Modul RKP-2
Modul RKP-2
Modul RKP-2
Penyususnan Bahan Ajar Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2007) ini dibiayai dari DIPA
Politeknik Negeri Bandung
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun Ajaran 2010
Disusun oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
1. Identitas Bahan Ajar
a. Judul Bahan Ajar : Rekayasa Pondasi II
b. Mata Kuliah / Semester : Rekayasa Pondasi / 4
c. SKS (T-P) / Jam (T-P) : 2 / 4
d. Jurusan : Teknik Sipil
e. Program Studi : Konstruksi Sipil
2. Penulis I
a. Nama : Drs. Djuwadi., MT
b. NIP : 19571107 198403 1 001
c. Pangkat / Golongan : Penata Tk. I / III D
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Program Studi : Konstruksi Sipil
f. Jurusan : Teknik Sipil
Mengetahui
Ketua KBK Penulis ,
M.Shouman, Dipl. Ing., MT Drs. Djuwadi., MT NIP. 132 148 446 NIP. 19571107 198403 1 001
Menyetujui
Ketua Jurusan / Program Studi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dipanjatkan kepada-Nya sehingga dapat
diselesaikannya Buku Ajar ini. Penyusun yakin sepenuhnya dalam melakukan penyusunan Buku Ajar
Rekayasa Pondasi II untuk Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung haruslah berawal dari niat yang
tulus dengan senantiasa menuju pada kondisi penyajian substansi yang baik, tepat guna dan tepat sasar sesuai
kurikulum berbasis kompetensi.
Diharapkan dengan kehadiran Bahan Ajar Rekayasa Pondasi II di lingkungan civitas academica Jurusan
Teknik Sipil Polban ini, dapat menjadi salah satu bahan acuan dan menumbuhkan minat belajar mahasiswa,
menjadi pemandu dan bahan motivasi pembelajaran dengan menggunakan literature-literatur lainnya yang
terkait dalam ruang lingkup Rekayasa Transportasi di Indonesia. Selain itu, tujuan dari Bahan ajar ini secara
umum adalah meningkatkan hasil dan daya guna lulusan pada jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Bandung.
Tiap hasil dari suatu usaha dan perbuatan akan selalu terdapat kekurangan, untuk itu penyusun sadar bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan Buku ajar ini. Penyusun sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang membangun dari semua pihak, sehingga dalam penyempurnaan Buku Ajar ini ataupun
penyusunan Buku Ajar berikutnya dilain kesempatan, kekurangan-kekurangan yang ada dapat diperbaiki.
Akhir kata, terima kasih sebesar-sebesarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu proses
terwujudnya bahan ajar ini.
ii
PONDASI TIANG
1.1 Tipe Pondasi Tiang ............................................................... I - 1 1.2 Pemilihan Jenis Pondasi
........................................................ I - 3 1.3 Reaksi Tanah Terhadap Beban .............................................. I - 3
1.4 Tipe Keruntuhan Tiang .......................................................... I - 5 1.5 Metode Perhitungan Daya Dukung
Tunggal ......................... I - 7
1.5.1 Metode Statik ............................................................ I - 7 1.5.2 Metode Dinamik
....................................................... I - 16 1.5.3 Tes Beban ................................................................. I - 20
1.6 Daya Dukung Tiang Gabungan ........................................... I - 23 1.6.1 Penentuan Awal Jumlah Tiang
................................ I - 23 1.6.2 Susunan Tiang ........................................................... I - 23 1.6.3 Efisiensi
dan Daya Dukung Pile Group .................... I - 24
1.7 Metode Pelaksanaan Fondasi Tiang .................................... I - 26 1.7.1 Tiang Bored (Bored Pile)
........................................ I - 26 1.8 Settlement ............................................................................ I - 31 1.9
Sheet Pile ............................................................................. I - 37 1.9.1 Tipe Struktur dan Jenis Bahan
................................. I - 37 1.9.2 Garis Elastis dan Diagram Tegangan ........................ I - 38 1.9.3 Cantilever
Sheet Pilling ............................................ I - 39 1.9.4 Anchored Sheet Piling (Free Earth) ......................... I -
