0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan25 halaman

Krismayani 1713015060 Percobaan3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 25

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PERCOBAAN 3
“FARMAKOLOGI OBAT-OBAT ANTIKANKER”

LABORATORIUM
BIOMEDIK & FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
DATA PRIBADI

NAMA : krismayani
NIM : 1713015060
PRODI : S1
JURUSAN : FARMASI
SEMESTER : 4 (EMPAT)
KELAS : D1 S1 2017
FARMAKOLOGI OBAT-OBAT ANTIKANKER

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengerjakan induksi dan meng-assess hasil induksi, serta
membaca hasil pengujian obat terhadap model mencit dalam bentuk simulasi.
Alternatif percobaan: Simulasi uji antikanker secara in vitro menggunakan
cell line (sel kanker yang telah diisolasi).

B. PRINSIP PERCOBAAN
In vivo : Mencit diinduksi DMBA pada punggung secara intradermal,
ditunggu pertumbuhan fibrosarkomanya, kemudian diberi bahan uji yang
diduga antikanker. Selanjutnya diamati parameter darah (leukosit total atau
parameter darah yang lain) dan pengamatan angiogenesis pada preparat
histologi fibrosarkoma.
In vitro : Sel kanker yang telah diisolasi (cell line) di-challenge dengan
bahan uji dalam satu rangkaian konsentrasi. Sel kanker dibuat dalam
konsentrasi tertentu dalam media RPMI. Hambatan pertumbuhan sel kanker
dilihat dari tingkat kekeruhan media.

C. DASAR TEORI
Kanker ditandai dengan adanya pembelahan sel yang tidak terkendali
sedangkan mekanisme apoptosis menjadi sangat terbatas. Pengujian
antikanker biasanya menggunakan cell line secara in vitro dan induksi kanker
menggunakan dimetilbenzantrasen (DMBA) secara in vivo. Kedua pengujian
ini memerlukan fasilitas yang lengkap dan teknik safety yang memenuhi
standar. Induksi kanker pada mencit yang paling mudah adalah menggunakan
model fibrosarkoma.

D. HEWAN UJI
Mencit (Mus musculus) jantan usia 4-6 minggu (untuk pengujian in vivo)
E. BAHAN
1. DMBA
2. NaCl fisiologis (infus)
3. Spuit 1 cc
4. Obat sitotoksik oral (siklofosfamid/doxorubicin/yang lain)
5. Bahan uji (ekstrak atau rebusan bahan alam yang diduga antikanker)
6. Bahan untuk pewarnaan HE
7. Pakan dan sekam hewan coba (sekitar 4-6 minggu induksi)
8. Larutan Turk
9. Larutan EDTA
In vitro
10. Medium RPMI, MEM, atau yang setara
11. PBS
12. Simulasi lar obat/bahan uji
13. Etanol 70%

F. ALAT
1. Tabung untuk spesimen darah (bertutup)
2. Mikropipet tips kuning
3. Dapar formalin 10%
4. Pot salep untuk wadah organ
5. Mikrotom
6. Obyekglass dan coverglass
7. Pipet leukosit
8. Alat bedah ( 1 set per kelompok)
9. Timbangan digital untuk menimbang bahan dan jaringan kanker
10. Timbangan mencit
11. Kamar hitung Neubauer-impruved
12. Mikropipet 50-500 mikroliter
In vitro
1. Well plate 96 well
2. Pipet mikro 50-500 mikroliter
3. Beakerglass 100 ml
4. ELISA reader
5. Mikroskop
6. Erlenmeyer untuk wadah media
7. Tabung bertutup untuk wadah sel kanker (simulasi)
8. Inkubator CO2
9. Freezer -80oC

G. CARA KERJA
1. Perlakuan
a. Mencit diinduksi menggunakan DMBA secara intradermal pada
punggung, kemudian ditunggu sampai ada penebalan di punggung
mencit.
Mencit dibagi menjadi kelompok:
1). Normal = tidak diinduksi dan tidak diberi perlakuan
2). Sakit = diinduksi dan hanya ditreatment menggunakan placebo
3). Pembanding = diinduksi dan diberi obat antikanker yang sudah
banyak digunakan
4). Perlakuan 1 = diinduksi kemudian diberi bahan uji dengan dosis
rendah
5). Perlakuan 2 = diinduksi kemudian diberi bahan uji dengan dosis
sedang
6). Perlakuan 3= diinduksi kemudian diberi bahan uji dengan dosis
tinggi
b. Satu kelompok praktikum mhs mendapat 1 mencit sesuai pembagian
di atas. Replikasinya akan dilakukan oleh 8 kelas praktikum, sehingga
diperlukan 48 mencit uji.
c. Mencit diberi perlakuan sesuai kelompoknya selama 7 hari. Selama
perlakuan, dilakukan penimbangan berat badan setiap 2 hari.
d. Pada hari ke-8, mencit diambil darahnya kemudian dihitung total
leukositnya
e. Selanjutnya mencit dikorbankan menggunakan cervical dislocation.
Jaringan kankernya segera diambil, ditimbang, kemudian dimasukkan
ke dalam dapar formalin 10%. Kemudian dilakukan preparasi untuk
pewarnaan dan pengamatan histologi.

