Laporran KP Selesai

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dewasa ini,

telah banyak jenis konstruksi seperti bangunan-bangunan tinggi, jalan layang

(flyover), jembatan, bendungan, dermaga dan konstruksi-konstruksi lain yang

menggunakan pondasi tiang pancang. Tiang pancang yang umumnya digunakan

adalah tiang pancang beton prategang dan tiang pancang baja (steel pile). Tiang

pancang jenis ini telah dipakai secara luas sebagai suatu komponen struktur bagian

bawah yang serba guna.


Penggunaan tiang pancang baja dikenal begitu kuat sehingga mampu

menyangga beban dengan bobot yang sangat besar. Jenis material ini biasanya

digunakan sebagai pondasi bangunan yang berada dikawasan berair atau wilayah

dengan struktur tanah rapuh. Dengan pipa pancang baja, bangunan biasa berdiri

kokoh karena ujung tiang bawahnya sudah bersandar pada lapisan tanah keras

dibagian dalam bumi.


Penggunaan tiang pancang yang luas ini cukup manarik untuk dibahas,

terutama yang berkaitan dengan daya dukungnya yang dipengaruhi oleh kondisi tanah

dan batuan tempatnya berada. Dalam Kerja Praktek ini kami mengupayakan suatu

analisis tiang pancang yang berkaitan dengan kondisi geologi dari Pembangunan

Gedung PT INALUM ( Persero ) Gedung II, jl. Acces Road, Desa Kuala Tanjung,

Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.


Biaya yang dialokasikan untuk penyelidikan tanah dalam menyakinkan para

perencana konstruksi sebenarnya cukup besar, antara lain dengan melakukan investasi

1
tanah, penelitian uji Standart Penetration Test, sondir, dan uji pembebanan.

Sedangkan dari kenyataan di lapangan, walaupun sebelumnya telah dilakukan uji SPT

( Standart Penetration Test ) dan Sondir, masih juga dilakukan uji pembebanan pada

titik dimana dilakukan pekerjaan pemancangan untuk memberikan keyakinan lebih

tinggi perencana dan pelaksana kontruksi.


Pembangunan Gedung ini dibuat sebagai kantor dan ballroom yang baru PT

INALUM ( Persero ). Untuk meningkatkan efisiensi dan menunjang kemajuan

perusahaan tersebut.
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini kami mengamati secara langsung bagaimana

proses Pelaksanaan Pemancangan Tiang Pancang Pada Pembangunan Gedung PT

INALUM ( Persero ) yang dilaksanakan oleh penyediaan jasa PT PEMBANGUNAN

PERUMAHAN ( Persero ).

1.2 Ruang Lingkup Bidang Kegiatan Kerja Praktek


Ruang lingkup bidang kegiatan Kerja Praktek di PT PEMBANGUNAN

PERUMAHAN ( Persero ) adalah:


1. Pekerjaan Pendahuluan.
2. Pekerjaan Pemancangan.
3. Pekerjaan Penyelesaian.

1.3 Tujuan Kegiatan Kerja Praktek


Adapun tujuan diadakannya Kegiatan Kerja Praktek adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui metode pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang.
2. Untuk mengetahui alat-alat apa saja yang dipakai dalam melaksanakan

Pembangunan Pondasi Tiang Pancang.


3. Untuk mengetahui bagaimana cara melaksanakan pembangunan suatu proyek.
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk dan cara pelaksanaan

pemancangan.

2
5. Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas Mahasiswa sebagai persiapaan

menghadapi atau memasuki dunia usaha.

1.4 Manfaat Kegiatan Kerja Praktek


Adapun manfaat kerja Praktek untuk perusahaan, perguruan tinggi maupun

mahasiswa adalah sebagai berikut :


1. Perusahaan
a. Membantu mempermudah pekerjaan yang dilakukan oleh PT. PP
b. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merekrut calon kariawan

yang berkualitas professional dalam dunia kerja.


2. Perguruan Tinggi
Dengan diadakannya kegiatan ini dapat membina hubungan baik dan kerja

sama dengan perusahaan dan perguruan tinggi.

3. Mahasiswa
a. Mahasiswa mendapatkan keterampilan untuk melaksanakan program kerja

pada perusahaan.
b. Mendapatkan bentuk pengalaman kerja yang nyata serta permasalahan yang

dihadapi di dunia kerja.


c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab, kedisiplinan dan keaktifan dalam bekerja

agar dapat bersaing dalam menghadapi dunia usaha kedepannya.

1.5 Lokasi Kerja Praktek

3
PT.INALUM

Lokasi Proyek
PT.PELINDO Gedung PT INALUM

1.6 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek


Pelaksanaan Kerja Praktek pada PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN
( Persero ) dilaksanaan selama kurang lebih 2 bulan.

1.7 Manajemen Proyek


Manajemen

proyek adalah

sebuah disiplin

keilmuan dalam hal

perencanaan,

4
Pengorganisasian, pengelolaan (menjalankan serta pengendalian), untuk dapat

mencapai tujuan-tujuan proyek. Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat

sementara yang telah di tetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan

biasanya selalu di batasi oleh waktu, dan sering kali juga di batasi oleh sumber

pendanaan), untuk mencapai tujuan dan hasil yang yang sesuai spesifikasi teknik

perlu adanya program kerja yang matang.

Ada beberapa fungsi dasar manejemen proyek yaitu pembatasan,

perencanaan, perkiraan, penjadwalan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian

dan penutupan.
1. Perlingkupan (Scooping)- lingkup mendefinisikan batas-batas proyek
2. Perencanaan (Planning)- perencaan mengindentifikasikan tugas-tugas yang di

perlukan untuk menyelesaikan proyek.


3. Perkiraan (Estimating)- tiap tugas yang diperlukan untuk menyelesaikan

proyek harus diperkirakan.


4. Penjadwalan (Scheduling)- dengan diberikan rencana proyek, yaitu kapan

dimulai pelaksanaan pekerjaan dan kapan selesainya pekerjaan.


5. Pengorganisasian (Organizing)- orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan

proyek sesuai dengan jabatan dan tanggung jawab masing-masing.


6. Pengarahan (Directing)- manajer proyek harus mengarahkan aktivitas-

aktivitas tim .
7. Pengontrolan (Controling)-fungsi tersulit dan terpenting seorang manajer

adalah mengontrol proyek. Yang sebagai tolak ukurnya adalah time schedule
8. Penutupan (Closing)- manajer proyek yang baik selalu menilai keberhasilan

dan kegagalan pada kesimpulan proyek.

5
Fungsi-fungsi diatas tergantung pada komunikasi antar personal yang

berkesinambungan diantara para manajer proyek, tim dan manajer-manajer yang

terlibat.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tiang Pancang

Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu, beton

dan baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan) beban-beban

permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah di dalam massa tanah

(Bowles, 1991).

6
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah

yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing

capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja

padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung

yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja berada pada

lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991).

Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau

mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah

keras yang letaknya sangat dalam. Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya

dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle

pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Sudut kemiringan

yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta

disesuaikan pula dengan perencanaannya.

Tiang pancang menurut Bowles umumnya digunakan :

1. Untuk memikul beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui

sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral

boleh jadi terlibat.


2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak

ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang

kaki-kaki menara terhadap guling.


3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui

kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang

pancang ini dapat ditarik keluar kemudian.

7
4. Mengontrol lendutan/ penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak

berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya

tinggi.
5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol

amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.


6. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir,

khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.


7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas

permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal

seperti ini adalah mengenai tiang pancang ditanam sebagian dan yang

terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban lateral.

2.2 Jenis dan Keadaan Tanah Pendukung Pondasi

Tanah merupakan kumpulan partikel-partikel yang ukurannya beraneka

ragam. Tanah dihasilkan sebagai produk sampingan dari pelapukan batuan secara

mekanis dan kimiawi yang sebagian dari partikel-partikel ini diberikan nama khusus

seperti kerikil, lanau, lempung dan sebagainya.

Tanah terdiri dari butiran partikel padat disertai air dan udara yang mengisi

ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.Tanah sebagai media

pendukung pondasi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis

dan keadaan tanahnya. Berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah

antara lain : ukuran butiran, berat jenis, kadar air, kerapatan, angka pori, dan lain

sebagainya yang dapat diketahui melalui penyelidikan laboratorium.

8
Tanah mempunyai sifat kemampatan yang sangat besar jika dibandingkan

bahan konstruksi seperti baja atau beton. Hal ini disebabkan tanah mempunyai rongga

pori yang besar, sehingga bila dibebani melalui pondasi maka akan mengakibatkan

perubahan struktur tanah (deformasi) dan terjadi penurunan pondasi. Bila penurunan

yang terjadi terlalu besar dapat mengakibatkan kerusakan pada konstruksi diatasnya.

Berlainan dengan bahan-bahan konstruksi yang lain, karakteristik tanah ini

didominasikan oleh karakteristik mekanisnya seperti kekuatan geser dan

permeabilitas (kemampuan mengalirkan air).

Mengingat kemampatan butir-butir tanah atau air secara teknis sangat kecil,

maka proses deformasi tanah akibat beban luar dapat dipandang sebagai suatu gejala

penyusutan pori. Jika beban yang bekerja pada tanah kecil, maka deformasi ini terjadi

tanpa pergeseran pada titik-titik sentuh antara butir-butir tanah. Deformasi

pemampatan tanah yang terjadi memperlihatkan gejala elastis, sehingga bila beban-

beban yang bekerja ditiadakan, tanah akan kembali ke bentuk semula. Tetapi

umumnya beban-beban yang bekerja cukup besar dan mengakibatkan pergeseran titik

sentuh antara butir-butir tanah, sehingga terjadi deformasi pemampatan. Deformasi

yang demikian disebut deformasi plastis, karena bila beban ditiadakan tanah tidak

akan kembali ke bentuk semula.

