Yesi Dwiyanti
Yesi Dwiyanti
Yesi Dwiyanti
SKRIPSI
OLEH:
YESI DWIYANTI
14121897
2018
PENGARUH BREATHING EXERCISE TERHADAP SKOR FATIGUE
PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI UNIT HEMODIALISA RUMAH
SAKIT REKSODIWIRYO PADANG
SKRIPSI
Oleh :
YESI DWIYANTI
14121897
TAHUN 2018
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
YESI DWIYANTI
ABSTRACT
CKD is irreversible requiring hemodialysis therapy. Hemodialysis takes a
long time, the result of hemodialysis patients will experience anemia and can lead
to the onset of fatigue, breathing exercise was a natural healing technique against
fatigue. The study purpose was to know the influence of breathing exercise to
fatigue score in patient with CKD undergoing hemodialysis in the hemodialysis
unit Reksodiwiryo Hospital at 2018.
The study was quasi eksperiment research with two group pre test-post test
with Control Group Design. The data colection was conducted in Reksodiwiryo
Hospital, the number of sample was 20 that was found by purposive sampling
technique. The data was analyzed using bivariat analysis by using t dependent and
independent t test.
The results obtained on average the fatigue score before being given
breathing exercise in the intervention group was 26.60 after breathing exercise
was 31.80 and the average measurement I in the control group was 23.50,
measurement II 23.10 and results statistics obtained ρ value = 0,000 in the
intervention group, ρ value = 0.657 in the control group and ρ value = 0.002 in the
intervention and control groups after breathin exercise was given, meaning that
there was influence of breathing exercise on the fatigue score of CKD patients
undergoing hemodialysis.
The results of the study concluded that there was an increase in fatigue
scores after giving breating exercise. It is recommended for nurses in the
hemodialysis room to be able to continue giving breathing exercise to patients
with hemodialysis to reduce the fatigue felt by patients after hemodialysis therapy
bantuan, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu dengan
segala kerendahan hati dan penuh penghargaan penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
2. Ibu Ns. Fitria Alisa, M.Kep selaku pembimbing II yang telah bersedia
MERCUBAKTIJAYA Padang
Padang.
MERCUBAKTIJAYA Padang.
10. Yang sangat teristimewa ungkapan terima kasih kepada kedua orang tua,
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sehat dan
Peneliti
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN
ABSTRAK ....................................................................................................i
ABSTRAC......................................................................................................ii
DAFTAR SKEMA.......................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Analisa Univariat................................................................................56
B. Analisa Bivariat..................................................................................57
BAB VI PEMBAHASAN
A. Rata – rata skor fatigue sebelum dan setelah dibarikan breathing exercise
pada kelompok eksperimen.......................................................................62
B. Rata – rata skor fatigue pada pengukuran I dan II pada kelompok
kontrol.......................................................................................................64
C. Pengaruh breathing exercise terhadap skor fatigue pasien yang mejalani
hemodialisa...............................................................................................66
D. Perbedaan rata – rata skor fatigue antara pengukuran I dan II pada
kelompok konrol......................................................................................68
E. Perbedaan rata – rata skor fatigue antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah diberikan breathing exercise...........................69
A. Kesimpulan............................................................................................73
B. Saran .....................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
Skema 4.1 : Desain Penelitian pretest dan post-test Control Group Design ...38
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Rata – rata skor fatigue sebelum dan sesudah di berikan breathing
exercise pada kelompok eksperimen Di Unit Hemodialisa Rumah Sakit
Reksodiwiryo
Padang.........................................................................................56
Tabel 5.2 Rata – rata skor fatigue pada pengukurang I dan II kelompok kontrol Di
Unit Hemodialisa Rumah Sakit Reksodiwiryo....................................57
Tabel 5.3 Hasil analisis uji normalitas data skor fatigue sebelum dan setelah
diberikan breathing exercise Di Rumah Sakit Reksodiwiryo..............58
Tabel 5.4 pengaruh breathing exercise terhadap skor fatigue pasien PGK yang
menjalani hemodialisa di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Reksodiwiryo
padang...................................................................................................59
Tabel 5.5 perbedaan skor fatigue pasien PGK kelompok kontrol yang menjlani
hemodialisa di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Reksodiwiryo
padang...................................................................................................60
Tabel 5.6 perbedaan skor fatigue pasien PGK yang menjalani hemodialisa antara
kelompok eksperimen dan kontrol setelah pemberian breathing exercise
di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Reksodiwiryo padang.....................61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Gandchart
A. Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak
uremik dalam darah (Black, 2014). PGK adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
Berdasarkan data mortality WHO pada tahun 2014 prevalensi penyakit ginjal
terdapat 2,5 juta jiwa, dan pada tahun 2015-2016 meningkat menjadi 2,7 juta jiwa
(WHO, 2015). United States Renal Data System (USRDS) melaporkan bahwa
PGK merupakan masalah epidemic dengan perkiraan lebih kurang 4. 499 juta
pasien pada tahun 2014, meningkat menjadi 8034 pasien pada tahun 2015, dan
menunjukkan bahwa di Sumatera Barat pada tahun 2013 prevelensi PGK adalah
tidak dapat diatasi lagi dengan cara konservatif sehingga membutuhkan terapi
dialisis, dan transplantasi ginjal. Saat ini hemodialisis merupakan terapi ginjal
yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat
tubuhnya melalui suatu mesin yang disebut dialiser yang proses tersebut terjadi
secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian setelah proses tersebut selesai darah
kembali lagi ke tubuh pasien. Hemodialisis pada pasien berfungsi sebagai alat
pengganti ginjal yang berfungsi untuk mengambil zat– zat nitrogen yang toksik
dan mengeluarkan air yang berlebihan dari dalam darah, yang biasanya dilakukan
paling sedikit 2 atau 3 kali seminggu selama 4–5 jam (O’Callaghan, 2009).
