Farmasetika Furosemid

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

ASPEK FARMASETIKA DAN DISTRIBUSI

FUROSEMID

Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat [54-31-9] C12H11ClN2O5S BM 330,74


Furosemida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C12H11ClN2O5S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir kuning; tidak berbau.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton, dimetilformamida dan
larutan alkali hidroksida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam
eter; sangat sukar larut dalam kloroform. (FI V tahun 2015 Hal 468)

1. Pertimbangan bentuk sediaan

Obat furosemid ada 2 bentuk sediaan yang beredar di pasaran yaitu tablet dan injeksi.

TABLET

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI.V
tahun 2015 hal.52)
Alasan Pemilihan Sediaan Tablet (Lachman, 1986. The Theory&Practice of Industrial
Pharmacy 3rd Edision, Hal.294)
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan, antara lain:
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang
paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan;
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti)
dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan
ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang (tertutupi) rasanya dalam tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan
langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram
atau berhiasan timbul atau emboss;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan,
terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus seperti tablet lepas tunda, lepas
lambat, lepas terkendali;
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan
untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling mudah diproduksi secara besar-besaran
dengan proses pengemasan yang mudah dan murah sehingga biaya produksi lebih rendah;
12. Pemakaian oleh pasien lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik,
dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Formula Umum Tablet (Sarfaraz K Niazi, 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing


Formulations, Compressed Solid Products. Hal.67)
1. Zat Aktif
2. Zat Tambahan
a. Coating agent : Carboxy Methyl Celulose (CMC), Cellulose Acetat, Ethylcelulose,
Hydroxyl Propyle Methyl Cellulose (HPMC), Methyl Celulose, PEG
b. Glidan/Pelincir : Calsium Silicate, Magnesium Silicate,Silicon Dioxide, Colodial Talc
c. Binder/Pengikat : Sodium Cellulose, Pregelatinized Syrup
d. Diluent/Pengisi : Calcium Carbonat, Microcristaline Cellulose, Kaolin, Amilum,
Lactose
e. Desintegrant/Penghancur : Sodium Starch, Glycolate Starch, Starch, Pregelatinized,
Alginic Acid Celluloce
f. Lubrikan/Pelicin : Calcium Stearate, Magnesium Stearate, Mineral Oil, Stearic Acid,
Purified Talc

Contoh Formula Khusus (Safaraz K Niazi, 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing


Formulations, Compressed Solid Products. Hal.310)

Metode Pembuatan Tablet (FI V tahun 2015, hal.53)


Cara pembuatan Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering
(mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa.
1. Granulasi Basah
Metode granulasi basah adalah dengan membasahi serbuk dan membentuk pasta yang
kemudian menggunakan mesh untuk menghasilkan ukuran granul yang diinginkan.
Granul ditempatkan pada baki pengeringan dan dikeringkan melalui udara atau dibawah
panas. Granul dipindahkan secara berkala pada baki pengeringan untuk mencegah adhesi
menjadi massa yang besar.
2. Granulasi Kering
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi
sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak
hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi
kering adalah tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi. Granulasi
kering dapat juga dilakukan dengan meletakkan massa serbuk diantara mesin rol yang
dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa padat yang tipis, selanjutnya diayak
atau digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.
3. Pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi memerlukan eksipien yang memungkinkan
pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu. Eksipien ini terdiri dari zat
berbentuk fisik khusus seperti laktosa, sukrosa, dekstrosa, atau selulosa yang mempunyai
sifat aliran dan kemampuan kempa yang diinginkan . Bahan pengisi untuk kempa
langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat,
laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa bentuk pati
termodifikasi. Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi
basah dan granulasi kering. Walaupun demikian sifat fisik masing-masing bahan pengisi
merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat mengubah sifat alir dan kempa sehingga
menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung.