2. Perhitungan total leukosit


a. Dilakukan pengambilan darah melalui vena ekor sebanyak 200
mikroliter, dimasukkan dalam larutan EDTA.
b. Sebanyak 5 mikroliter darah diambil menggunakan pipet leukosit,
kemudian ditambah dengan larutan Turk sampai tanda batas.
c. Campuran di dalam pipet dicampur dengan cara membolak-balikkan
pipet sekitar 1 menit.
d. Dua tetes dari ujung pipet dibuang, selanjutnya dimasukkan ke dalam
kamar hitung Neubauer-improved.
e. Dilakukan perhitungan pada kamar hitung A,B,C dan D menggunakan
mikroskop. Hasil yang didapat dimasukkan ke rumus n x 50.

SIMULASI UJI ANTIKANKER IN VITRO

Jika pengujian menggunakan sel manusia, misalnya sel kanker, sel untuk
pengujian bisa didapatkan dengan mengisolasi sel dari jaringan kanker pasien
yang sudah diangkat. Tingkat keberhasilan prosedur isolasi ini umumnya rendah.
Kalaupun berhasil, masa hidup sel kanker hasil isolasi umumnya tidak lama.
Maka, sel kanker yang biasa digunakan untuk uji aktivitas antikanker secara in
vitro dipilih dari sel kanker biakan murni yang dibeli dari penyedia bahan-bahan
biologi. Sel kanker tersebut lazim disebut cell line. Cell line didapatkan dari
penderita kanker kemudian dilakukan perlakuan khusus sehingga produk sel yang
dihasilkan memiliki masa hidup yang lama dan dapat disubkulturkan.
Penyimpanan cell line sendiri memerlukan suhu yang sangat rendah, sekitar -80oC
untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Cell line ini cukup mahal, namun bisa
disiasati dengan melakukan subkultur terus menerus sehingga tidak perlu beli lagi
untuk pengujian selanjutnya. Alat-alat yang diperlukan di laboratorium untuk
tujuan in vitro ada pada gambar di bawah ini. Meskipun alat-alatnya sama,
laboratorium pengujian in vitro menggunakan mikroba harus terpisah dengan
laboratorium in vitro untuk pengujian menggunakan sel. Hal ini disebabkan oleh
tingkat kontaminasi mikroba yang sangat tinggi dan mudah berdampak pada
biakan sel hewan atau sel manusia.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2 Alat-alat yang diperlukan di laboratorium uji in vitro yaitu LAF dan
kelengkapannnya (a); mikroskop (b); inkubator dan freezer (c); dan microplate
reader (d) (koleksi pribadi)
Data pengujian in vitro yang didapatkan bisa berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif yang bisa diamati adalah jumlah sel, bentuk, ukuran,
tingkat kekeruhan, dan warna sel setelah dipapar bahan uji. Sedangkan data
kuantitatif yang dapat diperoleh adalah data absorbansi dari alat microplate reader
atau spektrofotometer yang dapat dikorelasikan dengan jumlah sel sebelum dan
setelah pemaparan obat atau bahan uji.

(a) (b)

Gambar Data kualitatif bentuk, ukuran dan sebaran sel (a), serta kekeruhan media
(b) setelah pengujian secara in vitro (koleksi pribadi)
PROSEDUR:

A. Persiapan tempat, alat, bahan di dalam Biological Safety Cabinet (BSC)

BSC disterilkan, alat-alat dan bahan diletakkan di dalam BSC. Perlengkapan


peneliti (sarung tangan dan masker diletakkan di dekat pintu masuk ruang steril.

B. Persiapan sel kanker dalam medium cair

1. Medium MEM steril

4,7 g MEM dalam 500 ml air suling, kemudian diautoklaf 120oC selama 20
menit.

