Peristiwa Setelah Periode Pelaporan Psak

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN: PSAK 8

Zidni Husnia Fachrunnisa


zidnihusnia93@gmail.com
Magister Akuntansi Universitas Islam Indonesia
2017

I. PENDAHULUAN

Pelaporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas sumber


daya yang dikelolanya selama periode tertentu. Media utama pelaporan keuangan perusahaan
yakni laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan dalam PSAK 1 yaitu memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas etitas yang bermanfaat
bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan berisi kejadian – kejadian ekonomik selama satu periode pelaporan
yang diintreprestasikan dalam pos – pos atau akun – akun laporan keuangan. Pelaporan
keuangan umumnya memiliki periode pelaporan satu tahun. Dalam PSAK 1 dijelaskan bahwa
entitas menyajikan laporan keuangan lengkap setidaknya secara tahunan. Namun untuk
alasan praktis, beberapa entitas lebih memilih untuk melaporkan, sebagai contoh untuk
periode 52 minggu.

Meskipun terdapat batasan periode (cut off) pelaporan keuangan, aktifitas bisnis atau
kejadian – kejadian ekonomik akan terus berlangsung tidak terbatas oleh batasan periode
pelaporan keuangan tersebut. Oleh karena itu terdapat peristiwa – peristiwa setelah periode
pelaporan yakni peristiwa yang terjadi antara akhir periode pelaporan dan tanggal laporan
keuangan diotorisasi untuk terbit. Memungkinkan terdapat peristiwa – peristiwa yang perlu
untuk penyesuaian. Sehingga PSAK 8 diterapkan untuk pengungkapan atas peristiwa setelah
periode pelaporan. Makalah ini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengungkapan
peristiwa – peristiwa setelah tanggal pelaporan berdasarkan PSAK 8. Pada bagian akhir,
penulis memaparkan critical review atas PSAK 8 tersebut. Makalah ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai pengungkapan peristiwa – peristiwa
setelah tanggal pelaporan berdasarkan PSAK 8 dan memberikan saran kedepan mengenai
aturan dalam PSAK 8.

1
II. LANDASAN TEORI
2.1.Peristiwa Setelah Periode Pelaporan

Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode
pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Peristiwa – peristiwa tersebut dibagi menjadi
dua yakni:

- Peristiwa setelah periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian yakni Peristiwa


yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan
- Peristiwa setelah periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian yakni
Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan

2.2.Tanggal Laporan Keuangan Diotorisasi untuk Terbit

Tanggal Laporan Keuangan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal yang lebih awal antara
tanggal manajemen telah memberikan asersi bahwa laporan keuangan telah diselesaikan dan
tanggal manajemen menyatakan bertanggungjawab atas laporan keuangan tersebut. Proses
dalam mengotorisasi laporan keuangan akan berbeda – beda tergantung pada peraturan
tertentu yang dipatuhi dalam finalisasi laporan keuangan. Dalam beberapa kasus, perusahaan
diminta untuk menyerahkan laporan keuangan kepada pemegang saham untuk diotorisasi,
dalam hal ini, tanggal otorisasi laporan keuangan yakni tanggal penerbitan laporan keuangan
bukan tanggal laporan keuangan disahkan oleh pemegang saham. Jadi, tanggal laporan
keuangan diotorisasi sesuai dengan tanggal manajemen menerbitkan laporan keuangan.

2.3.PSAK 8 “Peristiwa – Peristiwa Setelah Periode Pelaporan”

PSAK ini menggantikan PSAK 8 tahun 2003 tentang “Peristiwa Setelah Tanggal Neraca”.
PSAK 8 ini diterapkan untuk pengungkapan atas peristiwa setelah periode pelaporan. Tujuan
pernyataan ini adalah untuk menentukan:

a. Kapan entitas menyesuaikan laporan keuangannya untuk peristiwa setelah periode


pelaporan dan
b. Pengungkapan yang dibuat entitas tentang tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk
terbit dan peristiwa setelah periode pelaporan.

2
Pernyataan ini mensyaratkan bahwa entitas tidak boleh menyusun laporan keuangan atas
dasar kelangsungan usaha jika peristiwa setelah periode pelaporan mengindikasikan bahwa
penerapan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat.

III. PEMBAHASAN

3.1 Pengakuan dan Pengukuran

3.1.1 Peristiwa Penyesuai Setelah Periode Pelaporan


Entitas menyesuaiakan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk mencerminkan
peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan.