Evaluasi :

1. Uji Homogenitas campuran :


Tujuan : Memastikan bahwa zat aktif terdistribusi merata di dalam campuran

Prinsip : (pilih salah satu dari di bawah ini, sesuaikan dengan sediaan kita)

1. Visual, jika serbuk berwarna

2. Menetapkan kadar zat aktif dengan cara sampling pada beberapa titik (atas,
tengah, bawah) wadah pencampur

Penafsiran hasil : Campuran dinyatakan homogen jika:

(pilih salah satu dari di bawah ini, sesuaikan dengan yang dilakukan)

1. Warna terdistribusi merata dalam campuran


2. Kadar zat aktif pada beberapa titik sama
2. Sifat aliran (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3 ed, hlm. 317)
Tujuan : Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan
Prinsip : Menetapkan jumlah massa cetak yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu.

Alat : Flow Tester

Penafsiran Hasil: Aliran massa cetak baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan >4
g massa cetak adalah 1 detik

3. BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K) (Penuntun Praktikum Teknologi


Farmasi Sediaan Solida,2006, hal.55)
Tujuan : Menjamin aliran massa cetak yang baik
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot massa cetak
terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 500x). Pengukuran %
kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index (TPC, hal 184)
bobot granul
BJ nyata 
volume granul
bobot granul
BJ mampat 
volume mampat

BJ mampat  BJ nyata
%K   100%
BJ mampat

Penafsiran hasil : Jika % K:

o 5 – 10 % artinya aliran sangat baik


o 11 – 20 % artinya aliran cukup baik
o 21 - 25 % artinya aliran cukup
o >26 % artinya aliran buruk
4. Distribusi ukuran granul (Teori dan Praktek Farmasi Industri , hal 54-56)
Tujuan : Memastikan distribusi ukuran granul mengikuti distribusi normal

Alat : Granulometer

Prinsip : Granul dilewatkan melalui susunan pengayak dalam berbagai ukuran, yang
disusun bertingkat satu sama lain dengan pengayak berukuran paling halus diletakkan di
bawah. Granul yang tertinggal di tiap pengayak ditimbang dan dihitung persentasenya serta
ukuran diameternya

Penafsiran hasil : Distriubusi ukuran granul mengikuti kurva distribusi normal.

Evaluasi sediaan akhir

Evaluasi fisik

Persyaratan resmi

1. Keseragaman Sediaan (FI IV <911>, hal. 999-1001)


(Pilih salah satu yang sesuai dengan sediaan yang dibuat → Keragaman bobot jika
tablet mengandung zat aktif > 50 mg yang merupakan > 50 % dari bobot tablet dan
keseragaman kandungan jika tablet mengandung zat aktif < 50 mg atau zat aktif
merupakan < 50 % bobot tablet)

A. Keragaman bobot (FI IV hal. 999)


Tujuan : Menjamin keseragaman kandungan zat aktif

Prinsip : (untuk tablet tidak bersalut) Diambil 10 tablet secara acak lalu ditimbang
satu per satu dan dihitung bobot rata-ratanya. Berdasarkan hasil penetapan kadar,
dihitung jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 tablet tersebut dengan
anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

Penafsiran hasil :

Keseragaman dosis terpenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
tablet adalah 85-115% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif 
6%.

Jika 1 satuan berada di luar rentang tersebut dan tidak ada satuan berada dalam
rentang 75,0-125,0% dari kadar yang tertera pada etiket atau SBR > 6% atau jika
kedua kondisi tidak terpenuhi dilakukan uji 20 satuan tambahan Persyaratan:
Terpenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 sampel terletak di luar rentang 85,0-
115% dari kadar tablet yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak
di luar rentang 75,0-125,0% dari kadar tablet yang tertera pada etiket dan SBR 30
satuan tidak lebih dari 7,8%

B. Keseragaman kandungan (FI IV hal. 999-1001)


Tujuan : Menjamin keseragaman kandungan zat aktif

Prinsip : Menetapkan kadar 10 satuan tablet satu per satu sesuai penetapan kadar

Penafsiran hasil :

Keseragaman dosis terpenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
tablet adalah 85-115% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif 
6%.

