Bab Ii Viro
Bab Ii Viro
Bab Ii Viro
VIROLOGI
Pertemuan ke : 1 (satu)
Dasar Teori :
Negri bodies bersifat eosinophilic, dengan garis- garis pembatas yang tajam,
badan inklusi patognomonik (2-10 m dengan diameter) ditemukan dalam sitoplasma
sel- sel saraf tertentu yang mengandung virus rabies, terutama di dalam
hippocampus. Negeri bodies juga sering ditemukan di korteks sebelar pada sempel
otak postmortem dari korban rabies. Negeri bodies terdiri dari protein ribonuclear
yang diproduksi oleh virus diberi nama Adelchi Negri.
Adanya badan inklusi sering penting dalam diagnosis dan adanya sebuah
inclusion bodies dalam sitplasma sel- sel saraf, yaitu negri bodies, adalah patogen
untuk rabies.
1. Mikroskop
2. Gelas objek
3. Pinset
4. Gunting atau cutter
1. Sampel otak
2. Pewarnaan Seller
Cara Kerja:
1. Siapkan gelas objek
2. Potong otak yang akan diperiksa
3. Letakkan di atas gelas objek
4. Letakkan gelas objek di atas potongan otak tersebur
5. Geser berlawanan arah dengan sedikit menekan otak tersebut. Sehinggga
terbentuk lapisan otak yang agak tebal.
6. Keringkan di udara dengan di angin- angin
7. Warnai dengan pewarnaan seller, caranya adalah sebagai berikut:
a. Fiksasi preparat dengan methanol selama 15 menit
b. Warnai dengan larutan seller kira- kira 5- 10 detik
c. Sediaan dicuci dengan air kran yang mengalir dan dikeringkan
d. Sediaan selanjutnya dilihat di bawah mikroskop
e. Hasil pewarnaaan diamati
Hasil pewarnaan:
Sel- sel berwarna : biru
Negri bodies dan inti sel : berwarna merah
Hasil Pengamatan:
Diskusi:
Virus rabies secara histology tidak ada perubahan secara spesifik seperti yang
terjadi pada jaringan selain pada otak. Terkecuali jika diikuti komplikasi dengan
penyakit lain secara umum akan terlihat normal tahapan ada perubahan spesiifik.
Perubahan yang paling signifikan atau patogenetik adalah adanya negri bodies
yaitu badan inklusi yang terdapat pada sitoplasma sel hewan yang diinfeksi oleh
rabies.
Dasar Teori :
Untuk mendapatkan virus influenza dari pasien yang terkena penyakit adalah
dengan cara mengisolasinya dari organ- organ yang terinfeksi seperti trachea, yaitu
dari swab cairan yang terdapat di trachea.
Pada hewan (ayam) yang terinfeksi sampel dapat diambil dari organ antara lain
organ saluran pernapasan (Trachea, bronkus, paru- paru), saluran reproduksi dan
ginjal. Swab Trachea, swab dilakukan untuk mengambil cairan yang terdapat di
daerah trachea dengan menggunakan cotton swab steril yang dimasukkan ke dalam
trachea ayam sakit, selanjutnya hasil swab dimasukkan ke dalam larutan buffer
posohat saline yang mengandung antibiotic.
- Kantung udara (air sac) penting untuk pernafasan embrio dan mengatur tekanan
- Kantung telur dan membrane kulit sebagai pertahanan terluar dan mengatur system
pertukaran molekul gas dan cairan
- Kantung chorio alantois, adalah tempat/ wadah untuk cairan alantois yaitu produk
buangan yang dihasilkan oleh perkembangan embrio meningkat sesuai dengan
perkembengan embrio
Hasil Pengamatan :
Pada isolasi virus influenza dibagian alantois telur embrio, didapatkan ± 8ml cairan
yang diduga mengadung virus influenza cairam alantois berubah menjadi keruh yang
megindifikasi virus telah mengindentifikasi telur berembrio
Pertemuan Ke : 3 (tiga)
Dasar Teori :
Uji Haemagglutination (HA) digunakan untuk mengukur kuantitas titer
virus/antigen. Virus yang bisa dilakukan uji HA hanya virus yang dapat
mengaglutinasi sel darah merah (RBC) seperti virus Newcastle Disease, Avian
Influenza dan virus Egg Drop Syndrome, baik virus yang masih hidup ataupun yang
sudah diinaktifasi (mati). Untuk virus yang masih hidup pengujian HA harus
dilakukan dalam Bio Safety Cabinet (BSC) supaya tidak terpaparnya lingkungan
baik area laboratorium maupun lingkungan luar laboratorium.
Prinsip uji HA adalah terjadinya ikatan antara virus/antigen dengan sel darah
merah yang ditandai dengan adanya agglutinasi (butiran seperti pasir). Pembetukan
aglutinasi ini disebabkan karena adanya ikatan virus/antigen dengan sel darah merah.
Titer virus/antigen dapat diketahui dengan melihat adanya agglutinasi di dasar lubang
microplate (seperti butiran pasir berwarna merah). Pengenceran tertinggi terjadi pada
lubang akhir yang memeberikan agglutinasi, misal terjadi agglutinasi sampei lubang
ke-8, maka titer virus/antigen tersebut adalah lpg 28atau 256 HAU. Untuk
haemagglutinasi yang memberikan hasil negatif (tidak adanya virus/antigen) dapat
diamati apabila microplate dimiringkan 45o sel darah merah (RBC akan turun),
seperti tetesan air mata.
1. Sampel virus/antigen
2. Pelarut PBS (-) 0,01 M steril, pH 7 - 7,4
3. RBC 1%, cara membuat RBC 1% :
a. Darah yang dipergunakan dalam pembuatan RBC sebaiknya diambil dari ayam
SPF ( Spesific Pathogen Free ) atau SAN ( spesifik antibodi negatif ), artinya
ayam-ayam tersebut tidak mempunyai titer antibodi, umur ayam sebaiknya
diatas 3 bulan. Darah diambil melalui vena jugularis atau vena brachialis
menggunakan syringe 5 ml yang telah diisi heparin 1:4 ( 1 ml heparin : 4 ml
darah ) atau dapat menggunakan darah EDTA.
b. Keluarkan darah ayam dari syringe dengan hati-hati agar sel darah merah tidak
rusak, sebaiknya jarum terlebih dahulu dilepas dari pistonnya.
c. Centrifuse dengan kecepatan 2500 rpm, 5 menit, 4 o C, kemudian supernatan
dibuang. Tambahkan Nacl fisoligis steril sesuai volume awal, centrifuse
kembali dengan kecepatan 2500 rpm, 5 menit, 4o C.
d. Buang supernatan, tambahkan Nacl fisiologis steril 3 kali volume awal.
Centrifuge lagi dengan kecepatan 2500 rpm, 5 menit, 4o C..
e. Lihat larutan supernatan, bila sudah jernih maka proses centrifugasi bisa
dihentikan lalu buang supernatan, maka kita mendapatkan RBC 100%,
kemudian beri label identitas.
f. Untuk pemeriksan dapat dibuat suspensi eritrosit 10% dulu baru diencerkan
menjadi 1%.
Prosedur :
Skema Kerja :
Pemgenceran 1/4 1/8 1/16 1/32 1/64 1/128 1/256 1/512 1/1024 KE
Antigen
NaCl Fisiologis 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4
Cairan Alantois 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 -
NaCL Fisiologis 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 -
Eritrosit 0,5 % 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Hasil pengamatan :
Diskusi :
1. Prinsip haemaglutinasi :
Virus mempunyai kemampan untuk mengaglutinasi eritrosit yang di ukur dengan
titer HA.
Ag + Eritrosit 0,5% Haemaglutinasi
2. Makin tinggi pengenceran Ag, makin berkurang kekuatan antigen (Ag) untuk
menyebabkan Haemaglutinasi secara total.
3. Titer HA menunjukkan pengenceran tertinggi dari virus yang masih
mengaglutinasi eritrosit.
Pertemuan Ke : 4 (empat)
Dasar Teori :
Prinsip uji Hi adalah menghambat terjadinya aglutinasi sel darah merah (RBC)
oleh virus akibat terikatnya virus tersebut dengan antibodi spesifik. Oleh karena itu
uji HI hanya bisa digunakan untuk virus yang mengaglutinasi RBC (Syukron et al.,
2013) seperti Newcastle Disease, Avian Influenza dan Egg Drop Syndrome.
Titer antibody setiap unggas akan bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa
kondisi seperti jumlah virus yang menginfeksi, kesehatan ayam dan perbedaan waktu
infeksi (Purnamawati dan Sukarnika, 2008).
Cara Kerja :
1. Sebelum penambahan antigen pada uji HI, antigen tersebut di lakukan uji HA
untuk mengetahui titer awal dari antigen tersebut
2. Lakukan uji HA (Cara mengukur titer HA)
3. Setelah diketahui titer awal dari antigen (misal titernya log 2 9 atau 512) kemudian
untuk mendapatkan 4HAU, antigen diencerkan dengan larutan PBS
Cara Perhitungan :
1. Jika titer antigen 512, maka untuk dijadikan 4 HAU adalah : 512 : 4 = 128 (128
kali)
2. Untuk menjadikan 4 HAU adalah 1 bagian antigen diencerkan dengan 127 bagian
larutan PBS (1 ml antigen + 127 ml PBS)
3. Untuk memastikan titer antigen 4 HAU, antigen yang telah diencerkan lakukan uji
HA kembali
Skema Kerja :
Pengenceran Uji HI
Kontrol Antigen
Hasil Pengamatan :
Pertemuan ke : 5 (lima)
Dasar Teori :
Flu burung didefinisikan sebagai penyskit ysng disebabkan oleh virus influenza
A subtype H5N1 yang menyerang burung, unggas, ayam yang menyerang manusia
dengan gejala demam >38°C, batuk, pilek nyeri otot , nyeri tenggorokan , namun,
gejala ini harus diterapkan pada seseorang yang pernah kontak dengan binatang
tersebut dalam 7 hari terakhir. Terutama jika unggas tersebut menderita sakit atau
mati.
Gejala flu burung pada dasrnya pada sma dengan flu biasa. Laporan dari kasus
yang terjadi di tahun 1999 menunjukan adanya variasi gejala berupa: Demam sektor
39°C, batuk, lemas, sakit kepala, tidak nafsu makan, muntah, nyer perut, nyeri sendi,
diare, infeksi selaput mata, dan dalam keadaan buruk savere respiratory distrees.
Prinsip:
Cara Kerja:
Interpretasi Hasil:
(+) Positif (-) Negatif Invalid
Hijau : kontrol
Merah : Sampel
Hasil pengamatan:
Diskusi:
Sampel negative karena dalam serum tidak terdapat antigen virus flu
burung. Sedangkan hasil Invalid disebabkan karena adanya,kemungkinan dalam
salah pengerjaan, misalnya saatmencelupkan strip test kedalam serum melewati
batas max, sehingga menyebabkan hasil invalid atau adanya kesalahan pada strip
test yaitu strip test sudah kadaluarsa tidak dapat digunakan lagi.
Lampiran :