340.000 pada tahun 1999 menjadi 651.000 pada tahun 2010 (USRDS, 2011).
pasien yang aktif melakukan hemodialisis meningkat dari tahun ke tahun, di mana
pada tahun 2014 sebanyak 4.707 pasien, meningkat pada tahun 2015 menjadi
5.490 dan terus meningkat pada tahun 2016 menjadi 6.994 pasien (PERNEFRI,
2016). Berdasarkan Report Of Indonesia Renal Registri pada tahun 2014 pasien
penurunan energi dan merupakan keluhan utama pasien dengan dialysis. Kondisi
karnitin. Namun dari kondisi tersebut anemia merupakan penyebab fatigue yang
keluar keringat dingin sehubungan dengan efek hemodialisa (Brunner & Suddarth,
kehilangan darah akibat waktu yang cukup lama dari hemodialisa hampir tidak
semua darah pasien kembali seluruhnya setelah terapi hemodialisa pasti ada darah
pasien yang tertinggal di dialyzer atau bloodline (Jansen, 2007), terjadinya
perdarahan saluran cerna dan defisiensi vitamin (asam folat dan vitamin B12),
perdarahan pada saat akses vaskuler. Anemia yang terjadi pada pasien
menyebabkan penurunan level oksigen dan sediaan energi dalam tubuh yang
sehingga pada akhirnya dapat menurunkan kualias hidup pasien (Septiwi, 2013).
didapatkan hasil bahwa Prevalensi anemia pada pasien PGK yang menjalani
yang sangat berhubungan dengan fatigue pada pasien hemodialisa adalah anemia.
hemodialisa (Kring & Crane, 2009). Pada pasien yang menjalani hemodialisis,
simptom fatigue dialami 82% sampai 90% pasien (Kring & Crane, 2009). Fatigue
adalah keluhan umum yang paling sering dirasakan oleh pasien yang menjalani
al., 2013; Gorji, et al., 2013). Akibat dari kondisi kelelahan yang terus meningkat
makan, mual, muntah kehilangan energi dan protein dan produksi karnitin yang
kelelahan ini terus terjadi dan tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian
Menurut penelitian Marizki et, al., (2015) didapatkan 92,9% pasien tidak patuh
motivasi yang rendah dalam megkonsumsi obat, dialisis yang ketat dan
pemakaian obat – obatan yang dilakukan selama ini masih belum cukup untuk
memenuhi target Hb yang normal dan masih tingginya angka kejadian fatigue
yang dirasakan pasien hemodialisa 95% (Sulistini et, al.,2012). Metode non
latihan yang dimaksud ada berbagai cara seperti aerobic, peregangang otot, dan
latihan pakai alat dan relaksasi otot progresif (Chang, 2010). Namun Zeynap
yang masuk dan disuplay ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat memproduksi
bagian strategi holistic self-care untuk mengatasi berbagai keluhan seperti fatigue,
nyeri, gangguang tidur, stres dan kecemasan. Secara fisiologi, breathing exercise
yang adekuat dimana oksigen memang penting dalam sistem respirasi dan
pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
energi. Breathing exercise akan memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk dan
fatigue. Waktu pemberian Breathing exercise pada pasien fatigue yang menjalani
Hal yang sesuai dengan penelitian cahyu septiwi 2013 yang melakukan
test design dengan kriteria inklusi pasien yang menjalni hemodialisa reguler 2
kali/ minggu , usia pasien 20-60 tahun yang menerapkan teknik breathing
hasil uji (paired t test) didapatkan nilai p 0,000 (p < 0,005) sehingga didapat
test design dan sampel dipilih dengan cara tertentu sehingga dapat mewakili
populasi, dengan jumlah sampel 30 orang yang benar – benar dengan tujuan yang
hendak dicapai, analisa yang di gunakan paired t test di dapatkan hasil uji (p value
antara teori dengan penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti di atas maka
dari itu saya tertarik untuk melakukan penelitian ulang tentang pengaruh
Breathing Exercise terhadap skor fatigue pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa, dan pada penelitian yang akan dilakukan juga akan di
gunakan grup kontrol supaya terlihat lebih jelas lagi efektifitas pemberian
hemodialisa. Pada tahun 2015 didapatkan pasien dengan penyakit ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis sebanyak 138 orang dan pada tahun 2016 terjadi
wawancara dengan salah satu perawat yang bertugas di Unit Hemodialisa, beliau
mengatakan bahwa banyak keluhan yang di rasakan oleh pasien selama menjalani
hemodialisa yang mana 60% berada pada fatigue parah dengan nilai skor kurang
dari 30, pasien merasakan sering pusing, malase, gangguan tidur, nafsu makan
berkurang, mual muntah, kurang energy dan gangguan melakukan aktifitas sehari
– hari, dan 40% berada pada fatigue tingkat rendah dengan skor diatas 40, pasien
aktifitas sehari – hari. Pasien sudah diberikan terapi berupa vitamin C dan
mengatakan mengurangi aktifitas supaya tidak merasakan kelelahan dan 20% lagi
mengatakan melakukan aktifitas berjalan kaki setiap pagi 100 meter. Akan tetapi
dengan usaha yang mereka lakukan tersebut mereka masih tetap merasakan
Reksodiwiryo Padang.
B. Rumusan Masalah
“Apakah ada pengaruh breathing exercise terhadap skor fatigue pasien penyakit
Reksodiwiryo Padang. ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pengukuran I
pengukuran ke II
exercise.
D. Manfaat penelitian
hemodialisa.
1. Defenisi
uremik dalam darah (Black, 2014). PGK adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin A, 2011). Ginjal berada pada
posisi PGK stadium lima atau End Stage Renal Disease (ESRD)adalah kerusakan
fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tepat, berupa dialisis atau transplantasi
ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada
semua organ, akibat penurunan funsi ginjal pada PGK (O’ Callaghan, 2009).
2. Penyebab Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
akibat Pielonefritis kronik (PNC) dan sama – sama sebanyak 6%, pada Nefropati
Asam Urat sebanyak 2%, Nefropati Lupus/SLE dan Ginjal Polikistik serta
penyebab yang tidak diketahui sama - sama sebanyak 1%. Klasifikasi penyebab
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi
nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya
oleh growth factor seperti transforming growth factor. Beberapa hal yang juga
PGK, terjadi kehilangan daya cadangan ginjal, pada keadaan basal LFG masih
normal atau malah meningkat (O’ Callaghan, 2009). Kemudian secara perlahan
tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai
dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum (O’ Collaghan, 2009).
Tanda dan gejala klinik yang dapat muncul pada klien dengan PGK dapat
6. Penatalaksanaan
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
kalium, pH, kadar serum phospor, kadar Hb, hematokrit, kadar urea nitrogen
dalam darah (BUN), serum dan konsentrasi kreatinin urin, urinalisis. Pada
stadium yang cepat pada insufisiesi ginjal, analisa urine dapat menunjang, dan
sebagai indikator untuk melihat kelainan fungsi ginjal, batas kreatinin urin rata-
rata dari urine tampung selama 24 jam. Analisa urine rutin dapat dilakukan pada
stadium penyakit ginjal yang mana dijumpai produksi urin yang tidak
yang progresif dapat terjadi output urin yang kurang dan frekuensi urin menurun.
Monitor kadar BUN dan kadar kreatinin sangat penting bagi pasien
dengan gagal ginjal. Urea nitrogen adalah produk akhir dari metabolisme protein
serta urea yang harus dikeluarkan oleh ginjal. Normal kadar BUN dan kreatinin
1. Defenisi
metabolisme berupa larutan (ureum dan kreatinin) dan air yang ada pada darah
pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal
stadium terminal ESRD yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi
2. Tujuan Hemodialisa
3. Indikasi
Indikasi secara umum dialisis pada PGK adalah bila laju filtrasi
(Black, 2014) :
1) Hiperkalemia
2) Asidosis
4. Proses Hemodialisa
tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah.
Darah pasien yang dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi
dialisat.Kompartemen dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas dari pirogen, berisi
larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung
konsentrasi karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi ke arah
komparetemen (difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari
tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan penyakit yang mendasari dan juga
tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal (Smeltzer & Bare, 2008).
Komplikasi yang ditemukan selama hemodialisis menurut Jameson
2) Anemia dan rasa lelah dapat menyebabkan penurunan kesehatan fisik dan
dan intraokular.
meninggalkan kulit
7) Mual muntah
untuk dialisa setiap minggunya, atau 3 – 4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan
hemodialisa saat ini menjadi terapi utama dalam penanganan pasien PGK
(sudoyo, et al, 2010), terapi ini harus dijalani pasien seumur hidup yang tentu saja
kepala, nyeri dada, nyeri punggung, demam dan menggigil (Barkan et al, 2006).
kekurangna energi dan merasa letih. Dampak lain dirasakan paling domonan pasa
penurunan minat untuk melakukan aktivitas. Penurunan aktivitas fisik pada pasien
Aktivitas fisik yang menurun mengakibatakan penurunan masa otot, atrofi otot,
menjalani hemodialisis, dan kelelahan juga bisa dikenal dengan letih, lesu dan
1. Definisi
spesifik dan rasa letih yang berlebihan (Wilkson, 2002). Selanjutnya Ream &
dan kapasitas fisik maupun mental yang tidak dapat dikurangi dengan istirahat
(Black, 2014). Kelelahan biasanya terjadi pada penyakit kronik maupun akut
tetapi juga dialami pada kondisi normal, keadaan sehat dan kehidupan sehari –
hari, perubahan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, fungsi seksual.
tidak lelah sama sekali, nilai 3 untuk sedikit lelah, nilai 2 untuk jawaban agak
lelah, nilai 1 untuk lelah sekali, nilai 0 untuk jawaban sangat lelah sekali . Skor
berkisar dari 0-52 dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat yang lebih
rendah dari kelelahan dan skor kurang dari 30 menunjukkan kelelahan yang parah
(Kathleen, 2012).
