KEL 10 Metode Diagnosis Mikosis
KEL 10 Metode Diagnosis Mikosis
KEL 10 Metode Diagnosis Mikosis
Metode : PCR-Sequencing
Definisi : Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah teknik sintesis dan
amplifikasi DNA secara in vitro yang digunakan untuk menyalin segmen DNA
hingga jutaan kali dalam waktu yang cukup singkat
Prinsip Kerja : Dengan memanfaatkan kode genetik dari sebua DNA sampel
yang akan diuji untuk diamplifikadi jumlanya
Prosedur Kerja:
Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 30-
40 siklus dan berlangsung dengan cepat :
1. Denaturasi
Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim taq
polimerase ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Denaturasi DNA
merupakan proses pembukaan DNA untai ganda menjadi DNA untai
tunggal. Ini biasanya berlangsung sekitar 3 menit, untuk meyakinkan
bahwa molekul DNA terdenaturasi menjadi DNA untai tunggal.
Denaturasi yang tidak lengkap mengakibatkan DNA mengalami
renaturasi (membentuk DNA untai ganda lagi) secara cepat, dan ini
mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun waktu denaturasi yang
terlalu lama dapat mengurangi aktifitas enzim Taq polymerase. Aktifitas
enzim tersebut mempunyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5
menit masing-masing pada suhu 92,5; 95 dan 97,5oC.
2. Annealing (penempelan primer)
Kriteria yang umum digunakan untuk merancang primer yang baik
adalah bahwa primer sebaiknya berukuran 18 – 25 basa, mengandung
50 – 60 % G+C dan untuk kedua primer tersebut sebaiknya sama.
Sekuens DNA dalam masing-masing primer itu sendiri juga sebaiknya
tidak saling berkomplemen, karena hal ini akan mengakibatkan
terbentuknya struktur sekunder pada primer tersebut dan mengurangi
efisiensi PCR.
Waktu annealing yang biasa digunakan dalam PCR adalah 30 – 45 detik.
Semakin panjang ukuran primer, semakin tinggi temperaturnya. Kisaran
temperatur penempelan yang digunakan adalah antara 36oC sampai
dengan 72oC, namun suhu yang biasa dilakukan itu adalah antara 50 –
60oC.
3. Pemanjangan Primer (Extention)
Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktivitasnya
memperpanjang DNA primer dari ujung 3’. Kecepatan penyusunan
nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC diperkirakan 35 – 100
nukleotida/detik, bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam dan
molekul DNA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan
panjang 2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk
tahap perpanjangan primer ini. Biasanya di akhir siklus PCR waktu yang
digunakan untuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit sehingga seluruh
produk PCR diarapkan terbentuk DNA untai ganda.
Reaksi-reaksi tersebut di atas diulangi lagi dari 25 – 30 kali (siklus) sehingga
pada akhir siklus akan diperoleh molekul-molekul DNA rantai ganda yang baru
yang merupakan hasil polimerasi dalam jumlah yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah DNA cetakan yang digunakan. Banyaknya siklus
amplifikasi tergantung pada konsentrasi DNA target dalam campuran reaksi
Kelebihan :
1. Spesifisitas, efisiensi, keakuratan sangat tinggi
2. Dapat diperoleh penggandaan suatu fragmen DNA sebanyak 200.000
kali setela dilakukan 20 siklus reaksi selama 220 menit.
3. Menggunakan komponen dalam jumlah sedikit.
Kekurangan :
1. Sensitive dapat menyebabkan kesalahan yang tinggi
2. Memerlukan waktu yang lama menyebabkan terjadinya kesalahan
interprestasi
Metode : Nested PCR
Definisi : Nested PCR adalah modifikasi PCR yang dirancang untuk
menigkatkan sensitivitas dan spesifisitas. Nested PCR melibatkan penggunaan
dua set primer dan dua reaksi PCR berturut-turut. Set primer pertama
dirancang untuk anneal ke urutan hulu dari set kedua primer dan digunakan
dalam reaksi PCR awal
Prinsip Kerja : Teknik yang mengurangi amplifikasi DNA template yang tidak
spesifik. Setelah reaksi pertama, reaksi kedua dilakukan pada produk PCR
pertama dengan primer yang terikat pada urutan target dan berada dalam
urutan yang diperkuat dari PCR pertama.
