Laporran KP Selesai
Laporran KP Selesai
Laporran KP Selesai
PENDAHULUAN
adalah tiang pancang beton prategang dan tiang pancang baja (steel pile). Tiang
pancang jenis ini telah dipakai secara luas sebagai suatu komponen struktur bagian
menyangga beban dengan bobot yang sangat besar. Jenis material ini biasanya
digunakan sebagai pondasi bangunan yang berada dikawasan berair atau wilayah
dengan struktur tanah rapuh. Dengan pipa pancang baja, bangunan biasa berdiri
kokoh karena ujung tiang bawahnya sudah bersandar pada lapisan tanah keras
terutama yang berkaitan dengan daya dukungnya yang dipengaruhi oleh kondisi tanah
dan batuan tempatnya berada. Dalam Kerja Praktek ini kami mengupayakan suatu
analisis tiang pancang yang berkaitan dengan kondisi geologi dari Pembangunan
Gedung PT INALUM ( Persero ) Gedung II, jl. Acces Road, Desa Kuala Tanjung,
perencana konstruksi sebenarnya cukup besar, antara lain dengan melakukan investasi
1
tanah, penelitian uji Standart Penetration Test, sondir, dan uji pembebanan.
Sedangkan dari kenyataan di lapangan, walaupun sebelumnya telah dilakukan uji SPT
( Standart Penetration Test ) dan Sondir, masih juga dilakukan uji pembebanan pada
perusahaan tersebut.
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini kami mengamati secara langsung bagaimana
PERUMAHAN ( Persero ).
pemancangan.
2
5. Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas Mahasiswa sebagai persiapaan
3. Mahasiswa
a. Mahasiswa mendapatkan keterampilan untuk melaksanakan program kerja
pada perusahaan.
b. Mendapatkan bentuk pengalaman kerja yang nyata serta permasalahan yang
3
PT.INALUM
Lokasi Proyek
PT.PELINDO Gedung PT INALUM
proyek adalah
sebuah disiplin
perencanaan,
4
Pengorganisasian, pengelolaan (menjalankan serta pengendalian), untuk dapat
sementara yang telah di tetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan
biasanya selalu di batasi oleh waktu, dan sering kali juga di batasi oleh sumber
pendanaan), untuk mencapai tujuan dan hasil yang yang sesuai spesifikasi teknik
dan penutupan.
1. Perlingkupan (Scooping)- lingkup mendefinisikan batas-batas proyek
2. Perencanaan (Planning)- perencaan mengindentifikasikan tugas-tugas yang di
aktivitas tim .
7. Pengontrolan (Controling)-fungsi tersulit dan terpenting seorang manajer
adalah mengontrol proyek. Yang sebagai tolak ukurnya adalah time schedule
8. Penutupan (Closing)- manajer proyek yang baik selalu menilai keberhasilan
5
Fungsi-fungsi diatas tergantung pada komunikasi antar personal yang
terlibat.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu, beton
(Bowles, 1991).
6
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah
yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja
padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung
yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja berada pada
lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991).
Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau
keras yang letaknya sangat dalam. Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya
dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle
pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Sudut kemiringan
yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta
sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral
ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang
7
4. Mengontrol lendutan/ penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak
berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya
tinggi.
5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol
permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal
seperti ini adalah mengenai tiang pancang ditanam sebagian dan yang
terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban lateral.
ragam. Tanah dihasilkan sebagai produk sampingan dari pelapukan batuan secara
mekanis dan kimiawi yang sebagian dari partikel-partikel ini diberikan nama khusus
Tanah terdiri dari butiran partikel padat disertai air dan udara yang mengisi
antara lain : ukuran butiran, berat jenis, kadar air, kerapatan, angka pori, dan lain
8
Tanah mempunyai sifat kemampatan yang sangat besar jika dibandingkan
bahan konstruksi seperti baja atau beton. Hal ini disebabkan tanah mempunyai rongga
pori yang besar, sehingga bila dibebani melalui pondasi maka akan mengakibatkan
perubahan struktur tanah (deformasi) dan terjadi penurunan pondasi. Bila penurunan
yang terjadi terlalu besar dapat mengakibatkan kerusakan pada konstruksi diatasnya.
Mengingat kemampatan butir-butir tanah atau air secara teknis sangat kecil,
maka proses deformasi tanah akibat beban luar dapat dipandang sebagai suatu gejala
penyusutan pori. Jika beban yang bekerja pada tanah kecil, maka deformasi ini terjadi
pemampatan tanah yang terjadi memperlihatkan gejala elastis, sehingga bila beban-
beban yang bekerja ditiadakan, tanah akan kembali ke bentuk semula. Tetapi
umumnya beban-beban yang bekerja cukup besar dan mengakibatkan pergeseran titik
yang demikian disebut deformasi plastis, karena bila beban ditiadakan tanah tidak
Air dalam pori pada tanah yang jenuh air perlu dialirkan supaya penyusutan
pori itu sesuai dengan perubahan struktur butir-butir tanah yang terdeformasi.
Mengingat kemampuan mengalirkan air (permeabilitas) tanah kohesif lebih kecil dari
permeabilitas tanah kepasiran, maka pengaliran keluar ini membutuhkan waktu yang
9
lama. Maka untuk mencapai keadaan deformasi yang tetap diperlukan jangka waktu
tanah tersebut. Nilai kekuatan geser tanah ini dipengaruhi oleh kohesi tanah dan sudut
geser tanah. Bila gaya geser bekerja pada suatu massa tanah dimana bekerja pula
tegangan normal (σ), maka harga tegangan geser (τ) akan membesar akibat deformasi
sampai mencapai harga batas. Bila harga batas ini dihubungkan dengan tegangan
normal (σ) yang berbeda-beda, maka akan diperoleh suatu garis lurus. Kekuatan geser
τ = c + σ tan ϕ ..............……..…………………………............................(2.1)
dimana :
τ : Kekuatan geser tanah ( kg/cm2)
c : Kohesi tanah (kg/cm2)
σ : Tegangan normal yang terjadi pada tanah (kg/cm²)
ϕ : Sudut geser tanah (º)
Nilai kohesi (c) merupakan besaran dari gaya tarik menarik antara butiran
partikel tanah, sedangkan sudut geser tanah (ϕ) merupakan tahanan terhadap
pergeseran partikel tanah. Besarnya nilai c dan ϕ pada suatu contoh tanah dapat
geser antara partikel tanah dan kohesi permukaan butiran partikel tanah tersebut.
Sesuai dengan hal tersebut diatas, sering kali tanah itu dibagi menjadi tanah kohesif
dan tanah yang tidak kohesif. Tanah yang tidak kohesif adalah pasir yang mempunyai
harga c = 0. Tanah yang kohesif adalah tanah lempung. Kohesi dari lempung
10
disebabkan oleh gaya lekat dari tanah dan sifat-sifat dari air yang diserap pada
permukaan partikel. Bila tanah berada pada keadaan tidak jenuh meskipun tanah itu
tidak kohesif, tetapi sifat kohesif kadang-kadang dapat terlihat sebagai tegangan
permukaan dari air yang terdapat dalam rongga tanah. Jadi kekuatan geser tanah
proses pemancangan pondasi, diperlukan suatu pondasi yang baik untuk mendapatkan
suatu konstruksi bangunan yang kokoh. Penyelidikan tanah dilakukan dilapangan dan
laboratorium guna mengetahui kondisi tanah secara menyeluruh dengan detail dan
aman dan ekonomis. Ada beberapa aspek yang didapat dari penyelidikan tanah atau
tanah.
4. Mendapatkan nilai SPT ( Standart Penetration Test)
5. Analisa teknis yang menghasilkan daya dukung setiap lapisan tanah, sebagai
11
Perlu diketahui kedalaman muka air tanah dengan teliti agar dapat
tepat stabilitasnya.
Secara geologi tanah terdiri dari berbagai jenis karakteristik yang berbeda-
beda. Pada kedalaman yang berbeda kekuatan daya dukungnya akan berbeda pula.
untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang
Alat sondir juga dapat menentukan perbedaan kekuatan lapisan tanah untuk
terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Hambatan lekat
adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam
gaya per satuan panjang. Hasil penyelidikan dengan alat sondir ini pada umumnya
setiap lapisan tanah dengan besarnya nilai sondir yaitu perlawanan penetrasi konus.
Dilihat dari kapasitasnya alat sondir dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
sondir ringan (2 ton) dan sondir berat (10 ton). Sondir ringan dipergunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm², atau kedalaman maksimal 30 m, cukup
12
tepat dipakai untuk penyelidikan tanah terdiri dari lapisan lempung, lanau dan pasir
halus, sedangkan sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500 kg/cm² atau
di daerah yang terdiri dari lempung padat, lanau padat dan pasir kasar. Dari hasil
sondir diperoleh nilai jumlah perlawanan (JP) dan nilai perlawanan konus (PK),
JHL = .…......………………………........………………...…..(2.3)
Dimana :
JP : Jumlah perlawanan (kg/cm²)
PK : Perlawanan konus (kg/cm²)
A : Tahapan pembacaan (setiap kedalaman 20 cm)
B : Faktor alat (10)
i : Kedalaman (m)
13
Standard Penetration Test adalah sejenis percobaan dinamis dengan
memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah. Dengan
percobaan ini akan diperoleh kepadatan relative (relative density), sudut geser tanah
(ϕ) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N). Hubungan kepadatan relatif, sudut geser
tanah dan nilai N dari pasir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
(Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir, 1983)
14
Very soft/ Sangat lunak 2
Hard/ Keras 15 – 30
Padat > 30
SPT yang dilakukan pada tanah tidak kohesif tapi berbutir halus atau lanau,
memberikan harga SPT yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang
permeabilitasnya tinggi untuk kepadatan yang sama. Hal ini mungkin terjadi bila
jumlah tumbukan N > 15, maka sebagai koreksi Terzaghi dan Peck (1948)
memberikan harga ekivalen N0 yang merupakan hasil jumlah tumbukan N yang telah
N0 = 15 + ½ (N-15) ……….……………………........................……..............(2.5)
Gibs dan Holtz (1957) juga memberikan harga ekivalen N0 yang merupakan
hasil jumlah tumbukan N yang telah terkoreksi akibat pengaruh tekanan berlebih
N0 = N ……………………………………….........................................(2.6)
15
Dimana σ : tegangan efektif berlebih, yang tidak lebih dari 2,82 kg/cm².