Jika 1 satuan berada di luar rentang tersebut dan tidak ada satuan berada dalam
rentang 75,0-125,0% dari kadar yang tertera pada etiket atau SBR > 6% atau jika
kedua kondisi tidak terpenuhi dilakukan uji 20 satuan tambahan Persyaratan:
Terpenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 sampel terletak di luar rentang 85,0-
115% dari kadar tablet yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak
di luar rentang 75,0-125,0% dari kadar tablet yang tertera pada etiket dan SBR 30
satuan tidak lebih dari 7,8%

2. Uji Disolusi (FI IV <1231>, hal. 1083-1085)


Tujuan : Untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam
masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul (kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah)

Persyaratan : tergantung monografi

Alat : tergantung monografi

Media disolusi: tergantung monografi

Waktu: tergantung monografi


Intreprestasi hasil:

Tahap Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan


S1 6 Tiap unit sediaan
tidak < Q+5%
S2 6 Rata-rata dari 12 unit
(S1+S2) adalah ≥ Q
dan tidak satu unit
sediaan yang < Q–
15%
S3 12 Rata-rata dari 24 unit
sediaan (S1+S2+S3)
adalah ≥ Q, tidak
lebih dari 2 unit
sediaan yang < Q-
15% dan tidak satu
unitpun yang < Q-
25%

Bila sediaan tidak ada di monografi → kreatiflah menciptakan sistem dan persyaratan
uji disolusi. Persyaratan umum yang bisa dipegang : Q = 75% dalam 45 menit (Teori
dan Praktek Farmasi Industri hlm.662)

3. Uji waktu hancur (FI IV <1251>, hal. 1086 – 1087)


Tujuan : Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul (kecuali jika dinyatakan
untuk tablet kunyah, sustained release)

Prinsip : Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna dengan
menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut)
bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam monografi.

Penafsiran hasil : Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi,
semua tablet hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lain. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet uji harus hancur
sempurna.

Kalo sediaan ga ada di monografi → biasanya waktu hancur  30 menit (Teori dan
Praktek Farmasi Industri hlm.659)

Persyaratan dari industri

1. Organoleptik (Teori dan Praktek Farmasi Industri hlm. 650)


Tujuan : Penerimaan oleh konsumen

Prinsip : Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa

Penafsiran hasil : Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai spesifikasi
(bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa sesuai spesifikasi

2. Keseragaman ukuran (FI III hal 6)


Tujuan : Menjamin penampilan tablet yang baik

Prinsip: Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya


masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die. Pengukuran
dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet

Alat : Jangka Sorong

Penafsiran : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal
tablet.

3. Friabilitas (Teori dan Praktek Farmasi Industri hlm. 654, USP & NF 27 hal 2621-2622,
Modul Praktikum Tenologi Solida, hal 40)
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses, pengemasan
dan penghantaran.

Prinsip : Friabilitas merupakan parameter untuk menguji ketahanan tablet bila


dijatuhkan pada suatu ketingggian tertentu. Pengukuran friabilitas dilakukan dengan
menentukan persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari
ketinggian tertentu dalam waktu tertentu.

Alat : Friabilator

Penafsiran hasil :

- Kehilangan bobot tidak boleh lebih besar dari 1%


- Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam
penimbangan tablet akhir.
- Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan maka
pengujian diulang 2-3 kali.

4. Friksibilitas (USP & NF 27 hal 2621-2622)


Tujuan : menjamin ketahanan teblat pada gaya mekanik pada proses, pengemasan dan
penghantaran

Prinsip : Friksibilitas merupakan parameter untuk menguji ketahanan tablet bila


bergesekan dengan sesama tablet. Friksibilitas diukur berdasarkan persentase bobot
tablet yang hilang selama diputar dan bergesekan dalam waktu tertentu.

Alat : Friksibilator

Penafsiran hasil :

- Kehilangan bobot tidak boleh lebih besar dari 1%


- Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam
penimbangan tablet akhir.
- Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan maka
pengujian diulang 2-3 kali.
5. Kekerasan (Teori dan Praktek Farmasi Industri hlm. 651)
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses, pengemasan dan
penghantaran

Prinsip : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan


pada saat produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian dilakukan dengan
memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah.

