0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
357 tayangan156 halaman

Raperda BWP Pakis 24 April 2017

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 156

RANCANGAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN MALANG
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN
PERATURAN ZONASI
BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN PAKIS
TAHUN 2016-2036
1

BUPATI MALANG
PROVINSI JAWA TIMUR
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR ...... TAHUN........

TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI


BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN PAKIS TAHUN 2016 – 2036

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI MALANG

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di


Bagian Wilayah Perkotaan Pakis dengan
memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya
guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang,
dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
keamanan, perlu disusun Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan
pembangunan antar sektor, daerah, dan
masyarakat maka rencana tata ruang wilayah
merupakan arahan lokasi investasi
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah,
masyarakat, dan/atau dunia usaha;
c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
maka strategi dan arahan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah nasional perlu
2

dijabarkan ke dalam Rencana Detail Tata Ruang


dan Peraturan Zonasi;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Bagian
Wilayah Perkotaan Pakis Tahun 2016-2036
dalam Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang – Undang Repubik


Indonesia Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3046);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik
3

Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4444);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4722);
10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
12. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang
Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746);
13. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
14. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
4

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
16. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);
17. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
18. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5068);
19. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 130)
20. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5188);
21. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214);
22. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
23. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
5

Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
24. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
25. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
26. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan(Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5512);
27. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang
Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4242);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang
Jalan tol (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
6

Republik Indonesia Nomor 4489);


31. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4532);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4624);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4828);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5004);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5048);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang
7

Konservasi Energi (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor 171, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5083);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5086);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5098);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5103);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5185);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5221);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
8

2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5230);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang
Wilayah; (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5393);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5468);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 260,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5594);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015
tentang Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
345,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5802);
51. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5941);
52. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern;
53. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
9

Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 156,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5230), sebagaimana telah dirubah beberapa
kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 99
Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Analis Aspek Fisik dan
Lingkungan Ekonomi, Serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang;
55. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun
2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana Longsor;
56. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun
2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan
Budidaya;
57. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika,
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi;
58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
59. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun
2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman (KSNP-SPALP);
60. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41 Tahun
2008 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha
Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Indsustri;
61. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan
10

Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan


Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
beserta Rencana Rincinya;
62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12 Tahun
2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota/Kawasan
Perkotaan;
63. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang
Wilayah;
64. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun
2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Daerah;
65. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;
66. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 01 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Jaringan Telekomunikasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 703);
67. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 587);
68. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun
2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 703);
69. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun
2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan
Bagian-Bagian Jalan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 713);
70. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
09 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (Berita Negara Republik
11

Indonesia Tahun 2011 Nomor 729);


71. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun
2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Jalan
Khusus (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 600);
72. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun
2011 tentang Pedoman Penetapan Garis Sempadan
Jaringan Irigasi;
73. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 36
Tahun 2011 tentang Perpotongan dan/atau
Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan
Bangunan Lain;
74. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM. 43
Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian
Nasional;
75. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun
2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
76. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2012 tentang Batas Daerah Kabupaten Malang
dengan Kota Malang Provinsi Jawa Timur (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 174);
77. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun
2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
1252);
78. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun
2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern;
79. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 5 Tahun
2014 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha
Kawasan Industri dan Izin Perluasan Kawasan
Industri;
80. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 18 Tahun 2015 tentang Ruang Bebas dan
12

Jarak Bebas Minimum Pada Saluran Udara Tegangan


Tinggi, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, Dan
Saluran Tegangan Arus Searah Untuk Penyaluran
Tenaga Listrik;
81. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 28 Tahun 2015 tentang Penetapan
Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 772);
82. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2015
Tentang Penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
533);
83. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 180
Tahun 2015 Tentang Pengendalian Pengoperasian
Sistem Pesawat Udara Tanpa Awak di Udara Yang
Dilayani Indonesia;
84. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4
Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di Jawa
Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2003 Nomor 1 Seri E);
85. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10
Tahun 2007 tentang Perizinan Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan di Jawa Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2007
Nomor 6 Seri E);
86. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008
Nomor 1 Seri E);
87. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3
Tahun 2008 tentang Perlindungan, Pemberdayaan
Pasar Tradisional, dan Penataan Pasar Modern di
Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
13

Timur Tahun 2008 Nomor 2 Seri E);


88. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 -
2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2009 Nomor 1 Seri E);
89. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3
Tahun 2009 tentang Irigasi (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 2 Seri E);
90. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4
Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah Regional
Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2010 Nomor 4 Seri E);
91. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 05
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012 Nomor 3 Seri D);
92. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 34 Tahun
2013 tentang Mekanisme Pemberian Persetujuan
Substansi Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang
Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan
Kabupaten/Kota (Berita Daerah Provinsi Jawa Timur
Tahun 2013 Nomor 34 Seri E);
93. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 80 Tahun
2014 tentang Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan
Pengendalian Ketat Skala Regional Di Provinsi Jawa
Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2014 Nomor 79 Seri E);
94. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 16 Tahun
2015 Tentang Pedoman Pemberian Izin Bidang Energi
Dan Sumber Daya Mineral Di Jawa Timur (Berita
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Nomor 16
Seri E);
95. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 7 Tahun
2002 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2002
14

Nomor 4/E);
96. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Perizinan Usaha Pariwisata
(Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2003
Nomor 11/C);
97. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Malang (Lembaran Daerah Kabupaten
Malang Tahun 2010 Nomor 2/E);
98. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 7 Tahun
2010 tentang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2010 Nomor 3/E);
99. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun
2011 tentang Cagar Budaya (Lembaran Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2011 Nomor 2/E);
100. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun
2012 tentang Perlindungan dan Pemberdayan Pasar
Tradisional Serta Penataan dan Pengendalian Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern (Lembaran Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2012 Nomor 2/E);
101. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 8 Tahun
2012 tentang Pengendalian Menara Telekomunikasi
(Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2012
Nomor 4/E);
102. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Daerah Kabupaten Malang Tahun 2012 Nomor 5/E);
103. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 15
Tahun 2013 tentang Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima (Lembaran Daerah Kabupaten
Malang Tahun 2013 Nomor 5/D);dan
104. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun
2015 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Daerah Kabupaten Malang
Tahun 2015 Nomor 6 Seri D).
15

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG
dan
BUPATI MALANG

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL
TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN
WILAYAH PERKOTAAN PAKIS TAHUN 2016-2036.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Malang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Malang.
3. Bupati adalah Bupati Malang.
4. Kecamatan adalah atau sebutan lain adalah
wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah
kabupaten/kota
5. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Malang sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
16

7. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah,


yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan
bersifat ad-hoc yang mempunyai fungsi membantu
pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati dalam
koordinasi penataan ruang di daerah.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
9. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
11. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
12. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
13. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya
disingkat RTRW adalah hasil perencanaan tata
ruang wilayah Kabupaten Malang.
14. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya
disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci
tentang tata ruang wilayah kabupaten yang
dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten.
15. Penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
16. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan
yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
17

17. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk


menentukan struktur ruang dan pola ruang yang
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.
18. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
19. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya
untuk mewujudkan tertib tata ruang.
20. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
21. Perkotaan adalah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasansebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanansosial, dan
kegiatan ekonomi.
22. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya
disingkat BWP adalah bagian dari Daerah dan/atau
kawasan strategis Daerah yang akan atau perlu
disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR,
sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW
Kabupaten Malang yang bersangkutan, dan
memiliki pengertian yang sama dengan zona
peruntukan.
23. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya
disingkat SBWP adalah bagian dari BWP yang
dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari
beberapa blok, dan memiliki pengertian yang sama
dengan sub zona peruntukan.
24. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-
kurangnya oleh batasan fisik yang nyata seperti
jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi,
18

saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai,


atau yang belum nyata seperti rencana jaringan
jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang
sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki
pengertian yang sama dengan blok peruntukan.
25. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki
fungsi dan karakteristik spesifik.
26. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang
memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang
merupakan pendetailan dari fungsi dan
karakteristik pada zona yang bersangkutan.
27. Zona Lindung adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
28. Zona perlindungan setempat adalah peruntukan
tanah yang merupakan bagan dari kawasan lindung
yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan terhadap sempadan sungai,
sempadan pantai dan sempadan waduk.
29. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah
serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
30. Zona cagar budaya adalah peruntukan tanah yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang
diperuntukkan sebagai warisan budaya bersifat
kebendaan berupa benda cagar budaya, struktur
cagar budaya, bangunan cagar budaya, situs cagar
budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan.
31. Benda cagar budaya yang selanjutnya disingkat
BCB adalah benda buatan manusia, bergerak atau
19

tidak bergerak yang berupa kesatuan atau


kelompok, atau bagian-bagian, atau sisa-sisanya,
yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
tahun, atau mewakili masa gaya yang khas
danmewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) tahun serta dianggapmempunyai nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
32. Zona rawan bencana alam adalah peruntukan
tanah yang merupakan bagan dari kawasan lindung
yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat
maupun di perairan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami tanah longsor, gelombang pasang,
banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi
33. Zona budidaya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
34. Zona perumahan adalah zona peruntukkan tanah
yang yang terdiri dari kelompok rumah tinggal yang
mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang dilengkapi dengan fasilitasnya.
35. Sub zona rumah kepadatan tinggi/R-2 adalah
peruntukan tanah yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya difungsikan untuk tempat
tinggal atau hunian dengan perbandingan yang
besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas
lahan.
36. Sub zona rumah kepadatan sedang/R-3 adalah
peruntukan tanah yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya difungsikan untuk tempat
tinggal atau hunian dengan perbandingan yang
hampir seimbang antara jumlah bangunan rumah
dengan luas lahan.
37. Sub zona rumah kepadatan rendah/R-4 adalah
peruntukan tanah yang merupakan bagian dari
20

kawasan budidaya difungsikan untuk tempat


tinggal atau hunian dengan perbandingan yang
kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas
lahan.
38. Zona perdagangan dan jasa adalah peruntukkan
tanah yang merupakan bagian dari kawasan
budidaya difungsikan untuk pengembangan
kegiatan jual beli yang bersifat komersial, sarana
pelayanan umum , tempat bekerja, tempat
berusaha, tempat hiburan dan rekreasi.
39. Sub zona perdagangan dan jasa bentuk tunggal/K-1
adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian
dari kawasan budidaya difungsikan untuk
pengembangan kelompok kegiatan perdagangan
dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha,
tempat hiburan dan rekreasi dengan skala
pelayanan regional yang dikembangkan dalam
bentuk tunggal secara horisontal maupun vertikal.
40. Sub zona perdagangan dan jasa bentuk deret/K-3
adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian
dari kawasan budidaya difungsikan untuk
pengembangan kelompok kegiatan perdagangan
dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha,
tempat hiburan dan rekreasi dengan skala
pelayanan regional yang dikembangkan dalam
bentuk deret.
41. Zona perkantoran adalah peruntukkan tanah yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya
difungsikan untuk pengembangan kegiatan
pelayanan pemerintahan, sarana pelayanan umum,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan
dan rekreasi.
42. Sub zona perkantoran pemerintah/KT-1 adalah
peruntukan tanah yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya difungsikan untuk
21

pengembangan kegiatan pemerintahan dan


pelayanan masyarakat.
43. Sub zona perkantoran non pemerintah/KT-2 adalah
peruntukan tanah yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya difungsikan untuk
pengembangan kelompok kegiatan Perkantoran
swasta, Jasa, tempat bekerja, tempat berusaha
dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan
bentuk tunggal /renggang secara horisontal
maupun vertikal.
44. Zona Industri adalah peruntukan tanah yang
difungsikan untuk pengembangan kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
45. Sub zona aneka industri/I-4 adalah industri yang
menghasilkan beragam kebutuhan konsumen.
46. Zona sarana pelayanan umum adalah peruntukan
tanah yang dikembangkan untuk menampung
fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan,
peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi,
dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam
bentuk tunggal/ renggang, deret/rapat dengan
sekala pelayanan yang ditetapkan dalam rencana
kota.
47. Sub zona sarana pelayanan umum
pendidikan/SPU-1 adalah peruntukan tanah yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
dikembangkan untuk Sarana pendidikan dasar
sampai dengan pendidikan tinggi, pendidikan
formal maupun informal dan dikembangkan secara
horisontal maupun vertikal.
48. Sub zona sarana pelayanan umum
transportasi/SPU-2 adalah Peruntukan tanah yang
22

merupakan bagian dari kawasan budi daya yang


dikembangkan untuk manampung fungsi
transportasi dalam upaya untuk mendukung
kebijakan pengembangan sistem transportasi yang
tertuang didalam rencana tata ruang yang meliputi
transportasi darat, udara dan perairan.
49. Sub zona sarana pelayanan umum kesehatan/SPU-
3 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian
dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk
pengembangan sarana kesehatan dengan hierarki
dan sekala pelayanan yang disesuaikan dengan
jumlah penduduk yang akan dilayani yang
dikembangkan secara horisontal maupun vertikal.
50. Sub zona sarana pelayanan umum olahraga/SPU-4
adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian
dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk
menampung sarana olah raga dalam bentuk
terbuka maupun tertutup sesuai dengan lingkup
pelayanannya dengan herarki dan sekala pelayanan
yang disesuaikan dengan jumlah penduduk.
51. Sub zona sarana pelayanan umum sosial
budaya/SPU-5 adalah peruntukan tanah yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
dikembangkan untuk menampung sarana sosial
budaya dengan herarki dan sekala pelayanan yang
disesuaikan dengan jumlah penduduk yang
dikembangkan secara horisontal maupun vertikal.
52. Sub zona sarana pelayanan umum
peribadatan/SPU-6 adalah peruntukan tanah yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
dikembangkan untuk menampung sarana ibadah
dengan herarki dan sekala pelayanan yang
disesuaikan dengan jumlah penduduk.
53. Zona peruntukan lainnya adalah peruntukan tanah
yang dikembangkan untuk menampung fungsi
kegiatan di daerah tertentu berupa pertanian,
23

pertambangan, pariwisata, dan peruntukan-


peruntukan lainnya.
54. Sub zona peruntukan lainnya pertanian/PL-1
adalah peruntukan ruang yang dikembangkan
untuk menampung kegiatan kegiatan yang
berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan
tanaman tertentu, pemberian makanan,
pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk
pribadi atau tujuan komersial.
55. Sub zonapariwisata /PL-3 adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
yang dikembangkan untuk mengembangkan
kegiatan pariwisata baik alam, buatan, maupun
budaya.
56. Zona Peruntukan Khusus adalahPeruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
yang dikembangkan untuk menampung
peruntukan-peruntukan khusus hankam, instalasi
pembuangan air limbah (IPAL), dan lain-lain yang
memerlukan penanganan, perencanaan sarana
prasarana serta fasilitas tertentu, dan belum tentu
di semua wilayah memiliki peruntukan khusus ini.
57. Zona Peruntukan Campuran adalah Peruntukan
ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi
daya yang dikembangkan untuk menampung
beberapa peruntukan fungsi dan/atau bersifat
terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa;
perumahan dan perkantoran; perkantoran
perdagangan/jasa.
58. Lahan Pangan Berkelankutan selanjutnya disingkat
LP2B adalah bidang lahan pertanian yang
ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok
bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
pangan nasional.
24

59. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu


dan unsur yang lain.
60. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan
pelengkap, dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu lintas yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah, dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel.
61. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas
jalan yang saling menghubungkan dan mengikat
pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hierarki.
62. Jalan TOL adalah suatu jalan yang dikhususkan
untuk kendaraan bersumbu lebih dari dua (mobil,
bus, truk) dan bertujuan untuk mempersingkat
jarak dan waktu tempuh dari satu tempat ke tempat
lain.
63. Jalan kolektor primer yaitu jaringan jalan
menghubungkan secara berdaya guna antara pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal.
64. Jalan lokal primer yaitu jaringan jalan
menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan
pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan.
65. Jalan lingkungan primer yaitu jaringan jalan
menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan
kawasan perdesaan.
66. Jalan kolektor sekunder yaitu jaringan jalan
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
25

kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder


kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
67. Jalan lokal sekunder yaitu jaringan jalan
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan , kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan.
68. Jalan lingkungan sekunder yaitu jaringan jalan
menghubungkan antar persil dalam kawasan
perkotaan.
69. Ruang manfaat jalan adalah ruang sepanjang jalan
yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman
tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan
dan digunakan untuk badan jalan, saluran tepi
jalan, dan ambang pengamannya.
70. Ruang milik jalan adalah ruang manfaat jalan dan
sejalur tanah tertentu di luar manfaat jalan yang
diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran
jalan, penambahan jalur lalu lintas di masa datang
serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan
dan dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi
tertentu.
71. Ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu di
luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi
oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu
pandangan bebas pengemudi, konstruksi jalan, dan
fungsi jalan.
72. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan hunian yang memenuhi kebutuhan
standar tertentu untuk kebutuhan bertempat
tinggal yang ayak,sehat,aman, dan nyaman.
73. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian
yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan sosial,budaya,dan
ekonomi.
26

74. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang


menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga
listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
75. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya
disingkat SUTT adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat penghantar di udara yang
digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari
pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan
di atas 70 (tujuh puluh) kV sampai dengan 278 (dua
ratus tujuh puluh delapan) kV.
76. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran,
pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap
informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,
tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik
lainnya.
77. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya
disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
78. Tempat Penampungan Sementara Terpatu yang
selanjutnya disingkat TPST adalah yaitu tempat
dilaksanakannya pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendaur ulangan, dan
pemrosesan akhir sampah.
79. Tempat pengelolaan sampah dengan prinsip 3R
(Reduce, Reuse, Recycle) yang selanjutnya disebut
TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang dan
pendauran ulang skala kawasan.
80. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor Non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
27

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,


kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
81. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam,
mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan
untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
82. Garis sempadan adalah garis batas luar pengaman
untuk mendirikan bangunan dan/atau pagar yang
ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan,
tepi luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran,
kaki tanggul, tepi situ/rawa, tepi waduk, tepi mata
air, as rel kereta api, jaringan tenaga listrik, dan
pipa gas.
83. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar
pengamanan sungai.
84. Garis sempadan bangunan yang selanjutnya
disingkat GSB adalah sempada yang membasi
jarakterdekat bangunan terhadap tepijalan,
dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol)
sampai bats terluas muka bangunan berfngsi
sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas
minimum dari bidang terluar suatu massa
bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi
sungai atau pantai, antara massa bangunan yang
lain atau rencana saluran, jarngan tegangan tinggi
listrik, jaringan pipa gas, dan sebaginya.
85. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak.
86. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
28

perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,


sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni.
87. Perdagangan dan jasa adalah peruntukkan tanah
yang merupakan bagian dari kawasan budidaya
difungsikan untuk pengembangan kegiatan jual beli
yang bersifat komersial, fasilitas umum, tempat
bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan
rekreasi.
88. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
89. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat
RTH adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
90. Hutan kota, adalah adalah suatu hamparan lahan
yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan
rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah
negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
91. Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta
elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam
ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang
pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur
hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah
tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.
92. Taman kota, adalah lahan terbuka yang berfungsi
sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif,
edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.
93. Taman lingkungan, adalah lahan terbuka yang
berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan
29

rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat


lingkungan.
94. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya
disingkat RTNH adalah ruang terbuka di bagian
wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam
kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau
yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan
tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau
berpori.
95. Pengaturan Zonasi adalah ketentuan tentang
persyaratan pemanfaatan ruang sektoral dan
ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
96. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
97. Intensitas Ruang adalah besaran ruang untuk
fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan
pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien
dasar bangunan dan ketinggian bangunan tiap
bagian kawasan kabupaten sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan
kabupaten.
98. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya
disingkat KDB adalah bilangan pokok atas
perbandingan antara luas lantai dasar bangunan
dengan luas kavling/pekarangan.
99. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya
disingkat KLB adalah bilangan pokok atas
perbandingan antara total luas lantai bangunan
dengan luas kavling/pekarangan.
100. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat
KDH adalah angka persentase perbandingan antara
30

luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan


gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
101. Tinggi Bangunan adalah jarak antara garis potong
mendatar/horizontal permukaan atap dengan muka
bangunan bagian luar dan permukaan lantai denah
bawah.
102. Jarak antar bangunan adalah jarak antara satu
bidang bangunan dengan bangunan lain di
sebelahnya.
103. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
104. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
(KKOP) adalah wilayah daratan dan/atau perairan
serta ruang udara di sekitar bandar udara yang
digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan
dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
105. Kawasan perumahansatu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan
perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat.
106. Kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri pengolahan yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola
oleh Perusahaan Kawasan Industri.
31

BAB II
KEDUDUKAN,FUNGSI DAN MANFAAT
Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 2
Kedudukan RDTR dan PZ yaitu sebagai pedoman bagi:
a. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah(RPJMD), penyusunan rencana
teknis ruang Kota, rencanapembangunan sektoral,
dan/atau program pengembanganwilayah/kawasan;
b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruangKota;
c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbanganantar sectordan antar pemangku
kepentingan;
d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
dan
e. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

Bagian Kedua
Fungsi

Pasal 3
RDTR dan PZ berfungsi sebagai:
a. penyelaras kebijakan penataan ruang wilayah kota
pada setiap BWP;
b. acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Daerah dan Masyarakat untuk
mengarahkan lokasi kegiatan dan menyusun
program pembangunan yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang kota;
c. acuan bagi pengendalian pemanfaatan ruang;
d. pedoman untuk memberikan perizinan
pemanfaatan ruang kota;
e. acuan dalam penyusunan RTBL.
32

Bagian Ketiga
Manfaat

Pasal 4
Manfaat RDTR dan PZ sebagai:
a. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai
kesamaan fungsi dan lingkungan permukiman
dengan karakteristik tertentu;
b. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian
dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik
kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau
masyarakat;
c. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk
setiap bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di
dalam struktur ruang kabupaten/kota secara
keseluruhan; dan
d. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang
diprioritaskan untuk disusun program
pengembangan kawasan dan pengendalian
pemanfaatan ruangnya pada tingkat BWP atau
Sub BWP.