2. 10% FBS-MEM C6/36

MEM steril 500 mL

Heat inactivated FBS 50 mL

100x L-glutamine 5 mL

NEAA ( non-essentialamino acid) 5 mL

7,5 sterilized NaHCO3 5-7 mL

3. Cara kerja

- Hangatkan 10% FBS/MEM C6/36 pada suhu 37oC

- Buang supernatant (gunakan sel dengan persentase sel hidup >90%)

- Tambahkan 4 mL 10% FBS-MEM C6/36 ke dalam flask/botol

-Botol dibolak balik kemudian diresuspensi dengan menggunakan pipet.

- Amati di bawah mikroskop, pastikan sel telah terpisah dan tidak bergerombol

- Pindahkan 1 mL suspensi sel dari botol ke wadah steril


- Tambahkan 9 mL medium baru

-campurkan suspensi sel

-tambahkan 100mikroliter suspensi sel ke dalam setiap well dalam plat kultur
yang baru.

C. Passage sel vero ke M-96 well cell culture plate

Sebelum melakukan passage, buatlah medium 10%FBS-MEM Vero

MEM steril 500 mL

Heat inactivated FBS 50 mL

100xL-glutamin 5 mL

7,5% sterilized NaHCO3 5-7 mL (adjust sampai pH 7,5)

Cara kerja:

1. Hangatkan 10% FBS-MEM VERO sampai suhu 37oC

2. Buang supernatant (gunakan sel ydengan tingkat pertumbuhan 90%,bukan


yang overgrowth)

3. Cuci dengan 2 mL 0,025% trypsin EDTA kemudian buang

4. Tambahkan 2 mL 0,025% trypsin EDTA

5. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 5-10 menit

6. Bolak balik botol dengan kuat menggunakan tangan

7. Lihat di bawah mikroskop untuk meyakinkan sel kanker tidak bergerombol

8. Tambahkan 2 mL 10% FBS-MEM VERO dalamT-75 flask atau 5 mL


untuk T-25 flask
9. Tapping dengan kuat, dilakukan pippeting untuk mencegah sel menempel

10. Lihat di bawah mikroskop

11. Transfer 1 mL suspensi sel dari T-75 flask ke dalam wadah steril

12.Ditambahkan 9 mL 10% FBS-MEM VERO baru

13. Campur suspensi

14. Masukkan 100 mikroliter suspensi selke dalamsetiap wellpada wellplate

15. Inkubasikan pada 37oC dengan aliran CO2 5%

D. INOKULASI SEL

1. Passage sel kanker dari T-75 flask ke 96 wellplate dilakukan 1-2 hari
sebelum inokulasi

2. Inkubasi di suhu 28oC, 5% CO2 sampai hampir 80% monolayer

3. Buat 60 mikroliter 11x pengenceran dalam 10% FBS-MEM C6/36.


Spesimen ditempatkan di icebox selama proses pengenceran

4. Buang medium lama dari plat kultur

5. Transfer 50 mikroliter specimen encer ke dalam sel

6. Shake plat kultur menggunakan tangan untuk meratakan campuran pada


well

7. Inokulasikan pada 28oC, 5% CO2 selama 1 jam. Shake plat kultur setiap
15 menit

8. Tambahkan medium ke dalam sel dengan perlahan dan hati-hati (jangan


sampai mengenai lapisan sel)
9. Tambahkan bahan uji (konsentrasi tertinggi di well paling atas, kemudian
bergradasi sampai paling bawah), lakukan 3x replikasi. Satu plat akan
berisi 2 kolom medium saja (tanpa sel dan tanpa bahan uji) sebagai
kontrol sterilitas, 3 kolom pertama untuk obat pembanding, 3kolom ke-2
untuk bahan uji 1, dan seterusnya.

10. Inkubasi pada suhu 28oC, 5% CO2 overnight. Jika lebih dari 3-4 hari,
perlu dilakukan passage yang baru.

11. Persiapan melakukan staining untuk mengukur jumlah sel kanker setelah
paparan bahan uji

E. IMMUNOSTAINING

Persiapan:

1. Buanglah cairan kultur lamadari inoculum

2. Cuci sel dengan PBS 1X

3. Keringkan plat sekitar 2 jam

4. Fiksasi sel dengan 50 mikroliter campuran aseton:methanol 1:1 sebanyak


50mikroliter

5. Inkubasi plate pada -30oC selama 30 menit

6. Buanglah larutan aseton-metanol

7. Keringkan plat selama 15 menit

Pewarnaan:

1. Blok dengan 1% NHS selama 1 menit

2. Tambahkan 1st antibody (4G2 dari mouse asetic fluid) sebanyak 50 mikroliter.
Jika belum rata, di-tap
3. Inkubasikan selama 30 menit pada suhu ruangan

4. Tuang ke wadah lebar, ketuk di atas towel

5. Cuci dengan PBS 1x, 3 kali

6. Tambahkan 2nd antibody(biotinylated anti-mouse IgG)

7. Diinkubasikan selama 30 meit pada suhu ruangan

8. Siapkan Avidin&Biotin complex (ABC)

9. Cuci dengan PBS 1X, 3 kali

10. Tambahkan ABC mixture

11. Inkubasikan selama 30 menit pada suhu ruangan

12.Cuci dengan PBS 1X, 3kali

13. Tambahkan VIP substrat

14. Cuci dengan PBS 1X, 3kali

15. Tunggu sekitar 10 menit

16 Buang VIP substrat

17. Tambahkan PBS 1X ke dalam setiap well

18. Lihat gradasi warna setiap baris well untuk mengetahui gambaran hambatan
pertumbuhan sel kanker

19. Kuantisasikan menggunakan ELISA reader

20. Lihat sel yang telah terwarnai di bawah mikroskop


PEMBAHASAN

Percobaan ini membahas berjudul “Farmakologi Obat-obat Antikanker” yang


bertujuan mampu mengerjakan induksi dan meng-assess hasil induksi, serta
membaca hasil pengujian obat terhadap model mencit dalam bentuk simulasi.
Prinsip percobaan ini ada dua yaitu in vivo dan in vitro, yaitu in vivo : Mencit
diinduksi DMBA pada punggung secara intradermal, ditunggu pertumbuhan
fibrosarkomanya, kemudian diberi bahan uji yang diduga antikanker. Selanjutnya
diamati parameter darah (leukosit total atau parameter darah yang lain) dan
pengamatan angiogenesis pada preparat histologi fibrosarkoma. Dan in vitro : Sel
kanker yang telah diisolasi (cell line) di-challenge dengan bahan uji dalam satu
rangkaian konsentrasi. Sel kanker dibuat dalam konsentrasi tertentu dalam media
RPMI. Hambatan pertumbuhan sel kanker dilihat dari tingkat kekeruhan media.
Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak
normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker adalah istilah
yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat, dan tidak terkendali. Sejalan dengan pertumbuhan dan kembang biaknya,
sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke
jaringan sehat di sekitarnya yang dikenal sebagai invasif. Di samping itu, sel
kanker dapat menyebar (metastasis) kebagian alat tubuh lainnya yang jauh dari
tempat asalnya melalui pembuluh darahdan pembuluh getah bening sehingga
tumbuh kanker baru di tempat lain dan hasilnya adalah suatu kondisi serius yang
sangat sulit untuk diobati. Menurut (Chotimah, 2014) Penyakit kanker merupakan
suatu penyakit yang disebabkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal
(tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali), menginfiltrasi/ merembes, dan
menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi organ tubuh. Penyakit kanker
menurut Sunaryati merupakan penyakit yang ditandai pembelahan sel tidak
terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan biologis lainnya,
baik dengan pertumbuhan langsung dijaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Penyakit kanker adalah suatu
kondisi sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Penyakit
kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal, berkembang cepat dan terus membelah diri, hingga
menjadi penyakit berat. Penyakit kanker merupakan penyakit berat dan bersifat
kronis, yang ditandai pertumbuhan sel tubuh tidak normal, berkembang
cepat, menyebar, dan menekan organ atau saraf sekitar.
Sel-sel kanker ini akan cepat berkembang secara tidak terkendali, bahkan
dapat menyebar dan menyerang organ-organ penting lainnya. Dalam kondisi
normal, sel didalam tubuh akan membelah diri jika ada pergantian sel-sel yang