Alat : “ Hardness tester”

Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalahx(pilih salah satu aja):

 tablet sampai bobot 300 mg adalah 4-7 Kg/cm2


 tablet 400 – 700 mg adalah 7-11 Kg/cm2
Catatan : 1 Newton ~ 9.80665 Kg/cm2

INJEKSI
Definisi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspense atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi diracik dengan
melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau
dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. (FI III
tahun 1979 hal 13)
Larutan yang diberikan secara parenteral disebut Injeksi (FI V, hal 46)
Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 ml atau
kurang. (FI IV, hal 10)
Definisi sediaan steril untuk penggunaan parenteral pada umumnya tidak berlaku untuk sediaan
biologik, karena sifat khusus dan persyaratan perizinan. (FI IV, hal 10)
Injeksi adalah larutan, emulsi atau suspensi steril yang dibuat dengan melarutkan,
mengemulsikan, atau mensuspensikan zat aktif dan menambahkan eksipien ke dalam air, pelarut
bukan air yang sesuai, atau dalam campuran kedua pembawa. (BP 2009, 6551)

Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan


- Langsung mempengaruhi dosis profil farmakokinetik dan untuk mendapatkan onset kerja
yang cepat
- Respon fisiologis langsung, hal ini penting dalam pengobatan akut (misalnya situasi gagal
jantung, syok anafilaksis, asma)
- Sangat penting untuk obat yang kekuranfan ketersediaan hayati atau yang terdegradasi secara
cepat dalam saluran gastrointestinal misalnya insulin dan peptide lainnya
- Untuk pasien tidak sadarkan diri atau tidak kooperatif
- Untuk pasien dengan mual dan muntah dan juga disfagia.
- Efek local dapat dicapai dengan menggunakan formulasi parenteral

Keuntungan (Bisa juga dijadikan alasan pemilihan sediaan)


 Menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan rute pemberian lain dan karena absorbsi
obat tidak menjadi masalah (terutama untuk pemberian secara intravena (Ansel’s
Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems Edisi ke-9, 2011 p 433)
 Untuk pasien dengan keadaan gawat seperti cardiac arrest, asma dan syok, pemberian obat
lewat intravena dapat menjadi cara yang menyelamatkan hidup karena penempatan obat
langsung ke sirkulasi darah dan kerja obat yang cepat terjadi. (Goeswin Agus (2009)  tapi
ada di ansel’s 9th ed., 433)
 Beberapa obat harus diberikan secara parenteral karena tidak aktif secara terapeutik ketika
diberikan secara oral, misalnya inaktivasi pada saluran gastrointestinal atau first pass
metabolism di hati.
 Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (tidak sadar atau
muntah). (Encyclopedia of Pharmaceutical Technology (2007) p 1002-1003)
 Pemberian obat secara parenteral dapat juga memberikan efek lokal jika diperlukan, seperti
pada dokter gigi dan anestesiologi.
 Untuk pasien yang membutuhkan cairan elektrolit dan atau nutrisi yang tidak dapat diberikan
secara oral.
 Sesuai untuk obat yang sustained drug delivery system (implan, injeksi depot intramuskular)
 Sesuai untuk memberikan cairan, elektrolit, dan nutrisi (total parenteral nutrition untuk
pasien) (Goeswin 2009, hal 12)
 Dapat digunakan untuk self delivery of drugs (subkutan) (Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology (2007) p 1002-1003)
 Untuk injeksi obat yang langsung ke jaringan (targeted drug delivery)
 Menyediakan sistem penghantaran obat yang tepat dengan injeksi intravena atau infus
menggunakan teknik farmakokinetik
 Dapat dilakukan di Rumah Sakit, ambulatory infusion center, maupun home health care
 Sebagai rute alternatif untuk penghantaran obat yang memiliki keterbatasan seperti stratum
korneum yang impermeable untuk absorpsi perkutan pada rute transdermal dan degradasi
oleh enzim pada rute nasal atau optalmik (Pharmaceutical Preformulation dan Formulation
(2009) p 325)
 Sebagai alternatif untuk penghantaran protein (Pharmaceutical Preformulation dan
Formulation (2009) p 325)
Formulasi Umum
 Air Pro Injeksi: Zat Pembawa
Harus bebas dari pirogen (senyawa penghasil demam) terutama yang terkait dengan bakteri
gram negative. Air pro injeksi berfungsi sebgai zat pembawa menggunakan pembawa air atau
minyak (minyak jagung, minysk biji kapas, minyak kacang tanah, minyak wijen)
 Kosolven: Pelarut campur, (Gliserol, etanol, propilen glikol, polietilen glikol 400)
Pelarut yang digunakan harus cukup untuk membuat obat terlarut dalam formulasi tai tidak
boleh toksik
 Surface Active Agents: Surfaktan (tween 80, asam lemak polioksietilen)
Alasan digunakan dalam sediaan parenteral yaitu solusi untuk meningkatkan konsentrasi
kelarutan zat terapeutik yang dibutuhkan dalam formulasi. Surfaktan dapat dimasukkan ke
dalam larutan/air pro injeksi atau non air injeksi. Dalam formulasi suspense parenteral
surfaktan berfungsi untuk meningkatkan stabilitas fisik formulasi dengan mengasbsorpsi ke
permukaan terdispersi
 Buffer: Penyangga (Asam asetat/Sodium asetat, Asam sitrat/Na nitrat)
Buffer adalah zat tambahan untuk mengendalikan pH dan meningkatkan stabilitas .
 Pengawet: Asam metilparahidroksi benzoate
Pengawet diperlukan untuk menghambat kontaminasi mikroba terhadap produk. Khusus
untuk emulsi parenteral pengawet bertujuan untuk mendistribusikan antara fase minyak dalam
dan bagian luar (berair).
 Antioksidan : Tokoferol

