0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
258 tayangan7 halaman

Makalah Diare Farmakologi Lansia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian di dunia, tercatat
sekitar 2,5 juta orang meninggal tiap tahun. Penyakit ini memiliki angka kejadian yang tinggi di
negara berkembang, namun sedikit kejadiannya di Amerika. Dengan penanganan yang tepat
infeksi diare jarang bisa menjadi suatu hal yang fatal. Agen yang dapat menyababkan diare
antara lain bisa melalui tiga jalur, yaitu: pada makanan, dalam air, atau penularan dari satu orang
ke orang lain. Perbedaan cara penularan melalui ketiganya tergantung pada potensi
ketersediaannya di lingkungan tempat tinggal kita dan reflek yang diperlukan agen tersebut
untuk memunculkan infeksi (Southwick, 2003).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Diare ?


2. Apa saja klasifikasi dari penyakit Diare ?
3. Apa saja gejala – gejala yang ditimbulkan dari penyakit Diare ?
4. Bagaimana cara penularan serta apa saja faktor resiko dari penyakit Diare ?
5. Apa saja pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Diare?
6. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Diare ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan tentang pengertian Diare
2. Mengetahui klasifikasi dari penyakit Diare
3. Mengetahui gejala – gejala yang ditimbulkan dari penyakit Diare
4. Menjelaskan tentang cara penularan serta faktor resiko dari penyakit Diare
5. Mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Diare
6. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Diare
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diare


Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa
air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes
RI 2011).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan
20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan
diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus
halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus ( Enterokolitis) (Wong, 2008).
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret)
sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu
BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak
bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga
kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada
membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare, muntahmuntah yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau anak Iebih dan
3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dan satu minggu. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume
cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah.

2.2 Klasifikasi Diare

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari ( umumnya kurang dari 7
hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelum datang berobat. Akibat
diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum
dating berobat atau sifatnya berulang.
c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada
mukosa.
d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

Terdapat beberapa pembagian diare ( Juffrie,2011) :


1. Pembagian diare menurut etiologi
a. Diare Spesifik Diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Contoh:
disentri.
b. Diare Non Spesifik Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan, rangsangan
oleh zat makanan, gangguan saraf.
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan.
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

2.3 Gejala Klinis dari Penyakit Diare


Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun dari kuman, akan
terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasus keracunan makanan, biasanya gejala
diare seperti muntah akan terlihat lebih dominan dibandingkan diarenya sendiri. Demam juga
mungkin menyertai diare yang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu, adanya perlukaan di mukosa
usus akan menyebabkan adanya darah maupun lendir pada tinja sehingga diperlukan pencegahan
diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi diare. Nyeri perut hingga kram
perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat percepatan gerakan usus maupun yang melukai
mukosa usus. Selain tanda dan gejala diare, yang penting untuk diperhatikan bila anda
mengalami diare adalah untuk mengenali tanda-tanda kekurangan cairan yang merupakan salah
satu komplikasi diare yang paling sering terjadi. Pada usia dewasa, gejala kekurangan cairan
yang dapat diamati adalah:
a. Feses berwarna gelap yang mengindikasi adanya darah pada feses
b. Kurang tidur
c. Penurunan berat badan
d. Badan lemah
e. Feses lembek dan cair serta lebih dari 3 kali dalam 24 jam
f. Sakit perut dan kram perut
g. Mual dan muntah
h. Sakit kepala
i. Kehilangan nafsu makan
j. Demam
k. Dehidrasi
l. Darah pada feses
m. Feses yang dihasilkan banyak

2.4 Cara Penularan dan Faktor Resiko


Menurut Bambang dan Nurtjahjo (2011) cara penularan diare pada umumnya melalui
cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, files, fluid, field). Juffrie dan Mulyani
(2011). Faktor resiko yang dapat meningkatan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK),
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
higenis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita
campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.
1. Faktor Umur
Sebagian besar episiode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI.
Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya
kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi
atau penyakit yang berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit
pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.

2. Infeksi Asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat
setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik
yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus,
bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan
penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari
adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain. Escheria coli dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik pada
neonatus. Meskipun Escheria coli sering ditemukan pada lingkungan ibu dan bayi, belum
pernah dilaporkan bahwa ASI sebagai sumber infeksi Escheria coli (Alan & Mulya,
2013).

3. Faktor Musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Didaerah sub tropik,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus
terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Didaerah tropik (termasuk
indonesia), diare yang disebabkan oleh retrovirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan
peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung
meningkat pada musim hujan.
2.5 Pengobatan Penyakit Diare

Farmakologi

A. Obat pengubah konsistensi tinja


1. Golongan Absorbensia
Mekanisme kerja : digunakan sebagai terapi simptomatik pada diare. Obat golongan
adsorben memiliki kemampuan mengikat dan menginaktivasi toksin bakteri,
mengabrobsi nutrien, toksin racun dan penyebab diare. Penggunaan obat adsorbem
harus dipisahkan dengan obat oral lainnya selama 2-3 jam.
Contoh obat : Polycarbophil, Attapulgite, Kaolin-Pectin, Arang Aktif
B. Anti motilitas
Dalam kelompok ini tergolong ,loperamid HCl, serta kombinasi difenoksilat dan
atropin sulfat. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar cukup aman dan dapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Obat ini tidak dianjurkan pada diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri.
Contoh : Loperamide HCl, Diphenoxylate HCl/Atropine Sulfate
C. Obat Anti Sekretorik
Contoh obat : Bismuth subsalisilat
D. Golongan Antibiotik
Contoh obat : Primadex co-trimoxazole
https://www.academia.edu/36712509/MAKALAH_TENTANG_DIARE.pdf

Anda mungkin juga menyukai