BAB III
Asas, Sasaran dan Ruang Lingkup

Bagian Kesatu
Asas

Pasal 5
Asas yang digunakan dalam penyusunan RDTR dan
PZ BWP Pakis meliputi :
a. Asas Keterpaduan;
b. Asas Keserasian, Keselarasan dan Keseimbangan;
c. Asas Keberlanjutan;
33

d. Asas Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan;


e. Asas Keterbukaan;
f. Asas Kebersamaan dan Kemitraan;
g. Asas Perlindungan Kepentingan Umum;
h. Asas Kepastian Hukum dan Keadilan; dan
i. Asas Akuntabilitas.

Bagian Kedua
Sasaran

Pasal 6
Sasaran RDTR BWP Pakis adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan keselarasan, keserasian,
keseimbangan antar lingkungan permukiman
dalam Kawasan BWP Pakis;
b. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan
antar kawasan maupun dalam Kawasan BWP
Pakis:
c. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis
dan fungsional kabupaten, yang dilakukan
pemerintah, masyarakat dan swasta;
d. Terwujud investasi masyarakat di dalam BWP
Pakis; dan
e. Terkoordinasi pembangunan kawasan antara
pemerintah, masyarakat dan swasta.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup

Pasal 7
(1) Luas wilayah Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
Pakis 4.139,84 (empat ribu seratus tiga puluh
sembilan koma delapan empat) hektar.
(2) Batas-batas administrasi BWP Pakis meliputi :
a. Sebelah Barat : Kecamatan Blimbing
dan Kecamatan Kedungkandang
34

b. Sebelah Utara : Kecamatan Singosari


dan Kecamatan Jabung
c. Sebelah Selatan : Desa Pucangsongo dan
DesaKradinan
d. Sebelah Timur : Desa Sumberpasir
(3) BWP Pakis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari 9 (sembilan) desa, meliputi :
a. Desa Pakisjajar;
b. Desa Pakiskembar;
c. Desa Bunutwetan;
d. Desa Asrikaton;
e. Desa Saptorenggo;
f. Desa Ampeldento;
g. Desa Tirtomoyo;
h. Desa Mangliawan; dan
i. Desa Sekarpuro.
(4) Lingkup materi RDTR BWP Pakis, meliputi :
a. Tujuan, prinsip, kebijakan dan strategi penataan
ruang;
b. Rencana pola ruang;
c. Rencana jaringan prasarana;
d. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya;
e. Ketentuan pemanfaatan ruang;
f. Peraturan zonasi;
g. Perizinan;
h. Insentif dan disinsentif;
i. Hak dan kewajiban
j. Peran masyarakat.
k. Sanksi Administratif
l. Ketentuan Penyidikan
m. Ketentutan Pidana
n. Ketentuan Lain – lain
o. Ketentuan Peralihan
p. Ketentuan Penutup
35

(5) Ruang lingkup BWP Pakis digambarkan pada peta


sebagaimana dimaksud pada Lampiran I, II, III, IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

BAB IV
TUJUAN, PRINSIP, KEBIJAKAN DAN
STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan

Pasal 8
(1) Tujuan penataan ruang BWP Pakis adalah
mewujudkan BWP Pakis sebagai wilayah yang
mampu menampung perkembangan Kota Malang
dan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi melalui
pengembangan zona perdagangan dan jasa,
industri, pariwisata, perumahan dan mewujudkan
koridor Jalan Raya Pakis-Kota Malang sebagai
pintu gerbang Kabupaten yang teratur, indah dan
berkelanjutan.
(2) Prinsip penataan ruang BWP Pakis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Terwujudnya pemanfaatan ruang yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta
berlandaskan kepada iklim investasi Kabupaten
Malang secara umum dan Kecamatan Pakis
secara khusus;
b. Tertatanya zona perdagangan dan jasa
dilengkapi ruang parkir, jalur pejalan kaki, RTH
dan prasarana lingkungan yang memadai;
c. Tertatanya beberapa akses alternatif yang
menghubungkan BWP Pakis dengan Kota
Malang, akses menuju Bandara Abdulrachman
Saleh, akses menuju Kecamatan Jabung sebagai
rencana lokasi kawasan industri, dan akses
36

menuju Jalan TOL Pandaan-Malang yang lancar


dan nyaman;
d. Tertatanya jaringan jalan menuju zona
perumahan dengan kapasitas dan tingkat
pelayanan yang baik;
e. Terwujudnya pengembangan zona permukiman
perkotaan secara berimbang dan terpadu
yangmampu berperan sebagai pembangkit roda
perekonomian lokal;
f. Terwujudnya pemanfaatan ruang di Kawasan
Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
serta kawasan disekitar pintu TOL secara
terkendali;
g. Tertatanya zona pariwisata Wendit yang menarik
dan layak menjadi bagian dari rute pariwisata
Bromo- Tengger Semeru dan Malang Raya;
h. Tertatanya zona industri yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan
yang baik;
i. Tersedianya RTH yang memadai yang dapat
menciptakan iklim mikro wilayah yang sejuk
Pengembangan sistem jaringan jalan;
j. Tersedia angkutan massal perkotaan yang baik;
dan
k. Terpenuhi jaringan sarana dan prasarana sesuai
dengan standart pelayanan minimal sarana dan
prasarana lingkungan.

Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi

Pasal 9
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang BWP
Pakis sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat
(1), ditetapkan kebijakan penataan ruang.
37

(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) meliputi:
a. Menata koridor akses utama yang
menghubungkan BWP Pakis dengan Kota
Malang, akses menuju rencana Kawasan
industri jabung dan akses menuju Koridor Jalan
Tol Pandaan-Malang sebagai koridor
perdagangan dan jasa yang teratur, rapi, indah
dan nyaman;
b. Menata zona Industri yang berwawasan
lingkungan;
c. Mengembangkan zona perumahan yang nyaman
dan dilengkapi pelayanan sarana dan prasarana
secara mandiri; dan
d. Mengembangkan sarana dan prasarana
transportasi yang mampu memenuhi kebutuhan
perkembangan wilayah.

Pasal 10
Strategi penataan ruang untuk mewujudkan
kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal9 ayat (2), meliputi :
(1) Strategi penataan ruang dalam menata koridor
akses utama yang menghubungkan BWP Pakis
dengan Kota Malang, Rencana zona industri
jabung dan akses menuju Koridor Jalan Tol
Pandaan-Malang sebagai koridor perdagangan dan
jasa yang teratur, rapi, indah dan nyaman,
meliputi:
a. Penempatan lahan parkir diluar ruang milik
jalan zona perdagangan;
b. Pengaturan penempatan rambu, papan reklame,
pedagang kaki lima, dan penerangan jalan yang
rapi dan teratur;
c. Menyediakan jalur hijau jalan dan jalur pejalan
kaki yang nyaman;
38

d. Menata sistem drainase perkotaan secara


terintegrasi dan terpisah dengan sistem irigasi;
e. Pengendalian PKL dan parkir di sekitar pasar
pakis yang berpotensi mengganggu ketertiban
dan kelancaran lalu lintas;
f. Penataan di sekitar Taman Wisata Wendit yang
selaras dengan tempat wisata yang menarik;
g. Pengendalian ketat terhadap jenis kegiatan dan
ketinggian bangunan pada kawasan
keselamatan operasional penerbangan; dan
h. Penyediaan kebutuhan zona campuran untuk
menampungkebutuhan investasi di sekitar pintu
Tol dan Koridor menuju Bandara Abdul
Rcahman Saleh.
(2) Strategi penataan ruang dalam menata zona
Industri yang berwawasan lingkungan, meliputi :
a. Memberikan persyaratan RTH pada zona
industri yang berada di sepanjang koridor jalur
pergerakan utama BWP Pakis, berupa jalur
hijau jalan di depan pagar bangunan industri
atau pergudangan;
b. Penataan kegiatan industri kecil dan menengah
yang di lengkapi dengan sarana dan prasara
pengelolaan lingkungan yang baik;
c. Menetapkan kegiatan industri di BWP Pakis
adalah kegiatan industri non polutan;
d. Penyedian RTH di zona industri minimal 10 %
dari luas zona;dan
e. Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan
jalan menuju zona industri dan pergudangan.
(3) Strategi penataan ruang dalam mengembangkan
zona perumahan yang nyaman dan dilengkapi
pelayanan sarana dan prasarana secara mandiri.
meliputi :
a. Pembangunan perumahan yang dilengkapi
dengan ketersediaan sarana dan prasarana
39

sesuai dengan ketentuan standart pelayanan


minimal sarana dan prasarana lingkungan
perumahan;
b. Pembangunan sistem persampahan 3R dan atau
Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu di zona
perumahan;
c. Pembangunan jalan lokal sekunder sebagai
akses dari zona perumahan menuju jalan
kolektor yang memperhitungkan kapasitas
sesuai dengan bangkitan dari kawasan
perumahan;
d. Pembangunan sistem drainase di zona
perumahan yang memadai dan terintegrasi
dangan sistem drainase Perkotaan Pakis serta
tidak mengganggu jaringan irigasi;
e. Pengembangan taman kota dan jalur hijau di
zona perumahan minimal 5 % dari luas kawasan
perumahan yang dibangun;
f. Pengendalian pembangunan kawasan
perumahan dalam klaster kecil yang tidak dapat
menyediakan sarana dan prasarana lingkungan
secara mandiri;
g. Pembangunan sistem jaringan prasarana limbah
dengan sistem jaringan limbah komunal di
setiap kawasan perumahan atau terpadu antar
kawasan perumahan;
h. Pembangunan sistem jaringan air bersih yang
memadai;
i. Pembangunan jaringan jalan yang terhubung
antar kawasan perumahan untuk meningkatkan
aksesibilitas kawasan perkotaan Pakis;
j. Pengembangan kawasan perumahan mandiri
melalui penempatan pusat pelayanan
lingkungan di kawasan perumahan tersebut
atau melalui penempatan pusta pelayanan yang
40

terpadu antar dua kawasan perumahan atau


lebih;
k. Pengendalian pengembangan kawasan
perumahan pada zona perlindungan setempat
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
l. Pembangunan perumahan yang tidak
menggangu keberadaan sub zona pertanian
yang ditetapkan ada di BWP Pakis.
(4) Strategi penataan ruang dalam mengembangkan
sarana dan prasarana transportasi sesuai
perkembangan wilayah.
a. Peningkatan jaringan jalan alternatif menuju
wilayah kecamatan Lawang, Singosari, Tumpang
dan Kota Malang yang terintegrasi dengan
pengembangan sistem jaringan jalan Malang
Raya;
b. Penyediaan kapasitas jaringan jalan yang
memadai ke zona industri;
c. Peningkatan pelayanan angkutan umum yang
terintegrasi dengan pengembangan angkutan
umum Malang Raya;
d. Peningkatan pelayanan angkutan umum yang
menjangkau kawasan perumahan;
e. Peningkatan akses ke Bandara Abdul Rachman
Saleh;
f. Penyediaan ruang parkir kendaraan berat dan
angkutan barang serta area bongkar muat yang
terintegrasi dengan zona industri;
g. Menyediakan jalur lambat pada jalan kolektor;
h. Menyediakan jalur sepeda pada jalan lokal;
i. Memperbaiki rambu -rambu lalu lintas; dan
j. Menyediakan halte;dan
k. Menyediakan jalur pejalan kaki.
41

BAB V
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 11
(1) BWPPakis dibagi menjadi 3 (tiga) Sub BWP,
meliputi :
a. Sub BWP I terdiri dari 4 (empat) blok;
b. Sub BWP II terdiri dari 7 (tujuh) blok; dan
c. Sub BWP III terdiri dari 6 (enam) blok.
(2) Penataan ruang BWP Pakis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Sub BWP I yang merupakan bagian dari BWP
Pakis yaitusebagian Desa Pakisjajar dan
sebagian Desa Pakis Kembar dengan luas
wilayah 812,64 (delapan ratus dua belas koma
enam empat) hektar berfungsi sebagai
pertanian, Perumahan kepadatan rendah dan
sedang, perdagangan dan jasa, perkantoran,
perumahan, industri,transportasi, pendidikan,
RTH;
b. Sub BWP II yang merupakan bagian dari BWP
Pakis yaitusebagian Desa Saptorenggo, sebagian
Desa Bunut Wetan, sebagian Desa Asrikaton,
sebagian Desa Ampeldento, dan sebagian Desa
Sekarpuro dengan luas wilayah 1.775,27 (seribu
tujuh ratus tujuh puluh lima koma dua tujuh)
hektar berfungsi sebagai pertanian, perumahan,
perdagagan dan jasa, industri, pendidikan,
kesehatan, transportasi, dan RTH; dan
c. Sub BWP III yang merupakan bagian dari BWP
Pakis yaitumeliputi sebagian Desa Mangliawan,
sebagian Desa Ampeldento, sebagian Desa
Sekarpuro, sebagian Desa Asrikaton, sebagian
Desa Saptorenggo, sebagian Desa Tirtomoyo,
42

dan sebagian Desa Mangliawan dengan luas


wilayah 1.551,93(seribu lima ratus lima puluh
satu koma sembilan tiga)hektar berfungsi
sebagai pertanian,perumahan industri,
pertahanan dan keamanan, kesehatan,
pendidikan, dan RTH.
(3) Rencana pola ruang, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal4 ayat (4) huruf b, meliputi:
a. Zona Lindung, meliputi:
1) Zona Perlindungan Setempat (PS);
2) Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH);
3) Zona Cagar Budaya (CB);
4) Zona Rawan Bencana ; dan
5) Zona Lindung Lainnya (LL).
b. Zona Budidaya, meliputi:
1) Zona Perumahan (R);
2) Zona Perdagangan dan Jasa (K) ;
3) Zona Perkantoran (K);
4) Zona Industri (I);
5) Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU);
6) Zona Peruntukan Lainnya (PL);
7) Zona Peruntukan Khusus (KH); dan
8) Zona Peruntukan Campuran (C).
(4) Peta rencana pembagian sub BWP dan blok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
tercantum pada Lampiran V yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
(5) Peta rencana pola ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tercantum pada Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
43

Bagian Kedua
Zona Lindung
Paragraf 1
Zona Perlindungan Setempat

Pasal 12
(1) Zona perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal11, ayat (3) huruf a.Butir1)
meliputi:
a. Sub zona sempadan sungai (PS-2);dan
b. Sub zona perlindungan sekitar mata air (PS-3).
(2) Rencana subzona sempadan sungai (PS-2) tak
bertanggul di dalam perkotaan sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. Paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari
tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang
alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter;
b. Paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari
tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang
alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih
dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh)
meter;dan
c. Paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari
tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang
alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih
dari 20 (dua puluh) meter.
(3) Rencana subzona sempadan sungai bertanggul di
dalam perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a ditetapkan paling sedikit berjarak
3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang
alur sungai;
(4) Sub zona sempadan sungai BWP Pakis berada
disepanjang alur Kalisari di Sub BWP I Blok I-A
Desa Pakisjajar, Blok I-B Desa Pakisjajar, Blok I-B
Desa Pakiskembar, Blok I-C Desa Pakiskembar,
44

Blok I-D Desa Pakiskembar dan Kali Cokro Blok


Sub BWP II Blok II-F Desa Ampeldento dan Desa
Pakiskembar dan Blok II-G Desa Ampeldento dan
Desa Sekarpuro, Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan, Blok III-D Desa Mangliawandan Desa
Tirtomuyo seluas 44,25 (empat puluh empat koma
dua lima) hektar;
(5) Rencana pengelolaan sub zona sempadan sungai
meliputi:
a. Pengembangan sempadan sungai sebagai ruang
terbuka hijau;dan
b. Relokasi bangunan – bangunan yang melanggar
batas sempadan sungai.
(6) Sub zona perlindungan sekitar mata air (PS-3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan minimum dengan jari-jari 200 (dua
ratus) meter di sekitar mata air seluas 37,69 (tiga
puluh tujuh koma nol enam sembilan) hektar
meliputi :
a. Sumber mata air Terajang di Sub BWP I Blok I-C
Desa Pakiskembar dengan luas perlindungan
mata air maksimal 12,58 (dua belas koma lima
delapan) hektartermasuk didalamnya luas mata
air 0.8 (nol koma delapan) hektar;
b. Sumber mata air Wendit yang terdapat di Sub
BWP III Blok III-A Desa Mangliawandengan luas
perlindungan 12,57 hektar masuk didalamnya
luas lokasi air 4.8 (empat koma delapan )
hektar; dan
c. Sumber mata air Gentong yang terdapat di Sub
BWP III Blok III-C Desa Mangliawandengan luas
perlindungan 12,57 (dua belas koma lima tujuh)
hektartermasuk didalamnya luas mata air 1.5
(satu koma lima) hektar.
(7) Rencana pengelolaan sub zona sempadan mata air
meliputi:
45

a. Pengembangan sempadan mata air sebagai


ruang terbuka hijau;dan
b. Relokasi bangunan – bangunan yang melanggar
batas sempadan mata air.

