Lampiran Pedoman Pelayanan IGD
Lampiran Pedoman Pelayanan IGD
Lampiran Pedoman Pelayanan IGD
Nomor : 191/SK-DIR/RSPROKBSD/XII/2017
Tanggal : 29 Desember 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Perubahan pola hidup merupakan dampak peningkatan derajat sosial ekonomi
yang akan menyebabkan perubahan epidemilogi penyakit misalnya meningkatnya
penyakit jantung dan pembuluh darah, sementara penyakit infeksi menular yang
mematikanpun turut berkembang pesat. Semua ini turut menambahkan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan emergency sehari-hari.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-
rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu.
Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga
dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam
keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan di tempat kejadian,
selama perjalanan ke rumah sakit, maupun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD Rumah
Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong
Damai khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di IGD Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Proklamasi Bumi Serpong Damai harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat
Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi
Serpong Damai.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Dapat membantu meningkatkan kemampuan dokter, perawat di Instalasi Gawat
Darurat.
2. Dapat mengurangi kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan di Instalasi Gawat
Darurat.
3. Dapat meningkatkan motivasi dokter, perawat bekerja secara cepat dan tepat
4. Pasien dan keluarga akan mendapatkan kepuasan pelayanan yang diberikan.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah suatu sitem seleksi/pengelompokan korban/pasien untuk menentukan tingkat
kegawatannya yang berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit serta
kecepatan penanganan / pemindahannya. Petugas yang melakukan triase adalah dokter
atau perawat yang sudah bersetifikat pelatihan BTCLS.
Adapun jenis-jenis dari triase adalah :
a. Pemilahan pasien secara perorangan ( Single Patient Triage )
b. Pemilahan korban masal yang bukan katagori Disaster ( Routine Multiple Casualty
Triage )
c. Pemilahan korban masal dalam katagori Disaster ( Triage in Overwhelming
Multiple Casualty Incident )
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera di atasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. PP no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
6. Keputusan menteri kesehatan RI no. 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang Prosedur Tetap
Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Medik Korban Bencana dan Penganan
Pengungsian
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi
dan Praktik Perawat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA
1. Kepala Instalasi Gawat Darurat
a. Pengertian
Seorang tenaga professional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengelola pelayanan medis dan keperawatan di ruang gawat darurat.
b. Kualifikasi
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Dokter Umum dengan Pelatihan Khusus
3. Pengalaman minimal 5 Tahun sebagai dokter jaga ruang gawat darurat
4. Memilki sertifikat ACLS dan ATLS
5. Memiliki sertifikat Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
6. Memiliki kemampuan memimpin
7. Mau dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan IPTEK
c. Tanggung jawab
Secara operasional bertanggung jawab kepada Wadir Pelayanan dan SDM.
2. Pelaksana
a. Pengertian
Seorang tenaga professional yang diberi wewewang dan ditugaskan di Instalasi
Gawat Darurat
b. Kualifikasi
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Dokter Umum dengan Pelatihan Khusus
3. Pengalaman minimal 1 Tahun sebagai dokter jaga ruang gawat darurat
4. Pengalaman minimal 1 Tahun sebagai perawat jaga ruang gawat darurat
5. Memilki sertifikat ACLS dan ATLS
6. Memiliki sertifikat Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
7. Memiliki kemampuan memimpin
8. Mau dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan IPTEK
c. Tanggung jawab
Secara operasional bertanggung jawab kepada Wadir Pelayanan dan SDM.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi : yang bertugas sejumlah 2 s/d 3 orang dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS
2. Untuk Dinas Sore : yang bertugas sejumlah 2 s/d 3 orang dengan standar bersertifikat
BTCLS
3. Untuk Dinas malam : yang bertugas sejumlah 2 orang dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD
a. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat, dipertanggung jawabkan dan
disetujui oleh Kepala IGD
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana IGD setiap satu bulan..
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan di sesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
d. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
e. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah di tetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Kepala IGD 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas
sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kepala IGD, diharapkan perawat
yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti. Apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala IGD akan
mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat
shift sebelumnya lembur.
f. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka Kepala IGD akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat
yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.
4. Pengaturan Jaga Dokter IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab dan di setujui oleh
Kepala IGD
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta
dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk mencarikan
dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu
libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga pengganti
tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
R. Triase
Resusitasi
R. Observasi &
Tindakan
B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas dan sarana
IGD Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Proklamasi Bumi Serpong Damai berlokasi di lantai satu gedung utama yang terdiri
dari ruangan Triase, ruang resusitasi, ruang tindakan bedah, ruangan tindakan non
bedah dan ruangan observasi. Ruangan resusitasi berada diruang tengah, ruang triase
dibagian depan dan ruang tindakan di bagian belakang denga total bed berjumlah 3
bed.
2. Peralatan dan obat-obatan
Peralatan dan obat-obatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien Gawat darurat. Alat dan obat yang harus tersedia adalah
bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator
dan juga obat-obatan life support.
