Pio Hiv

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PELAYANAN INFORMASI OBAT

“HIV AIDS”

Dosen :
Dr. Wiwin Herdwiani, M.Sc.,Apt.

Disusun oleh :
Kelas C
1. Via Rohmantika (1920384300)
2. Meilany Berti Astari (1920384316)
3. Vilza Dwiki Yuvita (1920384324)
4. Widia Eka Agustina (1920384325)

PROGDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV/AIDS saat ini merupakan penyakit yang dianggap paling


menakutkan. WHO (World Health Organization), badan PBB untuk kesehatan
dunia, memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang sejak
pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Pada tahun 2005 saja, AIDS
diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa; lebih
dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah
kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat
pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan persediaan sumber daya manusia
di sana. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling
mematikan dalam sejarah.

Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada hanya berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang masa hidup
penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan diagnosa dini
terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak
menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal pada masa tersebut
penderita sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Umum HIV AIDS


HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga disebut
juga sebagai Human Lymphotropic Virus tipe III, Lymphadenophaty-
associated Virus ataupun Lymphadenophaty Virus. Virus HIV merupakan
retrovirus. Retrovirus adalah virus RNA yang mempunyai enzim reverse
transcriptase. Dengan menggunakan enzim reverse transcriptase, virus ini
menggunakan RNA sebagai cetakan untuk membuat DNA komplementer
yang dapat berintegrasi dengan DNA induk.