Paragraf 2
Zona Ruang Terbuka Hijau

Pasal 13
(1) Zona RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal11
ayat (3) huruf a. butir 2) meliputi :
a. Sub zona RTH pekarangan;
b. Sub zona RTH tamandan hutan kota(RTH-1);
c. Sub zona RTH jalur hijau jalandan median jalan
(RTH-2); dan
d. Sub zona RTH fungsi tertentu (RTH-3).
(2) Rencana sub zona RTH pekarangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan RTH
yang dikelola secara pribadi, yang meliputi :
a. Sub zona RTH pekarangan rumah di setiap Sub
BWP Pakis dengan minimal luas 10% dari luas
persil;
b. Sub zona RTH pekarangan perkantoran di setiap
Sub BWP Pakis dengan luas minimal 10% dari
luas persil;
c. Sub zona RTH pekarangan perdagangan dan
jasa di setiap Sub BWP Pakis dengan luas
minimal 10% dari luas persil;dan
d. Sub zona RTH pekarangan sarana pelayanan
umum di setiap Sub BWP Pakis dengan luas
minimal 10% dari luas persil.
(3) Sub zona RTH taman dan hutan kota (RTH-1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
bseluas 106,30 (seratus enam koma tiga nol)
hektarmeliputi:
46

a. Sub zona RTH taman berupa taman RT/RW


yang tersebar di Sub BWP I Blok I-A Desa
Bunutwetan, Blok I-B Desa Pakisjajar, Blok I-
CDesa Pakisjajar, Sub BWP II Blok II-A Desa
Bunutwetan dan Blok II-B Desa Saptorenggo,
dan Sub BWP III Blok III-A Desa Mangliawan
dan Blok III-B Desa Saptorenggo seluas 42
(empat puluh dua) hektar;
b. Sub zona RTH taman dan hutan kota berupa
taman desa/kelurahan tersebar di Sub BWP I
Blok I-A Desa Bunutwetan, Blok I-B Desa
Pakisjajar, Blok I-C Desa Pakisjajar, Sub BWP II
Blok II-A Desa Bunutwetan dan Blok II-B Desa
Saptorenggo, dan Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawandan Blok III-B Desa Saptorenggo
seluas 34 (tiga puluh empat) hektar; dan
c. Sub zona RTH taman dan hutan kota berupa
taman kota/RTH Kecamatan di Sub BWP III
Blok III-A Desa Mangliawanseluas 31,15 (tiga
puluh satu koma lima belas) hektar.
d. Su zona RTH taman dan hutan kota berupa
hutan kota di Sub BWP II-B Desa Saptorenggo
seluas 1,15 (satu koma lima belas) hektar.
(4) Sub zona RTH jalur hijau jalan (RTH-2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berupa sepanjang jalur jalan di setiap koridor jalan
Tol, jalan dengan fungsi kolekor primer,kolektor
sekunder, lokal primer dan lokal sekunder seluas
2,20 (dua koma dua nol) hektar.
(5) Sub zona RTH fungsi tertentu (RTH-3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
dseluas 28,69 (dua puuh delapan koma enam
puluh sembilan) hektar meliputi :
a. Sub zona RTH fungsi tertentu sempadan rel
kereta api dengan jarak sempadan sebesar 11
(sebelas) meter dari tepi kiri dan kanan garis rel
47

Kereta Api seluas 12,48 (dua belas koma empat


puluh delapan) hektar;
b. Sub zona RTH fungsi tertentu sempadan rel
kereta api berada di sub II blok II-B desa
Saptorengo dan desa Asrikaton, sub BWP III
blok III-C desa Asrikaton, desa Mangliawan dan
desa Saptorenggo, blok III-D desa Mangliawan,
danBlok III-E desa Asrikaton;
c. Sub zona RTH fungsi tertentu berupa RTH
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
ditetapkan berada pada jarak bebas minimum
vertikal dari konduktor minimal 4,5 (empat
koma lima) meter dan jarak bebas minimum
horizontal dari sumbu vertikal menara minimal
3,8 (tiga koma delapan) meter pada setiap sisi
menara seluas 9,44 (sembilan koma empat
empat) hektar;
d. Sub zona RTH fungsi tertentu berupa RTH
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) meliputi
sub zona RTH fungsi tertentu sempadan SUTT
yang berada di Sub BWP I Blok I-B Desa
Pakisjajar dan Pakiskembar, Blok I-D Desa Desa
Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-G Desa
Ampeldento dan Desa Sekarpuro dan Sub BWP
III Blok III-B Desa Ampeldento, Desa Asrikaton,
Desa Mangliawan, dan Desa Saptorenggo, Blok
III-D Desa Mangliawan;dan
e. Sub zona RTH fungsi tertentu berupa
pemakaman disetiap Sub BWP seluas 3,99 (tiga
koma sembilan sembilan).
(6) Pencapaian luas RTH sampai dengan seluas 20 %
dari wilayah BWP Pakis sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) dilakukan melalui :
a. Pengembangan taman lingkungan RT, RW dan
kelurahan yang berkerja sama dengan warga
BWP Pakis ;
48

b. Pengembangan Taman dan Hutan Kota yang


dibangun bersama-sama dengan pengembang
perumahan, pengembang industri dan pihak
non pemerintah lainnya;
c. Perluasan makam swadaya yang bekerja sama
dengan masyarakat dan pengembang
perumahan di BWP Pakis ;
d. Pengembangan RTH pada sub zona
perlindungan setempat sempadan sungai dan
sempadan mata air sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku;
e. Pengembangan lebar dan panjang jalur hijau
f. Pembanguna RTH pada tanah aset daerah;dan
g. akuisisi RTH privat.
(7) Mekanisme rencana pencapaian luas RTH
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) akan diatur
lebih lanjut dalam perencanaan tersendiri dan / atau
dengan melalui peraturan kepala daerah.

Paragraf 3
Zona Cagar Budaya

Pasal 14
(1) Rencana zona cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a. butir
3)yaitu berupa arca di dalam Wisata alam
Pemandian Wendit di Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan.
(2) Rencana zona cagar budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. meningkatkan pelestarian situs dan artifak lain
yang merupakan peninggalan sejarah;
b. pembatasan bangunan di sekitarnya melalui ,
pembatasan ketinggian, dan menjadikan
bangunan cagar budaya tetap terlihat dari
berbagai sudut pandang;
49

c. menjadikan obyek arca di Wendi menjadi


destinasi wisata budaya Kabuaten Malang;dan
d. pembangunan di sekitar obyek menyeseuaikan
tema dan arsitektural dari keaslian dari situs
tersebut.

Paragraf 4
Zona Rawan Bencana

Pasal 15
(1) Zona rawan bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a butir 4) adalah
zona rawan bencana alam, meliputi :
a. Sub zona rawan bencana banjir (RB-1); dan
b. Sub zona rawan bencana kebakaran (RB-2).
(2) Sub zona rawan bencana banjir (RB-1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdapat di Jalan Raya Mangliawan, pertigaan
Jalan Tirtomoyo – Mangliawan, sekitar Perumahan
Sawojajar II, Desa Mangliawan, dan Sekarpuro,
Ruas Jalan lokal dari sekitar Balai Desa
Saptorenggo sampai perumahan Saptoraya, Jalan
Tegal Mapan Desa Pakisjajardan Jalan Raya
Pakiskembar.
(3) Sub zona rawan bencana kebakaran (RB-2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi permukiman kepadatan tinggi di
sepanjang Jalan Raya Mangliawan – Jalan Raya
Pakiskembar, zona Industri di Sub BWP I Blok I-A
Desa Pakisjajar, Blok I-C Desa Saptorengo, Blok I-
D Desa Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-C, Blok
II-D, Blok II-E Desa Asrikaton, Blok II-F Desa
Bunutwetan, dan Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan, Blok III-C Desa Saptorenggo, dan
Blok III-D Desa Tirtomoyo.
50

(4) Peta sub zona rawan bencana banjir sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a. tercantum pada
Lampiran VII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5) Peta sub zona rawan bencana kebakaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.
tercantum pada Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.

Paragraf 5
Zona Lindung Lainnya

Pasal 16
Zona lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (3) huruf a. butir 5) yaitu sempadan
irigasi meliputi saluran irigasi di Sub BWP I Blok I-A
Desa Pakisjajar, Blok I-C Desa Pakiskembar, Sub BWP
II Blok II-C Desa Saptorenggo, Blok II-B Desa
Saptorenggo, Blok II-E Desa Asrikaton dan Desa
Saptorenggo, Blok II-F Desa Wunutwetan dan Desa
Pakiskembar, Blok II-G Desa Ampeldento dan Desa
Sekarpuro, dan Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan dan Desa Sekarpuro, Blok III-B Desa
Ampeldento, Desa Asrikaton, Desa Mangliawan, Desa
Saptorenggo, dan Desa Sekarpuro seluas2,78 (dua
koma tujuh delapan) hektar.
51

Bagian Ketiga
Zona Budidaya

Paragraf 1
Zona Perumahan

Pasal 17
(1) Rencana zona perumahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal11 ayat (3) huruf b butir 1) meliputi :
a. Sub zona perumahan kepadatan tinggi (R-2);
b. Sub zona perumahan kepadatan sedang (R-
3);dan
c. Sub zona perumahan kepadatan rendah(R-4).
(2) Rencana sub zona rumah kepadatan tinggi(R-2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas 79,76 (tujuh puluh sembilan koma tujuh
enam) hektar, meliputi :
a. Sub zona perumahan kepadatan tinggi yang
sudah ada terdapat di setiap Sub BWP;
b. Rencana pengembangan sub zona perumahan
kepadatan tinggi melalui infiltrasi meliputi Sub
BWP I Blok I-C Desa Pakiskembar, Sub BWP II
Blok II-F Desa Pakiskembar dan Desa
Bunutwetan.
(3) Rencana sub zona rumah kepadatan sedang (R-
3)sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
bseluas 1.133,70 (seribu seratus tiga puluh tiga
koma tujuh nol) hektar, meliputi :
a. Sub zona rumah kepadatan sedang yang sudah
ada terdapat di tiap Sub BWP I Blok I-A, Blok
Desa Pakisjajar, Blok I-B Desa Pakisjajar dan
Desa Pakirkembar, Blok I-C Desa Pakiskembar,
Blok I-D Desa Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-
B Desa Asrikaton, Blok II-C Desa Asrikaton,
Blok II-D Desa Asrikaton dan Desa Bunutwetan,
Blok II-E Desa Asrikaton, Blok II-F Desa
52

Pakiskembar dan Desa Bunutwetan, Sub BWP


III Blok III-A Desa Mangliawan dan Desa
Sekarpuro, Blok III-B Desa Saptorenggo dan
Desa Sekarpuro, Blok III-C Desa Saptorenggo,
Blok III-D Desa Tirtomoyo, Blok III-E Desa
Saptorenggo dan Desa Asrikaton, Desa
Asrikaton dan Blok III-F Desa Tirtomoyo;
b. Rencana sub zona rumah kepadatan sedang di
Sub BWP Blok I-A Desa Pakisjajar, Desa
Bunutwetan, Blok I-B Desa Pakiskembar, Desa
Pakisjajar, Blok I-C Desa Pakiskembar, Blok I-D
Desa Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-A Desa
Bunutwetan dan Desa Saptorenggo, Blok II-B
Desa Saptorenggo dan Desa Asrikaton, Blok II-C
Desa Bunutwetan dan Desa Asrikaton, Blok II-D
Desa Asrikaton dan Desa Bunutwetan, Blok II-E
Desa Asrikaton, Desa Saptorenggo dan Desa
Ampeldento, Blok II-F Desa Pakiskembar, Desa
Ampeldento, Desa Asrikaton, dan Desa
Bunutwetan, Blok II-G Desa Ampeldento, Desa
Sekarpuro, Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan dan Desa Sekarpuro, Blok III-B
Desa Mangliawan, Desa Saptorenggo, Desa
Asrikaton dan Desa Sekarpuro, Blok III-C Desa
Saptorenggo, Desa Mangliawan, Desa Asrikaton,
Desa Tirtomoyo, Blok III-D Desa Mangliawan,
Desa Tirtomoyo, Blok III-E Desa Asrikaton, Desa
Saptorenggo, Desa Tirtomoyo, Blok III-F Desa
Tirtomoyo.
(4) Rencana sub zona rumah kepadatan rendah(R-4)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
seluas 894,24 (delapan ratus sembilan puluh
empat koma dua empat) hektarmeliputi :
a. Sub zona rumah kepadatan rendah (R4) yang
sudah ada terdapat di tiap sub BWP;
53

b. Rencana sub zona rumah kepadatan sedang (R-


4) di Sub BWP I Blok I-D Desa Pakiskembar,
Sub BWP II Blok II-B Desa Saptorenggo, Desa
Asrikaton, dan Desa Ampeldento, Blok II-E Desa
Ampeldento, Desa Asrikaton, dan Desa
Saptorenggo, Sub BWP III Blok III-B Desa
Ampeldento, Desa Asrikaton, Desa Saptorenggo,
Desa Sekarpuro, dan Desa Mangliawan, Blok III-
C Desa Saptorenggo, dan Desa Tirtomoyo, Blok
III-D Desa Tirtomoyo, Blok III-E Desa
Saptorenggo, Blok III-F Desa Saptorenggo dan
Desa Tirtomoyo.

Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa

Pasal 18
(1) Zona perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal11 ayat (3) huruf b. butir 2)
meliputi :
a. Sub Zona Perdagangan dan Jasa bentuk tunggal
(K-1); dan
b. Sub Zona Perdagangan dan Jasa bentuk deret
(K-3).
(2) Sub zona perdagangan dan jasa bentuk tunggal (K-
1) sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf
aseluas 2,16 (dua koma satu enam) hektar
meliputi:
a. Revitalisasi Pasar Pakis dikembangkan di Sub
BWP I Blok I-ADesaPakisjajar;
b. Pengembangan Pasar Sekarpuro dikembangkan
di Sub BWP III Blok III-B DesaSekarpuro Jalan
Raya Sekarpuro;
c. Pengembangan Pasar Semar Wendit
dikembangkan di Sub BWP III Blok III-D
54

DesaMangliawan Jalan Gang R. Said seluas 0,88


(nol koma delapan delapan) hektar;
d. Pengembangan Pasar Desa Asrikaton di Desa
Asrikaton; dan
e. Pengembangan Sub zona perdagangan dan jasa
bentuk tunggal dengan kegiatan mini market
disetiap Sub BWP dengan ketentuan meliputi :
1. Luas lantai kurang dari 0,04 (nol koma nol
empat) hektar;
2. Jarak minimal minimarket dan pasar
rakyatminimal 1.500 (seribu lima ratus)
meter; dan
3. Dilengkapi dengan ruangparkir yang
memadai.
(3) Sub zona perdagangan dan jasa bentuk deret (K-3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
bseluas 63,91 (enam puluh tiga koma sembilan
satu) hektar, meliputi :
a. Sub zona perdagangan dan jasa deret yang
dikembangkan pada Sub BWP I Blok I-A Desa
Pakisjajar,Blok I-B Desa Pakiskembar, Sub BWP
II Blok II-Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan, Blok III-B Asrikaton, Blok III-D
Desa Mangliawan, Blok III-E Desa Tirtomoyo dan
Desa Saptorenggo, Blok IIII-F Desa Tirtomoyo;
dan
b. Penataan ruang untuk pedagang kaki lima yang
diarahkan di lokasi bekas pasar hewan yang
akan menampung relokasi pedagang kaki lima
yang berada di ruang milik jalan Kolektor dan
jalan lokal primer atau jalan lokal sekunder.
c. Pengembangan pergudangan di Sub BWP I Blok
I-A Desa Pakisjajar, Blok I-B Desa Pakiskembar,
Blok I-C Desa Pakiskembar, Blok I-D Desa
Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-C Desa
Asrikaton, Blok II-D Desa Bunutwetan dan Desa
55

Asrikaton, Blok II-E Desa Asrikaton, Blok II-F


Desa Pakiskembar, Blok II-G Desa Sekarpuro,
Sub BWP III Blok III-A Desa Mangliawan, Blok
III-B Desa Asrikaton, Blok III-C Desa
Saptorenggo dan Desa Asrikaton, Blok III-D
Desa Tirtomoyo dan Desa Mangliawan, Blok III-F
Desa Tirtomoyo.

Paragraf 3
Zona Perkantoran

Pasal 19
(1) Rencana zona perkantoran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal11 ayat (3) huruf b. butir 3) meliputi:
a. Sub zona perkantoran pemerintah (KT-1) dan
b. Sub zona perkantoran non pemerintah (KT-2).
(2) Rencana sub zona perkantoran pemerintah (KT-
1)sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas 1,8 (satu koma delapan) hektar meliputi :
a. Sub zona perkantoran pemerintah yang sudah
ada terdapat di Sub BWP I Blok I-A Desa
Pakisjajar, Blok I-B Desa Pakiskembar, Blok I-C
Desa Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-D Desa
Asrikaton, Blok II-F Desa Bunutwetan, Sub BWP
III Blok III A Desa Mangliawan, Blok III-C Desa
Saptorenggo, Blok III-D Desa Mangliawan dan
Desa Tirtomoyo, Blok III-F Desa Tirtomoyo;
b. Sub zona perkantoran pemerintah berupa
kegiatan kantor Kecamatan Pakis di Sub BWP I
Blok I-A Desa Pakisjajar; dan
c. Sub zona perkantoran pemerintah yang sudah
ada dipertahankan keberadaannya.
(3) Rencana sub zona perkantoran non pemerintah
(KT-2)sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
seluas 0,71 (nol koma tujuh satu) hektar meliputi :
56

a. Mempertahankan sub zona perkantoran swasta


yang sudah ada; dan
b. Sub zona perkantoran swasta berada disetiap
Sub BWP.

Paragraf 4
Zona Industri

Pasal 20
(1) Zona industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (3) huruf b. butir 4)meliputi :
a. Sub zona industri kecil (I-3);dan
b. Sub zona aneka industri (I-4).
(2) Sub zona industri kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a. Yang sudah ada berupa
kerajinan antara lain kerajinan bordir Desa
Pakisjajar, kerajinan meubel kayu di Desa
Saptorenggo, industri kerupuk di Jalan Abdul
Manan di Desa Pakiskembar.
(3) Sub zona aneka industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b. yang sudah ada berada
diSub BWP I Blok I-A Desa Pakisjajar, Blok I-C
Desa Saptorengo, Blok I-D Desa Pakiskembar, Sub
BWP II Blok II-C, Blok II-D, Blok II-E Desa
Asrikaton, Blok II-F Desa Bunutwetan, dan Sub
BWP III Blok III-A Desa Mangliawan, Blok III-C
Desa Saptorenggo, dan Blok III-D Desa Tirtomoyo
seluas 119,73 (seratus sembilan belas koma tujuh
tiga) hektar.
(4) Penataan zona industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. Pengembangan kawasan RTH minimal 10 %dari
luas zona berupa RTH pekarangan dan jalur
hijau di sepanjang jalan lingkungan industri;
b. Pengembangan sarana dan prasarana
penunjang kegiatan berupa pergudangan; dan
57

c. Penyediaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air


Limbah).