Dari pelaksanaan pengujian dengan metode SPT, maka angka N dari suatu
lapisan dapat diketahui dan dari angka tersebut dapat ditentukan karakteristik suatu
Hal yang perlu Unsur tanah, variasi daya dukung vertical (kedalaman
menyeluruh dari hasil - hasil (ketebalan lapisan yang mengalami konsolidasi atau
diperhatikan langsung
Tanah lempung Keteguhan, kohesi, daya dukung
(Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir, 1983)
16
Harga N diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk memperhitungkan daya
dukung tanah. Daya dukung tanah tergantung pada kuat geser tanah. Hipotesis
pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb yang dinyatakan seperti
pada persamaan 2.1.Untuk mendapatkan harga sudut geser tanah dari tanah tidak
berikut:
1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir
Φ = ………………………………………….......…........(2.8)
2. Butiran pasri bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya adalah :
Φ = 0,3 N + 27 …………………………........……………….……..(2.9)
Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan
standard dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir, secara
17
Sudut geser
Angka penetrasi
Kepadatan relative Dr
(%) dalam
standard, N
(º)
0–5 0–5 26 – 30
5 – 10 5 – 30 28 – 35
10 – 30 30 – 60 35 – 42
30 – 50 60 – 65 38 – 46
Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak
mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (tabel 2.5). Harga berat isi
(Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir, 1983)
Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah, hal
ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir.
18
Tanah dibawah muka air mempunyai berat isi efektif yang kira-kira setengah berat isi
tanah di atas muka air. Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik,
dapat dinilai dari ketentuan berikut ini : Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N >
35 dan lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 – 4 kg/cm² atau harga SPT,
N > 15.
Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi bukan
merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir lebih dapat
dipercaya dari pada percobaan SPT Perlu menjadi catatan bagi kita bahwa jumlah
pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai N1 tidak dihitung karena permukaan tanah
dianggap sudah terganggu. Sedangkan nilai N2 dan N3 diambil jumlah pukulan pada
didapatkan dari bor mesin lebih teliti dibandingkan dengan DCPT karena dapat
menembus lapisan tanah keras atau batu sampai kedalaman lebih dari 60 meter.
Panjang contoh max yang didapat dari bor mesin adalah 1,5 meter. Untuk
memperoleh contoh tanah yang maksimal maka mata bor harus sesering mungkin
dicabut dan pada lapisan tanah kohesif dan mudah lepas lubang bornya harus
dipasang casing agar contoh asli dapat diambil disetiap kedalaman tanah yang
diinginkan serta disimpan di dalam peti contoh (core box). Pada boring test
19
1. Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample ). Tanah terganggu
tanah asli. Tanah ini dipergunakan untuk percobaan properties index, yaitu
adalah tanah yang masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah yang ada dan
tidak mengalami perubahan dalam strukturnya, kadar ais dan susunan kimianya.
macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas
beberapa hal :
1. Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas
3. Kondisi tanah tempat bangunan didirikan
4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas
Dari beberapa macam tipe pondasi yang dapat digunakan, salah satu
diantaranya adalah pondasi tiang pancang. Pondasi tiang pancang berfungsi untuk
20
2. Tanah dasar dibawah bangunan tidak mampu memikul beban bangunan yang
ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari
permukaan tanah.
3. Pembangunan diatas tanah yang tidak rata.
4. Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas.
5. Jenis tiang pancang dapat dikelompokkan menurut cara pemindahan beban
Jenis tiang pancang ini memindahkan beban ke dalam tanah melalui tahanan
ujung (Point Bearing Pile) dan melalui tahanan kulit (Friction Pile). Point Bearing
Pile adalah tiang pancang dengan tahanan ujung yang pemancangannya sampai
kelapisan tanah keras, pada umumnya dipergunakan pada tanah lunak. Friction pile
adalah tiang yang meneruskan beban kedalam tanah melalui gesekan kulit atau skin
friction. Pemakaian tiang pancang ini umumnya dilakukan pada tanah berbutir halus
dan sukar menyerap air. Pada umumnya dilapangan dijumpai tipe tiang yang
merupakan kombinasi dari Point Bearing Pile dengan Friction Pile, keadaan ini
terjadi karena tanah merupakan kombinasi tanah berbutir kasar dengan tanah berbutir
halus.
Bahan yang digunakan pada pembuatan tiang pancang antara lain : tiang
pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang pancang komposit.
Pemakaian dari keempat tiang pancang ini berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan,
21
Tiang pancang kayu dibuat dari kayu yang biasanya diberi pengawet dan
dipancangkan dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Tapi
biasanya apabila ujungnya yang besar dipancangkan, dimaksudkan untuk tanah yang
sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang
kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat
dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu tersebut
dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari
kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang
selalu berganti-ganti.
akan menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, dan tidak dapat
melindungi dalam jangka waktu yang lama. Pada pemakaian tiang pancang kayu
biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton
Tiang pancang kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan.
Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan
tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton precast.
Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk
dibandingkan dengan tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini
22
menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan
melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut hilang.
Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
Karena tiang pancang ini harus selalu terletak dibawah muka air tanah yang
terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya
dibandingkan dengan tiang pancang yang dibuat dari baja atau beton terutama
pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
Padawaktu pemancangan pada tanah yang berbatu ujung tiang tiang pancang
kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur.
Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus maka pada waktu dipancangkan akan
Tiang pancang beton terdiri dari beberapa jenis. Adapun jenis-jenisnya adalah
sebagai berikut :
Precast Renforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton bertulang
yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat
23
lalu diangkat dan di pancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis
dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar,
maka tiang pancang beton ini haruslah diberi penulangan-penulangan yang cukup
kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak
dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport. Tiang
pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal ini
panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari
pada tiang ini kurang terpaksa harus di lakukan penyambungan, hal ini adalah sulit
dan banyak memakan waktu. Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa
24
Gambar 2.1 Tiang Pancang Beton Precast Concrete Pile
(Sumber : Bowles 1991)
Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal
pile.
Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah
seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang
maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk
melindungi tulangannya.
Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu
waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan
dam bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit
tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk
25
melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung
khusus.
b. Precast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang
26
Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan
jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah
seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini
Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. karena terbuat dari
baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan
27
dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton
precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita
memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture
tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang
terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena
terendam air.
Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang
padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka lapisan pasir tersebut juga
akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
udara pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan
organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja
Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian
tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada
28
Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja adalah:
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan
yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-
kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian
bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka
air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan
kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar
yaitu:
29
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam
acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :
ditimbun lagi dengan tanah. Cara penanaman ini ada beberapa metode yang
digunakan :
Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan
kedalam tanah.
30
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
a. Cara penetrasi alas, yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian
penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara
konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada
penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan
bertingkat rendah dan tanah relatif baik. Ukuran dan kekuatan yang ditawarkan
adalah :
beban 25 – 30 ton.
4. Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 32 mampu menopang
beban 35 – 40 ton.
31
5. Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 mampu menopang
tekanan 30 – 35 ton.
6. Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 25 x 25 mampu menopang
tekanan 40 – 50 ton.
Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile) dengan
> 30 cm. Tiang pancang ini digunakan untuk menopang beban yang besar pada
tiang.
4. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua
1. Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena faktor
angkutan.
2. Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.
32
3. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya menjadi jauh
lebih mahal.
4. Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan bila memakai
hammer pancang.
kapasitas daya dukung kelompok tiang. Bila beberapa tiang dikelompokkan dengan
jarak yang saling berdekatan maka tegangan tanah akibat dari gesekan tiang dengan
tanah mempengaruhi daya dukung tiang yang lain. Jarak minimum antara dua tiang
adalah : S > 2 D, dimana S = jarak antara tiang dan D = diameter tiang. Daftar acuan
dongkrak hydraulic yang diberi beban counter weight agar alat pancang tidak
terangkat dan membantu memancang tiang hingga tercapai daya dukung desainnya.
Pergerakan alat jack-in pile ini ada dua macam, tipe dengan roda crawler dan
tipe ‘robot’. Pada project ini menggunakan tipe robot dengan kapasitas maksimum
alat pancang 368 ton. Tipe ini memiliki moving set up antar titik yang lebih lambat
33
1. Tidak bising dan tidak menghasilkan polusi asap yang cukup berarti bila
3. Dengan menggunakan alat pancang dengan sistem jack-in pile ini tidak mungkin
terjadi keretakan pada kepala pada tiang dan juga tidak mungkin terjadi necking
4. Estimasi daya dukung tiang dapat langsung dilihat dari hasil bacaan pressure
gauge yang ada pada alat jack-in pile, karena mesin jack-in pile dilengkapi
Diesel hammer merupakan alat dengan kinerja paling sederhana diantara alat-alat
lain yang digunakan untuk memasang tiang pancang. Bentuknya berupa silinder
dengan piston atau ram yang berfungsi untuk menekan tiang pancang. Selain itu,
teradapat dua mesin diesel yang menggerakan piston ini. Bagian-bagian lain dari alat
ini adalah tangki untuk bahan bakar, tangki untuk pelumas, pompa bahan bakar,
injector dan mesin pelumas agar piston dapat bekerja dengan lancar. Saat bekerja,
mesin diesel akan memberikan tekanan pada udara dalam silinder. Tekanan udara
yang bertambah ini akan menggerakkan piston yang akan memukul tiang pancang.
