0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
419 tayangan62 halaman

ASKEP Post Apendi)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 62

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat

pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri

dengan tidak efisien, dan lumennya kecil, maka apendiks mudah mengalami

obstruksi dan rentan terjadi infeksi (appendicitis) (Mansjoer, 2009).

Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau

mumbai cacing (apendik), usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi

ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah

segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat &

Jong, 2005).

Apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi,

apendik adalah pandangan yang terjadi pada apendik vermiformis, dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering, apendik disebut juga umbai cacing

(Saferi, 2013).

Apendisitis dapat disebabkan oleh gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari

yang tidak sehat seperti kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam menu

sehari-hari. Makanan rendah serat memicu terbentuknya fecalith yang dapat

menyebabkan obstruksi pada lumen appendiks. Apendisitis dapat disebabkan oleh

penyebab lainnya antara lain; hyperplasia jaringan limfoid, infeksi virus, parasit

1
2

Enterobius vermicularis yang dapat menyumbat lumen appendiks (Hockenberry

& Wilson, 2007).

Umumnya apendisitis terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan

sebagai faktor pencetus. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen

apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang

keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, benda asing dalam

tubuh dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun,

diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan

hyperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering

terjadi.

Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi

mukosa apendiks oleh parasit E, histolytica. Adanya obstruksi mengakibatkan

mucin atau cairan mucosa yang diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal

ini akan semakin meningkatkan tekanan intraluminal sehingga menyebabkan

terkana intra mukosa juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan

menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks sehingga terjadi peradangan

supuratif yang menghasilkan pus atau nanah pada dinding apendiks. Selain

infeksi, appendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain

yang kemudian menyebar secara Hematogen ke apendiks. (Mansjoer, 2009).

Peradangan akut pada apendiks memerlukan tindakan pembedahan segera

untuk mencegah terjadinya kompilkasi berbahaya (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).

Apendiktomi merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks

dilakukan segera mungkin untuk mengurangi risiko perforasi. Apendisitis yang


3

tidak tertangani segera maka dapat terjadi perforasi dan diperlukan tindakan

operasi laparatomi. Tindakan pasca bedah untuk mengatasi masalah apendisitis

tentunya dapat menimbulkan masalah keperawatan lainnya.

Komplikasi yang terjadi pada 25-30% anak dengan appendisitis adalah

perforasi appendiks yang dapat berkembang menjadi peronitis atau abses. Insiden

perforasi 10-32%. Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup

demam dengan suhu 38,5 C atau lebih tinggi, penampilan toksis dan nyeri

abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontiniyu (Haryono, 2012).

Angka kejadian di dunia mencapai 321 juta kasus setiap tahunnya.

Apendisitis atau radang apendiks merupakan kasus infeksi intra abdominal yang

sering dijumpai pada anak. Di Amerika 60.000-80.000 kasus apendisitis

didiagnosa per tahun, rata-rata usia anak yang mengalami apendisitis adalah 10

tahun. Di Amerika Serikat angka kematian akibat apendisitis 0.2-0.8%

(Santacroce & Craig, 2007). Insiden apendik di Negara maju lebih tinggi daripada

di Negara berkembang. Namun, pada akhirnya ini kejadiannya menurun secara

bermakna. Hal ini diduga di sebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan

berserat pada diet harian (Santacroce & Craig, 2007).

Statistic menunjukkan bahwa setiap tahun apendisitis menyerang 10 juta

penduduk Indonesia. Menurut Lubis. A (2008), saat ini morbiditas angka

apenditis di Indonesia mencapai 95 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan

tertinggi di antara Negara-negara di Assosiation south East Asia Nation (ASEAN)

(Haryono, 2012).
4

Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, appendicitis

akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi

untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insiden appendicitis di

Indonesia menempati urutan tertinggi dari beberapa kasus kegawatan abdomen

lainnya (Depkes, 2012).

Survey di 12 provinsi di Indonesia tahun 2010 menunjukan jumlah

apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini

meningkat drastic dibandingkan dengan tahun sebelumnya,yaitu sebanyak 1.236

orang. Diawal tahun 2009, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah

sakit akibat apendiitis. Departemen Kesehatan menganggap apendisitis

merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena

mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2012).

Sedangkan data yang ada pada rekam medik di RSUD. H. Abdul Manan

Simatupang Angka kejadian dengan diagnosis medis apendisitis dalam 6 bulan

terakhir (Januari-Juni 2017) terdapat 29 kasus, di antaranya 8 kasus mengalami

apendisitis perforasi. Pada tahun 2016 jumlah kasus apendisitis di RSUD. H.

Abdul Manan Simatupang ada sebanyak 54 kasus.

Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untk mengangkat kasus kelolaan

dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An. L Dengan Masalah Sistem

Pencernaan Post Operasi Apendisitis di RSUD H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran Tahun 2017.


5

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada An. L Dengan

Masalah Sistem Pencernaan Post Operasi Apendisitis di RSUD H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran Tahun 2017.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan proses keperawatan penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien An. L dengan kasus Post

Operasi Apendisitis.

b. Menganalisa data pasien An. S dengan Post Operasi Apendisitis.

c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien An. L dengan Post

Operasi Apendisitis.

d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien An. L dengan Post Operasi

Apendisitis.

e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien An. L dengan Post

Operasi Apendisitis.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien An. L dengan Post

Operasi Apendisitis.
6

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi

lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya ilmiah

sehingga mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara

profesional terutama asuhan keperawatan dengan kasus Post Operasi

Apendisitis .

1.3.2 Bagi Lahan Praktek

Manfaat bagi lahan praktek adalah meningkatkan suatu pelayanan dilahan

praktek dengan melakukan penerapan intevensi pada kasus Post Operasi

Apendisitis sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien

secara komferehensif.

1.3.3 Bagi Mahasiswa Keperawatan

Manfaat terhadap mahasiswa adalah untuk meningkatkan kemampuan

dalam mengelola kasus secara mandiri maupun profesional tentang asuhan

keperawatan dengan kasus Post Operasi Apendisitis.


7

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Defenisi

Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks vermiformis.

Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi

apendiks oleh feses atau akibat terputusnya apendiks dan pembuluh darahnya

(Corwin, 2009). Apendisitis adalah merupakan infeksi bakteri pada apendiks.

Apendisitis biasanya disebabkan karena sumbatan lumen apendiks,hiperplasia

jaringan limfa, fekalit, dan cacing askaris yang menyebabkan sumbatan

(Mansjoer, 2009).

Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks dan menjadi penyebab

umum terjadinya tindakan emergency bedah abdomen pada anak (Hockenberry,

2008). Definisi lain Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks, sebuah

kantung buntu yang berhubungan dengan bagian akhir secum yang umumnya

disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendiks (Brunner & Suddarth, 2005).

Jadi dapat disimpulkan apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada

appendiks (kantung buntu yang berhubungan dengan akhir secum) yang

disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendiks. appendiks atau sekum.

Appendiktomi adalah tindakan pengangkatan jaringan appendik. Tetapi

pendapat lain mengatakan appendictomi sebagai nama yang menyatakan upaya

untuk mengangkat jaringan appendik yang terinfeksi. Maka secara singkat

7
8

appendiktomi dapat disimpulkan adalah tindakan pembedahan yang berfungsi

untuk mengangkat jaringan appendik yang mengalami peradangan.

2.1.2 Klasifikasi Apendisitis

Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu apendisitis akut dan

kronis (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).

a. Apendisitis Akut : Peradangan pada appendiks dengan gejala khas yang

memberikan tanda setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri samar-

samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium di

sekitar umbilicus. Keluhan ini disertai rasa mual muntah dan penurunan nafsu

makan. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada

titik ini nyeri yang dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga

merupakan nyeri somatic setempat (Sjamsuhidayat, 2005). Nyeri tekan dan

nyeri lepas disertai rigiditas pada titik Mc Burney sensitive untuk apendisitis

akut. Komplikasi dari apendisitis akut yang paling sering terjadi adalah

perforasi.

b. Apendisitis Kronik : Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika

ditemukan 3 hal yaitu; pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran

kanan bawah abdomen selama paling sedikit 3 minggu tanpa alternative

diagndosis lain. Kedua, setelah dilakukan appendiktomi gejala yang dialami

pasien akan hilang dan yang ketiga, secara histopatologik gejalanya

dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif pada dinding

appendiks atau fibrosis pada appendiks, (Santacroce, 2007). Gejala yang

dialami oleh pasien apendisitis kronis tidak jelas dan progresifnya lambat.
9

Terkadang pasien mengeluh merasakan nyeri pada kuadran kanan bawah yang

intermiten atau persisten selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

2.1.3 Etiologi

Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor

prediposisi (Nuzulul, 2009) yaitu:

1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini

terjadi karena: Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab

terbanyak, adanya faekolit dalam lumen appendiks, adanya benda asing seperti

biji-bijian, striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus

3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun

(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid

pada masa tersebut.

