FIX Panduan - Pengkajian - Pasien-Dikonversi
FIX Panduan - Pengkajian - Pasien-Dikonversi
FIX Panduan - Pengkajian - Pasien-Dikonversi
2019
Rumah Sakit Islam Purworejo
Jl. Magelang Km 2, Purworejo
Telp/Fax : 0275- 325570
Email : rsipurworejo@gmail.com
Menimbang : a. bahwa Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah
Sakit
'
•
b. bahwa proses pengkajian pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan
mengenai kebutuhan penanganan pasien sesegera mungkin dan
berkesinambungan ;
c. bahwa agar pengkajian pasien di Rumah Sakit Islam Purworejo dapat terlaksana dengan
baik, perlu dibuat panduan sebagai acuan untuk melaksanakan pengkajian pasien di
Rumah Sakit Islam Purworejo ;
e. bahwa Panduan Pengkajian Pasien di Rumah Sakit Islam Purworejo yang telah
ditinjau dan dievaluasi perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit
Islam Purworejo.
MEMUTUSKAN
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian ,
3. Assesmen awal : Suatu proses pengkajian yang dilakukan pada pasien baru atau pada pasien
lama yang memil iki diagnosa baru, atau pada pasien lama dengan diagnosa lama yang perlu
dilakukan perbaharuan pengkajian.
4. Assesmen ulang : Pengkajian yang dilakukan sebagai evaluasi terhadap keputusan tentang
asuhan yang sudah benar dan efektif, yang dilakukan dengan interval tertentu didasarkan pada
kebutuhan dan rencana asuhan sesuai dengan regulasi rumah sakit.
5. Assesmen medis : Pengkajian yang dibuat oleh tenaga medis (dokter) berkompeten dan memiliki
•
izin resmi sesuai dengan perundangan yang berlaku di Indonesia.
6. Pengkajian keperawatan : Pengkajian yang dibuat oleh tenaga perawat berkompeten yang memiliki
•
izin resmi sesuai dengan perundangan yang berlaku di Indonesia.
'
- 3-
7. Assesmen tenaga kesehatan lain : Pengkajian yang dibuat oleh tenaga kesehatan lain (selain dokter
dan perawat) yang berkompeten yang turut serta memberikan asuhan kepada pasien sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.
8. Yang dimaksud tenaga kesehatan lain tersebut antara lain : bidan, ahli gizi, apoteker, fisioterapis,
terapis wicara, okupasi terapis, analis, radiografer.
9. Catatan transfer pasien : Catatan proses pengkajian yang dilakukan selama transfer
terhadap semua pasien, untuk mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi
- - - . -
pasien, berupa perburukan/perbaikan kondisi selama transfer baik antar ruangan (intra RS)
maupun antar rumah sakit (proses rujukan).
10. Pengkajian rawat jalan : proses pengkajian baik pengkajian awal maupun pengkajian ulang
,
pada pasien-pasien yang berobat jalan di rumah sakit.
- - - ,..
11. Pengkajian rawat inap : proses pengkajian baik awal maupun pengkajian ulang pada pasien•
pasien yang dirawat inap di rumah sakit.
12. Pengkajian Tambahan : suatu proses pengkajian yang ditambahkan untuk pasien yang dianggap
memi1iki kebutuhan perawatan atau asuhan lain disamping perawatan dan asuhan pokok yang
telah diterima sebelumnya
13. Pengkajian tambahan dilakukan sebagai jawaban atas permintaan konsultasi atau permintaan
rawat bersama dari DPJP kepada tenaga medis yang lain.
14. Discharge Planning : rencana pemulangan pasien
- .. - - -
15. Pengkajian nyeri : Proses identifikasi(skrining), evaluasi dan tindak lanjut rasa sakit/nyeri
pada pasien, merupakan bagian dari pengkajian awal saat pasien masuk ke RS dan
dilanjutkan dengan pengkajian saat pasiendirawat inap.
16. Pengkajian risiko jatuh : Proses identifikasi ( skrining), evaluasi dan tindak lanjut terhadap risiko
kejadian pasien jatuh, merupakan bagian dari pengkajian awal saat pasien masuk ke RS dan
dilanjutkan dengan pengkajian saat pasien di rawat inap.
17. Pengkajian status gizi : Proses identifikasi (skrining) kebutuhan gizi pasien beserta evaluasi
dan tindak lanjutnya, merupakan bagian dari pengkajian awal .
... . - - -- -
18. Pengkajian gizi : Pengkajian tentang status gizi yang dibuat oleh ahli gizi sebagai tindak
lanjut dari sloining gizi awal a.tau jawaban permohonan konseling gizi
•
19. Pelaksana asesmen/pengkajian adalah tenaga medis, keperawatan dan bidan serta tenaga
kesehatan lain yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien, serta bekerja sa1na dalam
•
menganalisis dan mengintegrasikan pengkajian pasien sesuai kewenangan medis masing•
masing yang telah diberikan oleh pimpinan rumah sakit.
'
21. Berkas rekam medis : sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan perkembangan
•i
pas1en.
22. Catatan pasien terintergrasi (CPPT) : Catatan medis pasien yang berisi tentang asuhan pasien dari
awal masuk, selama dirawat, sampai pada kepulangannya, diisi oleh semua staf pemberi asuhan
yang berkompeten sesuai prosedur dan juknis yang ada dengan format S-O-A-P .
23. Stempel Review dan Verifikasi Integrasi Rencana Asuhan :
Stempel yang dilengkapi dengan paraf dari DPJP sebagai bukti :
- .. - - - - - -
a. DPJP sebagai ketua tim asuhan pasien telah mengetahui rencana asuhan perawat dan PPA
lain dalam waktu 24 jam terakh ir sebelum DPJP melakukan pengkajian.
b. DPJPtelahmelakukan integrasirencana asuhan tersebut.
24. Stempel Review dan Verifikasi Integrasi Rencana Asuhan harus dilengkapi dengan tanggal ... - - -
- --
pengkajian perawat dan PPA yang direview dan diverifi kasi oleh DPJP dan tanggal serta jam
saat DPJP melakukan review dan verifikasi.
B. TUJUAN
Panduan pengkajian pasien dibuat bertujuan untuk menjelaskan secara lebih mendetail tentang
kebijakan pelaksanaan pengkajian pasien dan memberikan arahan dalam proses:
a. pengumpulan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan masalah pasien.
b. penetapan diagnosa.
c. intervensi segera.
-
d. pembuatan Pengkajianyang baku dan konsisten di RS Panti Waluyo Surakarta.
•
BABII
RUANG LINGKUP
1. Proses Pengkajian Pasien di rumah sakit diberikan dan dilaksanakan berdasarkan konsep
berfokus pada pasien (Patient/Person Centered Care) yang terintegrasi secara horisontal dan
vertikal dengan elemen sebagai berikut :
. -
a. DPJP sebagai Ketua Tim Asuhan.
•
b. PPA bekerja sebagai tim intra- dan inter-disiplin dengan kolaborasi interprofesional dibantu
antara lain oleh PPK, Panduan Asuhan PPA lain, Alur klinis terintegrasi, Algoritme,
•
• protokol, prosedur, standing order dan CPPT.
- - -
c. Manager Pelayanan Pasien/Case manager .
'
--
'
- 5-
penunjang,dsb.)
2) Analisis Informasi>A ( menetapkan diagnosis/ masalah/ kondisi pasien), proses ini
- -
bertujuan untuk dapat mengidentifikasikan kebutuhan pelayanan pasien.
3) Rencana asuhan / Plan of Care> R, bertujuan untuk merumuskan rencana dan
sasaran terukur guna memenuhi kebutuhan pelayanan pasien. .
b. Pemberian pelayanan, Implementasi Rencana, Intervensi dan Monitoring.
- .
3. Proses pencatatan. pengkajian pasien dibuat dalam format SOAP, yang meliputi :
S = Subjective data ( mis :Keluhan pasien)
A= Asesment (diagnosis)
-6-
2) Pengkajian Awal Poliklinik Spesialis (selain poliklinik anak dan poliklinik obsgyn),
berisi :
Blangko yang dipakai berdasarkan usia pasien
Pelaksana Dewasa ( usia >17 th) Bayi dan Anak
( usia 0 hari-17 th)
Dokter Spesialis Pengkajian medis spesialistik Pengkajian medis spesialistik
anak
••
•
- 7-
d. Pengkajian Awal Rawat Inap, dilaksanakan di instalasi rawat inap pada pasien dewasa
(> 17 tahun) dengan komposisi sebagai berikut :
9. Pengkajian Ulang :
a. Pengkajian Ulang Rawat Jalan
b. Pengkajian Ulang Rawat Inap
c. Pengkajian Ulang Gawat Darurat
- 8-
- 9-
hanya memi1ih kriteria pasien yang sesuai dengan kondisi pasien saat masuk rawat inap.
Pilihan kriteria pasien adalah sebagai berikut :
I) Penyakit menular I infeksius
2) Pasien dengan riwayat kemoterapi/radioterapi
3) Pasien dengan imunocompromised
i. Pengkajian pada pasien geriatri dilaksanakan oleh Tim Terpadu Geriatri (diketuai oleh dr.
Spesialis Penyakit Dalam yang ditunjuk RS), regulasi pelaksanaanya sesuai dengan
regulasiyang dibuat oleh Tim Geriatri RS (Pedoman Kerja Tim Geriatri).
j . Pengkajian Pra Sedasi/ Pra Anestesi
I
11. Pengkajian Tambahan (lembar konsultasi) pengkajian yang dilakukan oleh dokter ahli sebagai
jawaban atas perrnintaan konsultasi.
12. Pengkajian Lain artinya pengkajian keperawatan yang tidak terrnasuk dalam pengkajian awal,
- - - - -
ulang ataupun pengkajian khusus karena pelaksanaan pengkajian ini merupakan Ianjutan dari
hasil skrining awal pada pengkajian keperawatan baik gawat darurat, rawat jalan maupun rawat
inap. Pengkajian tersebut terdiri atas :
I) Pengkajian Restrain
2) Pengkajian Resiko Jatuh
3) Pengkajian Ulang Nyeri
13. Pengkajian PPA lain ada1ah pengkajian yang dilaksanakan oleh PPA selain medis,keperawatan
dan kebidanan :
•
-·
'
•
- 10-
20. Semua pasien dilakukan pengkajian ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi dan
pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk merencanakan
•
'
'
•
- 11-
21. Rencana asuhan dari semua staf penyedia asuhan harus diintegrasikan dan direview oleh DPJP
sebagai bukti kolaborasi pelayanan dan diberikan verifikasi berupa stempel yang dibubuhi paraf
DPJP.
22. Stempel Review dan Verifikasi Integrasi Rencana Asuhan dibubuhkan pada form pengkajian medis
spesialistik sebagai bukti bahwa rencana asuhan pengkajian med.is spesialistik yang dibuat oleh
DPJP merupakan basil integrasi dari rencana asuhan pengkajian awal perawat dan PPA lain (bila
ada).
23. Stempel Review dan Verifikasi Integrasi Rencana Asuhan juga dibubuhkan dalam CPPT
sebagai bukti bahwa rencana asuhan pengkajian ulang yang dilakukan DPJP merupakan basil
integrasi dari rencana asuhan pengkajian ulang perawat dan PPA lain dalam 24 jam terakhir .
,
24. Skala prioritas kebutuhan pelayanan pasien digambarkan dengan susunan diagnosa , advice dan
- - r - - - -
4) Kebutuhan pasien akan bantuan dalam aktivitas hidup sehmi-hari, misal : kasus kanker
stadium akhir, pasien dengan penurunan kesadaran, dll.
•
•
•
- 12 -
BAB II
TATA LAKSANA DAN ALUR PENGKAJIAN AWAL DAN ULANG
Proses pengkajian awal di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dilaksanakan pada pasien
yang telah menjalani proses skrining fr ont line dan clinyatakan termasuk dalam kriteria pasien
- .. - -
yang dapat dilayani di IGD. Pengkajian awal gawat darurat dilaksanakan pada :
1. Pasien barn
,
2. Pasien lmna dengan diagnosa baru
I!"
Proses pengkajian awal gawat darurat terdiri atas 2 bagian besar, yaitu :
A. Triase
Triase dilakukan oleh Dokter IGD atau Perawat yang memiliki kewenangan sebagai ketua
Tim Jaga. Penjelasan tentang proses Triase selengkapnya akan dijelaskan dalam Panduan
. - ..
dengan prioritas kebutuhan pasien yang didapatkan dalam proses Triase. Perawat yang
••
'
- 13-
Lembar pengkajian awa1 pada pasien IGD yang diputuskan rawat inap, akan mengalir
bersama pasien tersebut ke ruang rawat inap, sehingga Dokter IGD wajib merangkum dan
mendokumentasikan hasil pengk ajian awal gawat darurat tersebut ke dalam berkas rekam medis
rawat jalan pasien dengan format SOAP sebelum pasien berpindah ke rawat inap dan mengisi
resum e rawat ja1an secara singkat dan jelas. Sedangkan untuk pasien IGD yang tidak menjalani
rawat inap, basil pengkajian tersebut tidak perlu disalin ulang di berkas rekam medik, tetapi
dokter/ perawat IGD harus mengisi blangko resume rawat jalan yang ada secara lengkap.