41 1.9.5 Wale, Tali Anker, Anker .......................................... I - 41 1.10 Soil Improvement (Stabilisasi
Laterite – SPK) ................... I - 45 1.10.1 Pendahuluan ........................................................... I - 45 1.10.2
Maksud dan Tujuan Percobaan .............................. I - 45
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hubungan Tahapan, Metode Jenis dan Data yang diperlukan ........ I - 7 Tabel 1.2 Hubungan Jenis
Material, Jenis Tanah dan Derajat ..................... I - 10 Tabel 1.3 Hubungan nilai pb dengan jenis tanah
......................................... I - 13 Tabel 1.4 Efisiensi Alat ................................................................................ I -
17 Tabel 1.5 Koefisien Restitusi ....................................................................... I - 18 Tabel 1.6 Hasil
Stabilisasi Tanah + SPK ..................................................... I - 47 Tabel 1.7 Hasil Stabilisasi Tanah + Semen
P.C ........................................... I - 47
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 1.3 Tiang Beton Pracetak Gambar 1.4 Tiang Beton Cor di Tempat
Fondasi Tiang 1
b. Berdasarkan Daya Dukung
1. Friction Pile 2. Point Bearing Pile
Gambar 1.5 Friction Pile Gambar 1.6 Point Bearing Pile 3. Kombinasi 1 dan
2
Gambar 1.7 Kombinasi 1 dan 2
c. Berdasarkan Metoda Pelaksanaan
Jika pondasi tiang dibedakan dalam metoda pelaksanaannya maka klasifikasinya
adalah sebagai berikut :
1. Tiang Pancang (Driven pile)
2. Tiang Pancang Cor di Tempat (Driven Cast-in-Situ Pile)
3. Tiang Bor (Bored Pile)
4. Tiang Ulir (Screwed Pile)
d. Berdasarkan Jumlah Tiang
Klasifikasi pondasi tiang berdasarkan jumlah tiang dalam satu satuan unit
pendukung kolom adalah:
1. Tiang Tunggal (Single Pile)
2. Tiang Gabungan (Pile Group)
Fondasi Tiang 2
1.2. PEMILIHAN JENIS PONDASI TIANG
Pemilihan jenis pondasi tiang yang akan dipakai untuk mendukung sebuah
bangunan sipil sangat tergantung dari pertimbangan :
1. Kondisi Tanah
Untuk kondisi tanah yang lunak dan mudah runtuh sebaiknya dipakai jenis tiang
pancang karena bored pile akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan
kondisi lubang sampai pengecoran fondasi.
2. Bahan Yang Tersedia
Untuk daerah dimana sulit mendapatkan kerikil tetapi banyak terdapat kayu
dengan kualitas baik, maka fondasi tiang dari kayu akan menjadi alternatif yang
lebih baik.
3. Kondisi Lingkungan di Sekitar Pekerjaan
Jika didaerah perkotaan dimana banyak terdapat bangunan di sekitar lokasi
proyek, pemakaian tiang pancang akan menggangu bangunan sekitarnya.
Pemancangan dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan yang ada
(pecahnya kaca jendela) pada radius sekitar 300 m dari pusat pemacangan
disamping kebisingannya.
4. Faktor Teknis Pelaksanaan
Pertimbangan ini berdasarkan kemudahan cara pelaksanaan fondasi. Misalnya
daerah di pinggir sungai dimana air selalu merembes, fondasi tiang pancang
lebih mudah dilaksanaakan.
Semua pertimbangan di atas pada hakekatnya mencari harga pelaksanaan yang
paling efisien tanpa mengurangi kualitas dan daya dukung fondasi sehingga
optimisaki biaya fondasi adalah langkah teknis dari pemilihan fondasi.
Fondasi Tiang 3
1. Gaya Vertikal ke bawah 2. Gaya Vertikal ke atas
Horizontal 4. Momen
Gambar 1.10 Gaya Horizontal Gambar 1.11 Momen 5. Kombinasi
Gaya Vertikal, Horizontal, dan Momen
Fondasi Tiang 4
1.4. TIPE KERUNTUHAN TIANG
1. Keruntuhan Tekuk
Kondisi tanah sangat lembek dimana tiang hanya bertumpu pada tanah disekitar tiang
tidak memberikan jepitan yang berarti sehingga tiang tidak memberikan jepitan
yang berarti sehingga tiang berperilaku seperti kolom dengan tumpuan sendi.
tanah lunak
tanah keras
Tanah medium
Bidang runtuh
Fondasi Tiang 5
3. Keruntuhan Karena Penurunan (Settlement)
Jika ujung fondasi tiang tidak detempatkan pada lapisan tanah yang cukup keras,
bahaya yang perlu dipertimbangkan adalah bahaya penurunan. Jika penurunan ini
cukup besar maka struktur atas bangunan akan menjadi retak dan kemudian dapat
mengakibatkan keruntuhan total.
4. Keruntuhan Akibat Gaya Tambahan dari Negatif Skin Friction Jika fondasi tiang
dibangun di atas tanah urugan yang belum terkonsilidasi secara penuh, maka
penurunan tanah pada saat fondasi sudah ada akan memberikan gaya tarikan ke
bawah pada tiang, sehingga tiang mendapat beban tambahan di luar yang
diperhitungkan oleh perencana.
Fondasi Tiang 6
1.5. METODE PERHITUNGAN DAYA DUKUNG TIANG TUNGGAL
Perhitungan daya dukung tiang tunggal didasarkan pada tingkat penyelesaian
pekerjaan apakah tahap desain, pelaksanaan atau sudah terpasang.
Tabel 1.1 Hubungan Tahapan, Metode dan Data yang diperlukan
Tahapan Metode Data yang diperlukan
Daya dukung sebuah tiang adalah terdiri dari 2 komponen yaitu komponen
skin resistance dan point bearing.
Fondasi Tiang 7
Qu = Qs + Qb ( 7.1 )
Qa = ( 7.2 )
Dimana :
FK = Faktor Keamanan
Untuk tiang bor (bored Pile) faktor ini harus direduksi sebesar
20 -30% (menurut skemton, 1959)
C = kohesi tanah
= 1- sin ϕˈ
Fondasi Tiang 8
= γ sat – γ w
Qb = Ab ( c. Nc + q. Nq + ½ . γ . B . Nγ ) (7.4) Dimana :
Pasir Berlanau 17
Lanau berpasir 14
Fondasi Tiang 10
Tiang Bor Cor di Tempat.
Koefisien α1 harus direduksi sebesar 20 - 30% atau α1 harus dikalikan 0,7 - 0,8. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kadar air tanah disekitar tiang akibat air pada waktu
pemboran dan air beton yang dicor.
Ф’ = (7.7)
Untuk faktor adhesi, belum ada penjelasan secara kuantitatif mengenai tambahan
koreksinya, sehingga faktor koreksi = 1
Contoh perhitungan :
Sebuah fondasi tiang beton cor terletak pada kondisi tanah seperti pada gambar
dibawah dengan diameter tiang D = 60 cm. hitung Daya Dukung Ijin jika FK = 2.
60 cm
1
100 m
3
Fondasi Tiang 11
solusi :
Dengan memakai rumus 7.4 maka masalah diatas dapat diselesaikan dengan langkah
sebagai berikut :
Qs = As . ( α 1 . c + K . γ’ . z . tan δ )
As = keliling tiang x panjang tiang
=π.DxL
= π. ( 0,60 m ) x 15 m = 28,26 m2
α1 = 0,40 x 70% (bored pile)
= 0,28
c = 5 t/m2
δ = 0 ( sehingga ruas kedua pada rumus diatas menjadi 0 )
Qs = 28,26 ( 0,28 x 5 + 0 )
= 39,56 ton
Qb = Ab ( q . Nq ) untuk pasir
Ab = luas dasar fondasi
= π . (D/2)2 D = 100 m
Ф’ = Ф – 3
= 32 – 3
= 29
Nq = 19 (dari grafik Nq Vs Ф)
q’ = γ’ . h
= 1,8 x 15
= 27
Qb = 0,785 x 27 x 19
Sehingga :
Qu = Qs + Qb
= 39,5 + 402,7
= 442,2 ton
Daya dukung ijin adalah :
Qa = Qu/Fk = 442,2/2 = 221 ton
Fondasi Tiang 12
b. Dari Data SPT (Standard Penetration Test)
jika yang tersedia adalah data SPT maka daya dukung batas sebuah fondasi tiang
dapat diformulasikan sebagai berikut :
Qs = As x 0,04 N [kips/ft2] (7.8) = As x 0,04 N x 5 [ton/m 2]
= As x 0,20 N [ton/m 2] N = Nilai SPT tanah
Qb = Ab x pb (7.9) Nilai pb tergantung dari jenis tanah seperti yang
tertera pada tabel berikut : Tabel 1.3 Hubungan Nilai pb dengan jenis tanah
Contoh Perhitungan:
Dalam penyelidikan tanah dengan bor mesin, telah dilakukan percobaan SPT dengan
hasil seperti gambar dibawah. Kemudian direncanakan sebuah fondasi tiang dengan D
= 60 cm. Hitung daya dukung ijinnya
5 m N = 10
6m
Lanau
N = 7 Lanau
N = 40 Pasir
Fondasi Tiang 13
Solusi:
Dengan memakai rumus 7.8 dan 7.9 serta table 7.2, maka daya dukung fondasi tiang
dapat dihitung sebagai berikut:
Qa = +
Qa +
(7.10)
Dimana:
JHP = Jumlah Hambatan Pelekat (Total Friction) adalah penjumlahan skin resistance
atau sleeve friction dari konus sondir pada kedalaman tertentu [kg/cm].
Fondasi Tiang 14
Contoh perhitungan :
Diketahui data sondir dimana diketahui qe (tahanan konus) dan Jumlah Hambatan
Pelekat (total friction) maka untuk rencana fondasi tiang yang ujungnya ditempatkan
pada kedalaman 22 m dapat dihitung seperti berikut :
Qa
Prinsip Pemancangan
Tiang yang akan dipasang dipukul dengan hammer dengan energi yang besarnya
tergantung dari berat hammer, tinggi jatuh dan jenis pemukul.
Gambar 1.17 Prinsip Pemancangan
Secara umum hubungan antara energi pemancangan dengan masuknya tiang dan
perlawanan tanah adalah memakai hukum kekekalan energi yang dinyatakan
sebagai berikut:
Wh x H = Qu x S (7.11)
Dimana:
Wh = Berat Hammer
H = Tinggi Jatuh Hammer
Qu = Tahanan Tiang Ultimate
S = Penurunan
Fondasi Tiang 16
Akan tetapi rumus di atas memakai kondisi yang ideal dimana tidak terjadi
kehilangan energi selama pemancangan. Untuk mengakomodasi kehilangan
energi tersebut, puluhan metode telah diperkenalkan. disini hanya akan
dibahas metode Modified ENR
a. Metode Modified ENR
Mula-mula ENR (Engineering News Formula) mengeluarkan rumusan daya
dukung tiang dengan metode dinamik sebagai
Satuan H,S dan C adalah (7.12)
Kemudian mengalami modifikasi dan disebut Modified ENR setelah
dilakukan pengujian lapangan (disesuaikan dengan sistem satuan kg-mm):
Dimana :
Qu = Daya dukung tiang ultimate (kg)
Qa = Daya dukung ijin (kg)
eh = Efisiensi alat (lihat tabel 7.3)
Eh = Energi pemukul (kgmm)
= Wh x H Untuk drop hammer
S = Final set (penetrasi) per pukulan (mm)
Diambil penetrasi rata-rata 5 pukulan terakhir untuk drop
hammer dan 20 pukulan untuk steam hammer
Wh = Berat pemukul (kg)
Wp = Berat pile (tiang) (kg)
n = Koefisiem restitusi adalah koefisien yang tergantung dari bahan
tiang dan jenis alat pemancang (lihat tabel 7.4)
Tabel 1.4 Efisiensi Alat (Menurut R.D. Chellis 1961)
Tipe Hammer Eh
Fondasi Tiang 17
Tabel 1.5 Koefisien Restitusi (Menurut Housel 1966)
Jenis Tiang Kondisi Kepala Tiang Drop, DAH
SAH, atau
DH
= 1,3 mm/pukulan
n = 0,4
e
h = 1,00
Wp = 15 m x (πx (30 / 2)2) x 2400
= 2.543 kg
Daya dukung ultimate menjadi :
= 631.579 x 0.,53
= 334.737 kg
Jadi daya dukung ijin tiang dimana faktor keamanan diambil 6 jika memakai
metode ini :
= 55,7 ton
Fondasi Tiang 19
b. Metode Lain
Puluhan metode telah dipakai dan masing-masing mempunyai asumsi yang
berbeda sehingga menghasilkan perbedaan perhitungan dalam setiap metode.
Metode lain yang dianjurkan dipelajari adalah :
1. Sander
2. Eytelwin (Belanda)
3. Wiesbach
4. Hiley
5. Janbu
6. Dannish
7. Gates
8. Metode Rational
9. AASHTO
1.5.3 Tes Beban ( Loading Test )
Tes baban dilakukan untuk meyakinkan bahwa daya dukung file yang telah
dilaksanakan tidak kurang dari beban rencana yang akan bekerja pada tiang. Jadi
tes beban ini tidak bertujuan untuk mencari daya dukung ultimate akan tetapi
mencari apakah fondasi tiang tersebut tidak mengalami keruntuhan dengan
beban yang direncanakan.
Gambar 1.19
Konsfigurasi Tipikal Tes Beban
(a) untuk beban di bawah 50 ton
(b) untuk beban di atas 50 ton
Fondasi Tiang 20
Total beban dari tes ini biasanya diambil 2 x beban rencana dengan increment 25
%, sehingga tahap pembebanan adalah 50, 75, 100, 125, 150, 175, dan 200 %.
Criteria yang harus dipenuhi (menurut Robert M. Koerner) adalah sebagai
berikut:
1. Pada pembebanan 200 % Settlement netto yang diijinkan adalah 1 inchi = 25,
4 mm.
Settlement netto (Sn) adalaha penurunan fondasi total (Sg) dikurangi
pendekatan tiang, Se (elastic shartening) pada beban 100 %.
Fondasi Tiang 21
(penurunan tiang). Hitung apakah fondasi ini layak untuk menahan beban
rencana sebesar 200 ton.
Solusi:
Dari grafik tes beban ini dapat diambil data sebagai berikut:
Sg = 30 mm
Elastic shortening pada pembebanan 100 % dapat dihitung sebagai berikut:
Fondasi Tiang 22
Pada pembebanan 200 % :
Sg < 25,4 + Se
30 mm < 25,4 + 6,6 (memenuhi kriteria 1)
Residual settlement (pembebanan 0 %) :
Sg < 12,7 + Se
16 mm < 12,7 + 6,6 (memenuhi criteria 2)
Dapat disimpulakan bahwa dari tes beban ini fondasi tiang tersebut layak
menerima beban rencana sebesar 200 ton.
Fondasi Tiang 23
Gambar 1.20 Susunan Tiang dalam Pile Group
1.6.3. Efisiensi dan Daya Dukung Pile Group
Jika tiang gabungan bekerja dengan efisiensi 100%, maka daya dukung tiang
gabungan (Qag) adalah :
Qag = j . Qa
Karena tiang gabungan tidak selalu mempunyai efisiensi 100% maka daya
dukungnya akan menjadi :
Qag = eg . j. Qa
eg = efisiensi pile group
Besar efisiensi tersebut tergantung dari jarak antar tiang (s). Banyak metode
untuk menghitung efisiensi dari pile group, disini hanya akan dibahas metode
Converse-Labbre dengan rumus sebagai berikut :
(n - 1)m + (m-1)n
eg = 1 – Ø
90.m.n
Dimana :
m = jumlah baris
n = jumlah kolom dalam matriks susunan tiang
Ø = atan (D/s)
Fondasi Tiang 24
Contoh Perhitungan :
Dalam perhitungan fondasi, direkomendasikan fondasi tiang diameter 30 cm
sebanyak 6 buah dengan susunan tiang sebagai gambar di bawah dan daya
dukung ijin sebuah tiang Qa = 60 ton. Hitung daya dukung Pile Group !
Solusi :
Dari gambar di atas dapat di ambil data-data sebagai berikut :
m=2
n=3
Ø = atan (30/120) = tan-1 (30/120) = 14o
Maka efisiensi group dapat dihitung sebagai berikut :
(3-1)2 + (2-1)3
eg = 1 – 14
90x2x3
= 1 – 0,18 = 0,82
Fondasi Tiang 25
Solusi :
Dengan susunan seperti gambar di atas maka : m = 3
n=4
Ø = tan-1 (40/120) = 18,4o
(4-1)3 + (3-1)4
eg = 1 – 18,4
90x3x4
= 0,71
Daya dukung pile group dapat dihitung seperti contoh di ats (j = 7).
Fondasi Tiang 26
Dalam persiapan pelaksanaan, pematokan dan metode aliran alat dan bahan
sangat penting agar tercapai efisiensi biaya dan waktu. Penyiapan aliran alat dan
bahan antara lain skedul alat terhadap titik bor dan lintasan yang dilalui agar
tidak mengganggu pekerjaan yang lain dan tidak merusak bangunan bawah
tanah yang telah selesai. Aliran bahan, terutama beton juga harus dipersiapkan
dengan baik karena umumnya beton yang dipakai adalah ready mix yang
didatangkan dari luar site. Ketepatan waktu penyelesaian pengeboran dengan
pemesanan beton sangat penting, jika ada time lag yang lama stabilitas lubang
bor akan terganggu atau beton yang dikirim terlalu cepat, maka beton akan
setting sebelum dicor. Beberapa metode pelaksanaan fondasi bored pile yang
biasa dilakukan di lapangan akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Cara Benoton
Fondasi Tiang 27
3. Dengan Bucket
Gambar 1.24 Metode Pemboran Bucket (Sumber : Sosrodarsono, 29)
Fondasi Tiang 28
Gambar 1.25 Stabilisasi Lubang Bor (Sumber Peck-Hansn, 22) c.
Pengecoran
Sebelum pengecoran dilaksanakan, lubang bor sedapat mungkin harus
bersih dari lumpur yang biasa dihasilkan selama pengeboran dilaksakan.
Gambar dibawah adalah berbagai metode pengeluaran lumpur.
Fondasi Tiang 29
Gambar 1.26 Metode Pegeluaran Lumpur (Sumber: Sosrodarsono, 29)
Fondasi Tiang 30
1.8. Settlement
Dalam kelompok tiang pancang (pile group) ujung atas tiang-tiang tersebut
dihubungkan satu dengan yang lain dengan poer yang kaku sehingga merupakan
satu kesatuan yang kokoh. Dengan poer ini diharapkan bila kelompok tiang
pancang tersebut dibebani secara merata akan terjadi settlement (penurunan) yang
merata pula.
∙ Penurunan kelompok tiang selalu lebih besar daripada penurunan tiang pancang
yang berdiri sendiri (single pile) terhadap beban yang sama. ∙ Dengan beban yang
sama penurunan kelompok tiang akan lebih besar bila jumlah tiang bertambah.
∙ Dengan memperbesar spacing (jarak) antara tiangang yang satu dengan yang
lain dalam kelompok tiang pancang, maka penurunan kelompok tiang pancang
tersebut akan berkurang. Pada spacing ± 6x diameter tiang pancang, maka
penurunan daripada kelompok tiang pancang tersebut akan mendekati
penurunan tiang pancang tunggal (single pile).
*) Diambil dari : ”Mekanika Tanah,” oleh Laurie D. Wesley. Halaman 122. **)
Di ambil dari : “Foundation Engineering”. By Allreds R. Jumikis, halaman
679.
A. SETTLEMENT PADA END – BEARING – PILE
Penurunan kelompok tiang pancang yang dipancang sampai lapisan tanah keras
(lapisan pasir padat) akan kecil sehingga tidak mempengaruhi bangunan diatasnya,
karena itu perhitungan settlement tidak perlu diperhitungkan, kecuali bila dibawah
lapisan tanah keras (lapisan pasir padat) tersebut terdapat lapisan lempung, maka
penurunan kelompok tiang pancang tersebut perlu diperhitungkan.
Area perhitungan settlement kelompok tiang pancang dengan tahanan ujung
(end bearing pile) tegangan pada tanah akibat berat bangunan dapat diperhitungkan
pada bidang yang melalui ujung bawah tiang. Kemudian tegangan ini disebarkan
o
merata ke lapisan tanah sebelah bawah dengan sudut penyebaran 30 .
Fondasi Tiang 31
.
Gambar 1.28 Settlement pada end – bearing – pile
L = panjang kelompok
tiang.
∆p=
kg/ cm2.
Dari grafik diatas ini dapat dihitung penurunan h. Jadi settlement untuk lapisan 1
dapat dihitung dengan rumus :
Dimana :
S = settelement
∆h = penurunan
h = tebal contoh tanah untuk percobaan konsolidasi.
H = tebal lapisan yang ditinjau.
Dengan cara yang sama settlement pada lapisan 2 dan 3 dapat dihitung pula,
kemudian settlement dari lapisan 1,2 dan 3 dijumlahkan sehingga diperoleh
settlement untuk bangunan terssebut.
Settlement dapat pula dihitung dengan memakai cara Buisman*) yaitu sebagai
berikut :
Menurut Buisman “index of compressibility” dari pasir dapat ditentukan dengan
rumus :
Fondasi Tiang 33
settlement :
dimana :
S = settlement
H = tebal lapisan yang ditinjau.
P1 = tekanan vertical efektif setelah bangunan
selesai.
P0 = tekanan vertical sebelum ada bangunan.
C = index of compressibility.
*) Diambil dari Mekanika tanah, oleh L.D Wesley, halaman 11
Untuk kelompok tiang pancang yang daya dukungnya didasarkan atas gesekan antara
tiang dengan tanah (friction pile) perlu diadakan perhitungan settlement. Tegangan
pada tanah akibat berat bangunan dan muatannya dapat diperhitungkan merata pada
Fondasi Tiang 34
kedalaman ⅔ Lp (panjang tiang pancang) dan disebarkan dengan sudut penyebaran
30o. Selanjutnya perhitungan sama seperti perhitungan pada end bearing pile diatas.
Contoh perhitungan settlement (penurunan)
S1 = = 3,23 cm
Fondasi Tiang 36
e4 = 2,513
e = 0,107
S4 = xH= 100 = 2,96 cm
Titik 5 (lapisan V)
Kedalaman: -19,60
L5 = L + 2. 9,00 tg 30 p = 3,95 + 2. 9,00 tg 30o = 14,34 m
B5 =B+ 2. 9,00 tg 30p = 2,75 + 2. 9,00 tg 30o = 13,14 m
A5 = B5 x L5 = 13,14 x 14,34 = 188,43 m2
p= .q= x 38,35 = 2,21 t/m2 = 0,221 kg/cm2
Gambar
1.32 Garis Elastis, Diagram Ideal, dan Simplikasi Diagram Tegangan 1.9.3
Cantilever Sheet Piling
Dengan menganggap bahwa tekanan tanah aktif bekerja di atas
dredge line, maka sheet pile akan berotasi di titik putar (pivot point) O
sedalam a dari dredge line, dimana:
(6.5) dan
(6.6)
Gambar 1.33 Cantilever Sheet Pile
Fondasi Tiang 39
Langkah-langkah dalam perhitungan kedalaman cantilever sheet piling
1. Gambar kondisi tanah dan kedalaman dredge line
2. Hitung Ka dan Kp
3. Hitung Pp, Pp’, Pp’’, a,
Ra dan lokasi
L= H + D D = Y + a
Gambar 1.34 Perrhitungan panjang sheet pile
(6.7)
Nilai D yang diperoleh harus dinaikan 20-40% atau nilai kohesi c yang dipakai
dibagi dengan Faktor Keamanan 1,5 – 2,0
Fondasi Tiang 40
1.9.4 Anchored Sheet Piling (Free Earth)
Free earth method mengasumsikan bahwa pile sangat kaku dan
berotasi pada level tali anker. Persamaan yang dipakai adalah :
(6.8) Dan
(6.9)
Fondasi Tiang 41
Gambar 1.36 Wale
Tali anker direncanankan untuk menahan gaya tarik akibat tekanan tanah
aktif pada sheet pile.
f=P/A <0,7 fy
P adalah gaya tarik pada tali anker, A luas penampang tali, fy tegangan
leleh tali baja anker.
Anker untuk sheet pile dikenal beberapa tipe seperti gambar-gambar
berikut, yaitu :
1. Anker tiang
2. Deadman Anchor
3. Tieback Anchor
Fondasi Tiang 42
Gambar 1.37 Tipe Anker
Perhitungan untuk Deadman
Fondasi Tiang 45
1.10.3 Metode Percobaan di Laboratorium
Metode yang dipakai adalah yang sudah biasa dipakai di laboratorium
sesuai dengan ASSHTO yaitu stabilisasi dilakukan pada kadar air
optimum sehingga perbandingan SPK terhadap tanah dihitung terhadap
berat kering tanah.
Daya dukung tanah akan diperiksa dengan cara kuat tekan bebas dan
C.B.R.
Terhadap stabilisasi tanah ini dilakukan curing (perawatan) selama 3
hari dan 7 hari sedangkan untuk uji C.B.R dilakukan perendaman (soak)
selama 4 hari.
1.10.4 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang dilakukan terdiri dari penyiapan bahan dan
pembuatan benda uji untuk pengetesan sebagai berikut :
1. Bahan
- Tanah adalah tanah yang bersifat laterit (lateritis), berasal dari sekitar
Bandung Timur – Jatinangor.
- SPK yang dibuat oleh Pusat Litbang Pemukiman. PUSKIM – PU. -
Portland Cement (semen P.C) bahan stabilisasi sebagai pembanding
terhadap semen kapur pozzolan. Bahan ini dipakai sebanyak 3%, 6%,
9% terhadap berat kering tanah. Seperti telah diketahui semen sebagai
bahan stabilisasi dipakai antara 30% s/d 10%.
2. Persiapan Percobaan.
- Tanah dijemur sampai kering udara dan disaring dengan saringan No.
4. SNI – M o8 – 1989 F.
- Lakukan test klasifikasi tanah serta pemadatan standar untuk
mendapatkan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum
sesuai SNI No. 1742 -1989 F.
- Hitung berat SPK yang diperlukan sebagai bahan campuran
stabilisasi.
- Lakukan pekerjaan stabilisasi dengan mencampurkan kedua bahan
yang telah dipersiapkan tadi sesuai dengan tata cara yang berlaku
ASSHTO T134 – 76.
- Lakukan test terhadap specimen yang dibuat setelah curing yang
diperlukan, yaitu test kuat tekan bebas dan C.B.R serta cari harga PI.
Fondasi Tiang 46
1.10.5 Hasil Percobaan
Dari percobaan yang dilakukan maka didapat data-data sebagai
berikut :
1. Data tanah laterit :
- Gradasi :
Gravel …….. 1%
Pasir ………. 14%
Silt ………... 48%
Clay ………. 37%
- LL = 67.30% ; PL = 33.68% ; PI = 33.62% termasuk pada jenis tanah
A - 7 – 5.
- Pemadatan standar : ω opt = 34.60%
Maks = 1.338% t/m3
- Kuat tekan bebas : 3.4 kg/cm2
- C.B.R = 10.50%
2. Data-data hasil stabilisasi tanah + SPK
Tabel 1.6 Hasil Stabilisasi Tanah + SPK
SPK % P.I % U.C.S kg/cm2 C.B.R %
3h 7h 3h+4h 7h+4h
soak soak
3h 7h 3h+4h 7h+4h
soak soak
3% 30 7.60 7.90 19 21
9% 23 22 27 66 69
1.10.6 Pembahasan
1. Bila kita melihat pada grafik gambar 1.39 maka dapat ditunjukan dari gambar
tersebut semakin besar persentase SPK yang ditambahkan pada tanah
Fondasi Tiang 47
percobaan tersebut semakin kecil harga PI yang didapat. Ini memperlihatkan
bahwa SPK dapat mereduksi plastisitas tanah.
2. Pada gambar 1.40 terlihat adanya hubungan antara harga kuat tekan bebas
dengan banyaknya SPK yang dipakai dalam campuran. Makin besar persentase
SPK yang ditambahkan pada tanah semakin besar pula harga kuat tekan bebas
yang diperoleh. Harga kuat tekan bebas pada benda uji yang telah mengalami
perawatan 7 hari terlihat mempunyai kuat tekan bebas yang lebih tinggi dari
benda uji dengan perawatan 3 hari.
3. Gambar 1.41 adalah grafik hubungan antara nilai C.B.R dengan persentase
SPK yang dipakai dalam stabilisasi tanah. Percobaan dilakukan dengan curing
3 hari dan 7 hari setelah itu direndam selama 4 hari (soak Csoak C.B.R).
Kedua grafik menunjukan bahwa semakin besar persentase SPK yang dipakai
semakin besar pula harga C.B.R yang didapat.
Gambar 1.39 Grafik hubungan Gambar 1.40 Hubungan antara kuat antara
volume SPK tekan bebas dengan dengan Plasticity Indek volume SPK
Fondasi Tiang 48
Gambar 1.41 Hubungan antara Gambar 1.42 Hubungan antara waktu C.B.R dengan
dan C.B.R pada volume SPK campuran
Atau dengan kata lain SPK dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, serta
meningkatkan daya dukung tanah dan akan sebanding hasilnya dengan
Fondasi Tiang 49
stabilisasi semen P.C, bila perbandingan pemakaian SPK yang dipakai
adalah 2x jumlah pemakaian P.C.
B. Saran
1. Perlu diadakan percobaan lanjutan untuk jenis tanah yang berbeda
dengan persentase SPK yang bervariasi.
2. Sebaiknya dicoba pula stabilisasi untuk tanah yang sama, tetapi dengan
bahan tambah hanya kapur saja, untuk pembanding hasil percobaan.
PUSTAKA
1. AASHTO – 1981
2. DHV. CONSULTING ENGINEERS – Amersfoot the Netherlands
“Laterite and Laterite Stabilization” 1984
3. HAMIRHAN SAODANG – Konperensi Teknik Jalan ke – 2
“Stabilisasi Kapur di Perumnas Antapani”.
4. HERMIN TJAHYATI – Thesis S2-PSTJR 1986
“Soil – Lime Pozzolan Traas Stabilization”
Fondasi Tiang 50