Air dalam pori pada tanah yang jenuh air perlu dialirkan supaya penyusutan

pori itu sesuai dengan perubahan struktur butir-butir tanah yang terdeformasi.

Mengingat kemampuan mengalirkan air (permeabilitas) tanah kohesif lebih kecil dari

permeabilitas tanah kepasiran, maka pengaliran keluar ini membutuhkan waktu yang

9
lama. Maka untuk mencapai keadaan deformasi yang tetap diperlukan jangka waktu

yang lama, gejala demikian disebut konsolidasi.

Nilai kekuatan geser tanah menunjukkan besarnya kekuatan daya dukung

tanah tersebut. Nilai kekuatan geser tanah ini dipengaruhi oleh kohesi tanah dan sudut

geser tanah. Bila gaya geser bekerja pada suatu massa tanah dimana bekerja pula

tegangan normal (σ), maka harga tegangan geser (τ) akan membesar akibat deformasi

sampai mencapai harga batas. Bila harga batas ini dihubungkan dengan tegangan

normal (σ) yang berbeda-beda, maka akan diperoleh suatu garis lurus. Kekuatan geser

tanah ini dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

τ = c + σ tan ϕ ..............……..…………………………............................(2.1)

dimana :
τ : Kekuatan geser tanah ( kg/cm2)
c : Kohesi tanah (kg/cm2)
σ : Tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm²)
ϕ : Sudut geser tanah (º)

Nilai kohesi (c) merupakan besaran dari gaya tarik menarik antara butiran

partikel tanah, sedangkan sudut geser tanah (ϕ) merupakan tahanan terhadap

pergeseran partikel tanah. Besarnya nilai c dan ϕ pada suatu contoh tanah dapat

diketahui melalui pengujian geser tanah di laboratorium mekanika tanah.


Kekuatan geser tanah dapat dibagi dalam nilai yang tergantung pada tahanan

geser antara partikel tanah dan kohesi permukaan butiran partikel tanah tersebut.

Sesuai dengan hal tersebut diatas, sering kali tanah itu dibagi menjadi tanah kohesif

dan tanah yang tidak kohesif. Tanah yang tidak kohesif adalah pasir yang mempunyai

harga c = 0. Tanah yang kohesif adalah tanah lempung. Kohesi dari lempung

10
disebabkan oleh gaya lekat dari tanah dan sifat-sifat dari air yang diserap pada

permukaan partikel. Bila tanah berada pada keadaan tidak jenuh meskipun tanah itu

tidak kohesif, tetapi sifat kohesif kadang-kadang dapat terlihat sebagai tegangan

permukaan dari air yang terdapat dalam rongga tanah. Jadi kekuatan geser tanah

berubah sesuai dengan jenis dan kondisi tanahnya.

2.3 Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah merupakan suatu tahapan awal yang dilakukan sebelum

proses pemancangan pondasi, diperlukan suatu pondasi yang baik untuk mendapatkan

suatu konstruksi bangunan yang kokoh. Penyelidikan tanah dilakukan dilapangan dan

laboratorium guna mengetahui kondisi tanah secara menyeluruh dengan detail dan

terperinci. Sehingga akan mempermudah perhitungan desain pondasi yang benar,

aman dan ekonomis. Ada beberapa aspek yang didapat dari penyelidikan tanah atau

soil investigation adalah sebagai berikut:

1. Kedalaman tanah keras atau hard/dense soil dan daya dukungnya.


2. Mengamati level atau letak muka air tanah.
3. Mengetahui secara detail dan terperinci profil lapisan tanah dan deskripsi

tanah.
4. Mendapatkan nilai SPT ( Standart Penetration Test)
5. Analisa teknis yang menghasilkan daya dukung setiap lapisan tanah, sebagai

dasar dalam mendesain pondasi.

11
Perlu diketahui kedalaman muka air tanah dengan teliti agar dapat

memudahkan pelaksanaan pembangunan pondasi dan dapat menganalisis dengan

tepat stabilitasnya.

2.3.1 Data Sondir (Sondering Test)

Secara geologi tanah terdiri dari berbagai jenis karakteristik yang berbeda-

beda. Pada kedalaman yang berbeda kekuatan daya dukungnya akan berbeda pula.

Untuk mengetahui kekuatan setiap lapisan tanah dapat dilakukan penyelidikan di

lapangan dengan menggunakan alat sondir. Pemeriksaan sondir yang dimaksudkan

untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang

merupakan indikasi dari kekuatan tanah.

Alat sondir juga dapat menentukan perbedaan kekuatan lapisan tanah untuk

kedalaman yang berbeda. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah

terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Hambatan lekat

adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam

gaya per satuan panjang. Hasil penyelidikan dengan alat sondir ini pada umumnya

digambarkan dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara kedalaman

setiap lapisan tanah dengan besarnya nilai sondir yaitu perlawanan penetrasi konus.

Dilihat dari kapasitasnya alat sondir dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

sondir ringan (2 ton) dan sondir berat (10 ton). Sondir ringan dipergunakan untuk

mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm², atau kedalaman maksimal 30 m, cukup

12
tepat dipakai untuk penyelidikan tanah terdiri dari lapisan lempung, lanau dan pasir

halus, sedangkan sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500 kg/cm² atau

kedalaman maksimal 50 m, cukup tepat dipakai untuk melakukan penyelidikan tanah

di daerah yang terdiri dari lempung padat, lanau padat dan pasir kasar. Dari hasil

sondir diperoleh nilai jumlah perlawanan (JP) dan nilai perlawanan konus (PK),

sehingga hambatan lekat (HL) dapat dihitung sebagai berikut :

1. Hambatan Lekat (HL)

HL = ( JP-PK ) x A/B...….………………………….…….............…. .(2.2)

2. Jumlah Hambatan Lekat (JHL)

JHL = .…......………………………........………………...…..(2.3)

3. Jumlah Hambatan Setempat (JHS)


JHS = HL/10...………………………………….............……............... (2.4)

Dimana :
JP : Jumlah perlawanan (kg/cm²)
PK : Perlawanan konus (kg/cm²)
A : Tahapan pembacaan (setiap kedalaman 20 cm)
B : Faktor alat (10)
i : Kedalaman (m)

2.3.2 Standard Penetration Test (SPT)

13
Standard Penetration Test adalah sejenis percobaan dinamis dengan

memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah. Dengan

percobaan ini akan diperoleh kepadatan relative (relative density), sudut geser tanah

(ϕ) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N). Hubungan kepadatan relatif, sudut geser

tanah dan nilai N dari pasir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Hubungan Dr, ϕ dan N dari Pasir

Sudut geser dalam (


Nilai N Kepadatan relative (Dr)

Menurut Peck Menurut Meyerhof

0–4 0,0 - 0,2 Sangat lepas < 28,5 < 30

4 – 10 0,0 – 0,4 Lepas 28,5 – 30 30 – 35

10 – 30 0,4 – 0,6 Sedang 30 – 36 35 – 40

30 – 50 0,6 – 0,8 Padat 36 – 41 40 – 45

> 50 0,8 – 0,1 Sangat padat > 41 > 45

(Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir, 1983)

Tabel 2.2 Hubungan N dengan Dr untuk Tanah Lempung

Relative density (Dr) N

14
Very soft/ Sangat lunak 2

Soft/ Lunak 2–4

Medium/ Kenyal 4–8

Stiff/ Sangat kenyal 8 – 15

Hard/ Keras 15 – 30

Padat > 30

(Sumber : Pile Foundations In Engineering Praktice, Shamsher Prakash, 1990)

SPT yang dilakukan pada tanah tidak kohesif tapi berbutir halus atau lanau,

yang permeabilitasnya rendah, mempengaruhi perlawanan penetrasi yakni

memberikan harga SPT yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang

permeabilitasnya tinggi untuk kepadatan yang sama. Hal ini mungkin terjadi bila

jumlah tumbukan N > 15, maka sebagai koreksi Terzaghi dan Peck (1948)

memberikan harga ekivalen N0 yang merupakan hasil jumlah tumbukan N yang telah

dikoreksi akibat pengaruh permeabilitas yang dinyatakan dengan :

N0 = 15 + ½ (N-15) ……….……………………........................……..............(2.5)
Gibs dan Holtz (1957) juga memberikan harga ekivalen N0 yang merupakan

hasil jumlah tumbukan N yang telah terkoreksi akibat pengaruh tekanan berlebih

yang terjadi untuk jenis tanah dinyatakan dengan :

N0 = N ……………………………………….........................................(2.6)

15
Dimana σ : tegangan efektif berlebih, yang tidak lebih dari 2,82 kg/cm².

Dari pelaksanaan pengujian dengan metode SPT, maka angka N dari suatu

lapisan dapat diketahui dan dari angka tersebut dapat ditentukan karakteristik suatu

lapisan tanah seperti pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk Penentuan Harga N

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan


Klasifikasi
dipertimbangkan

Hal yang perlu Unsur tanah, variasi daya dukung vertical (kedalaman

dipertimbangkan secara permukaan dan susunannya), adanya lapisan lunak

menyeluruh dari hasil - hasil (ketebalan lapisan yang mengalami konsolidasi atau

survey sebelumnya penurunan), kondisi drainase dan lain-lain

Berat isi, sudut geser dalam,


Tanah pasir
ketahanan terhadap penurunan
(tidak kohesif)
Hal-hal yang perlu dan daya dukung tanah

diperhatikan langsung
Tanah lempung Keteguhan, kohesi, daya dukung

(kohesif) dan tahanan terhadap hancur

(Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir, 1983)