Paragraf 5
Zona Sarana Pelayanan Umum

Pasal 21
(1) Rencana zona sarana pelayanan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal11 ayat (3)
huruf b. butir 5) meliputi:
a. Sub zona pendidikan (SPU-1);
b. Sub zona transportasi (SPU-2);
c. Sub zona kesehatan (SPU-3);
d. Sub zona olahraga(SPU-4);
e. Sub zona sosial budaya (SPU-5); dan
f. Sub zona sarana pelayanan umum peribadatan
(SPU-6).
(2) Rencana sub zona pendidikan (SPU-1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas 9,6 (sembilan koma enam) hektar meliputi:
a. Sub zona pendidikan berupa kegiatan taman
kanak-kanak dan sekolah dasar, meliputi :
1) Taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang
sudah ada di Sub BWP I Blok I-A Desa
Pakisjajar, Blok I-B Desa Pakisjajar, Blok I-C
Desa Pakiskembar, Blok I-D Desa
Pakiskembar Sub BWP II Blok II-A Desa
Bunutwetan,Blok II-B Desa Saptorenggo, Blok
II-C Desa Asrikaton,Blok II-D Desa Asrikaton,
Blok II-E Desa Asrikaton, Blok II-F Desa
Pakiskembar dan Bunutwetan, Blok II-G Desa
Ampeldento, Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan, Blok III-B Desa Ampeldento,Blok
III-C Desa Asrikaton, Blok III-D Desa
Mangliawan,Blok III-E Desa Tirtomoyo dan
Saptorenggo,Blok III-F Desa Tirtomoyo; dan
58

2) Pengembangan sub zona pendidikan berupa


kegiatan taman kanak-kanak dan sekolah
dasar dikembangkan di tiap Sub BWP di
lingkungan lokasi pengembangan zona
perumahan.
b. Sub zona pendidikan berupa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau sederajat meliputi :
1) Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
sederajat yang sudahada di Sub BWP I Blok I-
C Desa Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-F
Desa Bunutwetan, Sub BWP III Blok III-D
Desa Mangliawan, Blok III-E Desa Tirtomoyo,
Blok III-F Desa Tirtomoyo; dan
2) Pengembangan sub zona pendidikan berupa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
sederajat di setiap Sub BWP dengan
ketentuan sebagaimana yang ada di dalam
peraturan zonasi yang merupakan bagian dari
peraturan daerah ini yang tidak terpisahkan.
c. Sub zona pendidikan berupa Sekolah Menengah
Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan atau
sederajat meliputi :
1) Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah
Menengah Kejuruan atau sederajatyang
sudah ada di Sub BWP I Blok I-C Desa
Pakiskembar, Sub BWP III Blok III-D Desa
Mangliawan, Blok III-E Desa Tirtomoyo, Blok
III-F Desa Tirtomoyo; dan
2) Pengembangan sub zona pendidikan berupa
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah
Menengah Kejuruan atau sederajat di setiap
Sub BWP dengan ketentuan sebagaimana
yang ada di dalam peraturan zonasi yang
merupakan bagian dari peraturan daerah ini
yang tidak terpisahkan.
59

d. Pengembangan sub zona pendidikan berupa


universitas atau pendidikan tinggi di BWP Pakis
yaitu di lokasi yang memenuhi ketentuan umum
dan khusus sebagaimana yang ada di peraturan
zonasi yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(3) Rencana sub zonatransportasi (SPU-2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Pengembangan sub zona transportasi berupa
Bandara Abdul Rahman Saleh yang ada di Sub
BWP II Blok II-A Desa Saptorenggoseluas 353,85
(tiga ratus limapuluh tiga koma delapan lima)
hektar;
b. Pengembangan sub zona transportasi berupa
sub terminal angkutan umum di sekitar pasar
pakis yang berada di Sub BWP I; dan
c. Pengembangan sub zona transportasi berupa
stasiun kereta api di sekitar Bandara
Abdulrahman saleh yang berada di SUB BWP II
dan stasiun kereta api di sekitar pasar pakis di
Sub BWP I;
(4) Rencana sub zonakesehatan (SPU-3)sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf cseluas 0,44 (nol
koma empat empat) hektarmeliputi :
a. Sub zona kesehatan yang sudah ada di Sub
BWP I Blok I-A Desa Pakisjajar, Blok I-C Desa
Pakiskembar, Sub Sub BWP III Blok III-CDesa
Saptorenggo; dan
b. Pengembangan sarana pelayanan umum
kesehatandi BWP Pakis yaitu di lokasi yang
memenuhi ketentuan umum dan khusus
sebagaimana yang ada di peraturan zonasi yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini.
60

(5) Rencana sub zona olahraga (SPU-4) sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf dseluas 2,65 (dua
koma enam lima) hektar meliputi :
a. Sub zona sarana pelayanan umum olahraga
yang sudah ada di Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan, dan Blok III-D Desa Tirtomoyo; dan
b. Pengembangan sub zona sarana pelayanan
umum olah raga di BWP Pakis yaitu di lokasi
yang memenuhi ketentuan umum dan khusus
sebagaimana yang ada di peraturan zonasi yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini.
(6) Rencana sub zona sosial budaya (SPU-5)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
seluas 1,09 (satu koma nol sembilan) hektar yaitu
terdapat di setiap sub BWP yang memenuhi
ketentuan umum dan khusus sebagaimana yang
ada di peraturan zonasi yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(7) Rencana sub zona peribadatan (SPU-6)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
eseluas 2,68 (dua koma enam delapan) hektar
meliputi :
a. Sub zonaperibadatan berupa Masjid yang sudah
ada di Sub BWP I Blok I-A Desa Pakisjajar, Blok
I-B Desa Pakisjajar, Blok I-C Desa
Pakiskembar,Sub BWP II Blok II-C Desa
Asrikaton, Blok II-D Desa Asrikaton, Blok II-E
Desa Saptorenggo dan Desa Bunutwetan, Blok
II-F Desa Bunutwetan, Desa Pakiskembar, dan
Desa Ampeldento, Blok II-G Desa Sekarpuro,
Sub BWP III Blok III-A Desa Mangliawan dan
Desa Sekarpuro, Blok III-B Desa Mangliawandan
Desa Sekarpuro, Blok III-C Desa Tirtomoyodan
Desa Asrikaton, Blok III-D Desa Mangliawan,
61

Blok III-E Desa Saptorenggo,Blok III-F Desa


Tirtomoyo;
b. Sub zonaperibadatan berupa kegiatan Gereja
yang sudah ada di Sub BWP III Blok III-B Desa
Mangliawan; dan
c. Pengembangan sub zona sarana pelayanan
umum peribadatan di BWP Pakis yaitu di lokasi
yang memenuhi ketentuan umum dan khusus
sebagaimana yang ada di peraturan zonasi yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini.

Paragraf 6
Zona Peruntukan Lainnya

Pasal 22
(1) Rencana zona peruntukan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal11 ayat (3) huruf b. butir 6)
meliputi :
a. Sub zonapertanian (PL-1); dan
b. Sub zonapariwisata (PL-3).
(2) Sub zona pertanian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf aseluas 763,72 (tujuh ratus enam
puluh tiga koma tujuhdua) hektar meliputi Sub
zonapertaniandi Sub BWP I Blok I-ADesa
Pakiskembar, Desa PakisjajarDesa Bunutwetan,
Blok I-B Desa Pakisjajar dan Pakiskembar, Blok I-
C Desa Pakiskembar, Blok I-D Desa Pakiskembar,
Sub BWP II Blok II-A Desa Pakisjajar dan Desa
Bunutwetan, Blok II-C Desa Bunutwetan dan Desa
Asrikaton, Blok II-D Desa Asrikaton, Blok II-E
Desa Saptorenggo dan Desa Asrikaton, Blok II-F
Desa Pakiskembar, Desa Ampeldento dan Desa
Bunutwetan, Blok II-G Desa Sekarpuro dan Desa
Ampeldento, Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan dan Desa Sekarpuro, Blok III-B Desa
62

Sekarpuro,Blok III-D Desa Tirtomoyo dan Desa


Mangliawan,Blok III-E Desa Tirtomoyo dan Desa
Saptorenggo, Blok III-F Desa Tirtomoyo.
(3) Sub zonapertanian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) direncanakan sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
(4) Rencana sub zona pariwisata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf bseluas 7,04 (tujuh
koma nol empat) hektar meliputi :
a. Sub zona pariwisata berupa Wisata alam
Pemandian Wendit di Sub BWP III Blok III-A
Desa Mangliawan;
b. Pengembangan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan pariwisata di BWP Pakis di
lokasi yang memenuhi ketentuan umum dan
khusus sebagaimana yang ada di peraturan
zonasi yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini;dan
c. Pengembangan sub zona wisata buatan di BWP
Pakis yaitu di lokasi yang memenuhi ketentuan
umum dan khusus sebagaimana yang ada di
peraturan zonasi yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Paragraf 7
Zona Peruntukan Khusus

Pasal 23
(1) Rencana zona peruntukan khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal11 ayat (3) huruf b. butir 7) meliputi :
a. Sub zonapertahanan dan keamanan di Sub BWP II Blok
II–A seluas 227,33 (dua ratus dua puluh tujuh koma
tiga tiga) hektar;
b. Sub zona zona Bangunan Kelistrikan Gardu Induk di
Sub BWP II Blok II-G Desa Ampeldento seluas 14,91
(empat belas koma sembilan puluh satu) hektar;dan
63

c. Sub zona zona Kawasan Keselamatan Operasional


Penerbangan terdapat di Sub BWP I Blok I-A, Blok I-C
Desa Pakisjajar, Blok I-B, Blok I-D Desa Pakiskembar,
Sub BWP II Blok II-A Desa Bunutwetan, Blok II-B Desa
Saptorenggo, Blok II-C, Blok II-D, Blok II-E Desa
Asrikaton, Sub BWP III Blok III-C, Blok III-E, Blok III-F
Desa Tirtomoyo.
(2) Peta rencana sub zona kawasan Keselamatan Operasional
Penerbangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c.
tercantum pada Lampiran IX yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 8
Zona Peruntukan Campuran

Pasal 24
Rencana zona peruntukan campuran (C-1) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal11 ayat (3) huruf b. butir 8) berupa
sub zona campuran perdaganganjasa dan perkantoran non
pemerintahyang di kembangkan di Jalan Ampeldento di Sub
BWP II Blok II-C Desa Asrikaton, Blok II-D Desa Asrikaton,
Blok II-F Desa Ampeldento,Blok II-G Desa
AmpeldentodanJalan Abdul Rahman Saleh di Sub BWP
IIIBlok III-C Desa Saptorenggo, Blok III-E Desa
Asrikatonseluas 40,18 (empat puluh koma satu delapan)
hektar.

BAB VI
RENCANA JARINGAN PRASARANA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 25
Rencana jaringan prasarana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal7 ayat (4) huruf cmeliputi :
64

a. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan;


b. Rencana Pengembangan Jaringan
Energi/Kelistrikan;
c. Rencana Pengembangan Jaringan
Telekomunikasi;
d. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum;
e. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase;
f. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah;
dan
g. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana
Lainnya.

Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan

Pasal 26
(1) Rencana pengembangan jaringan pergerakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal25 huruf a
meliputi:
a. Jaringan trasportasi darat; dan
b. Jaringan transportasi udara.
(2) Jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Pengembangan sistim jaringan jalan;
b. Pengembangan jaringan perkeretaapian;
c. Pengembangan sistem pelayanan angkutan
umum;
d. Rencana prasarana transportasi;
e. Rencana sistem jaringan pedestrian;dan
f. Rencana sistem jaringan peparkiran.
(3) Jaringan pergerakan udara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
Pengembangan sarana dan prasarana bandara
untuk kepentingan militer dan komersial di
Bandara Abdul Rahman Saleh.
65

Pasal 27
(1) Pengembangan sistim jaringan jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. Pengembangan jalan tol;
b. Pengembangan jalan kolektor primer;
c. Pengembangan jalan kolektor sekunder;
d. Pengembangan jalan lokal primer;
e. Pengembangan jalan lokal sekunder; dan
f. Pengembangan jalan lingkungan primer dan
sekunder.
(2) Pengembangan jalan tol sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
pengembangan ruas jalan tol yang menjadi bagian
dari pengembangan Jalan tolMalang – Pandaan
oleh pemerintah pusat yang melewati Desa
Ampeldento, Desa Asrikaton dan Desa Tirtomoyo.
(3) Pengembangan jalan kolektor primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. Pelebaran jalan kolektorprimer yang sudah ada
dengan lebar ruang milik jalan minimal 25
meter yang meliputiJalan Raya Mangliawan,
Jalan Raya Saptorenggo, Jalan Raya Asrikaton,
Jalan Rata Bunutwetan, Jalan Raya Pakisjajar,
Jalan Raya Pakiskembar, Jalan Raya
Ampeldento dan jalan Raya Sumberpasir; dan
b. Peningkatan fungsi jalan lokal primer menjadi
jalan kolektor primer dengan lebar ruang milik
jalan minimal 25 meter meliputi Jalan Ledak
Dowo – Jalan Raya Jabung – Jalan Lanud
Abdul Rahman Saleh hingga menyambung
Jalan Batu Retno.
(4) Pengembangan jalan kolektor sekunder
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cyaitu
peningkatan fungsi jalan lokal primer menjadi
Jalan Kolektor Sekunder yang meliputi Jalan
66

Komodor Udara Abdul Rahman Saleh, Jalan


Ampeldento dan Jalan Sekarpuro dengan lebar
ruang milik jalan minimal 25 meter.
(5) Jaringan jalan yang ditingkatkan fungsi jalannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan
ayat (4) tetap dengan status jalan kabupaten
sampai dengan adanya penetapan status sebagai
jalan propinsi.
(6) Pengembangan jalan lokal primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi Jalan
Gang Njabon menuju Desa Pucangsongo dan Jalan
Terusan Tirtomoyo dengan lebar ruang milik jalan
minimal 15 meter.
(7) Pengembangan jalan lokal sekunder sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
a. Pengembangan jalan lokal sekunder yang telah
ada meliputiJalan Tirtomoyo, Jalan Raya
Sumber Kradenan, Jalan Sunan Ampel, Jalan
Gang Sugriwo, Jalan Gang R. Said III, Jalan H.
Nur Rois, Jalan Industri, Jalan K.H. Ghozali,
Jalan Meduran IV, Jalan Wijoyokusumo, Jalan
Raya Kapiwiro, Jalan Patuk Lengki, Jalan
Mburjo III, Jalan Boro Bugis, Jalan Terusan
Boro, Jalan Gang Masjid, Jalan Tegal Mapan,
Jalan Raya Mbamban, Jalan Tomat dan Jalan
Gang R. Said dengan lebar ruang milik
jalanminimal 15 meter; dan
b. Pembangunan jalan baru sebagai jalan lokal
sekunder meliputiJalan barudari Dusun
GenitriDesa Tirtomoyo – Dusun Bulurejo Desa
Saptorenggo– Dusun Borobamban – Jalan
MeduranDesa Asrikaton– Jalan Kantor
PDAMDesa Bunut Wetan.
(8) Pengembangan jaringan jalan lingkungan primer
dan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f meliputi peningkatan jalan lingkungan
67

primer yang sudah ada dan pembangunan jalan


lingkungan primer baru di zona permukiman.

Pasal 28
(1) Rencana pengembangan jaringan
perkeretaapiansebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (2) huruf b meliputi :
a. Reaktivasi jaringan rel kereta api Blimbing –
Pakis Tumpang yang melewati BWP Pakis;
b. Pengembangan jaringan rel kereta api Blimbing
– Pakis – Bandara Abdul Rahman Saleh;dan
c. Reaktivasi stasiun kereta api pakis,
(2) Konservasi rel kereta api di sepanjang Jalan
Kolektor Primer.

Pasal 29
Pengembangan sistem pelayanan angkutan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26ayat (2)
huruf c :
a. Pengembangan rute angkutan umum berupa
pengembangan Bus Metro Malang Raya
sebagaimana di rencanakan oleh pemerintah
Provinsi Jawa Timur
b. Rute angkutan umum tujuan Terminal Arjosari
melalui Jalur Kemiri – Jabung – Pakis –
Sekarpuro, Jalur Pakis – Cemorokandang –
Tlogowaru (PCT), Jalur Abdul Rahman Saleh –
Arjosari;
c. Rute angkutan umum tujuan Singosari
meliputiJalurTumpang - Arjosari (TA), Jalur
Sawojajar – Pakis – Singosari; dan
d. Rencana angkutan umum kereta api Stasiun
Blimbing - Bandara Abdul Rahman Saleh.
68

Pasal 30
Prasarana transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (2) huruf dmeliputi :
a. Pengembangan prasarana Bandara Abdul
Rahman Saleh;
b. Pengembangan Sub Terminal di Sekitar Pasar
Pakis;
c. Revitalisasi stasiun kereta api pakis;
d. Pembangunan stasiun kereta api bandara;
e. Pengembangan halte yang melayani zona
perdagangan,zona industri, zona pendidikan
dan zona perumahan secara proporsional.

Pasal 31
Rencana sistim jaringanpedestrian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf e meliputi:
a. Pengembangan sistim jaringan pedestrian di
seluruh ruas jalan kolektor primer dankolektor
sekunder;
b. Pengembangan sistim jaringan pedestrian di
seluruh ruas jalan lokal primer dan sekunder;
c. Pengembangan sistim jaringan pedestrian di
Jalan lingkungan dalam zona perumahan di
semua BWP;
d. Pengembangan sistim jaringan pedestrian di
ruas jalan yang melintasi sub zona
pendidikan;dan
e. Pengembangan sistim jaringan pedestrian di
ruas jalan yang melintasi zona perkantoran.

Pasal 32
Rencana sistim jaringan perparkiran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf f meliputi:
a. Penyediaan kantong-kantong parkir sesuai
kebutuhan pada lokasi-lokasi strategis;
69

b. Pembatasan parkir meliputi waktu, tempat,


dan tarif.

Pasal 33
Peta rencana pengembangan jaringan pergerakan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 26tercantumpada
Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan

Pasal 34
(1) Rencana pengembangan jaringan
energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal25huruf b meliputi :
a. Peningkatan kapasitas jaringan distribusi
primer diGardu Induk yang sudah ada di Blok
II-Gdi Desa Ampeldento;
b. Perlindungan jaringan Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) meliputi Sub BWP I Blok I-B
Desa Pakiskembar, Blok I-D Desa
Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-G Desa
Ampeldento dan Sub BWP III Blok III-ADesa
Sekarpuro dan Blok III-D Desa Mangliawan;
c. Pengembangan jaringan saluran udara
tegangan menengah yaitu saluran udara
tegangan 220/380 V di sepanjang jalan di
kawasan terbangun baru secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan di lapangan; dan
d. Pengembangan jaringan saluran udara
tegangan rendah di seluruh ruas jalan
lingkungan di BWP Pakis.
(2) Peta rencana pengembangan jaringan
energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum pada Lampiran XI yang
70

merupakan bagian tidak terpisahkan dari


Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi

Pasal 35
(1) Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal25 huruf c
meliputi :
a. Rencana pengembangan jaringan
telekomunikasi berupa pengembangan jaringan
berbentuk kabel di semua Sub BWP;
b. Pengembangan wifi (hot spot) pada zona
perdagangan dan jasa, zona perkantoran dan
zona pelayanan umum; dan
c. Pengembangan jaringan telekomunikasi berupa
Base Transcivier Station (BTS) sebagai BTS
bersama sesuai dengan ketentuan peraturan
kepala daerah Kabupaten Malang.
d. Pengembangan jaringan telekomunikasi berupa
serat optikdisemua sub BWP.
(2) Peta rencana pengembangan jaringan
telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum pada Lampiran XII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.