2. Etiologi
infeksi, diare, bedrest (Lubkin & Larsen 2006), stress, gangguan tidur, cemas,
depresi, kurang melakukan aktivitas lebih lanjut. Creven & Himle, (2010)
heart failure, anemia gangguan nutrisi, gangguan paru, AIDS, parkinson, multiple
sklerosis.
diantaranya menurut unpleasant sypmtom middle range theori (Liehr, 2005) dan a
sedangkan dalam teori peripheral and central fatigue dijelaskan bahwa faktor
yang berkonstribusi terhadap kelelahan mencakup faktor fisik dan mental (Jhumb,
2008).
1) Unpleasant symptom
deskripsikan dengan waktu, kualitas, intensitas dan distres yang dipengaruhi oleh
faktor psikologi, fisiologi dan situasional. Asumsi teori ini adalah seseorang
fenomena subjektif yang berbeda yang terjadi dalam keluarga maupun komunitas.
dilakukan Lee (2007) pada pasien yang menjalani hemodialisa di Taiwan. Dari
hasil studi di dapatkan hasil tema hasil wawancara pengalamamn kelelahan pasien
yang menjalni hemodialisis. Dari tema tersebut didapatkan 3 domain yaitu domain
pertama ‘physical fatigue’ termasuk didalamnya tema 1) kebiasaan 2) symptom
‘affective fatigue’ yang terdiri dari tiga tema yaitu lama pengobatan, depresi dan
terdiri dari 3 tema yaitu kehilangan kognitif, isolasi dan koping (Lee, 2007).
Jhumb, 2008) menyatakan multifungsi dari susunan syaraf pusat (SSP) dan
kegagalan transmisi pada motor (Asronson, et al., 2000) sehingga dalam model ini
(mental fatigue) dan aktivitas fisik (physical fatigue) yang membutuhkan motivasi
diri sedangkan peripheral atau monitor fatigue merupakan kelelahan otot itu
sendiri dan kemampuan otak untuk mengontrol otot tersebut (Jhamb, 2008).
(Jhamb, 2009)
Pasien gagal ginjal kronik memiliki kadar sitokin yang tinggi. Peningkatan
energi, mortalitas dan status fungsional yang lebih rendah pada pasien
mengaktifkan sistem saraf pusat, hipofisis, hipotalamus dan adrenal atau tidak
memiliki efek langsung pada otot dan sistem saraf pusat, sitokin juga terkait
dengan gangguan tidur, depresi dan penurunan aktifitas dan memediasi kelelahan
darah akibat waktu yang cukup lama dari hemodialisa, hampir tidak semua darah
pasien kembali seluruhnya setelah terapi hemodialisa pasti ada darah pasien yang
cerna dan defisiensi vitamin (asam folat dan vitamin B12), perdarahan
saat akses vaskuler. Anemia sering dikaitkan dengan kelelahan karena penurunan
kadar Hb pada pasien hemodialisa yang mana darah sangat berperan penting
energi dalam tubuh, yang akan menyebabkan fatigue dan kelemahan dalam
Uremia dapat menyebabakan protein dan gizi buruk, energi, mual, dan kehilangan
telah menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
dengan dialisis dapat juga mempengaruhi kelelahan sebagai modus dan frekuensi
Kelelahan post dialysis adalah gejala umum yang sering melumpuhkan dan
kelangsungan hidup yang lebih pendek. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
dengan waktu pemulihan lebih lama memiliki tingkat yang lebih besar dari
gangguan tidur yang menyebabkan kantik di siang hari dan gangguan biologis
cenderung mengalami sleep apnea, insomnia, gelisah sindrom kaki dan kantuk di
siang hari yang berlebihan. Gejala lain yang umum pada pasien dyalisis
Depresi dan kelelahan saling terkait erat dan depresi dapat bermanifestasi
sebagai perasaan kelelahan dan kekurangan energi. Depresi juga berkorelasi kuat
dengan keseluruhan beban gejala dan keparahan termasuk kelelahan pada pasien
dialysis.
Aktifitas fisik dikaitkan dengan tingkat kelelahan yang tinggi pada pasien
sitokin pro inflamasi. Katabolisme otot meningkat pada pasien dialysis yang
mungkin disebabkan oleh resistensi insulin, asidosis atau peradangan. Hal ini
dari dari 4 tahun merupakan masalah yang lebih serius jika dibandingkan yang
telah menjalani hemodialisis lebih dari 4 tahun. Penelitian Ossareh, et al., (2003)
mendapatkan hasih bahwa kelelahan mulai dialmi pasien yang menjalani dialisis
rata – rata di bulan ke 6 samapi 8 bulan pertama dan kelelahan meningkat 55% -
D. Breathing Exercise
a. Definisi
keluhan seperti fatigue, nyeri, gangguan tidur, stress dan kecemasan. Secara
exercise membuat tubuh kita mendapatkan input oksigen yang adekuat. dimana
oksigen memegang peran penting dalam sistem respirasi dan sirkulasi tubuh. Saat
dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa metabolisme yang tidak
jaringan sehingga tubuh dapat memproduksi energi dan menurunkan level fatigue.
waktu yang tidak lama dan dapat dilakukan sebelum, selama, sesudah proses
menghilangkan ansietas.