Standart alat – alat yang ada di IGD Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung
Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai
1) Mesin suction
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter
5) Defribrilator
7) Ventilator transport
8) Infuse pump
9) Ambu bag
10) Nebulizer
13) NGT
18) Spalk
20) Stetoskop
22) Thermometer
24) Trolly Emergency yang berisi alat dan obat untuk melakukan resusitasi
26) Spuit
28) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang
1) Obat-obat injeksi
No
Nama Obat Satuan Jenis Obat
7. Corticosteroid
Kalmethason Ampul
Hormones
Antacida,
12. Ranitidine Ampul Antiulsera
si
2) Obat-obat cairan
b. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung
Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai saat ini memiliki
2 (dua) unit ambulance yang terdiri dari ambulance transportasi dan ambulance gawat
darurat di mana kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
1. Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
Perlengkapan dan Persyaratan Ambulance
1) Teknis
a) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
b) Ruangan penderita mudah dicapai dari tempat pengemudi
c) Tempat duduk bagi petugas di ruangan penderita dengan dilengkapi sabuk
pengaman
d) Gantungan infuse terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat
penderita
e) Lampu ruangan secukupnya
f) Stopkontak khusus untuk 12v. DC di ruang penderita
g) Lemari obat dan peralatan
h) Air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
i) Sirine satu nada untuk ambulan transportasi, dua nada untuk gawat darurat
j) Lampu rotator warna merah ambulan transportasi merah biru untuk gawat
darurat
k) Radio komunikasi
l) Persyaratan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku
m) Tanda pengenal ambulans terbuat dari bahan yang memantulkan sinar
n) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
2) Medis
a) Tabung oksigen dengan peralatan untuk 2 (dua) orang
b) Peralatan medis P3K
c) Peralatan resusitai lengkap bagi orang dewasa dan anak/bayi
d) Suction pump manual dan listrik 12v DC
e) Peralatan EKG dan monitoring lainnya
f) Minor surgery set
g) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infuse secukupnya
3) Petugas
a) Supir dengan kemampuan BHD dan komunikasi
b) Perawat gawat darurat dengan kemampuan BTCLS, mengemudi dan
komunikasi
c) Dokter gawat darurat ( tergantung keadaan )
4) Tata Tertib
a) Sewaktu menuju tempat penderita boleh menggunakan sirene dan lampu
rotator
b) Selama mengangkut penderita hanya boleh menggunakan lampu rotator
dan semua peraturan lalulintas harus d itaati
c) Kecepatan kendaraan setinggi 40 Km di jalan biasa dan 80 Km di jalan
bebas hambatan
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. GAMBARAN UMUM
Sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient
Safety (2007) yg digunakan juga oleh KKPRS PERSI, dan dari Joint Commission
International (JCI).
Maksud : mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas permasalahan
2. KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
3. KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti:
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
4. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. GAMBARAN UMUM
Lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu : keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait
dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi
rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien dan petugas yang profesional dan sehat.
Karena itu keselamatan petugas/karyawan merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu HAM bagi pekerja.
Bahwa sumber daya manusia merupakan aspek yang memegang peranan utama dalam
pelaksanaan pekerjaan, yang oleh karenanya perlu memperoleh jaminan dalam
keselamatan dan kesehatan selama menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu sebagai
sebuah institusi yang peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pegawainya,
maka Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Proklamasi Bumi Serpong Damai perlu mengeluarkan program K3 yang mengatur
penerapan hal tersebut.
Mengingat keselamatan dan keamanan terhadap karyawan menjadi tanggung jawab
Rumah Sakit maka program K3 di rumah sakit perlu disusun dan dilaksanakan. Dengan
adanya penerapan program K3 rumah sakit, diharapkan Keselamatan & Kesehatan
pekerja di rumah sakit dapat terjamin.
Program K3 di IGD dilaksanakan dengan mengacu kepada Standart Akreditasi K3
Rumah Sakit yang di tetap oleh KARS DepKes .
Program K3 merupakan bagian dari program peningkatan mutu, dan melibatkan
sebagian besar unit kerja di rumah sakit. Oleh karena itu program K3 menjadi tugas dan
tanggung jawab seluruh satuan kerja di rumah sakit. Untuk mengkoordinasikan kegiatan
ini, di dalam struktur organisasi Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok -
Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai telah dibentuk Sub Bagian
Kesehatan & Keselamatan Kerja dan Keselamatan Pasien. Agar program pengendalian
mutu dan keselamatan pasien dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan di semua unit kerja
maka dibentuklah Panitia Keselamatan, Kebakaran dan kewaspadaan Bencana Rumah
Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi
Serpong Damai
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Ditegakkannya standart dan parameter Akreditasi K3 di IGD Rumah Sakit
Khusus Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi
Serpong Damai agar tercapai kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman dan
nyaman.
