Krismayani 1713015060 Percobaan3
Krismayani 1713015060 Percobaan3
Krismayani 1713015060 Percobaan3
PERCOBAAN 3
“FARMAKOLOGI OBAT-OBAT ANTIKANKER”
LABORATORIUM
BIOMEDIK & FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
DATA PRIBADI
NAMA : krismayani
NIM : 1713015060
PRODI : S1
JURUSAN : FARMASI
SEMESTER : 4 (EMPAT)
KELAS : D1 S1 2017
FARMAKOLOGI OBAT-OBAT ANTIKANKER
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengerjakan induksi dan meng-assess hasil induksi, serta
membaca hasil pengujian obat terhadap model mencit dalam bentuk simulasi.
Alternatif percobaan: Simulasi uji antikanker secara in vitro menggunakan
cell line (sel kanker yang telah diisolasi).
B. PRINSIP PERCOBAAN
In vivo : Mencit diinduksi DMBA pada punggung secara intradermal,
ditunggu pertumbuhan fibrosarkomanya, kemudian diberi bahan uji yang
diduga antikanker. Selanjutnya diamati parameter darah (leukosit total atau
parameter darah yang lain) dan pengamatan angiogenesis pada preparat
histologi fibrosarkoma.
In vitro : Sel kanker yang telah diisolasi (cell line) di-challenge dengan
bahan uji dalam satu rangkaian konsentrasi. Sel kanker dibuat dalam
konsentrasi tertentu dalam media RPMI. Hambatan pertumbuhan sel kanker
dilihat dari tingkat kekeruhan media.
C. DASAR TEORI
Kanker ditandai dengan adanya pembelahan sel yang tidak terkendali
sedangkan mekanisme apoptosis menjadi sangat terbatas. Pengujian
antikanker biasanya menggunakan cell line secara in vitro dan induksi kanker
menggunakan dimetilbenzantrasen (DMBA) secara in vivo. Kedua pengujian
ini memerlukan fasilitas yang lengkap dan teknik safety yang memenuhi
standar. Induksi kanker pada mencit yang paling mudah adalah menggunakan
model fibrosarkoma.
D. HEWAN UJI
Mencit (Mus musculus) jantan usia 4-6 minggu (untuk pengujian in vivo)
E. BAHAN
1. DMBA
2. NaCl fisiologis (infus)
3. Spuit 1 cc
4. Obat sitotoksik oral (siklofosfamid/doxorubicin/yang lain)
5. Bahan uji (ekstrak atau rebusan bahan alam yang diduga antikanker)
6. Bahan untuk pewarnaan HE
7. Pakan dan sekam hewan coba (sekitar 4-6 minggu induksi)
8. Larutan Turk
9. Larutan EDTA
In vitro
10. Medium RPMI, MEM, atau yang setara
11. PBS
12. Simulasi lar obat/bahan uji
13. Etanol 70%
F. ALAT
1. Tabung untuk spesimen darah (bertutup)
2. Mikropipet tips kuning
3. Dapar formalin 10%
4. Pot salep untuk wadah organ
5. Mikrotom
6. Obyekglass dan coverglass
7. Pipet leukosit
8. Alat bedah ( 1 set per kelompok)
9. Timbangan digital untuk menimbang bahan dan jaringan kanker
10. Timbangan mencit
11. Kamar hitung Neubauer-impruved
12. Mikropipet 50-500 mikroliter
In vitro
1. Well plate 96 well
2. Pipet mikro 50-500 mikroliter
3. Beakerglass 100 ml
4. ELISA reader
5. Mikroskop
6. Erlenmeyer untuk wadah media
7. Tabung bertutup untuk wadah sel kanker (simulasi)
8. Inkubator CO2
9. Freezer -80oC
G. CARA KERJA
1. Perlakuan
a. Mencit diinduksi menggunakan DMBA secara intradermal pada
punggung, kemudian ditunggu sampai ada penebalan di punggung
mencit.
Mencit dibagi menjadi kelompok:
1). Normal = tidak diinduksi dan tidak diberi perlakuan
2). Sakit = diinduksi dan hanya ditreatment menggunakan placebo
3). Pembanding = diinduksi dan diberi obat antikanker yang sudah
banyak digunakan
4). Perlakuan 1 = diinduksi kemudian diberi bahan uji dengan dosis
rendah
5). Perlakuan 2 = diinduksi kemudian diberi bahan uji dengan dosis
sedang
6). Perlakuan 3= diinduksi kemudian diberi bahan uji dengan dosis
tinggi
b. Satu kelompok praktikum mhs mendapat 1 mencit sesuai pembagian
di atas. Replikasinya akan dilakukan oleh 8 kelas praktikum, sehingga
diperlukan 48 mencit uji.
c. Mencit diberi perlakuan sesuai kelompoknya selama 7 hari. Selama
perlakuan, dilakukan penimbangan berat badan setiap 2 hari.
d. Pada hari ke-8, mencit diambil darahnya kemudian dihitung total
leukositnya
e. Selanjutnya mencit dikorbankan menggunakan cervical dislocation.
