0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
77 tayangan7 halaman

BAB I Inetgrasi 2 Teknik Industri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya dunia industri yang semakin pesat pada era sekarang,
menyebabkan terjadinya persaingan. Era globalisasi telah menuntut adanya
perubahan dalam segala bidang. Salah satunya bidang pemasaran. Semakin
tingginya tingkat persaingan di dunia bisnis dan kondisi ketidakpastian memaksa
perusahaan mencapai keunggulan bersaing agar mampu memenangkan
persaingan. Untuk mampu bersaing, maka setiap perusahaan meningkatkan
kinerja pada sistem produksinya.
Sistem produksi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk
mengolah atau mengubah sejumlah masukan (input) menjadi sejumlah keluaran
(output) yang memiliki nilai tambah. Selain untuk proses produksi,
memperhatikan sistem kerja juga perlu dilakukan, pada proses produksi,
perancangan stasiun kerja dan metode kerja bukan hal mudah. Kesalahan dalam
perancangan maupun metode kerja akan berdampak buruk pada proses secara
keseluruhan (Suhardi, 2008).
Pembuatan meja belajar ini diperlukannya BOM, BOM adalah daftar
komponen yang lengkap, formal, dan terstruktur yang mencantumkan
keanggotaan hierarkis dan hubungan kuantitas dari bahan baku ke bagian,
komponen hingga produk akhir (Sari dkk, 2018).
Selain BOM, proses pembuatan suatu produk biasanya juga diperlukan
SOP oleh karena itu pembuatan SOP diperlukan dalam proses produksi. Proses
produksi dalam perusahaan biasanya memiliki standar operasional produk untuk
menjalankan sistem produksinya. Standar operasional prosedur (SOP) adalah
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaaan sesuai dengan
fungsi dari pekerjaan tersebut (Gabriele, 2018).
Pengukuran waktu kerja dengan menggunakan metode pengukuran
langsung dapat menggunakan beberapa teknik, diantaranya adalah stopwatch time
study. Stopwatch time study diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor.
Kelompok XXIII

Hasil dari pengukuran akan diperoleh waktu baku yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan siklus pekerjaan, dimana waktu ini digunakan untuk standard
penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja (Sudjoko dan Sutapa, 2019).
Peramalan (forecasting) dapat diartikan sebagai proses untuk
memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan
dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam
rangka memenuhi permintaan barang dan jasa (Marlina dkk, 2018).
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Melalui peta kerja kita dapat melihat semua langkah atau
proses yang dialami oleh suatu benda kerja kemudian menggambarkan semua
langkah yang dialami benda kerja (Erliana, 2015).
Perencanaan agregat merupakan perencanaan produksi yang meliputi
jumlah unit dan tingkat tenaga kerja yang diperlukan dan diharap dapat memenuhi
angka permintaan yang bervariasi pada suatu periode tertentu. Dalam perencanaan
agregat ada dua strategi yang dapat digunakan yaitu level strategy dan chase
strategy. Dalam Aggregat Planning terdapat MPS (master production
schedulling) dan MRP (material requirement planning). Master production
schedule didefinisikan sebagai jadwal dari perencanaan produksi mengenai jenis,
kuantitas dan waktu pelaksanaan produksi. Material requirement planning
merupakan suatu teknik untuk merencanakan kebutuhan bahan baku dengan cara
mengidentifikasi apa saja bahan baku yang perlu dipesan, berapa banyak yang
harus dipesan dan kapan waktu pemesanan dilakukan (Kurniawan, 2017).
Methods Time Measurement adalah prosedur yang menganalisis setiap
rangkaian operasi manual sesuai dengan gerakan dasar yang diperlukan.
Pengamatan yang dilakukan maynard operation sequence technique yaitu
menentukan suatu model urutan dasar setelah itu menambahkan semua nilai
indeks untuk tiap parameter, kemudian menjumlahkan semua nilai indeks dengan
mengkalikan 10 dan mengubah nilai ke dalam TMU (Febriana Dkk, 2015) .
Keseimbangan lintasan atau line balancing adalah suatu metode
penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam

Laporan Praktikum Terintegrasi II I-2


2019
Kelompok XXIII

satu lintasan produksi sehingga terdapat kesamaan waktu penyelesaian stasiun


pada setiap stasiun kerja (Prabowo, 2019).
Pengendalian kulitas (quality control) menurut (Ishikawa, 1988) adalah
mengembangkan, mendesain, memproduksi dan memberikan layanan produk
bermutu yang paling ekonomis paling berguna, dan selalu memuaskan
pelanggannya (Setiawan dan Alriani, 2018)
Program 5S (Seiri,Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) merupakan dasar
bagi mentalitas karyawan untuk melakukan perbaikan (improvement) dan juga
untuk mewujudkan kesadaran mutu (quality awareness) (Farihah, 2018)
7 Waste terdiri dari pemborosan kelebihan produksi, menunggu,
transportasi yang tidak perlu, kelebihan proses, kelebihan persediaan, gerakan
yang tidak perlu, serta memproduksi defect atau kegagalan produk/proses. Konsep
ini berguna untuk mengamati, mengenali dan mengukur secara aktual semua
pemborosan yang terjadi dari proses produksi (Pratama, 2017)
Berdasarkan masalah diatas PT. Amanah Teknik memerlukan adanya
standar dari operasional prosedur suatu produk, yang berguna untuk mengetahui
langkah-langkah kegiatan proses produksi pembuatan meja belajar,

Gambar 1.1 Produk hasil Meja Belajar


(Sumber: Pengumpulan Data Praktikum Terintegrasi II, 2019)

Selain itu diperlukan juga penggunaan metode BOM untuk mengetahui


berapa jumlah material yang dibutuhkan dalam proses pembuatan meja
belajar.merupakan perusahaan industri yang memproduksi meja belajar,
pengerjaan produksi meja belajar melakukan perhitungan waktu terhadap lamanya
waktu perakitan pada tiap-tiap stasiun dengan menggunakan metode STS. Untuk
memprediksi ketepatan kegiatan produksi dapat dilakukan dengan peramalan

Laporan Praktikum Terintegrasi II I-3


2019
Kelompok XXIII

(forecasting), dan untuk mengetahui rencana produksi pada produksi meja belajar
dapat diketahui dengan aggregat planning serta MPS dan MRP. Untuk
menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas digunakan peta-peta
kerja, lewat peta-peta kerja kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang
dialami oleh suatu benda kerja. Dan penerapan Line Balancing untuk mengetahui
jumlah stasiun optimal dalam pembuatan meja belajar, kemudian melakukan
pengendalian kualitas terhadap produk yang diproduksi dan menerapkan metode 7
waste dan 5S Tujuan dari hal-hal tersebut adalah untuk menciptakan meja belajar
yang berkualitas dan baik sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut adapun rumusan masalah Praktikum
Terintegrasi II ini yaitu “Bagaimana perbaikan sistem kerja dan pengendalian
sistem produksi pada pembuatan meja belajar pada PT. Amanah Teknik ?”

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum Terintegrasi II ini yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan
a. Untuk melakukan perbaikan sistem kerja dari proses pembuatan produk
meja belajar dan pengendalian sistem produksi meja belajar PT. Amanah
Teknik.
2. Penulis
a. Untuk mengetahui dan memahami BOM (Bill Of Material) dan SOP
pada pembuatan meja belajar.
b. Untuk mengetahui dan memahami pengukuran waktu kerja
menggunakan metode Stopwatch Time Study.
c. Untuk mengetahui jumlah produk yang akan di produksi (forecasting).
d. Untuk mengetahui fungsi dari peta-peta kerja dalam proses pembuatan
meja belajar.
e. Untuk mengetahui kapasitas produksi (Aggregate Planning), jumlah
material yang dibutuhkan (MRP) dan penentuan jadwal induk produksi
(MPS).

Laporan Praktikum Terintegrasi II I-4


2019
Kelompok XXIII

f. Untuk mengetahui jumlah stasiun optimal dari proses pembuatan meja


belajar dengan menggunakan line balancing dengan metode Ranked
Positional Weight (RPW), Large Candidat Rules (LCR), Region
Approach (RA)
g. Untuk mengetahui waktu baku dari pembuatan meja belajar dengan
mengunakan metode MTM dan MOST.
h. Untuk mengetahui fungsi dari alat pengendali kualitas, yang meliputi
check sheet, histogram, diagram pareto dan fishbone, serta mengetahui 7
Waste dan 5S pada proses pembuatan produk meja belajar

1.4 Manfaat Pratikum


Adapun manfaat dari Praktikum Terintegrasi II ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan
a. Dapat melakukan perbaikan sistem kerja dari proses pembuatan produk
meja belajar dan pengendalian sistem produksi meja belajar PT. Amanah
Teknik
2. Peneliti
b. Dapat mengetahui dan memahami BOM (Bill Of Material) dan SOP
pada pembuatan meja belajar.
c. Dapat mengetahui dan memahami pengukuran waktu kerja menggunakan
metode Stopwatch Time Study.
d. Dapat mengetahui jumlah produk yang akan di produksi (forecasting).
e. Dapat mengetahui fungsi dari peta-peta kerja dalam proses pembuatan
meja belajar.
f. Dapat mengetahui kapasitas produksi (Aggregate Planning), jumlah
material yang dibutuhkan (MRP) dan penentuan jadwal induk produksi
(MPS).
g. Dapat mengetahui jumlah stasiun optimal dari proses pembuatan meja
belajar dengan menggunakan line balancing dengan metode Ranked
Positional Weight (RPW), Large Candidat Rules (LCR), Region
Approach (RA)

Laporan Praktikum Terintegrasi II I-5


2019
Kelompok XXIII

h. Dapat mengetahui waktu baku dari pembuatan meja belajar dengan


mengunakan metode MTM dan MOST.
i. Dapat mengetahui fungsi dari alat pengendali kualitas, yang meliputi
check sheet, histogram, diagram pareto dan fishbone, serta mengetahui 7
Waste dan 5S pada proses pembuatan produk meja belajar

1.5 Batasan Masalah


Agar pembahasan tidak terlalu jauh dari tujuan praktikum, maka batasan
masalah yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Produk yang diproduksi adalah meja belajar dari kelompok XXVI
2. Jenis BOM yang digunakan yaitu exploding dan imploding.
3. Peta-peta kerja yang digunakan adalah peta proses operasi, peta aliran proses,
diagram aliran, peta assembly, dan peta tangan kanan dan kiri.
4. Metode yang digunakan pada forecasting yaitu moving average, weight
moving average, exponential smoothing, regresi linier, tracking signal
5. Metode terpilih yang digunakan adalah regresi linier dari kelompok XXIII
6. Metode yang digunakan pada Agregat planning yaitu level strategi dan chase
strategi.
7. Mengunaan metode dalam perhitungan line balancing yaitu dengan metode
RPW, LCR, dan RA.
8. Alat pengendalian kualitas yang digunakan meliputi check sheet, histogram,
diagram pareto dan fishbone

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun Sistematika Penulisan Laporan Praktikum Terintegrasi II ini yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah yang menjadi
topik laporan praktikum, rumusan masalah, tujuan praktikum,
manfaat praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan dari
praktikum Integrasi II.
BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Praktikum Terintegrasi II I-6


2019
Kelompok XXIII

Bab ini menerangkan teori-teori yang berhubungan dengan


pelaksanaan praktikum serta mendukung pengumpulan dan
pengolahan data.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Bab ini berisikan tentang langkah-langkah yang digunakan dalam
proses pembuatan laporan dan praktikum. Langkah-langkah
tersebut dituangkan terlebih dahulu dalam bentuk flowchart.
BAB IV PENGOLAHAN DAN PENGUMPULAN DATA
Bab ini berisikan tentang pembahasan dalam praktikum. Adapun
pembahasan yang dilakukan pada praktikum ini yaitu mengenai
produk untuk membuat SOP dan BOM (Bill Of Material) dan
pengukuran waktu kerja menggunakan metode STS, forecasting,
Agregat Planing, MPS, MRP, peta-peta kerja dari produk,
perhitungan line balancing, dan perhitungan waktu kerja tidak
langsung menggunakan metode MTM dan MOST serta mengetahui
fungsi dari pengendalian kualitas juga mengetahui 7 Waste dan 5S
pada produk meja belajar.
BAB V ANALISA
Bab ini berisikan tentang analisa terhadap pengolahan data pada
bab sebelumnya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran untuk kemajuan
praktikum.

Laporan Praktikum Terintegrasi II I-7


2019

Anda mungkin juga menyukai