2. Tujuan Khusus
a. Terciptanya budaya K3 di IGD
b. Meningkatnya akuntabilitas IGD terhadap staf di IGD
c. Tersusunnya sistem monitoring dan pelaporan kejadian bagi karyawan.
d. Terlaksananya program-program pelayanan kesehatan, perlindungan dari
bahaya (Hazard) dan kecelakaan kerja bagi karyawan.
C. SASARAN
Sasaran : seluruh Karyawan yang bekerja di IGD Rumah Sakit Khusus Telinga
Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Proklamasi Bumi Serpong Damai
D. PROGRAM KERJA
Cakupan kegiatan K3 sesuai dengan panduan dari akreditasi meliputi : Kesehatan &
Keselamatan Kerja, Kesehatan Lingkungan dan Kewaspadaan Bencana.
Adapun program kerjanya yaitu :
1. Penanggulangan Bencana (Disaster program)
2. Pencegahan dan pengendalian kebakaran
3. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
4. Keselamatan dan kesehatan pegawai
5. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
6. Kesehatan lingkungan kerja
7. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan
8. Diklat K3
9. Pengumpulan, pengelolaan dan pelaporan data.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. GAMBARAN UMUM
Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi , perawatan dan terapi pasien – pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit – penyelit yang mengancam jiwa atau potensial mengancap jiwa dengan
prognosis dubia. IGD menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta
peralatan khusus untuk menunjang fungsi – fungsi vital dengan mengunakan
keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam
pengelolaan keadaan- keadaan tersebut.
Biaya pengobatan pasien yang dirawat di IGD jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan ruang perawatan biasa. Kesemuanya ini mengharuskan penerapan manajemen
yang efektif dan efesien, oleh karena itu IGD harus dikelola bukan hanya sesuai
standar secara nasional mengikuti pedoman dari DEPKES RI tetapi juga mengikuti
perkembangan mutakhir dari intensif.
Masyarakat sebagai pengguna pelayanan di rumah sakit haji, khususnya di ruang IGD
harus diberikan pelayanan secara secara profesional oleh tenaga yang kompeten agar
dapat tercapai pelayanan yang baik sesuai etika dan disiplin, standar dan mutu
pelayanan. Untuk peningkatan mutu harus dilibatkan semua pihak yang terlibat dalam
memberikan pelayanan di ruang intensive.
Kegiatan peningkatan mutu dalam pelayanan intensife melalui kegiatan monitoring
dan evaluasi terhadap utilisasi unit pelayanan, melakukan monitoring dan evaluasi
pelayanan, monitoring terhadap kecelakaan dan upaya pencegahan dan evaluasi
prestasi kerja staf. Dalam penerapannya, untuk menjaga mutu pelayanan perlu adanya
instrumen evaluasi pelayanan, disamping serta adanya tim yang melakukan evaluasii
kegiatan.
Mutu pelayanan yang baik apabila pelayana memenuhi beberapa hal sebagai berikut :
1. Tepat dan terjangkau
2. Tepat kebutuhan
3. Tepat tujuan
4. Tepat sumberdaya
5. Tepat standar profesi
6. Wajar dan aman
7. Memenuhi ketentuan etika dan hukum.
8. Memuaskan pasien sebagai pelanggan rumah sakit.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien di ruang IGD dalam
rangka memberikan kepuasan kepada pasien.
2. Tujuan khusus
a. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai etika, standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadiu sesuai kebutuhan pasien.
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayana di IGD
C. SASARAN
1. Pelayanan terhadap pasien IGD
2. Petugas di Unit IGD
D. PENANGGUNGJAWAB
Sebagai penanggung jawab kegiatan peningkatan mutu pelayanan di IGD adalah PJS
Kepala Ruang IGD
F. KEGIATAN
1. Monitoring dan evaluasi terhadap utilisasi unit pelayanan
2. Monitoring kelengkapan pengisian rekam medis.
3. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di IGD
4. Metode evaluasi yang spesifik prestasi kerja staf di IGD
5. Metode evaluasi Pelayanan di IGD
6. Penilaian evaluasi klinik oleh staf medik dan keperawatan terhadap pelayanan
IGD
G. METODE KEGIATAN
1. Pengamatan langsung
2. Laporan kegiatan
3. Presentasi kasus
H. INSTRUMEN
1. iIstrumen evaluasi kinerja pelayanan
2. Laporan harian
3. Laporan bulanan
I. RENCANA KEGIATAN
1. Monitoring dan evaluasi utilisasi unit pelayanan.
Pedoman Pelayanan IGD di Rumah Sakit ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh
Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan IGD. Pelayanan IGD di Rumah Sakit dibagi
menjadi tiga klasifikasi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi
sumber daya, sarana, prasarana dan peralatan. Oleh karena itu, setiap rumah sakit hendaknya
dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam pedoman ini dan dapat
mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi setiap rumah sakit.
Pedoman Pelayanan IGD di Rumah Sakit, selanjutnya perlu dijabarkan dalam prosedur tetap
di setiap rumah sakit guna kelancaran pelaksanaannya.
DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER BUMI
SERPONG DAMAI