•
II. Pengkajian Ulang Gawat Darurat
•
III. Pengkajian Awai di Instalasi Rawat Jalan
Pengkajian awal di instlasi rawat jalan di RS. Panti Waluyo Purworejo dilakukan
pada pasien baru (pasien yang pertama kali memeriksakan diri di Instalasi Rawat Jalan) atau
pasien
'
- 14 -
lama dengan diagnosa barn. Pada pasien-pasien lama dengan diagnosa lama (sama) yang
secara berkesinambungan melakukan kontrol teratur juga harus diperbaharui pengkajian
awalnya dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pada kasus akut diperbaharui setiap 1 bulan sekali
2) Pada kasus kronik diperbaharui setiap 3 bulan sekali
Pengkajian awal di instalasi rawat jalan terbagi atas 3jenis pengkajian yaitu:
1) Pengkajian Awai Po1iklinik Spesialis
2) Pengkajian Awal Poliklinik Umum/ KIA
3) Pengkajian Awai Poliklinik Gigi
,
Berikut alur dan ketentuan pengisian pengkajian awal di lnstalasi Rawat Jalan:
1. Pengkajian awal p oliklinik spesialis
-
Pengkajian awal di poliklinik spesialis dibuat dengan memperhatikan kebutuhan
pasien berdasarkan usianya. Pada pasien dewasa (usia >17 th) maka pengkajian
keperawatan akan menggunakan blangko pengkajian awal keperawatan rawat jalan
dewasa, sedangkan untuk pasien bayi dan anak menggunakan blangko pengkajian awal
- - . - - - ..
keperawatan rawat jalan pasien bayi dan anak.
Pengkajian medis di poliklinik spesialis dilaksanakan oleh dokter spesialis sebagai
DPJP. Pengkajian awal ini menggunakan form pengkajian medis spesialistik yang
diberikan keterangan asal poliklinik sesuai dengan disiplin ilmu dari DPJP. Rencana
- - - -
asuhan dari pengkajian medis spesialistik merupakan hasil integrasi dari rencana asuhan
keperawatan rawat jalan.
Pada pasien poliklinik spesialis yang akhirnya diputuskan oleh DPJP untuk
menjalani rawat inap maka hasil pengkajian awal medis spesialistik harus
.. - - .. ... -
didokumentasikan ulang oleh DPJP dengan format SOAP ke dalam rekam medik rawat
jalan polik1inik spesialis.
Sedangkan pada pasien poliklinik spesialis yang berobat jalan, isi pengkajian
awal polik1inik spesialis tidak perlu didokumentasikan ulang ke berkas rekam medis
- - - ..
•
rawat jalan poliklinik spesialis, karena pengkajian awal tersebut telah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari berkas rekam medis. Perawat atau DPJP hanya perlu mengisi
•
resume rawat jalan secara singkat dan jelas serta dilengkapi dengan paraf DPJP.
-·
'
- 15 -
- 16 -
Pada pasien poliklinik gigi yang berobat jalan, isi pengkajian awal poliklinik
spesialis tidak perlu didoku.mentasikan ulang ke berkas rekam medis, karena mempakan
bagian yang tidak terpisahkan dari berkas rekam medis. DPJP atau perawat hanya perlu
mengisi resume rawat jalan secara singkat dan jelas.
Sedangk an pada pasien yang akh.irnya diputuskan oleh DPJP untuk menjalani
rawat inap maka DPJP hruus mengisi pengkajian medis spsialistik dan mendokumentasikan
ulang basil pengkajian medis pada rekam medis rawat jalan
- -
po1iklinik spesialis.
Proses pengkajian awal untuk pasien yang diputuskan menjalani rawat inap hams
terintegrasi dengan proses awal masuk pasien baik dari Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Poliklinik Umum maupun Poliklinik Spesialistik, hal ini bertujuan untuk:
•
a. Memudahkan data dan informasi mengenai pasien sejak awal masuk dapat diakses
oleh semua PPA secara lengkap dan akurat saat di mang rawat inap.
b. Mencegah duplikasi dokwnentasi yang tidak diperlukan.