4. Tergantung pada bentuk apendiks: Appendik yang terlalu panjang, massa

appendiks yang pendek, penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks,

kelainan katup di pangkal appendiks


10

2.1.4 Patofisiologi

Menurut mansjoer (2009), patofisiologi apendicitis adalah sebagai berikut :

Apendiks

Hiperplasi folikel Benda asing Erosi mukosa Fekaliat struktur Tumor


Limfoid apendiks

Obstruksi

Mukosa terbendung

Apendiks teregang

Tekanan intraluminal

Aliran darah terganggu

Ulserasi dan invasi bakteri

Pada dinding apendiks

Apendicitis

Trombosis pada vena


Intramural

Ke peritonium
Pembengkakan dan
iskemia
Peritonitis
Perforasi

Pembedahan operasi

Luka insisi

Nyeri jalan masuk kuman


11

2.1.5 Tanda Dan Gejala

Pemeriksaan fisik dengan menemukan tanda gejala/ manifestasi klinis

anak yang mengalami apendisitis antara lain; nyeri periumbilikal, mual, muntah,

nafsu makan menurun, demam, dan nyeri tekan pada kuadaran kanan bawah

perut, (Mansjoer, 2009).

Beberapa tanda nyeri yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui

melalui beberapa tanda nyeri antara lain; Rovsing’s sign, Psoas sign, dan Jump

Sign. Rovsing’s sign yaitu nyeri yang dirasakan pada kuadran kanan bawah perut

ketika dilakukan penekanan dan pelepasan pada bagian kiri perut. Psoas sign

nyeri yang dirasakan pada saat dilkukan hiperekstensi pada paha kanan. Jump

Sign merupakan tanda nyeri yang dirasakan pada kudran kanan bawah perut saat

dilakukan gerakan tumit di angkat dan diturunkan. Gejala apendisitis menurut

Rothrock (2000) antara lain nyeri, muntah, demam, diare, nyeri tekan pada

kuadran kanan bawah abdomen dan nyeri tekan menyebar. Tanda gejala klinis

anak yang mengalami apendisitis lainnya yaitu nyeri tekan lokal pada titik

McBurney, yaitu pada titik pertengahan pada garis antara spina iliaka anterior

superior (SIAS) dengan umbilicus (Hockenberry, 2007).

Menurut Nanda (2013) di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas

letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat namun terkadang, tidak

dirasakan adanya nyeri didaerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga

penderita merasa memerlukan obat pencahar, namun tindakan ini dianggap

berbahaya karena dianggap mudah terjadi perforasi, terkadang apendisitis juga

disertai adanya demam derajat rendah sekitar 37,5-38,50C. Selain gejala klasik,
12

ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis,

timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendik ketika meradang berikut

gejala yang timbul tersebut :

1. Bila letak apendik retsorektal retropritonial, yaitu dibelakang sekum

(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan

tidak ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau

nyeri timbul pada saat melakukan tindakan seperti berjalan, bernafas dalam,

batuk dan mengedan nyeri ini timbul karen adanya kontraksi M.psoas mayor

menegang dari dorsal.

2. Bila apendik terletak dirongga pelvis

Bila apendik terletak didekat atau menempel pada rectum akan timbul gejala

dan rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga pristaltik meningkat,

pengosongan rectum akan menjadi cepat dan berulang-ulang (diare).

3. Bila apendik terletak didekat atau menempel pada kandung kemih dapat

terjadi peningkatan frekuensi kemih karena rangsangan dindingnya.

2.1.6 Pemerilksaan Diagnostik

1. Laboratorium : Data diagnostik yang dapat menunjukkan diagnosis

apendisitis antara lain hasil pemeriksaan laboratorium yang mencakup nilai

leukosit yang biasanya meningkat dari rentang nilai normal. Nilai leukosit

biasanya lebih dari 10.000/mm3.

2. Radiologi : Pemeriksaan diagnostik melalui pemeriksaan ultra sonografi

abdomen efektif untuk mengetahui seorang anak mengalami apendisitis.

Pemeriksaan radiologi akan sangat berguna pada kasus atipikal. Pada kasus
13

55% kasus apendisitis stadium awal akan ditemukan gambaran photo polos

abdomen yang abnormal, gambaran yang lebih spesifik adalah adanya massa

jaringan lunak diperut kanan bawah dan mengandung gelembung-gelembung

udara. Selain itu gambaran radiologis yang ditemukan adanya fekalit,

pemeriksaan barium enama dapat juga dipakai pada kasus-kasus tertentu cara

ini sangat bermanfaat dalam menentukan lokasi sakum pada kasus “Bizar”.

Pemeriksaan radiologi X-ray dan USG menunjukkan densitas pada kuadran

kanan bawah atau tingkat aliran udara setempat. Temuan dari hasil USG

berupa cairan yang berada di sekitar appendiks menjadi sebuah tanda

sonographik penting. Peningkatan suhu yang bervariasi dari 37.5-48.5°C pada

apendisitis dapat terjadi. Jika suhu lebih dari 39°C, menandakan infeksi oleh

virus atau perforasi (Hockenberry, 2007).

3. Pemeriksaan penunjang lainnya.

a. Pemeriksaan colok dubur : menyebabkan nyeri bila didaerah infeksi, bisa

dicapai dengan jari telunjuk.

b. Uji psoas dan uji obturator : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui

letak apendik yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot

psoas lewat hiperekstensi sendi panggul atau fleksi aktif sendi panggul

kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendik yang meradang

menempel di m.poas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan

nyeri, sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan

endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendik yang

meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding


14

panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. pemeriksaan

ini dilakukan pada apendik pelvika.

2.1.7 Penatalaksanaa Medis

a. Sebelum operasi

1. Observasi : Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala

apendisitis sering kali belum jelas, dalam hal ini observasi ketat perlu

dikatakan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif

tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun peritonitas

lainnya, pemeriksaan abdomen dan rectal darah (leukosit dan hitung jenis)

diulang secara periodik. Photo abdomen dan thorak tegak dilakukan untuk

mencari kemungkinan adanya penyulit lain, pada kebanyakan kasus,

diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri didaerah kanan bawah dalam

12 jam setelah timbulnya keluhan.

2. Antibiotik : Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan

antibiotik, kecuali apendisitis gangrenosa atau apendik perforasi.

Penundaan tidak bedah sambil memberikan antibiotik dapat

mengakibatkan abses atau perforasi.

b. Operasi

1. Apendiktomi

2. Apendiks dibuang, jika apendik mengalami perforasi bebas, maka

abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.

3. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin

mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu


15

beberapa hari, apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif

sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

c. Pasca operasi

1. Observasi Tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di

dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan.

2. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan

lambung dapat dicegah

3. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler

4. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama

pasien dipuasakan

5. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforata, puasa

dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.

6. Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4 – 5 jam lalu naikkan menjadi 30

ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya

diberikan makanan lunak

7. Satu hari pascar operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat

tidur selama 2x30 menit

8. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar

9. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang

10. Apendiktomi harus dilakukan dalam beberapa jam setelah diagnosis

ditegakkan (Pieter, 2005).


16

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi apendisitis terjadi pada 25-30% anak dengan apendisitis,

terutama komplikasi yang dengan perforata. Menurut Smeltzer dan Bare (2002),

komplikasi potensial setelah apendiktomi antara lain:

1. Peritonitis : Peradangan peritoneum, yaitu jaringan tipis yang melapisi dinding

perut bagian dalam dan organ-organ di dalam rongga perut. Peradangan ini

disebabkan oleh bakteri dari dalam usus buntu yang pecah. Gejalanya meliputi

sakit perut yang parah dan terus-menerus, muntah, detak jantung cepat,

demam, daerah perut yang membengkak, serta napas pendek dan terengah-

engah. Komplikasi ini biasanya ditangani dengan pemberian antibiotik dan

operasi pengangkatan usus buntu.

2. Abses pelvis atau lumbal : Evaluasi adanya anoreksi, menggigil, demam, dan

diaforesis. Observasi adanya diare, yang dapat menunjukkan abses pelvis,

siapkan pasien untuk pemeriksaan rektal. Siapkan pasien untuk prosedur

drainase operatif.

3. Abses Subfrenik (abses dibawah diafragma) : Kaji pasien terhadap adanya

menggigil, demam, diaforesis. Siapkan untuk pemeriksaan sinar-x. Siapkan

drainase bedah terhadap abses.

4. Ileus : Kaji bising usus. Lakukan intubasi dan pengisapan nasogastrik. Ganti

cairan dan elektrolit dengan rute intravena sesuai program. Siapkan untuk

pembedahan, bila diagnosis ileus mekanis ditegakkan.


17

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah proses dimana data yang berhubungan dengan klien

dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan

terorganisir yang meliputi tiga aktifitas dasar, yaitu mengumpulkan secara

sistematis, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta

mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka kembali. Pengkajian

digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Pengkajian ini berisi :

a. Identitas pasien dan penanggung jawab.

b. Lingkup Masalah Keperawatan berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien

post apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan

aktifitas.

c. Riwayat Penyakit.

1. Riwayat Penyakit Sekarang. : Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat

pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai

dilakukan pengkajian.. Klien yang telah menjalani operasi apendiktomi

pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah

saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat

dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk tusuk dengan skala

nyeri lebih dari lima (0-10).


18

2. Riwayat Kesehatan Dahulu : Berisi pengalaman penyakit sebelumnya,

apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang serta

apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Perlu diketahui apakah ada anggota

keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula

mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.

4. Riwayat Psikologis : Secara umum klien dengan post apendiksitis tidak

mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap

perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas

diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri

5. Riwayat Sosial : Klien dengan post apendiktomi tidak mengalami

gangguan dalam hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap

harus dibandingkan hubungan social klien antara sebelum dan setelah

menjalani operasi.

6. Riwayat Spiritual : Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan

mengalami keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam kegiatan

ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi

untuk kesembuhannya.

7. Kebiasaan Sehari – hari.

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat : Adakah kebiasaan merokok,

penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama

frekuensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok

dalam mempengaruhi penyembuhan luka.


19

b) Pola tidur dan istirahat : Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri

yang sangat sehingga dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.

c) Pola aktivitas : Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak

karena rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus

badrest berapa waktu lama seterlah pembedahan.

d) Pola hubungan dan peran : Dengan keterbatasan gerak kemungkinan

penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan

dalam masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

e) Pola sensorik dan kognitif : Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri,

penglihatan, peran serta pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat

masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.

f) Pola penanggulangan stres : Kebiasaan klien yang digunakan dalam

mengatasi masalah.

g) Pola tata nilai dan kepercayaan : Bagaimana keyakinan klien pada

agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan

selama sakit.

d. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik ini mencakup : Keadaan Umum klien

post apendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali

dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat

tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil

kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi

apendiks.
20

1. Sistem Pernapasan klien post apendiktomi akan mengalai penurunan atau

peningkatan frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai

rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.

2. Sistem Kardiovaskuler umumnya klien mengalami takikardi ( sebagai

respon terhadap stres dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai

respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian

kapiler biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya sianosis

dan, auskultasi bunyi jantung.

3. Sistem Pencernaan adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan

bawah saat dipalpasi. Klien post apendiktomi biasanya mengeluh mual

muntah, konstipasi pada awal post operasi dan penurunan bising usus.

Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan

operasi.

4. Sistem Perkemihan awal post operasi klien akan mengalami penurunan

jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral

selama periode awal post apendiktomi. Output urine akan berangsur

normal seiring dengan peningkatan intake oral.

5. Sistem Muskuloskeletal secara umum, klien dapat mengalami kelemahan

karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur

membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktifitas.

6. Sistem Integumen akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan

bawah karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan

awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
21

7. Sistem Persarafan umumnya klien dengan post apendiktomi tidak

mengalami penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi

persafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan refleks.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Dalam NANDA (2013) kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul

untuk Post operasi apendisitis :

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan; perforasi/ruptur pada apendiks, peritonotis; pembentukan abses,

prosedur invasif, insisi bedah.

2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah

mengkerut, otot tegang, perilaku distraksi.

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

muntah pra operasi pembatasan pasca operasi (puasa), inflamasi peritonium

dengan cairan asing.

4. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit.

5. Hipertemia berhubungan dengan respon sistemik dari penyakit atau trauma.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi,

tidak mengenal sumber informasi.

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan keperawatan merupakan aktifitas berorientasi tujuan dan

sistematik dimana rancangan intervensi keperawatan dituangkan dalam rencana

keperawatan (Basford, & Slevin, 2006).


22

Rencana keperawatan pada klien dengan Apendiksitis menurut Merilyn.

E. Doenges (2010) adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah

mengkerut, otot tegang, perilaku distraksi.

NOC NIC
NOC : Tingkat kenyamanan 1. Kaji secara komprehensif
tentang nyeri, meliputi lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik, frekuensi.
1. Nyeri terkontrol / hilang 2. Ajarkan teknik relaksasi.
2. Klien tampak rileks 3. Berikan analgetik untuk
3. Ekspresi wajah tidak tegang : mengurangi nyeri.
Skala 4. Tingkatkan istirahat atau tidur
1) Berat untuk memfasilitasi
2) Agak berat managemen nyeri.
3) Sedang 5. Observasi reaksi non verbal
4) Sedikit ketidaknyamanan.
5) Tidak ada gangguan

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

muntah pra operasi pembatasan pasca operasi (puasa), status

hipermetabolik (demam, proses penyembuhan), inflamasi peritonium

dengan cairan asing.

NOC NOC
NOC : cairan adequate, 1. Catat karakteristik muntah dan
banyaknya pendarahan.
Kriteria hasil yang diharapkan: 2. Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)
1. mempertahankan Monitor intake dan output cairan.
keseimbangan cairan kelembaban 3. Tinggikan kepala selama minum obat.
membran mukosa, turgor kulit 4. Berikan cairan jenuh/lembut jika
baik, tanda-tanda vital stabil dan masukan dimulai lagi, hindari
secara individual haluaran urin minuman yang berkafein dan
adekuat. berkarbon.
5. Pertahankan tirah baring
6. Kolaborasi dengan pemberian cairan
sesuai indikasi
23

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan.

NOC NIC
Tujuan : Tidak terjadi infeksi. 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Kriteria hasil : pasien lain
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik isolasi
gejala infeksi. 3. Batasi pengunjung bila perlu
2. Menunjukan kemampuan 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
untuk mencegah timbulnya mencuci tangan saat berkunjung dan
infeksi. setelah berkunjung meninggalkan
3. Jumlah leukosit dalam batas pasien
normal. 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
4. Menunjukan perilaku hidup cuci tangan
sehat. 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap


infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
24

11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup


12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif.

4. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit.

NOC NIC
Kriteria Hasil : 1. kaji dan dokumentasikan tingkat
1. Ansietas berkurang, dibuktikan kecemasan pasien, termasuk reaksi
oleh tingkat ansietas hanya ringan fisik setiap
sampai sedang dan selau 2. kaji untuk factor budaya yang
menunjukkan pengendalian diri menjadi penyebab ansietas
terhadap ansietas, diri, koping. 3. gali bersama pasien tenteng tehnik
2. Menunjukkan pengendalian diri yang berhasil dan tidak berhasil
terhadap ansietas; yang dibuktikan menurunkan ansietas dimasa lalu
oleh indicator sibagai berikut: 4. reduksi ansietas (NIC);
menentukan kemampuan
pengambilan keputusan pasien

5. Hipertemia berhubungan dengan respon sistemik dari penyakit atau trauma.

NOC NIC
Kriteria hasil : 1. pantau hidrasi (turgor kulit,
1. pasien akan menunjukkan kelembaban membrane mukosa)
termoregulasi yang dibuktikan 2. pantau TD, Nadi dan pernapasan
oleh indicator sebagai berikut: 3. kaji ketepatan jenis pakaian yang
ganguan eksterm : digunakan sesuai dengan suhu
berat lingkungan
sedang 4. untuk pasien bedah:
ringan 5. dapatkan riwayat hipertermi
tidak ada gangguan maligma, kematian akibat anastesi,
atau demam pasca bedah pada
indivudu atau keluarga
6. pantau tanda hipertermi maligna
7. regulasi suhu:
8. pantau suhu minimal setiap dua
25

jam sesuai dengan kebutuhan


9. pasang alat pantau suhu inti tubuh
kontinuou, jika perlu
10. pantau warna kulit dan suhu.
11. Lakukan tapid sponge.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi

informasi, tidak mengenal sumber informasi.

NOC NOC
Kriteria hasil yang diharapkan 1. memberikan informasi pada pasien
menyatakan pemahaman proses untuk merencanakan kembali
penyakit, pengobatan, dan potensial rutinitas biasa tanpa menimbulkan
komplikasi, Berpartisipasi dalam masalah.
program pengobatan. 2. mencegah kelamahan,
meningkatkan penyembuhan dan
mempermudah kembali ke aktivitas
normal.
3. pemahaman meningkatkan
kerjasama dengan program terapi.
Meningkatkan penyembuhan dan
proses perbaikan.
4. upaya intervensi menurunkan
resiko komplikasi serius, contoh
lambatnya penyembuhan,
peritonitis.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh

perawat. Seperti tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan, fase

pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :

a) Validasi (pengesahan) rencana keperawatan

b) Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan

c) Memberikan asuhan keperawatan


26

d) Melanjutkan pengumpulan data

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang

merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat

dan anggota tim kesehatan lainnya

Tujuan evaluasi adalah :

Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.

Untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk dapat menilai apakah tujuan ini

tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan prilaku klien :

a) Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan

pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan

b) Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi

tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan

c) Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali

menunjukkan perilaku yang telah ditentukan


27

Program Profesi Ners


STIKes RS Haji Medan

BAB 3
LAPORAN KASUS

Tgl MRS : 14 Juli 2017


Data diambil tanggal : 15 Juli 2017 Jam : 08.00
Ruang rawat / Kelas : Asoka/ I
Diagnosa Medis : Low back pain
No. Rekam Medik : 07.97.17

I. Biodata
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama : An. L Nama : Tn.C
Umur : 10 Tahun Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Hub.dgn pasien : Ayah pasien
Status Perkawinan : Belum menikah Pekerjaan : PNS
Suku : Batak Mandailing Alamat : Jl. Karya No.78
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar/Siswa
Gol. Darah :-
Alamat : Jalan Karya No 78

II. Keluhan Utama:


Mengeluh Nyeri yang disebabkan insisi pembedahan abdomen dibagian
perut kanan bawah dengan skala nyeri 6, pasien post op apendiktomi hari ke-1.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Provocative / Palliative

1. Apa penyebabnya : Post op apendiktomi hari ke-1

2. Hal yang memperbaiki : Memberikan terapi obat untuk menghilangkan

nyeri

Quantity / Quality

1. Bagaimana dirasakan : Perut terasa nyeri pada luka operasi, post op

27
28

apendiktomi hari ke-1, bagian perut kanan bawah

2. Bagaimana dilihat : Pasien merintih kesakitan dan tampak menangis

dan tampak lemah

Regional

1. Dimana lokasinya : Abdomen bagian kanan bawah

2. Apakah menyebar : tidak menyebar

3. Scale :

Skala nyeri 6 (sedang)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :
0 : Tidak Nyeri
1-3 : Ringan
4-6 : Sedang
7-9 : Berat
10 : Sangat Berat

4. Timing :

a. Jenis : (tiba-tiba atau bertahap)

b. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan saat bergerak.

c. Frekwensi

Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sering dan intermitten.

d. Durasi

Pasien mengatakan lama nyeri yang dirasakan selama < 5 menit dan

intermitten.
29

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan tidak ada penyakit

yang dialami pada masa lalu selain demam

biasa, DBD, batuk dan diare.

2. Pengobatan yang dilakukan : Memberi obat analgesik

3.Pernah dirawat / di operasi : tidak pernah, dirawat karena DBD

4.Lamanya di operasi : + 5 hari

5. Alergi : Tidak ada alergi obat dan makanan.

6.Imunisasi : Orangtua pasien mengatakan imunisasi

pasien sudah lengkap.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga.

1. Penyakit yang diderita anggota keluarga : Hipertensi

2. anggota keluarga yang meninggal : Tidak ada

3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Menjaga kebersihan


30

VI. Genogram.

Keterangan:

: Laki-Laki : tinggal serumah

: Perempuan : pasien

: meninggal

Riwayat penyakit psikososial

a. Bahasa yang digunakan

Pasien mengatakan bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia.

b. Persepsi pasien tentang penyakit

Pasien berharap cepat sembuh

c. Konsep diri

1. Body image : pasien tidak mengeluh dan menerima apa yang

dideritanya.

2. Ideal diri : pasien cepat menginginkan cepat sembuh dan bisa

sekolah seperti biasa.


31

3. Harga diri : pasien merasa disayangi oleh keluarganya.

4. Peran diri : pasien sebagai anak kedua dalam keluarganya.

5. Personal identity : pasien berperan sebagai anak dan sebagai pelajar.

d. Keadaan emosi

Pasien tidak bisa mengontrol emosinya, sehingga sering meronta-ronta dan

cengeng.

e. Hubungan dengan saudara

Orang tua mengatakan hubungan pasien dengan saudaranya baik.

f. Hubungan dengan orang lain

Orang tua mengatakan hubungan pasien dengan orang lain baik.

VII. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda- tanda vital : TD : 100/60, Nadi:80x/menit, Suhu: 36,7˚C, Pernafasan :

22x/menit.

2. Pernafasan : Irama teratur, suara nafas vesikuler, sesak nafas (-),

Batuk (-).

3. Kardiovaskuler : Irama jantung reguler, Nyeri dada (-), Bunyi jantung

normal, Clubbing fingger (-), CRT < 3 detik), akral

hangat.

4. Persyarafan

a. Kesadaran : Compos mentis.

b. Sensasi : Pasien mampu merasakan rabaan dan mendengar.

d. Pola pemecahan masalah : Pasien tidak mampu beradaptasi dan tidak

mampu merawat diri


32

5. Genituorinaria : Bentuk alat kelamin normal, alat kelamin bersih,

Frekuensi berkemih 3x sehari, warna kuning, bau khas.

6. Pencernaan : Mukosa mulut kering, Abdomen nyeri, tidak ada keluhan

mual dan muntah, belum ada BAB saat tindakan operasi.

7 Muskuloskeletal :Kemampuan pergerakan sendi tangan/tungkai normal,

tetapi selama operasi pasien dibantu oleh ibunya untuk

berjalan karena masih merasa nyeri dibagian abdomen.


5 5
Kekuatan otot akral hangat.
5 5

VIII. Riwayat Nutrisi

a. Nafsu makan : Menurun / berkurang.

b. Pola makan : 3 kali sehari tetapi tidak pernah menghabiskan makanan

yang di berikan.

c. Makanan kesukaan : Klien suka nasi goreng.

IX. Riwayat Pertumbuhan

a. Riwayat persalinan : Lahir normal dengan bantuan bidan

dengan berat badan 3500gr.

imunisasi pasien sudah lengkap.

b. Riwayat pertumbuhan sekarang : BB Sebelum sakit 27 kg, BB saat sakit 26

kg, TB 95 cm.
33

X. Aspek Psikososial.

a. Dampak hospitalisasi : Pasien merasa jenuh karena berada di

lingkungan baru.

b. Dampak hospitalisasi bagi ortu : Orangtua pasien mengatakan cemas dengan

keadaan anaknya karena ketidaktahuan

orangtua tentang penyakit tersebut.

XI. Hasil Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik.

a. Diagnosa medis : Apendisitis.

b. Pemeriksaan diagnostik / penunjang.

1. Laboratorium

Tanggal pengkajian : 14 Juli 2017.

Tabel 1.
Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan dara rutin

PARAMETER Hasil NILAI NORMAL UNIT


Hematologi Automatic
Leukosit 17,8 4000-10000 /mm3
Eritrosit 3,48 4,2-6,2 jt /mm3
Hemoglobin 9,1 10-16 Gr/dl
Hematokrit 30 33-38 %

XII. Penatalaksanaan / Terapi.

Tabel 2.
Penatalaksaan Terapi Medis
Nama Obat Dosis Manfaat dan Efek Samping
IVFD Ringer 20 tetes/ menit Manfaat: Sebagai keseimbangan cairan dan
Laktat Elektrolit
ES : udema, infeksi
Cefotaxim ½ gr/12 jam Manfaat: Sebagai anti biotik
34

Es : Gangguan saluran pencernaan


Inj novalgin 0,5 ml/8 jam Untuk menurunkan suhu tubuh pada saat
demam.
Paracetamol 500 mg/8 jam Penurun demam
Metronidazole 7,5 mg/8 jam Mengobati beberapa kondisi akibat infeksi
bakteri

XIII. Analisa Data

Tabel 3.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Apendisitis perforasi Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri pada
bagian abdomen kanan tindakan bedah
bawah dengan skala 6 apendisitis

DO: post operasi


Pesien tampak meringis
kesakitan dan gelisah, luka operasi sepanjang 8
menagis, Skala nyeri 6, cm tertutup balutan kasa
nyeri terutama saat
bergerak, tampak adanya nyeri akut
luka insisi apendiktomi,
Tanda-tanda vital : TD :
100/60 mmHg, RR :
22x/mnt, HR : 80x/mnt

2 DS : Apendisitis perforasi Kerusakan


Keluarga mengatakan anak integritas kulit
merasa tidak nyaman di tindakan bedah
bagian luka operasi dan apendisitis
merasa nyeri pada luka
operasi post operasi

DO: luka operasi sepanjang 8


Tampak adanya luka cm tertutup balutan kasa
insisi,dengan post op
apendiktomi, tampak rusaknya jaringan kulit
balutan luka operasi
apendisitis, luka dengan
panjang 8 cm.
35

2 DS : Apendisitis perforasi Kurang


Keluarga mengatakan pengetahuan
kurang tahu mengenai tindakan bedah
kondisi dan penyakit apendisitis
anaknya, serta khawatir
dengan keadaan anaknya post operasi

DO: luka operasi sepanjang 8


Tampak keluarga sering cm tertutup balutan kasa
bertanya dengan kondisi
serta penyakit anaknya, kurang terpapar
tampak keluarga khawatir informasi
dan gelisah dengan keadaan
anaknya kurang pengetahuan

XIII. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, ditndai dengan pasien

mengeluh nyeri pada bagian abdomen kanan bawah dengan skala 6, pasien

tampak meringis kesakitan dan gelisah, skala nyeri 6, nyeri terutama saat

bergerak, tampak adanya luka insisi apendiktomi, tanda-tanda vital : TD :

120/60, RR : 22x/mnt, HR : 80x/mnt.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tindakan operasi atau insisi

apendiktomi ditandai dengan keluarga mengatakan anak merasa tidak nyaman

di bagian luka operasi dan merasa nyeri pada luka operasi, tampak adanya

luka insisi,dengan post op apendiktomi, tampak balutan luka operasi

apendisitis, luka dengan panjang 8 cm.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak dan kurang terpaparnya

informasi terkait penyakit ditandai dengan keluarga mengatakan kurang tahu

mengenai kondisi dan penyakit anaknya, serta khawatir dengan keadaan

anaknya, tampak keluarga sering bertanya dengan kondisi serta penyakit

anaknya, tampak keluarga khawatir dan gelisah dengan keadaan anaknya


49

XIII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC NOC

Nama Pasien : An. L Diagnosa Medis : Apendisitis


Ruangan : Asoka Nama Mahasiswa : Stiven Daniel
Diagnosa Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan
NO Tanda dan Gejal NOC (Nursing Outcome) NIC (Nursing Intervention Implementasi
Classification)
Nyeri akut berhubungan NOC : 1. Lakukan pengkajian nyeri yang 1. Mengkaji keluhan nyeri
dengan adanya insisi bedah, 1. Tingkat kenyamanan konferehensif meliputi lokasi, - skala nyeri 6
ditndai dengan pasien 2. Pengendalian nyeri karakteristik, durasi, frequensi, -nyeri dibagian perut sebelah
mengeluh nyeri pada bagian 3. Tingkat nyeri intensitas dan faktor kanan
abdomen kanan bawah Kriteria Hasil : presipitasinya. 2. Mengobservasi
dengan skala 6, pasien 1. Klien dapat melaporkan 2. Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan non verbal
tampak meringis kesakitan nyeri dapat di kendalikan. ketidaknyamanan. Merintih kesakitan
dan gelisah, menangis 2. Skala nyeri 2 3. Berikan informasi tentang nyeri, 3. Membatasi jumlah
kesakitan, skala nyeri 6, nyeri 3. TTV dalam batas normal seperti penyebab, berapa lama pengunjung
terutama saat bergerak, dan antisipasi ketidaknyamanan. Lingkungan klien tampak
tampak adanya luka insisi 4. Gunakan tindakan pengendalian tenang
1
apendiktomi, tanda-tanda nyeri sebelum nyeri bertambah 4. Mengajarkan teknik relaxasi
vital : TD : 120/60, RR : berat. nafas dalam
22x/mnt, HR : 80x/mnt 5. Ajarkan penggunaan tehnik non Klien tampak melakukan
farmakologis. nafas dalam
6. Kendalikan faktor lingkungan 5. memberikan obat sesuai
yang dapat mempengaruhi indikasi
respon pasien terhadap Injeksi Cefotaximen /8 jam
ketidaknyamanan. Injeksi Ranitidine 1
7. Ganti linen tempat tidur jika amp/8 jam
diperlukan. Injeksi ketorolak 1
8. Lakukan perubahan posisi, amp/8 jam
50

masase punggung, dan relaxasi. Metronidazole 1x 250


mg/8 jam
Paracetamol
4. mengatur posisi pasien miring
kiri dan kanan
5. menganjurkan pasien untuk
beristirahat (tidur di siang hari)

Kerusakan integritas kulit NOC : 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menganjurkan pasien untuk
berhubungan dengan Tissue Integrity : Skin and menggunakan pakaian yang menggunakan pakaian yang
tindakan operasi atau insisi Mucous Membranes longgar longgar
apendiktomi ditandai dengan Wound Healing : primer dan 2. Hindari kerutan pada tempat 2. Mengatur tempat tidur agar
keluarga mengatakan anak sekunder tidur tidak ada kerutan yang
merasa tidak nyaman di 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap mneyebakan gesekan pada
bagian luka operasi dan kriteria hasil: bersih dan kering kulit
merasa nyeri pada luka 1. Integritas kulit yang baik 4. Monitor kulit akan adanya 3. menjaga kebersihan kulit
operasi, tampak adanya luka bisa dipertahankan (sensasi, kemerahan agar tetap bersih dan kering
insisi,dengan post op elastisitas, temperatur, 5. Monitor aktivitas dan mobilisasi 4. Memonitor kulit akan
apendiktomi, tampak balutan hidrasi, pigmentasi) pasien adanya kemerahan, tidak
2 luka operasi apendisitis, luka 2. Tidak ada luka/lesi pada 6. Monitor status nutrisi pasien ditemukan adanya
dengan panjang 8 cm. kulit 7. Observasi luka : lokasi, dimensi, kemerahan sekitar luka
3. Perfusi jaringan baik kedalaman luka, 5. Memonitor aktivitas dan
4. Menunjukkan pemahaman karakteristik,warna cairan, mobilisasi pasien
dalam proses perbaikan kulit granulasi, jaringan nekrotik, 6. Memonitor status nutrisi
dan mencegah terjadinya tanda-tanda infeksi lokal, pasien
sedera berulang 8. Ajarkan pada keluarga tentang 7. Mengkaji luka : lokasi perut
5. Mampu melindungi kulit luka dan perawatan luka kanan bawah, dimensi
dan mempertahankan 9. Kolaburasi ahli gizi pemberian panjnag luka 8 cm, lebar 1
kelembaban kulit dan diet TKTP, vitamin cm, kedalaman luka 6 cm,
perawatan alami 10. Cegah kontaminasi feses dan karakteristik, warna cairan
6. Menunjukkan terjadinya urin luka merah, granulasi (-),
51

proses penyembuhan luka 11. Lakukan tehnik perawatan luka jaringan nekrotik (-), tanda-
dengan steril tanda infeksi local (-),
12. Berikan posisi yang mengurangi 8. Mengajarkan pada keluarga
tekanan pada luka tentang luka dan perawatan
luka
9. Berkolaburasi ahli gizi
pemberian diet TKTP, dan
vitamin
10. Mencegah kontaminasi feses
dan urin
11. memberikan perawatan luka
dengan steril, dengan prinsip
moist, luka telah dibalut
dengan baik
12. Memberikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
area luka, posisi supinasi
dengan memberikan
penyangga atau bantalan
pada daerah luka
Kurang pengetahuan NOC : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Mengkaji tingkat
berhubungan dengan tidak  Kowlwdge : disease process dan keluarga pengetahuan pasien dan
dan kurang terpaparnya  Kowledge : health Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari keluarga
informasi terkait penyakit penyakit dan bagaimana hal ini 2. Menjelaskan patofisiologi
ditandai dengan keluarga Kriteria hasil: berhubungan dengan anatomi dari penyakit dan bagaimana
3 mengatakan kurang tahu 1. Pasien dan keluarga dan fisiologi, dengan cara yang hal ini berhubungan dengan
mengenai kondisi dan menyatakan pemahaman tepat. anatomi dan fisiologi,
penyakit anaknya, serta tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala dengan cara yang tepat.
khawatir dengan keadaan prognosis dan program yang biasa muncul pada 3. Menggambarkan tanda dan
anaknya, tampak keluarga pengobatan penyakit, dengan cara yang tepat gejala yang biasa muncul
sering bertanya dengan 2. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit, pada penyakit, dengan cara
52

kondisi serta penyakit melaksanakan prosedur yang dengan cara yang tepat yang tepat
anaknya, tampak keluarga dijelaskan secara benar 5. Identifikasi kemungkinan 4. Menggambarkan proses
khawatir dan gelisah dengan 3. Pasien dan keluarga mampu penyebab, dengan cara yang penyakit, dengan cara yang
keadaan anaknya menjelaskan kembali apa tepat tepat
yang dijelaskan perawat/tim 6. Sediakan informasi pada pasien 5. Mengidentifikasi
kesehatan lainnya tentang kondisi, dengan cara kemungkinan penyebab,
yang tepat dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga 6. Menyediakan informasi
informasi tentang kemajuan pada pasien tentang kondisi,
pasien dengan cara yang tepat dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau 7. Menyediakan bagi keluarga
penanganan informasi tentang kemajuan
9. Dukung pasien untuk pasien dengan cara yang
mengeksplorasi atau tepat
mendapatkan second opinion 8. Mendiskusikan pilihan
dengan cara yang tepat atau terapi atau penanganan
diindikasikan 9. Mendukung pasien untuk
10. Eksplorasi kemungkinan sumber mengeksplorasi atau
atau dukungan, dengan cara yang mendapatkan second
tepat opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10. Mengeksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang
tepat
53

XIV. Catatan Perkembangan


CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. L


Diagnosa Medis : Apendicitis
Ruangan : Asoka
Hari ke- 1 ( 15 Juli 2017, shif pagi jam 08.00 - 14.00 Wib)

No. Diagnosa Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Nyeri akut 15 Juli 1. Mengkaji keluhan S. : pasien
berhubungan dengan nyeri mengatakan
2017
adanya insisi bedah, - skala nyeri 6 masih nyeri
ditndai dengan - nyeri dibagian perut dibagian perut
pasien mengeluh Shif pagi sebelah kanan skala nyeri 6.
nyeri pada bagian jam 2. Mengobservasi
abdomen kanan 08.00 - ketidaknyamanan non O : Wajah pasien
bawah dengan skala 14.00 verbal tampak meringis
6, pasien tampak Wib Merintih kesakitan kesakitan, Skala
meringis kesakitan 3. Membatasi jumlah nyeri 6, Pasien
dan gelisah, skala pengunjung masih gelisah,
nyeri 6, nyeri Lingkungan klien Terdapat luka
terutama saat tampak tenang balutan dengan
bergerak, tampak 4. Mengajarkan teknik kasa.
adanya luka insisi relaxasi nafas dalam
apendiktomi, tanda- Klien tampak A : masalah nyeri
tanda vital : TD : melakukan nafas belum teratasi
1
120/60, RR : dalam
22x/mnt, HR : 5. memberikan obat P : intervensi
80x/mnt sesuai indikasi dilanjutkan
Injeksi Cefotaximen 1. Kaji keluhan
1 gr/8 jam nyeri
Injeksi Ranitidine 1 2. Kaji TTV
amp/8 jam 3. Berikan obat
Injeksi ketorolak 1 sesuai
amp/8 jam indikasi
Metronidazole 1x 250 4. Atur posisi
mg/8 jam pasien
Paracetamol senyaman
1. mengatur posisi mungkin.
pasien miring kiri dan 5. Ajarkan
kanan keluarga
2. menganjurkan pasien memberikan
untuk beristirahat massage pada
54

(tidur di siang hari) area perut.


6. Anjurkan
pasien untuk
beristirahat.
7. Lakukan
perawatan
luka.
Kerusakan integritas 15 Juli 1. Menganjurkan pasien S : pasien
kulit berhubungan untuk menggunakan mengatakan
2017
dengan tindakan pakaian yang longgar lukanya terasa
operasi atau insisi 2. Mengatur tempat nyeri
apendiktomi ditandai Shif pagi tidur agar tidak ada
dengan keluarga jam kerutan yang O : tampak luka
mengatakan anak 08.00 - mneyebakan gesekan insisi sudah
merasa tidak nyaman 14.00 pada kulit dibalut pos op
di bagian luka Wib 3. menjaga kebersihan hari ke- 1, luka
operasi dan merasa kulit agar tetap bersih insisi dengan pan
nyeri pada luka dan kering jnag 8 cm
operasi, tampak 4. Memonitor kulit akan
adanya luka adanya kemerahan, A : Masalah
insisi,dengan post op tidak ditemukan belum teratasi
apendiktomi, tampak adanya kemerahan
balutan luka operasi sekitar luka P : Intervensi
apendisitis, luka 5. Memonitor aktivitas dilanjutkan
dengan panjang 8 dan mobilisasi pasien 1. pantau
cm. 6. Memonitor status keadaan luka
2 nutrisi pasien 2. berikan
7. Mengkaji luka : lokasi nutrisi yang
perut kanan bawah, adequate
dimensi panjnag luka 3. hindari
8 cm, lebar 1 cm, penekanan
kedalaman luka 6 cm, pada luka
karakteristik, warna
cairan luka merah,
granulasi (-), jaringan
nekrotik (-), tanda-
tanda infeksi local (-),
8. Mengajarkan pada
keluarga tentang luka
dan perawatan luka
9. Berkolaburasi ahli
gizi pemberian diet
TKTP, dan vitamin
10. Mencegah
kontaminasi feses dan
urin
55

11. memberikan
perawatan luka
dengan steril, dengan
prinsip moist, luka
telah dibalut dengan
baik
Memberikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada area
luka, posisi supinasi
dengan memberikan
penyangga atau
bantalan pada daerah
luka

Kurang pengetahuan 15 Juli 1. Mengkaji tingkat


berhubungan dengan pengetahuan pasien S : keluarga
2017
tidak dan kurang dan keluarga mengatakan
terpaparnya 2. Menjelaskan sudah mulai
informasi terkait Shif pagi patofisiologi dari paham dengan
penyakit ditandai jam penyakit dan penyakit anaknya
dengan keluarga 08.00 - bagaimana hal ini
mengatakan kurang 14.00 berhubungan dengan O: tampak
tahu mengenai Wib anatomi dan fisiologi, keluarga tetap
kondisi dan penyakit dengan cara yang masih gelisah
anaknya, serta tepat. dengan
khawatir dengan 3. Menggambarkan kesembuhan
keadaan anaknya, tanda dan gejala yang anaknya,
tampak keluarga biasa muncul pada meskipun
sering bertanya penyakit, dengan cara pemehamannya
3 dengan kondisi serta yang tepat sudah meningkat
penyakit anaknya, 4. Menggambarkan
tampak keluarga proses penyakit, A : Masalah
khawatir dan gelisah dengan cara yang teratasi sebagian
dengan keadaan tepat
anaknya 5. Mengidentifikasi P : Intervensi
kemungkinan lanjutkan
penyebab, dengan -berikan
cara yang tepat dukungan
6. Menyediakan -berikan
informasi pada pasien penjelasan lebih
tentang kondisi, lanjut terkait
dengan cara yang prognosis
tepat -berikan
7. Menyediakan bagi penjelasan dan
keluarga informasi informasi lanjut
56

tentang kemajuan terkait masalah


pasien dengan cara klien
yang tepat
8. Mendiskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
9. Mendukung pasien
untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
10. Mengeksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat

Hari ke- 2 ( 16 Juli 2017, shif pagi jam 08.00 - 14.00 Wib)

No. Diagnosa Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Nyeri akut 16 Juli 1. Mengkaji keluhan S. : pasien
berhubungan dengan nyeri mengatakan
2017
adanya insisi bedah, - skala nyeri 4 masih nyeri
ditndai dengan - nyeri dibagian perut dibagian perut
pasien mengeluh Shif pagi sebelah kanan namun sudah
nyeri pada bagian jam 2. Mengobservasi berkurang
abdomen kanan 08.00 - ketidaknyamanan non menjadi skala
bawah dengan skala 14.00 verbal nyeri 4.
6, pasien tampak Wib Merintih kesakitan
meringis kesakitan 3. Membatasi jumlah O : skala nyeri
1
dan gelisah, skala pengunjung sudah berkurang
nyeri 6, nyeri Lingkungan klien menjadi skala 4,
terutama saat tampak tenang tampak sudah
bergerak, tampak 4. Mengajarkan teknik tidak meringis
adanya luka insisi relaxasi nafas dalam kesakitan
apendiktomi, tanda- Klien tampak
tanda vital : TD : melakukan nafas A : masalah
120/60, RR : dalam teratasi sebagian
22x/mnt, HR : 5. memberikan obat
80x/mnt sesuai indikasi P : intervensi
57

Injeksi Cefotaximen 1 dilanjutkan


gr/8 jam 1. Kaji keluhan
Injeksi Ranitidine 1 nyeri
amp/8 jam 2. Kaji TTV
Injeksi ketorolak 1 3. Berikan obat
amp/8 jam sesuai
Metronidazole 1x 250 indikasi
mg/8 jam 4. Atur posisi
Paracetamol pasien
1. mengatur posisi senyaman
pasien mungkin.
miring kiri dan kanan 5. Ajarkan
2. menganjurkan pasien keluarga
untuk beristirahat memberikan
(tidur di siang hari) massage pada
area perut.
6. Anjurkan
pasien untuk
beristirahat.
7. Lakukan
perawatan
luka.
Kerusakan integritas 16 Juli 1. Menganjurkan pasien S : pasien
kulit berhubungan untuk menggunakan mengatakan
2017
dengan tindakan pakaian yang longgar lukanya terasa
operasi atau insisi 2. Mengatur tempat nyeri namun
apendiktomi ditandai Shif pagi tidur agar tidak ada sudha berkurang
dengan keluarga jam kerutan yang
mengatakan anak 08.00 - mneyebakan gesekan O : tampak luka
merasa tidak nyaman 14.00 pada kulit insisi sudah
di bagian luka Wib 3. menjaga kebersihan dibalut pos op
operasi dan merasa kulit agar tetap bersih hari ke- 2, luka
nyeri pada luka dan kering insisi dengan pan
operasi, tampak 4. Memonitor kulit akan jnag 8 cm
2
adanya luka adanya kemerahan,
insisi,dengan post op tidak ditemukan A : Masalah
apendiktomi, tampak adanya kemerahan belum teratasi
balutan luka operasi sekitar luka
apendisitis, luka 5. Memonitor aktivitas P : Intervensi
dengan panjang 8 dan mobilisasi pasien dilanjutkan
cm. 6. Memonitor status 1. pantau
nutrisi pasien keadaan luka
7. Mengkaji luka : lokasi 2. berikan
perut kanan bawah, nutrisi yang
dimensi panjnag luka adequate
8 cm, lebar 1 cm, 3. hindari
58

kedalaman luka 6 cm, penekanan


karakteristik, warna pada luka
cairan luka merah,
granulasi (-), jaringan
nekrotik (-), tanda-
tanda infeksi local (-),
8. Mengajarkan pada
keluarga tentang luka
dan perawatan luka
9. Berkolaburasi ahli
gizi pemberian diet
TKTP, dan vitamin
10. Mencegah
kontaminasi feses dan
urin
11. Memberikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada area
luka, posisi supinasi
dengan memberikan
penyangga atau
bantalan pada daerah
luka

Kurang pengetahuan 16 Juli 1. Mengkaji tingkat S : keluarga


berhubungan dengan pengetahuan pasien mengatakan
2017
tidak dan kurang dan keluarga sudah mulai
terpaparnya 2. Menjelaskan paham dengan
informasi terkait Shif pagi patofisiologi dari penyakit dan
penyakit ditandai jam penyakit dan kondisi anaknya
dengan keluarga 08.00 - bagaimana hal ini
mengatakan kurang 14.00 berhubungan dengan O: tampak
tahu mengenai Wib anatomi dan fisiologi, keluarga tetap
kondisi dan penyakit dengan cara yang masih gelisah
anaknya, serta tepat. dengan
3
khawatir dengan 3. Menggambarkan kesembuhan
keadaan anaknya, tanda dan gejala yang anaknya, namun
tampak keluarga biasa muncul pada sudah berkurang
sering bertanya penyakit, dengan cara dan mulai tenang
dengan kondisi serta yang tepat
penyakit anaknya, 4. Menggambarkan A : Masalah
tampak keluarga proses penyakit, teratasi sebagian
khawatir dan gelisah dengan cara yang
dengan keadaan tepat P : Intervensi
anaknya 5. Mengidentifikasi lanjutkan
kemungkinan -pertahankan
59

penyebab, dengan pemberian


cara yang tepat dukungan
6. Menyediakan -pertahankan
informasi pada pasien dukungan yang
tentang kondisi, diterima dari
dengan cara yang masyarakat atau
tepat tetangga
7. Menyediakan bagi -berikan
keluarga informasi penjelasan dan
tentang kemajuan informasi lanjut
pasien dengan cara terkait masalah
yang tepat klien
8. Mendiskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
9. Mendukung pasien
untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
10. Mengeksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat

Hari ke- 3 ( 17 Juli 2017, shif pagi jam 08.00 - 14.00 Wib)

