ASKEP Post Apendi)
ASKEP Post Apendi)
ASKEP Post Apendi)
BAB 1
PENDAHULUAN
pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri
dengan tidak efisien, dan lumennya kecil, maka apendiks mudah mengalami
mumbai cacing (apendik), usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi
Jong, 2005).
Apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi,
apendik adalah pandangan yang terjadi pada apendik vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering, apendik disebut juga umbai cacing
(Saferi, 2013).
yang tidak sehat seperti kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam menu
penyebab lainnya antara lain; hyperplasia jaringan limfoid, infeksi virus, parasit
1
2
sebagai faktor pencetus. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang
keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, benda asing dalam
tubuh dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun,
diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan
terjadi.
mucin atau cairan mucosa yang diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal
terkana intra mukosa juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan
supuratif yang menghasilkan pus atau nanah pada dinding apendiks. Selain
infeksi, appendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain
tidak tertangani segera maka dapat terjadi perforasi dan diperlukan tindakan
perforasi appendiks yang dapat berkembang menjadi peronitis atau abses. Insiden
perforasi 10-32%. Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup
demam dengan suhu 38,5 C atau lebih tinggi, penampilan toksis dan nyeri
Apendisitis atau radang apendiks merupakan kasus infeksi intra abdominal yang
didiagnosa per tahun, rata-rata usia anak yang mengalami apendisitis adalah 10
(Santacroce & Craig, 2007). Insiden apendik di Negara maju lebih tinggi daripada
apenditis di Indonesia mencapai 95 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan
(Haryono, 2012).
4
akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi
apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini
orang. Diawal tahun 2009, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah
Sedangkan data yang ada pada rekam medik di RSUD. H. Abdul Manan
Operasi Apendisitis.
Operasi Apendisitis.
Apendisitis.
Operasi Apendisitis.
Operasi Apendisitis.
6
lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya ilmiah
Apendisitis .
secara komferehensif.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Defenisi
Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi
apendiks oleh feses atau akibat terputusnya apendiks dan pembuluh darahnya
(Mansjoer, 2009).
kantung buntu yang berhubungan dengan bagian akhir secum yang umumnya
disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendiks (Brunner & Suddarth, 2005).
7
8
memberikan tanda setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri samar-
sekitar umbilicus. Keluhan ini disertai rasa mual muntah dan penurunan nafsu
makan. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada
titik ini nyeri yang dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
nyeri lepas disertai rigiditas pada titik Mc Burney sensitive untuk apendisitis
akut. Komplikasi dari apendisitis akut yang paling sering terjadi adalah
perforasi.
ditemukan 3 hal yaitu; pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran
dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif pada dinding
dialami oleh pasien apendisitis kronis tidak jelas dan progresifnya lambat.
9
Terkadang pasien mengeluh merasakan nyeri pada kuadran kanan bawah yang
2.1.3 Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terbanyak, adanya faekolit dalam lumen appendiks, adanya benda asing seperti
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
2.1.4 Patofisiologi
Apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Apendicitis
Ke peritonium
Pembengkakan dan
iskemia
Peritonitis
Perforasi
Pembedahan operasi
Luka insisi
anak yang mengalami apendisitis antara lain; nyeri periumbilikal, mual, muntah,
nafsu makan menurun, demam, dan nyeri tekan pada kuadaran kanan bawah
Beberapa tanda nyeri yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui
melalui beberapa tanda nyeri antara lain; Rovsing’s sign, Psoas sign, dan Jump
Sign. Rovsing’s sign yaitu nyeri yang dirasakan pada kuadran kanan bawah perut
ketika dilakukan penekanan dan pelepasan pada bagian kiri perut. Psoas sign
nyeri yang dirasakan pada saat dilkukan hiperekstensi pada paha kanan. Jump
Sign merupakan tanda nyeri yang dirasakan pada kudran kanan bawah perut saat
Rothrock (2000) antara lain nyeri, muntah, demam, diare, nyeri tekan pada
kuadran kanan bawah abdomen dan nyeri tekan menyebar. Tanda gejala klinis
anak yang mengalami apendisitis lainnya yaitu nyeri tekan lokal pada titik
McBurney, yaitu pada titik pertengahan pada garis antara spina iliaka anterior
Menurut Nanda (2013) di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas
disertai adanya demam derajat rendah sekitar 37,5-38,50C. Selain gejala klasik,
12
ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis,
timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendik ketika meradang berikut
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan
tidak ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau
nyeri timbul pada saat melakukan tindakan seperti berjalan, bernafas dalam,
batuk dan mengedan nyeri ini timbul karen adanya kontraksi M.psoas mayor
Bila apendik terletak didekat atau menempel pada rectum akan timbul gejala
3. Bila apendik terletak didekat atau menempel pada kandung kemih dapat
leukosit yang biasanya meningkat dari rentang nilai normal. Nilai leukosit
Pemeriksaan radiologi akan sangat berguna pada kasus atipikal. Pada kasus
13
55% kasus apendisitis stadium awal akan ditemukan gambaran photo polos
abdomen yang abnormal, gambaran yang lebih spesifik adalah adanya massa
pemeriksaan barium enama dapat juga dipakai pada kasus-kasus tertentu cara
ini sangat bermanfaat dalam menentukan lokasi sakum pada kasus “Bizar”.
kanan bawah atau tingkat aliran udara setempat. Temuan dari hasil USG
apendisitis dapat terjadi. Jika suhu lebih dari 39°C, menandakan infeksi oleh
b. Uji psoas dan uji obturator : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
letak apendik yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot
psoas lewat hiperekstensi sendi panggul atau fleksi aktif sendi panggul
a. Sebelum operasi
1. Observasi : Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
apendisitis sering kali belum jelas, dalam hal ini observasi ketat perlu
lainnya, pemeriksaan abdomen dan rectal darah (leukosit dan hitung jenis)
diulang secara periodik. Photo abdomen dan thorak tegak dilakukan untuk
b. Operasi
1. Apendiktomi
c. Pasca operasi
2. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
4. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
pasien dipuasakan
7. Satu hari pascar operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
8. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar
2.1.8 Komplikasi
terutama komplikasi yang dengan perforata. Menurut Smeltzer dan Bare (2002),
perut bagian dalam dan organ-organ di dalam rongga perut. Peradangan ini
disebabkan oleh bakteri dari dalam usus buntu yang pecah. Gejalanya meliputi
sakit perut yang parah dan terus-menerus, muntah, detak jantung cepat,
demam, daerah perut yang membengkak, serta napas pendek dan terengah-
2. Abses pelvis atau lumbal : Evaluasi adanya anoreksi, menggigil, demam, dan
drainase operatif.
4. Ileus : Kaji bising usus. Lakukan intubasi dan pengisapan nasogastrik. Ganti
cairan dan elektrolit dengan rute intravena sesuai program. Siapkan untuk
2.2.1 Pengkajian
dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan
kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
b. Lingkup Masalah Keperawatan berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien
post apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan
aktifitas.
c. Riwayat Penyakit.
pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah
saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat
keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula
perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas
gangguan dalam hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap
menjalani operasi.
ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi
untuk kesembuhannya.
karena rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus
mengatasi masalah.
selama sakit.
dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat
tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil
apendiks.
20
muntah, konstipasi pada awal post operasi dan penurunan bising usus.
Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan
operasi.
jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral
karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur
awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
21
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
2.2.3 Perencanaan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
NOC NIC
NOC : Tingkat kenyamanan 1. Kaji secara komprehensif
tentang nyeri, meliputi lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik, frekuensi.
1. Nyeri terkontrol / hilang 2. Ajarkan teknik relaksasi.
2. Klien tampak rileks 3. Berikan analgetik untuk
3. Ekspresi wajah tidak tegang : mengurangi nyeri.
Skala 4. Tingkatkan istirahat atau tidur
1) Berat untuk memfasilitasi
2) Agak berat managemen nyeri.
3) Sedang 5. Observasi reaksi non verbal
4) Sedikit ketidaknyamanan.
5) Tidak ada gangguan
NOC NOC
NOC : cairan adequate, 1. Catat karakteristik muntah dan
banyaknya pendarahan.
Kriteria hasil yang diharapkan: 2. Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)
1. mempertahankan Monitor intake dan output cairan.
keseimbangan cairan kelembaban 3. Tinggikan kepala selama minum obat.
membran mukosa, turgor kulit 4. Berikan cairan jenuh/lembut jika
baik, tanda-tanda vital stabil dan masukan dimulai lagi, hindari
secara individual haluaran urin minuman yang berkafein dan
adekuat. berkarbon.
5. Pertahankan tirah baring
6. Kolaborasi dengan pemberian cairan
sesuai indikasi
23
pertahanan.
NOC NIC
Tujuan : Tidak terjadi infeksi. 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Kriteria hasil : pasien lain
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik isolasi
gejala infeksi. 3. Batasi pengunjung bila perlu
2. Menunjukan kemampuan 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
untuk mencegah timbulnya mencuci tangan saat berkunjung dan
infeksi. setelah berkunjung meninggalkan
3. Jumlah leukosit dalam batas pasien
normal. 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
4. Menunjukan perilaku hidup cuci tangan
sehat. 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
NOC NIC
Kriteria Hasil : 1. kaji dan dokumentasikan tingkat
1. Ansietas berkurang, dibuktikan kecemasan pasien, termasuk reaksi
oleh tingkat ansietas hanya ringan fisik setiap
sampai sedang dan selau 2. kaji untuk factor budaya yang
menunjukkan pengendalian diri menjadi penyebab ansietas
terhadap ansietas, diri, koping. 3. gali bersama pasien tenteng tehnik
2. Menunjukkan pengendalian diri yang berhasil dan tidak berhasil
terhadap ansietas; yang dibuktikan menurunkan ansietas dimasa lalu
oleh indicator sibagai berikut: 4. reduksi ansietas (NIC);
menentukan kemampuan
pengambilan keputusan pasien
NOC NIC
Kriteria hasil : 1. pantau hidrasi (turgor kulit,
1. pasien akan menunjukkan kelembaban membrane mukosa)
termoregulasi yang dibuktikan 2. pantau TD, Nadi dan pernapasan
oleh indicator sebagai berikut: 3. kaji ketepatan jenis pakaian yang
ganguan eksterm : digunakan sesuai dengan suhu
berat lingkungan
sedang 4. untuk pasien bedah:
ringan 5. dapatkan riwayat hipertermi
tidak ada gangguan maligma, kematian akibat anastesi,
atau demam pasca bedah pada
indivudu atau keluarga
6. pantau tanda hipertermi maligna
7. regulasi suhu:
8. pantau suhu minimal setiap dua
25
NOC NOC
Kriteria hasil yang diharapkan 1. memberikan informasi pada pasien
menyatakan pemahaman proses untuk merencanakan kembali
penyakit, pengobatan, dan potensial rutinitas biasa tanpa menimbulkan
komplikasi, Berpartisipasi dalam masalah.
program pengobatan. 2. mencegah kelamahan,
meningkatkan penyembuhan dan
mempermudah kembali ke aktivitas
normal.
3. pemahaman meningkatkan
kerjasama dengan program terapi.
Meningkatkan penyembuhan dan
proses perbaikan.
4. upaya intervensi menurunkan
resiko komplikasi serius, contoh
lambatnya penyembuhan,
peritonitis.
perawat. Seperti tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan, fase
merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat
Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
Untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk dapat menilai apakah tujuan ini
b) Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi
c) Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. Biodata
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama : An. L Nama : Tn.C
Umur : 10 Tahun Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Hub.dgn pasien : Ayah pasien
Status Perkawinan : Belum menikah Pekerjaan : PNS
Suku : Batak Mandailing Alamat : Jl. Karya No.78
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar/Siswa
Gol. Darah :-
Alamat : Jalan Karya No 78
Provocative / Palliative
nyeri
Quantity / Quality
27
28
Regional
3. Scale :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 : Tidak Nyeri
1-3 : Ringan
4-6 : Sedang
7-9 : Berat
10 : Sangat Berat
4. Timing :
c. Frekwensi
d. Durasi
Pasien mengatakan lama nyeri yang dirasakan selama < 5 menit dan
intermitten.
29
VI. Genogram.
Keterangan:
: Perempuan : pasien
: meninggal
c. Konsep diri
dideritanya.
d. Keadaan emosi
cengeng.
22x/menit.
Batuk (-).
hangat.
4. Persyarafan
yang di berikan.
kg, TB 95 cm.
33
X. Aspek Psikososial.
lingkungan baru.
1. Laboratorium
Tabel 1.
Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 2.
Penatalaksaan Terapi Medis
Nama Obat Dosis Manfaat dan Efek Samping
IVFD Ringer 20 tetes/ menit Manfaat: Sebagai keseimbangan cairan dan
Laktat Elektrolit
ES : udema, infeksi
Cefotaxim ½ gr/12 jam Manfaat: Sebagai anti biotik
34
Tabel 3.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Apendisitis perforasi Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri pada
bagian abdomen kanan tindakan bedah
bawah dengan skala 6 apendisitis
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, ditndai dengan pasien
mengeluh nyeri pada bagian abdomen kanan bawah dengan skala 6, pasien
tampak meringis kesakitan dan gelisah, skala nyeri 6, nyeri terutama saat
di bagian luka operasi dan merasa nyeri pada luka operasi, tampak adanya
Kerusakan integritas kulit NOC : 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menganjurkan pasien untuk
berhubungan dengan Tissue Integrity : Skin and menggunakan pakaian yang menggunakan pakaian yang
tindakan operasi atau insisi Mucous Membranes longgar longgar
apendiktomi ditandai dengan Wound Healing : primer dan 2. Hindari kerutan pada tempat 2. Mengatur tempat tidur agar
keluarga mengatakan anak sekunder tidur tidak ada kerutan yang
merasa tidak nyaman di 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap mneyebakan gesekan pada
bagian luka operasi dan kriteria hasil: bersih dan kering kulit
merasa nyeri pada luka 1. Integritas kulit yang baik 4. Monitor kulit akan adanya 3. menjaga kebersihan kulit
operasi, tampak adanya luka bisa dipertahankan (sensasi, kemerahan agar tetap bersih dan kering
insisi,dengan post op elastisitas, temperatur, 5. Monitor aktivitas dan mobilisasi 4. Memonitor kulit akan
apendiktomi, tampak balutan hidrasi, pigmentasi) pasien adanya kemerahan, tidak
2 luka operasi apendisitis, luka 2. Tidak ada luka/lesi pada 6. Monitor status nutrisi pasien ditemukan adanya
dengan panjang 8 cm. kulit 7. Observasi luka : lokasi, dimensi, kemerahan sekitar luka
3. Perfusi jaringan baik kedalaman luka, 5. Memonitor aktivitas dan
4. Menunjukkan pemahaman karakteristik,warna cairan, mobilisasi pasien
dalam proses perbaikan kulit granulasi, jaringan nekrotik, 6. Memonitor status nutrisi
dan mencegah terjadinya tanda-tanda infeksi lokal, pasien
sedera berulang 8. Ajarkan pada keluarga tentang 7. Mengkaji luka : lokasi perut
5. Mampu melindungi kulit luka dan perawatan luka kanan bawah, dimensi
dan mempertahankan 9. Kolaburasi ahli gizi pemberian panjnag luka 8 cm, lebar 1
kelembaban kulit dan diet TKTP, vitamin cm, kedalaman luka 6 cm,
perawatan alami 10. Cegah kontaminasi feses dan karakteristik, warna cairan
6. Menunjukkan terjadinya urin luka merah, granulasi (-),
51
proses penyembuhan luka 11. Lakukan tehnik perawatan luka jaringan nekrotik (-), tanda-
dengan steril tanda infeksi local (-),
12. Berikan posisi yang mengurangi 8. Mengajarkan pada keluarga
tekanan pada luka tentang luka dan perawatan
luka
9. Berkolaburasi ahli gizi
pemberian diet TKTP, dan
vitamin
10. Mencegah kontaminasi feses
dan urin
11. memberikan perawatan luka
dengan steril, dengan prinsip
moist, luka telah dibalut
dengan baik
12. Memberikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
area luka, posisi supinasi
dengan memberikan
penyangga atau bantalan
pada daerah luka
Kurang pengetahuan NOC : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Mengkaji tingkat
berhubungan dengan tidak Kowlwdge : disease process dan keluarga pengetahuan pasien dan
dan kurang terpaparnya Kowledge : health Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari keluarga
informasi terkait penyakit penyakit dan bagaimana hal ini 2. Menjelaskan patofisiologi
ditandai dengan keluarga Kriteria hasil: berhubungan dengan anatomi dari penyakit dan bagaimana
3 mengatakan kurang tahu 1. Pasien dan keluarga dan fisiologi, dengan cara yang hal ini berhubungan dengan
mengenai kondisi dan menyatakan pemahaman tepat. anatomi dan fisiologi,
penyakit anaknya, serta tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala dengan cara yang tepat.
khawatir dengan keadaan prognosis dan program yang biasa muncul pada 3. Menggambarkan tanda dan
anaknya, tampak keluarga pengobatan penyakit, dengan cara yang tepat gejala yang biasa muncul
sering bertanya dengan 2. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit, pada penyakit, dengan cara
52
kondisi serta penyakit melaksanakan prosedur yang dengan cara yang tepat yang tepat
anaknya, tampak keluarga dijelaskan secara benar 5. Identifikasi kemungkinan 4. Menggambarkan proses
khawatir dan gelisah dengan 3. Pasien dan keluarga mampu penyebab, dengan cara yang penyakit, dengan cara yang
keadaan anaknya menjelaskan kembali apa tepat tepat
yang dijelaskan perawat/tim 6. Sediakan informasi pada pasien 5. Mengidentifikasi
kesehatan lainnya tentang kondisi, dengan cara kemungkinan penyebab,
yang tepat dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga 6. Menyediakan informasi
informasi tentang kemajuan pada pasien tentang kondisi,
pasien dengan cara yang tepat dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau 7. Menyediakan bagi keluarga
penanganan informasi tentang kemajuan
9. Dukung pasien untuk pasien dengan cara yang
mengeksplorasi atau tepat
mendapatkan second opinion 8. Mendiskusikan pilihan
dengan cara yang tepat atau terapi atau penanganan
diindikasikan 9. Mendukung pasien untuk
10. Eksplorasi kemungkinan sumber mengeksplorasi atau
atau dukungan, dengan cara yang mendapatkan second
tepat opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10. Mengeksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang
tepat
53
11. memberikan
perawatan luka
dengan steril, dengan
prinsip moist, luka
telah dibalut dengan
baik
Memberikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada area
luka, posisi supinasi
dengan memberikan
penyangga atau
bantalan pada daerah
luka
Hari ke- 2 ( 16 Juli 2017, shif pagi jam 08.00 - 14.00 Wib)
Hari ke- 3 ( 17 Juli 2017, shif pagi jam 08.00 - 14.00 Wib)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
yang direncanakan dan meliputi tanya jawab antara perawat dan pasien. Pada saat
kesulitan karena pasien dan keluarga sangat kooperatif, mampu menjawab semua
pertanyaan yang diajukan penulis dan mampu bekerja sama dengan baik.
dengan observasi, adapun hasil pengkajian 15 Juli 2017 diruangan Asoka dengan
diagnosa apendisitis bahwa klien mengeluh nyeri pada perut kanan bagian bawah,
nyeri terasa ditusuk-tusuk dan perih, skala nyeri 6, klien selalu bertanya dengan
ditemukan data ekspresi klien tampak meringis kesakitan, gelisah dan terlihat
36,80C.
Data fokus yang ditemukan penulis dalam pengkajian kasus An. L tidak
jauh berbeda dengan data fokus yang ada pada teori sehingga terdapat
kesinambungan antara teori dengan kasus nyata. Hasil pengkajian yang dilakukan
pada tanggal 16 Juli 2017 data fokus yang terdapat pada kasus adalah setelah
dilakukan post operasi apendisitis pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan
63
64
bawah tepatnya pada balutan luka, ibu pasien juga mengatakan setelah operasi
badan anaknya gelisah dan rewel. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
persamaan antara data yang terdapat dikasus dengan teori yang ada.
tanggal 15 juli 2017 pada An. L di ruang Asoka RSUD H. Abdul Manan
yaitu ada tiga diagnosa yang disusun berdasarkan data pengkajian yang telah
insisi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
tinjauan kasus yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah hal ini
disebabkan oleh karena pasien pada saat dikaji mengeluh nyeri, wajah meringis
kesakitan dan skala nyeri 6. Pada saat diagnosa resiko tinggi terhadap infeksi
bekas operasi pada bagian perut kanan bawah. Pada diagnosa kerusakan integritas
Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah hal
ini disebabkan oleh karena terjadinya post operasi apendisitis, sehingga terjadi
adanya kelainan pada otot atau syaraf pasca pembedan dan biasa terjadi pasca
operasi apendisitis akibat mobilisasi yang lambat, bocoran pada operasi, bakat
keloid.
66
dengan informasi terkait penyakit, diagnose ini muncul karena keluarga sering
pada tinjauan kasus dan landasan teoritis adalah landasan teoritis diagnosa
tinjauan kasus penulis hanya mencantumkan 3 diagnosa keperawatan saja, hal ini
disebabkan karena berdasarkan data subjektif dan data objektif yang didapatkan
dari hasil pengkajian sesuai dengan prioritas masalah yang penulis jumpai pada
lainnya tidak ditemukan data subjektif dan data objektif yang mendukung
Pada tinjauan kasus yang diintervensikan antara lain kaji keluhan nyeri,
kaji tanda-tanda vital, berikan obat sesuai indikasi, atur posisi pasien, anjurkan
pasien untuk beristirahat, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dari landasan
teoritis dan intervensi pada tinjauan kasus tidak terdapat perbedeaan yang
bermakna.
67
pearwatan luka berdasarkan prinsip yang steril dengan tekhnik balutan luka yang
kesehatan terkait penyakit, kondisi dan juga prognosis dari penyakit tersebut serta
didalam Nanda diambil dan disusun untuk rencana perawatan laporan. Intervensi
yang ada didalam Nanda tersebut disaring untuk disusun dalam laporan ini karena
mengkaji keluhan nyeri dan lokasi bertujuan agar nyeri dapat terkontrol dan
mencapai skala nyeri 1-3 (ringan), selama tiga hari rawatan skala nyeri 6 (sedang),
pada hari rawatan pertama dan berkurang pada hari rawatan kedua dengan skala 4
(sedang), dan pada hari rawatan ketiga dengan skala nyeri 3 (sedang).
Implementasi yang ketiga dari diagnosa pertama yaitu memberikan obat sesuai
68
indikasi, dan implementasi keempat dan kelima dari diagnosa pertama dengan
mengatur posisi pasien miring kiri dan menganjurkan pasien untuk beristirahat.
dengan prinsip steril dan tekhnik yang moist, implementasi tersebut mulai dari
mengkaji luka, mencuci luka, membersihkan luka mengolesi luka dengan topikal
lalu membalut luka dengan prinsip yang mosit serta nyaman bagi pasien.
Implementasi yang dilakukan tidak ada perbedaan dengan yang ada pada teori.
pendidikan kesehatan bagi keluarga terkait kondisi, penyakit dan prognosis dari
pasien. Implementasi yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada,
dan intervensi yang telah direncanakan sebelumnya dapat dilakukan dan sesuai
ada intervensi yang tidak diimplementasikan pada laporan ini, semua tindakan
yang sudah diintervensikan merupakan tindakan yang harus diberikan pada pasien
karena tindakan yang sudah disusun tersebut adalah tindakan yang dibutuhkan.
4.5 Evaluasi
klien dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan format SOAP
Hasil yang diperoleh pada pengkajian ini bisa dilihat dari tujuan masing-
sudah menunjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan. Yaitu, pasien mengatakan
Diagnosa kedua, setelah diberikan perawatan luka, pada hari pertama luka
telah dibalut, namun klien masih merasa nyeri pada daerah luka, hari kedua nyeri
berkurang, hari ketiga, luka dibuka lalu diberikan perawatan luka, dan pada hari
Untuk diagnosa ketiga tentang kurang pengetahuan dapat dilihat pada hari
ketiga bahwa keluarga dank lien tampak mulai tenang dan rileks, klien mengerti
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diambil, maka kesimpulan yang didapat adalah
sebagai berikut :
pada An. L yaitu sebagai berikut : nyeri akut, kerusakan integritas kulit
4. Tidak semua diagonosa yang terdapat pada teori Nanda diaplikasikan pada
71
71
berkurang.
5.2 Saran
adalah :
keperawatan agar dapat menjaga kesehatan dan perilaku hidup sehat untuk
mengambil manfaat dari penyusunan laporan tugas akhir ini demi untuk
pada pasien.
Apendisitis.
73
DAFTAR PUSTAKA
Hockenberry, J.M & Wilson, D. (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and
children (8th Ed). Canada : Mosby Company
74
74
Smeltzer, S.C. and Bare, B. G., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner dan Suddarth Vol. 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
LEMBAR KONSUL