Analisis Laporan Keuangan International Kel.02
Analisis Laporan Keuangan International Kel.02
Analisis Laporan Keuangan International Kel.02
Disusun Oleh :
Akuntansi F
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jenderal Achmad Yani
2018-2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
INTERNASIONAL
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah “Akuntansi Internasional”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa juga penulis berterima kasih
kepada Bapak Rizki Indrawan; S.E., M.Ak., Ak., CA., CADE., CAAT selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Akuntansi Internasional.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah bisnis internasional dapat
memberikan manfaat maupun pengetahuan tentang bisnis ditingkat dunia terhadap
pembaca.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trend di perdagangan global, investasi dan keuangan eksternal memiliki
makna bahwa manajer keuangan, pedagang, investor, analis, peneliti ekuitas,
banker, pengguna laporan keuangan lainnya memiliki kebutuhan yang makin besar
untuk membaca dan menganalisis laporan keuangan nondomestik. Perbandingan
keuangan lintas batas merupakan hal yang penting ketika menilai janji dan
kebenaran dari investasi asing langsung atau portofolio. Pertumbuhan yang hebat
terjadi dalam penerbitan dan perdagangan modal di tahun – tahun terakhir ini karena
privatisasi, pertumbuhan ekonomi, relaksasi control modal, dan teknologi informasi
yang terus maju.
Oleh karena itu memahami laporan keuangan nondomestik juga meningkat
seiring dengan lebih mendunianya aktivitas merger dan akuisisi. Untuk itu laporan
keuangan menjadi lebih penting daripada sebelumnya, sebagai basis analisis
kompetitif, keputusan kredit, negoisasi bisnis, dan control badan hukum. Semua ini
menciptakan kebutuhan yang lebih akan analisis dan valuasi laporan keuangan
internasional.
3
dikeluarkan oleh IASB menyatakan bahwa defenisi transparansi perusahaan tidak
harus selalu konsisten dengan gagasan transparansi yang dibiasakan oleh para
analis.
BAB II
LANDASAN TEORI
4
“laporan internasional” yang didistribusikan oleh badan – badan akuntansi besar,
bank, dan lembaga perantara.
A. Analisis Akuntansi
Tujuan analisis akuntansi adalah untuk menilai tingkatan dimana hasil
laporan sebuah perusahaan menggambarkan realitas ekonomisnya. Analisis harus
menilai perkiraan dan kebijakan dan perkiraan akuntansi perusahaan tersebut, dan
menilai sifat serta tingkat fleksibiltas akuntansi sebuah perusahaan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Metode Akuntansi
Metode-metode akuntansi yang digunakan akan mempengaruhi kualitas data
dan fleksibilitas dalam laporan keuangan, sehingga memudahkan para manajer
dalam melakukan analisa bisnis dan mengevaluasi kinerja manajerial.
Karakteristik Negara
Keragaman antara-negara dalam hal pengukuran kualitas akuntansi,
pengungkapan dan audit sangat dramastis. Karakteristik suatu bangsa yang
menyebabkan keragaman ini meliputi praktik-praktik yang diminta dan diterima
secara umum, pengawasan dan pelaksanaan, dan tingkat kebijaksanaan direksi
dalam laporan keuangan.
Auditor
Auditor eksternal memainkan sebuah peran utama dalam memastikan bahwa
standar-standar akuntansi benar-benar di ikuti. Sistem hukum memberikan
mekanisme pelaksanaa untuk memastikan bahwa auditor tetap mandiri dalam
praktiknya.
2. Proses evaluasi akuntansi (menurut Healy)
Mengidentifikasi kebijakan akuntansi yang utama
Menilai fleksibilitas akuntansi
Mengevaluasi strategi akuntansi
Mengevaluasi kualitas pengungkapan
Mengidentifikasi tanda bahaya (misalnya, penghapusan aset besar yang tidak
wajar, transaksi yang menaikan keuntungan tanpa penjelasan)
5
Menyesuaikan penyimpangan-penyimpangan akuntansi
1. Tujuan
Untuk mengevaluasi kinerja saat ini dan masa lalu sebuah perusahaan, dan untuk
menilai apakah kinerjanya bisa dipertahankan.
2. Alat Bantu
Analisis Rasio
Analisis rasio menggunkan perbandingan rasio antara perusahaan dan perusahaan
lain dalam industry yang sama, perbandingan rasio sebuah perusahaan selama
beberapa tahun atau period keuangan lainya, atau perbandingan rasio terhadap
beberapa tolak ukur yang absolute.
A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu
perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang
jangka pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk
membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang bila tidak
disebut ilikuid. Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas suatu perusahaan antara lain:
1. Current Ratio
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio
memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang
lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva
6
lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang
bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar (Sutrisno,
2001:247). Rumus current ratio adalah:
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila
rasio lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua
hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%.
Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar (Harahap, 2002:301)
2. Quick Ratio
Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara
jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar.
Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan
merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick
ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas,
surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang
jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:
Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current
ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi
investasi yang besar pada persediaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak
harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati
100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).
3. Cash Ratio
Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera
menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang
perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran.
Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan
cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara
7
yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash
ratio adalah:
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan
total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio,
tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).
B. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang
cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut perusahaan yang
solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum
tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid.
Macam-macam rasio keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas yang biasa
digunakan adalah:
1. Total Debt to Total Assets Ratio
Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur
prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah
semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun
yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab
tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk
mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.
Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva
harus lebih kecil (Harahap, 2002:304).
2. Debt to Equity Ratio
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan
antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio
ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi
perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar
beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.
8
Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.
Rumusnya:
C. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba (Baca pula:
pengertian dan analisis rasio profitabilitas). Perhatian ditekankan pada rasio ini
karena hal ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup perusahaan. Ada beberapa
ukuran rasio rentabilitas yang dipakai, yakni:
1. Profit Margin
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada
analisis common size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa
diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2000:84).
Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik, karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap,
2002:304).
9
3. Net Profit Margin
Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur
rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur
seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan
harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu.
Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah
untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan
tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty, 2003:91).
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap
satu rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
tertentu.
4. Return On Investment (ROI)
Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih
setelah pajak atau EAT (Sutrisno, 2001:255). Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah pajak) yang dihasilkan
oleh setiap satu rupiah investasi yang dikeluarkan. Semakin besar rasionya semakin
baik (Sutrisno, 2001:255).
5. Return On Assets
Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan
pajak atau EBIT (Sutrisno, 2001:254).Rasio ini dihitung dengan rumus:
10
Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan.
Semakin besar rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:254).
D. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana
kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan
lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Beberapa rasio
aktivitas yang digunakan adalah:
1. Perputaran Piutang
Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan
dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan
dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan
dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberi ukuran
seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari
piutang, menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih (jangka waktu
pelunasan). Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko
kemungkinan tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan Juliaty, 2003:82). Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang. Semakin tinggi tingkat
perputarannya semakin efektif pengelolaan piutangnya (Sutrisno, 2001:252).
2. Perputaran Persediaan
Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas
perusahaan, yaitu dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan
menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya
persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas manajemen
persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah menunjukkan
pengendalian atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80). Rumus
perhitungannya adalah:
11
Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin tinggi
tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan persediaanya (Sutrisno,
2001:251).
3. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada
beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang
tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang
lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini
barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2000:81).
Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan
penghasilan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif penggunaan
aktiva tetapnya (Sutrisno, 2001:253).
4. Perputaran Total Aktiva
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran
total aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan
manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen
mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya
(Hanafi dan Halim, 2000:81). Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus:
Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam
menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif
perusahaan memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2001:253).
Demikian uraian macam-macam rasio keuangan dan rumusnya. Dalam
menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan, rasio keuangan menjadi
pertimbangan utama. (baca juga: indikator kesehatan keuangan perusahaan
asuransi). Semoga artikel ini dapat membantu dan memudahkan dalam membuat
analisis rasio laporan keuangan.
12
C. Analisis Arus Kas
Analisis arus kas berfokus pada laporan arus kas, yang memberikan
informasi mengenai arus masuk dan arus keluar kas suatu perusahaan, dibedakan
menurut kegiatan operasional, penanaman modal, dan pembiyayaan.
Pengukuran yang berhubungan dengan arus kas sangat berguna dalam analisis
internasional karena tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan prinsip akuntansi
dibandingkan dengan pengukuran berdasarkan penghasilan.
D. Mekanisme Penanggulangan
Bagaimana penggunaan laporan keuangan mengatasi perbedaan prinsip
akutansi antar Negara? Beberapa pendekatan digunakan. Beberapa analis
mengulangi pengukuran akutansi asing pada sebuah tatanan prinsip yang di akui
secara internasional, atau pada beberapa dasar umum lainnya. Beberapa analis lain
mengembangkan sebuah pemahaman yang terinci mengenai praktik akutansi dalam
sebuah tatanan Negara dan membatasi analisis mereka pada perusahaan-perusahaan
yang ada di Negara-negara tersebut.
Algoritme uraian yang cukup sederhana bisa sangat efektif. Salah satu
pendekatan adalah dengan berfokus pada beberapa perbedaan laporan keuangan
yang paling penting dimana tersedia informasi yang cukup untuk membuat
penyesuaian yang tepat.
13
Para ahli dalam bidang valuasi international memberikan peringatan kepada
mereka yang melakukan analisis prospektif international : “setiap aturan yang telah
anda pelajari di Negara asal anda tidak akan berguna di luar negeri”.
Contohnya, analisis arus kas sekarang menilai sebuah bisnis sebagai nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan, diabaikan pada tingkatan yang
menggambarkan resiko dari arus kas tersebut. Walaupun prinsip valuasi ini tidak
berbeda untuk pasar-pasar maju dan berkembang yang serupa, banyak masukan
yang diambil mungkin tidak dapat dicapai di Negara-negara ekonomi berkembang.
Selanjutnya pertimbangkan penggunaan kelipatan berbasis-harga (valuasi)
dalam sebuah tatanan internasional. Kelipatan valuasi seperti rasio-rasio harga-
terhadap-penghasilan (P/E) dan harga-terhadap-pembukuan (P/B) seringkali
digunakan untuk memperkirakan nilai sebuah perusahaan. Salah satu pendekatan
yang umum adalah dengan menghitung kelipatan yang diinginkan untuk sebuah
kelompok perusahaan yang komparabel, lalu terapkan kelipatan tersebut pada
perusahaan yang sedang di nilai untuk mendapatkan harga yang sesuai. Cohtohnya,
jika rasio harga-terhadap-penghasilan dari suatu kelompok industri adalah 15, dan
penghasilan perusahaan diperkirakan sebesar $1,80/saham, maka $27,00 per saham
merupakan harga yang sesuai untuk perusahaan yang sedang di analisis. Seseorang
bisa saja menggunakan pendekatan kelipatan valuasi untuk menentukan harga
penawaran untuk calon akuisisi.
14
Finlandia, Irlandia, Israel, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Portugal,
Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris, dan Zimbabwe adalah
61-90 hari. Di Austria, Belgia, Prancis, Jerman, Yunani, Hong Kong, India,
Malaysia, Nigeria, dan Sri Langka, kelambatan informasi adalah sekitar 01-120
hari. Untuk Pakistan, kelambatannya melebihi 120 hari.
Variabilitas dalam ketetapan waktu informasi akutansi menempatkan beban
tambahan pada pembaca laporan keuangan asing. Beban ini sangat berat bagi
perusahaan-perusahaan yang keadaan operasionalnya sering berubah. Valuasi yang
berarti membutuhkan pembaruan yang konstan dari jumlah yang dilaporkan dengan
menggunakan cara-cara konvensional dan di luar kebiasaan.
15
Selanjutnya, uang tersebut digunakan untuk mengingkatkan investasi perusahaan
dalam aset tetap.
Sebuah perbandingan arus kas antara mata uang fungsional (krone) dan mata
uang laporan (dolar) menghasilkan beberapa perbedaan mencolok. Walaupun
laporan arus kas yang dihasilkan dari neraca dan laporan penghasilan sebagai
sebuah sumber dana, laporan krone menyatakan bahwa ini bukanlah masalahnya.
Demikian juga, apa yang terlihat seperti investasi dalam aset tetap dari sudut
pandang dolar berubah menjadi sebuah fenomena translasi murni.
16
dengan mata uang asing dan ketersediaan serta kredibilitas informasi keuangan.
Masalah-masalah yang berhubungan dengan mata uang asing mungkin akan
memiliki pengaruh yang dapat menjalar ke akuntansi internasional pada beberapa
waktu. Sebaliknya, masalah-masalah yang berhubungan dengan ketersediaan dan
kredibilitas informasi berangsur-angsur menurun seiring banyaknya perusahaan,
otoritas aturan, dan pasar bursa yang mengakui pentingnya meningkatkan akses
penanam modal kepada informasi yang tepat waktu dan dapat dipercaya.
17
Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Pasifik. Tahun 2004, Hyundai Motor Company
berhasil membukukan penjualan dengan nilai 57,2 miliar dolar AS di Korea Selatan
dan menjadikannya sebagai perusahaan kedua terbesar di negara tersebut.
Penjualan Hyundai tahun 2005 mencapai 2.533.695 unit di seluruh dunia, naik 11%
dari tahun sebelumnya. Hyundai menargetkan di tahun 2006 mereka dapat menjual
2,7 juta unit kendaraan.
Kendaraan Hyundai dijual di 193 negara di dunia dengan jaringan sebesar
5.000 dealer dan ruang pamer. Setelah tahun 2009, Hyundai merupakan perusahaan
otomotif terbesar keempat di dunia. Merek Hyundai sendiri nilainya terus naik dan
berada pada posisi ke-65 pada tahun 2007 sebagai "Best Global Brands" oleh survei
yang dilakukan Interbrand and BusinessWeek. Nilainya sekitar 5 miliar dolar AS.
Persepsi publik tentang Hyundai telah berubah seiring dengan peningkatan
kualitas pada produk-produk Hyundai. Di tahun 2011, merek ini mencatatkan
pertumbuhan penjualan tertinggi di dunia untuk 2 tahun berturut-turut.
18
mengembangkan karyawan yang berkompeten dengan menciptakan lingkungan
kerja yang baik untuk mendukung tercapainya kepuasan pelanggan, dan
memperkuat kolaborasi dengan produsen.
Hyundai juga memiliki empat kiat agar produk-produknya lebih digemari
konsumen, yaitu pertama, produk-produk Hyundai harus lebih kompetitif dari
produk otomotif lain. Perusahaan Hyundai meluncurkan produk yang berbeda dari
pesaing lainnya dengan memproduksi produk yang inovatif atau paling tidak ada
perbedaan, dibandingkan dengan produk pesaing lainnya. Hyundai berusaha
menarik minat konsumen dengan menyediakan produk-produk berteknologi tinggi
dan berwawasan lingkungan. Kedua, Hyundai harus menjual produk yang variatif.
Untuk menjangkau berbagai macam kebutuhan konsumen maka tersedia
tampilan produk yang bermacam-macam untuk menjangkau berbagai lapisan
mesyarakat. Ketiga, jaringan pemasaran dan servis atau layanan perbaikan harus
ada dimana-mana sehingga servis kepada konsumen bisa dilakukan dengan cepat,
dan keempat strategi Hyundai meningkatkan kepuasan pelanggan.
Inilah yang menjadikan perusahaan Hyundai memiliki daya saing yang tinggi
hingga mampu menembus pasar internasional.
Pelajaran Yang Dapat Dipetik Dari Kasus Diatas Dilihat Dari Sisi
Manajemen Bisnis
Keberhasilan Korea Selatan tidak lepas dari perhatian besar pemerintah
Korsel pada pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta investasi agresif
di kegiatan penelitian dan pengembangan. Perekonomian Korea Selatan
berkembang dengan didasari semangat nasionalisme Bangsa Korea Selatan yang
kuat. Masyarakat mulai menyadari bahwa dengan mengkonsumsi produk yang
dibuat dalam negeri, maka manfaat ekonomi yang dihasilkan juga akan lebih besar
bagi kepentingan perekonomian nasional. Disamping faktor besar dari pemerintah,
kesuksesan Korsel juga tidak lepas dari pembangunan karakter dan kebangsaan
rakyat Korsel yang tangguh. Tumbuhnya jiwa kewiraswastaan, tenaga kerja yang
sangat terlatih, pengelolaan utang luar negeri yang baik, pemerintahan yang relatif
bersih, makroekonomi yang solid, dan kondisi sosial-politik yang relative bebas
dari konflik. Keberhasilan Korsel jelas didukung budaya kerja keras dan etos kerja
19
yang tinggi. Orang Korsel dikenal sebagai pekerja keras, dengan jam kerja jauh
lebih panjang dibandingkan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja
Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) lain. Faktor lain adalah adanya
kemitraan kuat antara pemerintah, swasta dan masyarakat, serta kemampuan
masyarakat untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan
tantangan baru. Dari sisi strategi kebijakan, dari awal penguasa Korsel menyadari
pentingnya mengembangkan sektor generatif. Hal itu meliputi sektor-sektor
ekonomi unggulan yang secara simultan bisa menjadi sumber akumulasi kapital dan
memungkinkan terjadinya pertumbuhan berbagai industri turunan dan industri
terkait, sekaligus sumber inovasi teknologi dan kelembagaan.