No. Diagnosa Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Nyeri akut 17 Juli 1. Mengkaji keluhan S. : pasien
berhubungan dengan nyeri mengatakan
2017
adanya insisi bedah, - skala nyeri 3 masih nyeri
ditndai dengan - nyeri dibagian perut dibagian perut
pasien mengeluh Shif pagi sebelah kanan namun sudah
1 nyeri pada bagian jam 2. Mengobservasi berkurang
abdomen kanan 08.00 - ketidaknyamanan non menjadi skala
bawah dengan skala 14.00 verbal nyeri 3.
6, pasien tampak Wib Merintih kesakitan
meringis kesakitan 3. Membatasi jumlah O : skala nyeri
dan gelisah, skala pengunjung sudah berkurang
60

nyeri 6, nyeri Lingkungan klien menjadi skala 3,


terutama saat tampak tenang tampak sudah
bergerak, tampak 4. Mengajarkan teknik tidak meringis
adanya luka insisi relaxasi nafas dalam kesakitan
apendiktomi, tanda- Klien tampak
tanda vital : TD : melakukan nafas A : masalah
120/60, RR : dalam teratasi sebagian
22x/mnt, HR : 5. memberikan obat
80x/mnt sesuai indikasi P : intervensi
Injeksi Cefotaximen 1 dilanjutkan
gr/8 jam 1. Kaji keluhan
Injeksi Ranitidine 1 nyeri
amp/8 jam 2. Kaji TTV
Injeksi ketorolak 1 3. Berikan obat
amp/8 jam sesuai
Metronidazole 1x 250 indikasi
mg/8 jam 4. Atur posisi
Paracetamol pasien
3. mengatur posisi senyaman
pasien mungkin.
miring kiri dan kanan 5. Ajarkan
4. menganjurkan pasien keluarga
untuk beristirahat memberikan
(tidur di siang hari) massage pada
area perut.
6. Anjurkan
pasien untuk
beristirahat.
7. Lakukan
perawatan
luka.
Kerusakan integritas 17 Juli 1. Menganjurkan pasien S : pasien
kulit berhubungan untuk menggunakan mengatakan
2017
dengan tindakan pakaian yang longgar lukanya terasa
operasi atau insisi 2. Mengatur tempat nyeri namun
apendiktomi ditandai Shif pagi tidur agar tidak ada sudha berkurang
dengan keluarga jam kerutan yang
mengatakan anak 08.00 - mneyebakan gesekan O : tampak luka
2 merasa tidak nyaman 14.00 pada kulit insisi sudah
di bagian luka Wib 3. menjaga kebersihan dibalut pos op
operasi dan merasa kulit agar tetap bersih hari ke- 3, luka
nyeri pada luka dan kering insisi dengan pan
operasi, tampak 4. Memonitor kulit akan jnag 8 cm dan
adanya luka adanya kemerahan, sudah diganti
insisi,dengan post op tidak ditemukan balutan dengan
apendiktomi, tampak adanya kemerahan dibrikanperawata
61

balutan luka operasi sekitar luka n luka


apendisitis, luka 5. Memonitor aktivitas sebelumnya
dengan panjang 8 dan mobilisasi pasien
cm. 6. Memonitor status A : Masalah
nutrisi pasien teratasi sebagian,
7. Mengkaji luka : lokasi luka sudah
perut kanan bawah, tampak mulai
dimensi panjnag luka mengering
8 cm, lebar 1 cm,
kedalaman luka 6 cm, P : Intervensi
karakteristik, warna dilanjutkan
cairan luka sudah 1. pantau
kecoklatan dan keadaan luka
mnegering, granulasi 2. berikan
(+), jaringan nekrotik nutrisi yang
(-), tanda-tanda adequate
infeksi local (-), 3. hindari
8. Mengajarkan pada penekanan
keluarga tentang luka pada luka
dan perawatan luka
9. Berkolaburasi ahli
gizi pemberian diet
TKTP, dan vitamin
10. Mencegah
kontaminasi feses dan
urin
11. Memberikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada area
luka, posisi supinasi
dengan memberikan
penyangga atau
bantalan pada daerah
luka

Kurang pengetahuan 17 Juli 1. Mengkaji tingkat S : keluarga


berhubungan dengan pengetahuan pasien mengatakan
2017
tidak dan kurang dan keluarga sudah paham
terpaparnya 2. Menjelaskan dengan penyakit
informasi terkait Shif pagi patofisiologi dari dan kondisi
3 penyakit ditandai jam penyakit dan anaknya
dengan keluarga 08.00 - bagaimana hal ini
mengatakan kurang 14.00 berhubungan dengan O: tampak
tahu mengenai Wib anatomi dan fisiologi, keluarga masih
kondisi dan penyakit dengan cara yang gelisah dengan
anaknya, serta tepat. kesembuhan
62

khawatir dengan 3. Menggambarkan anaknya, namun


keadaan anaknya, tanda dan gejala yang sudah jauh
tampak keluarga biasa muncul pada berkurang dan
sering bertanya penyakit, dengan cara kondisi keluarga
dengan kondisi serta yang tepat sudah tenang
penyakit anaknya, 4. Menggambarkan
tampak keluarga proses penyakit, A : Masalah
khawatir dan gelisah dengan cara yang teratasi sebagian
dengan keadaan tepat
anaknya 5. Mengidentifikasi P : Intervensi
kemungkinan lanjutkan
penyebab, dengan -pertahankan
cara yang tepat pemberian
6. Menyediakan dukungan
informasi pada pasien -pertahankan
tentang kondisi, dukungan yang
dengan cara yang diterima dari
tepat masyarakat atau
7. Menyediakan bagi tetangga
keluarga informasi -berikan
tentang kemajuan penjelasan dan
pasien dengan cara informasi lanjut
yang tepat terkait masalah
8. Mendiskusikan klien
pilihan terapi atau
penanganan
9. Mendukung pasien
untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
10. Mengeksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
63

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Saat melakukan pengkajian terhadap pasien, penulis menggunakan metode

wawancara dan observasi. Metode wawancara merupakan metode komunikasi

yang direncanakan dan meliputi tanya jawab antara perawat dan pasien. Pada saat

melakukan pengkajian dengan metode wawancara penulis tidak menemukan

kesulitan karena pasien dan keluarga sangat kooperatif, mampu menjawab semua

pertanyaan yang diajukan penulis dan mampu bekerja sama dengan baik.

Metode kedua yang digunakan penulis dalam melakukan pengkajian

dengan observasi, adapun hasil pengkajian 15 Juli 2017 diruangan Asoka dengan

diagnosa apendisitis bahwa klien mengeluh nyeri pada perut kanan bagian bawah,

nyeri terasa ditusuk-tusuk dan perih, skala nyeri 6, klien selalu bertanya dengan

penyakit dan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya,dari hasil observasi

ditemukan data ekspresi klien tampak meringis kesakitan, gelisah dan terlihat

lemah, tekanan darah klien 100/60 mmHg, RR : 22x/mnt, HR : 80x/mnt T :

36,80C.

Data fokus yang ditemukan penulis dalam pengkajian kasus An. L tidak

jauh berbeda dengan data fokus yang ada pada teori sehingga terdapat

kesinambungan antara teori dengan kasus nyata. Hasil pengkajian yang dilakukan

pada tanggal 16 Juli 2017 data fokus yang terdapat pada kasus adalah setelah

dilakukan post operasi apendisitis pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan

63
64

bawah tepatnya pada balutan luka, ibu pasien juga mengatakan setelah operasi

badan anaknya gelisah dan rewel. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

persamaan antara data yang terdapat dikasus dengan teori yang ada.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data-data yang didapatkan penulis dari hasil pengkajian

tanggal 15 juli 2017 pada An. L di ruang Asoka RSUD H. Abdul Manan

Simatupang. Diagnosa keperawatan yang berhasil ditegakkan dalam laporan ini,

yaitu ada tiga diagnosa yang disusun berdasarkan data pengkajian yang telah

dilakukan pada klien. Diagnosa tersebut adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses pembedahan atau luka

insisi.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya dengan

informasi terkait penyakit.

Diagnosa yang tersebut diperoleh berdasarkan data dan keluhan dari

pasien, sementara diagnosa keperawatan berdasarkan teori Nanda yang ada di

teori antara lain :

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan; perforasi/ruptur pada apendiks, peritonotis; pembentukan abses,

prosedur invasif, insisi bedah.

2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah

mengkerut, otot tegang, perilaku distraksi.


65

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

muntah pra operasi pembatasan pasca operasi (puasa), inflamasi peritonium

dengan cairan asing.

4. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit.

5. Kerusakan integritas kulit

6. Ketidakbersihan jalan nafas.

7. Hipertemia berhubungan dengan respon sistemik dari penyakit atau trauma.

8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi,

tidak mengenal sumber informasi.

Adapun persamaan antara diagnosa keperawatan yang muncul pada

tinjauan kasus yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah hal ini

disebabkan oleh karena pasien pada saat dikaji mengeluh nyeri, wajah meringis

kesakitan dan skala nyeri 6. Pada saat diagnosa resiko tinggi terhadap infeksi

berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan disebabkan oleh adanya luka

bekas operasi pada bagian perut kanan bawah. Pada diagnosa kerusakan integritas

kulit berhubungan dengan pembedahan apendiktomi.

Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah hal

ini disebabkan oleh karena terjadinya post operasi apendisitis, sehingga terjadi

adanya kelainan pada otot atau syaraf pasca pembedan dan biasa terjadi pasca

operasi apendisitis akibat mobilisasi yang lambat, bocoran pada operasi, bakat

keloid.
66

Pada diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

pembedahahan apendiktomi, luka ini muncul dikarenakan pasien harus menjalani

pembedahan, dan pmebedahan tersebut akan meninggalkan luka insisi.

Sedangkan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya

dengan informasi terkait penyakit, diagnose ini muncul karena keluarga sering

bertanya dan tapak gelisah, khawatir dengan kondisi anaknya.

Perbedaan atau kesengajaan antara diagnosa keperawatan yang muncul

pada tinjauan kasus dan landasan teoritis adalah landasan teoritis diagnosa

keperawatan yang muncul sebanyak 8 diagnosa keperawatan, sedangkan pada

tinjauan kasus penulis hanya mencantumkan 3 diagnosa keperawatan saja, hal ini

disebabkan karena berdasarkan data subjektif dan data objektif yang didapatkan

dari hasil pengkajian sesuai dengan prioritas masalah yang penulis jumpai pada

An. L dengan Post Operasi Apendisitis. Sedangkan untuk 5 diagnosa keperawatan

lainnya tidak ditemukan data subjektif dan data objektif yang mendukung

penegakkan diagnosa-diagnosa tersebut.

4.3 Intervensi Keperawatan

Pada tinjauan kasus yang diintervensikan antara lain kaji keluhan nyeri,

kaji tanda-tanda vital, berikan obat sesuai indikasi, atur posisi pasien, anjurkan

pasien untuk beristirahat, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dari landasan

teoritis dan intervensi pada tinjauan kasus tidak terdapat perbedeaan yang

bermakna.
67

Diagnosa kedua yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

pembedahan apendiktomi. Intervensi yang dilakukan adalah dengan pemberian

pearwatan luka berdasarkan prinsip yang steril dengan tekhnik balutan luka yang

moist dan nyaman bagi pasien.

Diagnosa ketiga kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpaparnya dengan informasi terkait penyakit. Pada landasan teoritis

intervensinya meliputi mengkaji tingkat pengetahuan, memberikan pendidikan

kesehatan terkait penyakit, kondisi dan juga prognosis dari penyakit tersebut serta

memberikan dukungan bagi keluarga dan pasien.

Intervensi dilakukan berdasarkan teori Nanda. Semua intevensi yang ada

didalam Nanda diambil dan disusun untuk rencana perawatan laporan. Intervensi

yang ada didalam Nanda tersebut disaring untuk disusun dalam laporan ini karena

penulis menganggap intervensi tersebut sangat diperlukan oleh pasien karen

dianggap sesuai dengan kebutuhan yang dialami pasien selama itu.

4.4 Implementasi Keperawatan

Pada diagnosa pertama implementasi yang dilakukan antara lain meliputi

mengkaji keluhan nyeri dan lokasi bertujuan agar nyeri dapat terkontrol dan

mencapai skala nyeri 1-3 (ringan), selama tiga hari rawatan skala nyeri 6 (sedang),

pada hari rawatan pertama dan berkurang pada hari rawatan kedua dengan skala 4

(sedang), dan pada hari rawatan ketiga dengan skala nyeri 3 (sedang).

Implementasi yang ketiga dari diagnosa pertama yaitu memberikan obat sesuai
68

indikasi, dan implementasi keempat dan kelima dari diagnosa pertama dengan

mengatur posisi pasien miring kiri dan menganjurkan pasien untuk beristirahat.

Pada diagnosa kedua implementasi yang dilakukan adalah perawatan luka

dengan prinsip steril dan tekhnik yang moist, implementasi tersebut mulai dari

mengkaji luka, mencuci luka, membersihkan luka mengolesi luka dengan topikal

lalu membalut luka dengan prinsip yang mosit serta nyaman bagi pasien.

Implementasi yang dilakukan tidak ada perbedaan dengan yang ada pada teori.

Pada diagnosa ketiga implementasi yang dilakukan adalah memberikan

pendidikan kesehatan bagi keluarga terkait kondisi, penyakit dan prognosis dari

pasien. Implementasi yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada,

dan intervensi yang telah direncanakan sebelumnya dapat dilakukan dan sesuai

dengan kondisi keluarga pasien.

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang sudah disusun, tidak

ada intervensi yang tidak diimplementasikan pada laporan ini, semua tindakan

yang sudah diintervensikan merupakan tindakan yang harus diberikan pada pasien

karena tindakan yang sudah disusun tersebut adalah tindakan yang dibutuhkan.

4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah sebagian dari yang direncanakan dan diperbandingkan

dengan sistematik pada kasus kesehatan pasien. Dengan mengukur perkembangan

klien dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan format SOAP

meliputi data subjektif, objektif, analisa data dan data perencanaan.


69

Hasil yang diperoleh pada pengkajian ini bisa dilihat dari tujuan masing-

masing diagnosa yang telah ditetapkan. Untuk diagnosa prioritas pertama

memberikan hasil bahwa dihari ketiga pemantauan keperawatan yang dilakukan

sudah menunjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan. Yaitu, pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal.

Diagnosa kedua, setelah diberikan perawatan luka, pada hari pertama luka

telah dibalut, namun klien masih merasa nyeri pada daerah luka, hari kedua nyeri

berkurang, hari ketiga, luka dibuka lalu diberikan perawatan luka, dan pada hari

ketiga, luka sudah tampak mulai mengering.

Untuk diagnosa ketiga tentang kurang pengetahuan dapat dilihat pada hari

ketiga bahwa keluarga dank lien tampak mulai tenang dan rileks, klien mengerti

dengan kondisi penyakitnya, serta pemahaman sudah meningkat dari sebelumnya.


70

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diambil, maka kesimpulan yang didapat adalah

sebagai berikut :

1. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data dan mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan

pasien meliputi pengkajian riwayat kesehatan pasien, pola kesehatan

fungsional, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

2. Dalam melakukan pengkajian pada laporan ini dilakukan dengan

komunikasi yang baik, ketelitian, ketajaman pemahaman sehingga dapat

membangun hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat dan

dapat memperoleh data yang akurat untuk analisa.

3. Ada 3 diagnosa yang muncul pada asuhan keperawatan yang diberikan

pada An. L yaitu sebagai berikut : nyeri akut, kerusakan integritas kulit

dan kurang pengetahuan.

4. Tidak semua diagonosa yang terdapat pada teori Nanda diaplikasikan pada

kasus karena sebagian diagnosa tidak ada data pendukung untuk

ditegakkan menjadi sebuah diagnosa.

71
71

5. Penyusun intervensi keperawatan pada laporan ini dilakukan berdasarkan

teori Nanda. Intervensikan keperawatan ini disusun sesuai dengan tujuan

dari masing-masing diagnosa.

6. Implementasi tindakan keperawatan pada laporan ini disesuaikan dengan

prioritas masalah dan distandarkan pada intervensi tindakan yang disusun.

Implementasi ini dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

7. Hasil evaluasi dan kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian

tentang keberhasilan keperawatan. semua hasil implementasi yang

diberikan pada tiap diagnosa menunjukkan keberhasikan dilihat dari

pencapaian tujuan yakni, luka mulai mengering, nyeri berkurang, serta

pengetahuan dan pemahaman sudah meningkat, khawatir dan cemas sudah

berkurang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan penulis

adalah :

1. Diharapkan kepada pasien dan keluarga setelah diberikan asuhan

keperawatan agar dapat menjaga kesehatan dan perilaku hidup sehat untuk

meningkatkan derajat kesehatan kedepannya serta agar pasien lebih

mengerti tentang sakit yang dideritanya yaitu apendisitis.

2. Diharapkan kepada pembaca dengan adanya studi kasus agar dapat

mengambil manfaat dari penyusunan laporan tugas akhir ini demi untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan selanjutnya.


72

3. Diharapkan kepada Instansi STIKes agar meningkatkan mutu pendidikan,

sehingga menghasilkan perawat yang professional yang mempunyai

kemampuan dan keterampilan dalam melakukan Asuhan Keperawatan

pada pasien.

4. Diharapkan kepada lahan praktik RSUD H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan

standar prosedur keperawatan terutama pada pasien Post Operasi

Apendisitis.
73

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2012). Kasus Apendisitis. diakses dari


http://www.artikkelkedokteran.com/ arsip/kasus-appendisitis-di-
indonesiapada- tahun-2008.html.

Corwin. (2009). Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Brunner and Suddarth. (2005). Buku Ajar KeperawatanMedikalBedahVol 2 edisi


8. Jakarta : EGC

Doenges, Merilyn E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 5 alih bahasa
I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC

Haryono, Rudi, (2012). Keperawatan medikal bedah sistem pencernaan.


Yogyakarta: Gosyen Publising.

Hockenberry, J.M & Wilson, D. (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and
children (8th Ed). Canada : Mosby Company

Judith M, Wilkinson., Nancy R, Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosa


Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC ;
Alih Bahasa, Esty Wahyuningsih ; editor edisi bahasa Indonesia, Dwi
Widiarti, - Ed. 9. Jakarta : EGC

Mansjoer, A.(2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Ausculapius.

Nanda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA North


American Nursing Diagnosis Asspciation NIC NOC. Yogyakarta : Gosyen
Publishing

Nuzulul. (2009). Askep Appendicitis.


Diakses http://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35840-
Kep%20Pencernaan Askep%20Apendisitis.html tanggal 09 Juli 2017.

Pieter, J., (2005). Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum.

Santacroce R, Craig S. (2007). Appendicitis. Available from:


http://www.emedicine.com [Accessed on Juni, 30th 2017].

Saferi W, Andra., Mariza P, Yessie. (2013). KMB 2 :Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha
Medika.

74
74

Smeltzer, S.C. and Bare, B. G., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner dan Suddarth Vol. 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R & Jong, W. (2005). Buku-Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:


EGC, 639-645.
75
Lampiran 3

LEMBAR KONSUL

Nama : Stiven Daniel


Nim : 1614901044
Judul : Asuhan Keperawatan An. L dengan masalah sistem
pencernaan post operasi apendisitis di RSUD H. Abdul
Manan Simatupang Kisaran Tahun 2017

No Tanggal Materi Bimbingan Saran/komentar Tanda tangan


pembimbing pembimbing

Medan, ………..Juli 2017

Muslimah Pase, S.Kep, Ns., M.Kep, Sp. Kep. J

Anda mungkin juga menyukai