Laporan Akhir Praktikum Pud
Laporan Akhir Praktikum Pud
Laporan Akhir Praktikum Pud
FARMAKOTERAPI I
Disusun Oleh :
2019/2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
A. KASUS ............................................................................................... 3
B. DASAR TEORI .................................................................................. 3
1. Patofisiologi peptic ulcer disease................................................... 3
2. Guideline Terapi peptic ulcer disease ............................................ 5
C. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN ............... 19
1. Subjektif......................................................................................... 19
2. Objektif .......................................................................................... 19
3. Assasment ....................................................................................... 19
4. Plan ................................................................................................. 19
5. Monitoring ...................................................................................... 20
6. Kie .................................................................................................. 20
D. KESIMPULAN .................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. KASUS
Ny. SM 36 thn MRS mengalami mual, muntah, nyeri perut seperti ditusuk
jarum, dan kepala sakit dari leher menjalar ke kepala. Keadaan ini dialami
sejak 3 hari yang lalu dan semakin memburuk tadi malam. Pasien memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan kaya lemak dan suka pedas. Dan beberapa
hari sebelumnya pasien mengkonsumsi obat nyeri untuk mengatasi nyeri lutut
yang dialami setelah jatuh dari tangga. Pasien didiagnosa PUD dengan hasil
H.Pylori positif. Catatan riwayat pasien adalah alergi penicilin. Pasien
mendapatkan terapi obat vometa 3 x 1, solans 1 x 1 kapsul, amoxsan 500 mg
3 x 1 tab.
B. Dasar Teori
1. Patofisiologi
Tukak petik terjadi akibat ketidak seimbangan faktor penyerang
(asam lambung dan pepsin) dan mekanisme yang menjaga integritas mukosa
(pertahanan dan perbaikan mukosa).
Asam lambung (HCl) dihasilkan oleh sel-sel parietal. Sel ini
memiliki reseptor histamin, gastrin, dan asetilkolin (ACh). Sekresi asam
diukur dalam beberapa parameter: basal acid output (BAO), maximal acid
output (MAO), dan sekresi sebagai respon dari adanya makanan. Rasio
BAO : MAO merepresentasikan kelebihan sekresi asam lambung.
Pepsinogen, yang disekresiolehchief cell, diaktifkanmenjadi pepsin
olehproduksiasam (pH 1,8 – 3,5). Pepsin memiliki aktivitas proteolitik yang
dapat mengakibatkan tukak.
Pertahanan mukosa meliputi sekresi mucus dan bikarbonat,
pertahanan selepitelin trinsik, dan mucosal blood flow. Mukosa mengalami
perbaikan setelah terjadi luka dengan cara regenerasi. Kedua proses
tersebutdibantu oleh prostaglandin (PG).
Helicobacter Pyloria dalah bacteri aerofilik yang menempati ruang
antara lapisan mucus dan permukaan selepitel. Helicobacter Pylori
memproduksi urease dalam jumlah besar, yang menghidrolisis urea menjadi
ammonia dan CO2 dalam lambung. Infeksi Hpylori menigkatkan sekresi
asam lambung melalui mekanisme yang melibatkan sitokin (seperti TNF-α).
NSAID menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna melalui
duamekanisme: iritasitopikal, dan inhibisi sistemik sintesis prostaglandin.
Siklooksigenase (COX) berperan dalam pembentukan Prostaglandin. COX
terdapat dalam dua bentuk: COX-1 dan COX-2. COX-1 menghasilkan
prostaglandin yang dapat melindungi mukosa saluran cerna, sedangkan
COX-2 merupakan enzim yang merespon stimulus inflamasi dan
menghasilkan prostaglandin yang berhubungan dengan inflamasi.
Penghambatan COX-1 dapat menyebabkan penurunan agregasi platelet dan
terjadinya pendarahan mukosasaluran cerna.
Komplikasi yang dapat terjadi dari tukak peptic adalah pendarahan
akibat erosi bagian ulkus hingga kearteri, perforasi, penetrasi hingga
kestruktur sekitar saluran cerna (pankreas, empedu, hati), dan obstruksi
akibat luka atau udem.
2. Guideline terapi
1. Terapi Non Farmakologi
a) Mengurangi penggunaan NSAID ,jika tidak dapat dihindari pakai dosis
efektif minimum atau dapat di ganti dengan parasetamol jika hanya
untuk analgetik pada nyeri kepala dan antipiretik, atau ganti NSAID
yang selektif menghambat COX 2 seperti nabumeton, dan etodolak atau
yang lebih selektif lagi seperti celecosib dan refecosib.