Contoh Formula Khusus (Safaraz K Niazi, 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing


Formulations, Sterile Products)

1. Preparasi air. Periksa Item 6 yang akan digunakan untuk persiapan larutan dan pastikan
telah memenuhi batas konduktivitas NMT 1.0 S / detik dan kisaran pH 5.0 sampai 7.0.
2. Preparasi larutan. Perhatian: Produk sensitif terhadap cahaya. Lindungi dari cahaya
sebanyak mungkin selama pemrosesan.
a. Masukkan 900 mL Item 6 ke dalam wadah penyiapan dan gelemung gas N2 (Item 7)
untuk mengeluarkan oksigen terlarut. Pantau sensor O2 (Batas O2% = NMT 1).
b. Masukkan 300 mL Item 6 ke dalam wadah persiapan lain dan gelembung Item 7
selama 20 menit.
c. Tambahkan dan lepaskan Item 2 dan 3 ke dalam Langkah 2-wadah persiapan.
d. Tambahkan item 1 ke dalam larutan Langkah 2-c dan aduk sampai benar-benar larut
e. Periksa pH (kisaran 8,5 sampai 9.1).
f. Sesuaikan pH jika perlu dengan larutan natrium hidroksida 10% atau larutan asam
hidroklorida 1 N.
g. Setelah menyesuaikan pH, buatlah volume sampai 1 L dengan menggunakan item 6
dari Langkah 2-b dan campurkan selama 15 menit, diikuti dengan menggelembungkan
Item 7 selama 20 menit.
h. Periksa pH akhir (kisaran 8,5 sampai 9.1).
i. Ambil sampel untuk pengujian.
3. Persiapan ampul. Gunakan ampul gelas amber tipe I 2-mL yang disterilkan, USP.
4. Penyiapan perakitan filtrasi dan bagian mesin untuk produksi. Bersihkan dan sterilkan
perakitan filtrasi dan bagian mesin di autoklaf sesuai USP 24.
5. Integritas pengujian. Sebelum memulai filtrasi steril, periksa integritas kartrid saringan.
6. Aseptic filling. Isi larutan 2,15 mL (kisaran 2,1 sampai 2,2 mL) dari bulk ke masing-
masing ampul bersih bersih steril dan segel.
7. Sterilisasi terminal. Muatkan ampul penuh di dalam ruang otoklaf. Jalankan siklus pada
suhu sterilisasi 121,1 ° C dan waktu pemaparan 20 menit.
8. Uji kebocoran ampul. Lakukan tes kebocoran.
9. Pemeriksaan optik. Periksa ampul di bawah mesin pengecekan optik.

