LP Perioperatif Sectio Caesarea
LP Perioperatif Sectio Caesarea
LP Perioperatif Sectio Caesarea
3. Etiologi
Menurut Amin & Hardhi (2013), etiologi sectio caesarea ada
dua yaitu sebagai berikut :
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi paratua
disertai kelainan letak ada, dispoporsi sefalo pelvik (dispoporsi
janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, terdapat kesempitan panggul, placenta previa terutama
pada primigravida, solusio placenta tingkat I-II, komplikasi
kehamilan yaitu preeklamsi-eklamsi, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DN), gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya).
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan
kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ektraksi.
4. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bay dengan berat
di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, palcenta previa dll, untuk
ibu. Sedangkan unutk janin adalah gawat janin. Janin besar dan
letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adptasi
post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dariaspek fisiologis yaitu produk oxitosin
yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri muncul gangguan tidur karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anastesi
bisa bersifat regional dan umum. Namun anastesi umum lebih
banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu, anastesi umum
menyebabkan bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati. Sedangkan
pengaruhnya bagi ibu yaitu atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan napas
yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karen kerja otot
napas silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan degan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk
lambung akan terjaid proses penghancuran dengan bantuan
peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat dari mobilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung
akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi dehingga perlu
dipasang pipa andotrakeal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi
(Winkjosastro, 2009).
5. Komplikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2011) komplikasi yang
mungkin timbul dalam Post Seksio Sesarea (SC) :
a. Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem
sirkulasi dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat
makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian nya.
Penyebab-penyebab syok adalah: hemoragi merupakan
penyebab terbanyak dan harus selalu dipikirkan bila terjadi
pada 24 jam pertama pascabedah, sepsis, neurogenik dan
kardiogenik, atau kombinasi antara berbagai sebab tersebut.
Gejala-gejalanya ialah nadi dan pernafasan meningkat, tensi
menurun, oliguri, penderita gelisah, eksteremitas dan muka
dingin, serta warna kulit keabu-abuan. Dalam hal ini sangat
penting untuk membuat diagnosis sedini mungkin yang
dikenal dengan sistem peringatan dini (early warning system),
karena jika terlambat, perubahanya sudah tidak dapat
dipengaruhi lagi.
b. Gangguan Saluran Kemih
Pada operasi ada kemungkinan terjadi retensio urinae.
Pengeluaran air seni perlu diukur, jika air seni yang
dikeluarkan jauh berkurang, ada kemungkinan oliguri atau
retensio urinae. Pemeriksaan abdomen seringkali dapat
menentukan adanya retensi. Apabila daya upaya supaya
penderita dapat berkemih tidak berhasil, maka terpaksa
dilakukan kateterisasi.
c. Infeksi Saluran Kemih
Kemungkinan infeksi saluran kemih selalu ada, terutama pada
penderita-penderita yang untuk salah satu sebab dikateter.
Penderita menderita panas dan seringkali menderita nyeri
pada saat berkemih, dan pemeriksaan air seni (yang
dikeluarkan dengan kateter atau sebagai midstream urine)
mengandung leukosit dalam kelompok. Hal ini dapat segera
diketahui dengan meningkatnya leukosit esterase.
d. Distensi Perut
Pada pasca laparatomi tidak jarang perut agak kembung akan
tetapi,setelah flatus keluar, keadaan perut menjadi normal.
Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa distensi bertambah,
terdapat timpani diatas perut pada periksa ketok, serta
penderita merasa mual dan muntah.
e. Infeksi puerperal
Pada komplikasi ini biasanya bersifat ringan, seperti kenaikan
suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat
seperti Tromboflebitis, peritonitis, sepsis dan lainya.
f. Terbukanya Luka Operasi Eviserasi
Sebab-sebab terbukanya luka operasi pasca pembedahan
ialah luka tidak dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk
atau muntah keras, serta mengalami infeksi.
3. Intra Operatif
Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.
a. Persiapan Psikologis Pasien
b. Pengaturan Posisi
Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman
pasien dan keadaan psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan
posisi pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada
pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
1) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
2) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang
akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.
3) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan
sabuk yang baik yang biasanya dililitkan diatas lutut.
Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.
4) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap
adekuat, untuk meyakinkan terjadinya pertukaran
udara.
5) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu,
karena tekanan dapat menyebabkan perlambatan
sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya thrombus.
6) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja
operasi karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan
menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot
pasien.
8) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti
ditangan atau di lengan.
9) Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua
ekstremitas bawah secara bersamaan untuk menjaga
agar lutut tidak mengalami dislokasi.
c. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
d. Penutupan Daerah Steril
e. Mempertahankan Surgical Asepsis
f. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
g. Monitor dari Malignant Hyperthermia
h. Penutupan luka pembedahan
i. Perawatan Drainase
j. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau
PACU.
Pengkajian
a. Sebelum dilakukan operasi
1) Pengkajian psikososial
a) Perasaan takut / cemas
b) Keadaan emosi pasien
2) Pengkajian fisik
a) Tanda vital : TN, N, R, Suhu.
b) Sistem integumentum : pucat, sianosis, adakah
penyakit kulit di area badan
c) Sistem Kardiovaskuler : Apakah ada gangguan pada
sisitem cardio?, validasi apakah pasien menderita
penyakit jantung?, kebiasaan minum obat jantung
sebelum operasi, kebiasaan merokok, kebiasaan
minum alkohol, oedema, irama dan frekwensi
jantung, pucat.
d) Sistem pernafasan : apakah pasien bernafas
teratur?, batuk secara tiba-tiba di kamar operasi
e) Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare?
f) Sistem reproduksi : apakah pasien wanita
mengalami menstruasi?
g) Sistem saraf : kesadaran
h) Validasi persiapan fisik pasien :
- Apakah pasien puasa ?
- Lavement ?
- Kapter ?
- Perhiasan ?
- Make up ?
- Scheren / cukur bulu pubis ?
- Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
- Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
b. Selama pelaksanaan operasi
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi
pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik
saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal
ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih
sadar / terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan
prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan
memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik
a) Tanda-tanda vital
Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari
pasien maka perawat harus memberitahukan
ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah.
b) Tranfusi
Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila
hampir habis segera diganti dan juga dilakukan
observasi jalannya aliran transfusi.
c) Infus
Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila
hampir habis harus segera diganti dan juga
dilakukan observasi jalannya aliran infuse.
d) Pengeluaran urine
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak
1 cc/kg BB/jam.
4. Pasca Operatif
a. Pengkajian awal
1) Status respirasi
• Kebersihan jalan nafas
• Kedalaman pernafasan
• Kecepatan dan sifat pernafasan
• Bunyi nafas
2) Status sirkulatori
• Nadi
• Tekanan darah
• Suhu
• Warna kulit
3) Status neurologis ; tingkat kesadaran
4) Balutan
• Keadaan drain
• Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem
drainage
5) Kenyamanan
• Terdapat nyeri
• Mual
• Muntah
6) Keselamatan
• Diperlukan penghalang samping tempat tidur
• Kabel panggil yang mudah dijangkau
• Alat pemantau dapat dipasang dan mudah dijangkau
7) Perawatan
• Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran
cairan.
• Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan
dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
8) Nyeri
• Waktu
• Tempat
• Frekwensi
• Kualitas
• Faktor yang memperberat dan memperingan
b. Data subjektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala
ketidaknyamanan setelah ditempatkan ditempat tidur dengan
posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang
langsung misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”, dapat
memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan
pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan.
Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu
ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat
penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan
perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka
bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat
besar kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami
manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau
telah mendapat narkotika yang cukup banyak.
c. Data objektif
1) Sistem Respiratori
2) Status sirkulatori
3) Tingkat Kesadaran
4) Balutan
5) Posisi tubuh
6) Status Urinari / eksresi.
d. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek
samping dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body
image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang
menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan
darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur
pembedahan, riwayat medis, dan manifestasi klinik post
operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum
anatara lain :
1) Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan
darah lengkap.
2) Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien
dengan resiko dehidrasi dan insufisisensi ginjal.
f. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
1) Diagnosa Umum
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
efek samping dari anaesthesi.
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
luka post operasi.
c) Nyeri akut berhubungan dengan proses
pembedahan.
d) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik,
efek anaesthesi, obat-obatan (penenang,
analgesik) dan imobil terlalu lama.
2) Diagnosa Tambahan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan produksi sekret.
b) Resiko retensi urine berhubungan dengan
anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah
memahami informasi.
d) Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
e) Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi,
narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
f) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia, lemah, nyeri, mual.