Makalah Agama SPI
Makalah Agama SPI
Makalah Agama SPI
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Politik dalam term islam disebut “siyasah” merupakan bagian integral (tak terpisahkan) dari
fiqih islam. Salah satu objek kajian fiqih islam adalah siyasah atau disebut fiqih politik. Fiqih
politik secara global membahas masalah-masalah ketatanegaraan (siyasah dusturiyyah),
hukum internasional (siyasah dauliyyah), dan hukum yang mengatur politik keuangan negara
(siyasah mauliyyah).
a. Siyasah Dusturiyyah (hukum tata negara). Materi yang dikaji tentang cara dan
metode suksesi kepemimpinan, kriteria seorang pemimpin, hukum mewujudkan
kepemimpinan politik, pembagian kekuasaan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif),
institusi pertahanan keamanan, institusi penegakan hukum (kepolisian), dan lain-
lainnya.
b. Siyasah Dauliyyah (hukum politik yang mengatur hubungan internasional). Objek
kajiannya adalah hubungan antar negara islam dengan sesama negara islam, hubungan
negara islam dengan negara non muslim, hubungan bilateral dan multilateral, hukum
perang dan damai, genjatan senjata, hukum kejahatan perang dan lain-lain.
c. Siyasah Maliyyah (hukum politik yang mengatur keuangan negara). Kontens yang
dibahas adalah sumber-sumber keuangan negara, distribusi keuangan negara,
perencanaan keuangan negara, perencanaan anggaran negara dan penggunaannya,
pengawasan dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara dan pilantropi
islam.
Jika diperhatikan piagam Madinah yang diprakarsai oleh Rasulullah SAW ketika
beliau baru tiba di Madinah yang berisi ketentuan atau kesepakatan atau kesepakatan yang
mengikat masyarakat Madinah justru mengelompokan anggotanya pada suku-suku tertentu,
dan masing-masing dinamai ummat. Kemudian, mereka yang berbeda agama itu bersepakat
menjalin persatuan ketika membela kota Madinah dari serangan musuh.
Pada saat Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, Madinah yang beraneka ragam
budaya, agam dan aliran politik bisa beliau satukan sehingga kehidupan Madinah pada waktu
itu dapat berlangsung damai. Muhammad SAW memimpin komunitas besar Yahudi yang
banyak menguasai ekonomi, politik dan kultur di Madinah juga kaum Kristiani.
Dalam masalah politik, perlu disadari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
memang bukan negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Sungguhpun demikian,
negara menjamin penduduknya untuk memeluk suatu agama dan melaksanakan ajaran
agamanya dalam kehidpan sehari hari. NKRI adalah negara demokrasi berdasarkan pancasila
dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusionalnya. Sistem demokrasi menjadi pilihan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk meraih kepercayaan rakyat, partai politi
seyogyanya menjalankan fungsinya dengan baik dan tidak melanggar norma norma ilahi dan
aturan main yang ditentukan. Kekuasaan harus diraih dengan berbagai cara, tapi tidak
menghalalkan segala cara yang diharamkan. Kehidupan demokrasi akan terasa menajdi bekah
dan mendapatkan kemaslahatan bagi segenap rakyat jika dibingkai dengan nilai-nilai
keillahian. Demokrasi akan menjadi bencana manakala para pelakunya menjauhkan diri dari
nila- nilai illahi.
Paradigma sistem politik Islam setidaknya berpusat pada 3 pokok pikiran yaitu :
1. Kelompok pertama berpendapat bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang
bukan hanya mengatur urusan ibadah manusia dengan Tuhannya melainkan juga
mengajarkan pada urusan keduniawian.
2. Kelompok kedua, sebagai anti tesa terhadap gagasan kelompok pertama berpendapat
bahwa Agama Islam dengan urusan politik dan ketatanegaraan adalah tidak ada
hubungannya sama sekali. Oleh karena itu, permasalahan politik dan ketatanegaraan
adalah murni hasil pemikiran manusia bukan dari ajaran agama Islam.
3. Kelompok ketiga, sebagai golongan yang mencoba mengakomodir pertentangan
antara kelompok pertama dengan kelompok kedua, berpandangan bahwa Islam adalah
agama yang serba lengkap yang didalamnya terdapat sistem kehidupan termasuk
politik dan ketatanegaraan, namun hanya dalam bentuk seperangkat etika dalam
membangun kehidupan politik dan bernegara.
Sejarah berdirinya bangsa Indonesia tidak lepas dari peran besar umat Islam Indonesia oleh
karena itu sejarah Nasional Indonesia tidak dapat dipsisahkan dari sejarah umat Islam di
Indonesia. Bahkan sejak era berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat ini, pengaruh
perpolitikan bangsa tidak lepas dari pengaruh umat Islam.
Dampak kedatangan para pedagang dala penyebaran agama Islam di Nusantara sangat
berpengaruh terhadap cikal bakal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agama
Islam yang dianut mayoritas bangsa Indonesiamenjadi modal yang mempercepat proses
lahirnya kesatuan bangsa. Pranata-pranata sosial kebudayaan dan budaya yang diciptakan
Adapun puncak perjuangan dari umat Islam adalah mengantarkan bangsa Indonesia
memasuki Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 sebagai Negara
Republik Indonesia yang memiliki luas wilayah yang membentang dari Sabang sampai
Merauke sama dengan dari Baghdad ke London. Peristiwa ini merupakan puncak
keberhasilan umat Islam di bidang politik di tengah bangsanya.
perjuangan kerajaan - kerajaan islam melawan kolonial sangatlah gigih sampai belanda pun
kalang kabut , namun setelah adanya politik ’’devide et impera’’ satu persatu kerajaan dapat
di kuasai. Meskipun demikian semangat rakyat tidak pudar dan dilanjutkan perjuangan yang
dipimpin oleh ulama. ulama sebagai elit agama islam memimpin umat melawan penindasan
kedzoliman penjajah sejak dari aceh hingga bagian timur indonesia mengadakan perlawanan
hingga pihak belanda goyah.
Pemberontakan petani menentang penindasan yang berlangsung terus menerus selalu berada
di bawah bendera islam dari perjuangan dalam proses kemerdekaan peran umat islam
sangatlah sentral sehingga munculah tokoh- tokoh umat seperti KH Wahid Hasyim, Ki
Bagus Hadi Kusumo dan tokoh lainnya yang termaksud kedalam anggota BPUPKI dan PPKI
mereka tidak hanya menginginkan indonesia merdeka tetapi juga memperjuangkan islam
sebagai dasar negara
Kolonial akhirnya memilih perang kebudayaan dan ideologi terutama untuk memecah dan
melemahkan potensi umat islam indonesia yang di anggap sebagai musuh utama.
Pihak kolonial mencoba politik de islamisasi (dutch islamic polecy) oleh christian snouck
hurgronje. Yang sangat merugikan indonesia karena :
1. Memecah umat islam menjadi dua dikotomi yaitu abangan dan putihan
2. Menbenturkan ulama dan pemuka adat
Akibatnya umat islam menjadi terpecabelah menjadi dua kelompok besar yaitu nasionalis
islami, dan nasionalis sekuler.
1. Tanggal 16 oktober 1905 lahirlah serikat dagang islam yang kemudian tahun 1912
menjadi sarekat islam Sebagai gerakan ekonomi dan politik yang rebuka bagi seluruh
rakyat indonesia
2. Tanggal 16 november 1912 lahirlah muhammadiyah sebagai gerakan sosial
keagamaan yang melahirkan pemimpin bangsa penentang belanda
3. Tahun 1920 lahir persatuan islam
4. 1922 lahirlah jamiatul khoir, al irsyad, jong islamieten bond
5. Tahun 1926 lahirlah nadatul ulama
Semua itu adalah nasionalis islami yang memiliki andil dalam melawan belanda
1. 20 mei 1908 lahirlah Budi Utomo yang merupakan gerakan sosial bagi kepentingan
kelompok priyayi nonbirokrat yang bersifat lokal dan rasis
2. Indische partij (1912)
3. Tahun 1927 lahirlah jong java, pki, perhimpunan indonesia, pni
Ketika gencarnya serikat islam menuntut “Boemi Poetra Zelfbestuur” (bangsa indonesia
berperintahan sendiri) dengan gerakan rapat akbar dan pemogokan masal yang terjadi di
seluruh indonesia, maka tindakan yang dilakukan belanda adalah mendatangkan tokoh
komunis belanda yang kemudian mengkader Semaun, Alimin dharsono dan Tan Malaka yang
di susupkan ke SI sehingga terpecah menjadi SI putih yang asli dan SI merah yang komunis
(bergabung dengan ISDV jadi PKI).
Pada tahun 1937 organisasi- organisasi islam bersatu membentuk MIAI yang diprakarsai oleh
muhammadiyah , NU, persis, alwasliyah dan lain-lain. Pada zaman jepang MIAI diubah
Pada saat mempersiapkan kemerdekaan dalam sidang BPUPKI di rumuskan konsep dasar
negara oleh Moh. Yamin, Supomo dan Soekarno yang telah diajukan namun belum di terima
kemudian dibentuklah panitia ad hock. Pada 22 juni 1945 memutuskan rumusan piagam
djakarta yang kemudian disetujui pada tanggal 16 juli 1945 kemudian pada tanggal 18
agustus 1945 kalimat ‘’ketuhanan dengan kewajiban dengan menjalankan syariat islam bagi
pemeluknya ‘’ diuabah menjadi “ketuhanan yang maha esa”
Pemimpin-pemimpin islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI mulai dari
penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan UUD. Upaya yang telah dilakukan
merupakan kompromi politik demi menjaga persatuan dan kesatuan, mengingat bangsa ini
sangat plural meskipun mereka yang beragama islam termasuk mayoritas.
FASE KEMERDEKAAN
Setelah kemerdekaan, peran umat Islam juga tetap sentral. Resolusi jihad yang didengungkan
oleh KH. Hasyim Asy’ari menggetarkan pasukan NICA-Belanda yang ingin masuk lagi ke
Indonesia dengan pasukan sekutu. Resolusi iini juga menjadi tonggak penting bagi
pembentukan TNI melalui Hizbullah yang asalnya terdiri dari para santri dan ulama. Namun
dalam sejarah, peran umat Islam tampaknya tidak terlalu menonjol dan bila adapun seolah
dalam kerangka pratiotisme dan nasionalisme.
Dalam sejarah yang ditulis secara tidak objektif, akan memunculkan peran umat Islam yang
sesungguhnya sangat sentral itu terhapus atau terkucilkan, kalaupun tetap tercatat, itu terbaca
dalam bingkai yang berbeda, yakni dalam kerangka nasionalisme sempit, bukan lagi dalam
bingkai Islam.
Jika masa kolonial Islam harus berperang menghadapai kolonialisme sedangkan pada masa
kemerdekaan Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam kolonialisme dengan
segala intriknya.
Setelah kemerdekaan, persoalan Piagam Jakarta juga terangkat kembali di dalam sidang-
sidang konstituante hasil pemilihan umum 1955 yang berakhir dengan keluarnya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, yaitu kembali kepada UUD 1945.
Pemerintahan Orde Baru kemudian banyak meninggalkan potensi umat Islam, justru
merangkul kekuatan minoritas di Indonesia yang “diamini oleh Amerika” serta sekutunya.
Sebagi puncaknya kebijakan terhadap umat Islam adalah dilarangnya partai dan organisasi
massa memakai asas Islam.
Politik Islam terpecah menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama disebut kaum Skripturalis
yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan pemerintah. Kelompok kedua
adalah kaum Substansialis yang mendukung pemerintahan dan menginginkan agar Islam
tidak terjun ke dunia politik.
ERA REFORMASI
Pada awal Reformasi umat Islam pun terimbas adanya epouria politik, sehingga pada ramai-
ramai mendirikan partai. Bertahun-tahun reformasi bergulir kiprah umat Islam dalam
panggung politik pun semakin diperhitungkan. Umat Islam mulai kembali memunculkan
dirinya tanpa malu dan takut lagi menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama
Reformasi juga berhasil menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-
partai politik juga boleh menggunakan asas Islam. Kemudian bermunculanlah berbagai partai
politik dengan asas dan label Islam.