanya yang berjudul Fasbibtu ahlil-Iman
fil-roddi ‘ala Mantiqi Yunani (ketangkasan pendukung keimanan menangkis
logika Yunani). Adapun Sa’aduddin Al-Taftazani (1322-1389M) mengharamkan
bagi orang yang mempelajari logika.27[27]
Setelah runtuhnya kejayaan Islam di Andalusia pada pertengahan abad ke-
15, perkembangan logika semakin meredup. Hingga abad ke-20 hanya beberapa
tokoh saja yang mahir dalam logika,seperti Ibnu Khaldun, Al-Duwani, dan Al-
Akhdari. Diantara karya logika yang banyak dipakai sebagai pelajaran dasar
logika di dunia Islam, termasuk Indonesia adalah karya Al-Akhdari, yaitu Sullam
Al-Munauraqi fil Mantiqi.Namun demikian jiwa semangat untuk mempelajari
logika mulai bangkit lagi pada abad ke-20 dengan munculnya gerakan

23[23]Op. Cit, Masdi, hal. 11-12

24[24]Ibid, hal. 12

25[25]Ibid,

26[26]Ibid,

27[27]Ibid, hal. 12-13

14
pembaharuan Islam di Mesir yang dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afgani dan
Muhammad Abduh.28[28]
2.6 Dasar-Dasar Logika
Adapun dasar-dasar logika itu adalah dari indra kita,baik dari mata yaitu
atas apa yang kita lihat,dari telinga atas apa yang kita dengar,dari yang kita
rasakan dan maupun dari pengalam kita ataupun yang sedang kita lakukan.

28[34]Ibid, hal. 13

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Logika merupakan salah satu disipilin ilmu yang menitikberatkan pada
berpikir atau bernalar dengan teliti dan teratur dengan tujuan untuk mengetahui
dan memperoleh suatu kebenaran serta membedakan pernyatan benar dan
pernyataan yang salah.Pemikiran manusia adalah objek materia logika.Patokan-
patokan atau hukum-hukum berpikir benar adalah objek formal logika.
Logika dari jenisnya terbagi menjadi dua, yaitu logika formal dan logika
material.Bila dilihat dari metodenya logika pula terbagi menjadi dua, yaitu logika
tradisional dan logika modern.Serta dilihat dari kualitasnya logika terbagi menjadi
dua pula, yaitu logika naturalis dan logika artifisialis atau logika ilmiah.
Aristoteles adalah ahli pikir yang mempelopori perkembangan logika sejak
awal lahirnya.Ia menghimpun dasar – dasar ilmu mantiq agar tidak punah sebab
sulitnya ilmu ini. Maka dari itu ia dipandang sebagai peletak ilmu mantiq (logika)
dalam sejarah.
Dalam mempelajari logika ada tiga pendapat menyikapi hokum
mempelajari logika, yaitu melarang (haram), memperbolehka (jawaz) dan
fardhu kifayah.Diantara kegunaan dari logika adalah membantu manusia berpikir
lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan.
3.2 Saran
Demi terciptanya pemahaman dan penerapan yang baik terhadap logika
dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaanya yaitu:
1. Pahami pengertian atau definisi dari logika secara baik dan benar, jangan
sampai keliru menafsirkan apa itu logika.
2. Jangan belajar teori logika saja, tetapi kita harus bisa membuat contohnya
yang dihubungkan dengan penerapan dikehidupan sehari-hari.
3. Berpikir bukan mengharuskan pemikir memiliki inisiatif, tetapi berpikir
adalah membiarkan sesuatu menjadi tampak sebagaimana adanya, tanpa
memaksakan kategori-kategori kita sendiri pada sesuatu tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sommers.M.1986.Logika.Bandung:Alumni 1986.
Mudhofir.Ali.2001.Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press.
Maran.Rafael Raga. 2007. Pengantar Logika. Jakarta: Grasindo.
Mundiri. 2000. Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Surajiya, dkk. 2006. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: PT Bumi Aksara.

17
SESI TANYA JAWAB
Sesi I:
1. Magnus F Bago : Apa maksud dari Logika tidak mempersoalkan
kebenaran sesuatu yang dipikirkan tetapi membatasi diri pada ketetapan
susunan berfikir menyangkut pengetahuan,logika mempersyaratkan
kebenaran,bukan wacana kebenarannya (hlm 3 makalah) ?
 Leli Sumarni : Maksudnya adalah logika itu merupakan hasil pemikiran
kita saja yang belum pasti kebenarannya hanya saja kita melihatnya saja
atau mendengar cerita dari orang lain,seperti contoh : kecelakaan,si A
kecelakaan,kamu melihat orang beramai-ramai di jalan kamu penasaran
kemudian kamu lihat si A sudah tergeletak di jalan,tetapi kamu tidak
menyaksikan bagaimana dia kecelakaannya kamu hanya melihat akibat
yang terjadi sesudah kecelakaan itu berlangsung,nah kemudian muncul
dipikiranmu “mungkin dia terlalu cepat membawa kenderaan,mungkin dia
di tabrak mobil,mungkin dia adu kambing sama kenderaan lain”.Karena
kamu tidak ada pada saat kejadian berlangsung maka itulah timbul sebuah
terkaanmu,terkaanmu itu belum pasti kebenarannya,maka dari itu kamu
berusaha menyakan orang lain,yang orang itu pun tidak pasti mengetahui
kejadian itu,bisa saja orang itu juga hanya menerka-nerka,oleh karena itu
logika itu hanya sebuah hasil pemikiranmu saja yang belum pasti
kebenaran apa yang terjadi.
2. Wadda Nur Aisyah : Bagaimana cara berfikir yang logika yang baik dan
bagaimana hubungan logika dengan filsafat ?
 Padilla Azlina Tanjung : Cara berfikir logika yang baik itu adalah
dengan mencari kebenarannya ataupun bukti dan berfikirlah secara logika
dengan logika yang fositive saja walaupun bisa muncul pemikiran logika
yang negative,namanya saja logika yaitu hanya sebuah pemikiran
saja.Adapun Hubungan antara logika dengan filsafat adalah,logika itu ada
hasil pemikiran yang muncul saat melihat sesuatu setelah kejadian,dan
filsafat itu adalah mencari kebenaran,jadi hubungan antara keduanya
adalah pemikiran yang baik yang menjadi sebuah kesimpulan setelah
dicari kebenarannya dan bukti-bukti yang sesungguhnya.

18
3. Ditia Sitompul : Apakah dasar-dasar logika yang anda ketahui ?
 Jumiarti Nursakinah Koto : Menurut kelompok kami dasar-dasar logika
itu berasal dari apa yang kita lihat ataupun yang kita dengar,seperti contoh
kecelakaan tadi kamu hanya melihat akibatnya setelah kecelakaan itu
berlangsung kamu tidak ikut menyaksikannya dan muncul dipikiranku
sebuah pemikiran yang belum pasti kebenarannya dan kamu mendengar
cerita dari orang ,namanya juga cerita,cerita itu bisa ada kebenarannya bisa
juga tidak.

Sesi II :
1. Faisal Ritonga : Apa maksud dari sifat mesti (necessary dan sifat boleh
jadi (probable) dalam pembedaan logika dari logika deduktif dan logika
induktif ? (hlm 6 makalah)
 Leli Sumarni : Logika deduktif itu adalah hasil pemikiranmu di awal
bersifat mesti itu maksunya bersifat terkaan yang belum pasti
kebenarannya seperti contoh kecelakaan tadi kamu hanya melihat kejadian
itu setelah korban tergelatak di jalan jadi muncul pemikiran anda yang
tidak-tidak jadi anda berkesimpulan kecekalaan ini terjadi seperti ini
seperti itu.kemudian logika induktif itu adalah hasil pemikiran di
akhir,sifatnya boleh jadi itu maksudnya,kamu mendengar cerita dari orang
lain tentang kecelakaan itu jadi kamu bisa meyakini cerita itu bisa juga
tidak maka muncullah pemikiran bisa jadi kecelakaan itu seperti yang dia
katakan.
2. Efrilia Tanjung : Menurut kelompok anda apa yang dimaksud dari logika
dilihat dari kualitasnya,jelaskan maksud dari kualitasnya dan berikan
contonya !
 Padilla Azlina Tanjung : Maksud dari logika menurut kualitasnya adalah
kemampuan berfikir seseorang itu yang mudah menangkap akan berbagai
hal ada yang dia miliki sejak dia lahir dan adapun yang dia dapatkan
setelah menimba ilmu.Contohnya Kecelakaan tadi,seorang anak melihat
orang terkapar di jalanan digelumuri darah,jadi si anak ini berpikir
sepertinya sudah terjadi kecelakaan disini mungkin kecelakaan ini karena

19
dia terlalu ke tengah berjalannya atau dia tidak melihat jalannya,jadi
dengan ilmu yang dia dapat pemikirannya bertambah dan berusaha
mencari kebenaran yang terjadi dengan tetap berpikir ynag positif
saja,maka dari itu si anak mudah tanggap walaupun terkaannya belum
teentu benar tapi karena ingin berusaha mencari kebenarannya maka hal
ini bisa dipecahkan.
3. Riska Nasution : Menurut bentuk dan isinya logika dibagi 2 yaitu logika
minor dan logika mayor,apa maksud dari logika mayor dan logika minor
?(hal 6 makalah)
 Jumiarti Nursakinah Koto : Logika Minor itu sebutan bagi orang Erofa
yang sama dengan logika formal dimana logika formal ini dasar pemikiran
atas apa yang kamu lihat ataupun resmi,contohnya kecelakaan tadi kamu
mengambil kesimpulan dari hasil pemikiranmu mengejadi kejadian yang
kamu saksikan saat si korban terkapar di jalan.sedangkan logika mayor itu
sebutan bagi orang Erofa yang sama artinya dengan logika mateeriil yang
maksudnya dasar pemikiran yang muncul di saat ada bukti yang
ditemukan hanya saja belum pasti kebenarannya,contoh kamu menemukan
kap kereta nya di jalan saat kecelaaan tadi jadi kamu berfikir ini itu dan ini
itu.

Tambahan :
1. Ronaldon Hasibuan : Bagaimana sejarah perkembangan Logika karena
di dalam makalah anda ada yang namanya logika modern dan logika
tradisional ?
 Leli Sumarni : Kami tidak tahu bagaimana sejarah perkembangan dari
logika hanya saja kami tahu asal kata dari logika itu dari bahasa yunani
karena logika itu hanya sebuah hasil pemikiran saja dan adapun
pertanyaan yang saudara sampaikan tidak ada pada makalah kami,Jadi
kami hanya mengetahui asal katanya saja tidak denga sejarah.
 Magnus F Bago : Menurut saya sejarah perkembangan logika itu tidak
ada seperti dari jawaban kelompok 1 dan saya akan menamahinya jawaban
mereka,namanya juga logika,logika itu merupakan hasil pemikiran kita

20
saja ada pemikiran orang itu memang sempit seperti orang kampong
pemikirannya masih ada yang kolot dan orang yang tinggal di kota
pemikirannya ada juga sebagian yang sudah maju dan berkembang,bagi
saya sejarahnya itu tidak ada tergantung cara pemikiran seseorang itu saja
dan dia mampu menempatkan berfungsinya otak seseorang tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai