PKL Refinery Balikpp PDF
PKL Refinery Balikpp PDF
PKL Refinery Balikpp PDF
Oleh:
Vanya Hillary
NPM : 15 06 08539
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa oleh karena
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek
beserta Laporannya di PT Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sesuai dengan
waktu yang ditentukan dengan baik. Kerja Praktek termasuk salah satu mata
kuliah wajib untuk melatih soft skill mahasiswa Program Teknik Industri sebelum
terjun ke dunia kerja sebenarnya.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis pun tidak luput dari bantuan oleh
berbagai pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga dan teman – teman tercinta, yang terlah mendukung secara moral
maupun materi selama kegiatan kerja praktek.
2. Bapak Ag. Gatot Bintoro, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan dalam pelaksanaan kerja praktek.
3. Pak Ruddy selaku Section Head Inventory Control yang selalu memberikan
dukungan ketika pelaksanaan kerja praktek
4. Pak Zulkurnain S selaku Sr. Spv Inventory Material Ops & Gen atas
bimbingan dan masukan masukannya selama menjalani kerja praktek
5. Mbak Sunanthi Patria selaku Jr. Officer Gen Material yang selalu dengan
sabar dan tulus membimbing dan membina kami selama kegiatan kerja
praktek.
6. Rekan – rekan Inventory Control yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam pengerjaan tugas - tugas yang diberikan.
7. Rekan – rekan Puchasing yang telah membantu dan memberikan dukungan
dalam pengerjaan tugas – tugas yang diberikan.
8. Rekan – rekan Contract Office yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam pengerjaan tugas – tugas yang diberikan.
9. Rekan – rekan Warehouse yang telah membantu dan memberikan dukungan
dalam pengerjaan tugas – tugas yang diberikan.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu
memberikan doa, dukungan, dan semangat.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam laporan ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan
guna lebih baiknya laporan ini di masa mendatang. Akhir kata, semoga laporan
iii
ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan dapat membantu dalam
proses pembelajaran selanjutnya.Terimakasih.
Balikpapan, 03 Agustus 2018
Vanya Hillary
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan terdiri dari 3 bagian yaitu latar belakang, tujuan, serta
tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan di PT. Pertamina
(PERSERO) RU V.
1.2 . Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisinis.
1
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM
Sampai saat ini PT. PERTAMINA (Persero) tercatat memiliki 6 unit pengolahan
minyak dan gas bumi yang tersebar di wilayah Republik Indonesia seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Keterangan :
(*) Kapasitas dalam satuan MBSD (1000 Barrel Stream Day)
1 Barrel = 158,984 L.
3
2.1.1. Sejarah PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan
Pendirian kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan dilatar belakangi
ditemukannya sumber minyak mentah (crude oil) di daerah Sanga-sanga pada
tahun 1897. Dimana sebelumnya juga telah ditemukan sumber-sumber minyak
lain di Tarakan (1899), Samboja (1911), dan Bunyu (1922). Kemudian pada
tahun 1922 mulai dibangun kilang di Balikpapan yang kemudian disebut sebagai
Kilang Balikpapan I. Setelah mengalami kerusakan berat karena Perang Dunia II
(1940-1945) perbaikan dan rehabilitasi mulai dilakukan tahun 1948, kemudian
secara berturut-turut dibangun Crude Distilation Unit V (CDU V), Heavy Vacuum
Unit II (HVU II), Wax Plant, serta unit-unit yang termasuk dalam proyek
pembangunan Kilang Balikpapan II yaitu Hydroskimming Complex (HSC) dan
Hydrocracking Complex (HCC). Secara kronologis, perkembangan Kilang Minyak
PT. Pertamina RU V Balikpapan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Waktu Peristiwa
4
Lanjutan Tabel 2.2. Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamina (Persero)
RU V Balikpapan
Waktu Peristiwa
PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan telah beroperasi sejak 1922 dan saat
ini memasok hingga 26% total kebutuhan BBM di seluruh Indonesia. Lokasi PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sangat strategis untuk memasok
kebutuhan BBM di kawasan Indonesia Timur, dan didukung oleh jaringan
distribusi yang baik, mencakup pipa distribusi, kapal tanker, serta moda
transportasi darat.
5
Saat ini kilang Pertamina RU V merupakan kilang terintegrasi yang dapat
memproses BBM, NBM, NBBK, dan Solven. Produk-produk yang dihasilkan
Pertamina RU V adalah Premium, Kerosene, Solar, Avtur, Pertamax, Pertalite,
Pertadex, IDO, Marine Gas Oil 5 (MGO 5), Smooth Fluid 05 (SF-05), Low
Aromatic of White Spirit 05 (LAWS-05), LPG, Net Bottom Fractionator (NBF),
LSFO V-1250, Napthta. Produk-produk Pertamina RU V tidak dijual langsung
kepada konsumen di pasar, melainkan melalui unit bisnis PT. Pertamina
(Persero) lainnya, yaitu Marketing Operation Region VI (MOR VI).
PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sampai saat ini (tahun 2018) memiliki
beberapa prestasi atau sertifikasi yaitu Sertifikat Akreditasi, Sertifkita ISO 9001,
Sertifikat ISO 14001, Sertifikat OHSAS 18001, Sertifikat Sistem Manajemen
Pengamanan, Sertifikat SMK3, dan Sertifikat ISO 28000.
6
g. High Vacuum Unit III (HVU III)
Mulai Oktober 1997 unit PMK I, PMK II, dan HVU I fungsinya digantikan oleh
CDU V dan HVU III. Sedangkan Kilang Balikpapan II atau kilang baru terdiri dari:
Berikut ini peta lokasi dari area PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan
berdasarkan hasil pemetaan lapangan :
7
Gambar 2. 2. Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan
8
Gambar 2. 3. Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan
9
Gambar
Gambar2.2.4.
4. Rincian
Rincian Struktur
Struktur Organisasi
Organisasi PT.
PT. Pertamina
Pertamina (Persero)
(Persero) RU
RU V
V Balikpapan
Balikpapan
10
2.2.1. General Manager Refinery Unit V
General Manager bertugas sebagai koordinator seluruh kegiatan pengolahan
Pertamina di Balikpapan, yang dalam tugasnya dibantu oleh beberapa
Manager/Kepala Bidang, yaitu pengelolaan, perencanaan, pengontrol, dan
pengkoordinasi kegiatan bisnis utama (core business), Refinery Supporting,
Kilang BBM dan Non Refinery. Fungsi umum yang bertugas untuk urusan
eksternal perusahaan terhadap instansi pemerintah dan CPS (Contractor
Production Sharing), serta berfungsi terkait lainnya untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan dengan dukungan teknologi tinggi
yang dikendalikan oleh sumber daya profesional.
11
iii. Mengkoordinasikan bersama dengan Kepala Seksi atas Program Plant Test,
Commissioning Test dan Uji Coba Chemical untuk peningkatan efisiensi
Kilang.
iv. Menjamin keahlian dan spesialisasi teknik agar tetap tinggi mampu bersaing
di Tingkat Internasional dengan cara mengkoordinasikan dan mengevaluasi
kegiatan memperoleh acuan kilang sejenis dan biro konsultan dari luar.
v. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi program pelatihan, pengembangan
dan mendorong bawahan sehingga dapat mengembangkan potensinya.
vi. Mewakili RU V/Perusahaan dalam pembahasan masalah/penyusunan
kerjasama lingkup Proses Engineering dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.
vii. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan administrasi di Bagian Process Engineering agar tertib
sesuai dengan ketentuan.
12
i. Pengadaan
ii. Ahli Proyek
iii. Pengawas Instruksi
iv. Pengatur Administrasi Project Engineering
a. Environmental Section
b. Fire & Insurance Section
c. Safety Section
d. Occupoational Health Section
13
2.2.4. Procurement Function
Procurement dipimpin oleh seorang Manager yang membawahi empat
bagian, yaitu:
a. Inventory Section
b. Purchasing Section
c. Services & Warehousing Section
d. Contract Office Srection
14
a. BP Refinery
b. IR & OS Management
c. HR Operation
2.2.9. Finance RU V
Finance RU V dipimpin oleh seorang Manager yang membawahi tiga bagian
(Asisstant Manager), yaitu :
15
b. Hydroskimming Complex (HSC) Section
Hydroskimming Complex sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang Section
Head. Bagian ini bertanggung jawab terhadap pengoperasian CDU IV, Naphta
Hydrotreater, Platforming Process Unit, LPG Recovery Unit, LPG Treater dan
Sour Water Stripper Unit.
16
pengolahan untuk mencari gross margin sebesar-besarnya (dengan pemilihan
crude yang bernilai tinggi dilihat dari yield, harga maupun jadwal datang). Secara
umum bidang ini bertugas menyiapkan dan menyajikan perspektif keekonomian
kilang Balikpapan, seperti melaporkan data - data statistik mengenai evaluasi
produk, hasil blending crude dan administrasi serta mengembangkan
perencanaan yang ada dapat memaksimalkan pendapatan berdasarkan pasar
dan kondisi kilang yang ada. Alur proses perencanaan dan scheduling ialah
Planning, Scheduling, Process, Settling & Intake, Monitoring progress, serta
Evaluation. Planning yaitu memprediksi stock crude dan alokasi crude di kilang.
Scheduling yaitu membuat Master Program, yang berisi tentang kedatangan
crude dan progress loading-unloading di tangki. Process, Settling & Intake yaitu
program bongkar kapal, blending, tracking day to day. Monitoring Progress yaitu
memonitor setiap pagi. Lalu Evaluation yaitu mengevaluasi apakah rencana
tersebut sesuai dengan rencana awal atau tidak, bila tidak ditelusuri alasannya.
Refinery Planning and Optimization Function membawahi 3 bagian, yaitu:
17
b. Supply Chain & Distribution (SC & D) Section
Supply Chain & Distribution sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang
Section Head yang bertugas mengatur penjadwalan crude yang diolah setiap
harinya kepada bagian produksi, menyampaikan realisasi pengolahannya dan
mengatur penjadwalan blending produk serta rencana penyalurannya.
Perencanaan blending diteruskan ke bagian Oil Movement. Pekerjaan di bagian
ini sangatlah ketat karena day to day, selain itu juga mengatur alur produk di
seluruh kawasan Indonesia sehingga harganya tetap sama walaupun ada biaya
transportasi.
18
2.2.17. Maintenance Execution (ME) Function
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyediakan jasa pelayanan dan
pemeliharaan peralatan mekanik, rotating, listrik dan instrumentasi untuk
menunjang kehandalan operasi kilang. Maintenance Execution membawahi 6
bagian yaitu:
f. Workshop Section
Workshop Section dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Mechanical, Rigging, dan
juga Electrical-Instrument. Divisi Mechanical dibagi lagi menjadi Rotating
Equipment, Stationery Equipment, Bengkel Bubut, dan Bengkel Las. Sedangkan
divisi Rigging bertanggung jawab atas hal pendukung kerja pada ketinggian
seperti scaffolding, dan Electrical-Instrument bertanggung jawab atas perbaikan
seluruh komponen listrik dan instrumen. Workshop merupakan tempat perlakuan
equipment yang mengalami kerusakan dan membutuhkan tindak lanjut.
19
Perbaikan skala besar yang tidak dapat dilakukan oleh divisi ini, dibawa ke pihak
ketiga untuk dilakukan perbaikan.
20
a. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
b. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
e. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
f. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan
pengembangan.
21
Pada 10 Desember 2005, menanggapi kompetisi bisnis di bidang industri minyak,
PT. Pertamina (Persero) mengganti logonya dari awalnya berupa kuda laut dan
bintang menjadi berbentuk panah dengan 3 warna dasar yang berbeda. Berikut
adalah gambar logo PT. Pertamina (Persero) yang baru dan digunakan hingga
sekarang serta deskripsi makna dari logonya.
a. Elemen logo yang berbentuk huruf ―P‖ yang secara keseluruhan merupakan
presentasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai Pertamina yang selalu
bergerak maju dan progesif.
b. Warna yang ada pada logo menunjukan langkah besar Pertamina dan
aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis.
i. Merah
Warna merah melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian
dalam menghadapi berbagai masalah dan atau kesulitan.
ii. Hijau
Warna hijau melambangkan sumber daya energi yang berwawasan
lingkungan.
iii. Biru
Warna biru melambangkan handal, dapat dipercaya, dan bertanggung
jawab.
c. Nama Pertamina pada logo dengan pilihan huruf mencerminkan kejelasan
dan transparansi, keberanian dan kesungguhan dalam bertindak sebagai
wujud positioning Pertamina yang baru.
22
2.3.4. Distribusi dan Pemasaran Produk
a. Strategi Harga
Harga keekonomian BBM (Harga Beli Pemerintah) adalah harga yang dihitung
berdasarkan formulasi yang dikaitkan dengan MOPS serta ditambahkan dengan
biaya operasi, margin serta pajak. Strategi harga mengikuti MOPS (Mean Oil
Platts Singapore) atau menggunakan acuan harga minyak mentah yang diolah
mengikuti pedoman harga dari Singapura. Harga perencanaan masa depan
ditentukan oleh tim sebagai acuan rekan-rekan unit untuk membuat
perencanaan. Harga realisasi didapat ketika periode tersebut sudah lewat, harga
actual atau realisasi didapat dari keuangan atau kantor pusat, harga real bisa jadi
evaluasi.
Gambar 2. 7. Tampilan
2.7. TampilanHalaman
HalamanWebsite
Website PT.Pertamina
PT.Pertamina(Persero)
(Persero) RU
RUVV
23
Estimasi ), dan juga IRES ( Integrated Recommendation System ). Adapun
penjelasannya antara lain :
24
iv. IRES ( Integrated Recommendation System ) yaitu sistem yang berbasis
web yang kegunaannya untuk membuat rekomendasi. Misalnya data-data
rekomendasi yang dibuat oleh Stat.Eng ada di IRES.
25
Gambar 2. 9. Alur Pendistribusian PT. Pertamina (Persero) RU
26
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
Proses bisnis PT. Pertamina (Persero) RU V dapat dilihat pada gambar diatas .
Proses bisnis perusahaan ini terdiri dari 17 proses yaitu sebagai berikut :
27
Melakukan penilaian kinerja produksi pada tingkat unit dan pada tingkat kilang.
Kemudian melakukan pengelolaan revinery losses.
28
3.1.11. Pengelolaan SDM
Proses bisnis ini terdiri dari 9 subproses yaitu mengembangkan dan mengelola
perencanaan, kebijakan dan strategi Sumber Daya Manusia (SDM), merekrut
dan memilih pekerja BPAT dan BKJT, mengembangkan dan membina pekerja,
mengelola hubungan kerja, memberikan penghargaan kerja, menempatkan dan
memensiunkan pekerja, mengelola informasi pekerja, mengelola komunikasi
pekerja, mengelola hubungan serikat pekerja.
29
mengelola kebijakan dan prosedur, mengelola portofolio bisnis, program inisiatif
dan proyek strategis, mengelola sistem management terpadu perusahaan,
mengelola portofolio bisnis, program inisiatif dan proyek strategis, mengelola
kemampuan Knowledge Management System (KMS), mengukur dan
membandingkan (measure & benchmark), mengelola sistem kearsipan.
a. Bahan Bakar Minyak (BBM) : Premium, kerosin dan Solar (Industrial Diesel
Oil / IDO dan Automotive Diesel Oil/ADO ), dan Industrial Fuel Oil (IFO).
b. Bahan bakar khusus (BBK) : Pertamax, Marine Gas Oil dan Avtur.
c. Non-BBM : LPG, Wax (lilin), naphtha, Low Aromatic White Spirit (LAWS),
Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) dan Smooth Fluids 05.
d. Produk lain :Naphta to RU VI, LSFO V-1250, HVGO, dan V-1250 Mixed to
RU IV dan VI
e. Refinery Gas:Refinery fuel gas dan oil
Beberapa sifat penting dari LPG antara lain RVP (Reid Vapor Pressure) dan
kandungan fraksi C5 atau yang lebih berat.
a. RVP (Reid Vapor Pressure)
RVP menunjukkan kandungan fraksi ringan (C2) yang terdapat dalam LPG.
Kadar C2 maksimum yang diizinkan adalah 0,2% volume.
b. Kandungan fraksi C5 dan fraksi yang lebih berat
30
Kandungan i-C5 dan fraksi yang lebih berat dalam LPG maksimum 2%
volume. Apabila kandungan fraksi tersebut lebih dari 2% volume, maka
produk menjadi off-spec dan tidak memenuhi spesifikasi pasaran.
31
Tabel 3. 2. spesifikasi Produk LPG Mixed
NO ANALISA METODA MIN MAX
1 Research Octane Number RON ASTM D-2699 88.0 -
ASTM D-3237/
2 LeadContent gr/L - 0.30
D-5059
13 Odour - Marketable
Sumber : Bank Data PT. Pertamina RU V 2017
32
Tabel 3. 3. Spesifikasi Produk Premium
NO ANALISA METODA MIN MAX
1 Research Octane Number RON ASTM D-2699 88.0 -
ASTM D-3237/
2 LeadContent gr/L - 0.30
D-5059
Distillation : ASTM D-86
10% Vol.Recovery 0C - 74
50% Vol.Recovery 0C 88 125*)
3
90% Vol.Recovery 0C - 180
End Point 0C - 205
Residue % Vol - 2.0
4 R.V.P at 1000F Kpa ASTM D-323 - 62*)
5 Existent Gum mg/100ml ASTM D-381 - 4
6 Induction Period minutes ASTM D-525 240
7 Cu. Strip. Corrosion 3 hrs/500C ASTM D-130 - No 1
8 Doctor Test or No.9 IP-30 - -
9 Mercaptan Sulphur % wt ASTM D-3227 - 0.002
10 Total Sulphur % wt ASTM D-1266 0.20
11 Colour VISUAL Yelllow
12 DyeContent:yellow gr/100 L - - 0.13
13 Odour - Marketable
33
Tabel 3. 4. Spesifikasi Produk Pertamax 92
NO ANALISA METODA MIN MAX
1 Research Octane Number RON ASTM D-2699 92 -
ASTM D-3237/
2 LeadContent gr/L - 0.013
D-5059
Distillation : ASTM D-86
10% Vol.Recovery 0C - 70
50% Vol.Recovery 0C 77 110
3
90% Vol.Recovery 0C 180
End Point 0C 205
Residue % Vol 2.0
4 R.V.P at1000F Kpa ASTM D-323 45 60
5 Existent Gum mg/100ml ASTM D-381 - 4
6 Induction Period minutes ASTM D-525 360
7 Cu. Strip. Corrosion 3 hrs/500C ASTM D-130 - No 1
8 Doctor Test or No.9 IP-30 - -
9 Mercaptan Sulphur % wt ASTM D-3227 - 0.002
Total Sulphur % wt ASTM D-1266 0.1
3.2.3. Kerosene
Kerosene atau kerosin atau yang sering disebut sebagai minyak tanah adalah
fraksi minyak bumi yang keluar dari side stream CDU (Crude Distilation Unit).
Beberapa sifat penting dari kerosin antara lain adalah Smoke Point dan Flash
Point :
a. Smoke Point (titik asap)
Tinggi nyala maksimum (dalam mm) yang dapat dihasilkan oleh
pembakaran kerosin tanpa menimbulkan asap hitam. Standar kerosin
umumnya memiliki titik asap minimal 18 mm
b. Flash Point
Flash Point adalah temperatur terendah pada saat minyak membuat uap di
atasnya dan meletup saat diberikan api kecil. Spesifikasi flash point
minimum dari kerosin adalah 35oC. Berikut adalah spesifikasi untuk produk
Kerosene.
34
Tabel 3. 5. Spesifikasi Produk Kerosene
NO ANALISA METODA MIN MAX
0 3
1 Density 15 C Kg/m ASTM D-1298 - 835
2 Smoke Point mm ASTM D-1322 15 -
3 Burning Test (Dry Char) mg/kg IP-10 - 40
Distillation : ASTM D-86
4 End Point 0C - 310
Recovery at 2000C % vol 18 -
5 Flash Point Abel 0C IP-170 38.0 -
6 Total Sulphur ASTM D- - 0.20
7 Cu. Strip.Corrosion 3 hrs/500C ASTM D-130 - No.1
8 Colour - Marketable
Sumber : Bank Data PT. Pertamina RU V 2017
3.2.4. Avtur
Avtur digunakan pada mesin pesawat terbang bermesin turbin. Avtur
mempunyai komposisi yang mirip dengan kerosin. Hanya saja spesifikasinya
lebih ketat karena penggunaanya pada pesawat terbang. Avtur tidak diambil
sebagai produk blending, untuk menjaga kualitas mengacu standar
internasional. Spesifikasi produk Avtur dapat dilihat pada table 3.7 . Beberapa
karakteristik penting dari avtur antara lain:
a. Smoke Point , nilai minimum yang diperbolehkan 20 mm
b. Flash Point, nilai minimum yang diperbolehkan 3 oC
c. Rentang Pendidihan/Distilasi dengan maksimum residu sebesar 1.5% vol
d. Electrical Conductivity, avtur sedapat mungkin tidak termuati oleh listrik
statis. Muatan listrik statis dapat menyebabkan terjadinya ledakan ketika
proses pengisian bahan bakar melewati filter mikron. Batas minimal
Electrical Conductivity adalah 50 CU (Conductifity Unit) dan batas
maksimum 300 CU.
e. Thermal Stability, pada avtur diperlukan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya pengendapan pada tangki dan pipa-pipa bahan bakar. Thermal
stability yang diizinkan untuk avtur adalah maksimum 25 mmHg dengan
metode Filter pressure (differential).
35
Tabel 3. 6. Spesifikasi Produk Avtur
NO ANALISA METODA MIN MAX
0 3
1 Density at 15 C kg/m ASTM D- 1298 847750
2 Cu. Strip. Corrosion 3hrs/500C ASTM D- 130 No. 1
0
3 Flash Point Abel C IP-170 38.0 -
4 Frezzing Point 0C IP- 16 - 47.0
5 Aromatic Content % vol ASTM D-1319 - 25.0
6 Doctor Test IP-30 - Negative
7 Mercaptan Sulphur % wt ASTM D-3227 0.003
8 Sulphur Content % wt ASTM D-1266 0.3
9 Existing Gum mg/100 ml ASTM D-381 7
10 Total Acidity mgKOH/g IP-273 0.015
11 Smoke Point Mm ASTM D-1322 25
12 Specific Energy MJ/kg 42.8
13 Viscosity at-200C mm2/sec ASTM D-445 8
14 Thermal stability ASTM D-3241
15 Tube Rating Visual Less than 3
16 Pressure Differensial mmHg 25
Sumber : Bank Data PT. Pertamina RU V 2017
36
direncanakan untuk memenuhi EURO 4 adalah Pertamina Dex High Quality
(HQ). Adapun untuk spesifikasi IDO dan ADO dijelaskan pada Tabel 3.7. dan
Tabel 3.8.
37
Tabel 3. 8. Spesifikasi Produk IDO
NO ANALYSIS METHOD MIN. MAX.
1. Specific Gravity at 60/60oF ASTM D -1298 0.840 0.920
2. Strong Acid Number mgKOH/gr ASTM D - 974 - NIL
3. Ash Content % wt ASTM D - 482 - 0.02
4. Colour ASTM ASTM D -1500 6 -
5. Conradson Carbon Residue % wt ASTM D -189 - 1.0
6. Flash Point Pmcc oF ASTM D - 93 150 -
7. Pour Point oF ASTM D -97 - 65
8. Sediment by Exctraction % wt ASTM D -473 - 0.02
9. Total Sulphur % wt ASTM D -1552 - 1.5
10. Viscosity Redwood I/100 oF Seconds IP -70 35 4.5
11. Water Content % vol ASTM D - 95 - 0.25
Sumber : Bank Data PT. Pertamina RU V 2017
Lilin pernah dihasilkan di kilang Balikpapan sebagai produk samping yang cukup
tinggi margin keuntungannya. Tapi saat ini, PT Pertamina (Persero) RU V
Balikpapan sudah tidak memproduksi lilin lagi. Wax plant sudah mengalami
demolishing karena proyek pengembangan kilang, yaitu Refinery Development
Masterplan Program (RDMP). Sebagai gantinya, POD umpan Wax Plant saat ini
dicampurkan dengan HVGO dan dialirkan ke Hydrocracking Complex (HCC)
Unibon.
38
VI Balongan dan unit RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) di RU IV
Cilacap.
39
asal produk tersebut berasal, yaitu Refinery Pertamina Unit 5. MGO-05 umum
digunakan sebagai bahan bakar kapal. Sedikit berbeda dengan ADO dan IDO,
MGO-05 harus memenuhi beberapa spesifikasi standar seperti titik bekunya
harus lebih rendah karena bisa mengakibatkan penyumbatan di mesin kapal jika
kapal tersebut berlayar ke perairan yang bersuhu sangat rendah. Adapun
spesifikasi SF-05 dan Marine Gas Oil (MGO)-05 dijelaskan pada Tabel 3.12.
ASTM D 189
4 CCR on 10% vol.Res %wt 0.1 Max
97
5 Sulfur Content ASTM D 2622 %wt 0.35 Max
% wt 0.01 Max
6 Ash Content ASTM D 482
%v/v 0.35 Max
0
7 Flash Point PMcc ASTM D 93 C 60 min
8 Pour Point ASTM D 0C -6 Max
9 Cetane Index ASTM D 4737 - 37 Min
10 Cetane Number ASTM D 613 - 40 in
Sumber : Bank Data PT. Pertamina RU V 2017
40
3.2.11. Uncovered Oil (UCO)
Unconverted oil merupakan produk samping dari kilang yang tidak bisa lagi
diolah di dalam kilang menjadi produk-produk lain. Adapun UCO ini berasal dari
Night Bottom Feed (NBF) unit Hydrocracking Unibon. Karena tidak bisa lagi
diolah di dalam kilang Pertamina RU V Balikpapan, maka UCO akan dikirim ke
anak usaha PT Pertamina (Persero) lain yaitu PT Patra SK yang berlokasi di
Dumai, Riau, untuk diolah lanjutan.
3.2.13. Naptha
Naphta yang diproduksi Pertamina RU V Balikpapan selain dijadikan bahan
blending bensin juga digunakan sebagai bahan baku oleh perusahaan lain
seperti British Petroleum dan Sietco. Spesifikasi naphta yang dijual
mempunyai spesifikasi pada Tabel 3.13.
41
Tabel 3. 14. Spesifikasi Produk Light Naphtha (Konsumsi Sietco)
NO ANALISA METODA MIN MAX
1 Spesifikasi Gravity at 60/600F ASTM D-1298 0.65 0.74
2 Paraffins % vol ASTM D-2159 65 -
3 Olefins % vol ASTM D-1319 - 1.0
4 Total Sulphur ppm wt ASTM D-4045 - 300
5 Colour Saybolt ASTM D-156 +20 -
Distillation : ASTM D-86
IBP 0C 25 -
6
End Point 0C - 204
Residu % vol - 1.5
7 R.V.P at 1000F psi ASTM D-323 - 13.0
8 Lead Content ppb IP-224 - 100
9 Existent Gum mg/100 ml ASTM D-381 - 4.0
10 Arsenic Content ppb UOP-296 - 20
11 Total Chlorine ppm wt UOP-395 - 1
Sumber : Bank Data PT. Pertamina RU V 2017
42
Tabel 3. 16. Spesifikasi Produk IFO untuk BP
Spesifikasi Hasil
Analisis Methods
Min. Max. - I -
Density at 15oCkg/m3 D. 1298 - 991 - 0.9617 -
Calorific Value : D. 240
- Nett (Btu/lb) - - - - -
- Gross (Btu/lb) - - - 18820 -
Flash Point PMcc oC D. 93 60 - - 100 -
Pour Point oC D. 97 - 40 - 21 -
Sulphur Content % m/m D. 2622 - 3.5 - 2.0 -
Sediment Content % m/m D. 473 - 0.10 - - -
Viscosity :
- Kinematic 50 oC mm2/sec D. 445 - 380.0 - 227.5 -
- Redwood I 50 oC/Sec Conv. - 921 -
Sumber : Bank Data PT. Pertamina RU V 2017
43
Pada awalnya, minyak mentah yang berasal dari tempat pengeboran tengah laut
diangkut oleh kapal-kapal tanker untuk disimpan sementara di Terminal Lawe-
Lawe dan Terminal Balikpapan. Minyak tersebut akan di-blending menjadi mixed
crude oilyang kemudian disalurkan ke PT PERTAMINA (Persero) RU V
Balikpapan melalui pipa-pipa di bawah laut sepanjang 17 km.
a. Primary Process
Proses pengolahan utama (primary processing) ini pada umumnya merupakan
proses pemisahan fraksi-fraksi dan treating berdasarkan perbedaan fisis. Proses
pengolahan pertama yang utama adalah sebagai berikut:
i. Distilasi Atmosferik
Distilasi atmosferik merupakan tahap pemisahan yang sangar penting. Operasi
pemisahan ini didasarkan pada volatilitas dan perbedaan titik didih komponen-
komponen penyusun minyak bumi. Tekanan operasi proses ini adalah tekanan
atmosferik sehingga perbedaan titik didih yang digunakan adalah pada kondisi
atmosferik pula. Temperatur yang digunakan adalah antara 340-350oC. Fraksi
minyak yang memiliki titik didih di atas 350oC keluar sebagai produk bawah
sedangkan fraksi yang memiliki titik didih di bawah suhu tersebut akan keluar
sebagai produk atas menurut fraksinya masing-masing.
44
Produk-produk yang dihasilkan oleh suatu unit distilasi atmosferik pada proses
kilang minyak bumi adalah sebagai berikut:
1. LPG
2. Light Naphta
3. Heavy Naphta
4. Kerosene
5. Gas Oil
6. Long Residue, yang dapat dipisahkan lebih lanjut pada Unit Distilasi Vakum
menjadi fraksi yang lebih memiliki nilai.
Tekanan vakum diberikan bertujuan untuk menurunkan titik didih umpan karena
pada temperatur tinggi sebagian fraksi minyak bumi mengalami perengkahan.
Tekanan vakum yang digunakan berkisar antara 10-40 mmHg absolut yang
dihasilkan oleh sistem ejektor menggunakan steam sebagai media penurun
tekanan. Distilasi vakum menghasilkan produk berupa LVGO (light vacuum gas
oil), HVGO (heavy vacuum gas oil), MVGO (medium vacuum gas oil), dan vakum
residu. HVGO selanjutnya masuk ke unit cracker atau perengkahan dengan
diinjeksikan hidrogen (hydrocracking). LVGO dapat langsung digunakan sebagai
bahan campuran untuk ADO (automotive diesel oil) dan IDO (industrial diesel oil).
Vakum residu dapat diolah lebih lanjut melalui unit perengkahan katalitik.
iii. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menghilangkan gas-
gas yang tidak dikehendaki dengan mengkontakkannya dengan bahan padat.
Padatan harus memiliki luas kontak yang cukup besar sehingga dapat
mengkonsentrasikan gas pada permukaannya. Molecular sieves, gel silika, dan
alumina merupakan adsorben padat yang umum digunakan pada industri
pengolahan minyak bumi.
iv. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses pemisahan campuran uap yang dilakukan dengan
cara menyerap dan melarutkannya ke dalam cairan. Komponen dengan tekanan
45
uap lebih rendah akan mudah melarut sehingga komponen yang lebih berat
dapat dipisahkan dari campuran gas dan dikonsentrasikan sebagai suatu
adsorbat yang melarut dalam lean oil. Pelarut atau lean oil yang digunakan
biasanya merupakan fraksi gasolin atau kerosin yang memiliki titik didih tinggi.
Lean oil parafinik lebih dipilih untuk menyerap uap hidrokarbon parafinik. Pada
proses pengolahan minyak, proses adsorbso digunakan untuk membebaskan
gas-gas petroleum dalam jumlah kecil. Absorpsi juga digunakan untuk
memisahkan gas-gas yang tidak diinginkan seperti CO2 dan H2S.
b. Secondary Process
Proses pengolahan lanjut yang utama adalah perengkahan termis, perengkahan
katalitis (thermal/catalytic cracking), hydrocracking, catalytic reforming,
polimerisasi dan alkilasi.
Ada dua macam perengkahan termis yaitu Visbreaking dan Coking. Pada
Visbreaking, kondisi perengkahannya lebih ringan dibandingkan proses
perengkahan termal. Tujuannya ialah menurunkan viskositas dan titik tuang
umpan minyak dan bahan bakar minyak. Kondisi operasi yang digunakan adalah
460-480oC dan tekanan 16 kg/cm2g. Coking merupakan proses yang paling berat
dalam perengkahan termis. Tujuan proses coking adalah menghasilkan kokas
(coke) sebagai produk utama. Kondisi operasi coking adalah temperatur 480-
520oC dan tekanan 14-26 Kg/cm2g.
46
kehilangan keaktifan selama penggunaan bila berkontak langsung dengan steam
pada temperatur tinggi. Pda kilang Pertamina RU V Balikpapan. Contoh unit yang
menggunakan prinsip catalytic cracking adalah HVU dan HCU.
iii. Hydrocracking
Hydrocracker merupakan unit perengkahan minyak bumi (umpan berupa gas oil
uang merupakan gas hidrogen dan katalis. Hydrocracking terutama digunakan
untuk memproses bahan dasar yang murah dan tidak dapat digunakan oleh unit
perengkahan dan pembentukan katalis karena mengandung logam, nitrogen,
dan belerang yang tinggi. Produk yang dihasilkan berupa gasolin, kerosin,
minyak pelumas, umpan perengkahan katalis, umpan dasar petrokimia, dan
LPG. Tekanan dan temperatur operasi adalah 500-3000 psig dan 500-900oF.
Umpan unit ini adalah minyak berat dan keluaran unit distilasi vakum (HVGO).
Katalis yang digunakan mengandung 2 jenis keaktifan, yaitu inti metal yang
berfungsi sebagai pusat hidrogenasi/dehidrogenasi dan inti asam yang berfungsi
sebagai pusat perengkahan/isomerisasi.
Selain reaksi di atas, juga terdapat reaksi samping yaitu reaksi dekomposisi dan
reaksi hidrogenasi. Reaksi dekomposisi mengubah senyawa oksigen, sulfur, dan
nitrogen menjadi senyawa hidrokarbon dan menghasilkan amonia, hidrogen,
sulfida, dan air.
47
v. Polimerisasi
Polimerisasi adalah kombinasi dua atau lebih molekul olefinik untuk
menghasilkan molekul yang lebih besar. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah
pembentukan ion karbonium yang terbentuk oleh kombinasi olefin dan proton
yang dilengkapi oleh katalis asam.
Kondisi reaksi yang digunakan dalam reaksi polimerisasi ini adalah 3004250F
dan tekanan 400-500 psi. Sedangkan, space velocity yang digunakan adalah
0,12-0,46 gal total umpan/lb katalis. Umpan yang digunakan adalah segala jenis
olefin, namun untuk menghasilkan gasolin digunakan olefin berkarbon rendah.
Dalam kilang Pertamina RU V Balikpapan, unit NHT (naphtha hydrotreater)
merupakan salah satu unit yang menjalankan proses polimerisasi.
vi. Alkilasi
Alkilasi adalah reaksi dimana gugus alikl ditambahkan pada senyawa lain dalam
pemurnian minyak bumi. Alkilasi bertujuan untuk mencapai nilai oktan yang lebih
tinggi dengan cara reaksi kimia. Reaksi ini dapat berlangsung dengan atau tanpa
katalis. Adapun bila dengan katalis biasanya menggunakan katalis asam seperti
asam sulfat.
Mekanisme reaksi yang terjadi hampir sama dengan polimerisasi. Ion karbonion
dibentuk oleh reaksi antara olefin dan proton yang dilengkapi dengan katalis
asam. Umpan yang digunakan dalam proses alkilasi adalah setiap aliran
hidrokarbon yang mengandung olefin dapat digunakan untuk mengalkilasi i-
butane. Umpan alkilasi harus bebas H2S dan merkaptan karena kedua senyawa
itu dapat membentuk belerang bebas yang menyebabkan produk mengandung
senyawa timbal sehingga menaikkan pemakaian katalis.
c. Treating Process
Proses akhir finalisasi produk agar sesuai spesifikasi pasar. Proses treating
dapat diartikan sebagai penghilangan, pemisahan, atau pengubahan senyawa
yang tidak diinginkan yang terdapat pada minyak mentah, produk tengah, atau
akhir. Bila pengotor-pengotor ini tidak dikenakan proses treating, maka dapat
menurunkan kualitas produk, menurunkan harga jual, dan mengganggu operasi
selanjutnya.