telah mati atau rusak namun, sel kanker justru akan membelah terus-menerus
meskipun tubuh tidak membutuhkannya. Akibatnya, akan terjadi penumpukan sel-
sel baru yang disebut tumor ganas atau kanker.Tumor berbeda dengan kanker.
Tumor adalah pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal. Pertumbuhan
tumor ada yang jinak dan ganas (Sudewo, 2012).
Sel kanker memiliki karateristik yaitu, sel kanker mampu mencukupi
kebutuhan sinyal pertumbuhannya sendiri, tidak sensitif terhadap sinyal
antipertumbuhan, sel kanker mampu menghindar dari mekanisme apoptosis
(Apoptosis merupakan program bunuh diri sel ketika sel tersebut mengalami
kerusakan, baik struktural maupun fungsional, yang tidak dapat ditolerir lagi)
namun sel kanker dapat menghindar dari kematian dengan mengeblok jalur
terjadinya apoptosis di dalam sel, sel kanker memiliki potensi tak terbatas untuk
mengadakan replikasi, sel kanker mampu menginduksi angiogenesis untuk
mencukupi kebutuhannya akan oksigen dan nutrisi, dan sel kanker mampu
menginvasi jaringan di sekitarnya dan membentuk anak sebar (Hanahan, 2000).
Pertumbuhan sel kanker tidak terkendali disebabkan kerusakan deoxyribose
nucleic acid (DNA), sehingga menyebabkan mutasi gen vital yang mengontrol
pembelahan sel. Beberapa mutasi dapat mengubah sel normal menjadi sel kanker.
Mutasi-mutasi tersebut diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut
karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan maupun diwariskan. Sel-sel
kanker membentuk suatu masa dari jaringan ganas yang kemudian menyusup ke
jaringan di dekatnya dan menyebar ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker sebenarnya
dibentuk dari sel normal melalui proses transformasiterdiri dari dua tahap yaitu
tahap iniasidan promosi. Tahap inisiasi, pada tahap ini perubahan bahan genetis
sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan sel genetis disebabkan unsur
pemicukanker yang terkandung dalam bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar
matahari. Pada tahappromosi, sel menjadi ganas disebabkan gabungan antara sel
yang peka dengan karsinogen. Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh
berusaha merusak sebelum sel berlipat ganda dan berkembang menjadi kanker.
Sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi normal menjadikan tubuh rentan
terhadap kanker (Chotimah,2014).
Jenis-jenis kanker yaitu; karsioma, limfoma, sarkoma, glioma,
karsinoma in situ. Karsinoma merupakan jenis kanker berasal dari sel yang
melapisi permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan
seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher
rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas. Limfoma termasuk jenis kanker berasal
dari jaringan yang membentuk darah, misalnya sumsum tulang, lueukimia,
limfoma merupakan jenis kanker yang tidak membentuk masa tumor, tetapi
memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah normal. Sarkoma
adalah jenis kanker akibat kerusakan jaringan penujang di permukaan tubuh
seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang. Glioma adalah kanker susunan saraf,
misalnya sel-sel glia(jaringan panjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ
adalah istilah untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di
daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (kelainan/ luka yang belum
menyebar). 21Jenis kanker menurut penulis dibedakan berdasarkan sel penyebab
awal dan organ yang diserang. Dengan demikian, jenis kanker dapat dibedakan
menjadi karsioma, limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma in situ (Chotimah,2014).