Oleh karena itu maka dibuatlah alur pelaksanaan pengkajian awal rawat inap sebagai
berikut:
A. Asal pasien dari Instalasi Gawat Druurat dan Poliklinik Umum /KIA
Pasien yang diputuskan rawat inap oleh dokter u1ntun baik IGD maupun
poJikJjnik 11mum/KIA akan dikaji dengan pengkajian awal gawat darurat maupun
- .. - - . - -
•
pengkajian awal po1iklinik wnum/KIA terlebih dahulu sebel11m masuk ke rawat inap ,
pasien tersebut bel11m diperiksa oleh dokter spesialis yang akan menjadi DPJP-nya nrunun
•
mungkin akan mendapatkan rencana asuhan dari DPJP -nya melalui telepon sehingga
-
'
- 17 -
pada saat pasien masuk ke ruang rawat inap pasien harus segera mendapat pengkajian
awal rawat inap yang terdiri dari :
1. Pengkajian Keperawatan Rawat !nap
2. Pengkajian Medis Spesialistik
Pengkajian awal rawat inap hams sudah diselesaikan dalam waktu Ix24 jam sejak pasien
diterima sebagai pasien rawat inap atau lebih cepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pengkajian awal rawat inap tidak perlu ditulis ulang pada Catatan Pasien
Te1integrasi (CPPT), namun hasil diagnosa, masalah keperawatan maupun kebutuhan
pasien yang lain beserta dengan blangko rencana tindakan dari semua PPA yang
didapatkan lewat pengkajian awal masing-masing PPA direview serta dinotifikasi ulang
oleh DPJP maka saat visite berkutnya.
B. Asal pasien dari Poliklinik Spesialis (te1111asuk poliklinik anak dan obsgyn)
Bila pasien menjadi pasien rawat inap karena diinstruksikan oleh dokter spesialis yang
memeriksanya di pol iklinik spesialis dan dokter tersebut menjadi penanggung jawab pasien
(DPJP) maka proses Pengkajian Medis Spesialistik, Pengkajian Medis Obsgyn dan Pengkajian
Medis oleh Dokter Spesialis Anak yang dilaksanakan di pol i klinik spesialis tidak perlu diulang
lagi di rawat inap.
Pengkajian medis spesialistik dan rencana asuhan pasien terintegrasi yang telah
dibuat oleh DPJP di poliklinik spesialis akan mengalir bersama pasien ke rawat inap dan
menjadi bagian dari pengkajian awal rawat inap. Saat pasien mulai dirawat inap, maka
pengkajian awal rawat inap akan dilengkapi dengan :
Pengkajian awal rawat inap tei·sebut harus sudah dilengkapi dan selesai dalam waktu lx24
jam sejak pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau lebih cepat sesuai dengan kebutuhan
pasien.
•
Pengkajian awal rawat inap tidak perlu ditulis ulang pada Catatan Pasien
Terintegrasi (CPPT), DPJP wajib menotifikasi dan mereview pengkajian awal dari
•
perawat dan PPA lain pada saat visite berikutnya.
-·
\
- 18 -
Pengkajian ulang pasien rawat inap didokumentasikan pada CPPT, menggunak an format
SOAP dengan ketentuan waktu pelaksanaan sebagai berikut:
- - -
1. DPJP hams melakukan pengkajian ulang setiap hari termasuk pada akhir minggu clan hari
libur.
•
2. Perawat melakukan pengkajian ulang padatiap shift jaga.
3. Ahli gizi melakukan pengkajian ulang sesua i kebuuihan nutrisi pasien (bisa dilakukan setiap
hari, 3 hari sekali atau 7 hari sekali sesuai yang tercant:t1m dalam panduan pelayanan gizi RS
Panti Waluyo Sura karta).
4. Apoteker klinis melakukan pengkajian ulang tiap hari kecuali pada akhir minggu clan hari
,
libur.
5. Tenaga rehabilitasi medik melakukan pengkajian ulang tiap hari kecuali pada akhir minggu
dan hari libur.
Pada saat pengkajian ulang dan merencanakan asuhan pasien untuk hari berikutnya, DPJP
hams selalu memperhatikan basil pengkajian dari perawat maupun PPA lain. Proses tersebut
- - -
dibuktikan dengan tanda notifikasi dan review dari DPJP.
Bukti Review, Verifikasi Pengkajian dan Integrasi Rencana Asuhan oleh DPJP
Bukti DPJP telah mengintegrasikan rencana asuhan perawat dan PPA lain adalah pemyataan
DPJP sebagai ketua tim asuhan yang telah mengetahui hasil rencana asuhan dari perawat dan PPA lain
dalam 24 jam terakhir, dengan kata lain DPJP juga sekaligus telah melaksanakan proses review dan
verifikasi dari proses pengkajian perawat dan PPA lain dalam 24 jam terakhir. Setelah mengetahui
rencana asuhan perawat dan PPA lain diharapkan DPJP dapat menyusun rencana asuhan yang
terintegrasi.
Untuk memuda hkan proses pelaksanaan maka dibuat stempel khusus yang dapat
mengakomodasi hal tersebut. DPJP harus membubuhkan paraf dan nama terang agar stempel tersebut
menjadi sah.
Penempatan stempel pernyataan (bukti review, verifikasi dan integrasi rencana asuhan)
diletakkan pada CPPT di kolom review dan verifikasi dan harus diberi paraf DPJP sebelum DPJP
melakukan pengkajian ulang pada CPPT. Apabila DPJP melakukan pengkajian awal medis rawat inap
- - - •
penempatan stempel penyataan tersebut diletakkan pada fo1n1medis spesialistik (sisi kiri bawah). Hal ini
untuk memastikan DPJP telah melakukan review dan verifikasi serta mengintegrasikan rencana asuhan
perawat dan PPA lain sebel1un DPJP melakukan pengkajian dan membuat rencana asuhannya.
-·
\
- 19 -
BABID
TATA LAKSANA DAN ALUR
PENGKAJIAN KHUSUS,PENGKAJIAN ULANG, DAN PENGKAJIAN OLEH PPA LAJN
Selain pengkajian awal dan pengkajian ulang masih adajenis pengkajian lain yang berlaku di
RS. Panti Waluyo. Pengkajian tersebut 1nemiliki ketentuan dan alur pelaksanaan asing-masing.
Berikut kami sampaikan ketentuan dan alur pelaksanaan masing-masing pengkajian adalah sebagai
- -
berikut:
A. PENGKAJIAN K H USUS
,
Pengkajian Khusus terdiri atas beberapa jenis yaitu :
1. Pengkajian bayi barn lahir
2. Pengkajian bayi 0-28 hari
3. Pengkajian anak
4. Pengkajian obstetric dan gynekologi
5. Pengkajian pasien hemodialisa
6. Pengkajian pasien dengan kebutuhan khusus
7. Pengkajian pasien dengan kebutuhan ruangan khusus
8. Pengkajian komprehensif I dan II pasien rawat inap geriatri
- - - -
9. Pengkajian medistambahan ( Lembar permintaan Konsultasi)
10. Pengkajian Intensif
•
11. Pengkajian pra sedasi/ pra anestesi
12. Pengkajian pra induksi
13. Pengkajian Pasien pada Akhir Kehidupan
14. . Pengkaijan One Day Surgery
Berikut ketentuan dan laur pelaksanaan dari masing-masing pengkajian khusus tersebut :
••
\
- 20 -
Pelaksanaan pengkajian adalah di ruang VK (bila partus normal), di ruang IGD (bila partus
di IGD), dan di ruang Perinatologi (bila partus SC). Pengkajian dimulai sejak bayi dilahirkan dan
diselesaikan maksimal dalam waktu 2 jam sejak bayi dilahirkan.Dalam pengkajian ini akan
diputuskan apakan bayi tersebut akan dirawat di ruang rooming in bersama ibunya (kondisi bayi
sehat) atau bayi akan dirawat di ruang perinatologi ( kondis bayi kurang sehat atau sakit).
.
Apabila dalarn proses kelahiran dokter spesialis anak berhalangan mendarnpingi maka
pengkajian in i akan dilaksanakan oleh dokter umum yang diberi kewenangan oleh n1mah sakit,
namun dokter 11m111ntersebut tidak otomatis menjadi DPJP sehingga da.lam
menyusun planning/rencana as11han tetap hams berkoordinasi dengan dokter Spesialis Anak
,
sebagai DPJP-nya.
3. PENGKAJIAN ANAK
•
Pengkajian Anak terdiri dari 2 bagian yaitu pengkajian medis (dokter spesialis anak)
dan keperawatan. Pengkajian medis anak dapat dilaksanakan di instalasi rawat jalan
•
•
'
•
•
- 21-
Pengkajian ini berbentuk kolaborasi antara perawat dan dokter. Dokter yang
berkewenangan melakukan pengkajian hemodialisis adalah DPJP atau dokter urnl1m
bersertiftlcat pelatihan khusus (dalam hal DPJP berhalangan hadir saat tindakan
hemodialisa berlangsung).
'
- 22 -
Pengkajian ini dimulai saat perawat menemukan dalrun pengkajian awal rawat inapnya
bahwa terdapat masalah pasien yang terkait dengan kriteria di atas, pengkajian tersebut.
Pengkajian tambahan ini diharapkan mampu mendeteksi kebutuhan pasien secara lebih
mendalam.
•
'
- 23 -
8. PENGKAJIAN GERIATRI
Pengkajian Geriatri dilakukan oleh Tim Geriatri. Pelaksanaan proses pengkajian diatur tersendiri dalam
Tenaga medis spesialistik lain ini dapat hanya memberikan tambahan terapi sesaat
saja (menjawab konsul) atau setuju untuk ikut serta dalam kolaborasi pelayanan pasien yang
dipimpin oleh DPJP (raber) sesuai dengan kebutuhan pasien dan pemrintaan dari DPJP.
a. Bila pasien berasal dari IGD atau poliklinik umum maka tenaga medis spesialistik
- - -
dan perawat ruang intensif melaksanakan pengkajian intensif sebagai pengkajian
awal untuk menghasilkan rencana asuhan awal bagi pasien.
b. Bila pasien berasal dari poliklinik spesialis maka pengkajian intensif hanya akan
dilaksanakan oleh perawat ruang intensif karena tenaga medis spesialistik telah
- -
melakukan pengkajian awal di poliklinik spesialis.
c. Bila pasien berasal dari ruang perawatan lain, maka pengkajian intensif tidak
perlu dilakukan lagi namun perawat ruang intensif dan tenaga medis spesialistik •
- 24 -
Pengkajian pra sedasi I pra anestesi adalah pengkajian yang dilakukan oleh dokter
•
spesialis anestesi terhadap pasien yang akan menjalani proses sedasi dan anestesi
Pengkajian ini terdiri dari bagian Informasi (data riwayat kesehatan pasjen) yang diisi
oleh p asien sendiri yaitu : identitas pasien, data diri, kebiasaan,riwayat pengobatan,riwayat
-
alergi, riwayat keluarga,riwayat transfusi darah, riwayat HIV, alat bantu yang dipakai,riwayat
operasi. Bagian informasi yang diisi oleh dokter spesialis anestesi yang terdiri kajian
sistem,pemeriksaan fisik,keadaan l1m11m,laboratorium , ASA classification, Dokter anestesi
kemudian melakukan analisa data info1masi yang telah diperoleh beserta dengan data
- -
pemeriksaan penunjan g, hasil analisa tersebut berupa diagnosa. Dengan berdasarkan diagnosa
yang telah ditetapkan maka dokter anestesi menyusun planning atau perencanaan anestesi,
persiapan pra anestesi
Pengkajian pra induksi merupakan pengkajian yang dilakukan oleh dokter anestesi sebelu m
pasien menjalani proses induksi. Pengkajian ini terfokus pada stabilitas fisiologis dan
- - -
kesiapan pasien untuk tindakan anestesi dan dilakukan sesaat sebelum induksi
anestesi.Pengkajian ini merupakan basil kolaborasi antara dokter spesialis anestesi dengan perawat
•
anestesi.
Pengkajian pra induksi menjadai bagian dari laporan sedasi dan anestesi dengan berbasis I-A-R.
Ber.ikut isi dari pengkajian pra induksi :
1) Info1n1asi CD :berat badan ( dalam Kg) , tanda vital, Hasil laboratorium penunjang (AL,
Ht, Gol. Darah, HBs Ag dan infonnasi lain yang dapat ditambahkan bila perlu), kondisi
pemeriksaan jalan nafas, status fis.ik ASA
- -
2) Analisa (A) : Masalah Pra Induksi
3) Rencana(R) :Premedikasiyangakan diberikan padapasien.
•
\
'
••
- 25 -
Pelaksana pengkajian adalah medis spesialistik sebagai DPJP dan perawat rawat jalan
yang memeriksa pasien. Pengkajian tersebut merupakan bagian dari rekam medis pasien dan
akan mengaliI bersama pasien ke ruang operasi. Pengkajian ini berfungsi sebagai pengkajian awal
dan tidak perlu ditulis ulang pada CPPT.
B. PENGKAJIAN LAIN
Pengkajian lain (ulangan) adalah pengkajian yang dilakukan di instalasi rawat inap, sebagian
besar pelaksanaannya sebagai proses ulang/lanjutan dari skrining yang telah terjadi baik di IGD
maupun di Rawat Jalan, namun pengkajian juga dapat dilaksanakan langsung di rawat inap, saat
•
- 26 -
Pengk ajian ini dilakukan oleh perawat ruang rawat inap .Berikut kami jelaskan masing•
masing waktu pelaksanaan dari pengkajian tersebut:
1. PENGKAJIAN RESTRAIN
Pengkajian restrain adalah pengkajian yang dibuat sebagai ulangan dari pengkajian
keperluan restraint yang didapat pada waktu skrining awal di IGD atau di instalasi rawat jalan.
Pengkajian ini juga dapat langsung dikerjakan di rawat inap tanpa melalui proses skriin g di
IGD atau rawat jalan apabila memang keperluan tersebut barn ditemukan saat pasien memulai
proses rawat inap atau ditengah proses rawat inap. Segala hal terkait dengan pengkajian restraint
secara lebih mendetail akan dijelaskan dalam panduan restraint.
,
2. PENGKAJIAN RISIKO JATUH
Pengkajian resiko jatuh adalah pengkajian yang dilakukan apabila dari hasil skrining di
pengkajian awal rawat jalan atau IGD menunjukan kepentingan te1·sebut.Pengkajian tersebut
dilaksanakan dengan tatacara tertentu berdasarkan urutan waktu tertentu seperti yang tercantu1n
dalam panduanresikojatuh.
Selain pengkajian kebidanan, ketentuan pelaksanaan proses pengkajian PPA lain secara
lebih mendetail dijelaskan dalam panduan I pedoman masing-masing instalasi yang terkait dengan
PPA tersebut, misal: Pengkajian apoteker kli nis dibahas dalam Panduan Pelayanan Instalasi
Fannasi, Pengkajian Nutrisi dibahas dalam Panduan Pelayanan Instalasi Gizi.
Pengkajian Kebidanan •
Pengkajian kebidanan dibuat dengan metoda Harlen Varney yang terdiri dari 7
langkah meliputi:
1. Pengumpulan data dasar (riwayat kesehatan, pemerik saan fisik pada kesebatan, meninjau catatan
terbaru clan catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan basil
t
studi).
2. Interpretasi datadasar.
3. Mengidentifikasiakan diagnosa atau maslah potensial.
4. Menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
5. Merencanakan aStihan yang menyeluruh.
6. Melaksanakan perencanaan .
7. Evaluasi.
Petugas yang pertama kali me1akukan pengkajian kebidanan ada1ah bidan di IGD atau
bidan di instalasi rawat jalan. Untuk dapat memenuhi 7 langkah pengkajian Harlen Varney
- - .
maka bidan di rawat jalan atau IGD harus bekerja sama dengan bidan di rawat inap dan tenaga
kesehatan yang lain. Hal inilah yang mendasari terbent11knya pengkajian kebidanan yang bersifat
kolaboratif antara bidan di IGD/rawat jalan dengan rawat inap.
Masing-masing bidan yang melakukan pengkajian harus membubuhkan nama dan
tanda tangai1pada masing-masing langkah yang telah diselesaikan sebagi bukti pelaksanaan
langkah pengkajian.
BAB IV
DOKUMENTASI
•
Setiap pelaksanaan pengkajian dan respon klien terhadap pengkajianwajib didokumentasikan pada
catatan medik pasien sebagai bentuk pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap
pengkajian yang sudah dilakukan setiap petugas terhadap pasien sesuai kebijakan yang berlaku,
•
- - .. - - -
karena dokumentasi merupakan dokumen legal da1am sistem pelayanan, sehingga diharapkan melalui
dokumentasi yang baik maka info1masi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara
berkesinambungan.
••
- 28 -
l . Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Rumah Sakit Panti Waluyo Purworejo Nomor
2569a/PW/Sekr/IX/2014 tentang Panduan Asesmen Pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Purworejo, dicabut dan
dinyatakan tidakberlaku.
2. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa segala sesuatunya akan
. - - ...
diti.njau kembali dan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini.
'
Ditetapkan di Purworejo
Direktur ,