Bagian Kelima
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum

Pasal 36
(1) Rencana pengembangan jaringan air minum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal25huruf d
meliputi :
a. Pengembangan bangunan pengambil air baku;
71

b. Pengembangan jaringan perpipaan; dan


c. Pengembangan bak penampungan.
(2) Pengembangan bangunan pengambilan air baku
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi bangunan pengambilan air baku di
Sumber mata air yang dikelola oleh himpunan
pengguna air minum meliputi sumber baru
Gentong,mata air Trajeng dan Sumber air Wendit
yang di kelola oleh PDAM Kabupaten Malang.
(3) Pengembangan jaringan perpipaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
pengembangan jaringan perpipaan baru dan
perbaikan jaringan perpipaan sekunder dan tersier
yang menjangkau seluruh BWP Pakis.
(4) Pengembangan bak penampung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi bak
penampung untuk kran umum dan atau sesuai
dengan kebutuhan di lapangan.
(5) Peta rencana pengembangan jaringan air minum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase

Pasal 37
(1) Rencana pengembangan jaringan drainase
sebagaimana dimaksud dalam Pasal25huruf e
meliputi :
a. Perbaikan jaringan drainase primer;
b. Pengembangan jaringan drainase sekunder;
c. Pengembangan jaringan drainase tersier; dan
d. Pengembangan drainase di dalam tapak.
(2) Perbaikan jaringan drainase primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
72

normalisasi Sungai Kalisari, Sungai Amprong,


Sungai Jilu, dan Sungai Kali Cokro.
(3) Pengembangan dan perbaikan jaringan drainase
sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi pengembangan saluran drainase
sekunder diJalan Raya Tirtomoyo, Jalan Raya
Mangliwan, Jalan Raya Saptorenggo, Jalan Raya
Asrikaton, Jalan Raya Bunutwetan, Jalan Raya
Pakisjajar, Jalan Raya Pakiskembar, Jalan Raya
Sumberpasir, Jalan Abdul Rahman Saleh, Jalan
Ledakdowo, Jalan Raya Ampeldento, Jalan Raya
Sekarpuro, Jalan Wendit Timur, Jalan Wendit
Barat, Jalan Raya Bamban, Jalan Terusan
Tirtomoyo dan rencana jalan lokal baru.
(4) Pengembangan jaringan drainase tersier
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berupa pengembangan dan perbaikan saluran
drainase tersier di setiap lingkungan perumahan di
BWP Pakis.
(5) Pengembangan drainase di dalam tapak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi Pengembangan peresapan air dalam
tanah meliputi :
1) Sumur resapan air hujan;
2) Biopori; dan
3) Bozem atau kolam retensi di kawasan
perumahan yang dibangun oleh pengembang
perumahan.
(6) Peta rencana pengembangan jaringan drainase
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum
padaLampiran XIV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
73

Bagian Ketujuh
Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah

Pasal 38
(1) Rencana pengembangan jaringan air limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal25 huruf f
meliputi :
a. Pembuatan dan peingkatan kapasitas instalasi
pengolah air limbah mandi dan cuci komunal
di setiap lingkungan perumahan pada masing –
masing SBWP;
b. Pembuatan MCK umum pada masing – masing
SBWP; dan
c. Pengembanga instalasi pengelolaan air limbah
industri di Sub BWP I Blok I-A Desa Pakisjajar,
Blok I-C Desa Saptorengo, Blok I-D Desa
Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-C, Blok II-D,
Blok II-E Desa Asrikaton, Blok II-F Desa
Bunutwetan, dan Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan, Blok III-C Desa Saptorenggo, dan
Blok III-D Desa Tirtomoyo
(2) Peta rencana pengembangan jaringan air limbah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran XV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedelapan
Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 39
Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal25 huruf h
meliputi :
a. Rencana pengembangan jaringan prasarana
persampahan;
b. Rencana pengembangan jarigan irigas; dan
74

c. Rencana jalur evakuasi bencana.

Pasal 40
(1) Rencana pengembangan jaringan prasarana
lainnya berupa sistem persampahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39huruf a meliputi :
a. Pengembangan sistem persampahan berupa
pengadaan Tempat Pengelolaan Sampah
Terpadu (TPST) pada tiap Sub BWP;
b. Peningkatan kemampuan angkut sampah dari
TPS dan atauTPST;
c. Pengembangan teknologi pengolahan sampah
secara 3R (Reduce, Reuse, Recycle,);
d. Pengembangan kapasitas bank sampah di
setiap lingkungan perumahan; dan
e. Peningkatan management pengangkutan
sampah.
(2) Peta rencanapengembangan sistem persampahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran XVI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 41
(1) Rencana pengembangan jaringan prasarana
lainnya berupa jaringan irgasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 huruf b meliputi :
a. Pengembangan jaringan irigasi di Sub
zonapertaniandi Sub BWP I Blok I-A Desa
Pakiskembar, Desa PakisjajarDesa
Bunutwetan, Blok I-B Desa Pakisjajar dan
Pakiskembar, Blok I-C Desa Pakiskembar, Blok
I-D Desa Pakiskembar, Sub BWP II Blok II-A
Desa Pakisjajar dan Desa Bunutwetan, Blok II-
C Desa Bunutwetan dan Desa Asrikaton, Blok
II-D Desa Asrikaton, Blok II-E Desa
Saptorenggo dan Desa Asrikaton, Blok II-F
75

Desa Pakiskembar, Desa Ampeldento dan Desa


Bunutwetan, Blok II-G Desa Sekarpuro dan
Desa Ampeldento, Sub BWP III Blok III-A Desa
Mangliawan dan Desa Sekarpuro, Blok III-B
Desa Sekarpuro, Blok III-D Desa Tirtomoyo dan
Desa Mangliawan, Blok III-E Desa Tirtomoyo
dan Desa Saptorenggo, Blok III-F De1sa
Tirtomoyo;dan
b. Peningkatan sistem jaringan irigasi pada
masing – masing SBWP.
(2) Peta rencana pengembangan jaringan irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran XVII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 42
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
lainnya berupa jalur evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal39 huruf c
meliputi :
a. Penataan jalur evakuasi rawan bencana alam
berupa banjir; dan
b. Penataan jalur evakuasi rawan bencana non
alam kebakaran.
(2) Penataan jalur evakuasi bencana alam berupa
banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi :
a. Penyediaan tempat evakuasi korban bencana
alam berupa banjir yang terdapatdi Kantor
desa/kelurahan, Kantor Kecamatan, sarana
pelayanan umum olahraga dan peribadatan;
dan
b. Penyediaan jalur evakuasi bencana yang
memadai dandapat dilalui oleh kendaraan
bantuan dan ambulans sebagai jalur evakuasi
bencana melewati jalan jalan Mangliawan,
76

Jalan Raya Saptorenggo, Jalan Asrikaton,


Jalan Bunutwetan, Jalan Pakiskembar dan
Jalan Pakisjajar. Jaringan jalan yang
menghubungkan BWP Pakis ke Kecamatan
Singosari yaitu Jalan Desa Tirtomoyo, Jaringan
jalan yang menghubungkan BWP Pakis ke
Kecamatan Jabung yaitu Jalan Ledok Dowo.
(3) Penataan jalur evakuasi bencana non alam
berupakebakaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf bmeliputi:
a. penyediaan hidran umum pada kawasan rawan
bencana kebakaran yang melewati jalan jalan
Mangliawan, Jalan Raya Saptorenggo, Jalan
Asrikaton, Jalan Bunutwetan, Jalan
Pakiskembar dan Jalan Pakisjajar. Jaringan
jalan yang menghubungkan BWP Pakis ke
Kecamatan Singosari yaitu Jalan Desa
Tirtomoyo, Jaringan jalan yang
menghubungkan BWP Pakis ke Kecamatan
Jabung yaitu Jalan Ledok Dowo;dan
b. Penyediaan tempat evakuasi korban bencana
alam berupa kebakaran yang terdapatdi Kantor
desa/kelurahan, Kantor Kecamatan, sarana
pelayanan umum olahraga dan peribadatan.
(9) Peta rencana pengembangan jaringan prasarana
lainnya berupa jalur evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantumpada lampiran XVIII dan XIX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
77

BAB VII
PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA

Pasal 43
(1) Sub BWP yang diprioritaskan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d meliputi:
a. Sub BWP II ;dan
b. Koridor jalan kolektor primer Kota Malang –
Pakis yang meliputi:Jalan Raya Tirtomoyo,
Jalan Raya Mangliwan, Jalan Raya
Saptorenggo, Jalan Raya Asrikaton, Jalan Raya
Bunutwetan, Jalan Raya Pakisjajar, Jalan Raya
Pakiskembar, Jalan Raya Sumberpasir, Jalan
Abdul Rahman Saleh dan Jalan kolektor
sekunder yang meliputi: Jalan Raya
Ampeldento, Jalan Sekarpuro dan jalan Ledak
Dowo
(2) Penataan Sub BWP II sebagai lokasi yang
diprioritaskan penangannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a mempunyai tema
yaitu pengembangan kawasan kota mandiri sekitar
badara udara dan pintu TOL Pakis.
(3) Penanganan Sub BWP II sebagai lokasi yang
diprioritaskan penangannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)meliputi :
a. Peningkatan kualitas akses menuju bandara
dan pintu TOL pakis.
b. Pengembangan pusat pelayanan kegiatan yang
mendukung konsep kota mandiri.
c. Pengembangan pusat kegiatan bisnis pakis.
d. Pengendalian tata bangunan dan
lingkunganyang berada di Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan sesuai
ketentuan peratuan perundangan yang
berlaku;
78

e. Pengendalian aktivitas industri yang dapat


menimbulkan polusi udara dan mengganggu
jalur pendaratan dan penerbangan pesawat di
Bandara Udara Abdulrahman Saleh.
f. Pengembangan kawasan perumahan dalam
pola perumahan yang dilengkapi dengan zona
perdagangan, sarana dan prasarana secara
terpadu.
a. Pembangunan perumahan yang dilengkapi
dengan jaringan jalan utama dengan kapasitas
yang memadahi dan terhubung dengan
jaringan jalan atau jaringan pergerakan utama
BWP.
b. Pengendalian tata bangunan dan lingkungan di
Sekitar Pintu Tol.
c. Penyediaan dan peningkatan pelayanan
infrastruktur perkotaan yang menarik investasi.
d. Penyediaan panduan perencanaan yang
mendukung pengembangan Kota Madiri Pakis.
(4) Pengendalian pembangunan gudang dan industri
yang berpotensi menimbulkan dalam negatif
lalulintas dan lingkungan.enataan Koridor jalan
kolektor primer Kota Malang – Pakis yang
diprioritaskan penangannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b mempunyai tema
yaitu penataan koridor jalan kolektor Kota Malang
– Pakis sebagai pintu gerbang kabupaten Malang
Bagian Timur.
(5) Penanganan Koridor jalan kolektor primer Kota
Malang – Pakis sesuai dengan tema sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi :
a. Pengendalian tata bangunan danlingkungan
koridor yang tertata;
b. Pengendalian garis sempadan bangunan
perdagangan dan penyediaan ruang parkir yang
memadahi
79

c. Penataan ruang terbuka hijau berbetuk jalur


hijau untuk meningkatan keindahan dan
kenyaman lingkungan;
d. Penanganan titik kemacetan pada koridor;
e. Penataan pedagangan kaki lima;
f. yang menggunakan ruang milik jalan;
g. Konservasi rel mati yaang akan mendukung
revitalisasi jalur kereta api kota malang tumpang
dan bandara Abdulrahman Saleh;
h. Penataan kembali zona Wisata Wendit sebagai
salah satu enitas wisata di jalur wisata Kota
Malang – Gunung Bromo;dan
i. Pengembangan prasarana pejalan kaki.
(6) Ketentuan teknis penataan ruang pada sub BWP
yang diprioritaskan penangannya akan diatur lebih
lanjut melalui penyusunan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan atau pengembangan perencanaan
lainnya yang lebih teknis.
(7) Peta sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran XX yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VIII
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 44
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal7 ayat (4) huruf emeliputi :
a. perwujudan tata ruang; dan
b. indikasi program pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
80

a. Program;
b. Lokasi;
c. Besaran;
d. Sumber pendanaan;
e. Instansi pelaksana; dan
f. Waktu dan tahapan pelaksanaan.
(3) Perwujudan tata ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. program perwujudan rencana pola ruang;
b. program perwujudan rencana jaringan sarana
dan prasarana; dan
c. Program perwujudan BWP yang diprioritaskan
penanganannya.
(4) Besaran program pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa jumlah
satuan masing-masing volume kegiatan.
(5) Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d berasal dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
b. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undanganyang berlaku.
(6) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf e terdiri atas:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Provinsi; dan
c. Pemerintah Daerah.
(7) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf f terdiri atas 4 (empat) tahapan,
sebagai dasar bagi instansi pelaksana dalam
menetapkan prioritas pembangunan pada wilayah
perencanaan RDTR kawasan perkotaan, yang
meliputi :
a. tahap pertama pada tahun 2016 – 2021;
b. tahap kedua pada tahun 2022– 2026;
c. tahap ketiga pada tahun 2027– 2031;dan
d. tahap keempat pada tahun 2032– 2036.
81

(8) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran
XXI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Program Perwujudan Rencana Pola Ruang

Pasal 45
(1) Program perwujudan rencana pola ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3)
huruf a meliputi :
a. Program perwujudan rencana zona
lindung;dan
b. Program perwujudan rencana zona budidaya.
(2) Program perwujudan rencana zona lindung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. Penetapan sub zona perlindungan setempat di
BWP Pakis, melalui:
1) Penanaman vegetasi di area sempadan
sungaiyang mempunyai fungsi konservasi;
2) Pebuatan pelngsengan pada lokasi yang
perlukan pada sungai-sungai besar
maupun kecil di BWP Pakis;
3) Pengembangan sempadan sungai,
sempadan SUTT, sempadan mata air dan
sempadan rel kereta api sebagai ruang
terbuka hijau;
4) Pengawasan, pemantauan dan
pengendalian kawasan budidaya di
sekitar aliran sungai; dan
5) Rehabilitasi sempadan sungai.
b. Program pengembangandan pengelolaan zona
RTH di BWP Pakis melalui:
1) Pengembangan RTH taman dan hutan kota;
82

2) Pengembangan RTH Jalur hijau;


3) Pengembangan sub zona RTH fungsi
tertentu berupa sempadan rel kereta api,
sempada irigasi, sempada SUTT dan makam;
4) Pengawasan, perawatan dan pemeliharaan
RTH agar dapat berfungsi sebagaimana
mestinya;
5) Penyusunan program pencapaian RTH
publik; dan
6) Penataan RTH.
c. Program pengembangan dan pengelolaan zona
cagar budayadi BWP Pakis melalui:
1) pengelolaan dan pengembangan pelestarian
peninggalan sejarah purbakala.
2) Heregristrasi ulang situs cagar budaya.
d. Program pengembangan dan pengelolaan zona
rawan bencanadi BWP Pakis melalui:
1) Identifikasi terhadap kawasan rawan
bencana;
2) Penetapan sub zona rawan bencana alam
berupa banjir;
3) Penetapan sub zona rawan bencana non
alam berupa kebakaran ;
4) Pencegahan daerah rawan banjir dan
kebakaran;dan
5) Penyiapan jalur evakuasi bencana dan
pembanguanan ruang evakuasi bencana.
e. Program pengembangan dan pengelolaan zona
lindung lainnya berupa sempadan irigasi
meliputi:
1) Penanaman vegetasi di area sempadan
irgasi yang mempunyai fungsi konservasi;
2) Pebuatan plengsengan;
3) Pengembangan sempadan irigasi sebagai
ruang ruan terbuka hijau;
83

4) Pengawasan, pemantauan dan


pengendalian kawasan budidaya di
sekitar aliran irigasi; dan
5) Rehabilitasi sempadan irigasi.
(3) Program perwujudan rencana zona
budidayasebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi :
a. Program perwujudan pada zona perumahan
meliputi :
1) Program pengembangan perumahan
dengan indikasi kegiatan yaitu koordinasi
penyelenggaraan pengembangan
perumahan.
2) Program Perencanaan, Pemanfaatan dan
Pengendalian Ruang zona perumahan
dengan indikasi kegiatan meliputi :
1. Sosialisasi rencana tata ruang zona
perumahan;
2. Pemantapan kawasan perumahan
dengan pemenuhan pelayanan sarana
prasarana dan ketersedian ruang
terbuka hijau dan masyarakat
berpendapatan rendah hingga
pendapatan tinggi; dan
3. Pemantauan perkembangan kawasan
perumahan sebagai kawasan
perumahan mandiri yang mampu
memacu pengembangan wilayah sekitar
serta tidak mengganggu jaringan system
irigasi.
3) Program lingkungan sehat perumahan
dengan indikasi kegiatan meliputi :
1. Penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar terutama bagi
masyarakat;
84

2. Penyuluhan dan pengawasan kualitas


lingkungan sehat perumahan;
3. Pemerataan kawasan perumahan ke
wilayah bagian dalam dan kawasan
pinggiran;
4. Pengendalian ketinggian bangunan
kawasan perumahan sekitar landasan
pacu dan sejajar landasan pacu pada
radius kurang dari 4 kilometer
sebagaimanaketentuan peraturan
pembangunan di Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan yang berlaku
secara nasional dan internasional;
5. Pengembangan konsep penyatuan antara
perumahan pengembang dan perumahan
umum dan/atau perumahan kampung
disekitarnya untuk mendukung
pengembangan wilayah;
6. Pengembangan perumahan umum
dengan infiltrasi pada kawasan yang
mempunyai kepadatan rendah sampai
sedang;
7. Perbaikan kampung padat pada subzona
kepadatan tinggi; dan
8. Penyediaan prasarana permukiman
secara layak baik untuk individual
maupun komunal.
b. Program perwujudan zona perdagangan dan
jasa meliputi:
1) Program perencanaan dan pemanfaatan
ruang zona perdagangan meliputi :
1. Revitalisasi pasar rakyat;
2. Pengembangan perdagangan dan jasa
pendukung kepariwisataan;dan
3. Pengembangan perdagangan dan jasa
deret berupa pertokoan.
85

2) Program pengendalian bangunan


perdagangan dan jasa usaha akomodasi
wisata yang berwawasan lingkungan
dengan indikasi kegiatan meliputi :
1. Sosialisai peraturan zonasi di zona
perdagangan dan jasa; dan
2. Pemantauan terhadap keberadaan
Dokumen Amdal, UKL dan UPL serta
penerapannya.
3) Program perwujudan zona Perkantoran
dengan indikasi kegiatan yaitu program
revitalisasi kantor pemerintah dengan
pemeliharaan gedung perkantoran dan
peningkatan fasilitas pendukungnya.
c. Program perwujudan zona industri meliputi:
1) Program koordinasi perencanaan
penanganan industri rumah tangga yaitu
pembinaan dan pemantauan pusat-pusat
kegiatan industri rumah tangga.
2) Program lingkungan sehat sub zona
industri kecil meliputi :
1. Pemantauan lingkungan hidup di zona
industri kecil; dan
2. Peningkatan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan industri.
3) Program lingkungan sehat sub zona aneka
industri berupa pemantauan pengelolaan
lingkungan dan penyediaan sarana dan
prasarana pendukung kegiatan industri.
d. Program perwujudan zona sarana pelayanan
umum melalui peningkatan pelayanan saran
dan prasarana umum kota meliputi :
1) Pengembangan sub zona sarna pelayanan
umum pendidikan berupa TK, SD,SMP,SMA
danPerguruan tinggi;
86

2) Pengembangan sarana pelayanan umum


transpotasi beupa halte, sub unit terminal,
dan rest area;
3) Pengembagan sb zona sarana pelayanan
umum olahraga berupa lapangan olahraga
dan gedung olaraga;
4) Pengembangan fasilitas bina sosial di BWP
Pakis meliputi gedung pertemuan
lingkungan dan kecamatan, balai
pertemuan dan pameran, gedung
serbaguna, lembaga sosial/organisasi
masyarakat.
5) Pengembangan sarana pelayanan umum
peribadatan berupa masjid dan gereja di
BWP Pakis.
e. Program perwujudan zona peruntukan lainnya
meliputi:
1) Program perwujudan sub zona pertanian
meliputi :
1. pengembangan komoditas hortikultura;
2. Penetapan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
3. pengadaan pusat penelitian;dan
4. Identifikasi dan pemeliharaan tanaman
pangan.
2) Program penetapan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
3) Program perwujudan sub zona pariwisata
meliputi :
1. Peningkatan prasarana kepariwisataan
berupa akomodasi wisata; dan
2. Pengembangan wisata alam dan buatan.
87

Bagian Ketiga
Program Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana

Pasal 46
(1) Perwujudan rencana jaringan prasarana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 44 ayat (3) huruf b meliputi :
a. Program perwujudan rencana sistem jaringan
pergerakan;
b. Program perwujudan rencana jaringan
energi/kelistrikan;
c. Program perwujudan rencana jaringan
telekomunikasi;
d. Program perwujudan rencana jaringan air
minum;
e. Program perwujudan rencana jaringan drainase;
f. Program perwujudan rencana jaringan air
limbah; dan
g. Program perwujudan rencana jaringan
prasarana lainnya.
(2) Program perwujudan rencana sistem jaringan
pergerakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Program pengembangan jalan;
b. Program Pengembangan sistem angkutan
umum;dan
c. Program Pembangunan sarana dan prasarana
perhubungan.
(3) Program perwujudanpengembangan jalan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a
meliputi :
a. Pengembangan jalan tol Malang – Pandaan yang
melewati Desa Ampeldento, Desa Asrikaton dan
Desa Tirtomoyo;
b. Pengembangan jalan kolektor primer meliputi
pelebaran jalan kolektor primer yang sudah ada
dengan lebar jalan ruang milik jalan minimal 25
88

meter yang meliputi Jalan Raya Mangliawan,


Jalan Raya Saptorenggo, Jalan Raya Asrikaton,
Jalan Raya Bunutwetan, Jalan Raya Pakisjajar,
Jalan Raya Pakiskembar dan jalan Raya
Sumberpasir;
c. Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder
yaitu peningkatan jalan lokal primer menjadi
Jalan Kolektor Sekunder yang meliputi Jalan
Komodor Udara Abdul Rahman Salehhingga
menyambung Jalan Batu Retno,Jalan
Ampeldento dan Jalan Sekarpuro sampai
dengan Jalan Raya Ki Ageng Gribig Kota Malang
dengan lebar ruang milik jalan minimal 25
meter;
d. Pengembangan jalan lokal primer, meliputi
Jalan Gang Njabon menuju Desa Pucangsongo
dan Jalan Terusan Tirtomoyo dengan lebar
ruang milik jalan minimal 15 meter;
e. Pengembangan jaringan jalan lokal sekunder
meliputi :
1) Pengembangan jalan lokal sekunder yang
telah ada meliputi Jalan Tirtomoyo, Jalan
Raya Sumber Kradenan, Jalan Sunan Ampel,
Jalan Gang Sugriwo, Jalan Gang R. Said III,
Jalan H. Nur Rois, Jalan Industri, Jalan K.H.
Ghozali, Jalan Meduran IV, Jalan
Wijoyokusumo, Jalan Raya Kopiwiro, Jalan
Patok Lengki, Jalan Mburjo III, Jalan Boro
Bugis, Jalan Terusan Boro, Jalan Gang
Masjid, Jalan Tegal Mapan, Jalan Raya
Mbamban, Jalan Tomat dan Jalan Gang R.
Said dengan lebar ruang milik jalanminimal
11 m; dan
2) Pembangunan jalan baru sebagai jalan lokal
sekunder meliputi Jalan barudari Dusun
GenitriDesa Tirtomoyo – Dusun Bulurejo
89

Desa Saptorenggo– Dusun Borobamban –


Jalan MeduranDesa Asrikaton– Jalan
Kantor PDAMDesa Bunutwetan.
f. Reaktivasi jaringan rel kereta api Blimbing –
Pakis Tumpang yang melewati BWP Pakis;
g. Pengembangan jaringan rel kereta api Blimbing
– Pakis – Bandara Abdul Rahman Saleh;
h. Reaktivasi stasiun kereta api pakis; dan
i. Konservasi rel kereta api di sepanjang Jalan
Kolektor Primer.
(4) Program perwujudan pengembangan sistem
angkutan umum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf b meliputi :
a. Pengembangan rute angkutan umum berupa
pengembangan Bus Metro Malang Raya
sebagaimana di rencanakan oleh pemerintah
Provinsi Jawa Timur;
b. Rute angkutan umum tujuan Terminal Arjosari
melalui Jalur Kemiri – Jabung – Pakis –
Sekarpuro, Jalur Pakis – Cemorokandang –
Tlogowaru (PCT), Jalur Abdul Rahman Saleh –
Arjosari;
c. Rute angkutan umum tujuan Singosari meliputi
Jalur Tumpang – Arjosari (TA), Jalur Sawojajar –
Pakis – Singosari; dan
d. Rencana angkutan umum kereta api Stasiun
Blimbing – Bandara Abdul Rahman Saleh.
(5) Program perwujudan pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c meliputi :
a. Pengembangan prasarana bandara Bandara
Abdul Rahman Saleh;
b. Pengembangan Sub Terminal di Sekitar Pasar
Pakis;
c. Revitalisasi stasiun kereta api pakis;
d. Pembangunan Stasiun kereta api bandara; dan
90

e. Pengembangan halte yang melayani zona


perdagangan,zona industri, zona pendidikan dan
zona perumahan secara proporsional.
(6) Program perwujudan rencana jaringan
energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi program peningkatan pelayanan
jaringan energi/kelistrikan wilayah dengan indikasi
kegiatan
a. Pengembangan Jaringan distribusi primerdi
Gardu Induk yang sudah ada di Blok II-GDesa
Ampeldento;
b. Pengembangan Jaringan distribusi sekunder;
dan
c. Pembangunan Penerangan jalan umum.
(7) Program perwujudan Rencana pengembangan
jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf c yaitu program peningkatan
pelayanan jaringan telematika dengan indikasi
kegiatan meliputi :
a. Pengembangan dan pengelolaan jaringan tetap
berupa jaringan kabel telepon, BTS bersama,
stasiun pemancar televisi, hotspot; dan
b. Pengembangan dan pengelolaan jaringan
bergerak berupa jaringan nirkabel.
(8) Program perwujudan Rencana pengembangan
jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d yaitu :
a. Program penyediaan dan pengolahan air baku
dengan indikasi kegiatan yaitu :
1) Pembangunanprasarana pengambilan dan
saluran pembawa dari lokasi mata air; dan
2) Pengendalian pengambilan air tanah dan
mata air untuk kepentingan privat.
b. Program pengembangan kinerja pengelolaan air
minum dengan indikasi kegiatan meliputi :
91

1) Pembangunan perpipaan Jaringan air minum


bagi masyarakat; dan
2) Pengembangan bak penampung.
(9) Program perwujudan Rencana pengembangan
jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf e yaitu :
a. Program Pengembangan data/informasi dengan
indikasi kegiatan meliputi Perencanaan
masterplan drainase di BWP Pakis;
b. Program pengembangan dan pengelolaan
jaringan dengan indikasi kegiatan meliputi
Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong
pada Jaringan drainase primer, Jaringan
drainase sekunder, dan Jaringan drainase
tersier;
c. Program pengendalian banjir dengan indikasi
kegiatan meliputi Mengendalikan banjir pada
daerah tangkapan air dan badan-badan sungai;
dan
d. Program Pengembangan Peresapan air dalam
tanah dengan indikasi kegiatan meliputi
Sosialisasi pengembangan Sumur resapan air
hujan dan Biopori.
(10) Program perwujudan Rencana pengembangan
jaringan air limbah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf e yaitu Program pengembangan
kinerja pengelolaan penanganan air limbah dari
kegiatan pariwisata, perhotelan dan restoran,
industri, rumah sakit, rumah tangga dan/atau
kegiatan lainnya yang menimbulkan limbah,
meliputi:
a. Pengelolaan limbah domestik;
b. Penyediaan instalasi pengolah air limbah
komunal (ipal);
c. Penyediaan instalasi pengolah air limbah (ipal)
grey water; dan
92

d. Penyediaan MCK umum.


(11) Program perwujudan Rencana pengembangan
jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf f yaitu :
a. Program Pengembangan kinerja pengelolaan
persampahan dengan indikasi kegiatan
meliputi:
1) Pengembangan jaringan persampahan;
2) Penyediaan TPS 3R, gerobak sampah,
container, penyediaan transfer depo; dan
3) Penambahankendaraan angkutan sampah;
b. Program mitigasi bencana dengan indikasi
kegiatan meliputi :
1) Pengembangan jalur evakuasi bencana;
2) Penataantempat evakuasi bencana;dan
3) Pelatihanmitigasi bencana di wilayah rawan
bencana.
Bagian Keempat
Program Penetapan Sub BWP Yang Diprioritaskan
Penanganannya

Pasal 47
(1) Perwujudan program penetapan sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya sebagaimana dimaksud
dalam pasal 44 ayat (3) huruf c meliputi :
a. Penataan ketinggian bangunan sesuai dengan
ketentuan peraturan keselmatan operasi
penerbangan
b. Pengendlian aktivitas industri yang dapat
menimbulkan polusi udara dan mengganggu jalur
pendaratan dan penerbangan pesawat di Bandara
udara abdulrahman saleh.
c. Pengembangan kawasan perumahan dalam pola
peumahan yang dilengkapi dengan zona
perdagangan, sarana dan prasarana secara
terpadu.
93

d. Pembangunan perumahan yang dilengkapi dengan


jaringan jalan utama dengan kapasitas yang
memadahi dan terhubung dengan jaringan jalan
atau jaringan pergerakan utama BWP.
e. Penataan Koridor jalan kolektor primer Kota
Malang – Pakis yang diprioritaskan penangannya
f. Penataan pemanafaatan ruang dan ketinggian
bangunan di kawasan keselamatan operasi
penerbangan Bandara Abdul Rahman
Salehsebagaimana ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku;
g. Penataan kembali zona Wisata Wendit;
h. Penataan RTBL Sekitar Pintu Tol;
i. Pengembangan prasarana pejalan kaki;
j. Peyediaan RTH;
k. Rekayasa lalu lintas; dan
l. Pengaturan sistem parkir.

BAB IX
PERATURAN ZONASI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 48
(1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) huruf f disusun sebagai pedoman
pengendalian pemanfaatan ruang berdasarkan
rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan peraturan zonasi meliputi:
a. Kegiatan dan penggunaan lahan;
b. Tata bangunan;
c. Prasarana dan sarana minimum;
d. Pelaksanaan;
e. Perubahan peraturan zonasi; dan
94

f. Ketentuan khusus.
(3) Muatan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi : peta zonasi, tabel matriks
kegiatan, pemanfaatan ruang zonasi dan zoning
teks, tercantum dalam lampiran XXII yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini.

BAB X
PERIZINAN

Pasal 49
(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (4) huruf g. adalah izin pemanfaatan ruang.
(2) Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib
memiliki izin pemanfataan ruang dan wajib
melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(3) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) yang didasarkan pada peraturan
daerah ini meliputi :
a. Izin mendirikan bangunan; dan
b. Izin lainnya sesuai dengan ketentuan peratuan
perundangan yang berlaku.
(4) Pemberian izin pemanfaatan ruang diberikan oleh
pejabat yang berwenang dengan mengacu pada
rencana tata ruang dan peraturan zonasi yang telah
diatur dalam peraturan daerah ini dan ketentuan lain
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
(5) Izin pemanfaatan ruang untuk kegiatan
pemanfaatan sumber daya alam diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan
secara terkoordinasi dengan memperhatikan
kewenangan dan kepentingan berbagai instansi
95

terkait sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
(7) Pemberian izin pemanfaatan ruang disertai
dengan persyaratan teknis dan persyaratan
administratif.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman
pemberian izin pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
Bupati.

BAB XI
INSENTIF DAN DISINSENTIF

Pasal 50
(1) Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf h adalah:
a. Insentif dapat diberikan untuk kegiatan
pemanfaatan ruang pada kawasan yang
didorong pengembangannya;
b. Disinsentif diberikan untuk kegiatan
pemanfaatan ruang pada kawasan yang
dibatasi pengembangannya;
c. insentif dan disinsentif diberikan dengan
tetap menghormati hak orang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;dan
d. Pemberian insentif dan disinsentif dapat
berupa insentif fiskal dan/atau insentif non
fiscal.
(2) Insentif fiskal dapat berupa pemberian
keringanan pajak; dan/atau pengurangan
retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian non fiskal dapat berupa:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
96

c. kemudahan perizinan;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan; dan/atau
i. publikasi atau promosi.
(4) Pemberian disinsentif fiskal dapat
berupaPengenaan pajak yang tinggi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
(5) Disinsentif non fiskal berupa:
a. kewajiban memberi kompensasi;
b. pensyaratan khusus dalam perizinan;
c. kewajiban memberi imbalan; dan/atau
d. pembatasan penyediaan prasarana dan
sarana
(6) Pemberian insentif dan disinsentif dilakukan
tidak untuk merubah pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang t
elah di tetapkan.
(7) Tata cara pemberian insentif dan disinsentif
sebagaimana diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.

BAB XII
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak

Pasal 51
(1) Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. Mengetahui rencana detail tata ruang;
b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai
akibat penataan ruang;
97

c. Mengajukan keberatan kepada pejabat


berwenang terhadap pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
d. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan
penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang kepada pejabat
berwenang; dan
e. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada
pemerintah dan/atau pemegang izin apabila
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang menimbulkan kerugian.
f. Berperan serta dalam pembangunan sistem
informasi tata ruang.
g. Setiap orang dapat mengajukan penggantian yang
layak terhadap kerugian yang diderita akibat
perubahan rencana tata ruang.
h. Bentuk penggantian yang layak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
1. uang;
2. ruang pengganti;
3. pemukiman kembali;
4. kompensasi; dan/atau
5. urun saham.
(2) Ketentuan mengenai tata cara penggantian yang
layak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kesatu
Kewajiban

Pasal 52
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;
98

c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam


persyaratan izin pemanfaatan ruang;
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum; dan

BAB XIII
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 53
(1) Peran serta masyarakat dalam penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4)
huruf j. meliputi:
a. Partisipasi dalam pemanfaatan dan
pengendalian ruang; dan
b. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan
ruang.
(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam
penyusunan RDTR BWP Pakis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a tentang
pemanfaatan dan pengendalian dapat berbentuk :
a. Pemberian kejelasan hak atas ruang kawasan;
b. Pemberian informasi, saran, pertimbangan
atau pendapat dalam penyusunan
pemanfaatan ruang;
c. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan
bedasarkan RDTR dan PZ BWP Pakis;
d. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara,
dan sumber daya alam lain untuk tercapainya
pemanfaatan dan pengendalian ruang
kawasan yang berkualitas;
e. Perubahan atau konversi pemanfaatan dan
pengendalian ruang sesuai dengan rencana
RDTR dan PZ BWP Pakis;
f. Pemberian usulan dalam penentuan lokasi
dan bantuan teknik dalam pemanfaatan dan
99

pengendalian ruang; dan


g. Kegiatan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
kawasan.
(3) Pelaksanaan peran serta masyarakat dan
pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dapat berbentuk :
a. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara
berdasarkan peraturan perundangan-
undangan;
b. Bantuan pemikiran dan pertimbangan
berkenaan dengan pelaksanaan pemanfaatan
dan pengendalian ruang kawasan;
c. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan
berdasarkan RDTR BWP Pakis;
d. Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara,
dan sumber daya alam lain untuk tercapainya
pemanfaatan dan pengendalian ruang
kawasan yang berkualitas;
e. Perubahan atau konvensi pemanfaatan dan
pengendalian ruang sesuai dengan rencana
RDTR BWP Pakis;
f. Pemberian usulan dalam penentuan lokasi
dan bantuan teknik dalam pemanfaatan dan
pengendalian ruang; dan
g. Kegiatan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
kawasan.
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 54
(1) Setiap orang dan/atau badan yang melanggar
ketentuan dalam pasal pasal 12, pasal 13, pasal
14, pasala 15, pasal 16, Pasal 17, pasal 18, pasal
100

19, pasal 20, pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 24
dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), berupa:
a. teguran lisan
b. teguran tertulis;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. penghentian sementara pelayanan umum;
e. penghentian tetap kegiatan;
f. penutupan lokasi;
g. pencabutan izin sementara;
h. pencabutan izin;
i. pembatalan izin;
j. denda administratif;dan
k. pembongkaran bangunan.
(3) Ketentuan dimaksud pada pengenaan sanksi
administratif sebagaimana pada ayat (1) diatur
dalam peraturan Bupati.

BAB XV
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 55
(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang
diberi wewenang untuk melaksanakan penyidikan
sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (4) huruf
l. terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan
dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan
meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang penataan
ruang agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas;
101

b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan


keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan bidang penataan ruang;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari
pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang penataan ruang;
d. Memeriksa buku catatan dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang
penataan ruang;
e. Melakukan penggeledahan untuk
mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang penataan ruang;
g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang
seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang dan/atau
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud
pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan
tindak pidana di bidang penataan ruang;
i. Memanggil orang untuk didengar
keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan; dan
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
penataan ruang menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
102

menyampaikan hasil penyidikannya kepada


penuntut umum sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

BAB XVI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 56
(2) Setiap orang yang melakukan pelanggaran
terhadap rencana detail tata ruang yang telah
ditetapkan dikenakan sanksi pidanasebagaimana
dimaksud pada pasal 7 ayat (4) huruf m. berupa
tipiring pidana denda paling banyak Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) atau
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan.
(3) Tindak pidana sebagimana dimaksud pada ayat
(1)adalah pelanggaran.
(4) Setiap orang yan melakkan kegiatan pemanfaatan
ruang sehingga mengakibatkan kerusakan
ligkungan diancam pidana sesuai ketentuan
perndang – undangan yang berlaku.
(5) Tindak pidana sebagaimana dmaksud pada ayat
(3) adalah kejahatan

BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 57
(1) RDTR BWP Pakis tahun 2016- 2036 dilengkapi
dengan :
a. Album peta skala 1:5.000; dan
b. Materi teknis dan peraturan zonasi.
(2) Materi teknis, peraturan zonasi dan album peta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
103

BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 58
(1) Pada saat Peraturan Daearah ini mulai berlau, mak
semua rencana rinci di bawah Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi yang sudah ada
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini dinyatakan tetap berlaku.
(2) Dengan berlakunya perauran daerah ini, maka:
a. Izin pemanfaatan ruang yang telah
dikeluarkandan telah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daera ini tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya;
b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan
tetap tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
daerah ini berlaku ketentuan:
1. Untuk yang belum dilaksanakan
pebangunannya,izin tersebut disesuaikan
dengan fngsi kawasan berdasarkan peratura
daerah ini;
2. Untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya , dilakukan penyesuaian
degan masa transisi berdaskan ketentuan
peraturan perundan – undangan;
3. Untuk yang sudah
dilaksanakanpembangunanya dantidak
memungkinkan untuk dilakuka penyesuaian
dengan fngsi kawasan bedasarkan Peraturan
daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan izintersebut dapat dberikan
penggantian yang layak;
c. Pemanfaatan ruang di Daerah yang
diselenggarakan tanpa izin danbertentangan
dengan ketentuan peraturan daerah ini, akan
104

diterbitkan dan disesuaikan dengan


peraturan daerah ini;dan
d. Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini, agar
dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan.

BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 59
(1) RDTR BWP Pakis berlaku selama 20 (dua puluh)
tahun;
(2) RDTR BWP Pakis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali
setelah 5 (lima) tahun; dan
(3) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
5berkaitan dengan bencana alam skala besar yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan dan/atau perubahan batas dan/atau
wilayah Daerah yang ditetapkan dengan Undang-
Undang, evaluasi/revisi rencana detail tata ruang
zona sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.

Pasal 60
(1) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
(2) Agar setiap orang dapat mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan peraturan daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Malang.
105

Ditetapkan di Kepanjen
Pada tanggal

BUPATI MALANG,

H. RENDRA KRESNA

Diundangkan di Kabupaten Malang


Pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN MALANG,
106

PENJELASAN ATAS
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR TAHUN 2016
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN PAKISTAHUN 2016 - 2036

I. PENJELASAN UMUM
Suatu wilayah/kawasan selalu mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan dinamika masyarakat dan berbagai
kegiatan yang ada, baik itu direncanakan maupun tidak direncanakan.
Perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah/kawasan ditandai
dengan tingginya intensitas kegiatan, penggunaan tanah yang semakin
intensif dan tingginya mobilisasi penduduk. Perkembangan dan
pertumbuhan suatu wilayah/kawasan menyebabkan kebutuhan tanah
untuk pengembangan fisik semakin meningkat. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, diperlukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan
Peraturan Zonasi.
Tujuan penataan ruang BWP Pakis mewujudkan BWP Pakis sebagai
wilayah yang mampu menampung perkembangan Kota Malang dan
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan zona
perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, perumahan dan mewujudkan
koridor Jalan Raya Pakis – Kota Malang sebagai pintu gerbang Kabupaten
yang teratur, indah dan berkelanjutan.
a. Tujuan, kebijakan dan strategi;
b. Rencana pola ruang meliputi zona lindung dan zona budidaya;
c. Rencana jaringan prasarana meliputi rencana pengembangan
jaringan pergerakan, rencana pengembangan jaringan
energi/kelistrikan,rencana pengembangan jaringan telekomunikasi,
rencana pengembangan jaringan air minum, rencana
pengembangan jaringan drainase, rencana pengembangan jaringan
air limbah dan rencana pengembangan prasarana lainnya;
d. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
e. Ketentuan pemanfaatan ruang meliputi indikasi program
perwujudan rencana pola ruang dan indikasi program perwujudan
rencana jaringan prasarana;
107

f. Perijinan;
g. Insentif dan disinsentif;
h. Sanksi; dan
i. Hak, kewajiban dan peran masyarakat.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam
Peraturan Daerah ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah
tersebut dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir
dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan
pasal-pasal yang bersangkutan sehingga para pihak yang
berkaitan dengan tata ruang yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini, dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dapat
berjalan dengan lancar dan akhirnya dapat dicapai tertib
administrasi. Pengertian ini diperlukan karena istilah-istilah
tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam
bidang tata ruang.
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Yang dimaksud dengan :
- Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat
lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pemangku
kepentingan;
- Keserasian adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan
pola ruang;
- Keselarasan dan keseimbangan adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keselarasan
108

antara kehidupan manusia dengan lingkungannya,


keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar
daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan
pedesaan;
- Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan dengan
memperhatikan kepentingan generasi mendatang;
- Keberdayaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat
ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta
menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas
- Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penataan ruang;
- Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan;
- Perlindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat;
- Kepastian hukum dan Keadilan adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan berlandaskan
hukum/ketentuan peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta
melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil
dengan jaminan kepastian hukum; dan
- Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang
dapat dipertanggungjawabkan baik prosesnya,
pembiayaannya maupun hasilnya.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
109

Pasal 8
Ayat (1)
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas
terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian
sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan
disusunnya RDTR ini.
Perumusan tujuan penataan BWP didasarkan pada arahan
pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW; isu strategis
BWP yang antara lain dapat berupa potensi, masalah dan urgensi
penanganan dan karakteristik BWP.

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 9
Cukup jelas

Pasal 10
Cukup jelas

Pasal 11
Cukup jelas

Pasal 12
Cukup jelas

Pasal 13
Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah
kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota
dan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota
paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
110

Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas

Pasal 18
- Kegiatan Sub perdagangan dan jasa tunggal dengan kegiatan
jasa berupa jasa komunikasi, bengkel, travel, restoran tersebar
disetiap Sub BWP.
- Sub zona perdagangan dan jasa deret dengan kegiatan ruko dan
pertokoan berada disetiap Sub BWP
Pasal 19
- Kegiatan Sub zona perkantoran pemerintah meliputi Kantor
Polres, Kantor Telkom, Kantor PDAM, dan Kantor Pos.
- Kegiatan Sub zona perkantoran swasta berupa bank swasta,
kantor konsultan, kantor notaris, menyatu dengan kawasan
perdagangan tersebar disetiap Sub BWP.
Pasal 20
Cukup jelas

Pasal 21
Cukup jelas

Pasal 22
Cukup jelas

Pasal 23
Cukup jelas

Pasal 24
Cukup jelas

Pasal 25
Cukup jelas

Pasal 26
111

Cukup jelas

Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Jalan Tol adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya
persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang
milik jalan. Pengendalian jalan masuk yang memenuhi standar
geometrik jalan dengan mempertimbangkan kaidah kecepatan
rencana, perlambatan, percepatan dan konflik lalu lintas;
Ayat (3)
- Jalan kolektor primer adalah jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar Ibukota Provinsi;
- Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam
dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.
Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar
dari volume lalu lintas rata-rata. Jumlah jalan masuk
dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan masih tetap
terpenuhi. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer
dengan pengaturan tertentu harus tetap memenuhi
ketentuan. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan
perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak
boleh terputus. Ruang milik jalan paling sedikit memiliki
lebar 25 (dua puluh lima) meter. Lebar Ruang pengawasan
jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan
ukuran 10 (sepuluh) meter.
Ayat (4)
- Jalan kolektor sekunder adalah jaringan jalan
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga;
- Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam
112

dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.


Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih
besar daripada volume lalu lintas rata-rata. Pada jalan
kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat . Persimpangan sebidang pada jalan
kolektor sekunder dengan pengaturan tertentu harus
memenuhi ketentuan. Ruang milik jalan paling sedikit
memiliki lebar 25 (dua puluh lima) meter. Lebar Ruang
pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling
sedikit dengan ukuran 5 (lima) meter.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
- Jalan lokal primer adalah jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi;
- Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter. Jalan
lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus. Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar 15
(lima belas) meter. Lebar Ruang pengawasan jalan ditentukan
dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran 7 (tujuh)
meter.
Ayat (7)
- Jalan lokal sekunder adalah jaringan jalan yang
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke
perumahan.
- Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan
lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar 15 (lima belas)
113

meter. Lebar Ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi


badan jalan paling sedikit dengan ukuran 3 (tiga) meter.
Ayat (8)
- Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam
dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima)
meter. Persyaratan teknis jalan lingkungan primer
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau
lebih. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan
bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih harus
mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma
lima) meter. Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar
11 (sebelas) meter. Lebar Ruang pengawasan jalan ditentukan
dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran 5 (lima)
meter.
- Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometre per jam dengan
lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
Persyaratan teknis jalan lingkungan diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih. Jalan
lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus
mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma
lima) meter. Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar
11 (sebelas) meter. Lebar Ruang pengawasan jalan ditentukan
dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran 2 (dua)
meter.
Pasal 28
Cukup jelas

Pasal 29
Cukup jelas

Pasal 30
Cukup jelas
114

Pasal 31
Cukup jelas

Pasal 32
Cukup jelas

Pasal 33
Cukup jelas

Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
a. Pengembangan dan perbaikan saluran drainase sekunder
termasuk diantaranya adalah mengatasi kawasan rawan
genangan air di Jalan Raya Tirtomoyo dengan:
1) Pendalaman dimensi drainase primer dengan pengerukan
dan perkerasan bagian bawah.
2) Pengembangan drainase sekunder sepanjang bahu jalan
bagian selatan berupa drainase tertutup.
3) Pengembangan sudetan ke arah selatan ke arah Kalisari
melewati aliran sungai mata air mendit bagian barat;
b. Pelebaran dan menaikkan ketinggian dimensi drainase Daerah
Sawojajar Desa Mangliawan;
115

c. Perbaikan dan penambahan saluran drainase di sekitar


permukiman dan industri untuk mengurangi luapan air pada
saat musim penghujan;
d. Penambahan drainase pada jalan utama Desa Pakiskembar;
e. Pelebaran serta perkerasan tanggul drainase primer kalimati di
Jalan Abdurachman Saleh dan di setiap Jalan lingkungan
perumahan baru;
f. Pengembangan drainase sekunder disekitar jalan lokal pada
kanan dan kiri jalan;

Ayat (4)
Cukup jelas

Ayat (5)
Cukup jelas

Ayat (6)
Cukup jelas

Pasal 38
Cukup jelas

Pasal 39

Pasal 40
Cukup jelas

Pasal 41
Cukup jelas

Pasal 42
Cukup jelas

Pasal 43
Cukup jelas
116

Pasal 44
Cukup jelas

Pasal 45
Cukup Jelas

Pasal 46
Cukup Jelas

Pasal 47
Cukup Jelas

Pasal 48
Cukup Jelas

Pasal 49
Cukup Jelas

Pasal 50
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
a. Izin mendirikan bangunan diberikan berdasarkan peraturan
zonasi sebagai dasar bagi pemegang izin untuk mendirikan
bangunan sesuai fungsi yang telah ditetapkan dan rencana
teknis bangunan gedung yang telah disetujui oleh pemerintah
daerah kabupaten.
b. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
adalah ketentuan tentang perizinan yang diterbitkan oleh
masing-masing sektor dan/atau instansi yang berwenang.
Ayat (4)
ketentuan lain yang dimaksud adalah ketentuan yang
dibutuhkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang pada
kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan
117

keselamatan operasi penerbangan, dan kawasan lainnya sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (5)
Sumber daya alam dimaksud meliputi sumber daya alam di
laut, di darat, dan di udara. Termasuk dalam sumber daya alam
di darat antara lain sumber daya hutan dan sumber daya
mineral.
Pasal 51
Cukup Jelas

Pasal 52
Cukup Jelas

Pasal 53
Cukup Jelas

Pasal 54
Cukup Jelas

Pasal 55
Cukup Jelas

Pasal 56
Cukup Jelas

Pasal 57
Cukup Jelas

Pasal 58
Cukup Jelas

Pasal 59
Cukup Jelas

Pasal 60
Cukup Jelas
118

LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 – 2036
119

LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 – 2036
120

LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
121

LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 – 2036
122

LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 – 2036
123

LAMPIRAN VI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
124

LAMPIRAN VII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 – 2036
125

LAMPIRAN VIII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
126

LAMPIRAN IX
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
127

LAMPIRAN X
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
128

LAMPIRAN XI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
129

LAMPIRAN XII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
130

LAMPIRAN XIIIla
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
131

LAMPIRAN XIV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
132

LAMPIRAN XV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
133

LAMPIRAN XVI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
134

LAMPIRAN XVII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
135

LAMPIRAN XVIII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
136

LAMPIRAN XIX
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
137

LAMPIRAN XX
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 - 2036
138

LAMPIRAN XXI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP PAKIS 2016 – 2036
TABEL
INDIKASI PROGRAM PEMANFAATAN RUANG BWP PAKIS

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A. Perwujudan Rencana Pola Ruang
1 Perwujudan Zona Lindung
a. Zona Perlindungan Setempat
a.1 Konservasi Sempadan sungai
Kalisari di Sub
BWP III Blok III-A
Desa
Mangliawan,
Sungai Amprong
yang melintas di
Blok II-G Desa PJM 1 =
Ampeldento Desa 30 %
Dinas
Sekarpuro, PJM 2 =
Lingkungan
Sungai Jilu Sub 30 %
Rehabilitasi APBD dan Hidup, Dinas
- BWP I Blok I-B PJM 3 =
Sempadan Sungai propinsi Pengairan
Desa Pakisjajar, 20 %
dan Bina
Blok I-C Desa PJM 4 =
Marga
Pakisjajar, Blok 20 %
I-D Desa
Pakiskembar,
dan Kali Cokro
Blok II-F Desa
Bunutwetan dan
Desa
Pakiskembar
139

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
PJM 1 =
30 %
DInas
PJM 2 =
Peningkatan peran Lingkungan
30 %
serta masyarakat APBD dan Hidup, Dinas
- BWP Pakis PJM 3 =
dalam perlindungan propinsi Pengairan
20 %
dan konservasi SDA dan Bina
PJM 4 =
Marga
20 %

Kalisari di Sub
BWP III Blok III-A
Desa
Mangliawan,
Sungai Amprong
yang melintas di
Blok II-G Desa
Ampeldento Desa
Dinas
Sekarpuro,
Mempertahankan Lingkungan
Sungai Jilu Sub PJM 1
kelestarian APBD dan Hidup, Dinas
- BWP I Blok I-B s/d PJM
kawasan sempadan propinsi Pengairan
Desa Pakisjajar, 2 = 100%
sungai dan Bina
Blok I-C Desa
Marga
Pakisjajar, Blok
I-D Desa
Pakiskembar,
dan Kali Cokro
Blok II-F Desa
Bunutwetan dan
Desa
Pakiskembar
Kalisari di Sub
BWP III Blok III-A
Desa PJM 1 =
Mangliawan, 30 %
Dinas
Menciptakan Sungai Amprong PJM 2 =
Lingkungan
kawasan rekreatif yang melintas di 30 %
Hidup, Dinas
- dengan Blok II-G Desa PJM 3 = APBD
Pengairan
memanfaatkan Ampeldento Desa 20 %
dan Bina
sempadan sungai Sekarpuro, PJM 4 =
Marga
Sungai Jilu Sub 20 %
BWP I Blok I-B
Desa Pakisjajar,
Blok I-C Desa
140

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pakisjajar, Blok
I-D Desa
Pakiskembar,
dan Kali Cokro
Blok II-F Desa
Bunutwetan dan
Desa
Pakiskembar
Kalisari di Sub
BWP III Blok III-A
Desa
Mangliawan,
Sungai Amprong
yang melintas di
Blok II-G Desa
Ampeldento Desa
Pengawasan , Dinas
Sekarpuro,
pemantauan dan Lingkungan
Sungai Jilu Sub PJM 1
pengendalian APBD dan Hidup, Dinas
- BWP I Blok I-B s/d PJM
kawasan budidaya propinsi Pengairan
Desa Pakisjajar, 2 = 100%
di sekitar aliran dan Bina
Blok I-C Desa
sungai Marga
Pakisjajar, Blok
I-D Desa
Pakiskembar,
dan Kali Cokro
Blok II-F Desa
Bunutwetan dan
Desa
Pakiskembar
Kalisari di Sub
BWP III Blok III-A
Desa
PJM 1 = Dinas
Mangliawan,
30 % Lingkungan
Sungai Amprong
PJM 2 = Hidup, Dinas
yang melintas di
30 % Pengairan
Penghijauan Blok II-G Desa APBD dan
- PJM 3 = dan Bina
sempadan sungai Ampeldento Desa propinsi
20 % Marga, Dinas
Sekarpuro,
PJM 4 = Pertamanan
Sungai Jilu Sub
20 % dan
BWP I Blok I-B
Kebersihan
Desa Pakisjajar,
Blok I-C Desa
Pakisjajar, Blok
141

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
I-D Desa
Pakiskembar,
dan Kali Cokro
Blok II-F Desa
Bunutwetan dan
Desa
Pakiskembar

a.2.
Sumber mata air
Trajeng di Sub
BWP I Blok I-B
Desa Pakisjajar, PJM 1 =
Sumber mata air 30 %
Dinas
Wendit yang PJM 2 =
Lingkungan
terdapat di Sub 30 %
Rehabilitasi APBD dan Hidup, Dinas
- BWP III Blok III-A PJM 3 =
sempadan mata air propinsi Pengairan
Desa 20 %
dan Bina
Mangliawan, PJM 4 =
Marga
Sumber mata air 20 %
Gentong yang
terdapat di Sub
BWP III Blok III-A
Desa Tirtomoyo
PJM 1 =
30 %
Dinas
PJM 2 =
Peningkatan peran Lingkungan
30 %
serta masyarakat APBD dan Hidup, Dinas
- BWP Pakis PJM 3 =
dalam perlindungan propinsi Pengairan
20 %
dan konservasi SDA dan Bina
PJM 4 =
Marga
20 %

Sumber mata air PJM 1 =


Trajeng di Sub 30 %
Dinas
BWP I Blok I-B PJM 2 =
Mempertahankan Lingkungan
Desa Pakisjajar, 30 %
kelestarian APBD dan Hidup, Dinas
- Sumber mata air PJM 3 =
kawasan sempadan propinsi Pengairan
Wendit yang 20 %
mata air dan Bina
terdapat di Sub PJM 4 =
Marga
BWP III Blok III-A 20 %
Desa
142

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Mangliawan,
Sumber mata air
Gentong yang
terdapat di Sub
BWP III Blok III-A
Desa Tirtomoyo
Sumber mata air
Trajeng di Sub
BWP I Blok I-B
Desa Pakisjajar, PJM 1 =
Sumber mata air 30 %
Dinas
Pengawasan , Wendit yang PJM 2 =
Lingkungan
pemantauan dan terdapat di Sub 30 %
APBD dan Hidup, Dinas
- pengendalian BWP III Blok III-A PJM 3 =
propinsi Pengairan
kawasan budidaya Desa 20 %
dan Bina
di sekitar mata air Mangliawan, PJM 4 =
Marga
Sumber mata air 20 %
Gentong yang
terdapat di Sub
BWP III Blok III-A
Desa Tirtomoyo
Sumber mata air
Trajeng di Sub
BWP I Blok I-B
Desa Pakisjajar, PJM 1 =
Sumber mata air 30 %
Dinas
Wendit yang PJM 2 =
Lingkungan
terdapat di Sub 30 %
Penghijauan APBD dan Hidup, Dinas
- BWP III Blok III-A PJM 3 =
sempadan mata air propinsi Pengairan
Desa 20 %
dan Bina
Mangliawan, PJM 4 =
Marga
Sumber mata air 20 %
Gentong yang
terdapat di Sub
BWP III Blok III-A
Desa Tirtomoyo
PJM 1 =
Dinas
30 %
Lingkungan
PJM 2 =
Konservasi APBD dan Hidup, Dinas
a.3 BWP Pakis 30 %
sempadan irigasi propinsi Pengairan
PJM 3 =
dan Bina
20 %
Marga
PJM 4 =
143