Kanker memiliki banyak jenis, sebagian besar kanker dinamakan sesuai


dengan organ atau tipe sel tempat kanker tersebut berada. Beberapa jenis kanker
seperti kanker paru, kanker payudara, kanker serviks, kanker usus, kanker prostat
dan kanker darah (Sudewo, 2012).
Kanker paru merupakan kanker ganas yang terjadi pada jaringan paru-paru.
Kanker paru adalah jenis paling mematikan daripada jenis yang lainnya. Penyebab
utama munculnya kanker paru adalah asap rokok sehingga hampir 90% penderita
kanker paru adalah perokok aktif atau mantan perokok. Tanda dan gejala kanker
paru sulit diketahui karena membutuhkan waktu bertahun-tahun dan gejalanya
mirip dengan gejala sakit lainnya yaitu sesak nafas dan bunyi menciut-ciut saat
bernafas, batuk berdahak dan tidak kunjung sembuh lebih dari 2 minggu,
perubahan warna pada dahak dan jumlah dahak meningkat, perubahan suara
(menjadi serak) atau suara kasar saat bernafas, penurunan berat badan yang
drastis, bengkak pada leher dan wajah, dan rasa nyeri saat menarik nafas dalam-
dalam. Cara utama untuk mengurangi risko kanker ini adalah berhenti merokok
(Sudewo, 2012)
Kanker payudara adalah kanker ganas yang terjadi pada sel-sel di payudara.
Kanker ini sering menyerang wanita, tetapi dapat juga menyerang pria. Kanker
payudara terjadi karena adamya perubshan pada DNA sel payudara. Beberapa
faktor penyebab kanker payudara adalah, tidak memiliki anak atau hamil di usia
tua, penggunaan pil KB, tidak menyusui anak, obesitas, dan kurangnya aktivitas
fisik. Tanda-tanda umum kanker payudara adalah adanya benjolan yang tidak
menyakitkan, keras pada seluruh atau sebagian payudara. Tanda yang lain antara
lain payudara yang berasa nyeri, puting susu nyeri, tertarik kedalam, dan
mengeluarkan cairan atau darah dari puting tetapi bukan ASI. Selain itu, kulit
payudara berwarna kemerahan bersisik atau menebal (Sudewo, 2012).
Kanker serviks adalah kanker ganas yang sering terjadi pada leber rahim.
Sering disebut juga dengan kanker leber rahim atau kanker mulut rahim, sehingga
sulit untuk diobati. Salah satu penyebab utama munculnya kanker serviks adalah
adanya knfeksi Human Purpilloma Virus (HIV). Infeksi HIV dapat terjadi, karena
melakukan hubungan sex pada usia muda atau memiliki banyak pasangan seks.
Selain itu, wanita yang merokok juga memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena
kanker serviks dibandingkan tidak merokok. Berdasarkan penelitian, pil KB juga
dapat menyebabkan kanker serviks. Pada tahap awal, biasanya kanker serviks
tidak menimbulkan tanda tertentu (Sudewo, 2012).
Gejala kanker secara umum timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai
dengan jenis kanker, gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara terus
menerus, demam akibat sel kanker mempengaruhi sistem pertahanan tubuh
sebagai respon dari kerja sistem imun tubuh tidak sesuai. 22 Gejala kanker tahap
lanjut berbeda-beda. Perbedaan gejala tergantung lokasi dan keganasan sel kanker,
gejala kanker yaitu penurunan berat badan tidak sengaja dan terlihat signifikan,
pertumbuhan rambut tidak normal, nyeri akibat kanker sudah menyebar
(Chotimah,2014).
Penyebab kanker berupa gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan
lingkungan. Faktor penyebab tumbuhnya kanker bersifat internal dan eksternal.
Faktor internal diantaranya yaitu faktor keturunan, baik dari pihak orang tua
secara langsung maupun nenek moyang, daya tahan tubuh yang buruk. Faktor
eksternal seperti pola hidup tidak sehat di antaranya mengonsumsi makanan
dengan bahan karsinogen, makanan berlemak, minuman beralkohol, kebiasaan
merokok, diet salah dalam waktu lama; sinar ultraviolet dan radioaktif; infeksi
menahun/perangsangan/iritasi; pencemaran lingkungan atau polusi udara; obat
yang mempengaruhi hormon; berganti-ganti pasangan. Faktor penyebab kanker
menurut penulis berupa faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri
individu. Faktor dari dalam diri individu berupa faktor keturunan dan kelainan
hormon tubuh. Faktor dari luar berasal dari faktor lingkungan (Sunaryati, 2011).
Terapi kanker dapat dilakukan dengan terapi medis dan nonmedis.
Terapi medis dilakukan dengan pembedahan, radiasi/radioterapi, kemoterapi,
imunoterapi, terapi gen. Terapi non medis dilakukan melalui terapi alternatif dan
keagamaan. Terapi keagamaan adalah penyembuhan yang dilakukan dengan
pendekatan keagamaan, mencakup terapi mental doa. Terapi keagamaan
dilakukan dengan cara terapis/membantu pasien menyadari adanya stres,
mengelola stres, terapis memberikan dukungan moral pada pasien kanker, tetap
aktif dan bergembira, berempati, memahami beban mental yang dialami penderita
dalam pemulihan kanker, hal demikian dilakukan agar pasien lebih optimis dalam
menjalankan hidup, membuang dendam dan kebencian. Terapi keagamaan dengan
bimbingan doa, dzikir dan ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Terapi keagamaaan mampu meningkatkan rasa percaya diri dan optimis. Rasa
percaya diri dan optimisme merupakan dua hal yang sangat berpengaruh baik
dalam penyembuhan suatu penyakit.(Akmal, 2010).