Prosedur Kerja:
Mikroorganisme
1. Isolat fungi di tanam pada agar kentang degan suhu 30°C selama 2
minggu
2. Koloni jamur di larutkan dalam air steril, dibekukan, dan disimpan pada
suhu -20℃
3. Setelah pencairan, 2 x 200 µl suspensi digunakan untuk ekstraksi DNA
Sampel jaringan
1. Tikus BALB/c terinfeksi oleh penanaman indranasal 3 x 106 konidia
P.brasiliensis
2. Paru-paru di keluarkan dari tikus dalam kondisi aseptik, ditimbang dan
homogenisasi dalam 2 ml larutan garam
3. Paru-paru jaringan homogenal secara serial diencerkan dan di salin
dalam rangkap 2 pada agar-agar sabouroud
4. Setelah 30 hari inkubasinpada suhu 18˚C, jaringan di hitung
Ektraksi DNA
1. Untuk 200 ml setiap suspensi jamur atau homogenat paru-paru yang di
cairkan, 180 ml buffer ATL dari kit jaringan dan proteinase K ke
konsentrasi akhir 1 mg ditambahkan
2. Setelah inkubasi pada suhu 55˚C selama setidaknya 3 jam atau
semalam sampel di rebus selama 5 menit, kemudian terkena 3 siklus
pembekuan dalam nitrogen cair selama 1 menit dan rebus selama 5
menit.
3. Setelah pendinginan di kamar suhu, proteinase K ditambahkan lagi ke
konsentrasi akhir 1 mg.
4. Setelah inkubasi pada 55˚C selama 1 jam, DNA diekresi menggunakan
QIAamp kit jaringan
Desain primer
1. Urutan gp43 yang disimpan dalam genbank disaring untuk primer.
2. Primer bagian luar adalah para l , 59-AAC TAG AAT ATC TCA CTC CCA
GTC C-39 dan para II, 59-TGT AGA CGT TCT TGG G-39 , yang melengkapi
posisi 846 hingga 870 dan 1200 hingga 1176 dari urutan GenBank,
masing-masing mendfinisikan 355- amplikon nukleotida.
Uji PCR
1. campuran reaksi PCR pertama terdiri dari 10 ml DNA ekstrak dalam
volume total 50 ml, dengan konsentrasi akhir 10-mM Tris-HCL (PH 8,3),
50-mM KCI, 2,5 mM MgCl2, konsentrasi 1-mM dari setiap primer dan
konsentrasi 100 mM dari masing-masing deoksinlukeotida pospat.
2. PCR dijalankan di a Thermocycler Primus PCR Tc 9600. Itu produk PCR
dianalisis dengan elektroforesis pada gel agarosa 1,5 %, diwarnai
dengan etidium bromida, dan divisualisasikan pada transilluminator
UV.
Kelebihan :
1. Afinitas tinggi
2. Spesifisitas
3. Efisien dalam menembus jaringan karena ukurannya yang kecil
Kekurangan :
1. Rentan terjadinya reaksi silang dengan jamur lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Lactophenol Cotton Blue. S2016. HiMedia Laboratories Pvt. Ltd.
2. Alcian Blue (pH 2.5) Stain Kit. Catalog Number: KT 003. Diagnostic BioSystems.
3. Pires De Camargo, Zoilo, dkk. Production of Paracoccidioides brasiliensis Exoantigens
for Immunodiffusion Tests. JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY. 1988 26 (10).
2147-2151
4. HiPer® Counter Current Immunoelectrophoresis Teaching Kit. HTI007. HiMedia
Laboratories Pvt. Limited
5. PNA FISH (Fluorescence In Situ Hybridization). PNA Bio
6. Najvar, Laura, dkk. Detection Of Paracoccidiodes brasiliensis in Tissue Samples by a
Nested PCR Assay. Journal Of Clinical Microbiology. 2000.
7. Mucicarmine Stain Kit. Catalog Number: KT 024. Diagnostic BioSystems.
8. Papanicolaou (PAP) Stain Kit. Catalog Number: KT 038. Diagnostic BioSystems.
9. Pires de Camargo, Zoilo. Serology of paracoccidioidomycosis. Mycopathologia (2008)
165:289–302.
10. 61335 Lactophenol Blue Solution (Lactophenol Cotton Blue Solution, Lactophenol
Aniline Blue Solution). 2013 Sigma-Aldrich Co.LLC.
11. Periodic Acid-Schiff (PAS) Staining System. Procedure No, 395. 2014 Sigma-Aldrich Co.
LLC.