c. Prosedur tindakan
1) Mengatur posisi klien dengan semi fowler di tempat tidur atau kursi
2) Meletakkan satu tangan klien di atas abdomen (tepat dibawah iga ) dan
tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan
3) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
bagian dari strategi holistic self-care untuk mengatasi berbagai keluhan seperti
fatigue, nyeri, gangguan tidur, stress dan kecemasan. Secara fisiologis, breathing
tubuh kita mendapatkan input oksigen yang adekuat. dimana oksigen memegang
peran penting dalam sistem respirasi dan sirkulasi tubuh. Saat kita melakukan
jaringan tubuh, membuang racun dan sisa metabolisme yang tidak terpakai,
keluhan lain yang dialami oleh pasien hemodialisis. Latihan ini dilakukan dalam
waktu yang tidak lama dan dapat dilakukan sebelum, selama, sesudah proses
standard deviasi 3,680 sedangkan rata-rata level fatigue sesudah diberikan breath
nilai p 0,000 (p<0,5) yang melakukan latihan ini 4 kali dalam 1 minggu selama 2
minggu.
dilakukan 4 kali perhari selama 10 hari terhadap level fatigue pada 60 pasien
COPD. Hasilnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan dari level fatigue
Terdapat hubungan antara level fatigue dengan breathing exercise, makin sering
exercise dilakukan akan makin menurunkan level fatigue. Kim et al (2005) juga
meneliti efek breathing exercise selama 6 minggu terhadap fatigue pada 35 pasien
breathing exercise mengalami penurunan level fatigue lebih besar dari pada
A. Kerangka Teori
fungsinya akibat kerusakan yang terjadi pada ginjal sehingga tubuh tidak mampu
elektrolit yang berakibat peningkatan toksik uremik dalam darah (Blakc, 2014).
darah akibat waktu yang cukup lama dari hemodialisa hampir tidak semua darah
pasien kembali seluruhnya setelah terapi hemodialisa pasti ada darah pasien yang
cerna dan defisiensi vitamin (asam folat dan vitamin B12), perdarahan
saat akses vaskuler. Anemia yang terjadi pada pasien hemodialisa mengakibatkan
dan sediaan energi dalam tubuh yang mengakibatkan terjadinya fatigue dan
bagian strategi holistic self-care untuk mengatasi berbagai keluhan seperti fatigue.
Secara fisiologi, breathing exercise akan menstimulasi sistem parasimpatik
kita mendapatkan input oksigen yang adekuat. Dimana oksigen memang penting
dalam sistem respirasi dan sirkulasi tubuh dan berpengaruh terhadap penurunan
skor fatigue. (Priyanto, 2010 (Tsay, 1995 ;Kim, 2005 ;Zakerimoghadam, 2006
;Stanley, 2011).
PGK
hemodialisa uremia
Anemia
Breathing
Fatigue bxercise
Menurunkan skor
fatigue
Sumber :Clarkson et al., 2010, Smeltzer & Bare, 2008, Priyanto, 2010, Tsay, 1995
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti (setiadi, 2013). Dengan
demikian, maka kerangka konsep penelitian ini meliputi variabel independen yaitu
teknik breathing exercise dan variabel dependen yaitu penurunan (fatigue) pasien
PGK yang menjalani hemodialisa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema
dibawah ini;
C. Hipotesa
Hipotesa adalah pernyataan tentang suatu dalil atau kaidah, tetapi yang
Ha : Ada pengaruh breathing exercise terhadap skor fatigue pasien PGK yang
penelitian two group pre test-post test with control group design. Desain
penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh breathing exercise terhadap skor
(Sugiono, 2012).
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu satu kelompok yang
X
Kelompok eksperimen O1 O2
Kelompok kontrol O3 O4
Keterangan :
kelompok eksperimen
Skema 4.1 : Desain penelitian pretest dan post-test control group design
1. Populasi
2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani
mengalami fatigue adalah 163 orang dari bulan Januari – Agustus 2018
2. Sampel
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagian pasien yang menjalani
inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Dalam penelitian
Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu 22 orang pasien
termasuk dengan sampel cadang 10% dari masing masing kelompok yang terdiri
menjalani hemodialisa hari Senin dan kamis, sebelumnya peneliti meminta data
30 orang dan semua pasien telah menjalani terapi hemodialisa lebih dari 6 bulan.
terapi hemodialisa lebih dari 6 bulan, dari 32 calon responden tersebut di dapatkan
kriteria inklusi tersisa 14 responden yang dapat di teliti namun peneliti memilih 11
orang untuk di jadikan responden. Jadi banyak sampel yang di gunakan adalah
adalah 11 orang pasien kelompok intervensi dan 11 orang kelompok kontrol, yang
di tambah dari 10% dari setiap kelompok sebagai sampel, sehingga jumlah sampel
adalah 22 responden.
3. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
2010) yaitu :
4) Pasien kooperatif
berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2012).
dan kelompok kontrol. Penentuan kelompok pada penelitian ini didasarkan pada
jadwal hemodialisis. Pasien yang menjalani hemodialisis pada hari Senin dan
hemodialisis pada hari Selasa dan Jumat dijadikan sebagai kelompok kontrol.
Pada penelitian ini sebelumnya peneliti meminta data pasien kelompok intervensi
1. Variabel
penelitian ini adalah skor fatigue pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa.
2. Defenisi Operasional
kosioner identitas responden dan facit fatigue scale yang telah baku dan di ambil
mengumpulkan data karakteristik responden yang terdiri dari nama inisial, umur,
jenis kelamin, lama pasien yang menjalani hemodialisa, dan riwayat penyakit.
facit fatigue scale digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan selama 7 hari
terakhir yang dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisa. Skor berkisar 0 –
52 dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat yang lebih rendah dari
kelelahan dan skor kurang dari 30 menunjukkan kelelahan yang parah (Kathleen,
2012).
F. Etika penelitian
Satu prinsip etik yang mendasar dalam penelitian ini adalah memberikan
manfaat seta peneliti harus berhati-hati dalam mengkaji resiko dan manfaat yang
akan didapatkan. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan prinsip the principle of
apabila terdapat dampak yang merugikan akibat tindakan breathing exercise ini
manusia. Termasuk dalam prinsip ini adalah hak untuk menentukan apabila
apakah ia akan ikut sebagai responden atau tidak. Peneliti menghargai keputusan
perlakuan yang adil dan untuk privacy. Responden dalam penelitian ini
mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan sama sebelum,
4. Anonimity
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur atau
hanya menuliskan inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
5. Condidentiality
peneliti.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer karena
1) Persiapan peneliti
MERCUBAKTIJAYA Padang.
Reksowidiryo Padang.
intervensia cukup 11 orang yang mana 6 orang pada shift pagi dan 5
Padang.
2) Sebelum intervensi pada kelompok eksperimen
saling percaya
menjalani hemodialisa
c) Cara kerja
tidur/kursi
(b) Meletakan satu tangan klien di atas abdomen (tepat dibawah iga)
(c) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada
dalam 4 detik.
(e) Melakukan pengulangan selama 1 menit dan diikuti periode
istirahat 2 menit.
minggu.
hari itu 7 orang tidak bersedia menjadi responden dan 11 orang tidak
kriteria penelitian yang mana 6 orang pada shift pagi dan 5 orang pada
orang
o) Pada hari ke lima, Senin tanggal 9 Juli tahun 2018 peneliti langsung
p) Pada hari ke enam pada kelompok kontrol Selasa tanggal 10 Juli tahun
saat sebelum dan setelah diberikan teknik breathing exercise pada kelompok
eksperimen dan pengukuran I dan II pada kelompok kontrol, pada penelitian ini
semua data yang di perlukan pada kuesioner terisi penuh tidak ada jawaban yang
kosong dan jumlah responden memenuhi untuk penelitian yaitu 20 orang yang
terbagi dari 10 orang kelompok intervensi dan 10 orang untuk kelompok kontrol.
kode 1-10 pada kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dan kode 11-20
untuk kelompok kontrol. Pada responden kelompok eksperimen dan kontrol data
yang didapatkan lengkap, baik data sebelum maupun setelah breathing exercise.
Tahap terakhir data diperiksa agar tidak ada kesalahan dan perbedaan
antara kuesioner yang telah terisi dengan data yang dimasukkan kedalam
master tabel. Hasilnya tidak ada kesalahan data yang dimasukkan ke dalam
master tabel.
5. Tabulasi Data (Tabulating)
Setelah instrumen diisi dengan baik, data ditabulasi dan disajikan dalam
I. Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam
penelitian , berupa mean, SD, SE, dan ρ value. Hasil penelitian ditampilkan
dalam bentuk tabel sebelum dan sesudah dilakukan breathing exercise pada
2. Analisa Bivariat
lakukan uji normalitas data menggunakan uji Shaporo-wilk dan didapatkan hasil ρ
value = 0,88 (> 0,05) sebelum intervensi pada kelompok eksperimen dan ρ value
= 0,87 (>0,05) pengukuran I pada kelompok kontrol dan ρ value = 0,84 (>0,05)
setelah intervensi pada kelompok eksperimen dan ρ value =0,35 (> 0,05) pada
semua terdistribusi normal, maka uji statistik yang di gunakan adalah uji t
dependen test yaitu untuk melihat pengaruh skor fatigue antara dua kelompok
dependen yaitu sebelum dan sesudah di berikan breathing exercise pada kelompok
dan kelompok kontrol digunakan uji t independent test. Dengan interprestasi jika
didapatkan ρ value < 0,05 maka ada pengaruh breathing exercise terhadap skor
fatigue pasien PGK yang menjlaani hemodialisa pada kelompok intervensi, jika ρ
value > 0,05 maka tidak ada pengaruh breathing exercse terhada skor fatigue
pasien PGK yang menjalani hemodialisa pada kelompok intervensi, jika ρ value <
0,05 maka ada perbedaan antara pengukuran I dan II pada kelompok kontrol, jika
ρ value > 0,05 maka tidak ada perbedaan antara pengukuran I dan II pada
kelompok kontrol dan jika ρ value < 0,05 maka ada perbedaan skor fatigue antara
HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa rata – rata skor fatigue pasien
Tabel 5.2
Rata-rata skor fatigue pasien yang menjalani hemodialisa di unit
hemodialisa Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang kelompok
kontrol pengukuran I
Skor fatigue N Mean Std. Dev Min Mak
Pengukuran I 10 23,50 6,570 14 36
Tabel 5.2 dapat disimpulkan rata – rata skor fatigue pasien hemodialisa
6,570, skor fatigue minimum adalah 14 dan skor fatigue maximum adalah
36.
Tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa rata – rata skor fatigue pasien
Tabel 5.4 dapat disimpulkan rata – rata skor fatigue pasien hemodialisa
5,529, skor fatigue minimum adalah 15 dan skor fatigue maximum adalah
35.
B. Analisa Bivariat
Tabel 5.5
Uji normalitas data skor fatigue sebelum dan setelah di berikan breathing
exercise pada kelompok eksperimen dan pengukuran I pengukuran II
pada kelompok kontrol pada pasien yang menjalani hemodialisa
di unit hemodialisa rumah sakit reksodiwiryo padang
Uji Shapiro-Wilk ρ value Batas ρ Ket
value
Skor fatigue sebelum breathing 0,881 0,05 Normal
exercise
Skor fatigue setelah breathing exercise 0,848 0,05 Normal
Tabel 5.5 disimpulkan bahwa uji Shapiro Wilk skor fatigue sebelum
diberikan breathing exercise diperoleh nilai ρ = 0,881 (ρ> 0,05), data skor
0,05) dan data skor fatigue pada pengukuran II diperoleh ρ= 0,359 (ρ>
dan uji yang digunakan unutk kelompok tidak berpasangan adalah uji t
independent.
Tabel 5.6
Selisih
Skor fatigue Mean SD ρ value
mean
dan setelah diberikan breathing exercise adalah 31,80 dengan selisih mean
adalah 5,2. Terlihat pengukuran pertama (pre test) dan pengukuran ke dua
breathing exercise.
2. Perbedaan rerata skor fatigue pasien yang menjalani hemodialisa di unit
hemodialisa Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang kelompok kontrol
pengukuran I dengan pengukuran II
Tabel 5.7
Perbedaan rerata skor fatigue pasien yang menjalani hemodialisa di
unit hemodialisa Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang kelompok
kontrol pengukuran I dengan pengukuran II
Selisih
Skor fatigue Mean SD ρ value
mean
23,10 dengan selisih mean 0,4. Berdasarkan hasil uji statistik t berpasangan
artinya tidak ada perbedaan yang bermakna skor fatigue pada kelompok
Selisih
Skor fatigue Mean SD ρ value
mean
31,80, dan pada kelompok kontrol pada pengukuran II adalah 23,10 dengan
selisih mean adalah 8,7. Berdasarkan hasil uji statistik t independen ρ =
0,002, berarti ρ = (< 005) artinya ada perbedaan yang bermakna skor fatigue
Reksodiwiryo Padang.
BAB VI
PEMBAHASAN
penelitian yang telah dilakukan serta implikasi hasil penelitian ini untuk
menggunakan kuesioner fatigue yaitu facit fatigue scale yang terdiri dari
dengan skor yang kecil dari 30 menunjukkan tingkat fatigue yang berat.
hemodialisa.
(Kring & Crane, 2009), simptom fatigue ini disebabkan karena kondisi
seminggu dengan lama waktu 4-5 jam (O’Callaghan, 2009). Proses terapi
fatigue yang ekstrim dan akan memaksa jantung bekerja lebih keras
kehilangan darah akibat waktu yang cukup lama dari hemodialisa hampir
pasti ada darah pasien yang tertinggal di dialyzer atau bloodline (Jansen,
hemodialisa.
pengukuran I.
dan nilai skor fatigue tertinggi adalah 36. Hasil penelitian hampir sama
fatigue. Hal serupa juga di kemukakan oleh Kring & Crane (2009) yang
hemodialisa.
kehilangan darah akibat waktu yang cukup lama dari hemodialisa hampir
pasti ada darah pasien yang tertinggal di dialyzer atau bloodline (Jansen,
hemodialisa.
adalah 23 dan skor tertinggi adalah 39. Hasil penelitian ini sejala dengan
adalah 5,70 dan setelah diberikan breathing exercise adalah 3,80, ini
pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
pengukuran II.
23,10 dengan nilai skor fatigue terendah 15 dan skor fatigue tertinggi
adalah 35.
kehilangan darah akibat waktu yang cukup lama dari hemodialisa hampir
pasti ada darah pasien yang tertinggal di dialyzer atau bloodline (Jansen,
skor fatigue antara pengukuran I dan II. Hal ini menunjukkan betapa
Reksodiwiryo Padang
exercise terdapat peningkatan rata – rata skor fatigue menjadi 31,80, dan
(ρ < 0,05)
kali dalam 1 minggu selama 2 minggu. Hal ini sesuai dengan penelitian
pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
metabolisme yang tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan
juga akan lebih dekat, mudah di pahami dan tidak berbahaya, dapat
pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
oksigen yang masuk dan disuplai ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat
exercise.
7. Perbedaan rerata skor fatigue pasien yang menjalani hemodialisa di
adalah 31,80, pada kelompok kontrol rata-rata skor fatigue responden pada
(2006) yang juga meneliti efek breathing exercise yang dilakukan 4 kali
penurunan level fatigue lebih besar dari pada kelompok kontrol yang tidak
pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
oksigen yang masuk dan disuplai ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat
hal ini di buktikan dengan terjadinya peningkatan skor yang di dapat pada
fatigue .
BAB VII
Bab ini akan menguraikan tentang simpulan dan saran berkaitan dengan
A. Kesimpulan
skor fatigue pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Rata – rata skor fatigue sebelum diberikan teknik breathing exercise pada
2. Rata – rata skor fatigue pengukuran I pada kelompok kontrol adalah 23,
Padang.
B. Saran
b. Bagi Responden
d. Bagi Peneliti
Bakri. (2005). Deteksi dini dan upaya pencegahan progresifitas penyakit ginjal
kronik. Suplemen, 25 (3), 36-40
Black, J M., & Hawks, H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. (edisi 8. Buku 2).