16
Harga N diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk memperhitungkan daya

dukung tanah. Daya dukung tanah tergantung pada kuat geser tanah. Hipotesis

pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb yang dinyatakan seperti

pada persamaan 2.1.Untuk mendapatkan harga sudut geser tanah dari tanah tidak

kohesif (pasiran) biasanya dapat dipergunakan rumus Dunham (1962) sebagai

berikut:

1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir

bersegi-segi dengan gradasi tidak seragam, mempunyai sudut geser sebesar :


Φ = ……………………………………………...............(2.7)

Φ = ………………………………………….......…........(2.8)
2. Butiran pasri bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya adalah :

Φ = 0,3 N + 27 …………………………........……………….……..(2.9)

Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan

untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan antara angka penetrasi

standard dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir, secara

perkiraan dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Hubungan antara Angka Penetrasi Standard dengan


Sudut Geser Dalam dan Kepadatan Relatif Pada Tanah Pasir

17
Sudut geser
Angka penetrasi
Kepadatan relative Dr
(%) dalam
standard, N
(º)

0–5 0–5 26 – 30

5 – 10 5 – 30 28 – 35

10 – 30 30 – 60 35 – 42

30 – 50 60 – 65 38 – 46

(Sumber : Braja M. Das – Noor Endah, Mekanika Tanah, 1985)

Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak

mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (tabel 2.5). Harga berat isi

yang dimaksud sangat tergantung pada kadar air.

Tabel 2.5 Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah

Tanah tidak Harga N < 10 10-30 30-50 > 50

kohesif Berat isi γ KN/m3 12-16 14-18 16-20 18-23

Tanah Harga N <4 4-15 16-25 > 25

kohesif Berat isi γ KN/m3 14-18 16-18 16-18 > 20

(Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir, 1983)

Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah, hal

ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir.

18
Tanah dibawah muka air mempunyai berat isi efektif yang kira-kira setengah berat isi

tanah di atas muka air. Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik,

dapat dinilai dari ketentuan berikut ini : Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N >

35 dan lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 – 4 kg/cm² atau harga SPT,

N > 15.

Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi bukan

merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir lebih dapat

dipercaya dari pada percobaan SPT Perlu menjadi catatan bagi kita bahwa jumlah

pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai N1 tidak dihitung karena permukaan tanah

dianggap sudah terganggu. Sedangkan nilai N2 dan N3 diambil jumlah pukulan pada

lapisan berikutnya, sehingga nilai N’ = N2 + N3 dan jika nilai N’ > 15 maka :

N = 15 + ½ (N’ – 15) .......……………………..................................................(2.10)

2.3.3 Boring Test


Boring test dilakukan sesuai dengan standart ASTM desaignation. Hasil yang

didapatkan dari bor mesin lebih teliti dibandingkan dengan DCPT karena dapat

menembus lapisan tanah keras atau batu sampai kedalaman lebih dari 60 meter.

Panjang contoh max yang didapat dari bor mesin adalah 1,5 meter. Untuk

memperoleh contoh tanah yang maksimal maka mata bor harus sesering mungkin

dicabut dan pada lapisan tanah kohesif dan mudah lepas lubang bornya harus

dipasang casing agar contoh asli dapat diambil disetiap kedalaman tanah yang

diinginkan serta disimpan di dalam peti contoh (core box). Pada boring test

pengambilan contoh tanah dibagi menjadi 2 yaitu :

19
1. Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample ). Tanah terganggu

diambil tanpa adanya usaha-usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur

tanah asli. Tanah ini dipergunakan untuk percobaan properties index, yaitu

:Atterberg Limit, Berat Jenis dan Analisa Saringan.


2. Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample). Tanah asli

adalah tanah yang masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah yang ada dan

tidak mengalami perubahan dalam strukturnya, kadar ais dan susunan kimianya.

Tanah ini dipergunakan untuk percobaan engineering properties, yaitu :

permebilitas, konsolidasi dan Direct Shear.


2.4 Jenis dan Kriteria Pemakaian Tiang Pancang
Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa

macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas

beberapa hal :
1. Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas
3. Kondisi tanah tempat bangunan didirikan
4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas

Dari beberapa macam tipe pondasi yang dapat digunakan, salah satu

diantaranya adalah pondasi tiang pancang. Pondasi tiang pancang berfungsi untuk

memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi diatasnya kelapisan

tanah yang lebih dalam.

Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi

bangunan sangat tergantung pada kondisi :

1. Tanah dasar dibawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misal

pembangunan lepas pantai).

20
2. Tanah dasar dibawah bangunan tidak mampu memikul beban bangunan yang

ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari

permukaan tanah.
3. Pembangunan diatas tanah yang tidak rata.
4. Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas.
5. Jenis tiang pancang dapat dikelompokkan menurut cara pemindahan beban

kedalam tanah dan menurut beban yang digunakan.


2.4.1 Tiang Pancang Berdasarkan Pemindahan Beban

Jenis tiang pancang ini memindahkan beban ke dalam tanah melalui tahanan

ujung (Point Bearing Pile) dan melalui tahanan kulit (Friction Pile). Point Bearing

Pile adalah tiang pancang dengan tahanan ujung yang pemancangannya sampai

kelapisan tanah keras, pada umumnya dipergunakan pada tanah lunak. Friction pile

adalah tiang yang meneruskan beban kedalam tanah melalui gesekan kulit atau skin

friction. Pemakaian tiang pancang ini umumnya dilakukan pada tanah berbutir halus

dan sukar menyerap air. Pada umumnya dilapangan dijumpai tipe tiang yang

merupakan kombinasi dari Point Bearing Pile dengan Friction Pile, keadaan ini

terjadi karena tanah merupakan kombinasi tanah berbutir kasar dengan tanah berbutir

halus.

2.4.2 Tiang Pancang Berdasarkan Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan pada pembuatan tiang pancang antara lain : tiang

pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang pancang komposit.

Pemakaian dari keempat tiang pancang ini berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan,

sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

1. Tiang Pancang Kayu

21
Tiang pancang kayu dibuat dari kayu yang biasanya diberi pengawet dan

dipancangkan dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Tapi

biasanya apabila ujungnya yang besar dipancangkan, dimaksudkan untuk tanah yang

sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang

kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat

dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.

Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu tersebut

dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari

kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang

selalu berganti-ganti.

Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya

akan menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, dan tidak dapat

melindungi dalam jangka waktu yang lama. Pada pemakaian tiang pancang kayu

biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton

untuk setiap tiang.

Adapun keuntungan pemakaian tiang pancang kayu adalah sebagai berikut:

 Tiang pancang kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan.
 Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan

tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton precast.
 Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk

lagi kedalam tanah.


 Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk end

bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.


 Karena tiang pancang kayu ini relatif fleksibel terhadap arah horizontal

dibandingkan dengan tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini

22
menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan

melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut hilang.

Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping

dari kapal dan perahu.

Adapun kekurangan pemakaian tiang pancang kayu adalah sebagai berikut:

 Karena tiang pancang ini harus selalu terletak dibawah muka air tanah yang

terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya

sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.


 Tiang pancang yang dibuat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil

dibandingkan dengan tiang pancang yang dibuat dari baja atau beton terutama

pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
 Padawaktu pemancangan pada tanah yang berbatu ujung tiang tiang pancang

kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur.
 Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus maka pada waktu dipancangkan akan

menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan.


 Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur

yang menyebabkan kebusukan.

2. Tiang Pancang Beton

Tiang pancang beton terdiri dari beberapa jenis. Adapun jenis-jenisnya adalah

sebagai berikut :

a. Precast Renforced Concrete Pile

Precast Renforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton bertulang

yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat

23
lalu diangkat dan di pancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis

dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar,

maka tiang pancang beton ini haruslah diberi penulangan-penulangan yang cukup

kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan

pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak

dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport. Tiang

pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal ini

tergantung dari dimensinya.Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini

panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari

pada tiang ini kurang terpaksa harus di lakukan penyambungan, hal ini adalah sulit

dan banyak memakan waktu. Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa

lingkaran, segi empat, segi delapandapat dilihat pada (Gambar 2.1).

24
Gambar 2.1 Tiang Pancang Beton Precast Concrete Pile
(Sumber : Bowles 1991)

Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:

 Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal

ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan.


 Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile maupun friction

pile.
 Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah

seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang

banyak untuk poernya.


 Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air

maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk

melindungi tulangannya.

Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile adalah:

 Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu

Precastreinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.


 Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti memerlukan

waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan

dam bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit

dan memerlukan waktu yang lama.


 Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini

tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk

25
melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung

khusus.
b. Precast Prestressed Concrete Pile

Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang

menngunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya

Gambar 2.2 Tiang Pancang Precast Prestressed Concrete Pile


(Sumber : Bowles, 1991)

Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile adalah:

 Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.

 Tiang pancang tahan terhadap karat.

 Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.

Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile adalah:

 Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.

26
 Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.

 Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.

c. Cast in Place Pile

Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan

jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah

seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini

dapat dilaksanakan dua cara:

 Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan

beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.


 Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan

beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.

Keuntungan pemakaian Cast in Place adalah:

 Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjaan.


 Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.
 Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.

Kerugian pemakaian Cast in Place adalah:

 Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor

akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.


 Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
 Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

3. Tiang Pancang Baja

Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. karena terbuat dari

baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan

27
dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton

precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita

memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.

Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture

tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.

 Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang

terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati

keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.


 Pada tanah liat ( clay ) yang mana kurang mengandung oksigen maka akan

menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena

terendam air.
 Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang

padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka lapisan pasir tersebut juga

akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.

Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat

dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition ( keadaan

udara pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan

organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja

tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20” (± 60 cm

) dari muka air tanah terendah.

Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian

tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada

konstruksi baja biasa.

28
Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja adalah:

 Tiang pancang ini mudah dalam hal penyambungannya.


 Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
 Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.

Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja adalah:

 Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.


 Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.

4. Tiang Pancang Komposit.

Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan

yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-

kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian

bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka

air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan

kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.

2.4.3 Pondasi Tiang Pancang Menurut Pemasangannya

Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar

yaitu:

1. Tiang pancang pracetak

29
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam

acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan

dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :

a. Cara penumbukan dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah

dengan cara penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).


b. Cara penggetaran dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah

dengan cara penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).


c. Cara tekan dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan

cara ditekan masuk kedalam tanah dengan menggunakan dongkrak hidraulis

( hidraulic static pile driver ).


d. Cara penanaman dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai

kedalaman tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi

ditimbun lagi dengan tanah. Cara penanaman ini ada beberapa metode yang

digunakan :
 Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah

sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.


 Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah

dari bagian dalam tiang.


 Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah

dengan memberikan tekanan pada tiang.


 Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang

keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan

kedalam tanah.

2. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)

30
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik

penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :

a. Cara penetrasi alas, yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian

pipa baja tersebut dicor dengan beton.


b. Cara penggalian, cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang

digunakan antara lain :


 Penggalian dengan tenaga manusia.
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah

penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara

konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada

umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman tertentu.


 Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah

penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan

lebih baik dan lebih canggih.

2.5 Ukuran Tiang Pancang


Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi dua, yaitu :

2.5.1 Minipile (Ukuran Kecil)

Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan

bertingkat rendah dan tanah relatif baik. Ukuran dan kekuatan yang ditawarkan

adalah :

1. Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28 dan 32.


2. Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20 x 20 dan 25 x 25.
3. Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 28 mampu menopang

beban 25 – 30 ton.
4. Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 32 mampu menopang

beban 35 – 40 ton.

31
5. Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 mampu menopang

tekanan 30 – 35 ton.
6. Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 25 x 25 mampu menopang

tekanan 40 – 50 ton.

2.5.2 Maxipile (Ukuran Besar)

Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile) dengan

> 30 cm. Tiang pancang ini digunakan untuk menopang beban yang besar pada

bangunan bertingkat tinggi. Bahkan untuk ukuran 50 x 50 dapat menopang beban

sampai 500 ton. (Sumber :www.belajarsipil.blogspot.com)

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Tiang Pancang

Adapun kelebihan tiang pancang adalah sebagai berikut :

1. Karena dibuat dengan sistem pabrikasi, maka mutu beton terjamin.


2. Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.
3. Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling

tiang.
4. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua

atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat.


5. Harga relatif murah bila dibanding pondasi sumuran.
6. Mengerjakannya lebih mudah.
7. Tidak mengganggu pada sekitarnya bila memakai pancang Hydraulik.

Adapun kekurangan tiang pancang adalah sebagai berikut :

1. Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena faktor

angkutan.
2. Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.

32
3. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya menjadi jauh

lebih mahal.
4. Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan bila memakai

hammer pancang.

2.7 Jarak dan Susunan Tiang

Jarak antara tiang pancang di dalam kelompok tiang akan mempengaruhi

kapasitas daya dukung kelompok tiang. Bila beberapa tiang dikelompokkan dengan

jarak yang saling berdekatan maka tegangan tanah akibat dari gesekan tiang dengan

tanah mempengaruhi daya dukung tiang yang lain. Jarak minimum antara dua tiang

adalah : S > 2 D, dimana S = jarak antara tiang dan D = diameter tiang. Daftar acuan

peraturan berdasarkan kekuatan tiang dapat dilihat pada tabel 2.6.

2.8 Alat Pemancangan

Jack-in pile system merupakan suatu cara pemancangan tiang yang

pelaksanaannya dengan menekan tiang pancang ke dalam tanah dengan menggunakan

dongkrak hydraulic yang diberi beban counter weight agar alat pancang tidak

terangkat dan membantu memancang tiang hingga tercapai daya dukung desainnya.

Pergerakan alat jack-in pile ini ada dua macam, tipe dengan roda crawler dan

tipe ‘robot’. Pada project ini menggunakan tipe robot dengan kapasitas maksimum

alat pancang 368 ton. Tipe ini memiliki moving set up antar titik yang lebih lambat

apabila dibandingkan dengan tipe beroda.

Kelebihan proses pemancangan menggunakan jack-in pile antara lain :

33
1. Tidak bising dan tidak menghasilkan polusi asap yang cukup berarti bila

dibandingkan dengan penggunaan diesel hammer

2. Tidak menimbulkan getaran disekeliling lokasi pemancangan sehingga aman

untuk bangunan di sekitarnya.

3. Dengan menggunakan alat pancang dengan sistem jack-in pile ini tidak mungkin

terjadi keretakan pada kepala pada tiang dan juga tidak mungkin terjadi necking

(lekukan pada pondasi) seperti sistem bored-pile.

4. Estimasi daya dukung tiang dapat langsung dilihat dari hasil bacaan pressure

gauge yang ada pada alat jack-in pile, karena mesin jack-in pile dilengkapi

dengan pressure gauge (umumnya dalam satuan MPa).

Diesel hammer merupakan alat dengan kinerja paling sederhana diantara alat-alat

lain yang digunakan untuk memasang tiang pancang. Bentuknya berupa silinder

dengan piston atau ram yang berfungsi untuk menekan tiang pancang. Selain itu,

teradapat dua mesin diesel yang menggerakan piston ini. Bagian-bagian lain dari alat

ini adalah tangki untuk bahan bakar, tangki untuk pelumas, pompa bahan bakar,

injector dan mesin pelumas agar piston dapat bekerja dengan lancar. Saat bekerja,

mesin diesel akan memberikan tekanan pada udara dalam silinder. Tekanan udara

yang bertambah ini akan menggerakkan piston yang akan memukul tiang pancang.

2.9 Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang pancang

34
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,

aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan

konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat

membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga

target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Tahapan

pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :

1. Persiapan dan proses pemancangan

Secara garis besar siklus kerja alat jack-in pile selama proses pemancangan

adalah sebagai berikut :

a. Mengikat dan mengangkat tiang pancang pertama.


b. Memutar atau memindahkan tiang pancang pertama (bergerak secara

horizontal) ke titik pancang, kemudian memasukkan tiang pancang pertama

ke pile clamping box (jepitan tiang kotak) yang ada pada alat.

c. Setting ketegak-lurus an (verticality) tiang pancang terhadap titik pancang.

d. Melakukan penetrasi tiang pancang ke dalam tanah dengan cara menekan

tiang pancang tersebut.

e. Penekanan tiang pancang hingga sisa tiang +/- 80 cm dari permukaan tanah

untuk kemudian dilakukan penyambungan.

f. Pengambilan tiang pancang kedua (sambungan).

g. Pengangkatan, memindahkan ke titik pancang, memasukkan ke pile clamping

box, kemudian setting verticality terhadap titik pancang dan tiang pancang

yang sudah terpancang.

35
h. Pengelasan sambungan. Menekan tiang pancang sambungan. Bila diperlukan

dilakukan pengambilan dan pemasangan dolly untuk membantu menekan

tiang pancang.

i. Pemancangan tiang dilakukan hingga tercapai daya dukung desain tiang atau

hingga kapasitas alat jack-in pile sudah tercapai (biasanya hingga alat

terangkat). Bergerak ke titik pancang berikutnya.

2. Persiapan alat, setting titik, pengangkatan dan menekan tiang pancang

Persiapan awal adalah penentuan titik pancang berdasarkan gambar teknis

yang diberikan. Penandaan titik pancang bisa dengan menggunakan cat atau dengan

memasang patok dari kayu atau besi. Alat pancang jack-in pile ini memiliki dua

posisi jepitan tiang pancang untuk melakukan tekanan pada saat penetrasi tiang

pancang ke dalam tanah. Posisi tersebut ada di ujung alat dan di tengah alat (disebut

grip ujung dan grip tengah). Pada pelaksanaan proyek ini pada awal pemancangan

memakai grip ujung. Namun karena hasil tekanan yang terbaca pada pressure gauge

yang telah dikonversikan ke dalam daya dukung tiang hasilnya tidak memenuhi daya

dukung desain, maka proses pemancangan tiang selanjutnya dengan menggunakan

grip tengah.

Perbedaan dasar dari grip ujung dan grip tengah antara lain :

 Posisi pemancangan dan ruang gerak yang diperlukan oleh alat pancang. dengan

menggunakan grip ujung, maka alat jack-in pile ini akan memerlukan ruang

gerak yang lebih sedikit, cocok untuk pemancangan titik-titik pancang yang

sangat berderkatan dengan bangunan yang sudah ada (existing)

36
 Kapasitas alat dengan grip ujung kapasitas yang dicapai hanya 70% dari

kapasitas alat total.

Pemeriksaan verticality (ketegak-lurusan tiang) harus terus dilakukan selama

proses pemancangan. Penyimpangan arah vertical dibatasi tidak lebih dari 1 : 75 dan

penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm. Pengamatan di

lapangan pada saat sebelum menekan tiang pancang dan selama proses pemancangan

dapat dilakukan dengan menggunakan waterpass. Waterpass ditempelkan ke tiang

pancang yang sedang ditekan. Selama proses pemancangan, operator pancang kami

berdiri sangat dekat dengan alat pancang, bahkan ada yang berada di kolong alat

pancang ini. Karena cara kerja jack-in pile dengan menekan, maka tidak akan ada

getaran, ledakan atau cipratan oli seperti pada diesel hammer sehingga relatif aman.
Operator tersebut berada di bawah untuk memastikan tiang pancang ditekan

secara tegak lurus. Cara ini cukup efektif untuk menjaga tiang tetap tegak selama

pemancangan. Namun, karena mereka tidak menggunakan radio untuk berkomunikasi

dengan operator yang menjalankan mesin yang berada di atas, maka mereka harus

berteriak cukup keras agar bisa didengar (suara mesin diesel dari alat jack-in pile ini

cukup berisik juga kalau ada di bawah seperti itu).


Perangkat kecil yang sering terlupa pada saat akan memulai pemancangan

menghambat proses pengelasan dan pemancangan secara umum.adalah plat baja

sebagai alas alat pancang, bila tanah di titik pemancangan kondisinya lembek.

Ketiadaan plat ini bisa berakibat pada mundurnya dan makin lamanya durasi pancang

karena operator pancang tidak ingin alat pancangnya amblas apabila dipaksakan

memancang tanpa alas.

37
3. Penyambungan tiang pancang

Sambungan antar tiang pancang dengan menggunakan sambungan las.

Pengelasan antar tiang pancang dilakukan pada pelat baja (bevel) yang sudah tersedia

pada ujung badan tiang. Proses penyambungan tiang pancang harus dikontrol agar

diperoleh hasil sambungan yang baik dan yang terpenting verticality (ketegak-

lurusan) tiang tetap terjaga.

Kontrol pada saat proses pengelasan sambungan tiang pancang antara lain :

a. Bahan dan alat las harus dalam kondisi bagus.


b. Material las (kawat las) sebaiknya sama untuk setiap penyambungan tiang

pancang, agar kualitas pengelasan akan sama tiap tiang pancang. Pengelasan

harus dilas keliling di tiap sisi tiang pancang.


c. Setelah selesai pengelasan sisa karbon harus dibersihkan dengan cermat.
d. Untuk mempercepat proses pengelasan, terutama untuk tiang pancang dengan

dimensi besar misalnya spun pile diameter diatas 500, bisa menggunakan 2 alat

las dan 2 tenaga las.


e. Untuk memudahkan proses pengelasan tiang, maka tiang pancang yang sedang

dipancang disisakan +/- 80 cm dari permukaan tanah.

Untuk membantu proses pemancangan apabila tiang pancang sudah sedikit

tenggelam ke dalam tanah dan akan mencapai tanah keras digunakan alat bantu

pemancangan yang disebut Dolly.

Tiang pancang yang di-dolly harus merupakan tiang pancang yang sudah sedikit

lagi mencapai tanah keras. Tanda bahwa tiang pancang sudah mendekati tanah keras

dapat diketahui dari panjang tiang yang tertanam sudah mendekati kedalaman desain

dan bacaan pressure gauge jack in pile.

38
4. Penghentian Pemancangan

Parameter yang digunakan sebagai acuan bahwa pemancangan tiang bisa

dihentikan :

a. Bacaan tekanan pada pressure gauge sudah mencapai tekanan maksimum (dial di

manometer tidak naik lagi ) dimana apabila nilai tersebut dikonversikan ke daya

dukung tiang, maka daya dukung desain tiang telah terpenuhi.


b. Alat jack-in pile terangkat dan bila dilakukan penetrasi lagi sudah tidak mampu

lagi.

Setelah proses pemancangan dihentikan, selanjutnya dilakukan pencatatan

(record) yang berisi tinggi tiang tertanam dan bacaan tekanan dari pressure gauge alat

pancang.

2.10 Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek

Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)

macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :

1. Tiang dukung ujung (end bearing pile).


Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya

ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam

zona tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai

mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang

diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya

39
ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang

(Gambar 2.3a).
2. Tiang gesek (friction pile).
Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih

ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya

(Gambar 2.3b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya

diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.

(a) (b)

Gambar 2.3 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya


(Sumber : Hardiyatmo, 2002)

2.11 Daya Dukung Aksial Pondasi Tiang Pancang

Daya dukung aksial tiang terdiri dari daya dukung ujung tiang dan daya dukung

akibat gesekan sepanjang tiang yang dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan

sebagai berikut :

Qu = Qp + Qs …....…………………….........……................………………..(2.11)

Qall = Qu / FS.…..…...…………….........………….............……………….....(2.12)

dimana :

40
Qu : Daya dukung ultimit (ton)

Qall : Daya dukung ijin tiang (ton)

Qp : Daya dukung ujung tiang (ton)

Qs : Daya dukung gesekan sepanjang tiang (ton)

FS : Faktor keamanan

1. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir

Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT)

seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes

yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan

dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau

sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan

kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang

(pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung

(bearing capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai, guna

menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya

dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

Qu = Qp + Qs = qp.Ap + f.As …………………....................……….............(2.13)

dimana :

Qu : Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.

Qp : Kapasitas tahanan di ujung tiang.

Qs : Kapasitas tahanan kulit.

41
qp : Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.

Ap : Luas di ujung tiang.

F : Satuan tahanan kulit persatuan luas.

As : Luas kulit tiang pancang.

Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Q u) dipakai Metode

Aoki dan De Alencar.

Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit

dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (q p) diperoleh sebagai

berikut :

qp = ..………………………….……..............……….......…(2.14)
dimana : qca(base) : Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D

dibawah ujung tiang.


Fb : Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiang.
Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :αs

F = qc (side) ……………………….........……..................………….(2.15)

dimana : qc (side): Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.

Fs : Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiang.

Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.7 dan nilai-nilai faktor empiric αs

diberikan pada Tabel 2.8.

Tabel 2.7 Faktor mpiric Fb dan Fs

Tipe Tiang Pancang Fb Fs

42
Tiang Bor 3,5 7,0

Baja 1,75 3,5

Beton Pratekan 1,75 3,5


(Sumber : Titi & Farsakh, 1999)

Tabel 2.8 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda

Tipe Tanah αs(%) Tipe Tanah αs(%) Tipe Tanah αs(%)

Pasir 1,4 Pasir berlanau 2,2 Lempung berpasir 2,4

Pasir berlanau Lempung berpasir


Pasir kelanauan 2,0 2,8 2,8
dengan lempung dengan lanau

Pasir kelanauan Lempung berlanau


2,4 Lanau 3,0 3,0
dengan lempung dengan pasir

Pasir berlempung 2,8 Lanau 3,0 Lempung berlanau 4,0

dengan lanau berlempung

dengan pasir
(Sumber : Titi & Farsakh, 1999)

Lanjutan Tabel 2.8 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda

Lanau
Pasir berlempung 3,0 3,4 Lempung 6,0
berlempung

Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen dan

nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.

43
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian

sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.

Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :

Qult = qc x Ap + JHL x Kt …….......................……………….......………….(2.16)

dimana :

Qult : Kapasitas daya dukung tiang pancang.

qc : Tahanan ujung sondir.

Ap : Luas penampang tiang.

JHL : Jumlah Hambatan Lekat.

Kt : Keliling tiang.

Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus :

Qijin = + ……......................………………………....………(2.17)

dimana : Qijin : Kapasitas daya dukung ijin pondasi.

qc : Tahanan ujung sondir.

Ap : Luas penampang tiang.

JHL : Jumlah Hambatan Lekat.

Kt : Keliling tiang.

44
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi

kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan

maksud :

a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang

digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas

tanah.

c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban

yang bekerja.

d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau

kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.

e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih

dalam batas toleransi.

Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-pengujian

beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai

sedang (600 mm), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih

kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).

2. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil SPT

Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang didasarkan pada data

uji lapangan SPT (Standard Penetration Test) dihitung berdasarkan metode

Meyerhoff yaitu sebagai berikut :

Daya dukung ujung tiang pada tanah non-kohesif :

45
Qp = 40 x N-SPT x Lb/D x Ap 400 x N-SPT x Ap ……............................….(2.18)

dimana :

Qp : Tahanan ujung ultimate (kN)

Ap : Luas penampang tiang pancang

Daya dukung selimut tiang pancang pada tanah non-kohesif :

Qs = 2 x N-SPT x p x Li ………........................…....……………………….....(2.19)

dimana :

Li : Panjang lapisan tanah (m)

P : Keliling tiang (m)

Daya dukung ujung tiang pada tanah kohesif untuk tiang pancang dan tiang bor :

Qp = 9 x cu x Ap ………………………………….........................………...….(2.20)

dimana :

Ap : Luas penampang tiang (m2)

cu : Kohesi undrained (kN/m2) (N-SPT x 2/3 x 10)

Daya dukung selimut tiang pada tanah kohesif :

Qs = α x cu x p x Li …………………..…..................................………………..(2.21)
dimana :
α : Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
cu : Kohesi undrained (kN/m2)
p : Keliling tiang (m)
Li : Panjang lapisan tanah (m)

46
Gambar 2.4 Grafik hubungan α dengan cu
(Sumber : Das,1998)

2.12 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Data Parameter Kuat Geser

Tanah

Berdasarkan hasil pemeriksaan tanah melalui beberapa percobaan akan

didapatkan nilai berat isi tanah (γ) nilai kohesif tanah (c) serta nilai sudut geser tanah

Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang pada tanah pasir dan silt

didasarkan pada data parameter kuat geser tanah, ditentukan dengan perumusan

sebagai berikut :

1. Daya dukung ujung pondasi tiang pancang (end bearing)

47
a. Untuk tanah kohesif :
Qp = Ap . cu .Nc* ………………........………………………...............(2.22)
dimana :

Qp : Tahanan ujung pesatuan luas (ton).