Golongan Obat antikanker. Alkilator mekanisme kerja menghambat


rekplikasi sel dengan membentuk ikatan kovalen pada basa DNA (guanin) inti sel.
Obat ini termasuk golongan “Cell clye non specific (CCNS)” dengan kemampuan
aktif untuk setiap fase perkembangan sel. Golongan obat selanjutnya
Antimetabolit menghambat sintesis asam nukleat nukleat dengan memblokir
berbagai jenis enzim. Antibiotik mengikat DNA helix pada tempat-tempat
tertentu, meluruskan dan menghambat sintesis DNA dan RNA , serta merusak
membran sel dan membentuk radikal bebas yang merusak lipid . Aktinomisin
mengikat DNA dan menghambat sintesis RNA Obat ini digunakan untuk tumor
Wilm dan koriokarsinoma. Bleomisin menghancurkan DNA dan menghambat
timidin masuk DNA (Rahardjo,2008)

Perbedaan pengujian in vivo dan in vitro terletak pada subjek yang


digunakan. Pada pengujian in vitro tidak menggunakan makhluk hidup seperti
hewan uji, manusia, maupun tumbuhan. Namun yang digunakan hanya berupa
enzim atau bahan bahan dari laboratorium lainnya dalam kondisi terkontrol.
Sedangkan uji in vivo adalah pengujian yang menggunakan hewan uji atau
manusia, biasanya uji in vivo dilakukan setelah uji in vitro (Sunaryati, 2011). `
Antikanker dapat dilakukan dengan uji MTT yang merupakan salah satu
metode yang digunakan dalam uji sitotoksik.Metode MTT (Microculture
Tetrazolium) banyak dimanfaatkan untuk menyelidiki mekanisme aktivasi sel dan
kerusakan sel yang mana pengujiannya secara kolorimetri dan didasarkan pada
bioreduction garam tetrazolium ke formazan.Dalam penelitian ini digunakan uji
MTT karena memiliki kelebihan yaitu relatif cepat, sensitif, akurat, digunakan
untuk mengukur sampel dalam jumlah besar dan hasilnya bisa untuk memprediksi
sifat sitotoksik suatu bahan (Goodwin, dkk., 1995).Metode ini merupakan metode
kolorimetri, dimana pereaksi atau reagen MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-yl)-2,5-
difeniltetrazolium bromide) ini merupakan garam tetrazolium yang diadsorbsi dan
dipecah menjadi kristal formazan oleh sistem suksinat tetrazolium reduktase yang
terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria yang aktif pada sel yang masih
hidup. Kristal formazan ini memberi warna ungu yang dapat dibaca absorbansinya
(Pamilih, 2009).Absorbansi larutan berwarna ini kemudian dapat diukur
menggunakan Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) reader pada
panjang gelombang antara 500 dan 600 nm, yang mana semakin besar absorbansi
menunjukkan semakin banyak jumlah sel yang hidup. Reaksi reduksi MTT dapat
dilihat pada gambar 2.3 berikut (Meiyanto, dkk.,1999 Berdasarkan silmulasi
percobaan farmakologi antikanker yang telah dilakukan, dengan tujuan agar
mahasiswa mampu mengerjakan induksi dan meng-assess hasil induksi, serta
membaca hasil pengujian obat terhadap model mencit dalam bentuk simulasi.
Adapun prinsip dari percobaan ini dibagi menjadi dua yaitu in vivo dan in vitro.
Untuk prinsip in vivo adalah mencit diinduksi DMBA pada punggung secara
intradermal, ditunggu pertumbuhan fibrosarkomanya, kemudian diberi bahan uji
yang diduga antikanker. Selanjutnya diamati parameter darah (leukosit total atau
parameter darah yang lain) dan pengamatan angiogenesis pada preparat histologi
fibrosarkoma. Kemudian untuk prinsip percobaan secara In vitro adalah sel
kanker yang telah diisolasi (cell line) di-challenge dengan bahan uji dalam satu
rangkaian konsentrasi. Sel kanker dibuat dalam konsentrasi tertentu dalam media
RPMI. Hambatan pertumbuhan sel kanker dilihat dari tingkat kekeruhan media.

Alat yang digunakan dala percobaan ini adalah gelas kimia sebagai
wadah alkohol yang mana akan digunakan untuk mensterilkan TIP, mikropipet
yang digunakan untuk pengambilan sampel, media dan pemberian obat pada
pengujian, tabung sentrifugasi yang digunakan untuk menyimpan sampel, media
dan larutan uji obat yang sudah di sentrigugasi terlebih dahulu, TIP yang
digunakan untuk mengambil sampel, media dan larutan obat uji bersama dengan
mikropipet, dan yang terakhir adalah well plate 96 well dimana alat ini digunakan
sebagai wadah pengujian simulasi antikanker, tempat untuk mereaksikan
sekaligus pengamatan antikanker. Selain alat adapula beberapa bahan yang
digunakan, diantaranya adalah etanol 90% sebagai larutan untuk mensterilkan alat
yang digunakan agar tetap steril dalam pengerjaan simulasi antikanker ini,
medium pertumbuhan sel kanker, NaCl fisiologis sebagai pelarut dan menjaga
agar tetap isotonik serta di dapatkan keadaan fisiologis yang sama dengan tubuh,
pewarna sel untuk mewarnai sel agar dapat diamati dengan mudah, dan spuit 1
cc/ml yang digunakan untuk mengambil NaCl fisiologis.
Dalam simulasi percobaan farmakologi obat-obat antikanker yang
dilakukan prosedur yang pertama dilakukan adalah pengenceran suspensi, karena
suspensi masih terlalu padat sehingga akan sulit dalam pengamatan sel kanker
nantinya. Untuk pengenceran suspensi yang pertama dilakukan adalah mengambil
100uL suspensi sel dengan menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan ke
dalam tabung sentrifugasi dengan melewati dinding tabung, lalu ditambahkan
NaCl fisiologis setelah itu dihomogenkan dengan cara di tapping. Selanjutnya
dimasukkan media ke dalam well plate sebanyak 1000uL pada tiap lubang hingga
baris ke-9. Setelah media dimasukkan selanjutnya adalah memasukkan sel kanker,
namun yang dimasukkan hanya pada baris 1-6 saja pada well plate, karena baris
7-9 adalah sebagai kontrol. Banyaknya sel kanker yang dimasukkan adalah 50uL
dan selanjutnya di inkubasi selama 2 hari dengan dialirkan CO2, setelah 2 hari
akan terbentuk monolayer tipis yang menandakan bahwa sel kanker telah tumbuh,
monolayer ini dapat terlihat pada bagian bawah well plate. Setelah itu,
dimasukkan suspensi obat, dimana yang dimasukkan hanya pada well plate kolom
baris ke 1-3, karena baris 4-6 akan sebagai pembanding dan dihomogenkan
dnegan menggunakan mikropipet. Selanjutnya diinkubasi kembali selama 4 jam
pada suhu 10℃ ditempat yang sama dan dialirkan pula dengan CO2. Setelah itu
dilakukan pewarnaan pada sel. Parameter yang dapat diamati adalah ketika
pengujian pada well plate berwarna keruh atau semakin gelap maka sel kanker
yang hidup semakin banyak, hal ini dikarenakan zat warna yang diberikan tidak
dapat menembus atau diserap oleh sel kanker. Sedangkan ketika hasil pengamatan
berwarna bening atau lebih jernih maka semakin banyak sela yang mati karena zat
warna yang diberikan dapat diserap oleh sel kanker. (Timotius, 2017).
Inkubasi sel kanker menggunakan jenis inkubator carbon dioksida ini
dikarnakan inkubator carbon dioksida dirancang khusus untuk ruang pemeliharaan
sel maupun jaringan yang dikkeluarkan dari tubuh. Inkubator carbon dioksida
ditunjukkan untuk memelihara sel, jaringan maupun organ secara in vitro dan
menghidarkannya dari kontaminasi mikroba. Inkubator carbon dioksida diatur
suhu dan kelembapannya sesuai dengan sel, jaringn atau organ yang akan
diinkubasi. Penggunannya harus disterilisasi terlebih dahulu agar dapat menjamin
sel, jaringan atau organ yang akan diinkubasi (Timotius, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Mutaroh. 2010. EnsiklopediKesehatan untuk Umum. Yogyakarta:Ar-Ruzz


Media.

Chotimah, Khusnul., dan Hidayat,Asri. 2014. Hubungan Obesitas dengan


Kejadian Kanker Payudara di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta tahun 2010-2013. Skripsi thesis, Stikes Aisyiyah
Yogyakarta.

Evaningrum, Alia. 2007. Efek Sitotoksik dan Penghambatan Kinetika Profilerasi


Fraksi Etil AsetatEkstrak Etanolik Tanaman Ceplukan (Physalis
angulata L) terhadap Sel Hela. Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Hanahan, D. dan Weinberg, R.A., 2000. The hallmarks of cancer. Cell, 100: 57–
70.

Sudewo, Bambang. 2012. Basmi Kanker dengan Herbal. Jakarta: Visimedia

Sunaryati, S S.2011. Penyakit Paling Sering dan Mematikan. Yogyakarta:Flash


Book.

Timotius, Kris H. 2017. Pengantar Metedologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Andi

LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :

TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN :

NILAI RESPONSI

NILAI LATIHAN

NILAI AKTIVITAS

NILAI LAPORAN

CATATAN :

TANDA TANGAN

MAHASISWA ASISTEN

Krisnayani Sri wulandari DOSEN

1713015060 1613015012

Anda mungkin juga menyukai