Pembuatan Formulasi Parenteral


Persyaratan parenteral harus steril dan bebas pirogen. Metode sterilisasi formulasi parenteral
harus bias menghilangkan pirogen pada saat penyimpanan dan pembuatan dan bahan pembawa
yang digunakan dalam formulasi harus steril.
Metode Sterilisasi : Sterilisasi panas basah, sterilisasi panas kering, sterilisasi filtrasi, sterilisasi
radiasi pengion, sterilisasi gas

Contoh Metode Sterilisasi


Sterilisasi Panas Basah
Dilakukan dengan menggunakan Autoclave dan menggunakan uap dibawah tekanan. Metode ini
merupakan sterilisasi yang efisien pada suhu yang lebih rendah dari pada sterilisasi panas kering
karena adanya kelembapan.
Pada tekanan normal suhu air tidak dapat melebihi 100°C. Dalam sterilisasi panas lembab
tekanan di autoclave ditingkatkan untuk memungknkan peningkatan pengolahan suhu
Paparan produk farmasi sesuai kebutuhan suhu untuk waktu yang dibutuhkan mengakibatkan
sterilisasi yang efisien. Misalnya pada suhu 103,4 kPa dan sterilisasi 121°C dicapai dalam 20
menit sedangkan sterilisasi 68,91 kPa dicapai dalam 30 menit.
(Jones, David, 2008. Pharmaceutics Dosage Form and Design. Chicago : Pharmaceutical Press.
Hal 106-115)

Sterilisai Panas Kering


Dilakukan dengan menggunakan oven. Sterilisasi dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dan
membutuhkan waktu yang lebih lama. Suhunya meliputi : 170°C selama 1 jam, 160°C selama 2
jam, 140°C selama 4 jam
Bahan/pelarut yang digunakan pada sterilisasi kering biasanya obat yang termolabil atau tidak
mudah disterilisasi dengan panas lembap. Misalnya produk minyak dan pembawa air . Agen
terapeutik yang panas stabil/ekripten.

SIFAT ZAT
METODA STERILISASI KETERANGAN
AKTIF
Zat padat tahan Sterilisasi panas kering Zinc oxide, kalamin, talk, bismuth
panas dan tidak subnitrat, bismuth subkarbonat, calomel
mudah menguap (tahan pemanasan 160-180 ºC selama 1-
2 jam) Sulfanilamid, sulfadiazin,
sulfathiazole, sulfamerazin (thn
pemanasan 3 jam 140-150 ºC)
Larutan tahan Sterilisasi autoklaf (121 ºC
panas dan lembab selama 20 menit)
Zat padat sensitif Sterilisasi gas seperti
panas formaldehid, atau 10-20%
(thermolabil) etilen dioksida dicampur
dengan karbondioksida
Cairan sensitif Filtrasi menggunakan
panas membran, secara aseptis
Cairan minyak Sterilisasi oven (120-130 ºC Minyak mineral, petrolatum cair,
(tidak bercampur selama 1-2 jam) gliserin. Gliserin tidak dapat dipanaskan
dengan air) melebihi 150ºC. Minyak&petrolatum
cair tahan pemanasan sampai 200 ºC

Waktu kadaluarsa (Beyond Use Date) sediaan injeksi menurut kategori risiko kontaminasi
Suhu Penyimpanan Waktu Kadaluwarsa (Beyond Use Date)
Resiko Kontaminasi Resiko Kontaminasi Resiko Kontaminasi
Rendah Sedang Tinggi
Suhu kamar 48 jam 30 jam 24 jam
<25°C
Suhu sejuk 14 hari 9 hari 3 hari
2-8°C
Suhu beku 45 hari 45 hari 45 hari
<-10°C

Herawati; (2012 19 Desember). Beyond Use Date. Media Informasi Peresepan Volume 10 No 3.
http:/www.researchgate.net/profil/Faira-HerawatiBeyondusedate/Link.