Canada :Elsevier Subdres
Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Creven & Himle. (2000). Fundamental of nursing human health and function.
Philadelphia : Lippincott
Gulanick & Myers. (2007). Nursing care plans: nursing diagnosis & intervention.
St Louis: Mosby
Kathleen, Gutch,C.F, Stoner,M.H & Corea, A.L. (2012). The FACIT fatigue
scale. Diakses pada tanggal 2 februari 2018 dari
http://www.flashbook.com
Liehr. (2005). Looking at symptoms with a middle range theory. Advance studies
in Nursing. Diakses pada tanggal 2 februari 2018 dari
http://www.jhasin.comls of patients with chronic obstructive pulmonary
disease. Nursing jurnal 38(2): 149-152
Lubkin & Larsen. (2007). Chronic ilness impact and intervention. Philadelphia:
Elsevier
Qurnia (2016) pengaruh breathing exercise terhadap level fatigue pasien PGK
yang menjalni hemodialisa di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2016 di akses darihttps://repository.fdk.ac.id/journal/detail/1916/pengaruh-
breath-exercise-terhadap-level-fatigue-pada-pasien-gagal-ginjal--kronis-
yang-menjalani-hemodialisa-di-rsud-achmad-mochtar-bukittinggi--tahun-
2016
Rosyidi, Kholid. 2013. Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1. Trans Info Media:
Jakarta
Smeltzer & Bare (2013), Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Bruner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, L, Simadibrata, M., &Setiati, S.2010. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. (Ed 5). Jilid II. Jakarta :Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
Kepada Yth :
Bapak/IbuResponden
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Prodi S1
Keperawatan STIKes Mercubaktijaya Padang bermaksud akan mengadakan
penelitian dengan judul ”Pengaruh Pemberian Teknik Breathing Exercise
Terhadap Skor Fatigue Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Dr. Reksodiwiryo Padang”.
Nama : YESI DWIYANTI
Nim : 14121897
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
responden, karena kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan akan
digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Informasi yang didapat hanya akan
digunakan peneliti untuk kepentingan penelitian.
Peneliti berharap agar Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini dan
tanpa ada unsur paksaan. Jika terdapat hal yang kurang jelas mengenai penjelasan
penelitian ini, maka Bapak/Ibu dapat menanyakan langsung ke peneliti atau
melalui nomor HP 082288148776. Apabila Bapak/Ibu memutuskan kesediaanya
untuk ikut dalam penelitian ini, maka Bapak/Ibu silahkan menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden yang terdapat di belakang lembaran ini. Jika
Bpak/Ibu tidak bersedia itu adalah hak Bapak/Ibu untuk menolak berpartisipasi
dan tidak akan ada paksaan dari peneliti. Atas kesediaan dan partisipasi
Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
(Yesi Dwiyanti)
FORMAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Riwayat penyakit :
Jenis kelamin :
Lama menjalani HD :
Informasi dan data yang saya berikan adalah benar sesuai dengan kenyataan dari
pengalaman saya. Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela
tanpa paksaan dan tekanan dari siapapun.
Responden
(
)
KUESIONER PENELITIAN PRE TEST
PETUNJUK PENGISIAN
1. Lembar evaluasi kelelahan diisi oleh peneliti sesuai dengan observasi dan
wawancara
3. Kode responden 1-10 untuk kelompok intervensi dan kode 11-20 untuk
kelompok kontrol
A. IDENTITAS RESPONDEN
Umur :
Jenis kelamin :
Riwayat penyakit :
Lama menjalani HD :
Petunjuk pengisian:
Berikut ini adalah pernyataan yang sesuai dengan kelelahan yang anda rasakan :
Harap lingkari atau tandai satu nomor perbaris untuk menunjukkan responden
PETUNJUK PENGISIAN
4. Lembar evaluasi kelelahan diisi oleh peneliti sesuai dengan observasi dan
wawancara
6. Kode responden 1-10 untuk kelompok intervensi dan kode 11-20 untuk
kelompok kontrol
D. IDENTITAS RESPONDEN
Umur :
Jenis kelamin :
Riwayat penyakit :
Lama menjalani HD :
Petunjuk pengisian
Berikut ini adalah pernyataan yang sesuai dengan kelelahan yang anda rasakan :
Harap lingkari atau tandai satu nomor perbaris untuk menunjukkan responden
Cases
Descriptives
Median 27.50
Variance 19.156
Minimum 19
Maximum 33
Range 14
Interquartile Range 6
Median 24.00
Variance 43.167
Minimum 14
Maximum 36
Range 22
Interquartile Range 10
Median 31.50
Variance 27.956
Minimum 23
Maximum 39
Range 16
Interquartile Range 10
Median 22.50
Variance 27.656
Minimum 15
Maximum 35
Range 20
Interquartile Range 6
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Rata rata skor fatigue sebelum dan sesudah di berikan breathing exercise
pada kelompok eksperimen
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 10
One-Sample Statistics
One-Sample Test
Test Value = 0
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 10
One-Sample Statistics
One-Sample Test
Test Value = 0
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 posthd1 -
-5.200 2.348 .742 -6.879 -3.521 -7.005 9 .000
posthd2
N Correlation Sig.
les Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair posthd1 -
.400 2.757 .872 -1.572 2.372 .459 9 .657
1 posthd2
Group Statistics
Riwayat Pendidikan
1. SD no 08 Tambang Tamat Tahun 2008