0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
202 tayangan11 halaman

Laporan Analitik Argentometri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 11

I.

Nama Percobaan
Penentuan kadar NaCI menggunakan metode titrasi argentometri.

II. Tanggal Percobaan


02 Desember 2019.

III. Tujuan Percobaan


Menentukan kadar NaCI metode Mohr.

IV. Dasar Teori


Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil
reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut.
Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.
Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi.
(Khopkar, 1990).
Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat
dalam larutannya yang didasarkan pada pengukuran volumenya.
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas :
1. Asidimetri dan Alkalimetri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi
asam-basa.
2. Oksidimetri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi oksidasi-
reduksi.
3. Argentometri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi kresipilasi
(pengendapan dari ion Ag).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang
berarti perak. Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasarkan endapan ion Ag+ pada argentometri zat pemeriksaan yang
telah diberikan indikator. Dengan mengukur volume larutan standar
yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tetap diendapkan.
Kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Underwood, 1992 : 48).
Salah satu zat yang digunakan pada argentometri adalah K2CrO4.
Metode ini sering disebut metode Mohr. Metode Mohr dapat
digunakan untuk menetapkan kadar Cl (klorida) dan Br (brome) dalam
suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dengan indikator
K2CrO4 titrasi ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan
sedikit katalis pH 6,5-9,5. Dalam suasana asam perak kromat akan
larut karena akan terbentuk dikromat, dan dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida (Khopkar, 1990 : 37).
Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan
endapan dan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3
sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk
menentukan garam-garam halogen dan siaAnida. Karena kedua jenis
garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan
ion Ag. Sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCl + Ag+ → AgCl↓ + Na
KCl + Ag+ → AgCl↓ + K
KCN + Ag+ → K[Ag(CN)2]
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam
tersebut dapat digunakan sebagai larutan primer. Dalam titrasi
argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk garam kompleks
K[Ag(CN)2] karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh
Lieberg (Harizul, 1995 : 28).
Jika ion Cl ditambahkan dengan AgNO3 akan terbentuk endapan
perak klorida. AgCl yang seperti didih dan putih ia tidak larut dalam
air dan asam nitrat encer. Tetapi larut dalam amonia encer dan dalam
larutan-larutan kalium sianida dan dalam tiosulfat (Vogel, 1985 : 345).
Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk
menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini
terjadi pula pada titrasi Mohr, dan klorida dengan ion perak dimana
digunakan ion kromat yang kemerahan diambil sebagai titik akhir
(TE). Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat
dibedakan atas : (Purwono, 2009).
1. Metode Mohr
Metode Mohr (Pembentukan endapan berwarna) dapat
digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam
suasana netral dengan larutan AgNO3 dan penambahan K2CrO4
sebagai indikator. Pada metode ini, titrasi halide dengan
AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk
endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang
berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh
terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika
larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab
konsentrasi CrO4- berkurang. Pada kondisi yang cocok, metode
mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida
yang rendah.
Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus
lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama
titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat
dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan
garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)
2. Metode Volhard
Metode Volhard (Penentuan zat warna yang mudah larut)
digunakan dalam penentuan ion Cl-, Br-, dan I- dengan
penambahan larutan standar AgNO3. Titrasi Ag dengan NH4SCN
dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode
volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama
titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila
NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna
merah gelap [FeSCN]2+. Pada metode volhard, untuk menentukan
ion klorida suasana haruslah asam karena pada suasana basa
Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke
larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut
kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai
indikator. (Khopkar, 1990)
3. Metode Fajans
Metode Fajans (Indikator absorbsi) sama seperti cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan jenis indikator yang digunakan adalah
indikator absorbsi seperti Cosine atau Fluones. Dalam titrasi fajans
digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang
dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada
titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH. Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah
organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.

V. Alat dan Bahan


1. Alat :
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
 Labu takar 100 mL : 1 buah
 Buret 50 mL : 1 buah
 Erlenmeyer 250 mL : 3 buah
 Pipet volume 25 mL : 1 buah
 Statif dan klem : 1 buah
 Botol semprot : 1 buah

2. Bahan :
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
 Larutan AgNO3 0,1N
 NaCI
 K2CrO4 5%
VI. Prosedur Percobaan

10 mL Larutan NaCl
- Dimasukkan

Erlenmeyer 250 mL
- Ditambahkan

1 mL larutan K2CrO4

- Dititrasi

Larutan AgNO3

- Digojok
Diamati

VII. Tabel Hasil Pengamatan


Percobaan Hasil Pengamatan

Standarisasi • Larutan NaCl (berwarna bening) setelah


Larutan AgNO3 ditambahkan dengan 1 mL indikator
K2CrO4 mengalami perubahan warna larutan
menjadi kuning bening.

• Setelah dititrasi dengan AgNO3, larutan


berubah warna menjadi warna merah bata dan
terdapat endapan kekuningan dan merah bata.
Penetapan Kadar - Setelah ditambahkan dengan indikator
NaCl dalam Sampel K2CrO4, larutan yang semula bening berubah
menjadi warna kuning bening.
- Setelah dititrasi dengan AgNO3, warna
larutan berubah menjadi merah bata dan
terdapat endapan (butiran-butiran kecil) yang
juga berwarna merah bata
VIII. Reaksi
IX. Perhitungan
X. Jawaban Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan titrasi argentometri?
2. Jalaskan prinsip titrasi argentometri?
3. Jelaskan perbedaan, kekurangan dan kelebihan masing-masing
metode Mohr,Volhard,dan metode Fajans!
4. Apa yang dimaksud dengan garam?
5. Apa yang dimaksud dengan kelarutan? Jelaskan istilah ksp.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan larutan encer,larutan
pekat,larutan jenuh dan larutan lewat jenuh? Bagaimana cara
membuat larutan jenuh dan lewat jenuh?
7. Jelaskan bagaimana terjadinya? Terbentuknya suatu Kristal atau
endapan
Jawaban :
1. Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat
sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut
2. Menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang
membentuk endapan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
3. - Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna) : Titrasi ini
ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna dan titrasi
berlangsung dengan AgNO3. Metode Mohr Menggunakan
indikator K2CrO4 dan titran AgNO3.
Kekurangan : Hanya dapat dilakukan dengan kondisi larutan berada
pada pH dengan kisaran 7-10 disebabkan ion kromat adalah basa
konjugasi dari asam kromat.
Kelebihan : Titrasi argentometri dengan metode Mohr dapat
dipakai untuk menentukan konsentrasi ion Cl-, CN-, dan Br -.
- Metode Volhard (penentu zat warna yang mudah larut).
Menggunakan indikator Fe3+ dan titran KSCN.
Kekurangan : Kation pengganggu berupa Hg
Kelebihan : Dapat dipakai untuk titrasi perak dan larutan kosianat
standar.
- Metode fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat
perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang
digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine
atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh
Ag+ dan titran AgNO3.
Kekurangan : Reaksi rentan terhadap koagulasi.
Kelebihan : Titik akhir yang mudah didapat.
4. Garam merupakan senyawa netral yang dihasilkan dari reaksi
antara asam dan basa.
5. Kelarutan merupakan jumlah maksimum zat terlarut untuk dapat
larut dalam suatu pelarut. Ksp disebut sebagai Konstanta hasil kali
kelarutan atau biasanya disebut sebagai Hasil Kali Kelarutan. Jadi
yang dimaksud dengan Hasil Kali Kelarutan adalah konstanta
kesetimbangan zat ( garam atau basa) yang kelarutannya kecil di
dalam air.
6. - Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute
dibanding solvent.
- Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak
solute dibanding solvent.
- Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute
yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solut padatnya,
larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
Larutan jenuh dibuat dengan cara membuat suatu larutan dimana
digunakan zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya
kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut
- Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk
larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat
jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti
larutan lewat jenuh (mengendap).
- Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara membuat larutan
jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada cara ini zat terlarut
harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut panas
daripada dalam pelarut dingin.
7. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal yang terjadi pada
saat pembekuan, perubahan dari fase cair ke fase padat. Mekanisme
kristalisasi terjadi melalui dua tahap, yaitu pembentukan inti
(nucleation) dan pertumbuhan kristal (crystal growth).
- Tahap pembentukan inti
Dalam keadaan cair (temperatur relatif tinggi dan ada cukup
energi), atom-atom tidak memiliki susunan teratur tertentu, selalu
mudah bergerak. Setelah temperatur mulai turun, energi atom
semakin rendah dan makin sulit bergerak, serta mulai mengatur
kedudukan relatifnya terhadap atom lain, mulai membentuk inti
kristal dan lattice. Dengan semakin turunnya temperatur, semakin
banyak atom yang bergabung dengan inti yang sudah ada atau
membentuk inti baru. Setiap inti akan tumbuh menarik atom-atom
lain dari cairan atau dari inti yang tidak sempat tumbuh untuk
mengisi tempat kosong pada lattice yang akan terbentuk.
- Tahap pembentukan butir
Setelah proses ini selesai kristal-kristal ini bergabung dan
membeku dan mempunyai banyak jenis Kristal. Pada umumnya
pertumbuhan kristal tidak merata yang artinya pertumbuhan dalam
arah tertentu lebih cepat.

XI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan percobaan mengenai
Penentuan kadar NaCI menggunakan metode titrasi argentometri.
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu Menentukan kadar NaCI
metode Mohr. Titrasi merupakan metode analisa kimia secara
kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk
menentukan konsentrasi dari reaktan. Dalam titrasi terdiri atas titrat
dan titran. Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip
dasarnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran: tidak ada pengotor yang
mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu sampel yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator campur dengan larutan
standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume
larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
Dalam praktikum ini dilakukan titrasi pengendapan atau
argentometri dengan untuk menentukan kadar NaCl dalam garam
dapur dengan menggunakan metode Mohr. Konsentrasi ion klorida
dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan
standart AgNO3 0.1 N. Endapan putih AgNO3 akan terbentuk selama
proses titrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan K2CrO4
5%. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi
kuning. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion
Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indikator
membentuk endapan merah bata dari endapan Ag2CrO4. Penambahan
indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi
dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai
dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya
endapan putih secara permanen,setelah mencapai titik akhir titrasi
maka titrasi dihentikan. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana
sistem cenderung netral. Sedangkan dalam suasana basa,ion Ag+ akan
bereaksi dengan OH dari basa dan membentuk endapan AgCOH dan
selanjutnya teroksidasi menjadi H2O dengan reaksi:
2Ag + 2OH -------> H2O
Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dari AgNO3 dengan Cl-
dari NaCl akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang bewarna
putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion
Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang
ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata.
Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl.
Kedaan yang demikian dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol
grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl. Pemilihan indikator
dilihat juga dari kelarutan. Ion Cl- lebih dulu bereaksi daripada ion
CrO42-, kemungkinan karena perbedaan keelektronegatifan Ag+ dan Cl-
lebih besar dibandingkan Ag+ dan CrO42-. Selain itu, ion Cl- jika
bereaksi dengan Ag+ akan lebih mengendap karena kelarutannya
adalah Ksp AgCl = 1,82x1010, berdasarkan reaksi maka: Ksp AgCl =
S2
Reaksi yang terjadi sebagai berkut :
Ag+(aq) + Cl-(aq) => AgCl(s) ( terbentuk endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) => Ag2CrO4(s) (terbentuk warna merah bata)

XII. Kesimpulan
1. Agentometri merupakan titrasi pengendapan dengan menggunakan
larutan standar AgNO3 atau pengendapan kadar ion halida atau
kadar Ag itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dengan titran
AgNO3.
2. Metode titrasi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode
Mohr karena menggunakan K2CrO4 dengan AgNO3 sebagai
titrannya.
3. Larutan hasil titrasi terdapat endapat merah bata yang merupakan
Ag2CrO4 dan endapan putih merupakan garam NaCl.
4. Titik akhir titrasi ditentukan dengan berubahnya warna larutan dari
kuning menjadi merah bata.
5. Reaksi yang terjadi sebagai berkut :
Ag+(aq) + Cl-(aq) => AgCl(s) ( terbentuk endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) => Ag2CrO4(s) (terbentuk warna merah
bata)

Anda mungkin juga menyukai