Jaringan kankernya segera diambil, ditimbang, kemudian dimasukkan
ke dalam dapar formalin 10%. Kemudian dilakukan preparasi untuk
pewarnaan dan pengamatan histologi.
Jika pengujian menggunakan sel manusia, misalnya sel kanker, sel untuk
pengujian bisa didapatkan dengan mengisolasi sel dari jaringan kanker pasien
yang sudah diangkat. Tingkat keberhasilan prosedur isolasi ini umumnya rendah.
Kalaupun berhasil, masa hidup sel kanker hasil isolasi umumnya tidak lama.
Maka, sel kanker yang biasa digunakan untuk uji aktivitas antikanker secara in
vitro dipilih dari sel kanker biakan murni yang dibeli dari penyedia bahan-bahan
biologi. Sel kanker tersebut lazim disebut cell line. Cell line didapatkan dari
penderita kanker kemudian dilakukan perlakuan khusus sehingga produk sel yang
dihasilkan memiliki masa hidup yang lama dan dapat disubkulturkan.
Penyimpanan cell line sendiri memerlukan suhu yang sangat rendah, sekitar -80oC
untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Cell line ini cukup mahal, namun bisa
disiasati dengan melakukan subkultur terus menerus sehingga tidak perlu beli lagi
untuk pengujian selanjutnya. Alat-alat yang diperlukan di laboratorium untuk
tujuan in vitro ada pada gambar di bawah ini. Meskipun alat-alatnya sama,
laboratorium pengujian in vitro menggunakan mikroba harus terpisah dengan
laboratorium in vitro untuk pengujian menggunakan sel. Hal ini disebabkan oleh
tingkat kontaminasi mikroba yang sangat tinggi dan mudah berdampak pada
biakan sel hewan atau sel manusia.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2 Alat-alat yang diperlukan di laboratorium uji in vitro yaitu LAF dan
kelengkapannnya (a); mikroskop (b); inkubator dan freezer (c); dan microplate
reader (d) (koleksi pribadi)
Data pengujian in vitro yang didapatkan bisa berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif yang bisa diamati adalah jumlah sel, bentuk, ukuran,
tingkat kekeruhan, dan warna sel setelah dipapar bahan uji. Sedangkan data
kuantitatif yang dapat diperoleh adalah data absorbansi dari alat microplate reader
atau spektrofotometer yang dapat dikorelasikan dengan jumlah sel sebelum dan
setelah pemaparan obat atau bahan uji.
(a) (b)
Gambar Data kualitatif bentuk, ukuran dan sebaran sel (a), serta kekeruhan media
(b) setelah pengujian secara in vitro (koleksi pribadi)
PROSEDUR:
4,7 g MEM dalam 500 ml air suling, kemudian diautoklaf 120oC selama 20
menit.
100x L-glutamine 5 mL
3. Cara kerja
- Amati di bawah mikroskop, pastikan sel telah terpisah dan tidak bergerombol
-tambahkan 100mikroliter suspensi sel ke dalam setiap well dalam plat kultur
yang baru.
100xL-glutamin 5 mL
Cara kerja:
11. Transfer 1 mL suspensi sel dari T-75 flask ke dalam wadah steril
D. INOKULASI SEL
1. Passage sel kanker dari T-75 flask ke 96 wellplate dilakukan 1-2 hari
sebelum inokulasi
7. Inokulasikan pada 28oC, 5% CO2 selama 1 jam. Shake plat kultur setiap
15 menit
10. Inkubasi pada suhu 28oC, 5% CO2 overnight. Jika lebih dari 3-4 hari,
perlu dilakukan passage yang baru.