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
20 %

PJM 1 =
30 %
Dinas
PJM 2 =
Lingkungan
30 %
Rehabilitasi APBD dan Hidup, Dinas
- BWP Pakis PJM 3 =
sempadan irigasi propinsi Pengairan
20 %
dan Bina
PJM 4 =
Marga
20 %

PJM 1 =
30 %
Dinas
PJM 2 =
Lingkungan
30 %
Penghijauan APBD dan Hidup, Dinas
- BWP Pakis PJM 3 =
sempadan irigasi propinsi Pengairan
20 %
dan Bina
PJM 4 =
Marga
20 %

a.4. Konservasi sempadan SUTT


Sub BWP I Blok
I-D Desa PJM 1 =
Dinas
Pakiskembar, 30 %
Lingkungan
Sub BWP II Blok PJM 2 =
Hidup, Dinas
II-D dan Blok II- 30 %
Konservasi APBD dan Pengairan
- G Desa PJM 3 =
sempadan SUTT propinsi dan Bina
Mangliawan, dan 20 %
Marga, Dinas
Sub BWP III Blok PJM 4 =
pertamanan,
III-A dan Blok III- 20 %
PLN
B Desa
Sekarpuro
Sub BWP I Blok
PJM 1 =
I-D Desa Dinas
30 %
Pakiskembar, Lingkungan
PJM 2 =
Sub BWP II Blok Hidup, Dinas
30 %
Rehabilitasi II-D dan Blok II- APBD dan Pengairan
- PJM 3 =
sempadan SUTT G Desa propinsi dan Bina
20 %
Mangliawan, dan Marga, Dinas
PJM 4 =
Sub BWP III Blok pertamanan,
20 %
III-A dan Blok III- PLN
B Desa
144

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sekarpuro
Sub BWP I Blok
I-D Desa PJM 1 =
Dinas
Pakiskembar, 30 %
Lingkungan
Sub BWP II Blok PJM 2 =
Hidup, Dinas
II-D dan Blok II- 30 %
Penghijauan APBD dan Pengairan
- G Desa PJM 3 =
sempadan SUTT propinsi dan Bina
Mangliawan, dan 20 %
Marga, Dinas
Sub BWP III Blok PJM 4 =
pertamanan,
III-A dan Blok III- 20 %
PLN
B Desa
Sekarpuro
b. Pengembangan Ruang terbuka hijau kota
PJM 1 = Dinas
30 % Lingkungan
PJM 2 = Hidup, Dinas
Pembangunan 30 % Cipta Karya
- Taman dan Hutan BWP Pakis PJM 3 = APBD dan Tata
Kota 20 % Ruang, Dinas
PJM 4 = Pertamanan
20 % dan
Kebersihan
PJM 1 = Dinas
30 % Lingkungan
Pembangunan jalur PJM 2 = Hidup, Dinas
hijau di sepanjang 30 % Cipta Karya
- jaringan jalan yang BWP Pakis PJM 3 = APBD dan Tata
berfungsi sebagai 20 % Ruang, Dinas
RTH kota PJM 4 = Pertamanan
20 % dan
Kebersihan
PJM 1 = Dinas
30 % Lingkungan
PJM 2 = Hidup, Dinas
Penyusunan
30 % Cipta Karya
program
- BWP Pakis PJM 3 = dan Tata
pengembanganan
20 % Ruang, Dinas
RTH
PJM 4 = Pertamanan
20 % dan
Kebersihan
145

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Dinas
Pengendalian Lingkungan
PJM 1
pemanfaatan di Hidup, Dinas
- BWP Pakis s/d PJM APBD
kawasan ruang Cipta Karya
2 = 100%
terbuka hijau dan Tata
Ruang
c.
pengelolaan dan
pengembangan Dinas
pelestarian Pariwisata
-
peninggalan dab
sejarah APBD kebudayaan ,
purbakala Dinas Cipta
Heregristrasi Karya dan
- ulang situs cagar Tata Ruang
budaya
d. Zona Rawan Bencana Alam
BAPPEDA, PU
Identifikasi Cipta Karya
seluruh BWP PJM 1 =
- terhadap kawasan APBD dan Tata
Pakis 100%
rawan bencana Ruang, BLH,
BPBD
BAPPEDA, PU
Cipta Karya
Penetapan kawasan seluruh BWP PJM 1 = APBD dan
- dan Tata
rawan Banjir Pakis 100% Propinsi
Ruang, BLH,
BPBD
Pemantauan daerah BAPPEDA, PU
rawan banjir PJM 1 Cipta Karya
Seluruh BWP
- terhadap s/d PJM APBD dan Tata
Pakis
pengembangan 2 = 100% Ruang, BLH,
ruang terbangun BPBD
PJM 1 =
30 %
BAPPEDA, PU
Penghijauan lahan PJM 2 =
Cipta Karya
sempadan Seluruh BWP 30 %
- APBD dan Tata
sungai,SUTT, mata Pakis PJM 3 =
Ruang, BLH,
air dan irigasi 20 %
BPBD
PJM 4 =
20 %
146

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

BAPPEDA, PU
Seluruh wilayah Cipta Karya
Penyiapan jalur yang ditetapkan PJM 1 = dan Tata
- APBD
evakuasi bencana sebagai kawasan 100% Ruang, PU
rawan bencana Bina Marga,
BLH, BPBD

BAPPEDA, PU
Cipta Karya
Pembangunan
Seluruh BWP PJM 1 = dan Tata
- ruang evakuasi APBD
Pakis 100% Ruang, PU
bencana
Bina Marga,
BLH, BPBD

2 Perwujudan Zona Budidaya


a Sub Zona Perumahan;
PJM 1 =
30 %
PJM 2 =
Pengembangan
30 % Dinas
perumahan Seluruh wilayah APBD, dan
- PJM 3 = Perumahan,
kepadatan tinggi, BWP Pakis Swasta
20 % dan Swasta
sedang dan rendah
PJM 4 =
20 %

Perencanaan,
BAPPEDA,
Pemanfaatan dan PJM 1
APBD, dan Dinas
- Pengendalian BWP Pakis s/d PJM
Swasta Perumahan,
Ruang zona 2 = 100%
dan Swasta
perumahan
PJM 1 =
BAPPEDA,
30 %
Dinas
Program PJM 2 =
APBD, dan Kesehatan,
- Lingkungan Sehat BWP Pakis 30 %
Swasta Dinas
Perumahan PJM 3 =
Perumahan,
20 %
dan Swasta
PJM 4 =
147

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
20 %

b. Subzona Perdagangan dan Jasa


Pengembangan pusat kegiatan perdagangan dan jasa komersial
PJM 1 =
30 %
Dinas PU
PJM 2 =
Pasar Pakis di Cipta Karya
30 %
Sub BWP I Blok dan Tata
- Revitalisasi rakyat PJM 3 = APBD
I-A desa Ruang, Dinas
20 %
Pakisjajar Industri dan
PJM 4 =
Perdagangan
20 %

PJM 1 =
30 %
Dinas PU
PJM 2 =
Sub BWP III Blok Cipta Karya
30 %
Pengembangan III-B Desa dan Tata
- PJM 3 = APBD
Pasar Sekarpuro Sekarpuro Jalan Ruang, Dinas
20 %
Raya Sekarpuro Industri dan
PJM 4 =
Perdagangan
20 %

PJM 1 =
30 %
Dinas PU
di Sub BWP III PJM 2 =
Cipta Karya
Pengembangan Blok III-D 30 %
dan Tata
- Pasar Semar DesaMangliawan PJM 3 = APBD
Ruang, Dinas
Wendit Jalan Gang R. 20 %
Industri dan
Said PJM 4 =
Perdagangan
20 %

PJM 1 =
30 %
PJM 2 = Dinas PU
Penyedian ruang 30 % Cipta Karya
di lokasi bekas
- bagi kegiatan PJM 3 = APBD/Swasta dan Tata
pasar hewan
informal 20 % Ruang dan
PJM 4 = swasta
20 %
148

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sub BWP I Blok
I-A Desa
Pakisjajar, Blok
I-B Desa
Pakiskembar,
Sub BWP II Blok
II-C Desa PJM 1 =
Saptorenggo, Sub 30 %
BWP III Blok III-A PJM 2 =
Dinas tata
Pengembangan Desa 30 %
APBD ruang dan
- perdagangan dan Mangliawan, PJM 3 =
/swasta Cipta Karya
jasa deret Blok III-B 20 %
dan swasta
Asrikaton, Blok PJM 4 =
III-D Desa 20 %
Mangliawan,
Blok III-E Desa
Tirtomoyo dan
Desa
Saptorenggo,
Blok III-F Desa
Tirtomoyo
c Zona Sarana Pelayanan Umum;
Pengembangan kegiatan fasilitas pelayanan
Semua SKPD
Teknis
Kabupaten
Malang
PJM 1 = Dinas
Pengembangan di Sub BWP II 50 % Perhubungan,
Bandara Abdul blok II-A Desa PJM 2 = APBD Komunikasi
Rahman Saleh Saptorenggo 50 % dan
Informatika,
Bappeda
Dinas Cipta
Karya dan Tata
Ruang, TNI AU
Semua SKPD
PJM 1 =
Teknis
Optimalisasi di Sub BWP II 50 %
Kabupaten
penerbangan blok II-A Desa PJM 2 = APBD
Malang
komersil Saptorenggo 50 %
Dinas
Perhubungan,
149

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Komunikasi
dan
Informatika,
Bappeda
Dinas Cipta
Karya dan Tata
Ruang, TNI AU
Semua SKPD
Teknis
Kabupaten
Malang
PJM 1 = Dinas
Optimalisasi tingkat
di Sub BWP II 50 % Perhubungan,
kenyamanan dan
blok II-A Desa PJM 2 = APBD Komunikasi
keselamatan
Saptorenggo 50 % dan
penerbangan;
Informatika,
Bappeda
Dinas Cipta
Karya dan Tata
Ruang, TNI AU
PJM 1 =
30 %
PJM 2 =
Pengembangan
30 % Dinas tata
sarana pelayanan
BWP Pakis PJM 3 = APBD ruang dan
umum social
20 % Cipta Karya
budaya
PJM 4 =
20 %

PJM 1 =
30 %
PJM 2 =
Pengembangan 30 % Dinas tata
sarana pelayanan BWP Pakis PJM 3 = APBD ruang dan
umum peribadatan 20 % Cipta Karya
PJM 4 =
20 %

d
- Pengembangan sub zona pertanian
150

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sub
zonapertaniandi
Sub BWP I Blok
I-A Desa
Pakiskembar dan
Desa Pakisjajar
dan Desa
Bunutwetan,
Blok I-B Desa
Pakisjajar dan
Pakiskembar,
Blok I-C Desa
Pakiskembar,
Blok I-D Desa
Pakiskembar,
Sub BWP II Blok
II-A Desa
Pakisjajar dan
Desa
Bunutwetan, PJM 1 =
Dinas
pengembangan Blok II-C Desa 50 %
Pertanian,
- lahan pertanian Bunutwetan dan PJM 2 = APBD
dinas
sebagai LP2B Desa Asrikaton, 50 %
pengairan
Blok II-D Desa
Asrikaton, Blok
II-E Desa
Saptorenggo dan
Desa Asrikaton,
Blok II-F Desa
Pakiskembar,
Desa Ampeldento
dan Desa
Bunutwetan,
Blok II-G Desa
Sekarpuro dan
Desa
Ampeldento, Sub
BWP III Blok III-A
Desa Mangliawan
dan Desa
Sekarpuro, Blok
III-D Desa
Tirtomoyo dan
151

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Desa
Mangliawan,
Blok III-B Desa
Sekarpuro, Blok
III-E Desa
Tirtomoyo dan
Desa
Saptorenggo,
Blok III-F Desa
Tirtomoyo
Pengembangan Wisata PJM 1 =
sarana dan Pemandian 50 %
Dinas
- prasarana Wendit di Sub PJM 2 = APBD
Pariwisata
pendukung BWP III Blok III-A 50 %
kegiatan pariwisata Desa Mangliawan
3 Rencana sistem jaringan pergerakan
Pengembangan
melewati Desa PJM 1 =
ruas jalan tol yang
Ampeldento, 50 % Dinas PU
menjadi bagian dari APBD
- Desa Asrikaton PJM 2 = Bina Marga,
pengembangan Propinsi
dan Desa 50 % Jasa Marga
Jalan tol Malang –
Tirtomoyo
Pandaan
Jalan Raya
Mangliawan,
Jalan Raya
Saptorenggo,
Jalan Raya
Asrikaton, Jalan PJM 1 =
Pengembangan
Rata Bunut 50 % Dinas PU
dan penataan APBD
- wetan, Jalan PJM 2 = Bina Marga,
jaringan jalan Propinsi
Raya Pakisjajar, 50 % Jasa Marga
kolektor primer
Jalan Raya
Pakiskembar,
Jalan Raya
Ampeldento, dan
jalan Raya
Sumberpasir
Jalan Ledak PJM 1 =
Peningkatan jalan Dinas
Dowo – Jalan 50 %
lokal primer APBD Pengairan
- Raya Jabung – PJM 2 =
menjadi jalan Kabupaten dan
Jalan Lanud 50 %
kolektor primer Binamarga
Adul Rahman
152

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Saleh hingga
menyambung
Jalan Batu Retno

Jalan Komodor
Udara Abdul
Rahman Saleh,
PJM 1 =
Jalan Dinas
Pengembangan 50 %
Ampeldento dan Pengairan
- jaringan jalan PJM 2 = APBD
Jalan Sekarpuro dan
kolektor sekunder 50 %
sampai dengan Binamarga
Jalan Raya Ki
Ageng Gribig
Kota Malang
Jalan Gang
PJM 1 =
Njabon menuju Dinas
Pengembangan 50 %
Desa APBD dan Pengairan
- jaringan jalan lokal PJM 2 =
Pucangsongo dan Propinsi dan
primer 50 %
Jalan Terusan Binamarga
Tirtomoyo
PJM 1 =
Dinas PU
50 %
Pengembangan bus APBD Bina Marga,
- BWP Pakis PJM 2 =
metro Malang Raya Provinsi Dinas
50 %
Perhubungan
Jalur Kemiri –
Jabung – Pakis –
Sekarpuro, Jalur PJM 1 =
Pengembangan rute Dinas PU
Pakis – 50 %
angkutan umum APBD Bina Marga,
- Cemorokandang PJM 2 =
tujuan Terminal Kabupaten Dinas
– Tlogowaru 50 %
Arjosari Perhubungan
(PCT), Jalur
Abdul Rahman
Saleh – Arjosari
PJM 1 =
Dinas PU
50 %
Pengembangan Sub di Sekitar Pasar APBD Bina Marga,
- PJM 2 =
Terminal Pakis Kabupaten Dinas
50 %
Perhubungan
PJM 1 = Dinas PU
Revitalisasi stasiun APBD
- BWP Pakis 50 % Bina Marga,
kereta api pakis Kabupaten
PJM 2 = Dinas
153

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
50 % Perhubungan,
PT KAI
kolektor primer PJM 1 =
dankolektor 50 %
Pengembangan Dinas PU
- sekunder, jalan PJM 2 = APBD
jalur pejalan kaki Binamarga
lokal primer dan 50 %
sekunder
4 sistem jaringan Energi/Kelistrikan
PJM 1 =
di Gardu Induk
Peningkatan 50 %
yang sudah ada
- kapasitas jaringan PJM 2 = APBD PLN
di Blok II-G di
distribusi primer 50 %
Desa Ampeldento

5 sistem jaringan Telekomunikasi


PJM 1 =
Pengembangan 50 % Telkom dan Telkom dan
- jaringan telepon BWP Pakis PJM 2 = swasta swasta
dan nirkabel 50 % lainnya lainnya

PJM 1 =
50 %
Pengembangan
- Sub BWP III PJM 2 = swasta swasta
tower bersama
50 %

PJM 1 =
Penambahan titik
50 %
pelayanan akses kawasan
- PJM 2 = swasta swasta
internet untuk perkantoran
50 %
umum (hot spot)

6 sistem jaringan Air Minum


PJM 1 =
30 %
sumber baru PJM 2 =
Pengembangan
Gentong,Sumber 30 %
bangunan APBD
- mata air Trajeng PJM 3 = PDAM
pengambilan air Kabupaten
dan Sumber air 20 %
baku
Wendit PJM 4 =
20 %
154

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
PJM 1 =
Pemenuhan
30 %
kebutuhan air baku
PJM 2 =
untuk rumah Dinas
30 %
tangga dilakukan APBD dan Pengairan
- BWP Pakis PJM 3 =
dengan Propinsi dan
20 %
pengembangan Binamarga
PJM 4 =
Sistem Penyediaan
20 %
Air Minum (SPAM).

7 Perwujudan Sistem jaringan Drainase


DInas
Sungai Kalisari, PJM 1 = lingkungan
Normalisasi Sungai Amprong, 50 % hidup, Dinas
- jaringan drainase Sungai Jilu, dan PJM 2 = APBD Ciptakarya
primer Sungai Kali 50 % dan Tata
Cokro Ruang, dinas
pengairan
drainase
sekunder di
Jalan Raya
Tirtomoyo, Jalan
Raya Mangliwan,
Jalan Raya
Saptorenggo,
Jalan Raya
Asrikaton, Jalan
Rata Bunut DInas
wetan, Jalan PJM 1 = lingkungan
Normalisasi Raya Pakisjajar, 50 % hidup, Dinas
- jaringan drainase Jalan Raya PJM 2 = APBD Ciptakarya
sekunder Pakiskembar, 50 % dan Tata
Jalan Raya Ruang, dinas
Sumberpasir, pengairan
Jalan Abdul
Rahman Saleh,
Jalan
Ledakdowo,
Jalan Raya
Ampeldento,
Jalan Raya
Sekarpuro, Jalan
Wendit Timur,
155

Waktu Pelaksanaan
Program Pemanfaatan PJM-1 (2016-2021) PJM-2 (2022-2026) PJM-3 (2027-2031) PJM-4 (2032-2036) Sumber Instansi
No Lokasi Besaran
Ruang Prioritas Pendanaan Pelaksana
X X X X X X X X X X X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jalan Wendit
Barat, Jalan
Raya Bamban,
Jalan Terusan
Tirtomoyo dan
rencana jalan
lokal baru
8 Perwujudan rencana jaringan persampahan
Dinas
PJM 1 = lingkungan
50 % hidup, Dinas
Relokasi TPA Pakis
- PJM 2 = APBD Ciptakarya
keluar BWP Pakis
50 % dan Tata
Ruang, Dinas
Kebersihan
Perwujudan rencana jaringan Irigasi
Dinas PU
PJM 1 =
Peningkatan dan Cipta Karya,
50 %
pengembangan Dinas
- Tiap SBWP PJM 2 = APBD
sisitim jaringan Pengairan,
50 %
irigasi Dinas
Pertanian
Perwujudan rencana jalur evakuasi bencana
PJM 1 =
Pengembangan 50 % Dinas PU
- jalur evakuasi Tiap SBWP PJM 2 = APBD Cipta Karya,
bencana 50 % APBD

4 Rencana Sub BWP Prioritas


Dinas
Lingkungan
HIdup, Dinas
Program Ciptakarya
PJM 1 = APBD dan
- Penanganan Sub Sub BWP II dan Tata
100% Masyarakat
BWP Prioritas Ruang,
BAPPEDA,
Dinas
Perhubungan

Anda mungkin juga menyukai