Uji klinis dengan selektif COX-2 inhibitor telah melaporkan penurunan
risiko ulkusgejala dan komplikasi GI atas sebesar 50% sampai 60% bila
dibandingkan dengan NSAID nonselektif
b) Mengurangi merokok
c) Pasien harus hindari makanan dan minuman (misalnya, makanan pedas,
kafein, dan alkohol) yang menyebabkan dispepsia atau yang
memperburuk gejala maag.
d) Mengkonsumsi makanan yang mengandung Probiotik
Probiotik (misalnya, strain Lactobacillus dan Bifidobacterium) dan
bahan makanan (misalnya, jus cranberry dan beberapa protein susu)
dengan komponen bioaktif telah digunakan untuk secara proaktif
mengendalikan H. pylori kolonisasi pada individu yang berisiko dan
mungkin memiliki peran dalam mengurangi peradangan mukosa dan
menyembuhkan tukak lambung.
2. Terapi Farmakologi
A. Proton Pump Inhibitor
1. Omeprazole
Indikasi :terapi Jangka pendek lukak doedenal dan yang tidak
memberi respon terhadap antagonis reseptor H2. Terapi janga pendek
tukak lambung. Refluk esofagitiserosif atau ulseratif. Terapi jangka
panjang sindromZollinger-Ellison
Mekanisme : menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H+/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung.
Efek Samping : Sakit kepala , diare , dan ruam kulit, pruritus ,
pusing, kelelahan ,sembelit , mual dan muntah , perut kembung ,
sakit perut , arthralgia , dan myalgia , urtikaria , dan mulut kering .
hipersensitivitas , mengantuk , dan vertigo , depresi.
Pemberian obat : Berikan sebelum makan.
2. Lansoprazole
Indikasi : Tukak Lambung, tukak duodenum, refluk esophagus
Mekanisme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H+/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung dan selanjutnya menghambat sekresi HCl
Efek Samping : Trombositopenia, glositis, diare, eosinophilia
Perhatian : Hamil dan laktasi
3. Rabeprazole
Indikasi :Tukak duodenum aktif, tukak lambung jinak
Mekanisme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H+/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung dan selanjutnya menghambat sekresi HCl.
Efek Samping : Sakit kepala, diare, mual, Nefritis, neuropsikiatri
Perhatian : Terapi jangka panjang harus dilakukan dibawah
pengawasan berkala.
Pemberian obat : Telan utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.
4. Pantoprazole
Indikasi : Terapi jangka pendek gaster dan terapi intestinal
Mekansme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H+/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung dan selanjutnya menghambat sekresi HCl.
Efek Samping : Gangguan fungsi hati, trombositopenia, nefritis,
reaksi sensitifitas kulit.
Pemberian obat : Berikan sebelum atau saat makan pagi.
5. Esomeprazole
Indikasi :Terapi refluk esophagitis erosif, terapi simtomayik GERd,
kombinasi terapi dengan antibakteri yang cocok untuk penyembuhsn
H.pylori.
Mekanisme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H+/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal
lambung dan selanjutnya menghambat sekresi HCl.
Efek samping : Nefritis, eksaserbasi vitiligo pada kulit.
B. H2 Antagonis
1. Simetidine
Indikasi: tukak lambung maag
Efek samping: pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare,
mengantuk.
Mekanisme : H2 reseptor antagonis memblok H2 reseptor dari sel
pariental gastrik/ lambung sehingga menghambat ekskresi lambung.
Metabolisme: dimeatabolisme di liver, diekskresikan di urin dan
feces
Sediaan : injeksi: 150 mg/ml
Oral solution (cairan) sirup : 300 mg/5ml
Oral tablet : 200, 300, 400, 800 mg/oral ; 400 mg per oral/ 12 hari ;
gastrik 800 mg per oral; 300 mg per oral 6 hari.
2. Famotidine
Indikasi: ulkus duodenum, terapi pemeliharaan ulkus duodenum
pada pasien yang baru sembuh dari ulkus aktif, sindroma zolliger
allison.
Mekanisme: Memblokir reseptor H2 sel parietal lambung,
menyebabkan penghambatan sekresi lambung.