11. Persiapan melakukan staining untuk mengukur jumlah sel kanker setelah
paparan bahan uji
E. IMMUNOSTAINING
Persiapan:
Pewarnaan:
2. Tambahkan 1st antibody (4G2 dari mouse asetic fluid) sebanyak 50 mikroliter.
Jika belum rata, di-tap
3. Inkubasikan selama 30 menit pada suhu ruangan
18. Lihat gradasi warna setiap baris well untuk mengetahui gambaran hambatan
pertumbuhan sel kanker
Alat yang digunakan dala percobaan ini adalah gelas kimia sebagai
wadah alkohol yang mana akan digunakan untuk mensterilkan TIP, mikropipet
yang digunakan untuk pengambilan sampel, media dan pemberian obat pada
pengujian, tabung sentrifugasi yang digunakan untuk menyimpan sampel, media
dan larutan uji obat yang sudah di sentrigugasi terlebih dahulu, TIP yang
digunakan untuk mengambil sampel, media dan larutan obat uji bersama dengan
mikropipet, dan yang terakhir adalah well plate 96 well dimana alat ini digunakan
sebagai wadah pengujian simulasi antikanker, tempat untuk mereaksikan
sekaligus pengamatan antikanker. Selain alat adapula beberapa bahan yang
digunakan, diantaranya adalah etanol 90% sebagai larutan untuk mensterilkan alat
yang digunakan agar tetap steril dalam pengerjaan simulasi antikanker ini,
medium pertumbuhan sel kanker, NaCl fisiologis sebagai pelarut dan menjaga
agar tetap isotonik serta di dapatkan keadaan fisiologis yang sama dengan tubuh,
pewarna sel untuk mewarnai sel agar dapat diamati dengan mudah, dan spuit 1
cc/ml yang digunakan untuk mengambil NaCl fisiologis.
Dalam simulasi percobaan farmakologi obat-obat antikanker yang
dilakukan prosedur yang pertama dilakukan adalah pengenceran suspensi, karena
suspensi masih terlalu padat sehingga akan sulit dalam pengamatan sel kanker
nantinya. Untuk pengenceran suspensi yang pertama dilakukan adalah mengambil
100uL suspensi sel dengan menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan ke
dalam tabung sentrifugasi dengan melewati dinding tabung, lalu ditambahkan
NaCl fisiologis setelah itu dihomogenkan dengan cara di tapping. Selanjutnya
dimasukkan media ke dalam well plate sebanyak 1000uL pada tiap lubang hingga
baris ke-9. Setelah media dimasukkan selanjutnya adalah memasukkan sel kanker,
namun yang dimasukkan hanya pada baris 1-6 saja pada well plate, karena baris
7-9 adalah sebagai kontrol. Banyaknya sel kanker yang dimasukkan adalah 50uL
dan selanjutnya di inkubasi selama 2 hari dengan dialirkan CO2, setelah 2 hari
akan terbentuk monolayer tipis yang menandakan bahwa sel kanker telah tumbuh,
monolayer ini dapat terlihat pada bagian bawah well plate. Setelah itu,
dimasukkan suspensi obat, dimana yang dimasukkan hanya pada well plate kolom
baris ke 1-3, karena baris 4-6 akan sebagai pembanding dan dihomogenkan
dnegan menggunakan mikropipet. Selanjutnya diinkubasi kembali selama 4 jam
pada suhu 10℃ ditempat yang sama dan dialirkan pula dengan CO2. Setelah itu
dilakukan pewarnaan pada sel. Parameter yang dapat diamati adalah ketika
pengujian pada well plate berwarna keruh atau semakin gelap maka sel kanker
yang hidup semakin banyak, hal ini dikarenakan zat warna yang diberikan tidak
dapat menembus atau diserap oleh sel kanker. Sedangkan ketika hasil pengamatan
berwarna bening atau lebih jernih maka semakin banyak sela yang mati karena zat
warna yang diberikan dapat diserap oleh sel kanker. (Timotius, 2017).
Inkubasi sel kanker menggunakan jenis inkubator carbon dioksida ini
dikarnakan inkubator carbon dioksida dirancang khusus untuk ruang pemeliharaan
sel maupun jaringan yang dikkeluarkan dari tubuh. Inkubator carbon dioksida
ditunjukkan untuk memelihara sel, jaringan maupun organ secara in vitro dan
menghidarkannya dari kontaminasi mikroba. Inkubator carbon dioksida diatur
suhu dan kelembapannya sesuai dengan sel, jaringn atau organ yang akan
diinkubasi. Penggunannya harus disterilisasi terlebih dahulu agar dapat menjamin
sel, jaringan atau organ yang akan diinkubasi (Timotius, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Hanahan, D. dan Weinberg, R.A., 2000. The hallmarks of cancer. Cell, 100: 57–
70.
LEMBAR PENILAIAN
TANGGAL PRAKTIKUM :
NILAI RESPONSI
NILAI LATIHAN
NILAI AKTIVITAS
NILAI LAPORAN
CATATAN :
TANDA TANGAN
MAHASISWA ASISTEN
1713015060 1613015012