Natrium Diklofenak Gel
Natrium Diklofenak Gel
Natrium Diklofenak Gel
b. Nomor Batch
Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan No.13650/D/SE/73, maka penulisan nomor batch diserahkan pada
Industri Farmasi yang bersangkutan, dan harus diberikan keterangan pada
Badan POM mengenai sistem penomoran batch yang digunakan oleh Industri
Farmasi tersebut sehingga pada sediaan dicantumkan nomor batch yang terdiri
dari 8 angka, yaang terdiri dari 4 angka pertama adalah bulan dan tahun
pembuatan, 2 angka berikutnya adalah bentuk sediaan topikal dan 2 angka
berikutnya adalah nomor urut pembuatan.
Contoh nomor batch adalah 03110505
0311= bulan dan tahun pembuatan. (Maret 2011)
05= bentuk sediaan topikal.
05= nomor urut pembuatan/batch ke-5 yang dibuat.
Hal ini menyebabkan terbentuknya jala tiga dimensi yang akan memperangkap
zat-zat lain yang dicampur. Suhu tinggi adalah syarat CMC Na merenggangkan
ikatannya sehingga dapat mengembang.
Selanjutnya CMC Na dicampur dengan bahan lain pada saat suhu dibawah
400C. Hal ini bertujuan agar ikatan CMC Na dengan air menjadi lebih stabil
sehingga CMC Na dapat mengikat zat-zat lain dengan stabil.
Natrium karboksimetil selulosa merupakan eter polimer selulosa linear dan berupa
senyawa anion, yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam
larutan organik, memiliki rentang pH sebesar 6,5 sampai 8,0, stabil pada rentang
pH 2–10, bereaksi dengan garam logam berat membentuk film yang tidak larut
dalam air, transparan, serta tidak bereaksi dengan senyawa organik. Na-CMC
merupakan derivate dari selulosa yang sifatnya mengikat air dan sering
digunakan sebagai pembentuk tekstur halus. Selain itu, viskositas natrium
karboksimetil selulosa dapat turun dengan meningkatnya kekuatan ionik dan
menurunnya pH yang diakibatkan karena polimernya yang bergulung (Ariyani
dan Nana, 2013 : 60). Struktur Na-CMC merupakan rantai polimer yang terdiri dari
unit molekul selulosa. Setiap unit anhidroglukosa memiliki tiga gugus hidroksil dan
beberapa atom hidrogen dari gugus hidroksil tersebut disubtitusi oleh
karboksimetil. Gugus hidroksil yang tergantikan dikenal dengan derajat
penggantian ( degree of subtitution) disingkat DS. Jumlah gugus hidroksil yang
tergantikan atau nilai DS mempengaruhi sifat kekentalan dan sifat kelarutan Na-
CMC dalam air (kamal, 2010: 79).
Konsentrasi yang tinggi sekitar 3-6% digunakan untuk membentuk gel (Sandi,
2012: 14). Na-CMC stabil walaupun dari bahan yang higroskopis. Dibawah kondisi
basah yang tinggi, Na-CMC mampu menyerap air secara besar kuantitasnya. Air
mudah didispersi pada semua suhu, pada bentuk yang murni, pada solut koloid.
Peningkatan konsentrasi akan menghasilkan peningkatan kekentalan larutan,
sedangkan memperpanjang pemanasan pada temperatur yang tinggi dapat
membuat penurunan kekentalan menjadi permanen. Kekentalan solut menurun
dengan cepat di atas pH 10. Umumnya, solut menunjukkan kekentalan maksimal
dan stabil pada pH 7- 8 (Sandi, 2012: 14-15)
Basis gel atau gelling agent adalah Sejumlah polimer digunakan dalam
pembentukan struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari
sistem gel.
Tragacanth adalah gom alam yang kering yang dihasilkan dari astragallus
gumifer labillardiere dan jenis lain dari astragalus grown di asia barat. Gom
merupakan campuran dari polisakaraida yang tidak larut air dan polisakarida
yang larut air. Bassorin, yang mengandung 60-70% gom merupakan bagian
utama yang tidak larut air, sementara selebihnya merupakan bahan tragacin
yang larut dalam air. Pada proses hidrolisis tragacanthin menghasilkan L-
arabinose, L-fucose, D-xylose, Dgalactose,dan D-galacturonic acid.gom
tragakan juga mengandung sejumlah kecil selulosa,protein,pati dan abu.
Kelarutan dari tragacanth yaitu praktis tidak larut dalam air, ethanol (95%) dan
pelarut organic lainnya. Walaupun praktis tidak larut dalam air, gum ini dapat
mengembang dalam air.
Basis gel tragakan cenderung terkontaminasi dengan bakteri enterob, oleh
karena itu solusinya harus di padukan dengan bahan pengawet yang cocok.
Dalam emulsi gliserin atau propylene glycol yang dijadikan sebagai pengawet.
Dalam sediaan gel, yang digunakan pengawet adalah asam benzoate atau
sodium benzoat 0,1%. Kombinasi dari 0,17% metil paraben dan 0,03% propil
paraben juga efektif sebagai bahan pengawet dengan basis tragakan. Basis
tragakan stabil pada pH 4-8. Kekentalan tragakan maksimal awal kekentalan
pada pH 8. Konsentrasi membentug gel antara 2%-5%. Tragakan kurang begitu
populer karena mempunyai viskositas yang bervariasi. Viskositas akan menurun
dengan cepat di luar range pH 4,5-7
Gelatin adalah suatu zat yang yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari
kulit,jaringan ikat putih, dan tulang hewan. Gelatin yang berasal dari precursor
asam dikenal sebagai gelatin tipe A dan yang berasal dari precursor basa
dikenal sebagai gelatin tipe B. Gelatin juga bisa didapat dari campuran kedua
tipe.
Kemanan basis gelatin secara umum, bila digunakan pada formulasi oral tidak
beracun dan tidak mengiritasi
c. Carageenan ( handbook of excipients edisi 6 hal 123-125)
Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang
banyak digunakan dalam makanan. Merupakan gelling agent untuk produk
yang bersifat asam dan digunakan bersama gliserol sebagai pendispersi dan
humektan. Kelarutan pectin larut dalam air tidak larut dalam air dan pelarut
organic lainnya. Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup
rapat karena air dapat menguap secara cepat sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya proses sineresis. Gel terbentuk pada pH asam dalam
larutan air yang mengandung kalsium dan kemungkinan zat lain yang befungsi
menghidrasi gum.
e. Natrium alginate
Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah
tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit.
Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu
tinggi (di atas 800C) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk
mengendapkan empera yang merupakan pembentukan matriks.
4. Derivat selulosa
a. Methylcelulosa (handbook of excipients edisi 6 hal 438-441)
Metilselulosa butiran atau serbuk berserat putih praktis tidak berbau dan berasa.
Methylcellulose yang sangat kental digunakan sebagai zat pengental dalam
sediaan empera seperti krim dan gel. Stabil pada PH 3-11 dan emperature kamar.
Pada pemanasan, viskositasnya berkurang. Metilselulosa sangat luas digunakan
pada kosmetik karna umumnya bahannya tidak beracun, tidak menebabkan
alergi dan tidak mengiritasi.
b. Carboxymetilselulosa sodium (handbook of excipients hal 118-121)
Natriumselulosaglikolat.
Nama dagang Zelllin®, Tylose® C, dan Tylose® CB.
Digunakan pada formulasi farmasetik oral dan topikal terutama untuk viscosity-
increasing agent. Konsentrasi tinggi (4-6%) biasa digunakan untuk produksi gel
sebagai basis.
Perbedaannya dengan metilselulosa adalah Na-CMC dapat larut baik dengan
air panas maupun air dingin. Larutan dalam airnya stabil terhadap suhu
berapapun serta dapat stabil dalam waktu lama pada suhu 1000C tanpa
mengalami koagulasi. Glycols pada gel sering dijadikan pencegahan agar tidak
terjadi pengeringan. Carboksimetilselulosa pemeriannya serbuk putih tidak
berbau, berasa.
c. Hidroxpropyl metilselulosa
pH : 5,5-8,0
Digunakan sebagai suspending agent, emulsifier, dan stabilizing agent pada gel
dan salep
d. Hidroksietilselulosa
PH : 5,5-8,5 Pada pH dibawah 5 dapat terjadi hidrolisis dan pada pH yang tinggi
dapat terjadi oksidasi
Kelarutan : larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak larut dalam air, larutan
asam, dan pelarut organik lainnya
pH kulit 4-6