100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
275 tayangan30 halaman

Lampiran Pedoman Pelayanan IGD

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 30

Lampiran : Pedomam Pelayanan IGD

Nomor : 191/SK-DIR/RSPROKBSD/XII/2017
Tanggal : 29 Desember 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Perubahan pola hidup merupakan dampak peningkatan derajat sosial ekonomi
yang akan menyebabkan perubahan epidemilogi penyakit misalnya meningkatnya
penyakit jantung dan pembuluh darah, sementara penyakit infeksi menular yang
mematikanpun turut berkembang pesat. Semua ini turut menambahkan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan emergency sehari-hari.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-
rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu.
Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga
dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam
keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan di tempat kejadian,
selama perjalanan ke rumah sakit, maupun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD Rumah
Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong
Damai khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di IGD Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Proklamasi Bumi Serpong Damai harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat
Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi
Serpong Damai.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Dapat membantu meningkatkan kemampuan dokter, perawat di Instalasi Gawat
Darurat.
2. Dapat mengurangi kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan di Instalasi Gawat
Darurat.
3. Dapat meningkatkan motivasi dokter, perawat bekerja secara cepat dan tepat
4. Pasien dan keluarga akan mendapatkan kepuasan pelayanan yang diberikan.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency yaitu :
Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency Yaitu pasien dengan :
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah suatu sitem seleksi/pengelompokan korban/pasien untuk menentukan tingkat
kegawatannya yang berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit serta
kecepatan penanganan / pemindahannya. Petugas yang melakukan triase adalah dokter
atau perawat yang sudah bersetifikat pelatihan BTCLS.
Adapun jenis-jenis dari triase adalah :
a. Pemilahan pasien secara perorangan ( Single Patient Triage )
b. Pemilahan korban masal yang bukan katagori Disaster ( Routine Multiple Casualty
Triage )
c. Pemilahan korban masal dalam katagori Disaster ( Triage in Overwhelming
Multiple Casualty Incident )
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera di atasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.

Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :


a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya
: tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan
atau kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1) Susunan saraf pusat
2) Pernafasan
3) Kardiovaskuler
4) Hati
5) Ginjal
6) Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1) Trauma / cedera
2) Infeksi
3) Keracunan ( poisoning )
4) Degerenerasi ( failure)
5) Asfiksi
6) Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit )
7) Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1) Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2) Kecepatan meminta pertolongan
3) Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a) Ditempat kejadian
b) Ditempat Dalam perjalanan ke rumah sakit
c) Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. PP no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
6. Keputusan menteri kesehatan RI no. 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang Prosedur Tetap
Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Medik Korban Bencana dan Penganan
Pengungsian
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi
dan Praktik Perawat

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA
1. Kepala Instalasi Gawat Darurat
a. Pengertian
Seorang tenaga professional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengelola pelayanan medis dan keperawatan di ruang gawat darurat.
b. Kualifikasi
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Dokter Umum dengan Pelatihan Khusus
3. Pengalaman minimal 5 Tahun sebagai dokter jaga ruang gawat darurat
4. Memilki sertifikat ACLS dan ATLS
5. Memiliki sertifikat Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
6. Memiliki kemampuan memimpin
7. Mau dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan IPTEK
c. Tanggung jawab
Secara operasional bertanggung jawab kepada Wadir Pelayanan dan SDM.
2. Pelaksana
a. Pengertian
Seorang tenaga professional yang diberi wewewang dan ditugaskan di Instalasi
Gawat Darurat
b. Kualifikasi
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Dokter Umum dengan Pelatihan Khusus
3. Pengalaman minimal 1 Tahun sebagai dokter jaga ruang gawat darurat
4. Pengalaman minimal 1 Tahun sebagai perawat jaga ruang gawat darurat
5. Memilki sertifikat ACLS dan ATLS
6. Memiliki sertifikat Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
7. Memiliki kemampuan memimpin
8. Mau dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan IPTEK

c. Tanggung jawab
Secara operasional bertanggung jawab kepada Wadir Pelayanan dan SDM.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi : yang bertugas sejumlah 2 s/d 3 orang dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS
2. Untuk Dinas Sore : yang bertugas sejumlah 2 s/d 3 orang dengan standar bersertifikat
BTCLS
3. Untuk Dinas malam : yang bertugas sejumlah 2 orang dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS

C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD
a. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat, dipertanggung jawabkan dan
disetujui oleh Kepala IGD
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana IGD setiap satu bulan..
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan di sesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
d. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
e. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah di tetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Kepala IGD 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas
sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kepala IGD, diharapkan perawat
yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti. Apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala IGD akan
mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat
shift sebelumnya lembur.
f. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka Kepala IGD akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat
yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.
4. Pengaturan Jaga Dokter IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab dan di setujui oleh
Kepala IGD
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta
dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk mencarikan
dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu
libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga pengganti
tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

R. Triase
Resusitasi
R. Observasi &
Tindakan

B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas dan sarana
IGD Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Proklamasi Bumi Serpong Damai berlokasi di lantai satu gedung utama yang terdiri
dari ruangan Triase, ruang resusitasi, ruang tindakan bedah, ruangan tindakan non
bedah dan ruangan observasi. Ruangan resusitasi berada diruang tengah, ruang triase
dibagian depan dan ruang tindakan di bagian belakang denga total bed berjumlah 3
bed.
2. Peralatan dan obat-obatan
Peralatan dan obat-obatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien Gawat darurat. Alat dan obat yang harus tersedia adalah
bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator
dan juga obat-obatan life support.
Standart alat – alat yang ada di IGD Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung
Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai

1) Mesin suction
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter

3) Laringoskope anak & dewasa

4) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )

5) Defribrilator

6) Monitor EKG dan Mesin EKG

7) Ventilator transport

8) Infuse pump

9) Ambu bag

10) Nebulizer

11) Canul oksigen


12) Oksigen mask

13) NGT

14) Gluko stik

15) Hecting set

16) Af hecting set

17) Neck collar

18) Spalk

19) Lampu sorot

20) Stetoskop

21) Tensi meter

22) Thermometer

23) Tiang Infus

24) Trolly Emergency yang berisi alat dan obat untuk melakukan resusitasi

25) Infus set / transfusi set

26) Spuit

27) Elastic verban

28) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang

Standart obat-obatan di IGD Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok -


Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai

1) Obat-obat injeksi
No
Nama Obat Satuan Jenis Obat

1. Adona AC 10 ml Ampul Haemostatic

2 Atropin sulfat Ampul Anti aritmia

3. Tramadol Ampul Anti Nyeri

4. Ondansentron Ampul Anti emetic

5. Ephinephrin Ampul Syok anafilatik

6. Anti Asma &


Ephedrine Ampul
PPOK

7. Corticosteroid
Kalmethason Ampul
Hormones

8. Kallium clorida Flacon Elektrolit

9. Lasik Ampul Diuretics

10. Lidocain Ampul Anastetic local

11. Plasminex Ampul Haemostatics

Antacida,
12. Ranitidine Ampul Antiulsera
si

13 Vit K Ampul Anti perdarahan

2) Obat-obat cairan

Nama Obat Satuan


Jenis Obat
Asering Fles Kristaloid
Asering 5% Fles Kristaloid
Dextrose 5% Fles Koloid
Dextrose 10 % Fles Koloid
Dextrose 40 % Fles Koloid
NaCL 0,9 % Fles Kristaloid
Ringer Laktat Fles Kristaloid

3) Alat – Obat dalam trolly emergency

Nama Obat Satuan Jenis Obat

Atropin sulfat Ampul Anti aritmia

Ephinephrin Ampul Syok anafilatik

Ephedrine Ampul Anti Asma & PPOK

b. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung
Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai saat ini memiliki
2 (dua) unit ambulance yang terdiri dari ambulance transportasi dan ambulance gawat
darurat di mana kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
1. Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
Perlengkapan dan Persyaratan Ambulance
1) Teknis
a) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
b) Ruangan penderita mudah dicapai dari tempat pengemudi
c) Tempat duduk bagi petugas di ruangan penderita dengan dilengkapi sabuk
pengaman
d) Gantungan infuse terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat
penderita
e) Lampu ruangan secukupnya
f) Stopkontak khusus untuk 12v. DC di ruang penderita
g) Lemari obat dan peralatan
h) Air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
i) Sirine satu nada untuk ambulan transportasi, dua nada untuk gawat darurat
j) Lampu rotator warna merah ambulan transportasi merah biru untuk gawat
darurat
k) Radio komunikasi
l) Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku
m) Tanda pengenal ambulans terbuat dari bahan yang memantulkan sinar
n) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
2) Medis
a) Tabung oksigen dengan peralatan untuk 2 (dua) orang
b) Peralatan medis P3K
c) Peralatan resusitai lengkap bagi orang dewasa dan anak/bayi
d) Suction pump manual dan listrik 12v DC
e) Peralatan EKG dan monitoring lainnya
f) Minor surgery set
g) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infuse secukupnya
3) Petugas
a) Supir dengan kemampuan BHD dan komunikasi
b) Perawat gawat darurat dengan kemampuan BTCLS, mengemudi dan
komunikasi
c) Dokter gawat darurat ( tergantung keadaan )
4) Tata Tertib
a) Sewaktu menuju tempat penderita boleh menggunakan sirene dan lampu
rotator
b) Selama mengangkut penderita hanya boleh menggunakan lampu rotator
dan semua peraturan lalulintas harus d itaati
c) Kecepatan kendaraan setinggi 40 Km di jalan biasa dan 80 Km di jalan
bebas hambatan

5) Alat dan Obat


Alat-alat dan obat-obatan yang disediakan antara lain:
a. Tas Emergency / lemari yang berisi :
1) Obat – obat untuk life saving dan life supot
2) Cairan infus : RL, Asering, NaCL 0,9 %, Dextrose 5% dan 10% 2
kolf/inf
3) Infus set lengkap ( IV line berbagai ukuran, set infuse, plester, kapas
alkohol, kasa steril )
4) Stetoskop dan tensimeter
5) Piala ginjal / bengkok
6) Oropharingeal air way berbagai ukuran
7) Gunting verban, Tongue Spatel dan Reflex hummer
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


1. Petugas Penanggung Jawab
Petugas yang bertanggungjawab dalam pelayanan pendaftaran pasien adalah :
a. Petugas pendaftaran
2. Perangkat Kerja
Perangkat kerja yang digunakan selama menjalankan tugas pendaftaran pasien
adalah Status Medis.
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
a. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga di
bagian administrasi IGD.
b. Bila keluarga tidak ada, petugas IGD bekerja sama dengan Petugas pendaftaran
untuk mencari identitas pasien di komputer data pasien.
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan
status untuk diisi oleh dokter IGD dan perawat yang bertugas.
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian pendaftaran.

B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD


1. Antara IGD dengan unit lain dalam Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok
- Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai adalah dengan nomor
extension masing-masing unit
2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan
pelayanan di luar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung
melalui operator
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada di lapangan menggunakan pesawat
telephone dan handphone
4. Dari luar Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Proklamasi Bumi Serpong Damai dapat langsung melalui 02129002927

C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE


a. Petugas Penanggung Jawab
Penanggungjawab dalam pelayanan triase adalah dokter jaga IGD.
b. Perangkat Kerja
Perangkat kerja yang digunakan selama melaksanakan pelayanan triase antara lain:
1. Stetoscope
2. Tensimeter
3. Status medis
c. Tata laksana Pelayanan Triase IGD
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian pendaftaran
2. Dokter dan perawat jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara
lengkap dan menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama (I, tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa/mengancam
fungsi vital, pasien di tempatkan di ruang resusitasi.
4. Prioritas kedua (II, medium, urgent) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Pasien di tempatkan di ruang tindakan bedah / non
bedah
5. Prioritas ketiga (III, rendah, non emergency) yaitu memerlukan pelayanan biasa,
tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien di
tempatkan di ruang non bedah / di ruang tindakan bedah

D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT


1. Petugas Penangung Jawab
Petugas yang bertanggung jawab dalam pengisian inform consent ini adalah Dokter
jaga IGD.
2. Perangkat Kerja
Perangkat kerja yang digunakan selama tata laksana pengisian informed consent
adalah Formulir Persetujuan Tindakan.
3. Tata Laksana Informed Consent
a. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh perawat
b. pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
c. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN


1. Petugas Penanggung Jawab
Petugas yang bertanggung jawab pada transportasi pasinsaat itu adalah:
a. Perawat IGD
b. Supir Ambulan
2. Perangkat Kerja
Perangkat kerja yang digunakan dalam tata laksana transportasi pasien adalah :
a. Ambulan
b. Alat Tulis
3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
a. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan Rumah Sakit Khusus Telinga
Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai
sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD Perawat IGD
menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama pasien ruang rawat inap, waktu
penggunaan & tujuan penggunaan)
b. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan
c. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY


1. Petugas Penanggung Jawab
Petugas penanggung jawab pada tata laksana pelayanan false emergency antara lain
a. Perawat jaga IGD
b. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
Perangkat kerja yang digunakan untuk tata laksana pelayanan false emergency antara
lain
a. Stetoscope
b. Tensi meter
c. Alat Tulis
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian pendaftaran pasien
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien di ruang non bedah atau ruang bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter dan perawat jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat/observasi pasien dianjurkan ke bagian admission.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
G. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )
1. Petugas Penanggung Jawab
Petugas penanggung jawab pada tata laksana pelayanan death on arrival (DOA)
antara lain:
a. Dokter jaga IGD
b. Petugas bintal
2. Perangkat Kerja
Perangkat kerja yang digunakan pada tata laksanan pelayanan death on arrival
(DOA) antara lain:
a. Senter
b. Stetoscope
c. EKG
d. Surat Kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah.
c. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
d. Jenazah dipindahkan / diserahterimakan di ruangan jenazah dengan bagian
bintal.

J. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN


1. Petugas Penanggung Jawab
Petugas penanggung jawab pada tata laksana sistem rujuk antara lain:
a) Dokter IGD
b) Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
Perangkat kerja yang dipergunakan dalam tata laksana sistem sistem rujuk antara lain:
a) Ambulan
b) Formulir persetujuan tindakan
c) Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
a. Alih Rawat
1) Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
2) Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasein
3) Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi
ambulan Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala
Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai atau ambulan luar
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
2) Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
3) Perawat IGD menghubungi petugas ambulan Rumah Sakit Khusus Telinga
Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai
c. Spesimen
1) Pasien/keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
2) Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
3) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan ke petugas
laboratorium
4) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. GAMBARAN UMUM
Sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient
Safety (2007) yg digunakan juga oleh KKPRS PERSI, dan dari Joint Commission
International (JCI).
Maksud : mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas permasalahan

B. SASARAN I : IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN TEPAT


Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki ketelitian
identifikasi pasien
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi

C. SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF


1. IGD mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar
para pemberi layanan.
2. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah (read back)
4. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon secara konsisten

D. SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DI


WASPADAI ( HIGH ALERT )
1. IGD mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat
yang perlu diwaspadai (high-alert) adalah
a. Obat Yang Sering Menyebabkan Terjadi Kesalahan / Kesalahan Serius (Sentinel
Event)
b. Obat Yang Berisiko Tinggi Nama Obat Rupa Dan Ucapan Mirip/NORUM, Atau
Look Alike Sound Alike / LASA).
2. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
3. Implementasi kebijakan dan prosedur
4. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang
jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted)

E. SASARAN IV: KEPASTIAN TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT


PASIEN OPERASI
IGD mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur,
dan tepat- pasien
1. Ada tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan
melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Ada checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis
dan tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi

F. SASARAN V : PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
1. IGD mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
2. IGD mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
3. IGD menerapkan program hand hygiene yang efektif.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

G. SASARAN VI : PENGURANGAN PASIEN RESIKO JATUH


IGD mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera
karena jatuh
1. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien rawat inap.
2. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan
fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya
jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program
tersebut harus diterapkan di rumah sakit
1. IGD menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap berisiko jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan
Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit

F. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

G. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


1. ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

2. KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

3. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
a. Karena “ keberuntungan”
b. Karena “ pencegahan ”
c. Karena “ peringanan ”

2. KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
3. KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti:
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

4. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. GAMBARAN UMUM
Lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu : keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait
dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi
rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien dan petugas yang profesional dan sehat.
Karena itu keselamatan petugas/karyawan merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu HAM bagi pekerja.
Bahwa sumber daya manusia merupakan aspek yang memegang peranan utama dalam
pelaksanaan pekerjaan, yang oleh karenanya perlu memperoleh jaminan dalam
keselamatan dan kesehatan selama menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu sebagai
sebuah institusi yang peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pegawainya,
maka Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Proklamasi Bumi Serpong Damai perlu mengeluarkan program K3 yang mengatur
penerapan hal tersebut.
Mengingat keselamatan dan keamanan terhadap karyawan menjadi tanggung jawab
Rumah Sakit maka program K3 di rumah sakit perlu disusun dan dilaksanakan. Dengan
adanya penerapan program K3 rumah sakit, diharapkan Keselamatan & Kesehatan
pekerja di rumah sakit dapat terjamin.
Program K3 di IGD dilaksanakan dengan mengacu kepada Standart Akreditasi K3
Rumah Sakit yang di tetap oleh KARS DepKes .
Program K3 merupakan bagian dari program peningkatan mutu, dan melibatkan
sebagian besar unit kerja di rumah sakit. Oleh karena itu program K3 menjadi tugas dan
tanggung jawab seluruh satuan kerja di rumah sakit. Untuk mengkoordinasikan kegiatan
ini, di dalam struktur organisasi Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok -
Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai telah dibentuk Sub Bagian
Kesehatan & Keselamatan Kerja dan Keselamatan Pasien. Agar program pengendalian
mutu dan keselamatan pasien dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan di semua unit kerja
maka dibentuklah Panitia Keselamatan, Kebakaran dan kewaspadaan Bencana Rumah
Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi
Serpong Damai

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Ditegakkannya standart dan parameter Akreditasi K3 di IGD Rumah Sakit
Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi
Serpong Damai agar tercapai kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman dan
nyaman.

2. Tujuan Khusus
a. Terciptanya budaya K3 di IGD
b. Meningkatnya akuntabilitas IGD terhadap staf di IGD
c. Tersusunnya sistem monitoring dan pelaporan kejadian bagi karyawan.
d. Terlaksananya program-program pelayanan kesehatan, perlindungan dari
bahaya (Hazard) dan kecelakaan kerja bagi karyawan.

C. SASARAN
Sasaran : seluruh Karyawan yang bekerja di IGD Rumah Sakit Khusus Telinga
Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai

D. PROGRAM KERJA
Cakupan kegiatan K3 sesuai dengan panduan dari akreditasi meliputi : Kesehatan &
Keselamatan Kerja, Kesehatan Lingkungan dan Kewaspadaan Bencana.
Adapun program kerjanya yaitu :
1. Penanggulangan Bencana (Disaster program)
2. Pencegahan dan pengendalian kebakaran
3. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
4. Keselamatan dan kesehatan pegawai
5. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
6. Kesehatan lingkungan kerja
7. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan
8. Diklat K3
9. Pengumpulan, pengelolaan dan pelaporan data.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. GAMBARAN UMUM
Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi , perawatan dan terapi pasien – pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit – penyelit yang mengancam jiwa atau potensial mengancap jiwa dengan
prognosis dubia. IGD menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta
peralatan khusus untuk menunjang fungsi – fungsi vital dengan mengunakan
keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam
pengelolaan keadaan- keadaan tersebut.
Biaya pengobatan pasien yang dirawat di IGD jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan ruang perawatan biasa. Kesemuanya ini mengharuskan penerapan manajemen
yang efektif dan efesien, oleh karena itu IGD harus dikelola bukan hanya sesuai
standar secara nasional mengikuti pedoman dari DEPKES RI tetapi juga mengikuti
perkembangan mutakhir dari intensif.
Masyarakat sebagai pengguna pelayanan di rumah sakit haji, khususnya di ruang IGD
harus diberikan pelayanan secara secara profesional oleh tenaga yang kompeten agar
dapat tercapai pelayanan yang baik sesuai etika dan disiplin, standar dan mutu
pelayanan. Untuk peningkatan mutu harus dilibatkan semua pihak yang terlibat dalam
memberikan pelayanan di ruang intensive.
Kegiatan peningkatan mutu dalam pelayanan intensife melalui kegiatan monitoring
dan evaluasi terhadap utilisasi unit pelayanan, melakukan monitoring dan evaluasi
pelayanan, monitoring terhadap kecelakaan dan upaya pencegahan dan evaluasi
prestasi kerja staf. Dalam penerapannya, untuk menjaga mutu pelayanan perlu adanya
instrumen evaluasi pelayanan, disamping serta adanya tim yang melakukan evaluasii
kegiatan.
Mutu pelayanan yang baik apabila pelayana memenuhi beberapa hal sebagai berikut :
1. Tepat dan terjangkau
2. Tepat kebutuhan
3. Tepat tujuan
4. Tepat sumberdaya
5. Tepat standar profesi
6. Wajar dan aman
7. Memenuhi ketentuan etika dan hukum.
8. Memuaskan pasien sebagai pelanggan rumah sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien di ruang IGD dalam
rangka memberikan kepuasan kepada pasien.
2. Tujuan khusus
a. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai etika, standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadiu sesuai kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayana di IGD

C. SASARAN
1. Pelayanan terhadap pasien IGD
2. Petugas di Unit IGD

D. PENANGGUNGJAWAB
Sebagai penanggung jawab kegiatan peningkatan mutu pelayanan di IGD adalah PJS
Kepala Ruang IGD

F. KEGIATAN
1. Monitoring dan evaluasi terhadap utilisasi unit pelayanan
2. Monitoring kelengkapan pengisian rekam medis.
3. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di IGD
4. Metode evaluasi yang spesifik prestasi kerja staf di IGD
5. Metode evaluasi Pelayanan di IGD
6. Penilaian evaluasi klinik oleh staf medik dan keperawatan terhadap pelayanan
IGD

G. METODE KEGIATAN
1. Pengamatan langsung
2. Laporan kegiatan
3. Presentasi kasus

H. INSTRUMEN
1. iIstrumen evaluasi kinerja pelayanan
2. Laporan harian
3. Laporan bulanan

I. RENCANA KEGIATAN
1. Monitoring dan evaluasi utilisasi unit pelayanan.

2. Monitoring kelengkapan pengisian rekam medik.


3. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokimial.

4. Evaluasi prestasi kinerja staf IGD

5. Metode evalusi berkala.

6. Evaluasi hasil perawatan pasien.


BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan IGD di Rumah Sakit ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh
Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan IGD. Pelayanan IGD di Rumah Sakit dibagi
menjadi tiga klasifikasi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi
sumber daya, sarana, prasarana dan peralatan. Oleh karena itu, setiap rumah sakit hendaknya
dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam pedoman ini dan dapat
mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi setiap rumah sakit.
Pedoman Pelayanan IGD di Rumah Sakit, selanjutnya perlu dijabarkan dalam prosedur tetap
di setiap rumah sakit guna kelancaran pelaksanaannya.

DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER BUMI
SERPONG DAMAI

Dr. Lola Yucola, SpTHT-KL M.Kes

Anda mungkin juga menyukai