Berikut ini adalah contoh peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan yang mensyaratkan
entitas untuk melakukan penyesuaian jumlah yang diakui dalam laporan keuangannya, atau
pengakuan dampak peristiwa yang sebelumnya tidak diakui:

a. Keputusan pengadilan setelah periode pelaporan, yang menyatakan perusahaan


memiliki kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Entitas menyesuaiakan
provisis yang terkait dengan kasus pengadilan tersebut sesuai psak 57 atau mengakui
provisi baru. Entitas tidak hanya mengungkapkan liabilitas kontijensi akibat dari
keputusan pengadilan yang memberikan bukti tambahan untuk dipertimbangkan
sesuai dengan psak 57 paragraf 16.
b. Penerimaan informasi setelah periode pelaporan mengindikasikan adanya penurunan
nilai aset pada akhir periode pelaporan, atau perlunya penyesuaian jumlah yang
sebelumnya telah diakui sebagai rugi penurunan nilai aset. Sebagai contoh: (i)
kebangkrutan pelanggan yang terjadi setelah periode pelaporan biasanya
mengkonfirmasi bahwa pada akhir periode telah terjadi kerugian atas suatu piutang
dagang dan bahwa entitas perlu menyesuaikan nilai tercatat piutang dagang tersebut;
dan (ii) penjualan persediaan setelah periode pelaporan memberikan bukti tentang
nilai realisasi neto pada akhir periode pelaporan;
c. Penentuan setelah periode pelaporan atas biaya perolehan aset yang dibeli, atau atas hasil
penjualan aset yang dijual sebelum periode pelaporan;
d. Penentuan jumlah pembayaran bagi laba atau bonus setelah periode pelaporan, jika entitas
memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif kini pada akhir periode pelaporan
untuk melakukan pembayaran sebagai akibat dari peristiwa setelah tanggal tersebut; dan
e. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak
benar.

3
3.1.2 Peristiwa Nonpenyesuai Setelah Periode Pelaporan
Entitas tidak menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk
mencerminkan peristiwa non penyesuai setelah periode pelaporan.

Contoh dari peristiwa non penyesuai setelah periode pelaporan adalah penurunan nilai pasar
investasi di antara akhir periode pelaporan dan laporan keuangan di otorisasi untuk terbit.
Penurunan nilai pasar tersebut normalnya tidak terkait dengan kondisi investasi tersebut pada
akhir periode pelaporan namun mencerminkan keadaan yang timbul setelahnya. Oleh karena
itu, entitas tidak menyesuaikan nilai investasi yang telah diakui dalam laporan keuangannya.
Perusahaan juga tidak perlu memutakhirkan pengungkapan jumlah investasi pada akhir
periode, meskipun entitas mungkin harus memberikan pengungkapan tambahan.

Dividen

Jika setelah periode pelaporan entitas mengumumkan pembagian dividen untuk pemegang
instrumen ekuitas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 50) maka entitas tidak mengakui
dividen itu sebagai liabilitas pada akhir periode pelaporan. Dividen tersebut diungkapkan
pada catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 1.

3.2 Kelangsungan Usaha


Entitas tidak menyusun laporan keuangan dengan dasar kelangsungan usaha jika setelah
periode pelaporan diperoleh bukti kuat bahwa perusahaan akan dilikuidasi atau dihentikan
usahanya, atau jika manajemen tidak memiliki alternatif lain yang realistis kecuali melakukan
hal tersebut.

Dalam PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan, mensyaratkan pengungkapan jika:

a. Laporan keuangan tidak disusun atas dasar kelangsungan usaha; atau


b. Manajemen mengetahui adanya ketidakpastian material sehubungan dengan peristiwa
atau kondisi yang menimbulkan keraguan signifikan mengenai kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Peristiwa atau kondisi yang harus
diungkapkan tersebut mungkin timbul setelah periode pelaporan.

3.3 Pengungkapan
3.3.1 Tanggal Otorisasi untuk Terbit

4
Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit dan pihak yang
bertanggungjawab mengotorisasi laporan keuangan. Tanggal laporan keuangan diotorisasi
untuk terbit penting diketahui oleh pengguna karena laporan keuangan tidak mencerminkan
peristiwa setelah tanggal otorisasi tersebut.

3.3.2 Pemutakhiran Pengungkapan Kondisi pada Akhir Periode Pelaporan

Jika entitas menerima informasi setelah periode pelaporan tentang kondisi yang ada pada
akhir periode pelaporan, maka entitas memutahirkan pengungkapan kondisi tersebut sesuai
dengan informasi terkini.

3.3.3 Peristiwa Nonpenyesuai Setelah Periode Pelaporan

Peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan yang berdampak material jika tidak
diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Oleh
karena itu entitas mengungkapkan informasi berikut untuk setiap kelompok peristiwa
tersebut:

- Sifat peristiwa, dan


- Estimasi atas dampak keuangan atau pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat
dibuat.

IV. CRITICAL REVIEW


Berdasarkan ringkasan PSAK 8 diatas, maka penulis menyoroti beberapa hal terkait
PSAK tersebut. PSAK 8 ini selain berisi pernyataan – pernyatan juga terdapat contoh –
contoh yang menjelaskan pernyataan utama tersebut. Namun, dalam PSAK ini tidak disertai
keterangan penjelas yang lengkap mengenai pernyataan utama tersebut. Misalkan peristiwa
nonpenyesuai setelah periode pelaporan, tidak dijelaskan peristiwa apa saja yang tergolong
peristiwa non penyesuai tersebut. Semestinya, sebuah standar harus jelas agar tidak
menimbulkan banyak pemahaman yang berbeda.

