Laparatomi KLMPK 4
Laparatomi KLMPK 4
Laparatomi KLMPK 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan
saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ
tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi.
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri
berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat
didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk
laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002)
Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempat penyayatan
mudah ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadi
perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat
terjadi dalam penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan
atau penangan post operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.
Oleh karena itu, dalam hal ini digunakan teknik operasi laparotomi medianus cental
dengan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas.
Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ
visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan
diagnosa.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mempelajari kasus tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan Laparatomi
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. LAPARATOMI
A. Definisi
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2010).
(Lakaman 2011).
B. Etiologi
2. Ileus obstruktif
3. Peritonitis.
C. Jenis-jenis Laparatomi
1. Mid-line incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4cm
fisik seperti latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki,
2
menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur.
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan.
3. Kelemahan.
5. Konstipasi.
E. Komplikasi
operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul
bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah
sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme yang
paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3
F. Pathway
Etiologi
( Trauma abdomen, Peritonitis, Perdarahan saluran pencernaan, Sumbatan pada usus
halus dan usus besar, Masa pada abdomen)
Laparatomi Pendaraha
n
Insisi jaringan Intake output ↓
G. Patofisiologi
(Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2011). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
4
mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif
Muttaqin, 2013).
memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan usus.
sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan
respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit,
syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri
H. Pemeriksaan Penunjang
kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah
kencing.
Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai
dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18
atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris
cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium.
5
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;
b. Sirkulasi: Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
d. Balutan: Apakah ada tube, drainage ? Apakah ada tanda-tanda infeksi? Bagaimana
penyembuhan luka?
f. Rasa nyaman: Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor
6
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil sebelum
medis.
hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah
a. Pola Nutrisi
b. Pola Eliminasi
f. Seksualitas/reproduksi
7
g. Peran
j. Kognitif perceptual
5. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau riwayat operasi.
2. Mata
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan boal mata
3. Hidung
(nervus I).
4. Mulut
5. Dada
6. Abdomen
8
Auskultasi : mendengar bising usus.
7. Ekstremitas
b. Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
c. Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
d. Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
berkurang.
6. Diagnosa Keperawatan
7. Intervensi Keperawatan
Keperawatan hasil
9
- N : 77x/m normal Output urin,
- R : 20x/m - Tanda-tanda infeksi takhikardi)
- S : 37,1C tidak ada 3. Monitor status 3. Untuk memantau
- Kesadaran sopor sirkulasi (TD, S, status hemodinakmik
- Terpasang ventilator Bunyi jantung,
irama)
4. Monitor status 4. Untuk memantau
pernafasan dan suhu status hemodinakmik
10
- Terpasang NGT ada tangan sebelum dan silang
- Terpasang Drainase - Luka tidak berbau setelah tindakan
- Leukosit : 9080 - Berkurangnya
drainase 5. Lakukan perawatan 5. Untuk mencegah
luka dengan tehnik infeksi
aseptic dan
antiseptic
6. Monitor TTV 6. Untuk mengetahui
status hemodinamik
7. Tingkatkan intake 7. Untuk
cairan dan nutrisi mempertahankan
keseimbangan tubuh
8. Kolaborasi dalam 8. Mencegah infeksi
pemberian obat dan penyebuhan luka
antibiotic
4 Gangguan Keseimbangan volume 1. Kaji intake dan 1. Pengkajian tersebut
keseimbangan cairan tubuh klien output cairan. menjadi dasar
volume cairan teratasi dalam waktu 1 rencana askep dan
berhubungan dengan hari dengan kriteria evaluasi intervensi.
kurangnya volume hasil : 2. Timbang BB setiap 2. Penurunan BB dapat
cairan ditandai 1. TTV normal hari. terjadi karena
dengan : 2. Intake output muntah berlebihan.
DO: seimbang 3. Beri cairan 3. Mencegah
intravena yang kekurangan cairan
- Tampak terpasang
terdiri dari glukosa, dan memperbaiki
NGT
elektrolit dan keseimbangan asam
- Puasa
vitamin. basa.
- Balance Cairan -
4. Anjurkan klien 4. Pemberian cairan
750 cc
untuk sesuai dengan
mengkonsumsi toleransi klien.
cairan peroral
dengan perlahan.
11
SYOK SEPSIS
A. Definisi
menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan
Syok septic adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan vasogenik yang
dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vaskuler sistemik serta adanya
penyebaran yang tidak normal dari volume vaskuler (Hudak & Gallo, 1996).
Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai
potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan
ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth
Menurut M. A Henderson (1992) Syok septic adalah syok akibat infeksi berat,
dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah. E. colli merupakan kuman
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik
dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik
terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi
Jadi, dapat disimpulkan bahwa syok septic adalah infasi aliran darah oleh
toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam
kehidupan.
12
B. Etiologi
demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat
13
- Malnutrisi
- Penyakit kronis
- Neutropenia
- Splenektomi
- Prosedur-prosedur operasi
C. Patofisiologi
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang
Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan
karena toksin kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar
14
< 0.5 cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).
mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan
15
Pathway
Infasi Kuman
Pelepasan Indotoksin
SEPSIS
mitokondria
pemenuhan O2 pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Gangguan
perfusi jaringan
16
D. Manifestasi Klinis
- Hipotensi
- Takikardi
- Takipnea
- Alkalosis respiratorik
- Curah jantung (CJ) tinggi dengan TVS (Tahanan Vaskuler Vistemik) rendah.
- Hipertermia/hipotermia
- Poliuria
- SDP meningkat
- Hiperglikemia
- Hipotensi
- Takikardia
- Takipnea
- Asidosis metabolik
- Hipotermia
17
E. Klasifikasi
- Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama kehidupan (20
- Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam impratu
F. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemi
3. Aasidosis
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
7. Icterus
8. Gagal hati
10. Kematian
18
G. Pemeriksaan Penunjang
antara lain:
glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler dalam
metabolisme
19
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
1. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
8. APTT > 60
1) Medis
negative dan beberapa gram positif. Saat laporan sensitifitas dan kultur tiba,
20
antibiotik diganti dengan antibiotic yang secra lebih spesifik ditargetkan pada
intravena dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan area nekrotik
klasifikasi syok. Oleh karena itu suplemen nutrisi menjadi penting dalam
penatalaksanaan syok septic. Suplemen tinggi protein harus diberikan 4 hari dari
awitan syok. Pemberian makan entral lebih dipilih daripada parenteral kecuali
2) Keperawatan
a. Perawat harus sangat mengingat resiko sepsis dan tingginya mortalitas yang
b. Semua prosedur infasive harus dilakukan dengan teknik aseptic yang tepat,
c. Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin dan luka
e. Perawat memantau pasien dengan ketat terhadap reaksi menggigil yang lebih
lanjut.
21
I. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
Airway
- jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
Breathing
- kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
- periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
Circulation
- kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
- pasang kateter
22
- lakukan pemeriksaan darah lengkap
36oC
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
2) Pengkajian Sekunder
Sirkulasi
- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
23
- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi
(stadium lanjut)
Integritas Ego
Makanan/Cairan
sounds
Neurosensori
motorik
Respirasi
Rasa Aman
episode anaplastik
Seksualitas
B. Diagnosa Keperawatan
24
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan
preload
kebutuhan oksigen
C. Intervensi Keperawatan
( NOC) (NIC)
- Menunjukkan jalan napas yang - Auskultasi suara nafas , catat adanya suara
paten tambahan
- Monitor TTV.
25
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
keperawatan selama ... x 24 jam . - catat adanya tanda dan gejala penurunan
( NOC) (NIC)
26
sedikit tapi sering
menyerap keringat.
tidak mencukupi
( NOC) (NIC)
keperawatan selama ... x 24 jam . - Monitor tekanan darah dan nadi apikal
oksigen
( NOC) (NIC)
27
Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
keperawatan selama ... x 24 jam . - Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
tekanan darah nadi dan respirasi - Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat
( NOC) (NIC)
28
- Menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
29
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Inisial Pasien : Tn. K
b. No RM : 0415746
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Umur : 36 Tahun
e. Berat badan : 60 Kg
f. Tanggal : 01-11-2019
g. Alamat : Kp. Suriadano RT/RW 002/007,Ds Karangka Mulyan,Kec
Cihara
h. DX Medis : Post Relaparatomi+Ileostomi a/i Peritonitis ec Leakage
Anastomosis, Adhesive Berat+Sepsis
2. Riwayat keperawatan
Pasien rujukan dari RSUD Malingping, datang dengan keluhan terdapat luka di
perut setelah operasi laparatomi a/i Apendicitis. Luka operasi basah, warna kuning
dan keluar feses dari daerah luka operasi. Operasi pertama dilakukan tanggal
18/10/2019 di RSUD Dr Adjidarmo. Dilakukan operasi ke 2 pada tanggal
30/10/2019.