Efek samping : sakit kepala, pusing, konstipasi, diare, artralgia,
trombositopenia, ruam kulit
Sediaan : Injeksi solution : 10 mg/ml ; 0,4 mg/ml
Oral suspensi : 45 mg/5 ml
Oral tablet : 10 mg ;20 mg; 40 mg
Tablet kunyah: 10 mg; 20mg
3. Ranitidine
Dosis : Pengobatan: 300mg/hari per oralPemeliharaan: 150mg/hari
per oral
Indikasi: Gastroesophageal, peptik ulser, Kondisihipersekresiasam
lambung, Esofagitis
Mekanisme Kerja: Ranitidin bekerja sebagai histamin H2-
antagonis, yaitu menghambat sekresi histamin yang dimediasi oleh
reseptor H2 seperti sekresi asam lambung dan pepsin.
Efek Samping Obat: sakit kepala,diare, pusing, reaksi
hipersensitivitas, mual, muntah,anemia, pankreatitis,
trombositopenia
4. Nizatidine
Dosis : Pengobatan: 300mg/hari per oral, Pemeliharaan: 150mg/hari
per oral
Indikasi: Duodenumulser, Pemeliharaanduodenumulkus
Mekanisme Kerja: Nizatidine bekerja sebagai histamin H2-
antagonis, yaitu menghambat sekresi histamin yang dimediasi oleh
reseptor H2 seperti sekresi asam lambung dan pepsin.
Efek Samping Obat: Sakit kepala, Nyeri perut, Ansietas,
Constipation, Insomnia, Anemia, Mual/muntah
C. Chelate dan kompleks
1. Sukralfat
Dosis : Dewasa :dosis awal untuk duodenal ulcer 1 g tiap 6 jam,
pemeliharaan 1 g tiap 12 jam
Indikasi : Terapi jangka pendek pada ulkus duodenum dan
gaster,gastritis kronis
Mekanisme Aksi :Sukralfat bekerja dengan cara melindungi mukosa
dari serangan asam pepsin pada tukak lambung dan duodenal setelah
membentuk kompleks dengan eksudat yang bersifat protein seperti
albumin dan fibrinogen pada lokasi tukak. Pada kondisi yang lebih
ringan, Sukralfat membentuk viscous sehingga memberikan
perlindungan pada permukaan mukosa lambung dan duodenum.
Efek Samping : Konstipasi (paling sering, sekitar 2%). ; mual,
muntah, kembung, mulut kering, gatal-gatal, sakit kepala, insomnia,
diare (sangat jarang, < 1%)
Farmakologi
Absorpsi : setelah pemberian oral, Sukralfat diabsorpsi dalam jumlah
kecil dari saluran cerna, kemungkinan disebabkan karena polaritas
yang tinggi dan kelarutan yang rendah dari Sukralfat pada saluran
cerna.2,7;Bioavailabilitas oral (lokal) : komponen disakarida 5%,
aluminium < 0.02%. (1);Distribusi (2) : distribusi ke dalam jaringan
dan cairan tubuh setelah absorpsi sistemik belum ditentukan. Studi
pada hewan, volume distribusi kurang lebih 20% dari berat
badan.;Ekskresi (1,2) : Sukralfat bereaksi dengan asam klorida
dalam saluran cerna, membentuk sukrosa sulfat yang tidak
dimetabolisme. ;Studi pada hewan menunjukkan 90% dosis oral
sukrosa sulfat diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui feses
dalam waktu 48 jam. ;Sejumlah kecil sukralfat (3-5%) diabsorpsi
sebagai sukrosa sulfat, diekskresi dalam bentuk tidak berubah
melalui urin dalam waktu 48 jam
Stabilitas Penyimpanan : tablet Sukralfat disimpan dalam wadah
tertutup rapat, pada suhu kamar dan stabil selama 2 tahun setelah
tanggal produksi. Suspensi Sukralfat disimpan pada suhu 15-300C,
hindari penyimpanan yang terlalu dingin (beku).
Parameter Monitoring : Berkurangnya rasa tidak nyaman pada
bagian perut/abdomen,perbaikan hasil endoskopik,CBC (Complete
Blood Count),;tanda-tanda dan gejala-gejala dari toksisitas
aluminium terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronis atau
pasien yang menjalani dialysis
Bentuk Sediaan : Suspensi 500 mg/5 ml, Tablet 500 mg
Peringatan :Antasida dapat digunakan sebagai tambahan pada terapi
dengan Sukralfat untuk mengurangi rasa sakit, tetapi sebaiknya tidak
diminum dalam waktu 30 menit sebelum atau setelah pemberian
sukralfat. ;Penderita gagal ginjal kronis dan pasien dialisis dapat
meningkatkan risiko akumulasi dan toksisitas aluminium.
Pengaruh Anak :Keamanan dan khasiat bagi anak-anak belum ada
informasi.
Pengaruh Kehamilan :Kategori B, tidak ditemukan bukti bahwa
obat yang mengandung aluminium seperti sukralfat dapat
mempengaruhi janin.
Pengaruh Menyusui :Sukralfat disekresi lewat ASI dalam jumlah
kecil, sehingga pemakaiannya perlu hati-hati. Tidak ditemukan data
pemakaian sukralfat pada manusia, dimungkinkan untuk bisa
digunakan.
Informasi Pasien :Diminum dalam keadaan perut kosong, 1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan sebelum tidur malam.
D. Analog Prostaglandin
1. Misoprostol
Dosis dewasa : oral untuk pelindung gastrointestinal selama terapi
NSAID 200 μg 4x sehari diminum bersama makanan.
Indikasi : untuk pencegahan dan pengobatan ulkus lambung akibat
pemakaian antiinflamasi non steroid
Mekanisme aksi : Misoprostol bersifat antisekretori dan
sitoprotektif yang dapat mencegah ulcer karena penggunaan NSAID
Efek Samping : diare yang tergantung dosis dan biasanya akan
sembuh dengan sendiri jika terapi terus berlangsung. Obat ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil karena dapat merangsang
kontraksi uterus. Sakit kepala, dyspepsia, mual, muntah.
Sediaan : Tablet 100 μg, 200μg
Peringatan : Untuk pasien yang menerima kortikosteroid atau
antikoagulan melaporkan perdarahan, muntah, sakit perutyang parah,
dan diare. Untuk perlindungan pada gastrointestinal, bahaya terapi
misoprostol dan risiko kegagalan kontrasepsi.
PENGOBATAN INFEKSI HELICOBACTER PYLORI .
H. pylori merupakan bakteri gram negatif yang telah dikaitkan dengan
gastritis. Selanjutnya dari grastritis akan mengalami perkembangan ulkus
lambung dan ulkus duodenum, adenokarsinoma lambung sertagastric B-cell
lymphoma(Suerbaum dan Michetti,2002). Karena H. pylori berperan penting
dalam patogenesis tukak lambung maka untuk membasmi infeksi ini dilakukan
perawatan standar pada pasien dengan ulkus lambung atau duodenum.Pada
pasien yang tidak menerima NSAID, standar perawatan ini hampir sepenuhnya
menghilangkan resiko kekambuhan ulkus.Pemberantasan H.pylori juga
diindikasikan dalam pengobatan limfoma jaringan limfoid mukosa pada perut
yang bisa terjadi secara signifikan setelah dilakukan pengobatan.
Berdasarkan tinjauan literatur, banyak rejimen yang telah diusulkan dan
menujukan rejimen yang ideal.Lima pertimbangan penting sangat
mempengaruhi pemilihan rejimen untuk mengatasi peptic ulcer dapat dilihat
dalam tabel 1 (Graham, 2000).Ketika memilih lini pertama pemberantasan
rejimen, kombinasi antibiotik harus digunakan yang memungkinkan
pengobatan lini kedua (jika perlu) dengan antibiotik yang berbeda.Antibiotik
yang paling ekstensif dipelajari dan ditemukan efektif dalam berbagai
kombinasi termasuk klaritromisin, amoxicillin, metronidazol dan tetrasiklin.
Meskipun antibiotik lain mungkin efektif, mereka tidak boleh digunakan
sebagai bagian dari awal rejimen H.pylori. Karena data yang kurang, ampicillin
tidak boleh menggantikan amoxicillin, dosisiklin serta tidak boleh
menggantikan tetrasiklin, azitromisin ataupun eritromisin tidak harus diganti
untuk klaritromisin. Rejimen terapi kedua adalah pompa pump inhibitor (PPI)
atau antagonis reseptor H2 yang secara signifikan meningkatkan efektivitas
dari rejimen antibiotik yang mengandung amoxicillin atau klaritromisin.
Rejimen ketiga dilakukan 10 sampai 14 hari.
E. Amoxicillin
Dosis Amoxicillin
- Dewasa, remaja, dan anak-anak (berat > = 40 kg): 500 mg setiap 12
jam atau 250 mg setiap 8 jam.
- Anak-anak dan bayi > 3 bulan (berat <40 kg): 20 mg / kg / hari,
diberikan dalam dosis sama setiap 8 jam atau 25 mg / kg / hari
diberikan dalam dosis sama setiap 12 jam.
1. Subjective
Ny. SM 36 thn MRS mengalami mual, muntah, nyeri perut seperti ditusuk
jarum, dan kepala sakit dari leher menjalar ke kepala.
Nyeri bagian lutut akibat jatuh dari tangga
2. Objective