Best Practise
Best Practise
Best Practise
Pagi di Nipah Panjang terasa segar saat aku melangkahkan kaki di pelataran sekolah.
SMAN 3 Tanjung Jabung Timur, tempatku mengabdi dari tahun 2009 sudah ramai di pukul
07.00 WIB. Memang siswa siswiku diharuskan untuk sampai di sekolah pukul 07.00 kemudian
mengikuti apel pagi selama 15 menit. Senyum siswa siswi menyambut diikuti dengan salim
mereka kepadaku.Saat saat seperti ini membuatku bahagia dan bersyukur menjadi seorang
guru. Apalagi bila sudah ada siswa yang cerita bagaimana mereka bisa mengerjakan soal yang
kuberikan di hari sebelumnya, wahhh…senyumku akan semakin lebar. Mengapa? Karena aku
adalah guru Fisika. Iya…Fisika..pelajaran yang membuat sebagian orang mengerenyitkan dahi
dan tersenyum masam, sambil berujar secara langsung maupun dalam hati…capek deeeh.
Mengapa sih pelajaran Fisika menjadi momok untuk siswa siswi SMA, dan rasanya
bukan cuma di sekolahku saja. Padahal seyogyanya Fisika menjadi salah satu mata pelajaran
kelompok sains yang seharusnya mengusung pembelajaran PAIKEM. “Apa PAIKEM itu, Miss?”
tanya Ayu Lestari, salah satu siswa di kelas yang kuajar. Sambil tersenyum kujawab bahwa
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Nah, pada era revolusi industri 4.0 saat ini, dibutuhkan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan berfikir kritis, inovatif, bisa bekerja sama, bisa berkomunikasi dan
berakhlak mulia. Menghadapi tantangan yang besar tersebut, maka era pendidikannya pun
dinamakan Pendidikan 4.0. Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan
teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system).
Aku juga merasa seharusnya pembelajaran fisika menjadi menarik bagi siswa siswiku
karena berhubungan dengan alam. Bagi yang berpendapat bahwa fisika itu seru dan
mengasyikkan tentu tidak salah, apalagi jika dalam belajar kita didukung oleh media dan tempat
belajar yang nyaman, serta dengan ditunjang dengan berbagai macam faktor yang dapat
mengurangi kejenuhan, apalagi jika gurunya menarik dan mengasyikkan, sehingga mampu
menjaga minat belajar.
Tetapi yang terjadi adalah siswa di kelasku tidak menyukai pelajaran fisika. Menurut
mereka fsika itu identik dengan angka dan membuat pusing. Siswaku tidak suka diberi latihan
hitung hitungan. Mereka juga merengut dan berwajah masam saat mengikuti pelajaran, bahkan
sering ribut ketika aku sedang menerangkan.
Biasanya setelah mengajar aku akan duduk termenung di mejaku di ruang guru.
Pikiranku akan berputar dan selalu bertanya tanya apa yang harus dilakukan. Masalah siswaku
ini tentu saja tidak dapat dibiarkan begitu saja karena akan berdampak pada hasil belajar
mereka yang menjadi rendah. Aku mencoba searching, googling, dan berdiskusi dengan rekan
rekanku yang memiliki perasaaan senasib. Solusi apa yang harus aku terapkan untuk
pembelajaran fisika yang menyenangkan. Tapi sebelumnya aku harus mengetahui lebih dalam
apa penyebab siswa siswiku tidak suka belajar fisika.
Setelah kutelusuri, sebagian siswaku merasa bosan dengan pola mengajar ceramah
dimana guru hanya menerangkan materi dan siswa mendengarkan. Metode itu membuat
mereka mudah mengantuk, selain itu mereka sulit memetakan materi menjadi lebih mudah.
Aku ingin membantu siswaku memahami fisika lebih mudah, karena itu aku berusaha
mencari metode yang cocok dan pas untuk diterapkan di kelas. Memang tidak semua metode
bisa dipraktekkan dan diterima dengan baik oleh siswa. Apalagi siswa yang terbiasa hanya
mendengar dan pasif.
Setelah banyak membaca dan berdiskusi dengan rekan sejawat, kupilih untuk mencoba
menerapkan program Mind Mapping Agar Fisika Tidak Garing. Sebenarnya mind mapping
bukanlah hal baru di dunia pendidikan, tetapi bagi siswaku itu adalah hal baru. Setiap hal baru
tentu membuat penasaran dan akhirnya menarik minat mereka untuk mencoba.
Aku mulai menerapkan mind mapping pada proses pembelajaran fisika di kelas yang
kuajar. Pokok bahasan yang aku ambil adalah termodinamika. Sebelumnya aku sudah meminta
siswa di kelas tersebut untuk membawa spidol warna warni dan buku gambar, tapi tidak aku
jelaskan untuk apa. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping ada beberapa langkah, yang dijelaskan oleh Shoimin (2014), langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) Guru
menyajikan materi, 3) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang anggotanya 2 orang, 4)
Siswa merancang peta pikiran, 5) Siswa mempresentasekan hasil diskusi secara berkelompok, 6)
Kesimpulan.
Khusus untuk kegiatan ini, siswaku membuat sendiri sendiri mind map mereka karena
menurutku membiarkan mereka berekspresi sendiri dengan kesukaan mereka akan pola,
gambar dan warna tertentu akan lebih baik dibanding bila mereka berkelompok. Kelompok
dalam pembelajaran memang bagus, membuat siswa bisa berkerja sama dan belajar menjalin
komunikasi dengan baik, tetapi bisa digunakan pada metode pembelajaran lain.
Proses pembelajaran yang aku lakukan berdasarkan RPP yang sudah dibuat tetap
mengacu pada adanya kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada
kegiatan pendahuluan, aku tayangkan slide slide mind map dari berbagai sumber sebagai
motivasi dan membuat perhatian siswa terfokus. Aku juga sampaikan tujuan pembelajaran hari
itu. Aku lihat siswa siswi yang awalnya sibuk dengan kegiatan masing masing menjadi perhatian
dengan apa yang aku sampaikan. Di kegiatan inti saat menjelaskan, aku pinta siswa untuk
membuat poin poin penting catatan materi hari itu. Kemudian aku berikan waktu kepada
mereka untuk membuat mind map hasil catatan.
Membuat mind map juga tidak asal membuat. Seperti disampaikan oleh penemunya
yaitu Tonny Buzan, untuk membuat mind map yang baik digunakan kertas polos dengan ukuran
minimal A4 atau dalam pembelajaran itu aku meminta siswa untuk membawa buku
menggambar ukuran A3. Siswa mulai membuat mind map dengan topik utama yaitu
termodinamika di tengah tengah kertas yang diatur orientasinya horizontal.
Ada minimal 3 warna yang kusarankan kepada siswa untuk digunakan pada mind map
mereka, dengan catatan tulisan tidak boleh menggunakan warna merah. Warna berbeda untuk
setiap pokok dan dan warna cabang harus mengikuti warna pokok. Untuk garis juga kuarahkan
mereka tidak membuat garis garis lurus sebagai cabang tetapi garis melengkung. Juga aku
bebaskan mereka untuk menambahkan simbol atau gambar sebanyak mungkin pada kreasi
mereka yang berhubungan dengan materi.
Setelah sesi mencatat selesai, aku meminta beberapa siswa menampilkan dan
mempresentasikan hasil mind mapnya ke depan kelas. Aku dapati ternyata begitu kreatif siswa
siswaku dalam membuat mind map tersebut. Mereka juga bersemangat untuk memamerkan
hasil kerja mereka, artinya pembelajaran aktif dan menyenangkan yang aku harapkan menjadi
kenyataan.
Kemudian sebagai evaluasi, di akhir pembelajaran sebelum menutup kelas aku
memberikan beberapa pertanyaan terkait materi kepada siswa siswi tersebut.Untuk
pemahaman teori aku berikan soal soal lisan yang menuntut kecepatan dan kecekatan mereka
menjawab.Luar biasa sekali antusias mereka yang berebutan untuk menjawab soal.Mereka bisa
segera menjawab karena otak mereka mengingat lebih maksimal dengan menggunakan Mind
Map mereka.Kemudian aku juga membuat soal uraian untuk mereka.Nilai akhir mereka tidak
mengecewakan seperti sebelum menggunakan metode Mind Mapping. Berikut data nilai siswa
siswi tersebut :
No Nama Nilai
1 Adifah Dwi Cahyani 78
2 Agus Mulyono 79
3 Agustang 77
4 Ahmad Fauzi 78
5 Aldino Putra S 78
6 Aprilia Tiara Puspa 80
7 Asti Afriliani 68
8 Dirfan Septian Rosmadani 79
9 Edy Saputra 68
10 Ferdy Ardyansyah 80
11 Fitri 78
12 Hasma Andani 80
13 Ilham 79
14 Inda Sulfia 78
15 Karlina 79
16 Kharisma Rahayu 79
17 Lina 79
18 Mardani 76
19 Muhammad Adib Bisri 80
20 Nur Azizah 79
21 Nurhaliza Amanda 78
22 Rista Oktaviani 77
23 Sari Meliana 78
24 Sidik 78
25 Susantika Saputri 77
26 Vico Dandy Irvandy 77
27 Wahda Safitri 77
28 Yusril Isa Mahendra 78
29 Zuliani 76
30 Zulkifli 76
Nilai Rata-Rata 77,4
Terlihat dari tabel yang ditampilkan, nilai rata-rata siswa siswi tersebut cukup
memuaskan, walaupun masih ada beberapa siswa yang nilainya masih rendah, tapi secara
keseluruhan hasil yang diperoleh di atas ketuntasan minimal.Artinya siswa siswiku bisa
menerima informasi dengan baik dan memahami pembelajaran lebih maksimal.
Bel pergantian jam yang berbunyi dan menandakan waktuku usai mengantarkanku ke
ruang majelis guru dengan tersenyum bahagia. Ah, ternyata dengan menggunakan metode
Mind Mapping pembelajaran Fisika yang semula bagi siswa dan siswiku membosankan, tidak
menarik dan menyeramkan menjadi asyik dan menyenangkan. Aku berharap sekelumit
pengalaman yang kubagikan ini bisa menjadi setetes inspirasi bagi bapak/ibu guru di luar sana.
Aku menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dari apa yang sudah kulakukan, tapi
setidaknya aku sudah mencoba menjadikan pengalaman belajar bagi siswaku lebih bermakna.
Semangattt!!!