2. Hubungan Kekuatan Sediaan dengan Dosis


furosemid tablet memiliki 3 kekuatan sediaan yaitu 20 mg, 40 mg, dan 80 mg (2x sehari)
dan furosemid injeksi yaitu 10 mg/ ml (Medscape)

3. Stabilitas Sediaan
Tablet stabil disimpan pada suhu 15-30°C pada wadah yang tertutup rapat dan tahan cahaya.
dan injeksi stabil disimpan pada suhu 15-30°C pada wadah yang terlindung cahaya. Buang
bagian injeksi yang tidak terpakai (AHFS 2011)

4. Wadah dan Penyimpanan


Tablet Furosemid : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya (FI V tahun 2015 hal
470), penyimpanan pada suhu 15-30°C (AHFS 2011)

Wadah dan Penyimpanan (FI V tahun 2015, Hal. 36-38)


 Wadah :
- wadah langsung - wadah satuan tunggal
- kemasan tersegel - wadah dosis tunggal
- wadah tidak tembus cahaya - wadah dosis satuan
- wadah tertutup baik - wadah satuan ganda
- wadah tertutup rapat - wadah dosis ganda
- wadah tertutup kedap
*Penyimpanan: wadah tertutup rapat

 Suhu dan Kelembaban


Lemari pembeku : - 20 - (-10) °C
Dingin : 2-8°C
Sejuk : 8-15°C
Suhu ruang dingin terkendali : 15-25°C
Suhu ruang : 25-30°C
Suhu ruang terkendali : 20-25°C
Hangat : 30-40°C
Panas berlebih : > 40°C

 Kemasan :
- Primer : c/ wadah kaca, wadah plastik, alumunium foil, logam, blister
- Sekunder : c/ kertas dan kertas karton
Alumunium Foil : merupakan bahan kemasan yang paling umum digunakan untuk
membentuk sediaan padat yaitu tablet, kapsul, serbuk, karena karakteristik perlindungannya
terhadap efek kelembaban panas dan cahaya, dan pengehematan dalam biaya pengiriman
produk.
Blister : alumunium dan bahan lain (kertas atau plastik)
Strip : digunakan agar mencegah kelembaban dan transmisi gas, mudah untuk disobek
Pustaka (Arif Sabah, dkk. 2014. Features, Functions, and Selection of Pharmaceutical
Packaging Materials, International Journal of Pharmaceuticals and Neutraceuticals Research
Vol.1 (1). Hal.1-12)

Injekasi Furosemid : Dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, tidak tembus cahaya,
dari kaca Tipe I (FI V tahun 2015 hal 470), penyimpanan pada suhu 15-30°C (AHFS 2011)
Jeni-jenis wadah kaca
Menurut karakteristik resistansi hidrolitik, wadah kaca diklasifikasikan sebagai berikut:
Wadah kaca tipe I
Kaca netral, dengan resistansi hidrolitik tinggi karena komposisi kimia kaca itu sendiri.
Wadah kaca tipe II
Biasanya gelas soda-kapur-silika dengan resistansi hidrolitik tinggi akibat perlakuan
permukaan yang sesuai.
wadah kaca tipe III
Biasanya gelas soda-kapur-silika dengan hanya tahan hidrolitik moderat.
wadah kaca tipe IV
Biasanya flint berkualitas rendah atau soda glass (AS) atau tidak untuk penggunaan
parenteral.
Pustaka (Arif Sabah, dkk. 2014. Features, Functions, and Selection of Pharmaceutical
Packaging Materials, International Journal of Pharmaceuticals and Neutraceuticals Research
Vol.1 (1). Hal.1-12)

Anda mungkin juga menyukai