48
i. Sulfuric acid treatment
Perlakuan dengan asam sulfat dilakukan untuk menghilangkan pengotorpengotor
berupa substansi resin dan asphaltik. Asam kuat (>93%) dapat menghilangkan
merkaptan, namun diperlukan proses sweetening untuk menetralkan asam yang
tersisa. Penggunaan asam sulfat untuk proses ini tergantung pada jenis umpan,
temperatur, dan waktu kontak. Selain itu, diperlukan inhibitor gum untuk
menghambat pembentukan gum yang dikatalisis oleh logam-logam seperti
tembaga atau vanadium.
Pada proses oksidasi, merkaptan dirubah menjadi disulfida yang kurang berbau.
Proses ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan karena menghasilkan disulfida
yang berbahaya pada lead susceptibility. Proses mercaptan dissolving adalah
metode pencucian kostik, dilakukan dengan mengontakkan gasolin dengan
sodium, kalsium, atau magnesium hidroksida untuk menghilangkan H2S dan
merkaptan.Proses merox dilakukan untuk menghilangkan merkaptan dengan
menggunakan prinsip ekstraksi. Hidrokarbon dan larutan kaustik soda
dikontakkan berlawanan arah kemudian diregenerasi dengan bantuan udara.
iii. Desulfuriasasi
Proses desulfurisasi adalah proses yang merusak dan menghilangkan senyawa
belerang lain bersamaan dengan merkaptan, H2S, dan belerang. Proses
desulfurisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ekstraksi senyawa belerang
dengan menggunakan pelarut dan dekomposisi senyawa belerang secara
katalitik menghasilkan H2S. Proses ini dijalankan pada suhu 400-800oF dan
tekanan 300-500 psi.
49
iv. Treating secara Adsorbsi
Perlakuan adsorbsi dilakukan untuk meningkatkan warna minyak dan
menghasilkan pengotor berupa aspal dan resin. Proses ini dilakukan dengan 3
cara:
1. Perkolasi melalui kolom panjang dari tanah liat kasar
2. Kontak pada temperatur tinggi dengan bubuk halus tanah liat
3. Kontak dalam fase uap dengan unggun bebas tanah liat
Proses kontinyu dengan tanah liat bergerak melalui unggun perkolasi banyak
digunakan. Hal ini karena proses tersebut lebih fleksibel.
50
Kilang-kilang ini terletak di Teluk Balikpapan dengan luas area sekitar 2,5 km2.
Kilang Balikpapan I dibangun tahun 1980 dan resmi beroperasi pada November
1983 dengan kapasitas intake 200 MBCD. Selanjutnya Kilang Balikpapan II
diupgrade pada tahun 1995 dan beroperasi pada tahun 1997 dengan kapasitas
intake crude 60 MBCD.
Adapun unit yang termasuk dalam kilang Balikpapan I, yaitu sebagai berikut :
a. Crude Destillation Unit V (CDU V)
Plant ini berfungsi untuk memisahkan minyak mentah berdasarkan titik didihnya
pada tekanan 1 atm. Unit ini berkapasitas 60 MBSD (60000 barrel/hari). Crude
utama yang diproses adalah minyak mentah parafinik karena CDU V didesain
untuk memproduksi umpan untuk WaxPlant atau Paraffinic Oil Distillate (POD).
Namun, sejak WaxPlant terbakar pada tahun 2006, produksinya turun. Produk
lain dari unit ini adalah LPG, kerosin, Light Gas Oil (LGO), Heavy Gas Oil (HGO),
dan long residue. Umpan yang digunakan pada CDU V merupakan crude yang
bersifat parafinik karena orientasi kilang Balikpapan I pada saat desain adalah
51
memproduksi wax yang merupakan produk unggulan dari PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit V Balikpapan. Akan tetapi, untuk produksi wax saat ini
sudah tidak lagi djialankan dalam kegiatan produksi RU V Balikpapan. Adapun
umpan minyak mentah untuk CDU V adalah jenis mixed crude yang umumnya
bersifat lebih ke parafinik.
d. Wax Plant
Plant ini berfungsi untuk memisahkan Wax dalam POD. 4 tahap dalam proses
separasinya adalah deWaxing, sweating, treating, dan molding. Namun, sejak
terbakar pada 2006, Wax Plant tidak dapat beroperasi lagi. Ini menyebabkan
penurunan kualitas dan kuantitas produksi Wax. Produksinya turun dari
sebelumnya 150 menjadi 9 ton per hari.
52
e. Effluent Water Treatment Plant (EWTP)
Plant ini berfungsi untuk mengolah limbah cair dari unit-unit proses di Balikpapan
I dan II maupun emisi air hujan dari area tangki yang mengandung minyak, agar
tidak mencemari lingkungan ketika dibuang ke laut. Limbah cair yang masuk ke
EWTP dibagi menjadi 2, yaitu limbah proses dan air hujan serta drainase.
Limbah proses akan diolah di Refinery waste stilling zone, bus lane gravity, oil
skimmers, Refinery slop sump, equalizer basin, floation dissolved water,
bioaeration basin, dan clarifier. Sementara itu, air hujan dan drainase hanya akan
diolah di storm water stilling zone, storm water basin, dan bus lane gravity
53
Kilang Balikpapan II terdiri dari dua unit produksi, yaitu Unit Hydro Skimming
Complex (HSC) dan Unit Hydrocracking Complex (HCC). Kedua unit ini
memproduksi bahan bakar minyak dan LPG. Unit Hydro Skimming Complex
(HSC), yang meliputi :
54
Unit) yang kemudian dimasukkan ke reaktor. Sebagian sweet naphtha disimpan
ke dalam tangki yang memiliki ―selimut‖ nitrogen, naphtha ini akan digunakan
pada saat start up. Nitrogen ini berfungsi untuk menjaga sweet naphtha tetap
kering (tidak terkena air) dan tidak terkontakkan dengan oksigen.
55
i High Vacuum Unit II (HVU II) – Plant 2
Umpan yang masuk ke HVU II terdiri dari 81.5% longresidue yang berasal
dari CDU IV, plant 1, dan 18.5% CDU V. HVU II mempunyai kapasitas
pengolahan sebanyak 81 MBSD.
ii Hydrocracking Unit (HCU) – Plant 3
UOP HC Unibon Unit (HCU) adalah unit yang bertujuan untuk
memaksimalkan produk Solar dari HVGO. HCU ini berfungsi untuk mengolah
fraksi berat HVGO menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis.Prosesnya
adalah katalitik dan mengkonsumsi hidrogen ketika mengkonversi konstituen
dari crude yang berberat molekul tinggi menjadi produk yang lebih berharga
dan berberat molekul rendah, seperti naphtha, Kerosene, dan Solar. HCU di
kilang Balikpapan 2 mempunyai 2 train dengan kapasitas masing-masing
27,5 MBSD.
iii Hydrogen Plant – Plant 8
Hydrogen Plant, plant 8, adalah plant yang menggunakan proses reformasi
steam (steam/hydrocarbon reforming) untuk menghasilkan hidrogen yang
akan digunakan dalam proses hydrocracking di HC Unibon Unit. Hydrogen
Plant memproduksi sekitar 80000 Nm3/h hidrogen murni untuk make-up di
HCU.
56
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang lingkup pekerjaan, tanggung jawab
penulis, dan pihak berwenang dalam melakukan pekerjaan. Tugas yang
diberikan untuk siswa akan dijelaskan, termasuk metodologi dan hasil tugas juga
dijelaskan dalam bab ini.
57
permintaan material yan dilakukan oleh Analis Persediaan maupun pemakai
yang memuat data spesifikasi material, jumlah anggaran, waktu diperlukan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Cek Stock atau Stock
Review adalah kegiatan melihat, memantau dan meneliti posisi persediaan untuk
meyakinkan bahwa jumlah persediaan yang ada cukup untuk memenuhi
kebutuhan pengusahaan perusahaan.
58
MULAI
MELAKUKAN
ORIENTASI
STUDI LITERATUR
MENGIDENTIFIKASI
MASALAH
MEMBUAT
KESIMPULAN
DAN SARAN
SELESAI
59
a. Internal Perusahaan
Material yang diadakan pada pengadaan barang/jasa pada PT Pertamina
(PERSERO) RU V adalah material maintenance, program dan general yang
mendukung proses produksi. Untuk diketahui, tahapan proses pengadaan
barang di PT Pertamina (PERSERO) RU V adalah sebagai berikut:
1. Penentuan Kebutuhan / PR
2. Sourcing
3. Owner Estimate
4. Bidder List
5. RFQ
6. Tender
7. Proses PO
8. Monitor PO
9. Good Receive
10. Verifikasi Invoice
11. Proses Pembayaran
Inventory merupakan salah satu dari 4 section pada bertugas untuk
Memonitoring Stock Material, Mengevaluasi stock material, Monitoring
Reservation, Meng-create PR (Purchase Requisitions). Material dikelompokkan
menjadi 3 yaitu Material Maintenance, Program dan General. Material
Maintenance sendiri terdiri dari Routine, TA (Turn Araound), OH(Over Haul).
1. Routine
Jenis material Routine terdiri dari Material Instrumen, Non-Rotating, Rotating dan
Electrical. Material routine biasanya tergolong dalam fast moving yang berarti
material yang pergerakan berdasarkan waktunya kurang dari 2 tahun.
2. Turn Around
Material Turn Around adalah material yang dibutuhkan untuk kegiatan
maintenance pada bagian produksi dimana kegiatan tersebut mengharuskan
untuk memberhentikan proses produksi sementara.
3. Over Haul
Material Over Haul adalah material yang dibutuhkan untuk kegiatan
maintenance pada bagian produksi tanpa harus memberhentikan proses
produksi.
Untuk Material Program sendiri merupakan Chemical atau bahan kimia yang
menunjang kegiatan produksi. Sedangkan General adalah material umum untuk
60
menunjang produksi. Procurement menggunakan sistem terintegrasi MySAP
untuk membantu pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan. Berikut adalah
alur material:
61
4.4.2. Analisis Hasil Tugas
a. Pembuatan Purchase Requisitions
Setelah dikeluarkan Work Order atau WO oleh Planner, Inventory Control
bertugas untuk membuat Purchase Requisitions
Setelah Work Order ditemukan, Inventory Control lalu bisa membuat PR karena
PR di adopt dari Work Order. Display diatas menunjukkan satu Work Order
dengan berbagai macam K-Map atau Material Number dan kuantitas yang
diperlukan.
62
Gambar 4.5. Cek Stock
Setelah mendapat Work Order dan list material yang diperlukan, dilakukan
pengecekan stock by sistem untuk tiap-tiap material yang tertera pada Work
Order tersebut.
Dari sekain banyak material yang tertera pada Work Order tersebut, hanya tiga
material yang tersedia di gudang. Ketiga material tersebut kemudian di periksa
outstanding PO atau PR nya.
63
Gambar 4.7. Display Purchase Requisition
64
Gambar 4.10. Create PR
Gambar 4.7. dan 4.8. adalah form pembuatan PR yang di adopt dari Work Order
setelah dilakukan pengecekan pada tiap material pada list yang dibutuhkan.
Nomor Work Order harus dilampirkan pada memo setiap kali pembuatan PR.
65
pernah terjadi out of stock. Untuk diketahui tidak semua material memiliki Safety
stock sehingga pemesanan dilakukan saat material habis atau saat material
sedang dibutuhkan. Menurut hasil observasi dan perbandingan yang dilakukan
penulis, akan lebih baik jika Inventory mempunyai Reoder Point dan Safety
Stock. Karena dengan menerapkan kedua hal tersebut, kegiatan pengadaan
akan lebih tersistem dan tidak terburu – buru. Selain itu dengan ditetapkannya
Reorder Point dan penetapan Safety Stock, menurut penulis dapat meringankan
anggaran yang dikeluarkan perusahaan saat mengadakan barang.
66
BAB 5
PENUTUP
67
DAFTAR PUSTAKA
68
LAMPIRAN
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100