3. Alasan dirawat di ICU
Pasien mengalami syok sepsis dan post operasi relaparotomy dan memerlukan
pengobatan serta perawatan yang lebih intensiv dengan memerlukan monitoring
hemodinamik
4. Pengkajian Fisik
a. Airway
Pasien tidak menggunakan alat bantu seperti ETT, OPA,
b. Brething
Pasien menggunakan oksigen nasal kanul 3 lpm, SaO2 : 100%, RR : 20 x/mnt
Kedalaman pernafasan normal, suara nafas vasikuler, Sianosis tidak ada.
Hasil rontgen thoraks :
- Tidak tampak Kardiomegali
30
- Tidak tampak tanda–tanda Pneumothorax
- Tidak dilakukan
c. Circulation
S1-S2 Normal, Galop (-), Murmur (-)
TD : 98/60 mmHg, MAP : 67 mmHg, HR : 81 x/mnt, pulsasi Nadi kuat,
Distensi vena jugularis tidak, CVP + 5 cmH2O, pengisian kapiler < 2 detik,
tidak ada edema ektremitas.
Hasil EKG : Sinus Bradikardi
d. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Pupil : Ukuran 2/2 mm
Reflek cahaya : +
Motorik 5555 5555
5555 5555
Pengkajian nyeri:
- Verbal
P : Pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi
Q : Nyeri seperti di sayat-sayat
R : Nyeri di daerah perut
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri dirasakan 4-5 detik, nyeri bertambah jika berubah posisi, nyeri
bersifat hilang timbul
Pengkajian resiko jatuh : sekala morse, skor 50, resiko jatuh rendah
e. Elimination
URINE
Intake output
Intake : 2.978 cc
Output : 1600 cc
IWL : 600 cc
Balance : + 778 cc
Kebutuhan cairan aktual : 3000 cc/24 jam
31
Kateter urine : terpasang jenis folley, warna kuning keruh
Hasil lab terkait fungsi ginjal :
Tanggal 01-11-2019
Natrium : 132 (132-147) mEq
Kalium : 4.0 (3.5-5.0) mEq
Calium : 99 (95-105) mEq
Creatinin : 0.52 (0.62-1.10) mg/dl
Ureum : 18.62 (20.00-40.00) mg/dl
BOWEL
Konjungtiva anemis
Tanggal : 01-11-2019
Tatalaksana :
32
Dopamin 1 ampul+ NaCl
Meropenem 3x1 gr
Metronidazol 3x500 mg
Ondancentron 3x4 mg
Omeprazole 2x40 mg
Gentamicyn 2x80 mg
B. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
33
C. Analisa Data
34
daerah perut sebelah kiri
(produksi 450 cc, warna merah
muda)
DS : Resiko Infeksi Penurunan system
4.
- Pasien mengeluh nyeri pada imun
luka post operasi
DO :
- TTV (TD : 98/60mmHg, N:
81x/m, R : 20x/m, S : 36,2C)
- Tampak ada luka post operasi
(hari ke 2), luka tertutup kassa,
tidak ada rembesan darah/pus.
- Tampak terpasang kateter
- Tampak terpasang kolostomi
(terdapat feses warna kuning,
konsistensi cair)
- Tampak terpasang Drainase di
daerah perut sebelah kiri
(produksi 450 cc, warna merah
muda)
- Tampak terpasang CVP +5
cmH2O
- Leukosit : 15.480/μL
D. Diagosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan suplay O2 menurun
3. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (prosedur operasi)
4. Resiko Infeksi Berhubungan dengan penurunan system imun
E. Intervensi Keperawatan
Keperawatan
35
- KU tampak lemah respirasi) 4. Monitor frekuensi 4. Untuk memantau
- Kesadaran compos - Warna kulit normal dan irama status hemodinakmik
mentis - Tidak ada penurunan pernafasan
- Akral teraba dingin
kesadaran 5. Monitor balance 5. Untuk memantau
- Warna kulit pucat
- Tampak terpasang diuresis keseimbangan cairan
O2 3 lpm nasal
canul
- TTV ( TD :
98/60mmHg, N :
81x/m, R : 20x/m,
S : 36,2C)
- EKG : Sinus
Bradikardi
2. Perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. Kaji secara 1. Untuk mengetahui
perifer tidak efektif tindakan keperawatan komprehensif status hemodinamik
berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi sirkulasi perifer
suplay O2 menurun.
jaringan perifer teratasi (denyut nadi perifer,
Ditandai dengan :
DS : dengan kriteria hasil: edema warna kulit,
- Pasien mengatakan - Tidak ada sianosis suhu, CRT)
lemas - Konjungtiva tidak 2. Monitor tanda-tanda 2.Untuk memantau
DO : anemis vital hasil hemodinakmik
- KU tampak lemah - Tanda-tanda vital secara akurat
- Akral teraba dingin dalam rentang normal 3. Monitor status 3.Untuk memantau
- Warna kulit pucat
- CRT < 2detik cairan (input dan keseimbangan cairan
- Konjungtiva
anemis output)
- Tampak terpasang 4. Posisikan pasien 4.Untuk meningkatkan
O2 3 lpm nasal dengan ekstremitas venous return
canul bawah lebih rendah
- TTV ( TD : 5. Monitor nilai 5.Untuk membantu
98/60mmHg, N : laboratorium menegakan diagnose
81x/m, R : 20x/m,
S : 36,2C)
- CRT < 2 detik
- Hb 9.80 g/dl
- EKG : Sinus
Bradikardi
3. DS : Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk memilih
P : Pasien tindakan keperawatan nyeri secara intervensi yang tepat
mengeluh nyeri selama 1x24 jam nyeri komprehensif
pada luka post akut teratasi. (lokasi,
operasi Dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
Q : Nyeri seperti di - Klien mampu frekuensi, kualitas
sayat-sayat mengontrol nyeri dan factor
R : Nyeri di daerah - Melaporkan bahwa presipitasi)
perut nyeri berkurang 2. Observasi reaksi 2. Untuk
35
S : Skala nyeri 5 dengan menggunakan non verbal dari mengidentifikasi
T : Nyeri dirasakan manajemen nyeri ketidaknyamanan komplikasi dan untuk
4-5 detik, nyeri - Tanda vital dalam memilih intervensi
bertambah jika rentang normal selanjutnya
berubah posisi,
nyeri bersifat 3. Monitor tanda-tanda 3. Untuk mengetahui
hilang timbul vital status hemodinamik
DO : 4. Ajarkan tentang 4. Untuk mengalihkan
- TTV (TD : teknik non perhatian pasien dari
98/60mmHg, N: farmakologis, nafas nyeri
81x/m, R : 20x/m, dalam, relaksasi dan
S : 36,2C) distraksi
- Wajah tampak 5. Tingkatkan istirahat 5. Untuk mengurangi
meringis persepsi nyeri
- Tampak ada luka 6. Kolaborasi dalam 6. Untuk mengurangi
post operasi (hari pemberian obat nyeri
ke 2), luka tertutup analgetik:
kassa, tidak ada Fentanil 200
rembesan mg+naCl
darah/pus. Pct drip 3x1 gr
- Tampak terpasang
Drainase di daerah
perut sebelah kiri
(produksi 450 cc,
warna merah
muda)
4 Klien menunjukan 1. Observasi dan 1. Untuk mengetahui
DS :
pengendalian resiko laporkan tanda- tanda infeksi
- Pasien mengeluh
infeksi setelah 3 hari tanda infeksi
nyeri pada luka
perawatan, dengan 2. Kaji faktor yang 2. Untuk mencegah
post operasi
kriteria hasil : meningkatkan infeksi
DO :
- Luka operasi kering infeksi
- TTV (TD :
- Suhu dan leukosit 3. Pantau hasil lab 3. Untuk membantu
98/60mmHg, N:
normal menegakan diagnose
81x/m, R : 20x/m,
- Tanda infeksi tidak ada 4. Lakukan cuci 4. Mencegah infeksi
S : 36,2C)
- Luka tidak berbau tangan sebelum dan silang
- Tampak ada luka
- Berkurangnya drainase setelah tindakan
post operasi (hari
- Menunjukkan
ke 2), luka tertutup
kemampuan untuk 5. Lakukan perawatan 5. Untuk mencegah
kassa, tidak ada
mencegah timbulnya luka dengan tehnik infeksi
rembesan
infeksi aseptic dan
darah/pus.
antiseptic
- Tampak terpasang
6. Monitor TTV 6. Untuk mengetahui
kateter
status hemodinamik
- Tampak terpasang
7. Tingkatkan intake 7. Untuk
kolostomi (terdapat
cairan dan nutrisi mempertahankan
feses warna
keseimbangan tubuh
kuning, konsistensi
dan membantu
cair)
36
- Tampak terpasang mempercepat
Drainase di daerah penyembuhan luka
perut sebelah kiri 8. Kolaborasi dalam 8. Mencegah infeksi
(produksi 450 cc, pemberian obat dan penyebuhan luka
warna merah antibiotic
muda) Meropenem 3x1
- Tampak terpasang gr
CVP +5 cmH2O Metronidazole
- Lekosit : 15.480/μL 3x500 mg
37
H/ : Posisi semi fowler, pasien tampak
nyaman
5. Memonitor nilai laboratorium
H/ : Hb 9.80 g/dl
3. 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
01-11-
komprehensif (lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan nyeri pada luka
2019 durasi, frekuensi, kualitas dan factor post operasi sedikit berkurang
presipitasi) O:
H/ : - KU tampak lemah
P : Pasien mengeluh nyeri pada luka - TD : 100/60mmHg
post operasi - N : 82x/m
Q : Nyeri seperti di sayat-sayat - R : 20x/m
R : Nyeri di daerah perut - S : 36.1C
S : Skala nyeri 4 - Skala nyeri 4
T : Nyeri dirasakan 4-5 detik, nyeri - Wajah tampak meringis
bertambah jika berubah posisi, nyeri menahan nyeri
bersifat hilang timbul
A : Masalah teratasi sebagian
2. mengobservasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
H/ : wajah tampak meringis menahan (No 1, 2, 3, 4, 5, 6)
nyeri
3. Memonitor tanda-tanda vital
H/ : TD 100/60MmHg, N 82x/mnt, S
36.1o C, R 20x/mnt
4. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologis, nafas dalam, relaksasi
dan distraksi
H/ : Pasien mengikuti anjuran perawat,
nyeri sedikit berkurang
5. Meningkatkan istirahat
H/ : pasien tampak sering tidur
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik:
Fentanyl 200 mg+naCl
Pct drip 3x1 gr
1 1. Memonitor tanda-tanda vital S:
02-11-
H/ : TD 90/60MmHg, N 80x/mnt, S Pasien mengatakan lemas
2019 36.0o C, R 20x/mnt O:
2. Memonitor suhu, warna, dan - KU tampak lemah
kelembaban kulit - TD : 90/60mmHg
H/ : S 36.0o C, kulit tampak pucat, - N : 80x/m
turgor kulit elastis - R : 20x/m
3. Memonitor jumlah, bunyi dan irama - S : 36.0C
jantung - Kesadaran Compos mentis
H/ : Bunyi jantung S1, S2 normal A : Masalah teratasi sebagian
4. Memonitor frekuensi dan irama P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
pernafasan (no 1, 2, 3, 4, 5)
H/ : R 20x/mnt, irama teratur,
38
terpasang O2 3 lpm nasal kanul
2 1. mengkaji secara komprehensif sirkulasi S : Pasien mengatakan masih lemas
02-11-
perifer (denyut nadi perifer, edema O:
2019 warna kulit, suhu, CRT) - KU tampak lemah
H/ : N 80x/mnt, warna kulit tampak - TD : 90/60mmHg
pucat, S 36.0o C, CRT < 2 detik - N : 80x/m
2. Memonitor tanda-tanda vital - R : 20x/m
H/ : TD 90/60MmHg, N 80x/mnt, S - S : 36.0C
36.0o C, R 20x/mnt - Warna kulit pucat
3. Memposisikan pasien dengan
A : Masalah teratasi sebagian
ekstremitas bawah lebih rendah
H/ : Posisi semi fowler, pasien tampak P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
nyaman (No 1, 2, 3, 4, 5)
4. Memonitor nilai laboratorium
H/ : Hb 8.30 g/dl
3. 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
02-11-
komprehensif (lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan nyeri pada luka
2019 durasi, frekuensi, kualitas dan factor post operasi berkurang
presipitasi) O:
H/ : - KU tampak lemah
P : Pasien mengeluh nyeri pada luka - TD : 90/60mmHg
post operasi - N : 80x/m
Q : Nyeri seperti di sayat-sayat - R : 20x/m
R : Nyeri di daerah perut - S : 36.0C
S : Skala nyeri 3 - Skala nyeri 3
T : Nyeri dirasakan 4-5 detik, nyeri - Wajah tampak meringis
bertambah jika berubah posisi, nyeri menahan nyeri
bersifat hilang timbul
A : Masalah teratasi sebagian
2. Memonitor tanda-tanda vital
H/ : TD 100/60MmHg, N 82x/mnt, S P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
36.1o C, R 20x/mnt (No 1, 2, 3, 4, 5, 6)
3. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologis, nafas dalam, relaksasi
dan distraksi
H/ : Pasien mengikuti anjuran perawat,
nyeri sedikit berkurang
4. Meningkatkan istirahat
H/ : pasien tampak sering tidur
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik:
Fentanyl 200 mg+naCl
Pct drip 3x1 gr
4. 1. Mengobservasi dan laporkan tanda- S:-
02-10-
tanda infeksi O:
2019 H/ : Luka tertutup kassa, tidak ada - Luka post operasi tertutup
rembesan darah/pus kassa, tidak ada rembesan
2. Memantau hasil lab darah/pus
H/ : Lekosit 18.360/μL - Tempat insersi CVP tidak
39
3. Melakukan cuci tangan sebelum dan terdapat kemerahan dan tidak
setelah tindakan ada bengkak
4. Lakukan perawatan luka dengan tehnik - TD : 90/60mmHg
aseptic dan antiseptic - N : 80x/m
H/ : Mengganti kassa insersi CVP, - R : 20x/m
tidak terdapat kemerahan dan tidak ada - S : 36.1C
bengkak
A : Masalah teratasi sebagian
5. Monitor TTV
H/ : TD 90/60MmHg, N 80x/mnt, S P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
36.0o C, R 20x/mnt (No 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
antibiotic
Meropenem 3x1 gr
Metronidazole 3x500 mg
1 1. Memonitor tanda-tanda vital S:
03-11-
H/ : TD 96/60MmHg, N 80x/mnt, S Pasien mengatakan lemas berkurang
2019
36.3o C, R 20x/mnt O:
2. Memonitor suhu, warna, dan - KU tampak lemah
kelembaban kulit - TD : 96/60mmHg
H/ : S 36.1o C, kulit tampak pucat, - N : 80x/m
turgor kulit elastis - R : 20x/m
3. Memonitor jumlah, bunyi dan irama - S : 36.3C
jantung - Kesadaran Compos mentis
H/ : Bunyi jantung S1, S2 normal A : Masalah teratasi sebagian
4. Memonitor frekuensi dan irama P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
pernafasan (No 1, 2, 3, 4, 5)
H/ : R 20x/mnt, irama teratur,
terpasang O2 3 lpm nasal kanul
2 1. mengkaji secara komprehensif sirkulasi S : Pasien mengatakan lemas
03-11-
perifer (denyut nadi perifer, edema O:
2019 warna kulit, suhu, CRT) - KU tampak lemah
H/ : N 80x/mnt, warna kulit tampak - TD : 96/60mmHg
pucat, S 36.3o C, CRT < 2 detik - N : 80x/m
2. Memonitor tanda-tanda vital - R : 20x/m
H/ : TD 96/60MmHg, N 80x/mnt, S - S : 36.3C
36.3o C, R 20x/mnt - Warna kulit pucat
3. Memposisikan pasien dengan
A : Masalah teratasi sebagian
ekstremitas bawah lebih rendah
H/ : Posisi semi fowler, pasien tampak P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
nyaman (No 1, 2, 3, 4, 5)
4. 1. Mengobservasi dan laporkan tanda- S:-
03-10-
tanda infeksi O:
2019 H/ : Luka tertutup kassa, tidak ada - Luka post operasi tertutup
rembesan darah/pus kassa, tidak ada rembesan
2. Melakukan cuci tangan sebelum dan darah/pus
setelah tindakan - TD : 96/60mmHg
3. Monitor TTV - N : 80x/m
H/ : TD 90/60MmHg, N 80x/mnt, S - R : 20x/m
40
36.0o C, R 20x/mnt - S : 36.3C
4. Kolaborasi dalam pemberian obat
A : Masalah teratasi sebagian
antibiotic
Meropenem 3x1 gr P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
Metronidazole 3x500 mg (No 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)
41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
laparotomi ini, maka sangat perlu dilakukannya patient care kepada mereka
B. Saran
1. Bagi Pembaca
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat
menambah pengetahuannya tentang tindakan kolaboratif persiapan
sebelum dan sesudah operasi. Sehingga, dapat dijadikan sebagai
penambahan ilmu dalam bidang keperawatan.
42
2. Bagi Mahasiswa
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
untuk melakukan pengkajian secara langsung dan dapat
mengaplikasikannya dengan baik dan benar di dunia kerja nantinya.
43
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B.
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Jakarta, EGC
Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi II.
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta