Makalah Kipi Terbaru Revisi
Makalah Kipi Terbaru Revisi
Makalah Kipi Terbaru Revisi
Disusun oleh :
2019
Agama : Islam
Status : PNS
RIWAYAT PENDIDIKAN :
PENGALAMAN KERJA
1. Perawat Pustu Bara, 01 maret 1990 – 1998, Bedasarkan SK Kepala Dinas
Kesehatan Kab, Dompu. Tanggal 4 januari 1990
2. Perawat Di Puskesmas Dompu Barat 1999 - sekarang
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Upaya Menurunkan Kejadian Kipi Dan Penanganannya
BIODATA PENULIS…………………………….………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………iv
DAFTAR ISI………..……………………………………………………………………vi
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………………………............. 5
A. Latar belakang………………………………………….………………….…..5
B. Tujuan…………………………………………………..…………………......6
C. Kegiatan pokok dengan rincian kegiatan ada di lampiran…………………….6
BAB II
INOVASI …… …………...…………………………………...……………….…….......18
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………..…….... 21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………........ 22
1. LATAR BELAKANG
Seiringng dengan cakupan imunisasi yang tinggi mapenggunaan vaksin apakah
kejadian juga meningkat.Dalam menghadapi hal tersebut penting di ketahui apakah
kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang di berikaan atau kejadian secara
kebetulan.Reaksi simpang yang di kenal dengan kejadian paska imunisasi ( KIPI )
atau kejadian medic yang berhubungan dengan imunisasi dapat juga berupa reaksi
vaksin ,reaksi suntikan, kesalahan prosedur,atau pun koinsiden sedangkan Imunisasi
adalah pemberian kekebalan terhadap tubuh agar terhindar suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu antigen ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit, hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar
dari penyakit lain diperlukan imunisasi ,sebagai salah kesejahteraan yang perlu di
wujudkan dalam cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945,
keberhasilan pembagunan sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang sehat,
terampil dan ahli serta disusun dalam program kesehatan yang terpadu yang didukung
oleh data dan informasi ,epidemologi yang valid termasuk dalam hal kejadian pasca
imunisasi (KIPI), Dan di atur menurut UUD nomor 36 tahun 2019 tentang Imunisasi
adalah salah satu upaya mencegah pennyakit, tapi resiko tindakan pemberian
imunisasi dalam pencegahan itu pasti terjadi angka kejadian kipi seperti :
demam, Abses pada tempat suntikan dan Limfadenitis. Salah satu prioritas
pemerintah dalam hal itu adalah peningkatan MDGS (Milenium Developeelt Goals)
menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi
beberapa saat, ]sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Berapa lama
observasi ,sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian
setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit.untuk
menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi
dalam jangka waktu tertentu bila timbulnya gejala klinis.
2. TUJUAN
a. Tujuan umum
1. Menurunkan Angka Kejadian Kipi dan Meningkatkan Kepercayaan
masyarakat tentang Apa itu kipi?
2. Menurunkan angka kesakitan,kematian serta kecacatan akibat penyakit yang
dapat di cegah dengan imunisasi ( PD3I )
b. Tujuan khusus
1. Apa yang dimaksud dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi.( KIPI)
2. Penyebab terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi.
3. Mengetahui Penatalaksanaan, Penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
4. Mengurangi / menekan angka kejadian KIPI
1. Mencatat setiap penemuan kegiatan baik yang di laporkan orang tua pasien,
kader,masyarakat ataupun petugas kesehatan .dituangkan dalaam formolir kipi
oleh petugas imunisasi.
2. Mencatat laporan kipi serius nan non serius.
3. Melakukan pelacakan / investigasi kasus KIPI serius yang di rawat di rumah sakit
yg menimbulkan rumor atau meningga
Puskesmas Dompu Barat Page 6
4. Lampiran 1
Persiapan petugas dan peralatan untuk turun posyandu
5.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29. PERSIAPANN TURUN POSYANDU
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53. KEJADIAN KIPI DPT HB HIB TAHUN 2017
54.
55.
56.
57.
1. DATA DEMOGRAFI
Puskesmas Dompu Barat didirikan sejak tahun 1975, dengan jumlah Desa /
Kelurahan wilayah kerja Kecamatan Woja sebanyak 14 Desa / Kelurahan. Puskesmas
Dompu Barat memiliki luas wilayah kerja ± 327.96 km2 yang terdiri dari 3 Kelurahan
dan 11 Desa yang berpenduduk sekitar 53.348 jiwa, dimana laki-laki berjumlah
27.136 jiwa dan perempuan berjumlah 26.212 jiwa. Adapun batas-batas wilayah kerja
Puskesmas Dompu Barat:
a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Kilo
b. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Teluk Cempi
c. Sebelah barat : Berbatasan dengan Desa Soriutu Kecamatan Manggelewa
d. Sebelah timur : Berbatasan Kecamatan Dompu.
Wilayah kerja Puskesmas Dompu Barat sebagian besar merupakan wilayah
dataran dengan ketinggian 13-58 meter dari permukaan laut dan merupakan daerah
yang sangat potensi untuk pertanian tanaman pangan di Kabupaten Dompu.
2. DATA IMUNISASI
Jumlah Bayi di wilayah Puskesmas Dompu Barat, Laki-laki 1,311, perempuan
1,213,= Terget Estimasi untuk bayi yang di Imunisasi dari Kabupaten 1318 bayi/balita
untuk tahun 2019.
Table 1: Data jumlah bayi menurut jenis kelamin, desa/kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Dompu Barat.
0.6
0.4
0.2 00 0 00 00 0 00 0 00 00 00 00 0 00 00
0
Riw Ma Bar No Wa Mat Mo Kan Sim San sera Mu Bak Rab
o dap a wa won ua nta dai pas eo kapi mb ajay aba
ram dur Bar dua ai u a ka
a u u
tahun 2016 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
tahun2017 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
4. Karya Inovasi
Setelah angka kejadian kipi terjadi 2 tahun berturut turut di Puskesmas Dompu Barat
berbagai upaya kita lakukan untuk menurunkan angka tersebut, kami melakukan
koordinasi dengan Bapak Kepala Puskesmas beserta staf dan lintas program yaitu
Bidan Koordinator wilayah desa kerja puskesmas Dompu Barat, Kepala desa,
Kader,posyandu,kepala dusun,ketika ada kejadian mereka bisa memberikan
pemahaman tentang kipi dan kalau cepat di tangani tidak akan berbahaya dan itu
adalah respon tubuh masing orang itu berbeda-beda walaun memang kipi itu terjadi
bisa karena kebetulan, Vaksin, kesalahan program, dan penyebab lain tidak diketahui.
1
0.9
0.8
0.7
Axis Title
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Riw Ma Bar No Wa Mat Mo Kan Sim San sera Mu Bak Rab
o dap a wa wo ua nta dai pas eo kapi mb ajay aba
ram ndu Bar dua ai u a ka
a ru u
Tahun 2018 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tahun 2019 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1. Kejadian ikutan paska imunisasi adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam waktu 24 jam setelah pemberian tindakan imunisasi dan 42 hari setelah
pemberian imunisasi.
2. Yang menjadi penyebab terjadinya kejadian ikutan paska imunisasi diantarnya
adalah: Kesalahan program/teknik pelaksanaan, Reaksi suntikan, induksi vaksin,
kebetulan (KOISEDENT) dan sebab lain yang tidak diketahui.
3. Pertolongan terhadap kejadian ikutan paska imunisasi harus disesuaikan dengan tanda
gejala, dan gejala klinis.
4. Angka kejadian kipi untuk Puskesmas Dompu barat tahun 2018/2019 belum ada
kejadian kipi. Dari berbagai upaya inovasi dan motivasi yang kami lakukan menuai
keberhasilan program imunisasi dalam menurunkan kejadian ikutan pasca imunisasi
(KIPI) Bisa dilihat di lampiran-lampiran kegiatan imunisasi dilapangan pada saat
posyandu. Untuk kedepannya kami tetap mempertahankan pelayanan yang berkualitas
dengan mengembangkan diri untuk memberikan pelayan yang terbaik untuk
masyarakat dengan berkolaborasi dengan program-program yang lain.
Saran
Dalam usaha pelayanan kesehatan yang berkualitas, dari kesimpulan yang telah
diambil penulis dapat menyarankan agar :
- Pelayanan kesehatan terutama Bidan di Desa dan petugas program imunisasi terus
mengembangkan diri dalam memberikan pelayanan/pertolongan terhadap kejadian
ikutan pasca imunisasi.
- Petugas harap memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai SOP
Penyusun
Depkes RI. 2011, Hasil Kajian Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) Pada Kampanye
Imunisasi Tambahan Campak dan Poli, depkes.go.id, diakses 16 Mei 2017
Dokter Indonesia, 2010, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), klinikbayi.com, diakses
tanggal 15 Mei 2017
Dokter Indonesia, 2014, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serta
Penanganannya, mediaimunisasi.com, diakses tanggal 15 Mei 2017
Dokter Indonesia, 2014, Inilah 5 Penyebab KIPI (Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi), mediaimunisasi.com, diakses tanggal 15 Mei 2017
Hadinegoro, S.R., 2003. Immunogenicity and safety of DTwP (Bio Farma) vaccine
combined with recombinant Hepatitis b (GCVC) vaccine in Indonesian children.
Biofarma.
Heitjik, R.A., et al. 2002. Hepatitis B surface antigen (HBsAg) derived from yeast cells
(Hansenula polymorpha) used to estabilish an influence of antigenic subtype (adw2,
adr,ayw3) in measuring the immuno response after vaccination. Vaccine, 20, 2191-6.
Galazka, A.M. 1993. Immunological basic for immunization. WHO,EPI, GENEWA
Kristi, Maria, 2017, Mengenal Pengelompokan Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi, kompasiana.com, diakses tanggal 16 Mei 2017
1. BOX VAKSIN
2. VAKSIN
3. APD ( HANDSCOUN, MASKER )
4. OBAT – OBATAN
a. ANALFILATIK SYOK ( ADRENALIN / EPHINEPRIN )
b. PARACETAMOL SYIRUP / PUYER
5. SPUIT ( 0,05 ml, 0,5 ml, 3 ml, 5ml )
6. KAPAS
7. SAFETI BOX
8. TAS RANSEL