Pio Hiv
Pio Hiv
Pio Hiv
“HIV AIDS”
Dosen :
Dr. Wiwin Herdwiani, M.Sc.,Apt.
Disusun oleh :
Kelas C
1. Via Rohmantika (1920384300)
2. Meilany Berti Astari (1920384316)
3. Vilza Dwiki Yuvita (1920384324)
4. Widia Eka Agustina (1920384325)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada hanya berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang masa hidup
penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan diagnosa dini
terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak
menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal pada masa tersebut
penderita sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar HIV
Fase pertama: Infeksi HIV akut. Umumnya muncul setelah 2-4 minggu
infeksi HIV terjadi. Pada fase awal ini penderita HIV akan mengalami
gejala mirip flu, seperti: sakit kepala, sariawan, kelelahan, radang
tenggorokan, hilang nafsu makan, nyeri otot, ruam, bengkak kelenjar getah
bening, berkeringat. Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di atas muncul
karena kekebalan tubuh sedang melawan virus. Gejala ini bisa bertahan
selama 1-2 minggu atau bahkan lebih. Meski demikian, harus diingat
bahwa gejala tersebut tidak selalu disebabkan oleh HIV. Setelah gejala dan
tanda-tanda HIV/AIDS di atas hilang, penderita bisa tidak merasakan apa
pun sampai bertahun-tahun kemudian.
Fase kedua: Fase laten HIV Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak
menunjukkan tanda dan gejala yang khas, bahkan akan merasa sehat
seperti tidak terinfeksi virus. Namun sebenarnya, virus HIV secara diam-
diam berkembang biak dan menyerang sel darah putih yang berperan
dalam melawan infeksi. Tanda-tanda HIV/AIDS pada fase ini memang
tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa menularkannya pada orang lain. Di
akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara drastis sehingga gejala
yang lebih parah pun mulai muncul.
Fase ketiga: AIDS. AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada
fase ini, tubuh hampir kehilangan kemampuannya untuk melawan
penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah putih berada jauh di bawah
normal. Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan
menurun drastis, sering demam, mudah lelah, diare kronis, dan
pembengkakan kelenjar getah bening. Karena pada fase AIDS sistem
kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita HIV/AIDS akan
sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang
biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
UPAYA PENCEGAHAN
Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua orang
dengan mudah, asal kita tahu secara pasti cara – cara penyebaran virus AIDS
(HIV). Ada dua cara pencegahan AIDS, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
A. Upaya Pencegahan Jangka Pendek
Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan memberikan
informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS
(HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.
Adapun pencegahan Infeksi HIV melalui beberapa cara yaitu :
1. Pencegahan infeksi melalui hubunggan seksual
HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti
berperan dalam penularan AIDS adalah air mani, cairan vagina dan darah. HIV
dapat menyebar melalui hubunggan sexual dari pria ke wanita, dari wanita ke pria
dan dari pria ke pria.
2. Pencegahan infeksi HIV melalui darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan
AIDS melalui darah terjadi dengan:
a. Trasfusi darah yang mengandung HIV
b. Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupunktur, tato, tindik) bekas pakai
orang yang mengidap HIV tanpa di sterilkan dengan baik.
c. Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pake orang pengidap HIV.
Langkah-langkah utuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:
1. Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan
memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan, sebab
memerlukan biaya yang tinggi serta peralatan yang canggih. Karena
prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah
hanya dengan uji petik.
2. Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi
donor darah. Apabila terpaksa karena menolak menjadi donor menyalahi
kode etik donor, maka darah yang di curigai harus di buang.
3. Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku
setiap kali habis dipakai.
4. Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus
disterilisasikan secara baku.
5. Kelompok penyalahguna narkotika harus menghentikan kebiasan
menyuntikan obat kedalam badannya, serta menghentikan kebiasaan
menggunakan jarum suntik bersama.
6. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
7. Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV
3. Pencegahan Infeksi HIV melalui Ibu Hamil
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada
janinnya. Penularannya dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada
waktu persalinan dan sesudah bayi dilahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak
terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak
hamil.
4. Pencegahan AIDS Dengan Kondom
Kondom di Indonesia dikenal dengan alat kontrasepsi pada pria selain
untuk KB kondom biasanya dikonotasikan dengan pelacuran, sehingga gambaran
masyarakat awam tentang kondom sangat rendah. Dalam upaya pencegahan
pencegahan penyebab AIDS, kondom sangat berperan dalam memutuskan mata
rantai penularan AIDS lewat jalur seksual. Penyuluhan ditunjukan pada resiko
tinggi, agar melakukan safe sexs dengan menggunakan kondom saat melakukan
hubungan. Kondom yang dianjurkan untuk digunakan adalah terbuat dari lateks,
sebab hasil penelitian membuktikan, bahwa kondom lateks tidak dapat di tembus
HIV. Sedangkan kondom yang terbuat dari bahan alamiah seperti usus kambing
dan sejenisnya tidak dapat memberikan proteksi yang baik dianjurkan pula untuk
menggunakan obat-obat pembunuh sperma, karena obat tersebut juga dapat
membunuh HIV.
B. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang
Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar adalah
karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang
menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah keluar negeri dan
mengadakan hubungan seksual dengan orang asing. Hasil penelitian
menunjukan, bahwa resiko penularan dari suami pengidap HIV keistrinya
adalah 22% dan dari istri pengidap HIV kesuaminya adalah 8%. Namun ada
penelitian lain yang lain berpendapat, bahwa resiko penularan suami – istri
dan istri – suami dianggap sama. Kemungkinan penularan tidak tergantung
pada frekuensi hubungan yang dilakukan suami istri. Mengingat masalah
seksual masih merupakan barang tubuh di Indonesia, karena norma – norma
budaya dan agama yang masih kuat, sebetulnya masyarakat kita tidak boleh
risau terhadap penyebaran virus AIDS. Namun demikian, kita boleh lengah
sebab Negara kita merupakan terbuka.
Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah
merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan
meningkatkan norma – norma agama maupun sosial, sehingga masyarakat
dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.
C. Edukasi pada masyarakat terhadap HIV/AIDS
Sebagai merek global yang mengedepankan kesejahteraan seksual,
wajib untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam upaya menekan
angka infeksi HIV/AIDS di Indonesia. Dengan pemahaman yang benar,
harapannya semoga mereka mampu melindungi dirinya dari risiko
penyebarannya HIV/AIDS. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat
mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan
virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus
diminum sepanjang hidup.
Semakin meningkat dan bertambahnya penderita HIV/AIDS maka
tindakan yang terbaik adalah pencegahan yang terpenting adalah edukasi,
tentunya edukasi yang menyeluruh ke dalam elemen masyarakat, baik itu
kaum tua maupun kaum muda, baik itu kaum profesional, ataupun yang
menyebut dirinya kaum hedonis. Tentunya edukasi ini ditujukan terutama
untuk generasi muda, karena generasi muda ini Indonesia sekarang ini sudah
hampir sangat bebas dalam urusan seks. Oleh karena itu tugas dari orangtua,
guru, elemen masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah untuk membekali
edukasi yang cukup terhadap generasi muda bangsa akan HIV/AIDS.
Pendidikan seks sejak dini, pembekalan agama yang cukup, dan pengenalan
kondom sejak awal, akan menjadi langkah yang baik untuk menghindarkan
penularan HIV/AIDS. Selain Seks bebas, tentunya harus digalakkan
pelarangan obat-obatan terlarang, terutama yang menggunakan alat suntik.
Intinya segala macam obat-obatan terlarang yang beredar harus diperketat,
bandar-bandar & penjual narkoba ruang geraknya harus di batasi
Sedangkan untuk para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sendiri,
jangan kucilkan mereka. Karena mereka pun masih manusia, mereka tak
bermutasi menjadi mutan, monster ataupun siluman, karena status ODHA
mereka. Jadi mereka masih merupakan bagian dari kita. Bukan hanya sebagai
bagian dari masyarakat, tetapi juga sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
Edukasi perawatan untuk ODHA, bagaimana merawat ODHA di rumah,
bagaimana hidup berdampingan dengan ODHA, penerimaan ODHA tanpa
diskriminasi dan ketakutan, harus di kenalkan di lapisan elemen masyarakat.
Terkadang ketakutan itu hanya ada di pikiran masyarakat, yang membuat
mereka takut akan keberadaan ODHA. Oleh karena itu pengenalan dan
edukasi akan hidup berdampingan bersama ODHA harus di galakkan dan di
sosialisasikan.
KESIMPULAN
3. Ada 4 cara penularan AIDS yaitu hubungan seks bebas, pemakaian jarum
suntik yang tidak steril, transfusi darah, dan wanita hamil pegidap HIV.
4. Ada tiga tahap yang terjadi dalam penularan AIDS yaitu Tahap Dini ( fase
akut ), Tahap Menengah ( fase kronik ), Tahap Akhir ( fase krisis ).