34
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,
konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat
target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Tahapan
Secara garis besar siklus kerja alat jack-in pile selama proses pemancangan
ke pile clamping box (jepitan tiang kotak) yang ada pada alat.
e. Penekanan tiang pancang hingga sisa tiang +/- 80 cm dari permukaan tanah
box, kemudian setting verticality terhadap titik pancang dan tiang pancang
35
h. Pengelasan sambungan. Menekan tiang pancang sambungan. Bila diperlukan
tiang pancang.
i. Pemancangan tiang dilakukan hingga tercapai daya dukung desain tiang atau
hingga kapasitas alat jack-in pile sudah tercapai (biasanya hingga alat
yang diberikan. Penandaan titik pancang bisa dengan menggunakan cat atau dengan
memasang patok dari kayu atau besi. Alat pancang jack-in pile ini memiliki dua
posisi jepitan tiang pancang untuk melakukan tekanan pada saat penetrasi tiang
pancang ke dalam tanah. Posisi tersebut ada di ujung alat dan di tengah alat (disebut
grip ujung dan grip tengah). Pada pelaksanaan proyek ini pada awal pemancangan
memakai grip ujung. Namun karena hasil tekanan yang terbaca pada pressure gauge
yang telah dikonversikan ke dalam daya dukung tiang hasilnya tidak memenuhi daya
grip tengah.
Perbedaan dasar dari grip ujung dan grip tengah antara lain :
Posisi pemancangan dan ruang gerak yang diperlukan oleh alat pancang. dengan
menggunakan grip ujung, maka alat jack-in pile ini akan memerlukan ruang
gerak yang lebih sedikit, cocok untuk pemancangan titik-titik pancang yang
36
Kapasitas alat dengan grip ujung kapasitas yang dicapai hanya 70% dari
proses pemancangan. Penyimpangan arah vertical dibatasi tidak lebih dari 1 : 75 dan
lapangan pada saat sebelum menekan tiang pancang dan selama proses pemancangan
pancang yang sedang ditekan. Selama proses pemancangan, operator pancang kami
berdiri sangat dekat dengan alat pancang, bahkan ada yang berada di kolong alat
pancang ini. Karena cara kerja jack-in pile dengan menekan, maka tidak akan ada
getaran, ledakan atau cipratan oli seperti pada diesel hammer sehingga relatif aman.
Operator tersebut berada di bawah untuk memastikan tiang pancang ditekan
secara tegak lurus. Cara ini cukup efektif untuk menjaga tiang tetap tegak selama
dengan operator yang menjalankan mesin yang berada di atas, maka mereka harus
berteriak cukup keras agar bisa didengar (suara mesin diesel dari alat jack-in pile ini
sebagai alas alat pancang, bila tanah di titik pemancangan kondisinya lembek.
Ketiadaan plat ini bisa berakibat pada mundurnya dan makin lamanya durasi pancang
karena operator pancang tidak ingin alat pancangnya amblas apabila dipaksakan
37
3. Penyambungan tiang pancang
Pengelasan antar tiang pancang dilakukan pada pelat baja (bevel) yang sudah tersedia
pada ujung badan tiang. Proses penyambungan tiang pancang harus dikontrol agar
diperoleh hasil sambungan yang baik dan yang terpenting verticality (ketegak-
Kontrol pada saat proses pengelasan sambungan tiang pancang antara lain :
pancang, agar kualitas pengelasan akan sama tiap tiang pancang. Pengelasan
dimensi besar misalnya spun pile diameter diatas 500, bisa menggunakan 2 alat
tenggelam ke dalam tanah dan akan mencapai tanah keras digunakan alat bantu
Tiang pancang yang di-dolly harus merupakan tiang pancang yang sudah sedikit
lagi mencapai tanah keras. Tanda bahwa tiang pancang sudah mendekati tanah keras
dapat diketahui dari panjang tiang yang tertanam sudah mendekati kedalaman desain
38
4. Penghentian Pemancangan
dihentikan :
a. Bacaan tekanan pada pressure gauge sudah mencapai tekanan maksimum (dial di
manometer tidak naik lagi ) dimana apabila nilai tersebut dikonversikan ke daya
lagi.
(record) yang berisi tinggi tiang tertanam dan bacaan tekanan dari pressure gauge alat
pancang.
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam
zona tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai
mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang
39
ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang
(Gambar 2.3a).
2. Tiang gesek (friction pile).
Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih
ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya
(Gambar 2.3b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya
(a) (b)
Daya dukung aksial tiang terdiri dari daya dukung ujung tiang dan daya dukung
akibat gesekan sepanjang tiang yang dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut :
Qu = Qp + Qs …....…………………….........……................………………..(2.11)
Qall = Qu / FS.…..…...…………….........………….............……………….....(2.12)
dimana :
40
Qu : Daya dukung ultimit (ton)
FS : Faktor keamanan
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes
yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan
sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan
kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang
(pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung
menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya
dimana :
41
qp : Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (q p) diperoleh sebagai
berikut :
qp = ..………………………….……..............……….......…(2.14)
dimana : qca(base) : Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
F = qc (side) ……………………….........……..................………….(2.15)
dimana : qc (side): Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.7 dan nilai-nilai faktor empiric αs
42
Tiang Bor 3,5 7,0
Tabel 2.8 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda
dengan pasir
(Sumber : Titi & Farsakh, 1999)
Lanjutan Tabel 2.8 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda
Lanau
Pasir berlempung 3,0 3,4 Lempung 6,0
berlempung
Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen dan
43
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian
dimana :
Kt : Keliling tiang.
Qijin = + ……......................………………………....………(2.17)
Kt : Keliling tiang.
44
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi
kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan
maksud :
digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas
tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai
sedang (600 mm), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih
kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang didasarkan pada data
45
Qp = 40 x N-SPT x Lb/D x Ap 400 x N-SPT x Ap ……............................….(2.18)
dimana :
Qs = 2 x N-SPT x p x Li ………........................…....……………………….....(2.19)
dimana :
Daya dukung ujung tiang pada tanah kohesif untuk tiang pancang dan tiang bor :
Qp = 9 x cu x Ap ………………………………….........................………...….(2.20)
dimana :
Qs = α x cu x p x Li …………………..…..................................………………..(2.21)
dimana :
α : Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
cu : Kohesi undrained (kN/m2)
p : Keliling tiang (m)
Li : Panjang lapisan tanah (m)
46
Gambar 2.4 Grafik hubungan α dengan cu
(Sumber : Das,1998)
2.12 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Data Parameter Kuat Geser
Tanah
didapatkan nilai berat isi tanah (γ) nilai kohesif tanah (c) serta nilai sudut geser tanah
Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang pada tanah pasir dan silt
didasarkan pada data parameter kuat geser tanah, ditentukan dengan perumusan
sebagai berikut :
47
a. Untuk tanah kohesif :
Qp = Ap . cu .Nc* ………………........………………………...............(2.22)
dimana :
Nc*: Faktor daya dukung tanah, untuk pondasi tiang pancang nilai
dimana :
dimana :
q' : γd . L
48
Meyerhoff mengusulkan korelasi antara dan Nq* seperti terlihat pada gambar 2.5
berikut ini :
Qs = f . p .L ………..………………………….............……..........…. (2.25)
dimana :
49
f = αi* . cu ……………….........……….…....………………………..… (2.26)
dimana :
dimana :
σv' : γ . L’
L’ : 15D
D : Diameter
: 0,8 .
Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai
penurunan, yaitu :
tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan
50
yang tidak seragam lebih membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya.
c. Pada gambar (a), dapat diperhatikan jika tepi bangunan turun lebih besar dari
tengahnya.
d. Pada gambar (b), jika bagian tengah bangunan turun lebih besar, bagian atas
bangunan dalam kondisi tertekan dan bagian bawah tertarik. Bila deformasi yang
terjadi sangat besar, tegangan tarik yang berkembang dibawah bangunan dapat
mengakibatkan retakan-retakan.
e. Pada gambar (c), penurunan satu tepi/sisi dapat berakibat keretakan pada bagian
c.
f. Pada gambar (d), penurunan terjadi berangsur-angsur dari salah satu tepi
bagian bangunan.
Selain dari kegagalan kuat dukung (bearing capacity failure) tanah, pada
51
didalam tanah. Perubahan tegangan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk,
pada umumnya hal ini yang menyebabkan penurunan pada pondasi (Hardiyatmo,
1996).
Menurut Poulus dan Davis (1980) penurunan jangka panjang untuk pondasi
tiang tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah
relatif kecil. Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan terhadap kuat
dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari keduanya
(Hardiyatmo, 2002).
S = ……….........……………………………………………….......(2.28)
dimana :
I = Io . Rk .Rh . Rµ
b. Untuk tiang dukung ujung :
S = ………..........…………………………………………...............(2.29)
dimana :
I = Io . Rk .Rh . Rµ
dengan :
S : Penurunan untuk tiang tunggal.
Q : Beban yang bekerja.
Io : Faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak mudah mampat
(Gambar 2.7).
Rk : Faktor koreksi kemudah mampatan tiang (Gambar 2.8).
52
Rµ : Faktor koreksi angka Poisson (Gambar 2.9).
Rh : Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras
(Gambar 2.10).
Rb : Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung (Gambar 2.11).
h : Kedalaman total lapisan tanah dari ujung tiang ke muka tanah.
D : Diameter tiang.
53
Gambar 2.8 Koreksi Kompresi, Rk
(Sumber : Poulos dan Davis)
54
Gambar 2.10 Koreksi kedalaman, Rh
(Sumber : Poulos dan Davis)
55
Pada gambar 2.8, 2.9 dan 2.11 K adalah suatu ukuran kompresibilitas relatif dari
K = ............................................................................................................ (2.30)
dimana :
RA =
dengan :
Perkiraan angka Poisson (µ) dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Macam Tanah µ
56
Pasir kasar 0,15
(Es), antara lain dengan percobaan langsung ditempat yaitu dengan menggunakan data
hasil pengujian kerucut statis (sondir). Karena nilai laboratorium dari Es tidak sangat
yang dihasilkan dari pengumpulan data pengujian kerucut statis (sondir), sebagai
berikut :
Dari analisa yang dilakukan secara mendetail oleh Meyerhoff, untuk nilai
modulus elastisitas tanah dibawah ujung tiang (Eb) kira-kira 5-10 kali harga modulus
elastisitas tanah di sepanjang tiang (Es). Untuk tiang elastis; Penurunan Segera/Elastis
yang tertekan, dan terjadi pada volume konstan. Termasuk penurunan pada tanah-
tanah berbutir kasar dan tanah-tanah berbutir halus yang tidak jenuh, karena
segera atau penurunan elastis dari pondasi yang diasumsikan terletak pada tanah yang
homogen, elastis dan isotropis pada media semi tak terhingga, dinyatakan dengan :
S = …………………………......................………………………......(2.32)
57
dimana : Q : Beban yang bekerja.
Qs : Tahanan gesek.
berikut :
S = S1 + S2 + S3 ……........……………………........................………………… (2.33)
Dimana :
Berikut ini adalah prosedur untuk menentukan ketiga faktor penurunan tiang:
1. Menentukan S1
Jika diasumsikan bahwa bahan tiang adalah elastic, maka deformasi batang
S1 = …………………......................…………………………… (2.34)
dimana :
Qwp :Beban yang dipikul ujung tiang dibawah kondisi beban kerja.
Qws : Beban yang dipikul kulit tiang dibawah kondisi beban kerja.
58
L : Kedalaman tiang.
Ep : Modulus elastisitas tiang.
Besarnya bergantung pada sifat distribusi tahanan kulit sepanjang batang
tiang. Jika distribusi f adalah seragam atau parabola, seperti pada gambar 2.12(a) dan
(b), adalah 0,5. Namun untuk distribusi f dalam bentuk segitiga [Gambar 2.12(c)],
2. Menentukan S2
Penurunan tiang yang ditimbulkan oleh beban pada ujung tiang dapat
dinyatakan dalam bentuk yang sama seperti yang diberikan dalam pondasi dangkal :
S2 = …….......……………………........................………...(2.35)
qwp = Qwp/Ap
dimana :
59
: Nisbah Poisson tanah.
digunakan pada penurunan elastic pondasi dangkal. Vesic (1977) juga mengajukan
suatu metode semiempiris untuk menentukan besarnya penurunan S2. Metode itu
S2 = .................................................................................................(2.36)
dimana :
Cp : koefisien empiris.
Tabel 2.10 Nilai Tipikal Cp (dari Design of Pile Foundation by A.S. Vesic,1977)
60
3. Menentukan S3
Penurunan tiang yang ditimbulkan oleh pembebanan pada kulit tiang dapat
S3 = ……….....…………............……………….(2.37)
dimana :
p : keliling tiang.
Perlu dicatat bahwa suku Qws/pL pada persamaan di atas adalah nilai rata-rata
f di sepanjang batang tiang. Faktor pengaruh Iws dapat dinyatakan dengan sebuah
menentukan S3sebagai :
S3 = ……............…...………………………….......…………….(2.39)
61
dimana :
faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis, tinggi, kekakuan dan fungsi bangunan
serta besar dan kecepatan penurunan serta distribusinya. Rancangan dibutuhkan untuk
masih dalam batas toleransi. Jika penurunan berjalan lambat, semakin besar
tanpa adanya kerusakan strukturnya oleh pengaruh rangkak (creep). Oleh karena itu,
dengan alasan tersebut, kriteria penurunan pondasi pada tanah pasir dan pada tanah
lempung berbeda.
Stotal Sizin
62
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK
Pada bab ini akan dijelaskan proses pengamatan yang dilakukan praktikan
dilapangan tentang pekerjaan pondasi tiang pancang, selama pembangunan proyek
Gedung Inalum.
63
d. Jumlah Lantai : Gedung Kantor, 8 Lantai, 1 Atap
Balroom 3 Lantai
e. Jenis Pondasi Pendukung : Square Pile
f. Dimensi Pondasi : 40 x 40 cm
g. Panjang Pondasi Bottom : 9m
h. Panjang Pondasi Middle : 6m
i. Panjang Tiang Dolly : 9m
j. Daya Dukung Desain : 56,08 ton
k. Mutu Beton Pancang : K-600
64
s. Pekerjaan Struktur Lantai 3 (Elevasi + 10,00)
t. Pekerjaan Struktur Lantai 4 (Elevasi + 14,00)
u. Pekerjaan Struktur Lantai 5 (Elevasi + 18,00)
v. Pekerjaan Struktur Lantai 6 (Elevasi + 22,00)
w. Pekerjaan Struktur Lantai 7 (Elevasi + 26,00)
x. Pekerjaan Struktur Lantai 8 (Elevasi + 30,00)
y. Pekerjaan Struktur Atap (Elevasi + 34,00) & Atap Crown (Elevasi + 38,80)
Adapun dalam hal ini kami hanya mengikuti proses pekerjaan pondasi tiang
pancang dengan jenis Square Pile dengan ukuran 40 x 40 cm sebagai tiang pancang
pendukung dikarenakan tiang pancang sebelumnya mengalami pergeseran.
65
pekerjaan proyek tersebut menjadi bergeser seluruhnya dan harus dilakukan
pemancangan ulang.
a. Excavator
66
Gambar 3.1 Excavator
c. Mobile Crane
Mobile
Crane
67
berfungsi untuk mengangkut tiang pancang yang sudah jadi dari pabrik untuk dibawa
ke lokasi proyek. Mobile Crane juga dapat menurunkan langsung tiang pancang yang
dibawa ke area penurunan tiang pancang/stock yard pancang tanpa menggunakan alat
bantu sehingga dapat mempermudah pekerjaan.
Travo Las + Kawat Las berfungsi sebagai alat untuk menyambung plat pada
tiang pancang dengan cara pengelasan secara merata pada joint plate antara tiang
pancang yang akan disambung.
e. Theodolite + Kelengkapan
68
Theodolite + Kelengkapan berfungsi sebagai alat pengukuran seluruh titik
pemancangan,lalu kemudian dibuat patok/tanda di setiap titik yang akan dipancang.
69
Gambar 3.6 Flow Chart Pekerjaan
70
Gambar 3.7 Site Plan Setting Alat
Dalam tahap ini yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu adalah pengukuran
yaitu menentukan seluruh titik pemancangan, lalu membuat patok atau tanda di setiap
titik yang akan dipancang, Pekerjaan ini dilakukan oleh team surveyor sesuai gambar
rencana atau shop drawing .Pekerjaan ini menggunakan alat Theodolite/TS. Titik
Pancang Pendukung yang dilaksanakan akan dirincikan dalam gambar untuk
mengetahui Tiang pancang aktual/tiang pancang sebelumnya, tiang pancang geser,
dan tiang pancang yang sedang dilaksanakan yaitu Tiang Pancang square pile 40 x 40
cm.
71
Gambar 3.8 Denah Tiang Pancang
72
Gambar 3.9 Denah Alur Pemancangan Square Pile
Stock Yard Tiang Pancang & Pengecekan Tiang Pancang , Daya dukung
Square Pile ukuran 40 x 40 = 56,08 MPa
73
Penempatan Alat HSPD di Lapangan
Penempatan alat HSPD harus sejajar dengan permukaan tanah dengan melihat
nivo yang berada di ruang operator.
74
Penentuan Titik Pancang
Penentuan Titik Pancang Harus Sesuai Dengan Titik Koordinat yang telah
dibuat oleh Surveyor sesuai dengan shop drawing titik Pemancangan. Setelah titik
pancang sesuai dengan patok atau tanda yang telah dibuat , posisi Tiang Pancang
harus Tegak Lurus sehingga pada saat pancang ditekan Tiang pancang tegak lurus.
75
Gambar 3.14 Pemancangan Bottom Pancang
76
Gambar 3.16 Pemancangan Tiang Middle
77
Pemancangan Dihentikan Setelah Bacaan Manometer Mencapai Tekanan
Maksimum / Tanah Keras Sudah Dicapai.
78
Gambar 3.19 Pengangkatan Tiang Dolly
79
Pilling Oil Main Pilling Cylinder Pressure With Main and
(Tons)
Pressure Auxiliary Cylinder
Fast Pressing Normal Pressing
(Mpa) (Tons) (Tons) (Tons)
80
23.5 182.2 364.4
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan.
1. Dalam pelaksanaan pemancangan lebih diutamakan APD pada setiap personil,
inalum didapatkan data tiang pancang pada 15 titik yang diamati dengan rata-
rata kuat tekan tiang pancang sebesar 201,6 ton, dengan kedalaman 17,5 m,
saat alat HSPD bergeser dari titik ke titik yang lain adapun yang menghambat
81
pada saat pemindahan posisi alat HSPD yaitu pada saat akan melakukan
82