0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
98 tayangan5 halaman

Perjuangan Masuk IPB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 5

Aku baru mulai mengenal Institut Pertanian Bogor atau yang biasa disebut IPB ini

pada awal tahun 2019. Ini berawal dari hasil perbincanganku dengan Ayahku
tentang pendidikan selanjutnya yang akan kutempuh setelah masa SMA.

Awalnya, ia sangat menginginkanku menjadi salah satu dari sekian banyak dokter
di Indonesia yang tentunya mengharuskanku berjuang di jalur SBMPTN nantinya.
Bagiku, hal itu mungkin saja terjadi. Tetapi sayangnya, aku adalah salah seorang
yang takut dan sulit menerima kegagalan apalagi jika menyangkut masa depanku
sehingga aku sangat mengharapkan jalur yang mengandalkan nilai rapor dan
peluang sekolah, yaitu jalur SNMPTN. Dari segi rapor, nilaiku terbilang cukup
tinggi dan mampu bersaing dengan yang lainnya di jalur SNMPTN ini. Begitupun
dengan peluang sekolah yang menyangkut akreditasi, prestasi, capaian alumni
selama di IPB, dan lain-lain.

Meskipun diterima menjadi salah satu mahasiswi di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur SNMPTN, aku berbeda dengan orang lain yang rata-rata berjuang dari
awal semester 1 agar mendapatkan nilai yang maksimal dan sesuai dengan kriteria
SNMPTN. Usahaku agar diterima di salah satu kampus terbaik Indonesia terhitung
mulai dari akhir semester 4.

Diawal semester, aku belum memaksimalkan proses belajarku dan belum


memikirkan tentang jenjang pendidikan selanjutnya yang akan kutempuh setelah
masa SMA. Mengingat aku merupakan salah satu siswi yang bersekolah di SMA
boarding school atau sekolah asrama yang di setiap harinya aku dan teman-temanku
disibukkan oleh kegiatan sekolah, baik akademik maupun non akademik, serta
kegiatan asrama.

Semester 1 dan semester 2 ku dipenuhi oleh tugas tertentu dari pihak berwenang
asrama yang sudah menjadi budaya turun-temurun seperti halnya sekolah
berasrama lainnya. Banyaknya kepanitiaan, organisasi dan lain-lain pun menjadi
faktor kurangnya waktu luang bagiku untuk mengejar yang namanya nilai tinggi.

Dimulai dari bangun subuh untuk menjalankan kewajiban sebagai umat Islam
dilanjutkan dengan kegiatan membersihkan asrama bersama-sama dan bergegas
menyiapkan diri sebelum berangkat ke wilayah sekolah dengan mandi, berpakaian
seragam, sarapan di ruang makan, dan lain-lain.

Kegiatan belajar dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 14.45 WITA
dengan jeda sekitar 45 menit untuk istirahat, salat, dan makan.

Waktu siang setelah sekolah biasanya diisi dengan melaksanakan tugas kepanitian
atau rapat organisasi, maupun kegiatan asrama. Lalu, aktivitas harian dilanjutkan
di waktu sore setelah salat dengan kegiatan ekstrakurikuler, seperti karate dan lain-
lain ataupun unit kerja OSIS, seperti pelatihan olimpiade, pengembangan diri di
bidang sastra Indonesia, dan juga sastra Inggris.

Kemudian kembali ke asrama pada pukul 17.15 WITA untuk membersihkan asrama
kembali dan menyiapkan diri ke masjid yang terletak tidak jauh dari asrama.

Aku dan siswa lainnya diberi waktu untuk makan malam dan salat isya sebelum
kembali ke wilayah sekolah untuk kegiatan pemantapan yang biasanya diganti
dengan rapat kepanitian ketika guru sedang berhalangan hadir. Lalu, kembali lagi
ke asrama untuk istirahat. Namun, kadang kala kami meluangkan waktu untuk
mengerjakan tugas sekolah maupun tugas kepanitian sebelum akhirnya terlelap
dalam tidur.

Hal-hal ini kujalani setiap hari sebelum aku naik kelas sehingga mendapatkan nilai
tinggi dan sukses di tiap materi pelajaran merupakan sesuatu yang sulit dicapai.

Adapun pada semester ketiga dan keempat dengan kata lain pada kelas 11, tugas
dari pihak asrama sudah sedikit berkurang. Namun, hal ini belum memberiku
kesempatan untuk fokus pada pelajaran sekolahku karena bertambahnya tanggung
jawab dalam kepanitian dan organisasi yang aku dan teman-temanku dapatkan.

Oleh sebab itu, pada akhir semester 4 aku terpikir untuk mengatur jadwal belajar
yang baik untukku sehingga nilai-nilai sekolahku di semester sebelumnya yang
dalam hal ini, nilaiku yang termasuk kurang jika dibandingkan dengan temanku
dapat tertutupi oleh nilaiku di semester selanjutnya sehingga aku mampu bersaing
di penyeleksian masuk universitas nantinya. Keputusanku didukung oleh adanya
penurunan nilai Ujian Nasional pada angkatan di atasku yang menyebabkan nama
baik sekolahku memburuk.
Di semester 5, jadwal harian yang telah kuatur sebelumnya dapat kujalankan
dengan baik dan konsisten. Jadwalku berisi kegiatan apa saja yang harus kulakukan
di hari tertentu disertai dengan limit waktu di masing-masing aktivitas tersebut.
Dengan begitu, nilaiku di semester sebelumnya dapat tertutupi sehingga
memungkinkan aku diterima di jalur SNMPTN sekaligus aku mempersiapkan
diriku untuk tes pada UTBK nantinya.

Berhubung aku memiliki teman yang hampir semuanya merupakan orang yang
ambisius dalam belajar, jadi aku termotivasi untuk bisa lebih giat dari mereka. Pada
dasarnya, kami menguasai satu atau lebih mata pelajaran sehingga terkadang kami
bertukar ilmu dengan cara belajar bersama, baik itu dilaksanakan di wilayah
sekolah maupun di asrama. Kegiatan ini tentunya didukung oleh para guru kami
yang membuat mereka ikut berpartisipasi dalam mengefektifkan proses belajar
mengajar kami. Pembagian waktu, materi ajaran, maupun tentor sebaya diatur
dengan sangat baik oleh para siswa yang telah diberi tanggung jawab dari hasil
musyawarah, termasuk aku. Aku mendapat bagian di mata pelajaran kimia bersama
beberapa temanku yang juga aktif di lomba-lomba terkait bidang ini.

Selain adanya kelompok belajar, di sekolahku juga sering kedatangan para alumni
dari universitas terbaik Indonesia yang berbeda-beda untuk mengadakan try out
bagi kami kelas 12. Tentunya, kegiatan ini dapat membantuku untuk menguji
kemampuanku dan untuk mengetahui materi mana saja yang masih kurang
kupahami agar nantinya kupelajari kembali. Tidak berhenti hanya di try out dari
alumni, aku pun mencari try out SBMPTN yang banyak tersebar di media sosial.
Mulai dari info yang kudapatkan melalui aplikasi Line, Instagram, maupun info dari
teman-temanku.

Aku juga bergabung pada beberapa grup di aplikasi yang tujuannya bukan hanya
untuk berbagi ilmu dan pengalaman tentang tes SBMPTN, tetapi juga untuk
menjalin pertemanan dengan teman-teman kelas 12 dari berbagai sekolah di
Indonesia.

Banyaknya persiapan yang kulakukan di semester ini belum disertai dengan


kepastian pilihan fakultas maupun kampusku nantinya. Pilihanku masih tertuju
pada dua kampus di Indonesia, yaitu Universitas Hasanuddin dan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember dengan berbagai alasan pada masing-masing kampus pilihanku
tersebut. Terkait tentang fakultas yang kuminati pada saat itu antara lain teknik
arsitektur, kedokteran, dan teknik robotika.

Adapun pada semester terakhirku di jenjang SMA, yaitu semester 6, jadwal


kegiatanku tidak lagi terlaksana seperti biasanya. Sosialisasi dari berbagai kampus
mulai berdatangan ke sekolahku. Ada yang berasal dari alumni sekolahku dan ada
juga dari alumni sekolah lain. Tidak jarang sosialisasi yang berdatangan ini
dirangkaikan dengan try out. Selain diisi oleh sosialisasi dan try out, hari-hariku di
semester ini juga dipenuhi oleh berbagai ujian, mulai dari ujian semester, ujian
sekolah, dan tentunya ujian nasional. Ujian-ujian ini tidak akan mendapat nilai yang
memuaskan tanpa adanya simulasi sebelumnya. Jadi, aku pun mengikuti berbagai
simulasi tersebut.

Seperti yang tertera pada awal ceritaku bahwa aku baru mulai mengenal IPB setelah
perbincanganku dengan ayahku. Pada akhirnya, ia memintaku memilih kedokteran
hewan dengan beberapa alasan yang ia sertakan. Aku menyetujuinya dan mulai
mencari info seputar jurusan ini. Dari situ, terdapat 2 kampus yang kuminati antara
lain Universitas Hasanuddin dan IPB. Keduanya sama-sama memiliki keunggulan.

Kesempatanku di jalur ini bermula pada awal bulan Februari 2019. Aku dinyatakan
sebagai salah satu dari 43 siswa sekolahku yang memenuhi persyaratan pendaftaran
SNMPTN 2019. Tentunya, aku merasa sangat senang. Jika dibandingkan dengan
teman sekamarku yang sangat berharap pada jalur ini, perjuanganku tidak ada apa-
apanya. Proses pendaftaranku berjalan dengan baik dan lancar sedangkan ia dan
beberapa siswa di Indonesia mendapat kesulitan. Mengingat suatu laman resmi
seringkali akan mengalami error dikarenakan banyaknya orang yang mengakses
laman tersebut, aku dengan segera mendaftarkan diri. Namun, beberapa yang
lainnya menunggu sertifikat-sertifikat mereka sehingga memaksa mereka untuk
mendaftar di hari-hari terakhir. Aku mendaftar dengan mengisikan 2 pilihan
kampus. Pilihan pertamaku ialah IPB sedangkan pilihan keduaku ialah Universitas
Hasanuddin.

Hari demi hari berlalu, timbul rasa penasaran dan khawatir pada kami. Adik kelas
dan guru-guru mendukung sambil meyakinkan bahwa kami pasti diterima. Puncak
kesenanganku terjadi pada hari pengumuman. Pengumuman dimajukan sehari dari
yang diberitahukan sebelumnya. Pada hari itu, laman sesekali mengalami error
sehingga aku memilih untuk menunggunya pulih. Namun, beberapa temanku
ternyata sudah melihat hasilnya. Ada yang bahagia dan ada yang kecewa. Aku
mulai tambah penasaran. Aku segera mendatangi kamar temanku yang kebetulan
sedang membuka lamannya. Segala proses yang tampil pada layar komputer dia
lalui. Seketika aku tersontak kaget mendengarnya berteriak bahwa aku lolos. Aku
lolos di pilhan pertamaku. Betapa bangganya keluarga dan teman-temanku yang
lainnya ketika mengetahui aku dinyatakan diterima di kampus pilihanku.

Anda mungkin juga menyukai