Gambar HIV

Sesuai dengan namanya, virus HIV hanya menyerang manusia


khususnya sistem kekebalan tubuh manusia yang melindungi tubuh dari
infeksi. Sel imun yang terinfeksi adalah CD4+ sel T, makrofag, dan sel
dendritik. CD4+ sel T secara langsung maupun tidak langsung dihancurkan
oleh virus tersebut. Infeksi HIV menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan
semakin lemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa
jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Penyakit tersebut disebut sebagai
infeksi oportunistik.
Jika seseorang didiagnosis terinfeksi HIV (HIV positif), orang tersebut
dapat tetap sehat tanpa gejala klinis sehingga disebut penyakit HIV tanpa
gejala. Setelah timbul gejala, maka disebut sebagai infeksi HIV bergejala atau
penyakit HIV lanjutan. Namun pasien HIV positif tidak langsung didiagnosis
menderita AIDS. AIDS itu sendiri merupakan kumpulan gejala dan infeksi
akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV. Beberapa negara mempunyai kriteria tertentu dalam mendiagnosis
pasien AIDS. Di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, seseorang
didiagnosis menderita AIDS ketika HIV membunuh CD4+ sel T hingga
jumlah CD4+ sel T dalam darah kurang dari 200 sel/µL darah akibatnya
kekebalan seluler menjadi hilang. Sedangkan di Kanada, orang yang terinfeksi
HIV didiagnosis menderita AIDS ketika muncul infeksi oportunistik..
AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Pada umumnya
AIDS berujung pada kematian. HIV merupakan retrovirus yang mempunyai
materi genetik RNA. Tidak semua virus RNA merupakan retrovirus, misalnya
seperti virus campak atau virus flu merupakan virus RNA tetapi bukan
retrovirus. Yang menjadi ciri khas retrovirus adalah proses replikasi dilakukan
mundur (backward replication). HIV disebut retrovirus karena
kemampuannya merubah RNA menjadi DNA, yang merupakan proses
terbalik dari apa yang biasanya terjadi di dalam sel (biasanya, DNA dirubah
menjadi RNA oleh inti sel untuk menyampaikan perintah kepada bagian sel
lainnya). Bila virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel hospes) maka RNA
virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh
HIV. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes
dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
B. Cara Penularan AIDS
AIDS adalah penyakit hubungan seksual (PHS). Hal ini berarti
penyakit tersebut didapatkan melalui hubungan seksual yang tidak terlindung
dengan seseorang yang terinfeksi. Juga dapat didapatkan dari kontak darah
dengan darah bersama orang yang terinfeksi. HIV menginfeksi sel-sel darah
putih. Kebanyakan sel-sel darah putih ditemukan dalam dua jenis cairan
tubuh yang penting : darah dan semen (cairan tempat hidupnya sperma dan
sel-sel darah putih). Tetapi banyak juga terdapat HIV yang menginfeksi sel-
sel darah putih dalam cairan vagina (termasuk darah menstruasi) dan air susu
ibu (ASI) dari orang yang terinfeksi HIV. HIV dapat menyebar ketika darah,
semen, atau cairan vagina dari orang yang terinfeksi memasuki tubuh orang
lain. Hal ini dapat terjadi dengan empat cara yang mendasar yaitu :
1. HIV dapat tertular dengan melakukan hubungan seksual yang tidak
terlindung melalui hubungan vagina, anal atau oral dengan seseorang
yang terinfeksi.
Vagina, rectum, uretra, mulut dan tenggorokan semuanya
dilapisi oleh lapisan sel-sel spongiosa (seperti busa) disebut membrane
mukosa. Dibawah membrane mukosa adalah pembuluh darah. Bila
seseorang melakukan hubungan sek vagina, anal, atau oral HIV dalam
darah, semen, atau cairan vagina dari orang yang terinfeksi dapat
mengalir kedalam mukosa tersebut seperti halnya air yang diserap oleh
busa. Lapisan dari vagina terbentuk dari banyak lapisan membrane
mukosa, dan pembuluh darah yang terdapat didalamnya terletak jauh
dipermukaan dalam.
Tidak seperti vagina, rectum tidak dapat meregang dengan
mudah ketika melakukan hubungan seks anal, sangat mudah bagi virus
HIV untuk masuk kedalam alran darah melalui lapisan membrane
mukosa yang tipis dan sangat mudah mengakibatkan luka pada lapisan
tersebut. Virus HIV pada semen laki-laki yang terinfeksi dapat
menggunakan luka tersebut sebagai jalan masuk ke dalam aliran darah
pasangannya. Hubungan seks anal kemungkinan merupakan hubungan
seks yang paling beresiko.
2. HIV dapat tertular dengan menggunakan jarum hypodermis atau
peralatan dari seseorang yang terinfeksi.
Orang menggunakan obat terlarang dengan banyak cara, salah
satu yang paling berbahaya dengan menyuntikkan obat apalagi ketika
jarum itu terinfeksi oleh HIV, apalagi jika digunakan dengan bersama-
sama. Setelah seseorang dengan HIV menggunakan jarum atau alat
suntik untuk menyuntik, setetes kecil darah terinfeksi tertinggal dalam
jarum dan alat suntikan. Maka bila anda menggunakan alat yang sama
tidak menutup kemungkinan anda akan tertular.
3. Penularan Melalui Tranfusi Darah
Tranfusi darah adalah ketika anda mendapatkan darah atau
komponen darah yang diberikan (didonorkan) oleh orang lain.
Sebelum tahun 1985, sejumlah orang mendapakan tranfusi darah
karena mereka diberikan darah yang terinfeksi oleh HIV.
4. Wanita Hamil Pengidap HIV
Wanita hamil dapat menularkan virus pada bayi yang ada
didalam kandungannya. Janin mendapatkan makanan dari ibunya
melalui plasenta dan tali pusat, sekelompok pembuluh darah yang
menghubungakan bayi pada ibunya pada pusat bayi (dibawah perut).
Bila wanita yang hamil memiliki HIV dalam darahnya, akan
memungkinkan wanita tersebut akan menularkan virus pada janninnya
selama kehamilan atau selama kelahiran bayi tersebut bayinya akan
terlahir dengan HIV. Walaupun kurang umum juga memungkinkan
bahwa ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus pada anaknya bila ia
menyusui bayinya, karena HIV juga terdapat dalam ASI.

C. Tahapan yang terjadi dalam penularan AIDS


Penularan AIDS meliputi :
1. Tahap dini, ( fase akut ) ditandai oleh viremia transien, masuk kedalam
jaringan limfosit, terjadi penurunan sementara dari CD4 sel T diikuti
pengaturan replikasi virus dengan dihasilkan CD8 sel T antivirus.
Secara klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan
nyeri tenggorok, mialgia, non – spesifik, dan meningitis aseptic.
Kesembuhan klinis dalam jumlah CD4 sel T menjadi normal terjadi
dalam waktu 6 – 12 minggu.
2. Tahap menengah,( fase kronik ) berupa keadaan panas secara klinis
dengan replikasi virus yang rendah khusunya dijaringan limfoit, dan
hitungan CD4 secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami
pembesaran kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini
dapat mencapai beberapa tahun. Pada akhir tahap ini, terjadi demam,
kemerahan kulit, kelelahan, dan viremi. Tahap kronik dapat berakhir
antara 7 – 10 tahun.
3. Tahap akhir, ( fase krisis ) di tandai dengan menurunya pertahanan
tubuh penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4,
penurunan berat badan, diarre, infeksi oportunistik, dan keganasan
sekunder. Tahap ini umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari
CDC di Amerika Serikat mengganggap semua orang dengan infeksi
HIV dan jumlah sel T CD4 kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS,
meskipun gambaran klinis belum terlihat.

D. Tanda dan gejala HIV /AIDS


Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini
karena gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di tahap awal seringkali tidak
menimbulkan gejala berat. Infeksi HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi
tiga fase, yakni sebagai berikut:

 Fase pertama: Infeksi HIV akut. Umumnya muncul setelah 2-4 minggu
infeksi HIV terjadi. Pada fase awal ini penderita HIV akan mengalami
gejala mirip flu, seperti: sakit kepala, sariawan, kelelahan, radang
tenggorokan, hilang nafsu makan, nyeri otot, ruam, bengkak kelenjar getah
bening, berkeringat. Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di atas muncul
karena kekebalan tubuh sedang melawan virus. Gejala ini bisa bertahan
selama 1-2 minggu atau bahkan lebih. Meski demikian, harus diingat
bahwa gejala tersebut tidak selalu disebabkan oleh HIV. Setelah gejala dan
tanda-tanda HIV/AIDS di atas hilang, penderita bisa tidak merasakan apa
pun sampai bertahun-tahun kemudian.
 Fase kedua: Fase laten HIV Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak
menunjukkan tanda dan gejala yang khas, bahkan akan merasa sehat
seperti tidak terinfeksi virus. Namun sebenarnya, virus HIV secara diam-
diam berkembang biak dan menyerang sel darah putih yang berperan
dalam melawan infeksi. Tanda-tanda HIV/AIDS pada fase ini memang
tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa menularkannya pada orang lain. Di
akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara drastis sehingga gejala
yang lebih parah pun mulai muncul.
 Fase ketiga: AIDS. AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada
fase ini, tubuh hampir kehilangan kemampuannya untuk melawan
penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah putih berada jauh di bawah
normal. Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan
menurun drastis, sering demam, mudah lelah, diare kronis, dan
pembengkakan kelenjar getah bening. Karena pada fase AIDS sistem
kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita HIV/AIDS akan
sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang
biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:

- Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan


- Pneumonia
- Toksoplasmosis.
BAB III

UPAYA PENCEGAHAN

Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua orang
dengan mudah, asal kita tahu secara pasti cara – cara penyebaran virus AIDS
(HIV). Ada dua cara pencegahan AIDS, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
A. Upaya Pencegahan Jangka Pendek
Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan memberikan
informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS
(HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.
Adapun pencegahan Infeksi HIV melalui beberapa cara yaitu :
1. Pencegahan infeksi melalui hubunggan seksual
HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti
berperan dalam penularan AIDS adalah air mani, cairan vagina dan darah. HIV
dapat menyebar melalui hubunggan sexual dari pria ke wanita, dari wanita ke pria
dan dari pria ke pria.
2. Pencegahan infeksi HIV melalui darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan
AIDS melalui darah terjadi dengan:
a. Trasfusi darah yang mengandung HIV
b. Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupunktur, tato, tindik) bekas pakai
orang yang mengidap HIV tanpa di sterilkan dengan baik.
c. Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pake orang pengidap HIV.
Langkah-langkah utuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:
1. Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan
memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan, sebab
memerlukan biaya yang tinggi serta peralatan yang canggih. Karena
prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah
hanya dengan uji petik.
2. Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi
donor darah. Apabila terpaksa karena menolak menjadi donor menyalahi
kode etik donor, maka darah yang di curigai harus di buang.
3. Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku
setiap kali habis dipakai.
4. Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus
disterilisasikan secara baku.
5. Kelompok penyalahguna narkotika harus menghentikan kebiasan
menyuntikan obat kedalam badannya, serta menghentikan kebiasaan
menggunakan jarum suntik bersama.
6. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
7. Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV
3. Pencegahan Infeksi HIV melalui Ibu Hamil
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada
janinnya. Penularannya dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada
waktu persalinan dan sesudah bayi dilahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak
terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak
hamil.
4. Pencegahan AIDS Dengan Kondom
Kondom di Indonesia dikenal dengan alat kontrasepsi pada pria selain
untuk KB kondom biasanya dikonotasikan dengan pelacuran, sehingga gambaran
masyarakat awam tentang kondom sangat rendah. Dalam upaya pencegahan
pencegahan penyebab AIDS, kondom sangat berperan dalam memutuskan mata
rantai penularan AIDS lewat jalur seksual. Penyuluhan ditunjukan pada resiko
tinggi, agar melakukan safe sexs dengan menggunakan kondom saat melakukan
hubungan. Kondom yang dianjurkan untuk digunakan adalah terbuat dari lateks,
sebab hasil penelitian membuktikan, bahwa kondom lateks tidak dapat di tembus
HIV. Sedangkan kondom yang terbuat dari bahan alamiah seperti usus kambing
dan sejenisnya tidak dapat memberikan proteksi yang baik dianjurkan pula untuk
menggunakan obat-obat pembunuh sperma, karena obat tersebut juga dapat
membunuh HIV.
B. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang
Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar adalah
karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang
menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah keluar negeri dan
mengadakan hubungan seksual dengan orang asing. Hasil penelitian
menunjukan, bahwa resiko penularan dari suami pengidap HIV keistrinya
adalah 22% dan dari istri pengidap HIV kesuaminya adalah 8%. Namun ada
penelitian lain yang lain berpendapat, bahwa resiko penularan suami – istri
dan istri – suami dianggap sama. Kemungkinan penularan tidak tergantung
pada frekuensi hubungan yang dilakukan suami istri. Mengingat masalah
seksual masih merupakan barang tubuh di Indonesia, karena norma – norma
budaya dan agama yang masih kuat, sebetulnya masyarakat kita tidak boleh
risau terhadap penyebaran virus AIDS. Namun demikian, kita boleh lengah
sebab Negara kita merupakan terbuka.
Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah
merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan
meningkatkan norma – norma agama maupun sosial, sehingga masyarakat
dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.
C. Edukasi pada masyarakat terhadap HIV/AIDS
Sebagai merek global yang mengedepankan kesejahteraan seksual,
wajib untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam upaya menekan
angka infeksi HIV/AIDS di Indonesia. Dengan pemahaman yang benar,
harapannya semoga mereka mampu melindungi dirinya dari risiko
penyebarannya HIV/AIDS. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat
mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan
virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus
diminum sepanjang hidup.
Semakin meningkat dan bertambahnya penderita HIV/AIDS maka
tindakan yang terbaik adalah pencegahan yang terpenting adalah edukasi,
tentunya edukasi yang menyeluruh ke dalam elemen masyarakat, baik itu
kaum tua maupun kaum muda, baik itu kaum profesional, ataupun yang
menyebut dirinya kaum hedonis. Tentunya edukasi ini ditujukan terutama
untuk generasi muda, karena generasi muda ini Indonesia sekarang ini sudah
hampir sangat bebas dalam urusan seks. Oleh karena itu tugas dari orangtua,
guru, elemen masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah untuk membekali
edukasi yang cukup terhadap generasi muda bangsa akan HIV/AIDS.
Pendidikan seks sejak dini, pembekalan agama yang cukup, dan pengenalan
kondom sejak awal, akan menjadi langkah yang baik untuk menghindarkan
penularan HIV/AIDS. Selain Seks bebas, tentunya harus digalakkan
pelarangan obat-obatan terlarang, terutama yang menggunakan alat suntik.
Intinya segala macam obat-obatan terlarang yang beredar harus diperketat,
bandar-bandar & penjual narkoba ruang geraknya harus di batasi
Sedangkan untuk para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sendiri,
jangan kucilkan mereka. Karena mereka pun masih manusia, mereka tak
bermutasi menjadi mutan, monster ataupun siluman, karena status ODHA
mereka. Jadi mereka masih merupakan bagian dari kita. Bukan hanya sebagai
bagian dari masyarakat, tetapi juga sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
Edukasi perawatan untuk ODHA, bagaimana merawat ODHA di rumah,
bagaimana hidup berdampingan dengan ODHA, penerimaan ODHA tanpa
diskriminasi dan ketakutan, harus di kenalkan di lapisan elemen masyarakat.
Terkadang ketakutan itu hanya ada di pikiran masyarakat, yang membuat
mereka takut akan keberadaan ODHA. Oleh karena itu pengenalan dan
edukasi akan hidup berdampingan bersama ODHA harus di galakkan dan di
sosialisasikan.

Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS.


1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan bersama oleh masyarakat
dan pemerintah. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-
nilai agama dan budaya yang ada di Indonesia.
2. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh
ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang
mengakar dalam masyarakat.
3. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan
untuk memantapkan perilaku yang baik dan mengubah perilaku yang
berisiko tinggi.
4. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk
melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV.
5. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap
menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS
dan keluarganya.
6. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului
dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang
bersangkutan (informed consent), sebelum dan sesudahnya harus diberikan
konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan.
7. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras
dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat.
8. Setiap pemberi pelayanan kepada pengidap HIV/penderita AIDS
berkewajiban memberikan pelayanan tanpa diskriminasi dan memiliki
aspek kepedulian
10. Lingkup Program Utama :Pengamanan sumberdaya manusi. Penggerakan,
perorangan, keluarga, masyarakat untuk pencegahan, penyebaran dan
penanggulangan HIV/AIDS, Pelayanan, perawatan, pengobatan,
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE), Pencegahan, Penelitian dan
Kajian, Monitoring dan Evaluasi.
BAB IV

KESIMPULAN

1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari AIDS


(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga disebut juga
sebagai Human Lymphotropic Virus tipe III, Lymphadenophaty-associated
Virus ataupun Lymphadenophaty Virus. Virus HIV merupakan retrovirus.
Retrovirus adalah virus RNA yang mempunyai enzim reverse transcriptase

2. Penyebab penyakit AIDS ialah terinfeksinya sel limfosit T helper oleh


virus HIV.

3. Ada 4 cara penularan AIDS yaitu hubungan seks bebas, pemakaian jarum
suntik yang tidak steril, transfusi darah, dan wanita hamil pegidap HIV.

4. Ada tiga tahap yang terjadi dalam penularan AIDS yaitu Tahap Dini ( fase
akut ), Tahap Menengah ( fase kronik ), Tahap Akhir ( fase krisis ).

5. Ada dua upaya pencegahan penularan AIDS :

a. Upayapencegahan AIDS jangka pendek :

1) Pencegahan Infeksi HIV melelui hubungan seksual

2) Pencegahan Infeksi HIV melelui darah

3) Pencegahan Infeksi HIV melelui ibu hamil pengidap HIV

4) Pencegahan Infeksi HIV dengan kondom

b. Upaya pencegahan AIDS jangka panjang dengan cara perilaku seksual


yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Earvin. 1995. Cara – Cara Menghindari AIDS. Jakarta : Arcan.

Kumar, Robbins Cotran. 1966. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC.

Organiasi Kesehatan Sedunia. 1994. Pencegahan AIDS melalui Promosi


Kesehatan. Bandung : ITB.

Rosmayanti, Lushi. 2012. “Penyakit HIV/AIDS”.


http://lushirosmayanti.blogspot.com/. Pada tanggal 20 Mei 2013.

Subowo. 2008. Imunobiologi. Bandung : Angkasa.

Tim Naskah Dapur Sedunia. 2011. Penyakit AIDS. Bandung : Amalia


Book.

Anda mungkin juga menyukai