Ap : Luas penampang tiang pancang (m2).

cu : Undrained cohesion (kN/m2).

Nc*: Faktor daya dukung tanah, untuk pondasi tiang pancang nilai

Nc* : 9 (Whitaker and Cooke, 1966).

Untuk mencari cu (undrained cohesion) dapat digunakan persamaan dibawah ini :

α* = 0,21 + 0,25 1 …………….............................…………………....(2.23)

dimana :

α* : Faktor adhesi = 0,4

Pa : Tekanan atmosfer = 1,058 ton/ft2 = 101,3 kN/m2

b. Untuk tanah non kohesif :

Qp = q' . Nq* . Ap ………………………………………........................(2.24)

dimana :

Qp : Tahanan ujung persatuan luas (ton).

Ap : Luas penampang tiang pancang (m²).

q' : Tekanan vertikal efektif (ton/m²)

q' : γd . L

Nq*: Faktor daya dukung tanah

48
Meyerhoff mengusulkan korelasi antara dan Nq* seperti terlihat pada gambar 2.5

berikut ini :

Gambar 2.5 Faktor Nq* (Meyerhoff)


(Sumber : Das,1998)

2. Daya dukung selimut tiang pancang (skin friction)

Qs = f . p .L ………..………………………….............……..........…. (2.25)

dimana :

f : Tahanan satuan skin friction (ton/m²).

L : Panjang lapisan tanah (m).

p : Keliling tiang (m).

Qs : Daya dukung selimut tiang (ton).

a. Pada tanah kohesif :

49
f = αi* . cu ……………….........……….…....………………………..… (2.26)

dimana :

αi* : Faktor adhesi, 0,55 (Reese & Wright, 1977).

cu : Undrained cohesion (ton/m²).

b. Pada tanah non-kohesif :

f = K. . tan ……………………………....…........…………........ (2.27)

dimana :

K : Koefisien tekanan tanah, K = 1 – sin

σv' : Tegangan vertikal efektif tanah (kN/m²)

σv' : γ . L’

L’ : 15D

D : Diameter

: 0,8 .

2.13 Penurunan Tiang

Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai

penurunan, yaitu :

1. Besarnya penurunan yang akan terjadi.


2. Kecepatan penurunan.

Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik

tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan

50
yang tidak seragam lebih membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya.

Contoh-contoh bentuk penurunan dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Contoh kerusakan bangunan akibat penurunan


(Sumber : Hardiyatmo,1996)

c. Pada gambar (a), dapat diperhatikan jika tepi bangunan turun lebih besar dari

bagian tengahnya, bangunan diperkirakan akan retak-retak pada bagian

tengahnya.
d. Pada gambar (b), jika bagian tengah bangunan turun lebih besar, bagian atas

bangunan dalam kondisi tertekan dan bagian bawah tertarik. Bila deformasi yang

terjadi sangat besar, tegangan tarik yang berkembang dibawah bangunan dapat

mengakibatkan retakan-retakan.
e. Pada gambar (c), penurunan satu tepi/sisi dapat berakibat keretakan pada bagian

c.
f. Pada gambar (d), penurunan terjadi berangsur-angsur dari salah satu tepi

bangunan, yang berakibat miringnya bangunan tanpa terjadi keretakan pada

bagian bangunan.

Selain dari kegagalan kuat dukung (bearing capacity failure) tanah, pada

setiap proses penggalian selalu dihubungkan dengan perubahan keadaan tegangan

51
didalam tanah. Perubahan tegangan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk,

pada umumnya hal ini yang menyebabkan penurunan pada pondasi (Hardiyatmo,

1996).

Menurut Poulus dan Davis (1980) penurunan jangka panjang untuk pondasi

tiang tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah

relatif kecil. Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan terhadap kuat

dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari keduanya

(Hardiyatmo, 2002).

Perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan :

a. Untuk tiang apung atau tiang friksi:

S = ……….........……………………………………………….......(2.28)

dimana :
I = Io . Rk .Rh . Rµ
b. Untuk tiang dukung ujung :

S = ………..........…………………………………………...............(2.29)

dimana :
I = Io . Rk .Rh . Rµ
dengan :
S : Penurunan untuk tiang tunggal.
Q : Beban yang bekerja.
Io : Faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak mudah mampat
(Gambar 2.7).
Rk : Faktor koreksi kemudah mampatan tiang (Gambar 2.8).

52
Rµ : Faktor koreksi angka Poisson (Gambar 2.9).
Rh : Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras

(Gambar 2.10).
Rb : Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung (Gambar 2.11).
h : Kedalaman total lapisan tanah dari ujung tiang ke muka tanah.
D : Diameter tiang.

Gambar 2.7 Faktor Penurunan Io


(Sumber : Poulos dan Davis)

53
Gambar 2.8 Koreksi Kompresi, Rk
(Sumber : Poulos dan Davis)

Gambar 2.9 Koreksi angka Poisson,


(Sumber : Poulos dan Davis)

54
Gambar 2.10 Koreksi kedalaman, Rh
(Sumber : Poulos dan Davis)

Gambar 2.11 Koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb


(Sumber : Poulos dan Davis)

55
Pada gambar 2.8, 2.9 dan 2.11 K adalah suatu ukuran kompresibilitas relatif dari

tiang dan tanah yang dinyatakan oleh persamaan :

K = ............................................................................................................ (2.30)

dimana :

RA =

dengan :

K : Faktor kekakuan tiang.

Ep : Modulus elastisitas dari bahan tiang.

Es : Modulus elastisitas tanah disekitar tiang.

Eb : Modulus elastisitas tanah didasar tiang.

Perkiraan angka Poisson (µ) dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.9 Perkiraan angka poisson (µ)

Macam Tanah µ

Lempung jenuh 0,4 – 0,5

Lempung tak jenuh 0,1 – 0,3

Lempung berpasir 0,2 – 0,3

Lanau 0,3 – 0,35

Pasir padat 0,2 – 0,4

56
Pasir kasar 0,15

Pasir halus 0,25


(Sumber : Hardiyatmo,1996)

Berbagai metode tersedia untuk menentukan nilai modulus elastisitas tanah

(Es), antara lain dengan percobaan langsung ditempat yaitu dengan menggunakan data

hasil pengujian kerucut statis (sondir). Karena nilai laboratorium dari Es tidak sangat

baik dan mahal untuk mendapatkan (Bowles,1977). Bowles memberikan persamaan

yang dihasilkan dari pengumpulan data pengujian kerucut statis (sondir), sebagai

berikut :

Es = 3qc (untuk pasir) ………………………................................(2.31a)

Es = 2 sampai 8qc (untuk lempung)……………………...............................(2.31b)

Dari analisa yang dilakukan secara mendetail oleh Meyerhoff, untuk nilai

modulus elastisitas tanah dibawah ujung tiang (Eb) kira-kira 5-10 kali harga modulus

elastisitas tanah di sepanjang tiang (Es). Untuk tiang elastis; Penurunan Segera/Elastis

(Immediate/Ellastic Settlement). Penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa tanah

yang tertekan, dan terjadi pada volume konstan. Termasuk penurunan pada tanah-

tanah berbutir kasar dan tanah-tanah berbutir halus yang tidak jenuh, karena

penurunan terjadi segera setelah terjadi penerapan beban. Persamaan penurunan

segera atau penurunan elastis dari pondasi yang diasumsikan terletak pada tanah yang

homogen, elastis dan isotropis pada media semi tak terhingga, dinyatakan dengan :

S = …………………………......................………………………......(2.32)

57
dimana : Q : Beban yang bekerja.

Qs : Tahanan gesek.

ξ : Koefisien skin friction.

Ep : Modulus elastisitas tiang.

2.14 Penurunan Elastis Tiang Tunggal

Penurunan tiang di bawah beban kerja vertical (Q w) disebabkan oleh 3 faktor

berikut :

S = S1 + S2 + S3 ……........……………………........................………………… (2.33)

Dimana :

S : Penurunan tiang total

S1: Penurunan batang tiang

S2: Penurunan tiang akibat beban titik

S3: Penurunan tiang akibat beban yang tersalur sepanjang batang

Berikut ini adalah prosedur untuk menentukan ketiga faktor penurunan tiang:

1. Menentukan S1

Jika diasumsikan bahwa bahan tiang adalah elastic, maka deformasi batang

tiang dapat dievaluasi dengan menggunakan prinsip-prinsip mekanika bahan :

S1 = …………………......................…………………………… (2.34)

dimana :
Qwp :Beban yang dipikul ujung tiang dibawah kondisi beban kerja.
Qws : Beban yang dipikul kulit tiang dibawah kondisi beban kerja.

Ap : Luas penampang tiang.

58
L : Kedalaman tiang.
Ep : Modulus elastisitas tiang.
Besarnya bergantung pada sifat distribusi tahanan kulit sepanjang batang

tiang. Jika distribusi f adalah seragam atau parabola, seperti pada gambar 2.12(a) dan

(b), adalah 0,5. Namun untuk distribusi f dalam bentuk segitiga [Gambar 2.12(c)],

nilai sekitar 0,67 (Vesic,1977).

Gambar 2.12 Jenis distribusi tahanan kulit sepanjang tiang

2. Menentukan S2

Penurunan tiang yang ditimbulkan oleh beban pada ujung tiang dapat

dinyatakan dalam bentuk yang sama seperti yang diberikan dalam pondasi dangkal :

S2 = …….......……………………........................………...(2.35)

qwp = Qwp/Ap

dimana :

D : Lebar atau diameter tiang.

qwp : Beban titik per satuan luas ujung tiang.

Es : Modulus elastisitas tanah dibawah tiang.

59
: Nisbah Poisson tanah.

Iwp : faktor pengaruh

Untuk tujuan praktis, Iwp dapat ditentukan sama dengan αr sebagaimana

digunakan pada penurunan elastic pondasi dangkal. Vesic (1977) juga mengajukan

suatu metode semiempiris untuk menentukan besarnya penurunan S2. Metode itu

dapat dinyatakan dalam rumus berikut :

S2 = .................................................................................................(2.36)

dimana :

qp : tahanan ujung batas tiang.

Cp : koefisien empiris.

Tabel 2.10 Nilai Tipikal Cp (dari Design of Pile Foundation by A.S. Vesic,1977)

Jenis Tanah Tiang Pancang Tiang Bor

Pasir (padat ke lepas) 0,02 – 0,04 0,09 – 0,018

Lempung (kaku ke lunak) 0,02 – 0,03 0,03 – 0,06

Lanau (padat ke lepas) 0,03 – 0,05 0,09 – 0,12


(Sumber : Vesic, 1977)

60
3. Menentukan S3

Penurunan tiang yang ditimbulkan oleh pembebanan pada kulit tiang dapat

diberikan dengan rumus berikut :

S3 = ……….....…………............……………….(2.37)

dimana :

p : keliling tiang.

L : panjang tiang yang tertanam.

Iws : faktor pengaruh.

Perlu dicatat bahwa suku Qws/pL pada persamaan di atas adalah nilai rata-rata

f di sepanjang batang tiang. Faktor pengaruh Iws dapat dinyatakan dengan sebuah

hubungan empiris yang sederhana sebagai (Vesic,1977)

Iws = 2 + 0,35 ……………............………...........…………………..(2.38)

Vesic (1977) juga mengajukan sebuah hubungan empiris sederhana untuk

menentukan S3sebagai :

S3 = ……............…...………………………….......…………….(2.39)

61
dimana :

Cs : sebuah konstanta empiris

Cs : (0,93 + 0,16 Cp. Nilai Cp dapat diperoleh dari tabel 2.9.

2.15 Penurunan Diizinkan

Penurunan yang diizinkan dari suatu bangunan bergantung pada beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis, tinggi, kekakuan dan fungsi bangunan

serta besar dan kecepatan penurunan serta distribusinya. Rancangan dibutuhkan untuk

dapat memperkirakan besarnya penurunan maksimum dan beda penurunan yang

masih dalam batas toleransi. Jika penurunan berjalan lambat, semakin besar

kemungkinan struktur untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan yang terjadi

tanpa adanya kerusakan strukturnya oleh pengaruh rangkak (creep). Oleh karena itu,

dengan alasan tersebut, kriteria penurunan pondasi pada tanah pasir dan pada tanah

lempung berbeda.

Karena penurunan maksimum dapat diprediksi dengan kecepatan yang

memadai, umumnya dapat diadakan hubungan antara penurunan diizinkan dengan

penurunan maksimum. Dimana syarat perbandingan penurunan yang aman yaitu :

Stotal Sizin

Sizin = 10 % . D …………………………………..........................…………… (2.40)

dimana D : Diameter tiang.

62
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

Pada bab ini akan dijelaskan proses pengamatan yang dilakukan praktikan
dilapangan tentang pekerjaan pondasi tiang pancang, selama pembangunan proyek
Gedung Inalum.

3.1 Data Umum Proyek


Nama Proyek : Pembangunan Gedung PT Inalum (Persero) Kuala
Tanjung
Pemilik Proyek : PT Inalum (persero)
Jenis Konstruksi : Konstruksi Gedung
Lokasi : Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten
Batubara, Provinsi Sumatera Utara

3.2 Data Teknis Proyek


Data teknis mengenai proyek Pembanguna Gedung PT. Inalum (Persero) Desa
Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara
adalah sebagai berikut :
a. Luas lahan : 23 504,00 M2
b. Gross Floor Area (GFA) : Kantor 35 736,66 M2 Ballroom 4
551,83 M2
c. Elevasi : Terdalam -6,75 Tertinggi +38,00

63
d. Jumlah Lantai : Gedung Kantor, 8 Lantai, 1 Atap
Balroom 3 Lantai
e. Jenis Pondasi Pendukung : Square Pile
f. Dimensi Pondasi : 40 x 40 cm
g. Panjang Pondasi Bottom : 9m
h. Panjang Pondasi Middle : 6m
i. Panjang Tiang Dolly : 9m
j. Daya Dukung Desain : 56,08 ton
k. Mutu Beton Pancang : K-600

3.3 Jenis Pekerjaan yang Terdapat di Perjanjian Kerja


a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah dan Urugan
c. Pekerjaan Pondasi
d. Pekerjaan Test pile
e. Pekerjaan Galian Tanah
f. Pekerjaan Dewatering
g. Pekerjaan Pile Cap dan Tie Beam
h. Pekerjaan Gwt / Stp
i. Pekerjaan Pengecoran
j. Pekerjaan Kolom
k. Pekerjaan Pengecoran
l. Pekerjaan Tangga
m. Pekerjaan Shearwall
n. Pekerjaan Struktur Atap
o. Pekerjaan Arsitektur
p. Pekerjaan Dinding Bata, Plesteran, Dinding Partisi, pengecetan, Pintu,
Jendela, dll
q. Pekerjaan Struktur Lantai 1 (Elevasi + 0,00)
r. Pekerjaan Struktur Lantai 2 (Elevasi + 6,00)

64
s. Pekerjaan Struktur Lantai 3 (Elevasi + 10,00)
t. Pekerjaan Struktur Lantai 4 (Elevasi + 14,00)
u. Pekerjaan Struktur Lantai 5 (Elevasi + 18,00)
v. Pekerjaan Struktur Lantai 6 (Elevasi + 22,00)
w. Pekerjaan Struktur Lantai 7 (Elevasi + 26,00)
x. Pekerjaan Struktur Lantai 8 (Elevasi + 30,00)
y. Pekerjaan Struktur Atap (Elevasi + 34,00) & Atap Crown (Elevasi + 38,80)

Adapun dalam hal ini kami hanya mengikuti proses pekerjaan pondasi tiang
pancang dengan jenis Square Pile dengan ukuran 40 x 40 cm sebagai tiang pancang
pendukung dikarenakan tiang pancang sebelumnya mengalami pergeseran.

3.4 Pekerjaan Pemancangan

Hydraulic Static Pile Driver ( HSPD ) merupakan suatu cara pemancangan


pondasi tiang yang pelaksanaannya dengan menekan tiang pancang ke dalam tanah
dengan menggunakan dongkrak hydraulic yang diberi beban counter weight agar alat
pancang tidak terangkat dan membantu memancang tiang hingga tercapai daya
dukung desainnya.

Pada proses pemancangan tiang dengan menggunakan Hydraulic Static Pile


Driver ( HSPD ), Pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran serta gaya tekan
dongkrak hidraulis langsung bisa dibaca melalui sebuah manometer sehingga
besarnya gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertenntu dapat diketahui.
Kapasitas Alat Pemancangan HSPD yang digunakan ini yaitu 368 ton, Pemilihan Alat
tersebut telah disesuaikan dengan desain load / beban rencana tiang pancang.

Pada pelaksanaan Pemancangan yang kami amati yaitu pemancangan Tiang


Pancang Pendukung yang dikarenakan pada pemancangan sebelumnnya terjadi
pergeseran tanah yang mengakibatkan seluruh tiang pancang pada satu area dalam

65
pekerjaan proyek tersebut menjadi bergeser seluruhnya dan harus dilakukan
pemancangan ulang.

3.5 Tahap Persiapan


Dalam tahap ini yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu adalah pengukuran
yaitu menentukan titik pertama yang akan dipancang, memberi tanda ukuran per
meter pada Tiang Pancang Dolly, setting alat HSPD ,dan persiapan stockyard tiang
pancang .
Penempatan alat tersebut agar tidak jauh dengnan lokasi pengerjaan agar
mempermudah pekerjaan dan tidak memakan banyak waktu.
Peralatan-peralatan untuk pekerjaan pemancangan Tiang Pancang antara lain :
a. Alat Pancang HSPD kapasitas 368 ton
b. Excavator
c. Mobil Crane
d. Travo Las + Kawat Las
e. Theodolite + Kelengkapan

a. Excavator

Excavator berfungsi sebagai pekerjaan pematangan dan perataan lahan


sebelum dilakukan pemancangan , selain itu excavator juga difungsikan sebagai alat
untuk membawa/mengangkat tiang pancang dari stock yard tiang pancang ke titik
pemancangan.

66
Gambar 3.1 Excavator

b. Alat Pancang HSPD kapasitas 368 ton

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) merupakan suatu cara pemancangan


pondasi tiang yang pelaksanaannya dengan menekan tiang pancang ke dalam tanah
dengan menggunakan dongkrak hydraulic yang diberi beban counter weight agar alat
pancang tidak terangkat dan membantu memancang tiang hingga tercapai daya
dukung desainnya.

Gambar 3.2 Alat Pancang HSPD kapasitas 368 ton

c. Mobile Crane

Mobile
Crane

67
berfungsi untuk mengangkut tiang pancang yang sudah jadi dari pabrik untuk dibawa
ke lokasi proyek. Mobile Crane juga dapat menurunkan langsung tiang pancang yang
dibawa ke area penurunan tiang pancang/stock yard pancang tanpa menggunakan alat
bantu sehingga dapat mempermudah pekerjaan.

Gambar 3.3 Mobile Crane

d. Travo Las + Kawat Las

Travo Las + Kawat Las berfungsi sebagai alat untuk menyambung plat pada
tiang pancang dengan cara pengelasan secara merata pada joint plate antara tiang
pancang yang akan disambung.