Dalam PSAK 8 tahun 2003 disebutkan tanggal otorisasi laporan keuangan dibedakan
menjadi dua yakni untuk laporan keuangan auditan, tanggal ini adalah tanggal laporan
auditor; sementara untuk laporan keuangan yang tidak diaudit, tanggal ini adalah tanggal
ketika laporan keuangan selesai disusun oleh manajemen. Hal tersebut menimbulkan
pengertian yang berbeda – beda dengan adanya dua kriteria tersebut dikhawatirkan akan

5
berdampak pada pengungkapan peristiwa – peristiwa setelah periode pelaporan. Sehingga
PSAK 8 di revisi dan diganti dengan pernyataan bahwa tanggal laporan keuangan diotorisasi
untuk terbit sesuai dengan tanggal manajemen menerbitkan laporan keuangan dan
manajemen menyatakan bertanggungjawab atas laporan keuangan tersebut.

Dalam PSAK 8 setelah revisi ini menggunakan kalimat “peristiwa penyesuai setelah
periode pelaporan” untuk menjelakan peristiwa setelah periode pelaporan yang perlu
penyesuaian. Penggunaan kalimat tersebut lebih sulit difahami daripada kalimat yang
digunakan dalam PSAK 8 sebelum direvisi (2003) yakni “Peristiwa setelah tanggal neraca
yang memerlukan penyesuaian”. Begitu juga dengan kalimat „Peristiwa Nonpenyesuai
Setelah Periode Pelaporan” lebih sulit difahami daripada kalimat „Peristiwa setelah tanggal
neraca yang tidak memerlukan penyesuaian” dalam PSAK 8 (2003). Sehingga menurut penulis,
penggunaan kalimat tersebut dalam PSAK 8 sebelum direvisi (2003) lebih mudah difahami
daripada PSAK 8 setelah revisi.

Dalam pengungkapan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, disebutkan


Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit dan pihak yang
bertanggungjawab mengotorisasi laporan keuangan. Tidak dijelaskan siapa pihak yang
bertanggungjawab mengotorisasi laporan keuangan, apakah manajemen atau non manajemen.
Jika dilihat pada pengertian dalam PSAK ini disebutkan bahwa Tanggal Laporan Keuangan
diotorisasi untuk terbit adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal manajemen telah
memberikan asersi bahwa laporan keuangan telah diselesaikan dan tanggal manajemen
menyatakan bertanggungjawab atas laporan keuangan tersebut. Dan dijelaskan pula bahwa
dalam beberapa kasus, perusahaan diminta untuk menyerahkan laporan keuangan kepada
pemegang saham untuk diotorisasi, dalam hal ini, tanggal otorisasi laporan keuangan yakni
tanggal penerbitan laporan keuangan bukan tanggal laporan keuangan disahkan oleh
pemegang saham. Jadi, tanggal laporan keuangan diotorisasi sesuai dengan tanggal
manajemen menerbitkan laporan keuangan.

6
V. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai PSAK 8 tentang peristiwa setelah periode pelaporan.


Diatas, maka dapat disimpulkan seperti berikut:

 Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode
pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan.
 Peristiwa – peristiwa tersebut dibagi menjadi dua yakni:
a. Peristiwa setelah periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian yakni
Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode
pelaporan. peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan yang mensyaratkan
entitas untuk melakukan penyesuaian jumlah yang diakui dalam laporan
keuangannya, atau pengakuan dampak peristiwa yang sebelumnya tidak diakui
b. Peristiwa setelah periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian yakni
Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan.
Entitas tidak menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk
mencerminkan peristiwa non penyesuai setelah periode pelaporan.
 Entitas tidak menyusun laporan keuangan dengan dasar kelangsungan usaha jika
setelah periode pelaporan diperoleh bukti kuat bahwa perusahaan akan dilikuidasi
atau dihentikan usahanya, atau jika manajemen tidak memiliki alternatif lain yang
realistis kecuali melakukan hal tersebut.
 Entitas mengungkapkan informasi berikut untuk setiap kelompok peristiwa tersebut:
- Sifat peristiwa, dan
- Estimasi atas dampak keuangan atau pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat
dibuat.

Sebaiknya PSAK ini tidak disertai keterangan penjelas yang lengkap mengenai pernyataan
utama. Selanjutnya penggunaan kalimat “Peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan
penyesuaian” dalam PSAK 8 sebelum direvisi (2003) lebih mudah difahami daripada
“peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan” pada PSAK 8 (2012) setelah revisi.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012).Standar Akuntansi KeuanganPer 1 Juni 2012. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai