Autotomi Pada Reptilia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

AUTOTOMI PADA REPTIL

Oleh:
Kelompok IV
Cahya Kusumadiri B1A018121
Elsya Rosianita B1A018122
Freedo Mahardika B1A018123
Amalinda Zhafirani Nabila B1A018124
Adinda Eka Murti Setio B1A018125

TUGAS TERSTRUKTUR STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

Hewan Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata, hewan yang memiliki


tulang belakang atau golongan hewan yang memiliki sistem otot yang banyak dan
terdiri dari pasangan massa serta sistem saraf pusat yang letaknya di dalam tulang
belakang. Anggota yang termasuk ke dalam hewan Vertebrata adalah Pisces,
Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mamalia (Radiopoetro, 1977). Hewan Vertebrata
sebagian besar memiliki habitat terestrial (Amphibia, Reptilia, Aves dan Mamalia)
(Widiyati, 2009). Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual),
yaitu melalui peleburan antara ovum dan spermatozoid. Pembuahan pada Vertebrata
dapat terjadi di luar tubuh maupun di dalam tubuh (Siwi, 1991).
Reptilia merupakan sekelompok Vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat
yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace
untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar. (Findua et
al., 2016). Reptilia memiliki sisik-sisik yang mengandung protein keratin. Sisik
membantu melindungi kulit dari desikasi dan abrasi. Selain itu, kebanyakan Reptilia
menghasilkan telur-telur bercangkang di darat. Fertilisasi harus terjadi secara internal
sebelum cangkang telur disekresikan. Reptilia termasuk hewan ektotermik. Contoh
Reptilia antara lain tuatara, kadal, ular, penyu, dan buaya (Campbell & Reece, 2008).
Sistem saraf adalah mekanisme yang memungkinkan tubuh bereaksi terhadap
perubahan pada berbagai lingkungan eksternal dan internal yang senantiasa terjadi.
Mekanisme ini juga mengawasi dan menyelaraskan berbagai kegiatan tubuh. Sistem
saraf secara struktural dibedakan atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi dan
secara fungsional terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Jaringan
sel terdiri dari dari dua jenis sel utama, yaitu neuron (sel saraf) dan sel penunjangnya.
Neuron merupakan kesatuan struktural dan fungsionalis sistem saraf yang berguna
untuk komunikasi cepat. Sebuah neuron terdiri dari badan sel dan jalurnya, yakni
dendrit dan akson yang masing-masing membawa impuls ke badan sel dan menjauhi
badan sel (Waseso & Manikam, 2015).
II. DISKUSI

Ekor pada Vertebrata umumnya berfungsi untuk membantu pergerakan pada


hewan selama berenang seperti pada ikan, ular laut, buaya, dan Mammalia laut. Selain
itu, ekor Vertebrata juga berperan dalam berlari, melompat, memanjat, dan terbang.
Beberapa Reptilia, terutama kadal memiliki dua fungsi, yaitu sebagai keseimbangan
selama pergerakan dan berperan sebagai alat untuk pertahanan terhadap predator.
Pertahanan teradap predator yang biasanya dilakukan oleh reptilia biasanya autotomi
berupa pemutusan ekor. Pemutusan ekor mungkinkan terjadi saat percobaaan predasi
atau sebagai hasil dari interaksi intraspesifik (Cencetti et al., 2018).
Autotomi merupakan morfologi terspesialisasi yang berperan dalam
mekanisme pertahanan untuk menghindari predator dengan secara sukarela
memutuskan bagian tubuhnya berupa ekor. Autotomi ekor umumnya terdapat pada
kelas Reptil terutama kadal dan cicak. Hal tersebut dapat ditemukan di berbagai
spesies kadal. Meskipun autotomi ekor dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari
serangan predator, autotomi ekor juga dapat memberikan kerugian. Kehilangan ekor
berkaitan dengan lokomosi pada reptil, dimana hal tersebut dapat meningkatkan
kerentanan terhadap predasi dan menurunkan kebugaran pada Reptilia (Tyler et al.,
2016).
Buaya menggunakan ekornya sebagai alat bantu gerak untuk berenang dan
berjalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa buaya memiliki struktur tulang ekor yang
besar dan kuat. Centrum pada ekor buaya muara memiliki bentuk bulat dan besar
dibandingkan dengan bunglon dan klarap. Centrum memiliki fungsi menahan beban
utama antar tulang belakang. Proses hemalis buaya muara memiliki hal yang sama
panjang sebagai proses lateral. Bagian-bagian ini bisa ditujukan untuk membantu
gerakan buaya dalam berenang (Sari & Hasanah, 2019).
Autotomi ekor umumnya merupakan strategi pertahanan diantara banyak
keluarga kadal. Kadal memutuskan ekornya sebagai respon terhadap rangsangan
mekanis. Setelah itu, ekor yang terlepas akan bergerak-gerak dengan fungsi untuk
mengalihkan perhatian predator. Autotomi ekor dapat mempengaruhi lokomosi reptil
karena ekor memiliki peran fungsional dalam pergerakan sebagian besar kadal. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kehilangan ekor dapat mempengaruhi kinerjanya dalam
berlari cepat. Namun dampak autotomi pada kinerja alat gerak bergantung dengan
beberapa faktor, seperti respon terhadap pemutusan ekor yang bervariasi. Kadal
mungkin kehilangan sejumlah besar lipid dan protein bersamaan dengan hilangnya
ekor, dan energi lebih lanjut diperlukan untuk meregenerasi pelengkap status anatomi
dan fisiologis sebelumnya (Cencetti et al., 2018). Kebanyakan pergerakan setelah
terjadinya autotomi pada kadal menjadi lebih lambat, namun pada beberapa spesies
kadal menjadi lebih cepat dan pada spesies yang lainnya tidak berdampak apa-apa.
Dampak setelah terjadinya autotomi yang tidak dapat diprediksikan ini dapat dikaitkan
dengan sifat morfologi ekor yang berbeda, seperti perbedaan ukuran, ketebalan, dan
bentuk diantara berbagai spesies kadal. Pelepasan ekor dapat mempengaruhi massa
atau berat tubuh dan pusat massa. Autotomi ekor dapat mengakibatkan penurunan
berat badan melalui hilangnya ekor. Penurunan massa tubuh secara langsung juga
dapat merubah pusat massa (Savvides et al., 2017).
Cicak pada umumnya masuk ke dalam Familia Lacertidae yang memiliki
kemampuan mekanisme autotomi ekornya sebagai mekanisme perlindungan.
Autotomi ekor merupakan kemampuan memutuskan ekor untuk berlindung dari
predator, setelah autotomy terjadi, lalu terjadi regenerasi. Proses regenerasi terdiri dari
tiga tahap, yaitu tahap penyembuhan luka, formasi blastema, diferensiasi dan
pertumbuhan ekor. Regenerasi ekor dibedakan dari ekor semula. Ekor utamanya
dibedakan pada struktur vertebrae caudal dan tulang belakang. Regenerasi ekor
didukung oleh perpanjangan tabung tulang rawan dimana tulang belakang diganti oleh
sel ependymal, sel glia, dan benang sel saraf tanpa sel saraf tubuh (

III. KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI

Cencetti, T., Poli, P., Mele, M. & Zuffi, M. A., 2011. Preliminary Results on Tail
Energetics In The Moorish Gecko, Tarentola mauritanica. Acta
Herpetologica, 6(1), pp. 101.

Rakhmiyati, R. & Luthfi, M. J., 2016.. Histological Study of Common House Gecko
(Hemidactylus frenatus) Regenerated Tail. Biology, Medicine, & Natural
Product Chemistry, 5(2), pp. 49-53.

Rosel, A., Sari, S. A. T. & Hasanah, U. U., 2019. Anatomical Study of Caudal
Vertebrae of Estuary Crocodile (Crocodylus porosus), Chameleon
(Bronchocela jubata) and Klarap (Draco volans). In Proceeding International
Conference on Science and Engineering, 2(1), pp. 3-7.

Savvides, P., Stavrou, M., Pafilis, P. & Sfenthourakis, S., 2017. Tail autotomy affects
bipedalism but not sprint performance in a cursorial Mediterranean lizard. The
Science of Nature, 104(1), pp. 1-12.

Tyler, R.K., Winchell, K.M. and Revell, L.J., 2016. Tails of the city: caudal autotomy
in the tropical lizard, Anolis cristatellus, in urban and natural areas of Puerto
Rico. Journal of Herpetology, 50(3), pp.435-441

Waseso, T. & Manikam, R. M., 2015. Aplikasi Pembelajaran Fungsi Sistem Saraf Pada
Tubuh Manusia Berbasis Android. Jurnal Ilmiah Fifo, 7(2), pp. 235-243.

Anda mungkin juga menyukai