Gambar 3.4 Trafo Las + kawat Las

e. Theodolite + Kelengkapan

68
Theodolite + Kelengkapan berfungsi sebagai alat pengukuran seluruh titik
pemancangan,lalu kemudian dibuat patok/tanda di setiap titik yang akan dipancang.

Gambar 3.5 Theodolite + Kelengkapan

3.5.1 Flow Chart Pekerjaan


Tahapan pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang Pendukung dapat dilihat dari
Flow Chart Pekerjaan yang sudah direncanakan.

69
Gambar 3.6 Flow Chart Pekerjaan

3.5.2 Setting Alat HSPD


Setting alat dilakukan pada lokasi penempatan yang telah direncanakan untuk
mempermudah pekerjaan pemancangan .Setting alat dilakukan sebelum pemancangan
dimulai untuk memastikan keadaan alat siap untuk digunakan agar tidak ada kendala
dalam proses pelaksanaan pemancangan.

70
Gambar 3.7 Site Plan Setting Alat

3.5.3 Penentuan Titik Pancang

Dalam tahap ini yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu adalah pengukuran
yaitu menentukan seluruh titik pemancangan, lalu membuat patok atau tanda di setiap
titik yang akan dipancang, Pekerjaan ini dilakukan oleh team surveyor sesuai gambar
rencana atau shop drawing .Pekerjaan ini menggunakan alat Theodolite/TS. Titik
Pancang Pendukung yang dilaksanakan akan dirincikan dalam gambar untuk
mengetahui Tiang pancang aktual/tiang pancang sebelumnya, tiang pancang geser,
dan tiang pancang yang sedang dilaksanakan yaitu Tiang Pancang square pile 40 x 40
cm.

71
Gambar 3.8 Denah Tiang Pancang

3.5.4 Alur Pemancangan


Pelaksanaan pemancangan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat , agar pelaksanaan pemancangan efisien baik dalam estimasi waktu
maupun pelaksanaan pekerjaan. Adapun shop drawing dari alur pemancangan
untuk memperjelas tahapan pemancangan.

72
Gambar 3.9 Denah Alur Pemancangan Square Pile

3.5.5 Pelaksanaan Pemancangan

Adapun Tahapan Pelaksanaan Pemancangan yaitu :

 Stock Yard Tiang Pancang & Pengecekan Tiang Pancang , Daya dukung
Square Pile ukuran 40 x 40 = 56,08 MPa

Gambar 3.10 Stock Yard Tiang Pancang

73
 Penempatan Alat HSPD di Lapangan
Penempatan alat HSPD harus sejajar dengan permukaan tanah dengan melihat
nivo yang berada di ruang operator.

Gambar 3.11 Alat HSPD

 Pengangkatan Tiang Pancang

Proses pemancangan dimulai dengan tiang pancang diangkat dengan bantuan


service crane yang tergabung dalam unit HSPD dan dimasukkan peralatan ke dalam
lubang pengikat tiang atau yang disebut clamping box, kemudian sistem jack-in
akan naik dan mengikat atau memegangi tiang pancang tersebut,maka tiang mulai
ditekan tiap 1,5 m.

Gambar 3.12 Pengangkatan Tiang Pancang

74
 Penentuan Titik Pancang

Penentuan Titik Pancang Harus Sesuai Dengan Titik Koordinat yang telah
dibuat oleh Surveyor sesuai dengan shop drawing titik Pemancangan. Setelah titik
pancang sesuai dengan patok atau tanda yang telah dibuat , posisi Tiang Pancang
harus Tegak Lurus sehingga pada saat pancang ditekan Tiang pancang tegak lurus.

Gambar 3.13 Penentuan Titik Pancang

 Pemancangan Tiang Pancang Bottom

Pemancangan Tiang Pancang Bottom berukuran 40 x 40 cm panjang 9 m, dan


kepala tiang lancip diperuntukkan memasukkan tiang kedalam tanah, tiang Bottom
ialah Tiang Panncang yang pertama dimasukkan di titik pemancangan.

75
Gambar 3.14 Pemancangan Bottom Pancang

 Penyambungan Tiang Pancang

Penyambungan Tiang Pancang dilakukan pada saat Tiang Pancang Bottom


sudah masuk kedalam tanah dan disisakan tiang Bottom sepanjang ± 1 m untuk
dilakukan pengelasan antara tiang Bottom dengan Tiang Middle, dan setelah
pengelasan sambungan selesai sambungan diberikan lapisan cat untuk mencegah
korosi.

Gambar 3.15 Penyambungan Tiang Pancang

 Dilanjutkan Pemancangan Tiang Pancang Middle

Setelah Pengelasan sambungan Tiang Pancang selesai, Dilanjutkan kembali


penekanan Tiang Pancang Middle yang berukuran 40 x 40 cm panjang 6 m.

76
Gambar 3.16 Pemancangan Tiang Middle

 Dilanjutkan Memasukkan Tiang Dolly

Setelah Pemancangan Tiang Middle dan Bottom, Tiang Dolly digunakan


untuk mendorong kedua tiang pancang tersebut untuk mendapatkan tanah keras.
Sebelum Tiang Dolly dimasukkan Tiang Dollly diberikan tanda atau batas setiap 0,5
meter yang dicat dengan pilox guna mengetahui seberapa dalam Tiang dolly masuk
ke tanah.

Gambar 3.17 Penekanan Tiang Dolly

77
 Pemancangan Dihentikan Setelah Bacaan Manometer Mencapai Tekanan
Maksimum / Tanah Keras Sudah Dicapai.

Gambar 3.18 Bacaan Manometer

 Pengangkatan Tiang Dolly

Tiang Dolly yang dimasukkan tadi kemudian diangkat/dikeluarkan karena


Pemancangan sudah mencapai tanah keras.

78
Gambar 3.19 Pengangkatan Tiang Dolly

3.5.6 Data Pemancangan Tiang Pancang Pendukung 40 x 40 cm


Adapun data Tiang Pancang Pendukung yang telah diamati yaitu:

Pilling Axis Penetration Dolly Manometer Bearing


(m) (m) (Mpa) (Ton)
Point
01 C14 17,50 2,50 13 201,6
02 B14 17,50 2,50 13 201,6
03 A14 17,50 2,50 13 201,6
04 A13 17,50 2,50 13 201,6
05 A12 17,50 2,50 13 201,6
06 A11 17,50 2,50 13 201,6
07 A10 17,50 2,50 13 201,6
08 A9 17,50 2,50 13 201,6
09 A8 17,50 2,50 13 201,6
10 A7 17,50 2,50 14 217,1
11 A6 17,50 2,50 14 217,1
12 A5 17,50 2,50 14 217,1
13 A4 17,50 2,50 14 217,1
14 A3 17,50 2,50 13 201,6
15 A2 18,00 3 14 217,1

Adapun Tabel Konversi untuk bacaan Manometer PT JAYA PONDASI


NUSANTARA :

PT JAYA PONDASI NUSANTARA


Pilling Contractor & General Supply

PILE PRESSING FORCE


FOR MODEL JVY 368A HYDRAULIC STATIC PILE DRIVING

79
Pilling Oil Main Pilling Cylinder Pressure With Main and
(Tons)
Pressure Auxiliary Cylinder
Fast Pressing Normal Pressing
(Mpa) (Tons) (Tons) (Tons)

1.0 4.1 7.8 15.5

2.0 8.2 15.5 31.0

3.0 12.3 23.3 46.5

4.0 16.4 31.0 62.0

5.0 20.5 38.8 77.5

6.0 24.6 46.5 93.0

7.0 28.7 54.3 108.6

8.0 32.8 62.0 124.1

9.0 36.9 69.8 139.6

10.0 41.0 77.5 155.1

11.0 85.3 170.6

12.0 93.0 186.1

13.0 100.8 201.6

14.0 108.6 217.1

15.0 116.3 232.6

16.0 124.1 248.1

17.0 131.8 263.6

18.0 139.6 279.1

19.0 147.3 294.6

20.0 155.1 310.2

21.0 162.8 325.7

22.0 170.6 341.2

23.0 178.3 356.7

80
23.5 182.2 364.4

23.8 184.5 369.08

(Sumber : PT Jaya Pondasi Nusantara)

Dari Tabel Konversi PT JAYA PONDASI NUSANTARA Pilling Oil Pressure


(Mpa) dikonversikan ke Pressure With Main and Auxiliary Cylinder (Ton) untuk
mengetahui Bearing atau tekanan pada tiang pancang .

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan.
1. Dalam pelaksanaan pemancangan lebih diutamakan APD pada setiap personil,

demi keselamatan pekerja.


2. Dalam pelaksanaan pemancangan pada proyek pembangunan gedung ke 2

inalum didapatkan data tiang pancang pada 15 titik yang diamati dengan rata-

rata kuat tekan tiang pancang sebesar 201,6 ton, dengan kedalaman 17,5 m,

dan tekanan 13 MPa.


3. Dalam pelaksanaan pemancangan ini tidak terdapat kesulitan, hanya saja pada

saat alat HSPD bergeser dari titik ke titik yang lain adapun yang menghambat

81
pada saat pemindahan posisi alat HSPD yaitu pada saat akan melakukan

pemancanngan yang dimana sudah ada bangunan yang berdiri sebelumnya

sehingga membuat ruang untuk perpindahan menjadi sulit.


4. Penggunaan alat HSPD sangat menguntungkan dipakai pada daerah yang

padat/sudah ada bangunan sebelumnya karena :


 Mobilisasi alat lebih mudah.
 Tidak menimbulkan getaran.
 Tidak menimbulkan kebisingan.

82

Anda mungkin juga menyukai