Pengendalian Kualitas
PT.Hyundai Indonesia Motor (HIM) adalah perusahaan yang bergerak pada
bidang otomotif khususnya dalam perakitan mobil dengan merk Hyundai. Dalam
upaya mempertahankan kualitas produk, PT.HIM berusaha untuk meminimasi
jumlah kecacatan dalam setiap unit inspeksinya. Untuk itu diperlukan sebuah
metode pengendalian dan peningkatan kualitas untuk mengidentifikasi cacat ke
penyebab akar utamanya. Dari pengumpulan data yang dilakukan di PT. HIM dari
bulan Maret sampai dengan Agustus 2006, didapatkan bahwa cacat bintik (dirt)
merupakan jenis cacat terbesar yang terjadi di PT.HIM yaitu sebesar 67,93% dan
hal ini terjadi pada proses pengecatan Lalu pada tahap berikutnya setelah dilakukan
proses brainstorming dengan pihak terkait di dalam perusahaan untuk mencari
penyebab utama cacat bintik yang kemudian hasilnya ditampilkan melalui diagram
fishbone. Untuk mengetahui prioritas perbaikan atau tindak lanjut terhadap
penyebab ~penyebab yang dipaparkan dalam diagram fishbone maka digunakanlah
metode AHP. Dari hasil pengolahan dengan metode AHP didapatkan penyebab
utama yang paling signifikan dalam terhadap cacat bintik adalah faktor lingkungan
dengan nilai bobot atau nilai eigen sebesar 51,13% disusul dengan faktor manusia
dengan nilai bobot 19,11 %. Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis perbaikan
dengan menggunakan model FMEA, setelah itu melalui hasil RPN yang
didapatkan, modus kegagalan potensial yang paling utama sebagai penyebab
terjadinya kecacatan yang harus segera ditangani. Dalam hal ini modus kegagalan
20
potensial terbesar yang menyebabkan cacat bintik (dirt), dengan nilai RPN adalah
280, adalah tidak dibersihkannya blower yang terdapat di lantai produksi maupun
di perlengkapan. Maka tindakan yang perlu dilakukan adalah melakukan
pembersihan blower secara teratur terutama di ruang aplikasi pengecatan.
Strengths Weaknesses
1. 1. Excellence in vehicle safety and design1. 1. Poor brand portfolio, leading to fewer
proven by many awards sales
2. 2. The 6th highest automotive brand 2. 2. Low presence in the strongest U.S.
reputation in the world vehicle market and no presence in Japan’s
3. 3. Effective research and development vehicle market
(R&D) spending resulting in new 3. 3. Declining quality of company’s
innovative cars management
4. 4. Low cost to drive and durable cars 4. 4. Product recalls damaging brand
5. 5. Strong presence in China’s market reputation
5.
Opportunities Threats
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada umumnya negara-negara memiliki perbedaan yang dramatis dalam
praktik-praktik akuntansi dan auditnya, kualitas pengungkapan, sistem hukum dan
aturan, sifat dan tingkatan risiko bisnis, dan cara-cara melakukan bisnis. Keragaman
ini berarti bahwa alat-alat bantu analitis yang efektif dalam salah satu yuridiksi bisa
saja kurang efektif dalam yuridiksi yang lain. Analis sering kali menghadapi
tantangan-tantangan yang menakutkan dalam usahanya mendapatkan informasi
yang dapat dipercaya. Di banyak ekonomi pasar berkembang, analisis keuangan
sering kali memiliki reliabilitas yang terbatas.
Analisis keuangan dan valuasi international digambarkan dengan banyak
kontradiksi. Di satu sisi, pergerakan harmonisasi standar akuntansi yang cepat dapat
menyebabkan tingginya komparabilitas informasi keuangan di seluruh dunia.
Namun, masih banyak perbedaan dalam praktik-praktik laporan keuangan. Sebuah
pemeriksaan tentang standar laporan keuangan international (IFRS) yang
dikeluarkan oleh IASB menyatakan bahwa definisi transparansi perusahaan tidak
harus selalu konsisten dengan gagasan transparasi yang dibiasakan oleh para analis.
Artinya, keputusan IASB berfokus pada tingkat pengungkapan berbeda dengan
pengungkapan yang membantu menyingkap transaksi-transaksi yang mendasari
ekonomis. Sebagai contoh, dalam menyesuaikan akun mereka untuk harga-harga
yang berubah , suatu laporan dibolehkan untuk adanya pilihan akuntansi dalam
perubahan tingkat harga umum atau perubahan harga khusus.
22
Daftar Pustaka
Frederick D.S. Choi dan Gary K. Meek. 2010. International Accounting, 6th ed.
Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
https://nirmalla.wordpress.com/2017/03/29/analisis-laporan-keuangan-
internasional-2/
https://www.strategicmanagementinsight.com/swot-analyses/hyundai-swot-
analysis.html
23